Anda di halaman 1dari 12

J

JJjjagghg

Gambaran Psikologis Anak Penyandang Tunalaras


Lailatul Badriyah, Willia Tria Apriliani, Hijrah Tomi, Zemi Sulastri, Beda Belada
IAIN Bengkulu
lailatulbadriyah@iainbengkulu.ac.id; williatriaa@gmail.com;
hijrahtomi11@gmail.com; zemisulastri7@gmail.com; bedabelada50@gmail.com
ela20@gmail.com

Info Artikel Abstract


This article aims to determine the psychological condition of children with disabilities. According to Tamsik Udin and
Diterima:Agustus Tejaningsih, children with disabilities are children who experience obstacles in their social and emotional development,
2020 so that it is confirmed through the behavior of legal, social, religious norms that apply in their environment with a fairly
Disetujui: September high frequency. This article uses a qualitative descriptive approach with a case study method. Subjects totaled 6 people.
2020 Data collection was carried out by means of observation, interviews, documentation and provision of a Check List of
Dipublikasikan: Problems (DCM). The results show that children with disabilities have emotional instability so that there are obstacles
Desember 2020 in behaving well in society. Barriers to social development in children with disabilities are shown by difficulty making
friends. This is because they are unable to adapt to a wider group and their social awareness is very low and they prefer
to play alone. A better approach is needed for children with disabilities such as the approach in guidance because it will
Keyword greatly affect life in the future.

Emosional
development,
social, conduct
disorder
Kata Abstrak
Kunci
perkembangan emosi, Artikel ini bertujuan untuk mengetahui kondisi psikologis anak dengan penyandang tunalaras. Menurut
sosial, tunalaras Tamsik Udin dan Tejaningsih menyatakan bahwa anak tunalaras adalah anak yang mengalami hambatan
dalam perkembangan sosial dan emosinya sehingga dimanifastikan lewat tingkah laku norma hukum,
sosial, agama yang berlaku di lingkungannya dengan frekuensi yang cukup tinggi. Artikel ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Informan berjumlah 6 orang. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi dan pemberian Daftar Cek Masalah (DCM).
Hasil menunjukkan bahwa anak dengan penyandang tunalaras memiliki ketidakstabilan emosional sehingga
terjadi hambatan dalam berperilaku baik dalam lingkup masyarakat. Hambatan dalam perkembangan sosial
pada anak tunalaras ditunjukan dengan kesulitan untuk berteman. Hal ini dikarenakan mereka tidak
mampu menyesuaikan diri dengan kelompok yang lebih luas dan kesadaran sosial mereka sangat rendah
serta mereka lebih suka bermain sendiri. Diperlukan pendekatan yang lebih baik pada anak penyandang
tunalaras seperti halnya pendekatan dalam bimbingan karena akan sangat berpengaruh pada kehidupan di
masa yang akan datang.

Alamat Korespodensi:
176 | J u r n a l H a w a Jalan Raden Fatah, Pagar Dewa,
Kota Bengkulu
Gedung Pelatihan lantai II
E-mail: Hawa@iainbengkulu.ac.id.
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020

