MODUL 3
Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik
Usia Sekolah Menengah
Oleh : Kelompok 4
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UPBJJ
PADANG (POKJAR PARIAMAN)
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
1
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat yang berupa kesehatan
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan untuk melengkapi tugas perkuliahan
Perkembangan Peserta Didik tentang “Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik Usia
Sekolah Menengah”. Terimakasih kami ucapkan kepada pihak terkait yang telah
memberikan saran dan solusi dalam penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa
kesempurnaan hanyalah milik Yang Maha Sempurna, tetapi usaha maksimal telah kami
lakukan dalam penulisan makalah ini.
Kritik dan saran akan kami terima dengan tangan terbuka. Kami berharap, semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Serta dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya
para mahasiswa Universitas Terbuka.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2
A. Latar belakang
Saat usia sekolah menengah, penampilan siswa berubah sebagai akibat
perubahan hormon. Cara hidup mereka berubah sesuai dengan perkembangannya
untuk mulai berfikir abstak. Perasaannya tentang banyak hal yang berubah. Pada usia
ini, siswa mengalami masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Pada
umurnya dimulai pada usi 12 atau 13 than dan berakhir menjelang usia 20 tahun.
Perubahan pertumbuhan fisik yang dramatis pada tahap perkembangan siswa
sekolah menengah. Kemudian kita lihat bagaimana siswa berkembang intelektualnya
setelah mereka mampu berfikir abstrak. Proses berfikir mereka bukan hanya
mempengaruhi sikap dan moralnya, tetapi juga erat kaitannya dengan pendidikan dan
karier yang dipilihnya. Kematangan intelektual pada umumnya dianggap ada
kaitannya dengan kemampuan berfikir abstrak. Kematangan emosional bergantung
kepada ditemukannya identitas diri, ketidaktergantungan kepada orangtua,
berkembangnya sistem nilai dan kemampuan untuk menjalin hubungan yang matang
dalam persahabatan dan cinta.
B. Rumusan Masalah
1. Bagimana pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan emosional anak usia
sekolah menengah?
2. Bagaimana perkembangan, sosial, moral dan sikap anak usia sekolah menengah?
3. Apa saja perbedaan individu anak usia sekolah menengah?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan kaitan antara pertumbuhan fisik dan jasmani dengan perkembangan
intelektual
2. Menjelaskan kaitan antara perkembangan intelektual dan emosional
3. Menjelaskan kaitan antara perkembangan sosial, nilai-nilai moral, dan sikap
4. Menjelaskan perbedaan individu anak usia sekolah menengah
5. Menjelaskan jenis-jenis kebutuhan anak usia sekolah menengah
BAB II
PEMBAHASAN
3
KB 1 Pertumbuhan Fisik serta Perkembangan Intelektual dan Emosional
Pada usia sekolah menengah yaitu usia SLTP dan SLTA anak berada pada
masa remaja atau pubertas atau adolesen. Masa remaja merupakan masa peralihan
atau transisi antara masa kanak-kanak tengah dewasa perkembangan aspek-aspek
kepribadian telah di awali pada masa-masa sebelumnya. Aspek perkembangan anak
usia sekolah (Usia 12 atau 13 tahun hingga 18 atau 19 tahun).
A. Pertumbuhan Fisik/Jasmani
Pada masa remaja perkembangan fisik mereka sangat cepat dibandingkan
dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa remaja awal anak-anak ini nampak postur
tubuhnya tinggi tetapi kurus. Lengan kaki dan leher mereka panjang – panjang, baru
kemudian berat badan mereka mengikuti dan pada akhir masa remaja, proporsi tinggi
dan berat badan mereka seimbang. Pada usia ini (11-12 tahun) tinggi badan anak laki-
laki dan wanita tidak jauh berbeda. Pada usia 12 – 13 tahun pertambahan tinggi badan
anak wanita lebih cepat dibandingkan anak laki-laki.
