Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan yang
memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas perkembangan utama pada tahap ini
adalah menanamkan interaksi yang sesuai dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan
keterampilan intelektual khususnya di sekolah, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan
ekspansi keterampilan motorik kasar. Pertumbuhan fisik dengan pesat mulai melambat pada usia
10 hingga 12 tahun. Bentuk wajah berubah karena tulang wajah tumbuh lebih cepat dari pada
tulang kepala. Anak usia sekolah menjadi lebih kurus, kakinya lebih panjang, koordinasi
neuromotorik lebih berkembang. Gigi tetap mulai tumbuh. Keterampilan bersepeda, memainkan
alat musik, menggambar/ melukis, serta keterampilan lain yang di perlukan untuk kegiatan
kelompok serta kegiatan hidup sehari-hari sudah berkembang (Berger &
williams,1992;kozier;Erb,Blais & wilkinson, 1995).

Anak usia sekolah


adalah anak dengan usia 6-12 tahun, dimana pada usia ini anak memperoleh dasar pengetahuan
dan keterampilan untuk keberhasilan penyesuaian diri anak pada kehidupan dewasanya.Sekolah
menjadi pengalaman inti pada anak, karena dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya
sendiri dalam hubungan dengan orang tua,teman sebaya, dan orang lainnya (Wong,et
all,2009).Pada usia ini anak suka berkelompok (gangage),anak sudah mulai mengalihkan
perhatian dari hubungan intim dalam keluarga dan mulai berkerjasama dengan teman dalam
bersikap atau belajar(Gunarsa,2006), dengan demikian Anak usia sekolah mulai
dominanmenghabiskan waktu dengan teman sebayanya.

a. Factor Resiko

Risiko kesehatan pada anak usia sekolah seringkali terkait dengan faktor perilaku/kebiasaan anak
tersebut. Semua perilaku tersebut merupakan faktor risiko bagi kesehatan. Dari faktor risiko
tersebut berdampak pada timbulnya penyakit pada anak, antara lain diare, kecacingan, anemia,
kurus, kegemukan, dan penyakit tidak menular lainnya. Setiap manusia mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang berbeda-beda antara satu dengan manusia lainnya, bias dengan cepat
atau lambat, tergantung pada individu dan lingkungannya. Proses tersebut diperngaruhi oleh
beberapa factor-faktor di antaran :

1. Factor Heriditer/ genetic

Factor heriditer pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu
secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simltan mengalami
peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual. (Supartini, 2000)

Merupakan factor keturunan secara genetic dari orang tua kepada anaknya. Factor ini tidak dapat
berubah sepanjang hidup manusia, dapat menentukan beberapa karakterisktik seperti jenis
kelamin, ras, rambut ,warna mata, pertumbuhan fisik , dan beberapa keunikansifat dan sikap
tubuh seperti temperamen.

2. Factor Lingkungan/ Eksternal

Lingkungan merupakan factor yang mempengaruhi individu setiap hari mulai lahir sampai akhir
hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapainya atau tidak potensi yang yang sudah ada dalam
diri manusia tersebut sesuai dengan genetiknya.

3. Factor Status Sosial ekonomi

Status social ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Anak yang lahir dan
dibesarkan dalam lingkungan status social yang tinggi cenderung lebih dapat tercukupi
kebutuhan gizinya dibandingkan dengan anak yang lahir dan dibesarkan dalam status ekonomi
yang rendah.

4. Factor Nutrisi

Nutrisi adalah satu komponen penting dalam menunjang kelangsungan proses tumbuh kembang.
Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein,
karbohidrat,lemak , mineral ,vitamin dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi maka
proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat

.
5. Factor Kesehatan

Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembangpada anak dengan kondisi
tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah. Namun sebaliknya apabila
kondisi status kesehatan kurang baik, akan terjadi perlambatan.

b. Insiden Kejadian

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KEPRIBADIAN ANAK DENGAN KEJADIAN


BULLYING PADA SISWA KELAS V DI SD “X” DI KABUPATEN BADUNG

Ni Kadek Diyantini, 2Ni Luh Putu Eva Yanti, 3Sagung Mirah Lismawati 1,2Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 3UPTD Puskesmas
IV Denpasar Selatan

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian descriptive corelational dengan pendekatan


pengumpulan data yang bersifat cross sectiona

Hasil : Kejadian Bullying pada Siswa . Sebagian besar responden (58,2%) terlibat
dalam kejadian bullying di sekolah, dimana lebih banyak yang berstatus sebagai korban
(30,9%) dan pelaku sekaligus korban (18,2%) dibandingkan dengan yang berstatus sebagai
pelaku saja (9,1%).