Pendahuluan mudah emosi 11-15%, gangguan perilaku


Anak yang mengalami gangguan 9-15% (Risnawati, 2018). Dari data
emosi akan berkembang menjadi anak tersebut, artikel ini membahas mengenai
yang memiliki tingkah laku tidak gangguan emosi yaitu perilaku agresif
mencerminkan kedewasaan dan suka dan kehidupan sosial anak tunalaras.
menarik diri dari lingkungan masyarakat. Gangguan emosional dan tingkah laku
Menurut Undang-Undang pokok yang dialami anak dengan perilaku
Pendidikan Nomor 12 Tahun 1952 anak agresif seperti merusak, bertindak
tunalaras adalah individu yang melanggar etika, membangkang,
mempunyai tingkah laku menyimpang emosional, dan tindakan agresif lainnya
atau berkelainan, tidak mempunyai yang merugikan. Hal tersebut menjadi
toleransi terhadap kelompok atau orang pertimbangan pentingnya perhatian dan
lain, serta mudah terpengaruh oleh kesadaran para orang tua.
suasana sehingga membuat kesulitan bagi Tunalaras adalah suatu kondisi
dirinya sendiri dan orang lain. Oleh yang dialami oleh seseorang yang
karena itu anak tunalaras sering mengalami gangguan atau hambatan
mengalami keterasingan sosial, hanya emosi dan perilaku yang berlainan secara
mempunyai beberapa orang teman dan berlebihan sehingga mengakibatkan sulit
jarang bermain dengan anak seusianya, untuk berinteraksi secara baik dengan
serta kurang memiliki keterampilan lingkungan di sekitarnya. Anak tunalaras
dalam bersosial. Kehidupan emosi yang juga dapat dikatakan sebagai anak yang
tidak stabil serta ketidakmampuan dalam anti sosial dimana anak tunalaras tidak
mengekspresikan emosinya secara tepat dapat menempatkan dirinya secara baik
dan mengendalian diri dengan baik dan tepat dalam lingkungan masyarakat.
membuat anak tunalaras menjadi sangat Selain itu anak tunalaras juga sukar dalam
emosian. Terganggunya kehidupan emosi bergaul karena hal ini membuat anak
ini terjadinya akibat ketidakberhasilan tunalaras sering merasa malu dan minder
anak dalam melewati fase-fase terhadap teman sebayanya, akibat adanya
perkembangan (Aini, 2010). hal tersebut menyebabkan anak tunalaras
Menurut data World Health sukar untuk mendapatkan teman.
Organitation (WHO), bahwa sebanyak Seseorang yang mengalami gangguan
25% anak usia prasekolah (Preschool) atau hambatan emosi ini kadang-kadang
mengalami masalah otak termasuk tidak menunjukan sikap dan tingkah laku
gangguan motorik halus (Balitbang, 2019). yang dewasa sehingga dapat merugikan
Adapun data yang dirilis Dinas Kesehatan dirinya sendiri.
Republik Indonesia sebanyak 16% atau Selain itu kondisi yang cenderung
sekitar 0,4 juta balita di Indonesia tidak stabil dalam mengontrol emosi
mengalami gangguan dalam dapat dilihat dalam tingkah lakunya
perkembangan motorik halus dan kasar, sehari-hari, dimana perilaku yang
gangguan pendengaran, kecerdasan ditimbulkan oleh anak tunalaras yaitu
kurang dan keterlambatan bicara. Data perilaku yang menyimpang misalnya
dari peneliti Kay-Lambkin dkk. secara mudah marah, acuh tak acuh, keras
global dilaporkan anak yang mengalami kepala, agresif, serta menarik diri dari
gangguan berupa kecemasan sekitar 9%, lingkungan sekitarnya. Dari sisi agama

177 | J u r n a l H a w a
Lailatul Badriyah, dkk:
Gambaran Psikologis Anak Penyandang Tunalaras

dan moral anak dengan gangguan ini menghadapi anak tunalaras yang sudah
memang kurang memahami makna dari kita ketahui bahwa anak tunalaras sulit
ajaran agama serta apabila berjanji sering untuk beradaptasi pada lingkungan
diingkarainya bahkan apa yang sekitarnya yang diakibatkan oleh tingkah
diucapkannya terkadang bertolak laku yang dapat menyebabkan anak
belakang dengan apa yang diperbuatnya. tunalaras diasingkan dan dijauhin oleh
Kemudian dari sisi akademik pun anak lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu
tunalaras sering mengalami masalah sangat penting mengetahui bagaimana
dalam menerima pelajaran yang diberikan cara menghadapi dan apa saja yang
oleh guru sehingga membuatnya sukar menghabat perkembangan sosial pada
apabila sewaktu-waktu disuruh untuk anak tunalaras agar anak tunalaras
mengerjakan tugas tersebut. Akibat dari merasa diterima dalam lingkungan
perilaku yang sering ditimbulkan oleh sekitarnya.
anak tunalaras sering dikucilkan oleh
masyarakat karena dianggap memiliki Metode
perilaku yang kurang baik. Studi ini menggunakan pendekatan
Setiap tahun terjadi lonjakan kualitatif dengan metode deskriptif.
kenaikan jumlah anak penyandang Pendekatan kualitatif berusaha
tunalaras. Pada tahun 2003 Direktorat mengungkapkan berbagai keunikan yang
Pendidikan Luar Biasa merilis terdapat terdapat dalam individu, kelompok,
351 anak tunalaras dalam 12 sekolah yang masyarakat atau organisasi dalam
ada. Kemudian melonjak naik pada tahun kehidupan sehari-hari secara menyeluruh,
2007-2008 sebanyak 801.132 dan rinci, dalam, dan dapat
mendekati angka 1 juta siswa pada tahun dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2009. Analisis ini berdasarkan sensus Adapun jumlah informan sebanyak 6
Depdiknas tahun 2009. (Maryuni, 2009). orang anak. Waktu dilaksanakan
Hasil penelitian terkait dengan penelitian pada tanggal 12-30 April 2020
anak penyandang tunalaras menunjukkan di rumah masing-masing informan
bahwa untuk mengendalikan perilaku dengan ruang lingkup mengenai
agresif pada anak penyandang tunalaras gangguan pada perkembangan sosial
harus menumbuhkan kekuatan karakter pada anak tunalaras.
melalui bimbingan pribadi dan kelompok Teknik pengumpulan data yang
(Widyawati, 2018), serta meningkatkan digunakan adalah observasi, wawancara
keterampilan sosial melalui pengalaman dan pemberian Daftar Cek Masalah
berinteraksi dengan orang lain dengan (DCM). Observasi digunakan untuk
menunjukkan tindakan untuk melihat secara langsung kegiatan sehari-
menghormati orang lain, bekerjasama, sehari yang dilakukan informan, serta
peka, dan menumbuhkan kepedulian wawancara yang ditujukan kepada
dalam kelompok masyarakat, belajar informan dengan cara memberikan Daftar
untuk mengendalikann diri dan berbagi Cek Masalah (DCM) berupa pertanyaan-
ide serta pemikiran kepada orang lain pertanyaan mengenai keadaan maupun
(Wiwiet & Dedy, 2017). Artikel ini kehidupan sehari-hari anak.
diharapkan dapat berkontribusi mengenai Analisis data dilakukan dengan cara
pentingnya dalam mencari solusi untuk mencari dan menyusun secara sistematis

178 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020

data yang diperoleh dari hasil No Partisipan Deskripsi Informan


wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi dengan mengorganisasikan 1 Nam: Wiko Kondisi mental: Informan
Akbar (WA) WA orangnya memang
data ke dalam kategori, menjabarkan ke
Usia: 12 Tahun pediam, dalam bidang
dalam unit-unit, melakukan sintesa, Alamat: Jalan akademik informan WA
menyusun kedalam pola, memilih mana Desa Pasar Pino, memang kurang pintar dan
yang penting dan yang akan dipelajari Kec Pino Raya informan WA ternyata
dan membuat kesimpulan sehingga Kab. Bengkulu kreatif hanya saja kurang
Selatan. mendaparkan dukungan
mudah dipahami oleh diri sendiri dari keluarga.
maupun orang lain. Analisis data tersebut
untuk membatasi hasil data temuan yang Fisik: Informan wa memiliki
didapat peneliti kemudian untuk dikelola rambut yang pendek
berwarna hitam, berkulit
menjadi data yang lebih signifikan.
sawo matang, memiliki mata
Selanjutnya menarik kesimpulan dari bulat yang besar, memiliki
hasil data yang telah diperoleh dengan postur tubuh yang sedikit
menggunakan kata-kata yang mudah kurus serta tidak terlalu
untuk dipahami dan mudah untuk tinggi.

dipelajari baik bagi diri sendiri maupun


Sosial: Dalam masalah
orang lain. Selain itu untuk pengecekan sosial informan WA
keabsahan data peneliti menggunaka memang kurang berbaur
teknik triangulasi. Triangulasi adalah dengan lingkungannya,
terlihat dari informan WA
pemeriksaan keabsahan data yang
yang hanya memiliki teman
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar 1 atau 2 orang saja. Informan
data itu untuk keperluan pengecekan atau WA tinggal bersama kedua
sebagai perbandingan terhadap data orang tua dan kedua adik
dengan membandingkan data hasil laki-lakinya. Ibunya
bernama Nati berusia sekitar
observasi, wawancara, dan dokumentasi
45 tahun dan ayahnya
sehingga dapat mengetahui deskripsi bernama Erwan berumur 47
mengenai faktor yang menghambat tahun. Dalam hubungan
perkembangan sosial pada anak informan dengan keluarga
memang kurang harmonis
tunalaras.
seperti yang pernah
dikatakan informan bahwa
Hasil orang tuanya sering
1. Gambaran Umum Informan bertengkar di depannya dan
Adapun gambaran umum informan sering mendengar
kata-kata kasar dari orang
mengenai informan dalam Artikel
tuanya. Kemudian untuk
ini adalah sebagai berikut: masalah lingkungan tempat
tinggalnya informan
Tabel 1: Deskripsi Singkat Informan memang bisa dikatakan
kurang baik di mana
lingkunganya acuh tak acuh.

2 Nama: Dafa Kondisi mental: Untuk


Saputra Wijaya masalah kondisi mental
(DSW) informan, sebenarnya

179 | J u r n a l H a w a
Lailatul Badriyah, dkk:
Gambaran Psikologis Anak Penyandang Tunalaras

Usia: 8 Tahun informan itu orangnya Usia: 12 Tahun akademik informan


Alamat: Jln Desa ramah, kalau ada temannya Alamat: Jln memang tidak pintar.
Sumber Asri Kec. yang lewat selalu Padang
Sumber Harta, dipanggilnya, dalam bidang Kapuk,Kodim Fisik: Informan WAI
Kab. Musirawas. akademik informan Manna, Kab. memiliki rambut yang
memang kurang pintar dan Bengkulu pendek berwarna hitam,
informan DWS memang Selatan. berkulit sawo matang,
sering bertengkar dengan memiliki mata bulat besar
teman-temanya. dan memilik potus tubuh
yang berisi.
Fisik: Informan DSW
memiliki rambut yang Sosial: Dalam masalah
pendek, berkulit putih, sosial informan WAI
memiliki postur tubuh yang memang kurang bisa
sedikit kurus, cukup tinggi berbaur dengan lingkungan
dan informan sendiri sekitar, dilihat dari informan
bersifat hiperaktif atau tidak hanya memiliki sedikit
bisa diam. teman dari pada teman-
teman lainnya. Informan
Sosial: Informan DWS WAI tinggal bersama kedua
tinggal bersama kedua orang tua dan ketiga
orang tunya, ibunya saudara laki-lakinya, ibunya
bernama Herli berusia 28 bernama Rita berusia sekitar
tahun dan ayahnya bernama 53 Tahun dan ayahnya
Erwin berusia 35 tahun. bernama Eriyanto berusia 54
Hubungan informan dengan Tahun. Dalam hubungannya
keluarga memang bisa dengan keluarga memang
dikatakan kurang baik bisa dikatakan kurang baik,
karena ayah informan di mana informan WAI
orangnya keras. Oleh karena sering membatah semua
itu informan takut kepada perkataan dari kedua orang
ayahnya. Selain itu, keluarga tuanya, serta informan
informan kerap bertengkar selalu membuat keributan di
di depannya sehingga manapun ia berada.
informan sudah biasa
mendengar kata-kata kasar. 4 Felis Dwi Kondisi mental : Informan
Kemudian untuk masalah Andevta memiliki gangguan emosi
lingkunganya seperti (10 tahun), agresif dengan gejala
lingkungan pada umumnya Kelurahan desa kenakalannya yang melebihi
hanya saja informan DWS L. Sidoharjo, batas wajar. Anak tersebut
memang kurang diterima Tugumulyo, bersikap membangkang,
baik dilingkungnya. Hal ini Kabupaten Musi emosional, dan sering
dikarenakan informan DWS Rawas, provinsi melakukan tindakan agresif
sering bertengkar dengan Sumatera Selatan lainnya. Kondisi mental
teman-temanya. Oleh sebab anak seringkali mengalami
itu, orang tua temannya keadaan emosional yang
tidak memperbolehkan anak tidak stabil dan mudah
mereka untuk bergaul marah, suasana hati atau
dengan informan DWS. amarah yang meledak-
ledak, berteriak kepada
3. Nama:Ridho Kondisi Mental: Informan orang tuanya, melakukan
Anugrah Ilahi WAI orangnya memang hal-hal berbahaya yaitu suka
(WAI) nakal, dalam bidang melempar barang-barang

180 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020

yang pada saat itu ada di menangis terlalu lama dan


sekitarnya dan sering sering membanting barang
bertindak melanggar etika di sekitarnya.
seperti memukul sampai
mengucapkan kata-kata Kondisi fisik : Dengan
kasar dan kotor yang tidak rambut hitam lurus,
pantas diucapkan. berbentuk tubuh normal
yang sedikit kurus, sehat,
Kondisi fisik : Informan dan tidak memiliki riwayat
memiliki bentuk tubuh yang penyakit.
lumayan kurus dengan
tinggi badan normal, warna Kondisi Sosial: Informan
rambut hitam, dan kondisi suka bermain dengan
fisik yang sehat serta tidak teman- temannya, namun ia
memiliki cacat fisik juga sering menyendiri di
sedikitpun. rumah sebabkan karena ia
sudah putus sekolah dan
Kondisi Sosial : Informan bermain game. Teman
merupakan seorang siswa di bermainnya juga mungkin
Sekolah Dasar Islam membawa pengaruh buruk
Terpadu, namun pendidikan dengan menunjukkan
yang ditempuhnya pun tingkah laku yang sama.
tidak mampu merubah Sedangkan dari lingkungan
kepribadian dan sikap orang tuanya, sang ibu
buruk anak tersebut. tergolong sering
Informan adalah anak kedua memperhatikan dan
dari dua bersaudara, namun menasehati. namun sang
saudari perempuannya yang anak sendiri tidak terlalu
pertama sudah meninggal penurut akan nasihat orang
karena sakit. Keadaan tuanya.
lingkungan sekitar informan 6 Dimas Aprianto Kondisi mental : Informan
cukup baik, namun terdapat ( 7 tahun ), sering kali mudah marah
oknum-oknum tertentu Tanjung Sakti terhadap temannya ketika
(orang-orang) yang Pumu, ada salah satu barangnya
dahulunya mengajarinya Kabupaten hilang, dan yang
untuk berbicara kasar dan Lahat. dilakukannya pada saat itu
kotor, sehingga hal itu ialah seperti memukul
terbawa dan semakin temannya yang suka
menjadi sampai sekarang. mengganggunya.
Sikap agresif anak salah
satunya juga didukung oleh Kondisi fisik : Informan
pola asuh sejak dari kecil sering down saat ada
yang kurang baik bersama masalah-masalah yang
dengan sifat temperamen dihadapinya. Pada saat di
dari ayahnya dahulu. sekolah maupun di
rumahnya sang anak sering
5 Gery Hajizan, (15 Kondisi mental : anak yang mudah marah terhadap
tahun). Dusun gampang marah, karena teman-temanya yang suka
anyar, Pondok keinginannya tidak menyuruh informan
Kubang, Begkulu terpenuhi jika meminta melakukan yang informan
Tegah. sesuatu pada orang tua tidak mau lakukan.
ataupun pada teman-
temannya. Jika marah sering Kondisi Sosial : Banyaknya