Selain terjadi pertambahan tinggi badan yang cepat pada masa ini remaja
berlangsung perkembangan seksual yang cepat pula. Muncul ciri-cirinya kelamin
primer berkenaan dengan perkembangan alat-alat produksi baik pada pria maupun
wanita. Pada anak masa remaja anak wanita mulai mengalami menstruasi dan laki-
laki mengalami mimpi basah, pengalaman ini menandakan memasuki kematangan
seksual. Ciri-ciri kelamin sekunder berkenaan dengan tumbuhnya bulu-bulu pada
seluruh badan, perubahan suara menjadi semakin rendah – besar (lebih – lebih pada
pria).
Laju perkembangan siswa sekolah menengah memiliki perbedaan karakteristik
antara siswa remaja awal dengan siswa remaja akhir. Abin S Makmun (1996:92)
memetakan perbedaan prosil perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik antara
remaja awal dan remaja akhir:
Perbedaan profil perkembangan fisik antara siswa SLTP dengan siswa SLTA
4
3. Munculnya ciri-ciri sekunder Siap berfungsinya organ-organ
reproduksi
4. Gerak-gerik tampak canggung danGerak-geriknya mulai mantap
kurang terkoordinasikan
5. Aktif dalam berbagai jenis cabangJenis dan jumlah cabang permainan lebih
permainan yang dicobanya selektif
B. Pertumbuhan Intelektual
Berfikir abstrak adalah berfikir tentang ide-ide yang oleh Jean Piaget disebut
sebagai berpikir formal operasional. Perkembangan kemampuan berpikir normal
operasional pada remaja ditandai dengan tiga hal penting :
1. Anak mulai mampu melihat (berpikir) tentang kemungkinan – kemungkinan kalau
pada usia sekolah dasar hanya mampu melihat kenyataan
2. Anak telah mampu berpikir ilmiah. Remaja telah mampu mengikuti ilmiah,
merumuskan masalah, membatasi masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan
dan mengolah data sampai menarik kesimpulan.
3. Remaja telah mampu memadukan ide-ide secara logis.
Pada usia sekolah dasar anak sudah memiliki kemampuan mengingat
informasi dan keterampilan memproses informasi. Dengan telah dikuasainya
kemampuan berfikir normal, maka keterampilan memproses informasi berkembang
lebih jauh. Abin S Makmun (1996:92) memetakan perbedaan perkembangan
intelektual antara remaja awal dan remaja akhir:
Perbedaan profil perkembangan intelektual antara siswa SLTP dengan siswa SLTA
C. Perkembangan Emosional
Kebanyakan remaja merasa dekat dengan orang tuanya, karena memiliki nilai-
nilai yang sama dalam banyak hal dan masih memerlukan orang tua untuk melakukan
5
hal – hal tertentu. Sebagian remaja memiliki ketegangan antara dua hal yang yaitu
keinginan untuk melepaskan diri dari orang tua dan adanya ketergantungan kepada
orang tua. Orangtua pun ada halnya berada dalam persimpangan antara melepas anak
untuk mandiri atau tetap melindunginya.
Konflik remaja lebih sering terjadi dengan ibunya daripada dengan ayahnya,
hal ini disebabkan karena ibu lebih dekat hubungannya dengan anak dan merasa sakit
untuk melepas anak. Konflik remaja akan hilang dengan sendirinya pada usia 18
tahun. Semakin kuat perhatian orang tua terhadap kehidupan remaja, akan semakin
tinggi prestasi yang diraihnya di sekolah (Dianne Pappalia, 1992).
6
1. Diawali dengan kecenderungan Bergaul dengan jumlah teman yang
ambivalensi keinginan menyendiri terbatas dan selektif serta bertahan lebih
dan keinginan bergaul dengan lama.
banyak orang tetapi bersifat
temporer.
2. Adanya ketergantungan yang kuat Ketergantungan kepada kelompok
kepada kelompok sebaya disertai sebaya berangsung fleksibel, kecuali
semangat konformitas yang tinggi. dengan teman dekat pilihannya yang
banyak memiliki kesamaan minat dan
sebagainya.
3. Adanya ambivalensi antara Mulai dapat memelihara jarak dan batas-
keinginan bebas dari dominasi batas kebebasannya mana yang harus
pengaruh orang tua dengan dirundingkan dengan orang tuanya.
kebutuhan bimbingan dan bantuan
dari orang tuanya.
