sekolah
3 Oktober 2016novitasari mahasiswi stikes yarsi
makalah-jiwa
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan
yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas perkembangan
utama pada tahap ini adalah menanamkan interaksi yang sesuai dengan teman sebaya
dan orang lain, meningkatkan keterampilan intelektual khususnya di sekolah,
meningkatkan keterampilan motorik halus, dan ekspansi keterampilan motorik kasar.
Pertumbuhan fisik dengan pesat mulai melambat pada usia 10 hingga 12 tahun.
Bentuk wajah berubah karena tulang wajah tumbuh lebih cepat dari pada tulang
kepala. Anak usia sekolah menjadi lebih kurus, kakinya lebih panjang, koordinasi
neuromotorik lebih berkembang. Gigi tetap mulai tumbuh. Keterampilan bersepeda,
memainkan alat musik, menggambar/ melukis, serta keterampilan lain yang di
perlukan untuk kegiatan kelompok serta kegiatan hidup sehari-hari sudah
berkembang (Berger & williams,1992;kozier;Erb,Blais & wilkinson, 1995).
Dengan ketenangan dan kebahagiaan jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan
mental. Ayat-ayat tersebut adalah:
Artinya: Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman
ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri,
yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka,
dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum
(keadaan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. 3:
164)
1. Tujuan
1. Tujuan umum
1. Metode Penulisan
BAB I Berupa bab pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, Ruang lingkup dan sistematika dari penulisan.
BAB II Berupa bab isi dan penjelasan materi, berisi tinjauan teoritis yang
bersumber dari referensi buku-buku dan internet.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Untuk perkembangan emosional dan sosial, anak usia sekolah perlu di berikan
kesempatan untuk belajar menerapkan peraturan dalam berinteraksi dengan orang lain
di luar keluarga. Anak juga mengamati bahwa tidak semua keluarga berinteraksi
dengan cara atau sikap yang sama bahwa setiap keluarga mempunyai perbedaan
norma tentang prilaku yang di terima atau tidak di terima.
Oleh karena itu, perlu bagi anak untuk mengembangkan kesadaran dan
penghargaan terhadap perbedaan tiap keluarga sehingga dapat berhubungan dengan
orang lain secara efektif.
Menurut Erikson, tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengenbangkan pola
industri (produktif) versus inferioritas (rendah diri).
Orang tua perlu mendukung dan menjadi contoh peran bagi anak untuk merangsang
anak agar produktif.
Perkembangan seksual dan citra diri tidak hanya berhubungan dengan aspek
fisiologis, tetapi juga perasaan kompeten, penerimaan, dan penghargaan.
Perasaan berhasil melakukan sesuatu menjadi sangat penting dalam proses
tumbuh-kembang anak usia sekolah. Mereka juga telah memahami konsep gender
bahwa anak laki akan menjadi bapak dan anak wanita akan menjadi ibu kalau sudah
dewasa. perkembangan kognitif terjadi cukup pesat pada masa ini, yaitu menerapkan
keterampilan merasionalisasikan pemahaman tentang ide atau konsep. Mereka dapat
menghubungkan antara konsep waktu dan ruang, mampu mengingat, serta
keterampilan mengumpulkn benda yang sejenis. Anak usia sekolah juga telah belajar
pentingnya memerhatikan norma di rumah, sekolah, agama, dan menghargai tokoh
otoriter, seperti orangtua atau guru.
Pengaruh pengalaman masa kecil terhadap perilaku pada saat dewasa. Freud
menyatakan bahwa masa lima tahun pertama kehidupan anak sangat penting pada
usia lima tahun karakter dasar yang dimiliki anak sangat penting dan pada usia lima
tahun karakter dasar yang dimiliki anak telah terbentuk dan tidak dan tidak dapat
diubah lagi. Freud juga mengenalkan, anatara lain, konsep transferens, ego,
mekanisme koping ( coping mechanism). Sullivian memfokuskan teori
perkembangan anak pada hubungan antara manusia. Tema sentral teori Sullivian
berkisar pada teori Sullivian berkisar pada ansietas dan menekankan bahwa
masyarakat sebagai pembentuk kepribadian. Anak belajar perilaku tertentu karena
hubungan interpersonal.
