JJjjagghg
Emosional
development,
social, conduct
disorder
Kata Abstrak
Kunci
perkembangan emosi, Artikel ini bertujuan untuk mengetahui kondisi psikologis anak dengan penyandang tunalaras. Menurut
sosial, tunalaras Tamsik Udin dan Tejaningsih menyatakan bahwa anak tunalaras adalah anak yang mengalami hambatan
dalam perkembangan sosial dan emosinya sehingga dimanifastikan lewat tingkah laku norma hukum,
sosial, agama yang berlaku di lingkungannya dengan frekuensi yang cukup tinggi. Artikel ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Informan berjumlah 6 orang. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi dan pemberian Daftar Cek Masalah (DCM).
Hasil menunjukkan bahwa anak dengan penyandang tunalaras memiliki ketidakstabilan emosional sehingga
terjadi hambatan dalam berperilaku baik dalam lingkup masyarakat. Hambatan dalam perkembangan sosial
pada anak tunalaras ditunjukan dengan kesulitan untuk berteman. Hal ini dikarenakan mereka tidak
mampu menyesuaikan diri dengan kelompok yang lebih luas dan kesadaran sosial mereka sangat rendah
serta mereka lebih suka bermain sendiri. Diperlukan pendekatan yang lebih baik pada anak penyandang
tunalaras seperti halnya pendekatan dalam bimbingan karena akan sangat berpengaruh pada kehidupan di
masa yang akan datang.
Alamat Korespodensi:
176 | J u r n a l H a w a Jalan Raden Fatah, Pagar Dewa,
Kota Bengkulu
Gedung Pelatihan lantai II
E-mail: Hawa@iainbengkulu.ac.id.
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020
177 | J u r n a l H a w a
Lailatul Badriyah, dkk:
Gambaran Psikologis Anak Penyandang Tunalaras
dan moral anak dengan gangguan ini menghadapi anak tunalaras yang sudah
memang kurang memahami makna dari kita ketahui bahwa anak tunalaras sulit
ajaran agama serta apabila berjanji sering untuk beradaptasi pada lingkungan
diingkarainya bahkan apa yang sekitarnya yang diakibatkan oleh tingkah
diucapkannya terkadang bertolak laku yang dapat menyebabkan anak
belakang dengan apa yang diperbuatnya. tunalaras diasingkan dan dijauhin oleh
Kemudian dari sisi akademik pun anak lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu
tunalaras sering mengalami masalah sangat penting mengetahui bagaimana
dalam menerima pelajaran yang diberikan cara menghadapi dan apa saja yang
oleh guru sehingga membuatnya sukar menghabat perkembangan sosial pada
apabila sewaktu-waktu disuruh untuk anak tunalaras agar anak tunalaras
mengerjakan tugas tersebut. Akibat dari merasa diterima dalam lingkungan
perilaku yang sering ditimbulkan oleh sekitarnya.
anak tunalaras sering dikucilkan oleh
masyarakat karena dianggap memiliki Metode
perilaku yang kurang baik. Studi ini menggunakan pendekatan
Setiap tahun terjadi lonjakan kualitatif dengan metode deskriptif.
kenaikan jumlah anak penyandang Pendekatan kualitatif berusaha
tunalaras. Pada tahun 2003 Direktorat mengungkapkan berbagai keunikan yang
Pendidikan Luar Biasa merilis terdapat terdapat dalam individu, kelompok,
351 anak tunalaras dalam 12 sekolah yang masyarakat atau organisasi dalam
ada. Kemudian melonjak naik pada tahun kehidupan sehari-hari secara menyeluruh,
2007-2008 sebanyak 801.132 dan rinci, dalam, dan dapat
mendekati angka 1 juta siswa pada tahun dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2009. Analisis ini berdasarkan sensus Adapun jumlah informan sebanyak 6
Depdiknas tahun 2009. (Maryuni, 2009). orang anak. Waktu dilaksanakan
Hasil penelitian terkait dengan penelitian pada tanggal 12-30 April 2020
anak penyandang tunalaras menunjukkan di rumah masing-masing informan
bahwa untuk mengendalikan perilaku dengan ruang lingkup mengenai
agresif pada anak penyandang tunalaras gangguan pada perkembangan sosial
harus menumbuhkan kekuatan karakter pada anak tunalaras.
melalui bimbingan pribadi dan kelompok Teknik pengumpulan data yang
(Widyawati, 2018), serta meningkatkan digunakan adalah observasi, wawancara
keterampilan sosial melalui pengalaman dan pemberian Daftar Cek Masalah
berinteraksi dengan orang lain dengan (DCM). Observasi digunakan untuk
menunjukkan tindakan untuk melihat secara langsung kegiatan sehari-
menghormati orang lain, bekerjasama, sehari yang dilakukan informan, serta
peka, dan menumbuhkan kepedulian wawancara yang ditujukan kepada
dalam kelompok masyarakat, belajar informan dengan cara memberikan Daftar
untuk mengendalikann diri dan berbagi Cek Masalah (DCM) berupa pertanyaan-
ide serta pemikiran kepada orang lain pertanyaan mengenai keadaan maupun
(Wiwiet & Dedy, 2017). Artikel ini kehidupan sehari-hari anak.