181 | J u r n a l H a w a
Lailatul Badriyah, dkk:
Gambaran Psikologis Anak Penyandang Tunalaras

pengaruh buruk dari mengenai permasalahan bahwa anak


temannya, lingkungan tunlaras tidak dapat mengontrol emosinya
keluarga yang sangat keras
secara baik dan benar sehingga anak
dan kurang harmonis di
sekitar lingkungan sehingga
tunalaras kurang diterima dengan baik di
anak tersebut mudah emosi. lingkungan sekitarnya. Selain itu anak
tunalaras juga cenderung berperilaku
negatif. Ini sebagai bentuk dari tekanan
Tabel di atas menjelaskan tentang yang dirasakannya karena merasa tidak
gambaran umum informan yang berusia diterima dengan baik di lingkungannya.
antara 7-15 tahun. Gambaran yang Beberapa kata kunci yang dapat
ditampilkan meliputi kondisi secara fisik, dirangkum dari hasil observasi dan
psikis dan sosial. Secara umum hampir wawancara dapat dilihat pada tabel di
semua informan bermasalah pada kondisi bawah ini:
psikis yaitu ketidakstabilan emosi, seperti Tabel 2 : Rangkuman Hasil Observasi
gampang marah, tidak mau berbaur dan Wawancara
dengan orang lain dan hiperaktif yang No Penyebab Perilaku
berakibat kepada kondisi sosial informan 1  Keluarga  Anak kurang
baik secara internal maupun eksternal. yang kurang pandai
Untuk memperkuat hasil tabel di atas, harmonis dalam
maka pemberian daftar cek masalah  Sering bidang
sangat diperlukan untuk menjelaskan bertengkar di akademik
lebih mendalam kondisi informan. Hasil depan anak  Menjadi
daftar cek masalah dapat dilihat pada  Orang tua sosok yang
gambar di bawah ini: sering berkata pendiam
kasar kepada  Anak kreatif
DAFTAR CEK MASALAH INFORMAN anak tetapi tidak
Gambar 1: Diagram Pemberian DCM mendapat
10 dukungan
8 dari orang
6
4 tua
2  Berperilaku
0
acuh tak
masalah…

penyesuai…
penyesuai…

kebiasaan…
muda-…
rekreasi/h…

masa…
agama…
pribadi
keluarga
kesehatan

acuh
2  Orang tua  Takut kepada
yang kerap sosok ayah
bertengkar  Sering
 Sosok ayah bertengkar
Berdasarkan hasil diskusi yang telah yang terlalu dengan
dilakukan peneliti yang melibatkan enam keras teman-
orang anak penyandang tunalaras dengan  Tetangga temannya
menggabungkan hasil DCM dan hasil membatasi dan berbicara
wawancara yang telah dilakukan peneliti pergaulan kasar
secara individu dengan anak penyandang anak-anak  Kurang
tularas sehingga mendapatkan hasil mereka mendapatkan

182 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020

dengan teman untuk 6  Keluarga  Mudah


informan bermain yang kurang marah
3  Usia orang  Sering harmonis dengan
tua yang tidak membantah  Pola asuh ledakan
muda (>50 perkataan yang keras emosi
tahun) orang tua dari orang tua  Memukul
 Terdapat 3  Sering  Lingkungan teman-teman
saudara laki- membuat yang buruk yang ada
laki, informan keributan dari teman- disekitarnya
anak bungsu, dimana saja teman
kemungkinan informan informan
sibling rivalry berada yang
diantara memaksa
ketiga melakukan
saudaranya hal yang tidak
disukai
4  Sifat  Sering informan,
temperamenta membangkan berkemungki
l ayah g nan terjadinya
terhadap anak  Emosional bullying yang
 Terdapat yang meledak dialami
oknum yang  Berteriak- informan.
tidak teriak dengan
bertanggung orang tua Tabel di atas menunjukkan bahwa
jawab yang  Melemparkan penyebab terbesar berasal dari faktor
mengajari barang ketika lingkungan keluarga inti yang kurang
informan marah harmonis. Sikap dari keluarga inti
berkata kasar  Memukul tersebut ialah orang tua dan saudara yang
dan kotor orang lain tidak harmonis membuat anak merekam
ketika marah semua apa yang anak lihat, dengar dan
 Mengucapka rasakan. Adapun yang paling dominan
n kata-kata adalah sikap ayah yang terlalu keras dan
kotor dan memiliki tempramen yang tinggi sangat
kasar mempengaruhi anak untuk bersikap yang
terhadap sama terhadap orang lain, akibatnya anak
orang lain akan menunjukkan perilaku mudah
5  Putus sekolah  Sering marah, membangkang, memukul dan lain
 Lingkungan membangkan sebagainya. Hal ini akan berimbas pula
pertemanan g kepada pandangan masyarakat terhadap
yang tidak  Tidak anak. Anak akan dicap sebagai anak nakal
mendukung mendengarka yang tidak tahu aturan dan norma
 Intensitas n nasihat masyarakat, sehingga membatasi
bermain game orang tua pergaulan di lingkungan sosialnya.
tinggi