Body image (citra tubuh) merupakan konsep biofisik yang juga mempunyai
dimensi biologis dan sosial dalam perkembangan seseorang. Bersifat dinamis dan
berkembang mengikuti perkembangan interpersonal, lingkungan, citra tubuh ideal,
dan penyesuaian sebagai respon terhadap pertumbuhan fisik dan pengalaman hidup.
Maturasi secara teratur dan berangsur terbentuk yang membedakan anak
sebagai bagian yang terpisah dari ibunya, dan skema tubuh mereka menjadi lebih
mantap dan stabil pada akhir masa remaja.
Teori psikonalitis yang di kembangkan oleh freud, begitu pula teori interpersonal
psikiatri yang di kenalkan oleh sullivan mendasari teori psikologis perkembangan
yang akan di jelaskan berikut ini.
Freud adalah orang pertama yang menemukan teori perkembangan kepribadian dalam
pengobatan psikonoalitis pada orang dewasa. Ia menekankan pada tahap
perkembangan dan
1. Teori Perkembangan Kognitif
Teori piaget menekankan bahwa cara anak berpikir berbeda dari pada orang dewasa,
bahkan anak belajar secara spontan tanpa mendapatkan masukan dari orang dewasa.
Menurut piaget, anak belajar melalui proses meniru dan bermain, menunjukan proses
kegiatan asimilasi, dan akomodasi, yang menjabarkan tiap tahap dan usia dari
kematangan kognitif anak. Perkembangan kognitif mengitegrasikan struktur pola
prilaku sebelumnya ke arah pola prilaku baru yang kompleks. Kecepatan tiap tahap
perkembangan dipengaruhi oleh perbedaan tiap individu dan pengaruh sosial. Piaget
tidak setuju dengan pendapat ilmuan lain bahwa orang dewasa dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan sebelumnya.
Perkembangan moral diartikan sebagai konversi sikap dan konsep primitif ke dalam
standar moral yang komprehensif. Proses transformasi ini merupakan bagian dari/dan
bergantung pada kumpulan pertumbuhan kognitif anak, yang timbul sejalan dengan
hubungan anak dengan dunia luar. Teori perkembangan moral, antara lain,
dikemukakan oleh Freud, Piaget, dan Kohlberg.
Pada dasarrnya tidak ada satu teori pun yang secara lengkap dapat menjelaskan
perkembangan jiwa anak dan menyimpulkan secara holistik tentang pennyimpangan
kesehatan jiwa pada anak termasuk landasan intervensi yang perlu dilakukan. Oleh
karena itu, dalam keperawatan jiwa pada anak dapat digunakan suatu pendekatan
yang berfokus pada keterampilan kompetensi ego anak. Menurut stuart dan sundeen
(1995), pendekatan ini sangat efektif dan sensitif secara kultural dalam merencanakan
dan mengimplementasikan intervensi keperawatan apapun diagnosis psikiatrik atau
dimana pun tatanan pelayanan kesehatan jiwa diberikan.
Sembilan keterampilan kompetensi ego yang perlu dimiliki oleh semua anak untuk
menjadi seorang dewasa yang kompeten menurut Stayhorn (1989) adalah:
Secara lebih terinci keterampilan kompetensi ego yang berkembang sejak awal
kehidupan, yaitu pada masa kanak-kanak dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Menjalin hubungan dekat yang penuh rasa percaya. Keterampilan dasar untuk
tumbuh-kembang yang positif adalah kemampuan membina hubungan dekat dan
penuh rasa percaya dengan orang lain. Untuk mengetahui keterampilan anak, kita
perlu menanyakan pertanyaan sebagai berikut.
