Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KOMUNITAS

KONSEP KEPERAWATAN PADA KOMUNITAS KELOMPOK ANAK USIA


SEKOLAH

Disusun oleh:

1. Alfarisma Rizka Syafina J210174010


2. Destya Adeline Prasetya J210174012
3. Ahda Hanif Fauzi J210174048
4. Wulan Syafitry J210174134
5. Hanif Ardhani Wisnumurti J210174155
6. Dita Alvionita J210174162
7. Miss Parisa Waeheng J210174192

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai
potret atau gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian,
karena anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara
unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah.
Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang dimaksud
anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah
kawin (menikah). Saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun, tetapi
berumur 18 tahun seperti yang ditulis Hurlock (1980), maka dewasa dini dimulai
umur 18 tahun.
Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga sesuai
dengan kelompok usia, yaitu ; usia 2-5 tahun disebut usia prasekolah, usia 6-12 tahun
disebut usia sekolah, usia 13-18 tahun disebut usia remaja.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang keperawatan keluarga anak usia
sekolah dan melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak usia
sekolah.

2. Tujuan Khusus.
a. Agar mahasiswa memahami definisi anak usia sekolah
b. Agar mahasiswa memahami Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah
c. Agar mahasiswa memahami Tugas Orang Tua dalam
Perkembangan Anak Usia Sekolah
d. Agar mahasiswa memahami Tipologi Gaya Asuh Orang Tua
e. Agar mahasiswa memahami Dampak Gaya Asuh Orang Tua terhadap
Perkembangan Kompetensi Sosial Anak
f. Agar mahasiswa memahami Cara Mencapai Tugas Perkembangan Anak
g. Agar mahasiswa memahami Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah di
Indonesia
h. Agar mahasiswa memahami Peran Perawat Upaya Peningkatan Kesehatan
Anak Usia Sekolah
i. Agar mahasiswa memahami Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah di
Luar Negeri
j. Agar mahasiswa memahami definisi anak usia sekolah Masalah Kesehatan
Anak Usia Sekolah di Luar Negeri
k. Agar mahasiswa memahami Peran Perawat Upaya Peningkatan Kesehatan
Anak Usia Sekolah di Luar negeri
l. Agar mahasiswa dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada Kelompok
Anak Usia Sekolah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Anak Usia Sekolah


Anak sekolah menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu
golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak
yang berusia 7-12 tahun.
Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang
artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap
mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua
mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.
Anak usia sekolah merupakan anak yang berumur 6-18 tahun (Soetjiningsih,
1995). Anak usia sekolah dengan cirinya masa pertumbuhan masih sangat cepat dan
aktif belajar, sehingga kerja otak harus mendapat makanan yang bergizi dalam
kuantitas dan kualitas yang tepat. Faktor yang mempengaruhi pola pertumbuhan
secara umum yaitu:
1. Keturunan
2. Lingkungan
3. Hormon
4. Nutrisi atau asupan zat gizi yang bervariasi antar individu.

B. Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah


1. Pertumbuhan
a. Tinggi dan berat badan
Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat dan
konsisten bila dibandingkan dengan masa usia dini. Rata-rata anak usia SD
mengalami penambahan berat badan sekitar 2,5 - 3,5 kg, dan penambahan
tinggi badan 5 - 7 cm per tahun (F.A Hadis, 1996).
b. Proporsi dan bentuk tubuh
Anak SD kelas-kelas awal umumnya memiliki proporsi tubuh yang
kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit mulai
berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5 atau 6.
Pada kelas akhir lazimnya proporsi tubuh anak sudah mendekati seimbang.
c. Otak
Bila dibandingkan dengan pertumbuhan bagian tubuh lain,
pertumbuhan otak dan kepala jauh lebih cepat. Menurut Santrock dan Yussen,
sebagian besar pertumbuhan otak terjadi pada usia dini. Menjelang umur lima
tahun, ukuran otak anak mencapai 90% dari ukuran otak dewasa. Kematangan
otak yang dikombinasikan dengan pengalaman berinteraksi dengan
lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak.
2. Perkembangan
a. Perkembangan biologis
Pada usia sekolah pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
memiliki perbedaan, pada anak laki-laki lebih tinggi dan kurus, pada anak
perempuan lebih pendek dan gemuk. Pada usia ini pembentukan lemak lebih
cepat daripada otot.
1) Perkembangan psikososial
Pada masa ini anak-anak selalu melakukan aktivitas bersama
atau kelompok. Menurut Freud perkembangan psikososial pada anak
usia sekolah digolongkan dalam fase laten, yaitu ketika anak berada
dalam fase oidipus.
2) Perkembangan kognitif
Menurut Pieget anak berada dalam tahap operasional konkret,
yaitu anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan
simbol kemampuan anak yang dimiliki pada tahap operasional konkret,
yaitu:
a) Konservasi: menyukai sesuatu yang dapat dipelajari secara
konkret bukan magis
b) Klasifikasi: mulai belajar mengelompokkan, menyusun dan
mengurutkan
c) Kombinasi: mulai mencoba belajar dengan angka dan huruf
sesuai dengan keinginan yang dihubungkan dengan
pengalaman yang sebelumnya.
3) Perkembangan spiritual
Pada usia anak-anak mulai tertarik terhadap surga dan neraka,
sehingga mereka mematuhi semua peraturan karena takut masuk
neraka.
4) Perkembangan bahasa
Kosa kata anak bertambah, kealahan pengucapan mulai
berkurang karena bertambahnya pengalaman dan telah
mendengarkan penguapan yang benar. Pembicaraan yang dilakukan
dalam tahap ini lebih terkendali dan terseleksi karena anak
menggunakan pembicaraan sebagai alat komunikasi.
5) Perkembangan seksual
Pada masa ini anak mulai menyesuaikan penampilan, pakaian,
dan gerak-geriknya sesuai dengan peran seksnya.
6) Perkembangan konsep diri
Dipengaruhi oleh hubungan dengan orangtua, saudara dan
saudara lainnya. Dan anak membentuk konsep diri sehingga
membentuk ego
a) Perkembangan Kognitif
 Pengurutan, mampu untuk mengurutan objek menurut
ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
 Klasifikasi, mampu untuk memberi nama dan
mengidentifikasi benda.
 Decentering, mempertimbangkan beberapa
aspek untuk memecahkan masalah.
 Reversibility, memahami bahwa jumlah atau benda-
benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan
awal.
 Konservasi, memahami bahwa kuantitas, panjang, atau
jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan
pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda
tersebut.
 Penghilangan sifat Egosentrisme kemampuan untuk
melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain
b) Perkembangan Moral
 Usia 6-9 tahun, menempati posisi apa untungnya buat
saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa
yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang
menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain,
hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh
terhadap kebutuhannya sendiri. semua tindakan
dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja.
 Usia 9-12 tahun, seseorang memasuki masyarakat dan
memiliki peran sosial. Individu mau menerima
persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain
karena hal tersebut merefleksikan persetujuan
masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka
mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi
harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya
melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai
moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi
konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal,
yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa
terimakasih, dan golden rule.
c) Perkembangan Mental Emosional dan Social
 Melalui interaksi sosial, anak-anak mulai
mengembangkan rasa bangga dalam prestasi dan
bangga pada kemampuan mereka.
 Anak-anak yang didorong dan dipuji oleh orang tua dan
guru mengembangkan perasaan kompetensi dan
kepercayaan keterampilan mereka. Mereka yang
menerima sedikit atau tidak ada dorongan dari orangtua,
guru, akan meragukan kemampuan mereka untuk
menjadi sukses.
 Mereka yang layak menerima dorongan dan penguatan
melalui eksplorasi pribadi akan muncul dari tahap ini
dengan perasaan yang kuat tentang diri dan rasa
kemerdekaan dan kontrol. Mereka yang tetap yakin
dengan keyakinan dan keinginan mereka akan tidak
aman dan bingung tentang diri mereka sendiri dan masa
depan.
d) Perkembangan Psikomotor
 Mampu melompat dan menari
 Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan,
dan badan 3. Dapat menghitung jari-jarinya
 Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan mampu
bercerita
 Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta
artinya
 Memprotes bila dilarang apa yang menjadi
keinginannya
 Mampu membedakan besar dan kecil
 Ketangkasan meningkat
 Melompat tali
 Bermain sepeda
 Mengetahui kanan dan kiri
 Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
 Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar

e) Kegagalan mencapai tugas-tugas perkembangan ini akan


melahirkan perilaku yang menyimpang (delinquency).
Penyimpangan yang terjadi pada anak yang berusia sekolah
dasar antara lain:
 Suka membolos dari sekolah
 Malas belajar
 Keras kepala

