Karena memperjelas tujuan yang dicapai sekolah. Pendidikan dapat dimengerti sebagai usaha
masyarakat, melalui sekolah, dalam membantu individu mencapai tugas-tugas perkembangan
tertentu. Selanjutnya konsep ini dapat dipergunakan sebagai pedoman waktu untuk
melaksanakan usaha-usaha Pendidikan. Bila individu telah mencapai kematangan, siap untuk
mencapai tahap tugas tertentu serta sesuai dengan tuntutan masyarakat, maka dapat
dikatakan bahwa saat untuk mengajar individu yang bersangkutan (the teachable moment)
telah tiba. Bila mengajarnya pada saat yang tepat maka hasil pembelajaran yang optimal dapat
dicapai. Seorang pendidik/ guru berperan dalam pembentukan karakter peserta didik. Dengan
memiliki pengetahuan mengenai perkembangan peserta didik, seorang pendidik/ guru dapat
mengetahui cara menghadapi, memahami, serta menyelesaikan masalah-masalah yang sering
timbul pada peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas.
Selain itu dalam mempelajari perkembangan peserta didik seorang pendidik/guru akan
memperoleh keuntungan diantaranya:
a. Mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta didik, misalnya akan diketahui pada
umur berapa peserta didik mampu berpikiran abstrak dan akan atau akan diketahui pula
pada umur berapa peserta didik tertentu akan memperoleh keterampilan perilaku dan
emosi khusus.
b. Membantu kita untuk merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari
peserta didik.
c. Membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal.
3. Jelaskan perkembangan Bahasa pada anak sesuai dengan pertumbuhan dan peningkatan usia
anak!
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar:
1. Tahap pralinguistik
Tahap ini berlangsung pada fase bayi 0-12 bulan. Anak berusaha melakukan komunikasi
dengan orang-orang di sekitarnya dengan cara menangis, menjerit, dan tertawa. Kemampuan
ini akan meningkat dengan bentuk komunikasi yang lebih verbal, yaitu ia mulai dapat
mengoceh meski kata-kata yang ia ingin ucapkan masih belum jelas.
2. Tahap linguistik
Ini adalah fase anak belajar berbicara.
Periode linguistic terbagi dalam tiga fase besar:
a. Fase Satu Kata atau Holofrase (12-18 bulan)
Anak sudah bisa memproduksi dan memahami kata-kata tunggal, mampu menunjuk
bagian-bagian tubuh, dan perbendaharaan katanya meningkat pesat. Anak mulai
memahami makna di balik pernyataan maupun instruksi sederhana seperti “lempar bola”,
“ambil mainan”, dan “tepuk tangan”.
b. Fase Lebih dari Satu Kata (18-30 bulan)
Pada usia ini, anak sudah mulai menunjukkan peningkatan bahasa. Fase dua kata muncul
pada anak berusia sekitar 18 bulan. Jika pada tahun pertama anak sudah mulai dapat
memahami intruksi dan mengucap satu kata, maka di tahun kedua dan ketiga, anak sudah
mulai mengenal dan belajar mengucapkan kata-kata sederhana meskipun
pengucapannya belum begitu sempurna. Seperti “patu” (apa itu), “ndak au” (tidak mau),
dan lain sebagainya.
c. Fase Diferensiasi (30-60 bulan)
Pada tahapan usia ini, anak sudah mampu menyusun kata dan menyampaikan
komunikasinya dalam sebuah kalimat seperti orang dewasa. Ia sudah mampu mengenal
kata kerja dan kata ganti, ia juga sudah dapat menyampaikan keinginannya dalam bentuk
kalimat seperti “aku ingin makan roti”, “aku mau bermain”, dan lain sebagainya. Tak
hanya bisa menyampaikan keinginannya, pada usia ini anak juga sudah mampu
melontarkan pertanyaan, protes, penolakan, ataupun menyampaikan perasaan.
5. Mengapa seorang pendidik/guru SD harus tahu tentang jenis-jenis kebutuhan anak usia
Sekolah Dasar?
Karena sesuai dengan perkembangan tubuh dan kognitif individu anak usia SD pada masa
tumbuh kembang, maka kebutuhan anak juga akan bervariasi. Di bawah adalah alasan
mengapa seorang pendididik harus mengetahui jenis kebutuhan anak yang sangat bervariasi
menurut Lindgren(1980) :
a. Jasmaniah
Berkaitan dengan kebutuhan pemeliharaan dan pertahanan diri, anak usia SD memasuki
tahapan perkembangan moral dan sosial yang memperhatikan pemuasan keinginan dan
kebutuhannya sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Maka dari itu
guru perlu memberikan stimulus yang dapat menyadarkan siswa bahwa disiplin dan
aturan belajar adalah perlu.
b. Kasih sayang
Pada kelas tinggi, anak-anak memasuki masa bersosialisasi sehingga membutuhkan
perlakuan yang objektif dari guru. Pada masa ini anak sangat sensitive mengenai sikap
pilih kasih, sehingga di sini guru harus bisa bijaksana dalam bertindak.
c. Memiliki
Pada masa usia di kelas-kelas rendah di SD, anak-anak sudah mulai meninggalkan dirinya
sebagai pusat perhatian. Anak-anak ini akan cenderung mengikuti aturan dari kelompok
bermainnya/setia, dan juga menggantungkan dirinya kepada kelompok tersebut. Guru
harus bisa memahami bahwa kebutuhan anak beragam tergantung dari
perkembangannya.
d. Aktualisasi diri
Anak usia kelas tinggi di SD mulai ingin merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya
sehingga anak berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan sikap persaingan, atau
berusaha mewujudkan keinginannya yang biasanya terdengar sangat tinggi dan muluk
seperti ingin jadi juara tinju, pembalap dan sebagainya. Disinilah guru berfungsi untuk
memotivasi sikap kompetisi yang sehat dan terarah.
De Cecco dan Grawford (1974) mengajukan 4 peranan guru memberikan dan
meningkatkan motivasi siswa:
1. Membangkitkan semangat siswa
2. Memberikan harapan yang realistis
3. Memberikan insentif
4. Memberi pengarahan