183 | J u r n a l H a w a
Lailatul Badriyah, dkk:
Gambaran Psikologis Anak Penyandang Tunalaras

Pembahasan (Discussion) disekolah, dan menyerang temannya


Adapun hasil dari pemberian DCM secara fisik. Informan juga sering berkata
kepada informan terdapat tiga hal yang bohong dan sering tidak mengakui
berkaitan dengan masalah hubungan kesalahannya sendiri, bahkan
sosial berorganisasi, agama, moral, serta menyimpang dari ajaran agama dan
masalah pribadi. Dalam masalah moral sebagaimana mestinya.
hubungan sosial dan berorganisasi pada Selain itu, dalam masalah pribadi
anak tunalaras sangatlah anak tunalaras memiliki perilaku yang
memperihatinkan karena pada dasarnya agresif apabila merasa terganggu
anak tunalaras dapat dikatakan sebagai (Nurisani, 2017). Bentuk perilaku agresif
anak nakal tidak tahu aturan. Berbagai yang ditunjukkan oleh informan dapat
tingkah laku yang ditunjukkan dengan berupa perilaku agresif fisik (non verbal)
melakukan kontradiksi dalam norma- dan verbal. Perilaku agresif fisik atau
norma sosial di masyarakat umum, tindakan langsung seperti memukul
seperti contoh melakukan pencurian, teman, menendang, melempar, dan
perusuh lingkungan dan bertindak agresif melakukan pengrusakan, yang akhirnya
terhadap orang lain (Khasanah, 2018). membuat anak akan dikucilkan.
Anak tunalaras juga menampakkan suatu Akibatnya, anak yang merasa dikucilkan
perilaku penentangan yang terus menerus akan mencari perhatian lagi dengan
kepada masyarakat, kehancuran suatu melakukan tindakan yang lebih ektrim
pribadi, serta kegagalan dalam belajar di lagi untuk mendapatkan perhatian dari
sekolah, termasuk kegagalannya dalam orang disekitarnya.
menyesuaikan diri secara sosial. Perilaku Hasil pengamatan yang telah
itu ditandai dengan tidakan agresif, yaitu dilakukan peneliti kepada anak
tidak mengikuti aturan, bersifat penyandang tunalaras dapat diketahui
mengganggu, mempunyai sikap bahwa anak tunalaras memiliki hambatan
membangkang atau menentang, tidak dengan hubungan sosialnya di mana
dapat bekerja sama serta melakukan dilihat dari sisi sosialnya yang
kejahatan remaja seperti melanggar menunjukan bahwa mereka tidak
hukum (Kusmawati, Hadi & Putra, 2018). mempunyai teman. Hasil analisis
Adapun masalah agama dan moral menunjukan bahwa mereka lebih sering
pada anak tunalaras dalam kesehariannya menyendiri dan merasa malu apabila ada
sangat bertentangan dengan ajaran agama teman baru yang dikenalnya, terutama
Islam yang mengajarkan kebaikan dan jika lawan jenis, merasa tidak nyaman
suri tauladan. Penelitian Maslahah (2005) dengan situasi baru, membanting Hp
sangat penting bimbingan secara khusus yang dibawanya, memukul Laptop saat
terkait dengan ajaran keislaman pada menemukan kendala waktu penyelesaian
anak tunalaras. Beberapa informan tugas, motivasi belajar rendah, serta
menunjukkan perilaku yang tidak baik, hanya menyukai pelajaran yang di
contohnya ketika sholat mereka akan sukainya saja (Luxviana, 2018).
menjadikan sholat sebagai bahan Berdasarkan hasil wawancara
candaan, kurang sopan dengan orang yang telah dilakukan peneliti secara
yang lebih tua darinya, misalnya kepada individu kepada anak tunalaras maka
guru di sekolah, membangkang ketika dapat diketahui bahwa mereka memang

