Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN SEHAT JIWA

KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH

DISUSUN OLEH

RISMIYATI
NIM 2022207209196

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
 
A.   Latar Belakang
Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunanya yang dilakukan pada setiap
tahapan umur. Baik tahapan janin, bayi, balita, kanak-kanak, remaja, dewasa maupun usia
lanjut. Anak-anak memasuki tahapan dimana mereka sudah cukup mengerti dan
memahami sesuatu serta mampu memahami mana yang baik dan mana yang buruk.

Pada tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi dirinya yang digunakan
dalam rangka mencapai kematangan ketika individu tersebut beranjak dewasa. Namun,
emosi anak-anak kadang kala labil sehingga harus diarahkan dan diolah sedemikian rupa
agar tidak terjerumus pada sesuatu yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain di
sekitarnya.

Pada masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa sekolah dimana mereka
akan berinteraksi ke dalam lingkup yang lebih luas dengan berbagai karakteristik yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, harus dipelajari dan dipahami setiap karakter anak usia
sekolah agar dapat memberikan tugas dengan tepat yang dapat mengoptimalkan potensi
mereka yang sesuai dengan umur mereka.
 
BAB II
PEMBAHASAN
 
A.   Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
1.  Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang
sehat, dalam perjalanan waktu tertentu

Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik
(keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif
secara berkesinambungan. Hereditas merupakan totalitas karakteristik individu yang 
diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi (baik fisik maupun psikis)
yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua
melalui gen-gen.

Pertumbuhan juga diberi makna dan digunakan untuk menyatakan perubahan-


perubahan ukuran fisik yang bersifat kuantitatif, seperti ukuran berat dan tinggi
badan, ukuran dimensi sel tubuh, dan umur tulang. Pertumbuhan (growth) adalah
peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut
membelah diri menyintesis protein-protein secara berangsur-angsur dan bertambah
sempurnanya fungsi alat-alat tubuh.

2.  Perkembangan
Menurut Nagel dalam Sunarto dan Agung Hartono (2008,38), perkembangan
merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasikan dan
mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karna itu bilamana terjadi perubahan struktur
baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
Aspek-aspek Perkembangan
a. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak usia sekolah (7-12 tahun)
1. Parameter umum
Rata-rata tinggi badan anak usia 7-12 tahun 113 cm dan rata-rata BB anak
usia 6-12 tahun mencapai 21 kg.
2. Nutrisi
Kebutuhan kalori harian anak usia 7-12 tahun menurun sehubungan dengan
ukuran tubuh, dan rata-rata membutuhkan 2400 kalori perhari. Banyaknya
anak yang tidak menyukai sayuran, biasanya hanya satu jenis makanan,yang
disukai orang tua memiliki peranan penting dalam mempengaruhi pilihan
anak terhadap makanan.
3. Pola tidur
Kebutuhan tidur setiap anak bervariasi, biasanya 8 sampai 9,5 jam setiap
malam.
4. Kesehatan gigi
Mulai sekitar usia 6 tahun gigi permanen tumbuh dan anak secara bertahap
kehilangan gigi desi dua.
5. Eliminasi
Pada usia 6 tahun, 85% anak memiliki kendala penuh terhadap kandung
kemih dan defekasi, enurisis nocturnal (mengompol) terjadi pada 15% anak
berusia 6 tahun

b.   Perkembangan motorik
1.    Motorik kasar
Biasanya anak bermain sepatu roda, berenang, kemampuan berlari dan
melompat meningkat secara progresif.
2.    Motorik halus
Anak mampu menulis tanpa merangkai huruf. Misalnya, hanya menulis
salah satu huruf saja.
Pada usia ini anak masih sukar terhadap kecelakaan, terutama karena
peningkatan kemampuan motorik, orang tua harus terus memberikan
bimbingan pada anak dalam situasi yang baru dan mengancam keamanan.

Anak usia 6 tahun


         koordinasi mata dan tangan
         ketangkasan meningkat
         melompat tali
         bermain sepeda
         mengetahui kanan dan kiri
         mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
         mampu menguraikan objek-objek dengan gambar

Anak usia 7 tahun


         tangan anak semakin kuat
         mulai membaca dengan lancar
         cemas terhadap kegagalan
         peningkatan minat pada bidang spiritual
         kadang malu dan sedih

Anak usia 8-9 tahun


         kecepatan dan kehalusan aktifitas motorik meningkat
         mampu menggunakan peralatan rumah tangga
         keterampilan lebih individual
         ingin terlibat dalam sesuatu
         menyukai kelompok dan mode
         mencari teman secara aktif

Anak usia 10-12 tahun 


       perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang
berhubungan dengan pubertas mulai nampak 
       mampu melakukan aktifitas rumah tangga, seperti mencuci dan lain-lain
       adanya keinginan untuk menyenangkan dan membantu orang lain
     mulai tertarik dengan lawan jenis

Gangguan Keterampilan Motorik


Disebut juga gangguan komunikasi perkembangan dimana seorang anak
mengalami hendaya parah dalam perkembangan koordinasi motorik yang tidak
disebabkan oleh retardasi mental atau gangguan fisik lain yang telah dikenal
sebagai serebral palsi. Anak mengalami kesulitan menalikan sepatu dan
mengancingkan baju, dan bila berusia lebih besar kesulitan membuat suatu
bangun, bermain bola, dan menggambar atau menulis. Diagnosis hanya
ditegakkan bila hendaya tersebut sangat menghambat prestasi akademik atau
aktivitas sehari-hari.
c. Perkembangan psikososial
1.    Tinjauan (Erikson)
a. Erikson menyatakan krisis psikososial yang dihadapi sebagai “Industri
Versus Inferioritas”. “Industri” yang dimaksud adalah kemampuan
seorang anak dalam menguasai tugas perkembangannya (kepandaian),
sedangkan “Inferioritas” merupakan perasaan dimana seorang anak
merasa rendah diri dan kepercayaan dirinya turun akibat suatu
kegagalan dalam memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk
anak.
1. Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga mencakup teman
sekolah dan guru.
2. Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga tugas
perkembangan pertama (kepercayaan, otonomi, dan inisiatif) dan saat
ini berfokus pada penguasaan kepandaian (Industri).
3. Perasaan industri berkembang dari suatu keinginan untuk pencapaian.
4. Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak realistis atau
perasaan gagal dalam memenuhi standar yang ditetapkan orang lain
untuk anak. Ketika anak merasa adekuat, rasa percaya dirinya akan
menurun.
b.      Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan sktivitas yang dapat ia
selesaikan.
c.       Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi, dan kerja sama
untuk mencapai tujuan.
d.      Hubungan sosial menjadi sumber pendukung yang penting semakin
meningkat.
2.    Rasa takut dan stressor
a. Sebagian perasaan takut yang terjadi sejak masa kanak-kanak awal
dapat terselesaikan atau berkurang. Namun, anak dapat
menyembunyikan rasa takutnya untuk menghindari dikatakan sebagai
“pengecut” atau “bayi”.
b. Rasa takut yang sering terjadi:
1. Gagal di sekolah
2. Gertakan
3. Guru yang mengintimidasi
4. Sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua
c.     Stressor yang sering terjadi
1. Stressor untuk anak usia sekolah yang lebih kecil, yaitu
dipermalukan, membuat keputusan, membutuhkan izin/persetujuan,
kesepian, kemandirian dan lawan jenis.
2. Stressor untuk anak usia sekolah yang lebih besar yaitu
kematangan seksual, rasa malu, kesehatan, kompetensi, tekanan
dari teman sebaya, dan keinginan untuk menggunakan obat-obatan.
d.     Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu mengurangi
rasa takut anak dengan berkomunikasi secara empati dan perhatian
tanpa menjadi overprotective.
e.      Anak perlu mengetahui bahwa orang-orang akan mendengarkan mereka
dan memahami perkataannya.

3.      Sosialisasi
a. Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan
kematangan seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dan aktivitas
yang lebih kompleks, membuat keputusan, dan kegiatan yang memiliki
tujuan.
b. Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai tubuhnya,
perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan kemampuannya.
c. Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang baru.
d. Aktivitas kelompok, termasuk tim olahraga, biasanya menghabiskan
banyak waktu dan energi.

4.      Bermain dan mainan


a. Bermain menjadi lebih kompetetif dan kompleks selama periode usia
sekolah.
b. Karakteristik kegiatan meliputi tim olahraga, klub rahasia, aktivitas
“geng”, pramuka atau organisasi lain. Puzzle yang rumit, koleksi,
permainan papan, membaca dan mengagumi pahlawan tertentu.
c. Peraturan dan ritual merupakan aspek penting dalam bermain dan
permainan.
b. Mainan, permainan, dan aktivitas yang meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan meliputi:
1. Permainan kartu dan papan bertingkat yang rumit
2. Buku dan kerajinan tangan
3. Musik dan seni
4. Kegiatan olahraga (mis:berenang)
5. Kegiatan tim
6. Video game (tingkatkan pemantauan orang tua terhadap isi
permainan untuk menghindari pajanan terhadap perilaku kekerasan
dan seksual yang tidak dikehendaki).

5.      Disiplin
a. Anak usia sekolah mulai menginternalisasikan pengendalian diri dan
membutuhkan sedikit pengarahan dari luar. Mereka melakukannya,
walaupun membutuhkan orang tua atau orang dewasa lain yang
dipercaya untuk menjawab pertanyaan dan memberikan bimbingan
untuk membuat keputusan.
b. Tanggungjawab pekerjaan rumah tangga membantu anak usia sekolah
merasa bahwa mereka merupakan bagian penting keluarga dan
meningkatkan rasa pencapaian terhadap prestasi mereka.
c. Izin mingguan, diatur sesuai dengan kebutuhan dan tugas anak,
membantu dalam mengajarkan keterampilan, nilai, dan rasa
tanggungjawab.
d. Ketika mendisiplinkan anak usia sekolah, maka orang tua dan pemberi
asuhan lain harus menyusun batasan yang konkret dan beralasan
(memberikan penjelasan yang meyakinkan) serta mempertahankan
peraturan sampai batas minimal.

d. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir anak
berkembang dan berfungsi. Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan
penalaran dan pemecahan masalah. Kemampuan berpikir anak berkembang dari
tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.

Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret
dalam berpikir (usia 7-12 tahun). Piaget menemukan beberapa konsep dan
prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak, diantaranya:
1)   Anak adalah pembelajar yang aktif.
Anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa-apa yang mereka lihat
dan dengar secara pasif, tetapi mereka secara natural memiliki rasa ingin
tahu tentang dunia mereka dan secara aktif  berusaha mencari informasi
untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas tentang
dunia yang mereka hadapi.
2)   Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya.
Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa-apa yang mereka pelajari dari
fakta-fakta yang terpisah menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya, anak secara
gradual membangun suatu pandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia
bergerak.
3)   Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan
akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke
dalam pengetahuan yang sudah ada, yakni anak mengasimilasikan
lingkungan ke dalam suatu skema. Akomodasi terjadi ketika anak
menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak menyesuaikan skema
mereka dengan lingkungannya.
4)  Proses equilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk
pemikiran yang lebih komplek.
Melalui proses asimilasi dan akomodasinya, sistem kognisi seseorang
berkembang dari satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga kadang-kadang
mencapai keadaan equilibrium, yakni keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dan pengalamannya di lingkungan.

e.   Perkembangan bahasa


Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami da
menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulisan. Pada masa ini perkembangan
bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa. Anak-anak
semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat untuk menjelaskan satu
tindakan seperti memukul, melempar, menendang, atau menampar. Mereka
belajar tidak hanya untuk menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga memilih
kata yang tepat untuk penggunaan tertentu. Area utama dalam pertumbuahan
bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunaan praktis dari bahasa untuk
komunikasi.
f.   Perkembangan moral
Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami
aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral banyak
dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta perilaku moral dari orang-orang di
sekitarnya. Perkembangan moral ini juga tidak terlepas dari perkembangan
kognitif dan emosi anak. Perkembangan moral tidak terlepas dari perkembangan
kognitif dan emosi anak.

Menurut Piaget, anatar usia 5-12 tahun konsep anak mengenaia keadilan sudah
berubah. Piaget menyatakan bahwa relativisme moral menggantikan moral yang
kaku. Misalnya: bagi anak usia 5 tahun, berbohong adalah hal yang buruk, tetapi
bagi anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong
adalah dibenarkan dan oleh karenanya berbohong tidak terlalu buruk. Piaget
berpendapat bahwa anak yang lebih muda ditandai dengan moral yang
heteronomous sedangkan anak pada usia 10 tahun mereka sudah bergerak ke
tingkat yang lebih tinggi yang disebut moralitas autonomous.

Kohlberg menyatakan adanya 6 tahap perkembangan moral. Ke-enam tahap


tersebut terjadi pada tiga tingkatan, yakni tingkatan:
1) Pra-konvensional, anak peka terhadap peraturan-peraturan yang belatar
belakang budaya dan terhadap penilaian baik-buruk, benar-salah tetapi anak 
mengartikannya dari sudut akibat fisik suatu tindakan.
2) Konvensional, memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau agama
dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada dirinya sendiri, anak tidak
perduli apapun akan akibat-akibat langsung yang terjadi. Sikap yang
nampak pada tahap ini terlihat dari sikap ingin loyal, ingin menjaga,
menjunjung dan member justifikasi pada ketertiban.
3) Pasca-konvensional, ditandai dengan adanya usaha yang jelas untuk
mengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang sohih serta dapat
dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang memegang
prinsip-prinsip tersebut terlepas apakah individu yang bersangkutan
termasuk kelompok itu atau tidak.
g.    Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peran yang penting bagi perkembangan. Akibat dari emosi ini
juga dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang.
Hurlock menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada masa ini masih
sama dengan masa sebelumnya, seperti: marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri
hati, gembira, sedih, dan kasih sayang.

Kebrutalan atau kebringasan anak nampak pada perilakunya, mereka


menunjukkan suatu perbuatan yang sering kali memerlukan bantuan orang lain.
Misalnya, berkelahi, berbohong, mencuri, dan merusak. Bentuk – bentuk
tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar dari emosional yang
terganggu. Sekalipun demikian pada umumnya anak – anak berusaha
merubahnya dan menutupi perilaku mereka dengan mengemukakan alasan untuk
dapat dipercaya oleh orang lain. Missal menutupi kebohongannya dengan
maksud menghindari hukuman karena perbuatannya. Akan tetapi ketika anak
telah berusia lebih dari 6 atau 7 tahun sekalipun mereka tetap membuat cerita
yang bohong, mereka merasa sadar dan tidak aman perasaannya. Oleh karena itu
dia membuat cerita yang muluk – muluk agar orang lain percaya kepadanya,
dapat pila mereka lakukan berbuat bohong tersebut karena untuk menyenangkan
orang tuanya.

Ciri-ciri emosi emosi masa kanak-kanak akhir:


a. Emosi anak berlangsung relative lebih singkat (sebentar), hanya beberapa
menit dan sifatnya tiba-tiba.
b. Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini terlihat bila anak: takut, marah atau
sedang bersendau gurau.
c. Emosi anak mudah berubah.
d. Emosi anak nampak berulang-ulang.
e. Respon emosi anak berbeda-beda.
f. Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya.
g. Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya.
h. Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional.
h.   Perkembangan sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam
hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama.
Perkembangan social anak dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya dan guru.
1)   Kegiatan bermain
Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan social anak.
Dengan bermain anak berinteraksi dengan teman main yang banyak
memberikan berbagai pengalaman berharga. Bermain secara kelompok
memberikan peluang dan pelajaran kepada anak untuk berinteraksi,
bertenggang rasa dengan sesame teman.
2)  Teman sebaya
Teman sebaya memberikan pengaruh pada perkembangan social baik yang
bersifat positif maupun yang negatif. Pengaruh positif terlihat pada
pengembangan konsep diri dan pembentukan harga diri. Pengaruh negatif
membawa dampak seperti merokok, mencuri, membolos, menipu serta
perbuatan antisosial lainnya.

i. Perkembangan Spiritual
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan ciri-
cirisebagai berikut:
a. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai pengertian.
b. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan
kaiadah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta
sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan
ritual diterimanya sebagai keharusan moral.

j. Perkembangan seksualitas
Perkembangan seksualitas bukan hanya perilaku pemuasan seks semata, tapi
juga mencakup pembentukan nilai, sikap, perasaan, interaksi dan perilaku.
Ketika anak menjalani perkembangan seksualnya, mereka bukan berarti berpikir
tentang seks seperti orang dewasa. Perkembangan seksualitas juga menyentuh
aspek emosi, sosial, budaya dan fisik. Apa yang anak pelajari, pikir dan rasakan
mengenai seks akan membentuk sikap dan perilaku seksnya kelak. Maka, dalam
perkembangan seksual anak, orang tua perlu memahami dan membantu agar
proses perkembangan seksual berjalan secara sehat.

Anak biasanya mengetahui bahwa  memperhatikan tubuh orang lain dan


masturbasi merupakan kegiatan yang dilakukan orang dewasa secara pribadi. Di
umur ini anak masih bermain peran yang melibatkan perbedaan jenis kelamin
karena rasa keingintahuannya. Anak mulai mendengar dan memperhatikan kata-
kata yang “berbau” seks, kadang mereka menggunakan istilah-istilah tertentu
yang mereka dapatkan dari teman-temannya. Mereka masih merasa tertarik pada
proses kehamilan dan persalinan. Anak mulai memlih teman sejenis sebagai
teman dekatnya. Anak sudah malu jika tidak berpakaian dengan baik di depan
orang lain dan juga di depan orang tuanya. Mereka mulai mengangkat topik seks
dalam obrolan atau gurauan dengan teman-temannya. Permainan “seksual” yang
sering diperankan adalah permainan bermain saling memperolok atau berpura-
pura mengenai perkawinan atau bermain peran “dokter-pasien/perawat”.

k. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang pada Anak Sekolah


Penyimpangan perkembangan kematangan sekolah
a. Anak dengan gangguan membaca (disleksia) mengalami kesulitan besar
untuk mengenali kata, memahami bacaan, serta umumnya juga menulis
ejaan. Masalah ini terus dialami hingga dewasa. Gangguan ini terjadi 5-10
persen anak usia sekolah, tidak menghambat penderitanya untuk berprestasi.
b. Gangguan menulis ekspresif menggambarkan hendaya dalam kemampuan
untuk menyusun kata tertulis (termasuk kesalahan ejaan, kesalahan tata
bahasa atau tanda baca, atau tulisan tangan yang buruk) yang cukup parah
sehingga dapat sangat menghambat prestasi akademik atau aktivitas sehari-
hari.
c. Anak-anak dengan gangguan berhitung dapat mengalami kesulitan dalam
mengingat fakta-fakta secara cepat dan akurat, menghitung objek dengan
benar dan cepat, atau mengurutkan angka-angka dalam kolom-kolom.
Gangguan Aspek belajar
 Lambat dalam menulis
 Sering mengubah posisi duduk selama menulis disebabkan karena
kesulitan dalam memegang pensil
 Tulisan tangan yang sangat jelek dan kotor
 Gagal untuk memotong, melipat dan menempel objek dalam pelajaran
ketrampilan tangan
 Sering tidak bisa menyelesaikan tugas di sekolah
Aspek perawatan diri
 Anak mengalami kesukaran dalam memasang kancing baju, dasi dan
tali sepatu. Sering Nampak berpakaian kotor
 Mudah menjatuhkan benda atau menumpahkan minuman
Penyimpangan perkembangan bahasa usia sekolah segi bahasa
Beberapa kategori gangguan berkomunikasi, antara lain :
a. Gangguan berbahasa ekspresif, dimana anak mengalami kesulitan
mengekspreksikan dirinya dalam berbicara. Anak tampak sangat ingin
berkomunikasi tetapi sangat sulit untuk menemukan kata-kata yang
tepat. Misalnya tidak mampu mengucapkan kata mobil saat menunjuk
sebuah mobil yang melintas. Kata-kata yang sudah terkuasai terlupakan
oleh kata-kata yang baru dikuasai, dan penggunaan struktur bahasa
sangat di bawah tingkat usianya.
b. Gangguan fonetik, dimana anak menguasai dan mampu mempegunakan
perbendaharaan kata dalam jumlah besar tetapi tidak dapat
mengucapkannya dengan jelas, contohnya biru diucapkan biu. Mereka
tidak menguasai artikulasi suara dari huruf-huruf yang dikuasai
terkemudian, seperti r, s, t, f, z, l, dan c.
c. Gagap, yaitu gangguan kefasihan verbal yang ditandai dengan satu atau
lebih pola bicara berikut ini : seringnya pengulangan atau pemanjangan
pengucapan konsonan atau vokal, jeda yang lama antara pengucapan
satu kata dengan kata berikutnya, mengganti kata-kata yang sulit
dengan kata-kata yang mudah diucapkan, dan mengulang kata. Jumlah
laki-laki yang mengalami masalah ini sekitar 3 kali lebih banyak dari
perempuan, biasanya muncul sekitar usia 5 tahun dan hampir selalu
sebelum usia 10 tahun. DSM memperkirakan bahwa 80% indivisu yang
gagap dapatb sembuh tanpa intervensi profesional sebelum penderita
menmcapai usia 16 tahun.

B. Masa Perkembangan Usia Sekolah


Sejalan dengan apa yang telah diuraikan di atas perkembangan manusia mengikuti pola
umum, meskipun terdapat perbedaan yang menyangkut irama dan tempo perkembangan.
Secara umum tahapan perkembangan manusia akan melalui beberapa tahap, salah
satunya pada usia sekolah.
1. Ciri-ciri khas peserta didik usia sekolah
1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
2. Suka memuji diri sendiri
3. Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu
dianggap tidak penting
4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan
dirinya
5. Suka meremehkan orang lain
6. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
7. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
8. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
9. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya
di sekolah
10. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain
bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

2.    Kematangan sekolah


Kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan
bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku
individu. Akan tetapi, kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor
keturunan atau pembawaan karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri
yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu.
Kematangan merupakan suatu hasil dari perubahan-perubahan tertentu dan
penyesuaian struktur pada diri individu seperti adanya kematangan jaringan-jaringan
tubuh, saraf dan kelenjar-kelenjar yang disebut kematangan biologis. Kematangan
pada aspek meliputi keadaan berfikir, rasa, kemauan, dan lain-lain.
Kematangan sekolah merupakan kesiapan anak dalam memasuki masa-masa sekolah.
Usia anak yang matang sekolah yaitu sekitar umur 7 tahun. Kriteria / kategori
kematangan sekolah adalah :
1. Anak sudah dapat menangkap masalah-masalah yang bersifat abstrak seperti
matematika dan angka-angka.
2. Anak sudah dapat menggambar dengan lebih rapi.
3. Anak sudah dapat mandi sendiri, berpakaian sendiri, menyisir rambut sendiri,
mengikat tali sepatu serta menyisir rambut dengan benar.
4. Anak sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya untuk duduk dan
mendengarkan pelajaran daripada masa sebelumnya, walaupun mereka lebih
senang melakukan kegiatan fisik
C. Asuhan Keperawatan
Berikut adalah asuhan keperawatan pada anak usia sekolah (Purwanto, 2015),
yaitu sebagai berikut :
a. Pengkajian
Pengkajian pada keluarga :
1. Identitas : Nama KK, alamat, pekerjaan.
2. Riwayat dan tahap perkembangan.
3. Lingkungan: Rumah, lingkungan, sistem sosial.
4. Struktur keluarga : komunikasi, peran anggota.
5. Penyebab masalah keluarga dan koping.
6. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga.

Pengkajian fokus pada anak usia sekolah :


1. Bagaimana karakteristik teman bermain?
2. Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah?
3. Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana
yang dimiliki?
4. Bagaimana temperamen anak saat ini?
5. Bagaimana pola anak jika menginginkan suatu barang ?
6. Bagaimana pola orangtua menghadapi permintaan anak ?
7. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini?
8. Kegiatan apa yang diikuti anak selain kegiatan di sekolah?
9. Sudahkah memperoleh imunisasi ulangan selama di sekolah?
10. Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat
bermain?
11. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini?
12. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan kalau ada, apa
jenisnya?
13. Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya?
14. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
Berikut format pengkajian perkembangan anak usia sekolah (6-12 tahun)

No Kemampuan Ya Tidak

Kemampuan Klien
1 Mampu BAK/BAB mengompol
di toilet dan
tidak

2 Mempunyai teman tetap untuk bermain


3 Menyukai dan ikut berperan dalam kegiatan
kelompok
4 Berteman dengan sesama jenis
5 Berkompetisi dengan teman atau saudara
sebaya
6 Memiliki hubungan yang baik dengan orang tua

7 Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah


8 Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga
secara sederhana
9 Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
10 Memiliki hobi: naik sepeda, membaca buku,
majalah, cerita anak
11 Tidak ada bekas tanda-tanda luka penganiayaan
fisik dan seksual
Kemampuan keluarga
1 Memfasilitasi anak mengikuti aktivitas
kelompok
2 Membimbing anak dalam pencapaian tugas
perkembangan sesuai kemampuannya
3 Membimbing anak dalam cara berinteraksi
dengan orang lain
4 Membimbing anak dalam kegiatan rumah:
menonton TV, membaca buku cerita, waktu
belajar yang disiplin
5 Melibatkan dan membimbing anak dalam
kegiatan keluarga: berkebun, memasak,
membersihkan rumah, rekreasi bersama
6 Keluarga tidak mencubit, memukul
atau mencela/memaki anak bila anak
rewel
7 Tidak mempekerjakan anak secara paksa untuk
mencari nafkah keluarga
8 Memberikan pendidikan yang baik