Dari kejadian bullying tersebut, yang paling sering terjadi adalah jenis bullying fisik (71,9%)
dibandingkan dengan bullying verbal (46,9%) maupun bullying relasional (40,6%) (tabel 3).
Sedangkan dilihat dari lokasi terjadi bullying, diketahui bahwa ruangan kelas merupakan
lokasi tersering terjadinya bullying (90,6%).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar kejadian bullying terjadi pada anak
laki-laki (65,6%) dibandingkan dengan anak perempuan (34,3%).

Anak yang memiliki geng juga didapatkan memiliki peluang lebih besar (53,1%) untuk
terlibat dalam kejadian bullying dibandingkan dengan yang tidak memiliki geng (46,9%)

Akan tetapi hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara karakteristik anak yang dilihat dari umur, jenis kelamin serta ada tidaknya geng
maupun antara tipe kepribadian anak dengan kejadian bullying yang terjadi pada siswa,
dengan nilai p>0,05.

c. Peran Perawat

peran perawat sebagai orang tua yang baik menuntut perawat mampu menciptakan lingkungan
yang terbuka, komunikasi yang jujur, dan memberi gambaran yang jelas tentang batasan
hubungan anak-orang dewasa yang bebas dari keintiman yang pura-pura. Lingkungan yang
terapeutik harus memberi perlindungan pada anak dari ancaman dinamika keluarganya yang
patologis.

B. Tujuan Penulisan
 Mahasiswa diharapkan memperoleh pengetahuan mengenai asuhan keperawatan sehat
jiwa pada anak usia sekolah.
 Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa mengenai asuhan keperawatan
sehat jiwa pada anak usia sekolah.
 Mengetahui karakteristik anak usia sekolah
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Definisi Kesehatan Jiwa Usia sekolah ( 5 – 12 Tahun)

Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan
yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas perkembangan utama pada
tahap ini adalah menanamkan interaksi yang sesuai dengan teman sebaya dan orang lain,
meningkatkan keterampilan intelektual khususnya di sekolah, meningkatkan keterampilan
motorik halus, dan ekspansi keterampilan motorik kasar. Pertumbuhan fisik dengan pesat mulai
melambat pada usia 10 hingga 12 tahun. Bentuk wajah berubah karena tulang wajah tumbuh
lebih cepat dari pada tulang kepala. Anak usia sekolah menjadi lebih kurus, kakinya lebih
panjang, koordinasi neuromotorik lebih berkembang. Gigi tetap mulai tumbuh. Keterampilan
bersepeda, memainkan alat musik, menggambar/ melukis, serta keterampilan lain yang di
perlukan untuk kegiatan kelompok serta kegiatan hidup sehari-hari sudah berkembang (Berger &
williams,1992;kozier;Erb,Blais & wilkinson, 1995).

Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari delapan belas tahun dan sedang
berada dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis,
sosial dan spiritual. Sedangkan anak usia sekolah dapat diartikan sebagai anak yang berada
dalam rentang usia 6-12 tahun, dimana anak mulai memiliki lingkungan lain selain keluarga
(Supraptini, 2004). Anak usia sekolah biasa disebut anak usia pertengahan. Periode usia tengah
merupakan periode usia 6-12 tahun (Santrock, 2008). Periode usia sekolah dibagi menjadi tiga
tahapan umur yaitu tahap awal 6-7 tahun, tahap pertengahan 7-9 tahun dan pra remaja 10-12
tahun (DeLaune & Ladner, 2002; Potter & Perry, 2005).

Untuk perkembangan emosional dan sosial, anak usia sekolah perlu di berikan kesempatan untuk
belajar menerapkan peraturan dalam berinteraksi dengan orang lain di luar keluarga. Anak juga
mengamati bahwa tidak semua keluarga berinteraksi dengan cara atau sikap yang sama bahwa
setiap keluarga mempunyai perbedaan norma tentang prilaku yang di terima atau tidak di terima.
Oleh karena itu, perlu bagi anak untuk mengembangkan kesadaran dan penghargaan terhadap
perbedaan tiap keluarga sehingga dapat berhubungan dengan orang lain secara efektif.