4. Dengan sikapnya dan cara berpikinya Sudah dapat memisahkan antara nilai-
yang kritis mulai menguji kaidah- nilai dengan kaidah-kaidah normatif
kaidah atau sistem nilai etis dengan yang universal dari para pendukungnya
kenyataannya dalam perilaku sehari- yang mungkin dapat berbuat keliru atau
hari oleh para pendukungnya (orang kesalahan.
dewasa).
5. Mengidentifikasi dirinya dengan
tokoh-tokoh moralitas yang
dipandang tepat dengan tipe
idolanya.
7
ini bersifat dogmatis, masih dipengaruhi oleh pemikiran yang bersifat konkret dan
berkenaan dengan sekitar kehidupannya, maka pada usia remaja sudah berkembang
lebih jauh didasari pemikiran-pemikiran yang rasional.
Perbedaan profil perkembangan agama dan keyakinan antara siswa SLTP
dengan siswa SLTA
No Siswa SLTP (Remaja Awal) Siswa SLTA (Remaja Akhir)
1. Mengenai eksistensi sifat kemurahan Eksistensi dan sifat kemurahan serta
dan keadilan Tuhan mulai keadilanTuhan mulai dipahami dan
dipertanyakan secara kritis dan dihayati.
skeptis.
2. Penghayatan kehidupan keagamaan Penghayatan dan pelaksanaan kehidupan
sehari-hari dilakukan mungkin keagamaan sehari-hari mulai dilakukan
didasarkan atas pertimbangan adanya atas dasar kesadaran dan petimbangan
semacam tuntutan yang memaksa hati nuraninyasendiri yang tulus ikhlas.
dari luar dirinya.
3. Masih mencari dan mencoba Mulai menemukan pegangan hidup yang
menemukan pegangan hidupnya. definitif.
8
a. Pengaruh normatif yaitu jika pengaruh terhadap kebanyakan orang dalam
kelompok tertentu adalah sama.
b. Pengaruh non-normatif yaitu peristiwa yang luar biasa yang memberikan
pengaruh besar terhadap kehidupan manusia.
5. Menurut Urie Bronfenbrenner (Papalia dan Olds, 1992:9) terdapat empat tingkatan
pengaruh lingkungan yang merentang dari lingkungan yang paling intim sampai
lingkungan yang sangat global.
Pengaruh lingkungan sistem mikro, lingkungan kehidupan sehari-hari, seperti
lingkungan sekolah, rumah, pergaulan dengan orang tua, guru, teman sebaya.
Pengaruh lingkungan sistem meso, keterkaitan antar variasi tingkatan sistem yang
melibatkan individu di dalamnya. Pengaruh lingkungan sistem exo, institusi
lingkungan yang lebih besar, seperti pengaruh sekolah, pengaruh media massa,
bahkan pengaruh lingkungan pemerintahan. Pengaruh lingkungan yang paling luas,
pengaruh sistem makro. Ada keterkaitan erat pengaruh dari kebudayaan, pengaruh
agama, pendidikan, politik dan pengaruh keadaan sosial ekonomi terhadap
perkembangan individu.
Dalam pandangan yang konvensional terdapat 3 faktor dominan yang
mempengaruhi proses perkembangan anak usia sekolah menengah, yaitu:
a. Faktor pembawaan (heredity): yang bersifat alamiah (nature)
b. Faktor lingkunan (environment): yang memungkinkan proses
pengembangan (nurture)
P = f (H, E. T)
c. Faktor waktu (time): saat tibanya masa peka atau kematangan (maturation)
Pada masa sekolah menengah ini merupakan masa krisis yang disebut the best
of time atau the worst of time (Conger dalam Abin Syamsuddin M, 1996:91). Kalau
individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapi secara integratif, ia akan
menentukan identitasnya yang akan dibawanya menjelang masa dewasanya.
Sebaliknya, kalau gagal ia akan berada pada krisis identitas (identity crisis) yang
berkepanjangan.