Petunjuk teknis pengisian format :


 Berilah tanda (√) jika klien dan keluarga mampu melakukannya.
 Apabila semua kemampuan tercapai (jawaban “Ya“ mencapai 100%)
maka dikategorikan “Normal”.
 Apabila kurang dari 100% maka dikategorikan “Penyimpangan“.
 Kategori : Normal : Kesiapan Peningkatan
Perkembangan Usia Sekolah
 Penyimpangan : Resiko Ketidaksiapan Peningkatan Perkembangan Usia
Sekolah

b. Diagnosa Keperawatan
1. Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah.
2. Resiko ketidaksiapan peningkatan perkembangan usia sekolah.

c. Intervensi Keperawatan Tujuan


1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal.
2. Mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus.
3. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
4. Mengembangkan keterampilan adaptasi psikososial.
5. Membentukan identitas dan peran sesuai jenis kelamin.
6. Mengembangkan kecerdasan.
7. Mengembangkan nilai-nilai moral.
8. Meningkatkan peran serta keluarga dengan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan.
d. Tindakan Keperawatan
a. Pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal.
1) Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak.
2) Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang.
3) Kolaborasi pemberihan vitamin dan vaksinasi ulang (booster).
4) Ajarkan kebersihan diri.
b. Mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus.
1) Kaji keterampilan motorik kasar dan halus.
2) Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar
(kejar-kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola,
lompat tali).
3) Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus
(belajar menggambar / melukis, menulis, mewarnai, mmbuat
kerajinan tangan seperti vas bunga, kotak pensil, lampion).
4) Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak untuk
bermain.
c. Mengembangkan keterampilan bahasa.
1) Kaji keterampilan bahasa yang disukai anak.
2) Berikan kesempatan anak bicara dan bercerita.
3) Sering mengajak anak berkomunikasi.
4) Ajari anak belajar membaca.
5) Belajar bernyanyi.
d. Mengembangkan keterampilan adaptasi psikososial.
1) Kaji keterampilan adaptasi psikososial anak.
2) Sediakan waktu bagi anak untuk bermain keluar rumah bersama
teman kelompoknya.
3) Berikan dorongan dan kesempatan ikut berbagai perlombaan.
4) Berikan hadiah atas prestasi yang diraih.
5) Latih anak berhungan dengan orang lain yang lebih dewasa.
e. Membentuk identitas peran sesuai jenis kelamin.
1) Kaji identitas dan peran sesuai dengan jenis kelamin.
2) Ajari mengenal bagian-bagian tubuh.
3) Ajari mengenal jenis kelamin sendiri dan membedakan jenis kelamin
anak lain.
4) Berikan pakaian dan mainan yang sesuai dengan jenis kelamin.
f. Mengembangkan kecerdasan.
1) Kaji perkembangan kecerdasan anak.
2) Mendiskusikan kelibihan dan kemampuannya.
3) Memberikan pendidikan dan keterampilan yang baik bagi anak.
4) Memberikan bahan bacaan dan permainan yang meningkatkan
kreatifitas.
5) Membimbing anak belajar keterampilan baru.
6) Libatkan anak melakukan pekerjaan rumah sederhana, misal masak,
membersihkan mobil, menyiram tanaman, menyapu.
7) Latih membaca, menggambar dan berhitung.
8) Asah dan kembangkan hobby yang dimilii anak.
g. Menggembangkan nilai-nilai moral.
1) Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak.
2) Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif.
3) Ajarkan hubungan sebab akibat suatu tindakan.
4) Bimbing anak saat menonton TV dan menbaca buku cerita.
5) Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak.
6) Latih kedisiplinan.
h. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan.
1) Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak.
2) Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak.
3) Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan
keluarga.
4) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan yang bergizi dan
seimbang.
5) Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan anak
normal pada usia sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

 
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya

Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press

Purwanti, Endang dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM
Press

Sunarto dan Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta

 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)

Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011)

Setiawan, W R. (2011). Cara Mengatasi Perilaku Menyimpang.

Nurwijayanto. (2011). Penyimpangan Perilaku Anak Sekolah Dasar

Anda mungkin juga menyukai