diharapkan dapat berkontribusi mengenai Analisis data dilakukan dengan cara
pentingnya dalam mencari solusi untuk mencari dan menyusun secara sistematis
178 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020
179 | J u r n a l H a w a
Lailatul Badriyah, dkk:
Gambaran Psikologis Anak Penyandang Tunalaras
180 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020
181 | J u r n a l H a w a
Lailatul Badriyah, dkk:
Gambaran Psikologis Anak Penyandang Tunalaras
penyesuai…
penyesuai…
kebiasaan…
muda-…
rekreasi/h…
masa…
agama…
pribadi
keluarga
kesehatan
acuh
2 Orang tua Takut kepada
yang kerap sosok ayah
bertengkar Sering
Sosok ayah bertengkar
Berdasarkan hasil diskusi yang telah yang terlalu dengan
dilakukan peneliti yang melibatkan enam keras teman-
orang anak penyandang tunalaras dengan Tetangga temannya
menggabungkan hasil DCM dan hasil membatasi dan berbicara
wawancara yang telah dilakukan peneliti pergaulan kasar
secara individu dengan anak penyandang anak-anak Kurang
tularas sehingga mendapatkan hasil mereka mendapatkan
182 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020
183 | J u r n a l H a w a
Lailatul Badriyah, dkk:
Gambaran Psikologis Anak Penyandang Tunalaras
184 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020
kurang mampu untuk menjalin hubungan menerapkan perilaku yang dapat diterima
sosial yang harmonis dengan orang lain di masyarakat dengan cara memberikan
karena hambatan emosi yang tidak stabil. perilaku yang mendidik, bukan hukuman
Akibatnya mereka mengalami kesulitan dan celaan, lebih mengarahkan kepada
pada saat mencari teman. Hal ini juga anak bahwa perilaku itu sangat tidak baik
dapat berpengaruh pada saat kegiatan untuk masa depannya nanti. Harapannya
pembelajarannya di sekolah. Proses adalah supaya anak tunalaras memiliki
belajar mengajar seharusnya menjadi modal untuk menjalani kehidupannya
ajang untuk bertukar ide dan dan mampu mencapai proses
pengalaman, karena anak tunalaras tidak perkembangan sosialnya secara baik
memiliki teman akibat perilakunya yang diterima di lingkungan keluarga dan
terkesan nakal. Akhirnya tujuan dari masyarakat sekitarnya.
pembelajaran tersebut tidak dapat Untuk mencapai perkembangan
tercapai. Hal ini juga berpengaruh sosial yang diharapkan maka anak
terhadap sikap keterampilan sosial anak. tunalaras perlu adanya bimbingan.
Anak tunalaras dicap sebagai anak yang Menurut Awwad (2015) bimbingan yang
memiliki keterampilan sosial yang diperlukan adalah bimbingan yang benar
rendah, sehingga masyarakat disekitarnya dari orang tua dan lingkungan sekitarnya
akan menolah keberadaan anak karena karena hal tersebut dapat mengubah
perilaku yang dimunculkan adalah perilaku menyimpang menjadi prilaku
perilaku yang bertentangan dengan yang positif dengan cara mengelola emosi
norma yang ada di masyarakat, sehingga serta melatih kemampuan sosialnya. Hal
akan memperburuk citra anak dan akan ini didukung pula Artikel yang
menjadikan anak frustrasi secara mental, dilakukan oleh Exwan, dkk (2014) yang
baik kesehatan mental diri maupun mana menunjukan bahwa hasil PKKM ini
mental di masyarakat. yaitu untuk melatih karawitan dan tari
Menurut Ariffiani (2017) anak bagi anak tunalaras di SLB E prayuwana
tunalaras menunjukkan perilaku sosial sebagai terapi untuk megurangi
yang berbeda-beda tergantung bagaimana kemunculan karakter tunalaras.
kondisi lingkungan di mana anak Kemudian Achmad & Sujarwanto (2010)
tumbuh dan berkembang. Tingkat menyatakan bahwa adanya perubahan
keparahan dari perilaku anak tunalaras konsep ke arah lebih positif misalnya
tergantung bangaimana lingkungan yang yaitu frekuensi penyimpangan perilaku
membentuk anak tersebut. Ada sebagian sosial semakin berkurang seperti berkata
anak sudah mampu beradapatasi dengan sopan, pakaian mulai rapi, kemudian
aturan yang ada dan mampu siswa mulai tidak melakukan kebiasaan
berkomunikasi dengan baik. Oleh karena menunggu bimbingan guru kelas atau
itu, dibutuhkan peran aktif dari lembaga- instruksi apabila mengerjakan tugas
lembaga pendidikan dan lembaga sosial sekolah serta siswa mulai dapat
untuk membantu anak mencapai memahami bahwa dirinya itu bagian dari
perkembangan sosial yang semestinya lingkungan sekolah atau lingkungan
dan seharusnya di dapat oleh anak. keluarga.
Aasindriyati (2007) mendorong lembaga
pendidikan untuk membantu anak
185 | J u r n a l H a w a
Lailatul Badriyah, dkk:
Gambaran Psikologis Anak Penyandang Tunalaras
186 | P a g e
Jurnal Hawa Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2020
187 | J u r n a l H a w a