2. Apakah anak senang berteman atau bergaul ?
3. Apakah anak sering mengganggu teman ?
4. Apakah anak tidak tahu apa yang harus dikatakan ketika berkenalan dengan
seseorang ?
1. Apakah anak tampak murung atau cemas ketika tidak bersama ibunya ?
2. Apakah anak tampak tampak murung atau cemas jika merasa ada orang yang
tidak menyukainya ?
3. Jika murung, apakah ada yang dapat dilakukan oleh anak untuk mengatasi
perasaannya ?
Lingkungan yang aman dapat memberi kesempatan pada anak untuk belajar dan
mempraktikkan keterampilan membuat keputusan dan mengatasi konflik bersama,
seperti latihan membuat keputusan kelompok yang sangat memerlukan kerja sama.
Anak perlu dibantu untuk mengidentifikasi rasa takutnya yang berhubungan dengan
kerja sama dengan orang lain. Yang penting diperhatikan bukan kita selaku orang tua
yang mengatasi konflik untu anak, tetapi menggunakan situasi untuk mengajarkan
anak keterampilan bernegosiasi dan membentuk sosialisasi yang sesuai melalui
penghargaan (reinforcement).
5.Membina perasaan adaptif tentang arah dan tujuan yang diinginkan. Sejak usia pra-
sekolah, anak-anak telah mulai memikirkan tentang kehidupan mereka jika telah
dewasa. Keinginan dan gambaran mereka tentang kehidupan yang akan datang
sanagat dipengaruhi oleh kehidupan yang mereka amati disekitarnya. Pertanyaan
untuk menggali keterampilan anak ini, antara lain, sebagai berikut.
1. Apakah anak merasa bahwa hidup mereka kelak akan lebih baik?
2. Apakah anak tidak tahu apa yang harus mereka lakukan jika telah dewasa?
3. Apakah anak merasa bersekolah merupkan hal yang penting dan menganggap
sekolah sebagai sesuatu yang memang harus dilakukan?
3. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang dibutuhkan
anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten. Selain mengkaji
keterampilan yang telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu mengkaji data
demografi, riwayat kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan
fisik, status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan keluarga.
1. Data demografi. Pengkajian data demografi meliputi nama; usia; tempat; dan
tanggal lahir anak; nama, pendidikan, alamat orang tua; serta data lain yang
dianggap perlu diketahui. Riwayat kelahiran, alergi, penyakit da pengobatan yang
pernah diterima anak, juga perlu di kaji. Selain itu, aktifitas kehidupan sehari-hari
anak meliputi keadaan gizi termasuk berat badan,
jadwal makan, dan minat erhadap makanan tertentu; tidur termasuk kebiasaan dan
masalah kualitas tidur;; eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan
dengan eliminasi; kecacatan dan keterbatasan lainnya.
1. Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata,
telinga, hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler, muskuloskeletal, dan
neurologis anak. Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap prilaku anak. Misalnya, anak
yang menderita diabetes atau asma sering berprilaku merusak dalam usahanya
mengendalikan lingkungan. Selain itu, hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai
dasar dalam menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui
kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah di alami anak.
2. Status mental. Pemeriksaan status mental anak bermanfaat untuk memberi
gambaran mengenai fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan
tingkat fungsi ego anak dari waktu kewaktu. Oleh karena itu, status mental anak
perlu dikaji setiap waktu dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak.
Menggunakan alat bermain sangat bermanfaat untuk mengalihkan fokus anak
(yang menimbulkan ansietas) ke karakter yang digunakan dalam permainannya.
Data dicatat sesuai dengan perilaku yang di amati untuk menjaga objektivitas
pengkajian, kesan, perasaan, dan pendapat perawat.Pemeriksaan status mental
meliputi keadaan emosi, proses berpikir, dan isi pikiran; halusinasi dan persepsi;
cara bocara dan orientasi; keinginan untuk bunuh diri atau membunuh. Pengkajian
terhadap hubungan interpersonal anak dilihat dalam hubungannya dengan anak
sebayanya yang
3. penting untuk untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia. Pertanyaan
yang perlu diperhatikan perawat ketika mengkaji hubungan interpersonal anak,
antara lain sebagai beriku.
