Home
Comment
Profile
Search...
ABOUT ME
_Ly_`s pageS
lakuin yang buat kamu bahagia tanpa mengecewakan satu orangpun, terutama orangtua.
Lihat profil lengkapku
LABELS
BLOG ARCHIVE
► 2015 (1)
► 2014 (2)
► 2013 (5)
► 2012 (13)
► 2011 (3)
▼ 2010 (144)
o ► 09/05 - 09/12 (18)
o ► 08/29 - 09/05 (9)
o ► 08/15 - 08/22 (13)
o ► 08/08 - 08/15 (12)
o ► 06/27 - 07/04 (4)
o ► 06/13 - 06/20 (4)
o ► 06/06 - 06/13 (2)
o ► 05/30 - 06/06 (4)
o ► 05/23 - 05/30 (1)
o ► 05/09 - 05/16 (5)
o ► 04/11 - 04/18 (2)
o ▼ 03/28 - 04/04 (10)
Ajaib, Gadis Kecil Itu Hidup Tanpa Otak Kanan
EdiT Foto ONLINE GRATIS !!!
Merebut Kembali Akun Facebook yang Kena HACK
Beda Orang Pinter dan Orang Bodoh.
Design/Edit Foto Unik dengan Mudah secara Online
Askep Klien GawaT darurat (Gadar) dengan gangguan ...
Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Hifofisis A. DEF...
Askep Klien GawaT darurat (Gadar) dengan gangguan ...
BAB I I. PENDAHULUANPengertianKelenjar adrenal ada...
Koma Hipoglikemi
o ► 03/21 - 03/28 (19)
o ► 03/14 - 03/21 (5)
o ► 03/07 - 03/14 (6)
o ► 02/14 - 02/21 (12)
o ► 02/07 - 02/14 (17)
o ► 01/10 - 01/17 (1)
► 2009 (40)
► 2007 (1)
FEEDJIT
RECENT NEWS
SeLy Madona
Diberdayakan oleh Blogger.
A. DEFINISI
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di
dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa
tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali
menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan
menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.
Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya.
Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas
hipofisa. Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan
lobus posterior (belakang).
Konsep Dasar
Hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hiperplasi hipofisis sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah satu hormon
hipofisis atau lebih. Jenis – jenis penyakit hyper pituitary:
cLiK this [URL=http://www.laymark.com]
[img]http://www.laymark.com/i/c/c49.gif[/img][/url]
c. Manifestasi klinis :
Pada kasus SIADH berat, gejalanya meliputi::
· Nausea
· Muntah
· Irritability
· Perubahan prilaku seperti meracau, bingung dan halusinasi,
· Seizures
· Stupor
· Koma
d. Patofisiologi
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ( vasopresin) menjadi kuat
adalah penurunan valume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat terutama saat
volume darah turun 15 – 25 persen, dengan kecepatan sekresi meningkat sering
sampai 50 kali dari normal. Penyebab peningkatan ini adalah atrium, terutama atrium
kanan, mempunyai reseptor regang yang di bangkitkan, reseptor akan mengirimkan
sinyal ke otak untuk menghambat sekresi ADH. Sebaliknya, bila tidak dibangkitkan
akibat tidak penuhnya pengisian, terjadi proses yang berlawanan, dengan peningkatan
sekresi ADH yang sangat besar. Lebih lanjut, di samping reseptor regangan atrium,
penurunan regangan baroreseptor pada daerah karotid, aortik dan pulmonari dalam
peningkatan sekresi ADH.
Sekresi darah yang terlalu banyak ke dalam atrium dapat terjadi pada jantung
yang kardiomegali. Atrium yang mebesar tanpa di ikutioleh katup – katupnya membuat
darah menumpuk pada atrium – atrium dan akhirnya terjadilah gagal jantung.
2. Galaktore
a. Definisi
Galaktore adalah pembentukan air susu pada pria atau wanita yang tidak sedang
dalam masa menyusui.
b. Etiologi
d. Patofisiologi
4. Akromegali
a. Definisi
Akromegali adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan
yang berlebihan dan terjadi pada usia 30-50 tahun.
b. Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor
hipofisa jinak (adenoma).
c. Manifestasi klinis
· Tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang. Gambaran tulang wajah
menjadi kasar, tangan dan kakinya membengkak.
· Penderita memerlukan cincin, sarung tangan, sepatu dan topi yang lebih besar.
· Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya
kulit.
· Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat di dalam kulit membesar, menyebabkan
keringat berlebihan dan bau badan yang menyengat.
· Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang
menonjol (prognatisme).
· Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan
serak. Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut. Tulang rusuk menebal menyebabkan
dada berbentuk seperti tong. Sering ditemukan nyeri sendi; setelah beberapa tahun
bisa terjadi artritis degeneratif yang melumpuhkan. Jantung biasanya membesar dan
fungsinya sangat terganggu sehingga terjadi gagal jantung.
· Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan di tungkai dn lengannya
karena jaringan yang membesar menekan persarafan. Saraf yang membawa sinyal dari
mata ke otak juga bisa tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama
pada lapang pandang sebelah luar.
· sakit kepala hebat.
d. Patofisiologi
Bila tumor asidofilik timbul sesudah masa dewasa muda-yakni, sesudah epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang maka orang itu tidak dapat tumbuh lebih tinggi
lagi, namun jaringan ikat longgarnya masih terus tumbuh dan tebal tulangnya msih
terus tumbuh. Perbesaran tadi terutama dapat di lihat pada tulang – tulang kecil
tangan dan kaki serta pada tulang membranosa, termasuk tulang tengkorak, hidung,
penonjolan tulang dahi , tepi supraorbital, bagian bawah rahang, dan bagian tulang
vertebra, sebab pada masa dewasa muda pertumbuhan tulang – tulang ini tidak
berhenti. Akibatnya, tulang rahang tampak menonjol ke depan, kadang kala sampai
setengah inci ke depan, dahi menyempit ke depan sebab pertumbuhan tepi
supraorbitalnya sangat besar, hidung membesar sampai dua kali ukuran normal,
kakinya membutuhkan sepatu berukuran 14 atau lebih besar, dan jari – jarinya
menjadi sangat tebal .
Pengkajian
A. Pengkajian perawatan secara umum
1. Pemantauan akan potensial komlikasi kelainan endokrin dan pengelolaannya
2. Pemantauan akan tanda – tanda dan gejala klinik yang menunjukkan adanya
ketidakseimbangan hormonal
3. Mengetahui persepsi pasien dan keluarga pasien mengenai masalah kesehatan,
pengelolaan dan bantuan yang diperlukan.
4. Menentukan barasumber yang diperlukan pasien dan keluarganyauntuk dapat
mengatasi penyakitnya dan untuk pengelolaannya di rumah sakit dan setelah ulang
dari rumah sakit.
5. pengkajian psikologis dan sosial
B. Pengkajian keperawatan secara khusus
1. Riwayat penyakit.
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
3. Keluhan utama, melipuse :
• Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jari-jari,
tangan, dll.
• Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensia.
• Nyeri kepala.
• Gangguan penglihatan.
• Libido seksual menurun, dll.
4. Pemeriksaan fisik dan masalah klinik yang sering di jumpai, meliputi :
• Amati bentuk wajah.
• Kepala, tangan/ lengan dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
• Adanya kesulitan mengunyah.
• Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit
bergerak.
• Peningkatan respirasi kulit.
• Suara membesar karena hipertropi laring
• Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.
• Disfagia akibat lidah membesar.
• Kelemahan
• Perubahan nutisi
• Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
• Perubahan kardiovaskular
• Perubahan karakteristik tubuh
• Intoleransi terhadap stress
• Ketidakstabilan emosional
• Perubahan produksi
C. Data Subjektif
1. Kelemahan dan pola tidur
2. Pola makan ( fekuensi dan asupan makanan)
3. Higiene khusus dan kebutuhan untuk bercukur
4. Riwayat kardiovaskular
5. Polaintake dan out[ut cairan
6. Rasa tidak nyaman
7. Penggunaan obat – obatan
8. Riwayat reproduksi
9. Penggunaan medikasi
10. Kelainan endokrin dan pengelolaannya.
D. Data Objektif
1. Tinggi dan berat badan
2. Proporsi tubuh
3. Jumlah dan distribusi masa obat
4. Distribusi lemak
5. Pigmentasi kulit
6. Distribusi rambut
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan fungsi target organ
2. Pemeriksaan ACTH, TSH, FSH dan LH serta hormone nontropik
3. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormone dan dengan
melakukan efeknya terhadap kadar hormone sarum.
4. Foto rongen kepala dan tulang kerang tubuh dengan CT scan
G. Terapi
Dikenal 2 macam terapi, yaitu:
1. Terapi pembedahan
Efek samping operasi dapat terjadi pada 6 – 20% kasus, namun pada umumnya dapat
diatasi. Komplikasi pasca operasi dapat berupa kebocoran cairan serebro spinal (CSF
leak), fistula oro nasal, epistaksis, sinusitis dan infeksi pada luka operasi.
2. Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi
tidak memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat
gejala akut setelah terapi pembedahan dilaksanakan.
Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar GH , tetapi dapat
pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya mempunyai
korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk menyebutkan bahwa,
terjadi penurunan GH 50% dari kadar sebelum disinar (base line level), setelah
penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun, dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.