184 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020

kurang mampu untuk menjalin hubungan menerapkan perilaku yang dapat diterima
sosial yang harmonis dengan orang lain di masyarakat dengan cara memberikan
karena hambatan emosi yang tidak stabil. perilaku yang mendidik, bukan hukuman
Akibatnya mereka mengalami kesulitan dan celaan, lebih mengarahkan kepada
pada saat mencari teman. Hal ini juga anak bahwa perilaku itu sangat tidak baik
dapat berpengaruh pada saat kegiatan untuk masa depannya nanti. Harapannya
pembelajarannya di sekolah. Proses adalah supaya anak tunalaras memiliki
belajar mengajar seharusnya menjadi modal untuk menjalani kehidupannya
ajang untuk bertukar ide dan dan mampu mencapai proses
pengalaman, karena anak tunalaras tidak perkembangan sosialnya secara baik
memiliki teman akibat perilakunya yang diterima di lingkungan keluarga dan
terkesan nakal. Akhirnya tujuan dari masyarakat sekitarnya.
pembelajaran tersebut tidak dapat Untuk mencapai perkembangan
tercapai. Hal ini juga berpengaruh sosial yang diharapkan maka anak
terhadap sikap keterampilan sosial anak. tunalaras perlu adanya bimbingan.
Anak tunalaras dicap sebagai anak yang Menurut Awwad (2015) bimbingan yang
memiliki keterampilan sosial yang diperlukan adalah bimbingan yang benar
rendah, sehingga masyarakat disekitarnya dari orang tua dan lingkungan sekitarnya
akan menolah keberadaan anak karena karena hal tersebut dapat mengubah
perilaku yang dimunculkan adalah perilaku menyimpang menjadi prilaku
perilaku yang bertentangan dengan yang positif dengan cara mengelola emosi
norma yang ada di masyarakat, sehingga serta melatih kemampuan sosialnya. Hal
akan memperburuk citra anak dan akan ini didukung pula Artikel yang
menjadikan anak frustrasi secara mental, dilakukan oleh Exwan, dkk (2014) yang
baik kesehatan mental diri maupun mana menunjukan bahwa hasil PKKM ini
mental di masyarakat. yaitu untuk melatih karawitan dan tari
Menurut Ariffiani (2017) anak bagi anak tunalaras di SLB E prayuwana
tunalaras menunjukkan perilaku sosial sebagai terapi untuk megurangi
yang berbeda-beda tergantung bagaimana kemunculan karakter tunalaras.
kondisi lingkungan di mana anak Kemudian Achmad & Sujarwanto (2010)
tumbuh dan berkembang. Tingkat menyatakan bahwa adanya perubahan
keparahan dari perilaku anak tunalaras konsep ke arah lebih positif misalnya
tergantung bangaimana lingkungan yang yaitu frekuensi penyimpangan perilaku
membentuk anak tersebut. Ada sebagian sosial semakin berkurang seperti berkata
anak sudah mampu beradapatasi dengan sopan, pakaian mulai rapi, kemudian
aturan yang ada dan mampu siswa mulai tidak melakukan kebiasaan
berkomunikasi dengan baik. Oleh karena menunggu bimbingan guru kelas atau
itu, dibutuhkan peran aktif dari lembaga- instruksi apabila mengerjakan tugas
lembaga pendidikan dan lembaga sosial sekolah serta siswa mulai dapat
untuk membantu anak mencapai memahami bahwa dirinya itu bagian dari
perkembangan sosial yang semestinya lingkungan sekolah atau lingkungan
dan seharusnya di dapat oleh anak. keluarga.
Aasindriyati (2007) mendorong lembaga
pendidikan untuk membantu anak

185 | J u r n a l H a w a
Lailatul Badriyah, dkk:
Gambaran Psikologis Anak Penyandang Tunalaras

