Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui psikologi perkembangan anak dengan hambatan intelektual
sedang di sekolah luar biasa. Penelitian ini mcnggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak dengan hambatan intelektual sedang menunjukkan masalah
perkembangan pada semua perkembangan, yaitu fisik, kognitif, emosi, social, motoric dan Bahasa.
Adapun upaya guru kelas dan keluarga untuk meningkatkan kemandirian anak terutama untuk
kehidupan sehari-harinya yaitu melalui pembiasaan kemandirian , baik di sekolah maupun di rumah.
Kata Kunci: psikologi perkembangan, hambatan intelektual sedang, sekolah luar biasa
DOI: 10.31537/speed.v6i2.958 88
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.2
DOI: 10.31537/speed.v6i2.958 89
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.2
DOI: 10.31537/speed.v6i2.958 90
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.2
namanya sendiri. Dalam kehidupan proses, yaitu: (1) persepsi, (2) memori,
sehari-hari, anak tunagrahita sedang (3) pemunculan ide-ide, (4) evaluasi,
sangat membutuhkan pengawasan (5) penalaran. Proses-proses itu
yang terus-menerus agar mampu terus meliputi sejumlah unit yaitu skema,
berkesinambungan akan kebiasaan- gambaran, simbol, konsep, dan kaidah-
kebiasaan yang akan terus teringat dan kaidah. Para peneliti bidang ini tertarik
mampu mengerjakan suatu hal yang pada perubahan urutan proses kognitif
sering dilakukannya (Atmaja, 2018, yang dihubungkan dengan umur dan
hlm. 102) pengalaman. Ahli-ahli psikolog
Tunagrahita sedang yang disebut perkembangan berusaha untuk
mampu latih (imbesil), siswa tungrahita memahami mekanisme perubahan
sedang hanya mampu dilatih oleh kogniti pada berbagai perkembangan
tenaga pendidik dalam mengasuh kognitif.(Somantri, 206, hlm. 110)
kemampuannya, siswa tersebut sulit Dalam kecepatan belajar
dalam hal akademik, tetapi mampu
(learning rate), anak tunagrahita jauh
dalam mengusrus dirinya dan selalu
ketinggalan oleh anak normal. Untuk
membutuhkan pengawasan secara terus
mencapai kriteria-kriteria yang dicapai
menerus. (Hidayah, 2014, hlm. 21)
oleh anak normal, anak tunagrahita
Kapasitas belajar anak
lebih banyak memerlukan ulangan
tunagrahita sangat terbatas, terlebih
tentang bahan tersebut. (Somantri, 206,
kapasitasnya mengenai hal yang
hlm. 111)
abstrak. Mereka lebih banyak belajar
dengan membeo (rate learning) Berkenaan dengan memori, anak
danpada dengan pengeman. Dengan tunagrahita berbeda dengan anak
membuat kesalahan yang sama, mereka normal pada short term memory. Anak
cenderung menghindar dari perbuatan tunagrahita tampaknya tidak berbeda
berplkir. Mereka mengalami kesulitan dengan anak normal dalam long term
memusatkan perhatian, dan lapang memory, daya ingatnya sama dengan
minatnya sedikit. Mereka juga anak normal. Akan tetapi bukti-bukti
cenderung cepat lupa, sulit untuk menunjukkan anak tunagrahita berbeda
membuat kreasi baru, serta rentang dengan anak normal dalam hal
perhatiannya pendek (Atmaja, 2018, mengingat yang segera (immediate
hlm. 112) memory). (Somantri, 206, hlm. 112)
Suppes (1974) menjelaskan Beberapa penjelasan tentang
bahwa kognisi merupakan bidang yang kekurangan anak tunagrahita pada
luas yang meliputi semua keterampilan ingatan jangka pendek dipahami
akademik yang berhubungan dengan dengan pendekatan konsep neuro-
wilayah persepsi. Messen, Conger, dan biologis. Spitz (1963) menetapkan teori
Kagan (1974) menjelaskan bahwa kejenuhan cortical (Cortical Satiation
kognisi paling sedikit terdiri dari lima Theory) terhadap anak tunagrahita.
DOI: 10.31537/speed.v6i2.958 91
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.2
Spitz mengajukan sebuah hipotesis orang yang baru dikenal atau asing.
bahwa sel cortical (cortical cells) anak Pada saat observasi anak tersebut di
tunagrahita lebih lambat dalam atas hanya duduk di pangkuan ibunya
perubahan kimia, listrik, dan perubahan dan terus menagis meminta pulang.
fisik. Perubahan-perubahan temporer
yang terjadi pada se| cortical lebih sulit. Faktor utama yang menjadikan
(Somantri, 206, hlm. 112) siswa tunagrahita sulit melakukan
penyesuaian social dalam lingkungan
Fleksibilitas mental yang kurang
kegiatan tertentu atau pekerjaan adalah
pada anak tunagrahita mengakibatkan
faktor sosio-emosional. Depatement of
kesulitan dalam pengorganisasian
Health, Education and Welfare USA
bahan yang akan dipelajari. Oleh
dalm buku Delphine menungkapkan
karena itu sukar bagi anak tunagrahita
‘Faktor sosio-emosional meliputi:
untuk menangkap informasi yang
perasaan takut (anxiety), perasaan
kompleks. (Somantri, 206, hlm. 111)
ketidakpuasan disebabkan orang lain
Berdasarkan hasil observasi (envy), agresi (aggression), dan sikap
menunjukkan bahwa perbandingan negatif terhadap suatu kewenangan
perkembangan kognisi anak (attitude toward authority)’. (Rosse,
tunagrahita tersebut dengan anak dkk, 2014, hlm. 22)
normal seusianya sangat jauh berbeda. Perkembangan dorongan (drive)
Tingkat kecerdasan anak tunagrahita dan emosi berkaitan dengan derajat
sedang tersebut sangat jelas di bawah ketunagrahitaan seorang anak. Pada
rata-rata anak normal seuisanya, anak tunagrahita sedang, dorongan
kapasitas belajarnya sangat terbatas berkembang lebih baik tetapi
terutama, untuk hal-hal yang abstrak. kehidupan emosinya terbatas pada
Pada seusianya, anak normal sudah emosi-emosi yang sederhana.
dapat membaca kalimat, berhitung, (Somantri, 2006, hlm. 115)
maupun menulis. Namun ketika anak
Kanak-kanak dan penyesuaian
tunagrahitadibandingkan dengan anak
sosial merupakan proses yang saling
seuisanya anak tersebut di atas sangat
berkaitan. Kepribadian social
jauh tertinggal, pada usia saat ini anak
mencerminkan cara orang tersebut
tunagrahita tersebut belum mampu
berinteraksi dengan lingkungan.
membaca, menulis, maupun berhitung
Sebaliknya, pengalaman-pengalaman
sekalipun sederhana.
penyesuaian diri sangat besar
C. Perkembangan emosi pengaruhnya terhadap kepribadian.
Kondisi secara factual/kenyataan (Somantri, 2006, hlm. 116)
anak tersebut secara emosi anak tidak
Dalam kepribadian tercakup
dapat mengungkapkan apa yang
susunan fisik, karakter emosi, serta
diinginkannyadan anak merasa malu
karakteristik sosial seseorang.
danketakutan saat bertemu dengan
Didalamnya juga tercakup cara-cara
DOI: 10.31537/speed.v6i2.958 92
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.2
DOI: 10.31537/speed.v6i2.958 93
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.2
DOI: 10.31537/speed.v6i2.958 94
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.2
DOI: 10.31537/speed.v6i2.958 95
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.2
DOI: 10.31537/speed.v6i2.958 96
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.2
DOI: 10.31537/speed.v6i2.958 97
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.6 No.2
DOI: 10.31537/speed.v6i2.958 98