Peneliti lainnya menyebutkan bahwa, kadar HP mampu diturunkan dibawah 5 µg/l
setelah pengobatan berjalan 5 tahun, pada 50% kasus. Kalau pengobatan dilanjutkan
s/d 10 tahun maka, 70% kasus mampu mencapai kadar tersebut.
F. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan :
• Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampilan fisik
Intervensi Keperawatan :
A. Nonpembedahan
B. Perawatan Preoperasi
• Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan.
• Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi. Anjurkan
klien bernafas melalui mulut selama pemasangan tampon.
• Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung,
menggosok gigi, batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat penyembuhan luka.
• Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan
operasi seperti pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok
untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas.
• Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan.
Setelah tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien
menghindari aktifitas yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan,
batuk, dll. Juga jelaskan agar klien mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah
obstipasi seperti makan makanan tinggi serat, minum air yang cukup, pelunak feses
bila diperlukan.
Perawatan Pascaoperasi
• Amati respon neurologik klien dan catat perubahan penglihatan, disorientasi dan
perubahan kesadaran serta penurunan kekuatan motorik ekstrimitas.
• Amati pula komplikasi pascaoperasi yang lazim terjadi seperti transient insipidus
(diabetes insipidus sesaat).
• Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret
dari hidung.
• Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat.
• Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas.
• Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan hygiene oral secara teratur.
• Kaji tanda-tanda infeksi.
• Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.
Pembedahan
a. Pembedahan transphenoidal
Pendekatan transphenoidal sering digunakan dalam melakukan reseksi suatu
adenoma. Sela tursika dicapai melalui sinus sphenoid, dan tumor diangkat dengan
bantuan suatu mikroskop bedah. Insisi dibuat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan
ini pun digunakan untuk memasang implant. Suatu lubang dibuat pada durameter
pada jalan masuk sela tursika. Biasanya dirurup dengan lapisan fascia yang diambil
dari tungkai, sehingga pasien harus disiapkan untuk insisi tungkai. Penampilan ini
dilakukan untuk mencegah bocornya cairan serebrospinal (CSF). Kebocoran CSF dapat
terjadi beberapa hari postoperatif tapi harus ditutup. Hidung mungkin mempet dan
suatu sling perban ditempatkan dibawahnya untuk mengabsorpsi drainage.
Monitoring terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan.
Data-data berikut harus diperhatikan :
1. Keluhan postnasal drip
2. Menelan yang konstan
3. Adanya halo ring pada nasal sling atau balutan (tanda berupa cairan CSF yang jernih
disekeliling cairan serosa yang lebih gelap ditengahnya)
4. Memeriksa ada tidaknya glukosa pada drainase nasal.
Cairan serebrospinal mengandung glukosa, sedangkan cairan nasal tidak. Jika tes
glukosa positif, bahan pemeriksaan harus dikirim ke laboratorium untuk konfirmasi
lebih lanjut.
Jika terdapat kebocoran yang menetap, pasien dianjurkan untuk tirah baring
dengan kepala terangkat untuk menggantikan tekanan pada tambalan yang sudah
ditentukan. Seringkali kebocoran CSF sembuh dengan sendirinya, tetapi kadang-
kadang diperlukan perbaikan dengan tindakan operasi. Aktivitas yang meningkatkan
tekanan intrakranial harus dihindari.
Nyeri kepala dapat timbul dan dapat diobati dengan analgetik nonnarkotik tau
cordein. Nyeri kepala persisten atau rigiditas nuchal (kaku kuduk) dapat memberikan
petunjuk akan adanya meningitis dan hal ini harus segera dilaporkan. Karena
kemungkinan terjadinya risiko infeksi, maka antibiotik profilaktif dapat diberikan saat
preoperatif atau postoperatif.
Intervensi keperawatan lainnya bagi pasien dengan operasi transphenoidal
meliputi hal berikut :
1. Memberikan cairan peroral dan diet cairan jernih segera setelah pasien sadar dan
tak lagi merasa mual setelah tinadakan anastesia.
2. Meningkatkan diet yang sesuai (anorexia dapat timbul karena menurutnya sensasi
penciuman).
3. Meyakinkan pasien bahwa kehilangan sensasi penciuman hanya sementara dan akan
membaik segera setelah penutup hidung nasal sling diangkat.
4. Memberikan O2 dengan kelembaban tertentu untuk menjaga kelembaban mukosa
nasal dan oral.