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Hiperaktif
Ini merupakan sebuah gangguan psikologi anak yang cukup sering terjadi. Seorang
anak akan mendapatkan sebuah gangguan perilaku dimana mereka cenderung
bergerak aktif bahkan super aktif di dalam rumah atau di lingkungan permainan
bersama dengan teman-temannya. Anak-anak yang hiperaktif bisa membahayakan
teman-temannya akibat perilaku yang terjadi secara spontan dan tanpa pikir panjang.
Oleh karena itu, seorang anak dengan masalah psikologi hiperaktif memerlukan
penanganan yang begitu cepat.
2. Sulit berkonsentrasi
Apakah anda pernah menemukan anak yang sulit berkonsentrasi? Tentu saja begitu
banyak. Anak dengan konsentrasi yang buruk bisa membuatnya kesulitan apabila
harus belajar dalam waktu lama dan mengerti mengenai beberapa materi
pembelajaran. Mereka cenderung mudah terpengaruh terhadap hal yang ada di
sekitarnya sehingga tidak mampu berkonsentrasi secara maksimal.
3. Pemurung dan penyendiri
Ketika kita telah membahas mengenai anak-anak yang ceria bahkan hiperaktif, ada
pula anak yang berperilaku sebaliknya. Mereka sangat sulit bergaul dan cenderung
merasa malu dengan keadaan mereka sendiri. Anak-anak seperti ini juga tidak boleh
dibiarkan berlarut karena jiwa sosial mereka tidak bisa berkembang jika selalu
dibiarkan.
4. Masalah bicara
Seorang anak yang mempunyai masalah bicara juga banyak terjadi. Rata-rata mereka
mempunyai masalah mengenai artikulasi dimana pembicaraan yang mereka lakukan
kurang jelas dan sulit diterima oleh lawan bicara. Salah satu cara terbaik yang bisa
dilakukan untuk memecahkan masalah ini adalah dengan terapi bicara. Seorang anak
akan diajarkan bagaimana cara berbicara dengan konsep yang pelan, lambat, namun
jelas.
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL SEHAT PADA SEKOLAH

I. Pengkajian

Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah


 Identitas anak.
 Riwayat kehamilan sampai kelahiran.
 Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.
 Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).
 Pertumbuhan dan perkembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai)
 Pemeriksaan fisik.

II. Pohon Masalah

GURU

TEMAN SEBAYA
KESEHATAN JIWA ANAK USIA
SEKOLAH
KONDISI FISIK SEKOLAH
(6 -12 TAHUN)

KURIKULUM

PROSES PEMBELAJARAN
III. Data Fokus

Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut:

Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah

IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN


Tujuan
1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
3. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
4. Mengembangkan kecerdasan
5. Mengembangkan nilai-nilai moral
6. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan

V. Tindakan keperawatan
1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
a. Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
b. Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
c. kolaborasi pemberihan vitamin dan vaksinasi ulang (booster)
d. Ajarkan kebersihan diri
2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
a. Kaji ketrampilan motorik kasar dan halus anak
b. Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejar-kejaran,
papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola, lompat tali)
c. Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus (belajar
menggambar/melukis, menulis, mewarna, membuat kerajinan tangan seperti vas, kotak
pensil, lampion dsb, )
d. Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain
3. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
a. Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak
b. Sediakan waktu bagi anak untuk bermain keluar rumah bersama teman kelompoknya
c. Berikan dorongan dan kesempatan ikut berbagai perlombaan
d. Berikan hadiah atas prestasi yang diraih
e. Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa
4. Mengembangkan kecerdasan
a. Kaji perkembangan kecerdasan anak
b. Mendiskusikan kelebihan dan kemampuannya
c. Memberikan pendidikan dan ketrampilan yang baik bagi anak
d. Memberikan bahan bacaan dan pemainan yang meningkatkan kreatifitas
e. Bimbing anak belajar ketrampilan baru
f. Libatkan anak melakukan pekerjaan rumah sederhana misalnya masak, membersihkan
mobil, menyirami tanaman, menyapu
g. Latih membaca, menggambar dan berhitung
h. Asah dan kembangkan hobby yang dimiliki anak
5. Mengembangkan nilai-nilai moral
a. Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak
b. Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif
c. Ajarkan hubungan sebab akibat suatu tindakan
d. Bimbing anak saat menonton TV dan membaca buku cerita
e. Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak
f. Latih kedisplinan
6. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
a. Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
b. Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
c. Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan keluarga
d. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi seimbang
e. Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal pada usia sekolah
f. Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia sekolah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa anak usia sekolah adalah masa dimana anak mulai belajar memasuki dunia pendidikan
mengenal orang tua kedua dan teman sebaya .karena itu perlunya pemahaman akan
penyesuaian diri dan semakin berkembang menjadi remaja itu seperti apa, sehingga para
anak tidak langsung stres dan kemudian mengira perkembangan itu membuat mereka takut.
Maka keluargalah yang seharusnya memberikan pemahaman pada anak usia sekolah, supaya
tidak bertambah lagi anak usia sekolah bergaul sembarangan yang ada di Indonesia. Selain
orang tua, Jadi, para anak usia sekolah pun dituntut untuh lebih peka terhadap setiap
pengaruh yang ada. Anakpun harus bisa memilih mana yang baik dari setiap perilaku yang
akan mereka lakukan, agar tidak merugikan dirinya dan orang lain.

B. Saran

Semoga dengan diberikan asuhan keperawatan psikososial sehat pada sekolah agar lebih dapat
memahami definisi dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A. and Perry, Anee G. (1985). Fundamentals of Nursing concept, process, and
practice. St. Louis : The C.V. Mosby Company
Spesialis Jiwa FIK 2005-2007 dan tim pengajar spesialis jiwa (2008). Draft Standar Asuhan
Keperawatan Program Spesialis Jiwa. Jakarta : Progaram Magister Keperawatan Jiwa
FIK UI
Stolte, K. (2004), Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai