DISUSUN OLEH
RISMIYATI
NIM 2022207209196
Pada tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi dirinya yang digunakan
dalam rangka mencapai kematangan ketika individu tersebut beranjak dewasa. Namun,
emosi anak-anak kadang kala labil sehingga harus diarahkan dan diolah sedemikian rupa
agar tidak terjerumus pada sesuatu yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain di
sekitarnya.
Pada masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa sekolah dimana mereka
akan berinteraksi ke dalam lingkup yang lebih luas dengan berbagai karakteristik yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, harus dipelajari dan dipahami setiap karakter anak usia
sekolah agar dapat memberikan tugas dengan tepat yang dapat mengoptimalkan potensi
mereka yang sesuai dengan umur mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang
sehat, dalam perjalanan waktu tertentu
Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik
(keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif
secara berkesinambungan. Hereditas merupakan totalitas karakteristik individu yang
diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi (baik fisik maupun psikis)
yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua
melalui gen-gen.
2. Perkembangan
Menurut Nagel dalam Sunarto dan Agung Hartono (2008,38), perkembangan
merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasikan dan
mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karna itu bilamana terjadi perubahan struktur
baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
Aspek-aspek Perkembangan
a. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak usia sekolah (7-12 tahun)
1. Parameter umum
Rata-rata tinggi badan anak usia 7-12 tahun 113 cm dan rata-rata BB anak
usia 6-12 tahun mencapai 21 kg.
2. Nutrisi
Kebutuhan kalori harian anak usia 7-12 tahun menurun sehubungan dengan
ukuran tubuh, dan rata-rata membutuhkan 2400 kalori perhari. Banyaknya
anak yang tidak menyukai sayuran, biasanya hanya satu jenis makanan,yang
disukai orang tua memiliki peranan penting dalam mempengaruhi pilihan
anak terhadap makanan.
3. Pola tidur
Kebutuhan tidur setiap anak bervariasi, biasanya 8 sampai 9,5 jam setiap
malam.
4. Kesehatan gigi
Mulai sekitar usia 6 tahun gigi permanen tumbuh dan anak secara bertahap
kehilangan gigi desi dua.
5. Eliminasi
Pada usia 6 tahun, 85% anak memiliki kendala penuh terhadap kandung
kemih dan defekasi, enurisis nocturnal (mengompol) terjadi pada 15% anak
berusia 6 tahun
b. Perkembangan motorik
1. Motorik kasar
Biasanya anak bermain sepatu roda, berenang, kemampuan berlari dan
melompat meningkat secara progresif.
2. Motorik halus
Anak mampu menulis tanpa merangkai huruf. Misalnya, hanya menulis
salah satu huruf saja.
Pada usia ini anak masih sukar terhadap kecelakaan, terutama karena
peningkatan kemampuan motorik, orang tua harus terus memberikan
bimbingan pada anak dalam situasi yang baru dan mengancam keamanan.
3. Sosialisasi
a. Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan
kematangan seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dan aktivitas
yang lebih kompleks, membuat keputusan, dan kegiatan yang memiliki
tujuan.
b. Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai tubuhnya,
perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan kemampuannya.
c. Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang baru.
d. Aktivitas kelompok, termasuk tim olahraga, biasanya menghabiskan
banyak waktu dan energi.
5. Disiplin
a. Anak usia sekolah mulai menginternalisasikan pengendalian diri dan
membutuhkan sedikit pengarahan dari luar. Mereka melakukannya,
walaupun membutuhkan orang tua atau orang dewasa lain yang
dipercaya untuk menjawab pertanyaan dan memberikan bimbingan
untuk membuat keputusan.
b. Tanggungjawab pekerjaan rumah tangga membantu anak usia sekolah
merasa bahwa mereka merupakan bagian penting keluarga dan
meningkatkan rasa pencapaian terhadap prestasi mereka.
c. Izin mingguan, diatur sesuai dengan kebutuhan dan tugas anak,
membantu dalam mengajarkan keterampilan, nilai, dan rasa
tanggungjawab.
d. Ketika mendisiplinkan anak usia sekolah, maka orang tua dan pemberi
asuhan lain harus menyusun batasan yang konkret dan beralasan
(memberikan penjelasan yang meyakinkan) serta mempertahankan
peraturan sampai batas minimal.
d. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir anak
berkembang dan berfungsi. Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan
penalaran dan pemecahan masalah. Kemampuan berpikir anak berkembang dari
tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.
Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret
dalam berpikir (usia 7-12 tahun). Piaget menemukan beberapa konsep dan
prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak, diantaranya:
1) Anak adalah pembelajar yang aktif.
Anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa-apa yang mereka lihat
dan dengar secara pasif, tetapi mereka secara natural memiliki rasa ingin
tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari informasi
untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas tentang
dunia yang mereka hadapi.
2) Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya.
Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa-apa yang mereka pelajari dari
fakta-fakta yang terpisah menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya, anak secara
gradual membangun suatu pandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia
bergerak.
3) Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan
akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke
dalam pengetahuan yang sudah ada, yakni anak mengasimilasikan
lingkungan ke dalam suatu skema. Akomodasi terjadi ketika anak
menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak menyesuaikan skema
mereka dengan lingkungannya.
4) Proses equilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk
pemikiran yang lebih komplek.
Melalui proses asimilasi dan akomodasinya, sistem kognisi seseorang
berkembang dari satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga kadang-kadang
mencapai keadaan equilibrium, yakni keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dan pengalamannya di lingkungan.
Menurut Piaget, anatar usia 5-12 tahun konsep anak mengenaia keadilan sudah
berubah. Piaget menyatakan bahwa relativisme moral menggantikan moral yang
kaku. Misalnya: bagi anak usia 5 tahun, berbohong adalah hal yang buruk, tetapi
bagi anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong
adalah dibenarkan dan oleh karenanya berbohong tidak terlalu buruk. Piaget
berpendapat bahwa anak yang lebih muda ditandai dengan moral yang
heteronomous sedangkan anak pada usia 10 tahun mereka sudah bergerak ke
tingkat yang lebih tinggi yang disebut moralitas autonomous.
i. Perkembangan Spiritual
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan ciri-
cirisebagai berikut:
a. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai pengertian.
b. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan
kaiadah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta
sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan
ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
j. Perkembangan seksualitas
Perkembangan seksualitas bukan hanya perilaku pemuasan seks semata, tapi
juga mencakup pembentukan nilai, sikap, perasaan, interaksi dan perilaku.
Ketika anak menjalani perkembangan seksualnya, mereka bukan berarti berpikir
tentang seks seperti orang dewasa. Perkembangan seksualitas juga menyentuh
aspek emosi, sosial, budaya dan fisik. Apa yang anak pelajari, pikir dan rasakan
mengenai seks akan membentuk sikap dan perilaku seksnya kelak. Maka, dalam
perkembangan seksual anak, orang tua perlu memahami dan membantu agar
proses perkembangan seksual berjalan secara sehat.
No Kemampuan Ya Tidak
Kemampuan Klien
1 Mampu BAK/BAB mengompol
di toilet dan
tidak
b. Diagnosa Keperawatan
1. Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah.
2. Resiko ketidaksiapan peningkatan perkembangan usia sekolah.
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya
Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press
Purwanti, Endang dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM
Press
Sunarto dan Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta
Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011)