Kesimpulan Daftar Pustaka


Berdasarkan hasil penelitian dapat Aasindriyati. 2017. “Peningkatan
disimpulkan bahwa gambaran psikologis Pengendalian Diri Pada Anak
anak tunalaras berupa perilaku agresif Tunalaras Dengan Menggunakan
yang dilakukan secara fisik dan verbal. Pendekatan Teknik Konseling
Agresi fisik yang dilakukan ialah Behavioral Di Smk 3 Bandung,”
memukul, berkelahi dengan teman, Jurnal Artikel Pendidikan. Vol. 17(2).
membanting barang, acuh tak acuh, dan Hlm: 107.
membangkang nasihat orang lain. Achmad, H.S., & Sujarwanto. 2010.
Sedangkan agresi verbal yang paling Program Layanan Bimbingan
sering dilakukan adalah berbicara kasar Konsep Diri (Self Concept) Pada
dan kotor, berteriak kepada orang lain Anak Tunalaras. Jurnal Pendidikan
ketika marah dan membantah perkataan dan Kebudayaan. Vol 16(1). Hlm: 58.
orang lain. Hal ini diperkuat dari hasil Aini, M.. 2010. Identifikasi Anak Dengan
pemberian Daftar Cek Masalah (DCM) Gangguan Emosi dan Perilaku di
yaitu pada aspek hubungan sosial dan Sekolah Dasar. JPK: Jurnal Pendidikan
berorganisasi, agama dan moral dan Khusus. Vol. 2(2). Hlm:1-14.
masalah pribadi. Penyebab terbesar dari Ariffin, G. 2017. Identifikasi Perilaku
perilaku tersebut dikarenakan faktor Sosial Siswa Anak Tunalaras Di Slb
lingkungan keluarga inti yang kurang E Yogyakarta. Skipsi. Universitar
harmonis. Sosok ayah yang Negeri Jakarta.
temperamental dan kasar mengakibatkan Awwad, M. 2015. Urgensi Layanan
anak mencontoh perilaku tersebut dan Bimbingan Dan Konseling Bagi
dilakukan pula kepada orang lain. Sering Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal
melihat pertengkaran orang tua juga Al-Tazkiah Fakultas Dakwah dan
mengakibatkan anak berbicara kasar dan Komunikasi Institut Agama Islam
kotor terhadap teman-temannya. Negeri IAIN Mataram. Vol. 7(1). Hlm:
Berdasarkan kesimpulan tersebut, ada 47.
beberapa hal yang diharapkan bisa Exwan, A.V., Akhmad, R., & Niwang, P.T.
memaksimalkan bentuk-bentuk 2014. Program Lombok Rawit
bimbingan agama dan moral terhadap Sebagai Sarana Terapi Bagi Anak
anak tunalaras. Bagi orangtua sebaiknya Tunalaras. Pelita Jurnal Fakultas
perbaiki keharmonisan dalam keluarga, Bahasa dan Seni Universitas Negeri
orang tua harus memiliki perilaku yang Yogyakarta. Vol. 2(1). Hlm: 129.
sabar dalam menghadapi anak tunalaras Khasanah, N. 2018. Pendidikan Karakter
tersebut, sehingga mereka bisa Melalui Pembelajaran Pendidikan
mendapatkan bimbingan yang baik tanpa Agama Islam Bagi Anak Tunalaras
merasa tertekan sehingga dapat Di SLB E Prayuwana Yogyakarta.
menyebabkan emosi mereka bertambah. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Beri mereka luang untuk bisa memahami Sunan Kalijaga Yogyakarta.
apa yang disampaikan tanpa ada Kusmawati, A., Hadi, C., & Putra, A.B.
kekerasan. 2018. Terapi Al-Qur’an pada Siswa
Tunalaras. JSSH: Jurnal Sains Sosial

186 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020

Humaniora Universitas Airlangga. Vol Keberagamaan Pada Anak


2(1). Hlm: 12. Tunalaras Di Madrasah Ibtidaiyah
Luxviana, N. 2018. Identifikasi Perilaku Keji Ungaran Barat. Skripsi.
Anak Tunalaras (Anak Agresif) Universitas Negeri Walisongo
Disekolah Inklusi Siswa Kelas I SD Semarng.
Bangunrejo 2 Yogyakarta. Jurnal Risnawati., Ida., H., & Mariani. 2018.
Pendidikan Universitas Negeri Deteksi Dini Penyimpangan
Yogyakarta. Vol. 29(7). Hlm: 7. Emosional Pada Anak Usia 4-6
Maryuni, S. 2009. Perilaku Delinkue Tahun. Jurnal: Medika. Hlm:1-13.
Ditinjau Dari Kecerdasan Emosi Widyawati, E. 2018. Bimbingan Bina
Penyandang Tunalaras Di Slb-E Pribadi Dan Sosial Dalam
Bhina Putera Surakaarta. Skripsi. Menumbuhkan Character Strength
Universitas Muhammadiyah Anak Tunalaras Di Slb E Bhina
Surakarta. Putera Surakarta. Skripsi. IAIN
Maslahah, A. 2015. Bimbingan Pribadi Surakarta.
Sosial Bagi Anak Tunalaras Di Slb E Wiwiet, P.,S & Dedy, K. 2017. Efektivitas
Prayuwana Yogyakarta. Skripsi. Teknik Pembelajaran Think Pair
Universitas Islam Negeri Sunan Share untuk Meningkatkan
Kalijaga Yogyakarta. Keterampilan Sosial Anak Tunalaras
Nurisani, A.N. 2017. Bimbingan Islam di SLB E Handayani. JASSI_anakku
Dalam Menanamkan Perilaku 18(1). Hlm:1-7.

187 | J u r n a l H a w a

Anda mungkin juga menyukai