Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

OLEH:
ANGGIE SAFITRI AMIRA ZAIN
2030012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HANG TUAH SURABAYA
TA. 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

Oleh :
ANGGIE SAFITRI AMIRA ZAIN
NIM. 2030012

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

.............................................. ..............................................
.............................................. ..............................................

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HANG TUAH SURABAYA
TA. 2020/2020
A. DEFINISI
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia A.price). Dengan
gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti
virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-
paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran
radiologis

B. ETIOLOGI
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccu
pneumonia, melalui selang infuse oleh staphylococcus aureus sedangkan pada
pemakaian ventilator oleh P.aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi
karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi
lingkungan, pengunaan antibiotic yang tidak tepat.
Setelah masuk keparu-paru organism bermultiplikasi dan, jika telah berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia.
Klasifikasi berdasarkan anatomi, (IKA FKUII)
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral
atau “ganda”.
2. Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus,
yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi
dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstitial (Bronkiolotis) proses inflamasi yang terjadi didalam
dinding akveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan :
1. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada lansia, gram
negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta
kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman,pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan toksik,
akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung, edema paru,
dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
3. Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi dapat
disebabkan oelh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasannya
nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasite, virus, jamur dan cacing.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi
pada usia 6 bulan-3 tahun dengan suhu yang mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan
infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsangan atau terkadang euphoria dan
lebih aktif dari normal, beberapa anak berbicara dengan kecepatan yang tidak
biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa meninges. Terjadi dengan
awitan deman yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri, dan kekakuan
pada punggung dan leher, adanya adanya tanda kernig dan brudzinki, dan akan
berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat
yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali
memanjang sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah untuk bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasannya berlangsung singkat, tetapi
dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasannya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari
nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering mmenyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit
(rinorea) atau kental dan purulent, bergantung pada tipe dana tau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti
hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi,
krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih
besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan/minum, atau
memuntahkan semua, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distress
pernafasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat napas cepat saja.
- Pada anak umur 2 bulan-11 bulan :> 50 kali/menit
- Pada anak umur 1 tahun-5 tahun :> 40 kali/menit.
D. Patway

Normal (system
pertahanan Organisme
terganggu)

Virus Saluran nafas bagian


Stapilokokus
bawah pneumokokus

Kuman pathogen Eksudat masuk ke Trombus


mencapai alveoli
bronkioli
terminalis Toksin, coagulase
merusak sel Alveoli
epitel bersilia, sel
goblet
Permukaan lapisan
Sel darah merah,
pleura tertutup
leukosit,
tebal eksudat
Cairan edema + pneumokokus
thrombus vena
leukosit ke alveoli mengisi alveoli
pulmonalis

Leukosit + fibrin
Konsolidasi Paru mengalami Nekrosis
kosolidasi hemoragik

Kapasitas vital,
leukositosis
compliance
menurun,
hemoragik.
Suhu tubuh
meningkat
Intoleransi
aktivitas defiensi Resiko kekurangan
pengetahuan volume cairan
Hipertermi

Produksi sputum Abses pneumatocole


meningkat (kerusakan jaringan
parut)

Ketidakefektifan
Ketidakefektifan
Jalan nafas
pola nafas
E. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); (dapat
menyatakan abses)
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui fungsi paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

F. Penatalaksanaan Medis
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-
oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak
nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit lainnya, harus di rawat dan
antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan
respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan umum yang biasa diberikan, antara lain :
1. Oksigen 1-2 L/menit
2. IVFD dekstrose 10% NaCL 0,9% = 3:1, + KCL 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai BB, kenaikan suhu, dan status hidrasi
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotik yang
diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based :
1. Ampisilin 100mg/kg/BB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Kloramfenikol 75 mg/kg/BB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital based :

1. Sefatoksim 100mg/kg/BB/hari dalam 2 kali pemberian


2. Amikasin 10-15 mg/kg/BB/hari dalam 2 kali pemberian

G. Asuhan Keperawatan Penyakit


1. Pengkajian
Menurut Brunner & suddarth (2012) Proses keperawatan adalah penerapan
pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk
mengidentifikasi masalah-masalah klien. Merencanakan secara sistematis dan
melaksanakan serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
a. Data umum : umur (), jenis kelamin (), Pekerja
b. Keluhan Utama : keluhan dimulai dengan infeksi saluran pernafasan,
kemidian mendadak panas tinggi disertai batuk yang hebat, nyeri dada
dan nafas sesak.
c. Riwayat kesehatan sekarang : pada klien pneumonia yang sering
dijumpai pada waktu anamnese ada klien mengeluh mendadak panas
0 0
tinggi (38 C - 41 C) Disertai menggigil, kadang-kadang muntah, nyeri
pleura dan batuk pernafasan terganggu (takipnea), batuk yang kering
akan menghasilkan sputum seperti karat dan purulen.
d. Riwayat penyakit dahulu : Pneumonia sering diikuti oleh suatu infeksi
saluran pernafasan atas, pada penyakit PPOM, tuberkulosis, DM, Pasca
influenza dapat mendasari timbulnya pneumonia.
e. Riwayat penyakit keluarga : Adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan klien atau asma bronkiale, tuberkulosis,
DM, atau penyakit ISPA lainnya.
f. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Klien tampak lemah,
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan pneumonia
0
biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari 40 C, frekuensi
napas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi biasanya seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan apabila
tidak melibatkan infeksi sistem yang berpengaruh pada hemodinamika
kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada masalah.
B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan
pemeriksaan fokus, berurutan pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
Inspeksi : Bentuk dada dan gerakan pernapasan, Gerakan pernapasan
simetris. Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan
frekuensi napas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan
intercostal space (ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami
terutama oleh anak-anak. Batuk dan sputum. Saat dilakukan
pengkajian batuk pada klien dengan pneumonia, biasanya didapatkan
batuk produktif disertai dengan adanya peningkatan produksi sekret
dan sekresi sputum yang purulen.
Palpasi : Gerakan dinding thorak anterior/ ekskrusi pernapasan. Pada
palpasi klien dengan pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya
normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri. Getaran suara
(frimitus vocal). Taktil frimitus pada klien dengan pneumonia biasanya
normal.
Perkusi : Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya
didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi
redup perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila
bronkopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens).
Auskultasi ; Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas
melemah dan bunyi napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.
Penting bagi perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil
auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi.
B2 (Blood)
Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi :
Inspeksi : Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umun.
Palpasi : Denyut nadi perifer melemah.
Perkusi : Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan.

B3 (Brain)
Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan
kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi
jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis.
Menangis, merintih, merengang, dan mengeliat.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal
tersebut merupakan tanda awal dari syok.
B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan napsu makan,
dan penurunan berat badan.
B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan
ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (SDKI D.00031) b.d sekresi yang
tertahan
2. Intoleransi aktifitas (SDKI D.00056) b.d Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.

3. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
O HASIL
1 Intoleransi Setelah dilakukan asuhan SIKI : I.05178, HAL : 176
aktivitas (SDKI : keperawatan selama 3x 24 jam Tindakan
D.0056) maka toleransi aktivitas - Identifikasi gangguan
meningkat, dengan kriteria fungsi tubuh yang
hasil : (SLKI : L.05047) mengakibatkan kelelahan
- Saturasi oksigen cukup - Sediakan lingkungan
meningkat nyaman dan rendah
- Kemudahan dalam stimulus (mis : cahaya,
melakukan aktivitas sehari suara)
cukup meningkat -Anjurkan tirah baring
- Frekuensi nafas cukup -Anjurkan melakukan
membaik aktivitas secarabertahap
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.
2 Bersihan Jalan setelah dilakukan asuhan SIKI : I.01006
nafas (SDKI : keperawatan selama 3x24 jam Tindakan
D.00031) maka bersihan jalan nafas - Identifikasi kemampuan
meningkat, dengan kriteria batuk
hasil : ( SLKI : L.01001) - Atur posisi semi-Fowler
- Batuk efektif meningkat atau Fowler
- Frekuensi nafas cukup - Jelaskan tujuan dan
meningkat prosedur batuk efektif
- Pola nafas cukup meningkat - Anjurkan mengulangi
Tarik nafas dalam hingga
3 kali

Anda mungkin juga menyukai