9
Perbedaan fisik dapat diamati oleh guru dengan memperhatikan postur tubuh
iswa. Perbedaan secara psikis atau psikologis meliputi perbedaan dalam tingkat
kecerdasan atau intelegensi. Dalam pendekatan lain perbedaan indivudu siswa sekolah
menengah dibedakan berdasarkan perbedaan dalam kemampuan potensial yaitu:
1. Kemampuan potensial adalah kecakapan yang masih terkandung dalam diri siswa
yang diperolehnya secara pembawaan ,sehingga memiliki kemampuan untuk
berkembang menjadi kemamnpuan nyata.
2. Kemampuan nyata adalah kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan
diuji,karena merupakan hasil usaha atau belaja yang bersangkutan. Kermampuan
nyata sering disebut juga prestasi belajar (achievment).
B. Perbedaan dalam Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah dengan
cepat, tepat dan mudah. Heim memberi batasan tentang perilaku inteligen sebagai
consisting of grasping the esentials in given situation an respnding appropriately to
them and we are all well aware that some can cope with certain situations better than
others (Dennis Child, 1993:206). Seseorang dikatakan memiliki perilaku inteligen
sekiranya memiliki kemampuan untuk memahami hal- hal penting dari situasi yang
dihadapi, dan mampu memberikan pemecahan yang lebih baik dibanding dengan
yang lain. Indikator perilaku inteligen menurut Whiterington (Abin Syamsuddin M,
1996), antara lain:
1. Kemudahan dalam menggunakan bilangan
2. Efisiensi dalam berbahasa
3. Kecepatan dalam pengamatan
4. Kemudahan dalam mengingat
5. Kemudahan dalam memahami hubungan
6. Imajinasi
Vernon mencoba menjelaskan tentang intelegensi dalam tiga kategori (Dennis
Child, 1993:206) yaitu:
1 . Pengertian secara biologis
Menekankan pada kemampuan individu dalam mengadaptasi diri terhadap
rangsangan lingkungan. Mengadaptasi diri dalam arti menekankan pada
kemampuan untuk mengemas perilaku baik secara terang- terangan (overtly
behavior) maupun tersamar (covertly) sebagai hasil dari pengalaman.
2 . Pengertian secara psikologis
10
Lebih menekankan pada efisiensi mental (mental effeciency) dan kapasitas
pemahaman abstrak (abstract reasoning) yang diperlukan dalam menggunakan
bahasa simbol.
3 . Pengertian secara operasional
Melibatkan spesifikasi perilaku inteligen secara lebih rinci dan menemukan
cara mengukur spesifikasi yang dimaksudkan.
Tokoh yang berkecimpung dalam pengembangan tentang teori intelegensi
antara lain, Thurstone, Spearmen, Gulford, dan Howard Gardner. Thurstone
mengatakan teori uni faktor yaitu bahwa intelegensi merupakan faktor yang tunggal.
Spearman memperkenalkan teori 2 faktor yaitu: kemampuan guru (general faktor) dan
bakat (specific factor). Guilford mengetengahkan teori multi faktor atau lebih dikenal
dengan Guilford's Structur of intellect yang memberikan ga,barantentang adanya 150
faktor kemampuan pada manusia. Howard memperkenalkan teori Multiple
intelegences yaitu bahwa manusia terdiri dari 8 intelegensi (bahasa, logis matematika,
tilikan ruang, bodily konesthic, musik, antar pribadi, intra pribadi, natralist).
Pengeleompokkan intelegensi didasarkan pada ukuran yang dikenal dengan IQ
(Intelegence Quotient).
Klasifikasi tingkat kemampuan umum (Intelegensi)
11
memakai topeng dalam memerankan suatu tokoh dalam cerita. Hal ini mengandung
arti bahwa kepribadian itu adalah perilaku yang ditampilkan oleh seseorang dalam
situasi tertentu. Kepribadian menurut Allport (Sumadi Suryabrata, 1988:240) adalah
organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan
caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Dalam pandangan Erikson (Gage Berliner) masa remaja adalah masa Sturm
und Drang (masa angin-anginan). Pada tahapan ini terjadi beberapa penangguhan
dalam pengintegrasian unsur-unsur kepribadian. Masalah yang sering muncul pada
usia remaja ini adalah membangun identitas diri. Para remaja senantiasa mencari
identitas dirinya. Murray mengelompokkan kebutuhan menjadi dua kelompok besar,
yaitu :
1. Kebutuhan viscerogenis adalah kebutuhan secara fisiologis, yaitu kebutuhan
untuk makan, minum, bernafas dan lain sebagainya yang berorientasi pada
kebutuhan untuk mempertahankan hidup.