4. Apakah anak berhubungan dengan anak sebaya dan dengan jenis kelamin
tertentu?
5. Apakah anak dalam struktur kekuasaan dalam kelompok?
6. Bagaimana keterampilan sosial anak ketika menjalin dan berhubungan dengan
anak lain?
7. Apakah anak mempunyai teman dekat?
Kemampuan anak berhubungan dengan orang dewasa juga penting dikaji untuk
mengetahui kebutuhan anak akan tokoh panutan dan kebutuhan anak akan dukunga
dan kasih sayang.
1. Riwayat personal dan keluarga. Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor
pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang anak, yang biasanya
dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mengerti
prilaku anak dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan. Pengumpulan
data keluarga merupakan kebagian penting dari pengkajian melalui pengalihan
fokus dari anak sebagai individu ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi
kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang telah
dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2. Perencanaan
Setelah pengkajian selesai dan masalah utama yang dialami anak telah diidentifikasi,
rencana perawatan dan pengobatan yang komprehensif di susun. Tujuan asuhan
keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak, seperti modifikasi,penyesuaian
sekolah anak dan perubhan lingkungan anak. Tujuan umum untuk anak yang dirawat
di unit perawatan jiwa adalah sebagai berikut.
3. Implementasi
Berbagai bentuk terapi pada anak dan keluarga dapat diterapkan yang terdiri atas
sebagai berikut.
1. Terapi bermain. Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk
mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk;
2. Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat
dikendalikan sebelumnya;
3. Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari;
4. Berkomunikasi dengan orang lain;
5. Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengan diri sendiri,
dunia luar, dan orang lain;
6. Mencocokan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas.
7. Terapi keluarga. Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi
keluarga. Orang tua perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam
permasalahan yang dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang
terjadi pada anak dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk
menyadari bahwa keadaan dalam keluarga terus menimbulkan gangguan pada
anak. Oleh karena itu, perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran
keluarga.
8. Terapi kelompok. Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang
melakukan kegiatan atau berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk
meningkatkan uji realitas, mengendaikan impuls (dorongan internal),
meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan; kematangan dan
keterampilan sosial anak.
Peran perawat sebagai orang tua yang baik menuntut perawat mampu menciptakan
lingkungan yang terbuka, komunikasi yang jujur, dan memberi gambaran yang jelas
tentang batasan hubungan anak-orang dewasa yang bebas dari keintiman yang pura-
pura. Lingkungan yang terapeutik harus memberi perlindungan pada anak dari
ancaman dinamika keluarganya yang patologis.
4. Evaluasi
Apabila gejala telah berkurang dan gambaran klnis anak membaik, serta rencana
jangka panjang telah disusun, anak dikeluarkan dari rumah sakit. Penentuan rencana
pemulangan anak kerumahnya, lebih sulit dilakukan pada anak dengan perawatan
jangka panjang.
BAB III
PENUTUPAN
1. Kesimpulan
Masa anak usia sekolah adalah masa dimana anak mulai belajar memasuki dunia
pendidikan mengenal orang tua kedua dan teman sebaya .karena itu perlunya
pemahaman akan penyesuaian diri dan semakin berkembang menjadi remaja itu
seperti apa, sehingga para anak tidak langsung stres dan kemudian mengira
perkembangan itu membuat mereka takut. Maka keluargalah yang seharusnya
memberikan pemahaman pada anak usia sekolah, supaya tidak bertambah lagi anak
usia sekolah bergaul sembarangan yang ada di Indonesia. Selain orang tua, Jadi, para
anak usia sekolah pun dituntut untuh lebih peka terhadap setiap pengaruh yang ada.
Anakpun harus bisa memilih mana yang baik dari setiap perilaku yang akan mereka
lakukan, agar tidak merugikan dirinya dan orang lain.
1. Saran
DAFTAR PUSTAKA