C. Masalah-Masalah Kesehatan yang Timbul pada Kelompok Usia Sekolah


1. Menular
a. Cacingan
Cacing merupakan parasit atau organisme yang hidup pada organisme
lain. Cacing yang ada pada tubuh manusia akan merampas zat makanan dari
tubuh yang dijasikan tempat tinggalnya. Jika terjadi pada anak-anak akan
mengganggu pertumbuhan dan menurunkan daya tahan tubuh. Umumnya
cacing masuk ke dalam tubuh manusia melalui tanah. Anak-anak yang masih
belum mengerti tentang kebersihan diri, sering bermain di tempat-tempat
yang kotor seperti di got atau bermain pasir, sehingga mudah diserang
penyakit cacingan. Jenis cacing yang biasa menjadi parasit dalam tubuh
manusia adalah cacing gelang, cacing kremi dan cacing tambang.
Keluhan akibat cacingan antara lain perut kembung, mual, muntah,
sakit perut, nafsu makan menurun, diare, dan gatal didubur terutama malam
hari.
b. Campak
Penyakit campak adalah penyakit yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus campak.Penularannya terjadi melalui udara ataupun
kontak langsung dengan penderita.Virus campak menyebar lewat percikan
ludah penderita.Virus cacar air bisa pindah ke tubuh orang sehat lewat
bersentuhan langsung dengan cacarnya.Untuk itu maka penderita campak dan
cacar air dilarang masuk sekolah.
Gejala-gejalanya adalah demam, batuk, pilek dan timbul bercak merah
di kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam.Bercak mula- mula timbul di
pipi di bawahtelinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota
tubuh lainnya.Komplikasi dari penyakit campak adalah pneumonia (radang
paru-paru), infeksitelinga, neuritis (radang pada syaraf), artritis (radang
sendi) dan ensefalitis
c. Karies gigi
Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang paling sering
memengaruhi individu pada segala usia dan merupakan masalah oral utama
yang terjadi pada anak-anak dan remaja. Usia yang paling rentan menderita
karies gigi adalah usia 4-8 tahun untuk gigi primer dan 12-18 tahun untuk gigi
sekunder atau permanen.
Karies gigi merupakan penyakit yang multifaktor, hal ini melibatkan
kerentanan gigi, mikroflora koriogenik, dan lingkungan oral yang sesuai.
Jumlah anak yang tidak mendapatkan pengawasan gigi secara teratur sangat
mengkhawatirkan, dan terdapat jumlah signifikan untuk anak yang mencapai
usia dewasa tanpa mendapatkan pemeriksaan atau pengobatan oleh pelayanan
kesehatan.
d. Retardasi Mental
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi
yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap
normal.
Anak tidak mampu belajar dan beradaptasi karena intelegensi rendah
dan biasanya IQ di bawah 70. Anak dengan retardasi mental akan mengalami
gangguan perilaku adaptasi sosial, yaitu dimana anaka mengalami kesulitan
menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya, tingkah laku kekanak-
kanakan tidak sesuai dengan umurnya. Retardasi mental memiliki kriteria
sebagai berikut:
1) Fungsi intelektual umum di bawah normal
2) Terdapat kendala dalam perilaku adaptif
3) Gejalanya timbul dalam masa perkembangan, yaitu dibawah usia 18
tahun.

D. Masalah kesehatan anak di luar negeri


Parasetamol Menyebabkan Asma pada Anak. Bayi dan balita yang diberi obat
penurun panas dan nyeri parasetamol memiliki kemungkinan besar terserang asma
atau eksem ketika mereka menginjak usia sekolah dasar. Hal ini disimpulkan oleh
suatu penelitian terbaru. "Akan tetapi para orang tua tidak perlu cemas, dan jangan
pula berhenti menggunakan parasetamol bila anak mereka demam, karena penelitian
ini belum terlalu jelas menjelaskan apakah parasetamol saja yang menyebabkan asma
dan eksem ini", kata seorang ahli pernafasan di Australia.
Penelitian ini, yang dipublikasikan oleh The Lancet, menunjukkan bahwa
penggunaan parasetamol pada anak umur satu tahun dapat meningkatkan risiko
terkena penyakit alergi (asma/eksem) ketika anak tersebut menginjak umur 7 tahun.
Kemungkinannya adalah 50%. "Anak yang lebih sering diberi parasetamol memiliki
kemungkinan sebesar 3 kali lipat terkena asma dan reaksi alergi pada hidung (rhino
conjunctivitis), serta kemungkinan terkena eksem sebesar 2 kali lipat", kata Prof.
Richard Beasley, ketua tim peneliti pada Medical Research Institute di Selandia Baru.
Penelitian ini melibatkan 200 ribu anak dari 31 negara, dan dianggap dapat
menjelaskan misteri mengenai meningkatnya kasus asma pada anak- anak di
Australia dan Selandia Baru sepanjang masa 50 tahun terakhir ini.
Namun Prof. Beasley mengatakan juga bahwa penelitian ini masih harus
ditopang oleh penelitian sejenis yang lain, sehingga saat ini hasil penelitian
tersebut belum dianggap cukup kuat untuk menghentikan pemakaian
parasetamol.
Hasil penelitian Prof. Beasley tersebut mendukung rekomendasi World Health
Organization (WHO) baru-baru ini yang menyatakan agar parasetamol tidak
digunakan secara rutin, namun hanya untuk kondisi demam yang benar- benar tinggi.
Dr. Raymond Mullins, seorang konsultan kesehatan dan presiden pada
Australasian Society for Clinical Immunology and Allergy mengatakan bahwa
penemuan ini adalah fenomena yang menarik yang berpotensi mengubah metode
pengobatan demam.
Akan tetapi peneliti lain, yaitu Dr. Adrian Lowe, menyatakan bahwa mungkin
ada penjelasan lain mengenai penyebab asma ini. "Ada sejumlah infeksi yang
dikaitkan juga dengan terjadinya asma pada anak-anak, jadi pada penelitian demikian
adalah sangat sukar untuk menentukan apakah parasetamol ataukah juga infeksi
tertentu yang menyebabkan kasus asma tersebut".

E. Upaya peningkatan kesehatan anak di LN


Wabah HIV/AIDS adalah bencana besar yang sangat cepat berdampak
bagi anak-anak. Hampir 3 juta anak-anak telah terjangkiti virus HIV atau hidup
dengan AIDS. Lebih dari 14 juta anak-anak berusia di bawah 15 tahun telah
kehilangan salah satu atau kedua orang tua mereka akibat AIDS, dan sebagian
besar dari mereka tinggal dibenua Sub-Sahara Afrika. Pada tahun 2010, jumlah
anak yatim akibat AIDS secara global diperkirakan lebih dari 25 juta anak. Namun
angka ini hanya sebagian dari jumlah anak-anak yang kehidupannya telah
berubah drastis akibat dampak HIV/AIDS terhadap keluarga mereka, masyarakat,
sekolah, sistem layanan kesehatan dan kesejahteraan serta perekonomian nasional
maupun lokal.
Dengan tingkat penyebaran infeksi HIV yang semakin meningkat di beberapa
kawasan di dunia ini, maka krisis bagi anak-anak ini diperkirakan akan terus
berlangsung selama beberapa dekade, meskipun program pencegahan dan perawatan
telah diperluas. Reaksi keluarga dan masyarakat terhadap nasib anak-anak ini adalah
merasa kasihan dan sangat tabah. namun mereka berjuang di bawah tekanan.
Hingga saat ini, beberapa sumber tengah berupaya menjangkau beberapa
keluarga dan masyarakat yang berperan dalam memberikan respon di garis
terdepan, dan hanya sedikit perhatian yang diberikan pada anak yatim dan anak-
anak yang rentan di sebagian besar agenda pembangunan nasional. Di samping itu,
para pendonor belum menetapkan program-program yang komprehensif terhadap
persoalan ini. Respon terhadap krisis anak-anak yang terkena dampak HIV/AIDS ini
secara jelas belum dianggap sebagai suatu prioritas global.
Kerangka kerja ini, yang disusun sebagai hasil kerjasama antara beberapa
praktisi pembinaan dan para perwakilan dari sejumlah jajaran
1. Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan melakukan
pengumpulan data, analisis data, serta perumusan dan prioritas masalah.
2. Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama tim pembina UKS
3. Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang disusun
4. Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
5. Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas dipuskesmas
menjadi salah satu anggota dalam tim pembina UKS atau dapat juga ditunjuk
sebagai salah satu orang koordinator UKS di tingkat puskesmas. Bila perawat
kesehatan ditunjuk sebagai koordinator maka pengelolaan UKS menjadi tanggung
jawabnya atau paling tidak ikut terlibat dalam tim pengelola kesehatan UKS.
6. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan, peranan perawat dalam memberikan
penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara langsung (melalui penyuluhan
kesehatan yang bersifat umum dan klasik) atau tidak langsung sewaktu melakukan
pemeriksaan kesehatan peserta didik secara perorangan.
7. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan memberikan
pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada disekolah.
8. Memberikan konstribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki lingkungan
fisik dan sosial.
9. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program kesehatan
masyarakat lainnya.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Sekolah


1. Pengkajian
a. Core
1) Sejarah
Pengamatan sementara mengenai sejarah dari suatu wilayah yang
mempengaruhi kesehatan anak usia sekolah yang tinggal di wilayah
tersebut.
2) Demografi
Karakteristik anak usia sekolah yang ditemukan dalam suatu
wilayah, termasuk data usia, jenis kelamin, dan piramida penduduk
khususnya data anak usia sekolah.
3) Statistik vital
Pengamatan mengenai jenis penyakit yang diderita anak usia
sekolah (tiga bulan terakhir), jenis penyebab kematian yang seringterjadi
pada anak usia sekolah di suatu wilayah, perilaku penyebab sakit, serta
pola makan, pola istirahat, dan pola eliminasi.
4) Kelompok etnis
Pengamatan mengenai jenis, kebiasaan budaya, dan tipe keluarga
dalam suatu wilayah yang dapat mempengaruhi kesehatan agregat anak
usia sekolah serta identifikasi berbagai suku dan etnis yang dijumpai
dalam wilayah tersebut.
5) Nilai dan kepercayaan
Mengkaji nilai yang dianut oleh anak usia sekolah terkait pergaulan
dan agama, penilaian anak usia sekolah mengenai kenakalan yang sering
terjadi pada anak usia sekolah, serta mengidentifikasi nilai dan keyakinan
dalam masyarakat terkait anak usia sekolah.

b. Data subsystem
Data subsystem memiliki 8 sub system yang saling mempengaruhi antara lain:
1) Lingkungan fisik
Dalam lingkungan fisik terdapat 2 cara :
a) Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan
lingkungan, aktifitas anak usia sekolah di lingkungannya, data
dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.
b) Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah
dari guru kelas,kader UKS, dan kepala sekolah melalui
wawancara.Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia
sekolah yang kurang baik bagi perkembangan anak usia sekolah.
2) Pelayanan kesehatan dan social
Didapatkan dari ketersediaan pelayanan kesehatan khususnya anak
usia sekolah, bentuk pelayanan kesehatan bila ada, apakah terdapat
pelayanan konseling bagi anak usia sekolah melalui wawancara di
sekolahan .
3) Ekonomi
Data ekonomi didapat dari jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis
pekerjaan orang tua siswa, jumlah uang jajan para siswa melalui
wawancara dan melihat data di staff tata usaha disekolah.
4) Keamanan dan transportrasi
a) Keamanan : Adanya satpam sekolah dan petugas penyebarang jalan.
b) Untuk jenis transportrasi yang dapat digunakan anak usia sekolah,
adanya bis sekolah untuk layanan antar jemput siswa.
5) Politik dan pemerintahan
Untuk kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib
sekolah yang harus dipatuhi seluruh siswa .
6) Komunikasi
Komunikasi ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
a) Komunikasi formal mengunakan media komunikasi yang digunakan
oleh anak usia sekolah untuk memperoleh informasi pengetahuan
tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari pendidik.
b) Komunikasi informal mengunakan komunikasi/diskusi yang
dilakukan anak usia sekolah dengan guru dan orang tua, peran guru
dan orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak
sekolah,keterlibatan guru dan orang tua dan lingkungan dalam
menyelesaikan masalah anak usia sekolah.
7) Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang
digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.
8) Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana
penyaluran bakat anak usia sekolah seperti olahraga dan seni,
pemanfaatannya, kapan waktu menggunakannya.