2. Kebutuhan psychogenic adalah kebutuhan sosial atau social motives.
12
9. Needs for Dominance (n Dom), Kebutuhan mendominasi,yaitu kebutuhan ingin
menguasai lingkungan manusia, membatah pendapat orang lain
10. Exhibition (n Exh), Kebutuhan pamer diri yaitu kebutuhan untuk memamerkan
diri
11. Harmovoidance, Kebutuhan untuk menghindari ketidaknyamanan
12. Infavoidance, Kebutuhan untuk menghindari kegagalan
13. Nurturance, Kebutuhan untuk membantu orang yang memerlukan
bantuan
14. Order (n Ord), Kebutuhan teratur yaitu kebutuhan untuk melakukan sesuatu
dengan teratur
15. Play, Kebutuhan untuk bermain, mencari kesenangan
16. Rejection, Kebutuhan untuk menolak orang lain
17. Sentience, Kebutuhan mencari dan menikmati sesuatu yang sensual.
18. Sex, Kebutuhan membangun hubungan yang bersifat erotis
19. Succorance, Kebutuhan untuk mencari bantuan dari orang lain apabila
mendapat kesulitan
20. Under standing, Kebutuhan untuk menganalisis dan mencari jawaban
sementara (hipotesis)
4. Counteraction
Remaja senantiasa ingin berbeda pendapat orang tuanya, atau bahkan dengan
gurunya di sekolah
13
5. Need for dominance (n Dom)
Kebutuhan mendominasi yaitu kebutuhan untuk menguasai lingkungan manusia
6. Exhibition (N Exh)
Pada masa remaja inilah umumnya remaja biasa menggunakan bahasa prokem
yang hanya dipahami oleh kelompoknya sendiri
7. Sex
Tanpa pengawasan yang terarah remaja sering terjerumus kedalam perilaku seks
bebas.
BAB III
PENUTUP
14
A. KESIMPULAN
1. Pada usia sekolah menengah yaitu usia SLTP dan SLTA anak berada pada masa
remaja atau pubertas atau adolesen.
2. Aspek perkembangan anak usia sekolah (Usia 12 atau 13 tahun hingga 18 atau 19
tahun).
a. Pertumbuhan fisik / jasmani
b. Perkembangan intelektual
c. Perkembangan emosional
3. Keterampilan berpikir baru yang dimiliki remaja adalah pemikiran sosial, politik,
agama dan keyakinan
4. Dalam pendekatan lain perbedaan individual siswa sekolah menengah dibedakan
berdasarkan perbedaan dalam kemampuan potensial dan kemampuan nyata.
Perbedaan individu anak usia menegah di antaranya: kemampuan, intelegensi dan
kepribadian
B. SARAN
Disarankan kepada orang tua dan guru untuk selalu kerja sama, sebagai guru
kita dapat menciptakan suasana kelas yang demokratis, merencanakan pembelajaran
yang bervariasi serta mengadakan hubungan atau komunikasi dengan menggunakan
pendekatan pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
15
Awaludin, 2019. Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik
https://awaludin856690332.blogspot.com/2019/10/karakteristik-dan-
kebutuhan-peserta.html
Sugiarti. 2019. Tugas Mandiri Makalah Perkembangan Peserta Didik.
https://sugiarti856691216.blogspot.com/2019/10/tugas-mandiri-makalah-
perkembangan.html
Sumantri, Mulyadi. 2019. Perkembangan Peserta Didik. Tangerang Selatan.
Universitas Terbuka
Sumiarti, 2019. Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik
https://sumiati85.blogspot.com/2019/10/karakteristik-dan-kebutuhan-
peserta.html
16