5. Melakukan perawatan mulut
a. Jangan menggosok gigi (untuk mencegah distrupsi benangjahitan).
b. Menggunakan kapas halus dan lembab pada saat membersihkan gigi.
c. Sering melakukan bilas mulut.
b. Pembedahan transfontal
Jika tumor hipofise dibawah tulang-tulang dari sella tursika (ekstra sellar),
kraniotoomi dilakukan untuk mendapatkan suatu lapang operasi yang cukup. Tumor-
tumor intraserebral lain, penyakit-penyakit atau trauma terhadap struktur-struktur
yang berdekatan dengan hipofise atau dapat menyebabkan disfungsi hipofise
sementara maupun permanen.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA GANGGUAN
HIPOPITUITARISME
DEFINISI
Hipopituitarisme adalah hilangnya sebagian atau seluruh fungsi lobus anterior kelenjar
hipofisa.
PENYEBAB
Penyebab yang secara primer mempengaruhi kelenjar hipofisa (hipopituitarisme
primer):
- Tumor hipofisa
- Berkurangnya aliran darah ke hipofisa (akibat perdarahan hebat, bekuan darah,
anemia)
- Infeksi dan peradangan
- Sarkoidosis atau amiloidosis
- Penyinaran
- Pengangkatan kelenjar hipofisa melalui pembedahan
- Penyakit autoimun.
GEJALA
Hipopituitarisme mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin yang dirangsang oleh
hormon-hormon hipofisa anterior, karena itu gejala bervariasi tergantung kepada
jenis hormon apa yang kurang.
Gejala-gejalanya biasanya timbul secara bertahap dan tidak disadari selama beberapa
waktu, tetapi kadang terjadi secara mendadak dan dramatis.
Bisa terjadi kekurangan satu, beberapa atau semua hormon hipofisa anterior.
Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH) pada wanita pre-menopause bisa
menyebabkan:
- terhentinya siklus menstruasi (amenore)
- kemandulan
- vagina yang kering
- hilangnya beberapa ciri seksual wanita.
Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan:
- impotensi
- pengkisutan buah zakar
- berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan
- hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya pertumbuhan badan dan rambut
wajah).
Kekurangan gonadotropin juga terjadi pada sindroma Kallmann, yang juga menderita:
- celah bibir atau celah langit-langit mulut
- buta warna
- tidak mampu membaui sesuatu.
Kekurangan prolaktin yang terisolasi merupakan keadaan yang jarang terjadi, tetapi
bisa menjelaskan mengapa beberapa wanita tidak dapat menghasilkan air susu setelah
melahirkan.
Sindroma Sheehan merupakan suatu komplikasi yang jarang terjadi, dimana terjadi
kerusakan sebagian kelenjar hipofisa. Gejalanya berupa lelah, rontoknya rambut
kemaluan dan rambut ketiak serta ketidakmampuan menghasilkan air susu.
DIAGNOSA
Untuk mengetahui kelainan struktural pada hipofisa dilakukan pemeriksaan CT scan
atau MRI.
PENGOBATAN
Pengobatan lebih ditujukan kepada menggantikan kekurangan hormon target, bukan
hormon hipofisa.
Jika terjadi kekurangan TSH maka diberikan hormon tiroid, jika terjadi kekurangan
kortikotropin diberikan hormon adrenokortikal dan jika terjadi kekurangan LH dan FSH
diberikan estrogen, progesteron atau testosteron. Hormon pertumbuhan biasanya
diberikan kepada anak-anak.
Jika penyebabnya adalah tumor hipofisa yang kecil, maka dilakukan pengangkatan
tumor.
Tumor penghasil prolaktin diatasi dengan pemberian bromokriptin.
Penyinaran dengan kekuatan tinggi atau dengan proton juga bisa digunakan untuk
menghancurkan tumor hipofisa.
Tumor yang besar dan telah menyebar keluar sella tursika tidak mungkin hanya diatasi
dengan pembedahan. Setelah pembedahan harus diberikan penyinaran berkekuatan
tinggi untuk membunuh sisa sel-sel tumor.
Terapi penyinaran cenderung menyebabkan hilangnya fungsi hipofisa secara perlahan,
baik sebagian maupun keseluruhan. Karena itu fungsi kelenjar target biasanya dinilai
setiap 3-6 bulan untuk tahun pertama kemudian setiap tahun pada tahun berikutnya.
0 komentar:
Posting Komentar
CLOCK
FOLLOWERS
Trishana blog
TOP TABS
ENTRI POPULER
Laporan Pendahuluan (Askep) Tuberculosis (TBC)
A. DEFINSI Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosa
tipe humanus ( jarang oleh tipe M. Bovinus)....
7 Keajaiban Dunia Yang Tidak Terpikirkan
Sekelompok siswa kelas geografi sedang mempelajari “Tujuh Keajaiban Dunia.” Pada awal dari
pelajaran, mereka diminta untuk membuat daftar ap...
KONSEP SEHAT-SAKIT
A. Latar Belakang. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menyadari bahwa klien
adalah manusia utuh dan unik yang terdiri dari ...
By :
Sambung
t