2. Diagnose komunitas
a. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada
lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik
b. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d
kebiasaan anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur
c. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk
memperoleh informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya b/d
sumber informasi yang digunakan anak untuk mengetahui
d. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang diskusi
dengan orang tua

3. Intervensi komunitas
1.Pencegahan primer
a. Program promosi kesehatan
1) Pendidikan kesehatan tentang: manfaat makanan sehat dan cara memilih
jajanan yang sehat, kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah, kebersihan
diri (rambut, kulit, kuku, pakaian, sepatu), cara mencuci tangan yang baik,
kebutuhan latihan fisik anak usia sekolah, cara belajar yang baik dan
konsentrasi, dan lain-lain sesuai kebutuhan anak sekolah.
2) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (perawat dapat
meminta bantuan guru dan kader kesehatan sekolah untuk melakukan
pengukuran TB/BB setiap 4 bulan dan mencatatnya di KMS anak sekolah).
Mengingat banyak sekolah yang ada diwilayah binaan perawat, maka
sebaliknya perawat sudah membuat jadwal kunjungan tenaga kesehatan secara
berkala minimal 6 bulan sekali untuk tiap sekolah.
3) Memberikan layanan konseling tumbuh kembang anak usia sekolah
atau masalah kesehatan.
b.Program proteksi kesehatan:
1)Pelayanan imunisasi: pemberian imunisasi untuk anak SD kelas
1 pemberian DT dan SD kelas VI (wanita) pemberian TT.
2) Program pencegahan kecelakaan pada anak usia sekolah seperti
memfasilitasi zebra cross untuk penyebrangan, menyediakan petugas yang
membantu anak sekolah menyebrang, menganjurkan anak menggunakan
pelindung lutut/helm jika bersepeda, menganjurkan sekolah untuk menjaga
kebersihan lantai agar tidak licin (membuat tanda peringatan bila sedang
dibersihkan), menganjurkan sekolah untuk dapat memperhatikan
keselamatan anak seperti tangga tidak dibuat curam, lapangan bermain
tidak berbatu, menganjurkan keluarga untuk meningkatkan pengawasan
pada anak usia sekolah khusunya anak usia sekolah yang tinggal didekat
jalan, sungai atau tempat yang berbahaya, pemantauan yang ketat terhadap
jajanan yang dijual disekolah.
3)Perlindungan caries pada anak usia sekolah: flouridasi
4)Perlindungan anak usia sekolah dari child abuse dari orang dewasa
disekitarnya: meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap keselamatan
dan kesehatan anak usia sekolah, termasuk sikap guru yang mendidik
bukan menghukum, membuat sistem pelaporan dan sangsi yang jelas
apabila menemukan anak usia sekolah yang mengalami tindakan
kekerasan baik fisik, emosional, atau seksual dari orang lain, untuk segera
diproses secara hukum yang berlaku di Indonesia.

2. Pencegahan sekunder
a) Deteksi dini dan pengobatannya, sebagai deteksi tumbuh kembang anak
sekolah, atau penyakit untuk segera ditegakkan diagnosis dan pengobatan sejak
dini.
b) Perawatan emergency, misalnya diberikan pada anggota anak usia sekolah yang
mengalami kecelakaan disekolah atau lalu lintas.
c) Perawatan akut dan kritis, diberikan pada anak usia sekolah yang mengalami
sakit akut seperti diare, demam, dan lain-lain. Perawatan juga diberikan pada anak
usia sekolah dengan penyakit kritis.
d) Diagnosis dan terapi, perawat komunitas dapat menegakkan diagnosis
keperawatan dan segera memberikan terapi keperawatannya.
e) Melakukan rujukan untuk segera mendapatkan perawatan lebih lanjut..

3. Pencegahan tersier
a) Memberikan dukungan pada upaya pemulihan anak usia sekolah setelah sakit
dengan memelihara kondisi kesehatan agar tumbuh kembangnya optimal.
b) Memberikan konseling perawatan lanjut pada kelompok anak usia sekolah pada
masa pemulihan.
DAFTAR PUSTAKA

 Darling, N. 1999. Parenting Style and Its Correlates. ERIC Digest. Champaign IL:
ERIC Clearinghouse on Elementary and Early Childhood Education.
 Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika
Effendy, N. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika Heru,
Adi. 1995. Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
 Moore, S. G. 1992. The Role of Parents in the Development of Peer Group
Competence. ERIC Digest.
 Jewett, J. 1992. Aggression and Cooperation: Helping Young Children Develop
Constructive Strategies. ERIC Digest. Urbana IL
 Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Pratik. EGC.
Jakarta.
 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI.2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama
 Yatim, Faisal. Unknown. 30 Gangguan Kesehatan pada Anak Usia Sekolah. Pustaka
Populer Obor.
 http://www.spesialis.info/?parasetamol-menyebabkan-asma-pada-anak,1415
diaksespada tanggal 27 November 2019
 www.unicef.org/aids/.../ diakses pada tanggal 27 November 2019

Anda mungkin juga menyukai