Kompetensi Khusus:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fase-fase perkembangan peserta didik usia SD
3. Mahasiswa mampu menjelaskan intelektual dan emosi anak usia SD supaya maksimal
4. Mahasiswa mampu menjelaskan peserta didik usia SD mempunyai kemampuan intelektual dan
emosional yang berbeda
5. Mahasiswa mampu menjelaskan kebutuhan dasar peserta didik usia SD
Tugas
Soal No. 1 Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik ? jelaskan dan beri contoh ?
Soal No. 2 jelaskan fase-fase perkembangan peserta didik usia SD ?
Soal No. 3 Bagaimana cara mengembangkan intelektual dan emosi anak usia SD supaya maksimum ?
Soal No. 4 Mengapa pada peserta didik usia SD mempunyai kemampuan intelektual dan emosional yang berbeda
?
Soal No.5 Sebutkan dan Jelaskan kebutuhan dasar peserta didik usia SD ?
JAWABAN
1. Berikut penjelasan Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didid beserta contohnya :
a. Pertumbuhan
Adalah perubahan yang terjadi pada setiap manuasia terutama berkaitan dengan fisiknya.
Contoh : Anak laki – laki dan perempuan pada usia 10 tahun hamper sama tingginya.
Pada usia antara 10 - 12 tahun anak perempuan tumbuh dengan pesar, sedangkan anak
laki – laki terjadi antara umur 12 – 14 tahun.
Vasta mengatakan bahwa tinggi badan berlangsung sampai sekitar umur 15 – 16 tahun
pada anak perempuan dan 17 – 18 tahun pada anak laki – laki.
b. Perkembangan
Adalah pola gerkana atau perubahan yang di mulai pada saat terjadi pembuahan dan
berlangsung terus selama siklus kehidupan (santrok & yusen). Contoh : Perilaku anak
dalam perkembangannya berbeda tiap tahap seperti, pada saat bayu baru mulai belajar
berjalan akan berbeda dengan anak yang sudah bisa berjalan. Kehidupan social anak
berumur 4 tahun akan berbeda dengan kehidupan social anak berumur 6 tahun.
2. Fase – fase perkembangan peserta didik usia SD :
a. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual
atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau
kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan menghitung). Sebelum masa ini,
yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-angan
(berkhayal), sedangkan pada usia SD daya pikirnya sudah berkembangan ke arah berfikir
konkret dan rasional (dapat diterima akal). Piaget menamakannya sebagai masa operasi
konkret, masa berakhirnya berfikir khayal dan mulai berpikir konkret (berkaitan dengan
dunia nyata). Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu
mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiasikan
(menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang
berkaitan dengan perhitungan (angka), seperti menambah, mengurangi, mengalikan, dan
membagi. Di samping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan
memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya
berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepada
anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti membaca, menulis dan
berhitung. Di samping itu, kepada anak diberikan juga pengetahuan-pengetahuan tentang
manusia, hewan, lingkungan alam sekitar dan sebagainya. Untuk mengembangkan daya
nalarnya dengan melatih anak untuk mengungkapkan pendapat, gagasan atau
penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi
di lingkungannya. Misalnya, yang berkaitan dengan materi pelajaran, tata tertib sekolah,
pergaulanyang baik dengan teman sebaya atau orang lain dan sebagainya.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak, maka sekolah dalam hal ini guru
seyogianya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan,
memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran yang dibacanya atau
dijelaskan guru, membuat karangan, menyusun laporan (hasil study tour atau diskudi
klompok).
b. Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam Pengertian ini
tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan
dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakankata-kata, kalimat
bunyi, lambang, gambar atau likusan. Dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal
dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau
agama.
Usia sekolah dasar ini merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal
dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada awal masa ini, anak sudah
menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun) telah dapat
menguasai sekitar 50.000 kata. Dengan dikuasainya keterampila membaca dan
berkomuikasidengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengarkan cerita
yang bersifat kritis (tentang perjalanan/petualangan, riwayat para pahlawan, dsb).Pada
masa ini tingkat berpikir anak sudah lebih maju, dia banyak menanyakan soal waktu dan
sebab akibat. oleh sebab itu, kata tanya ya dipergunakan pun yang semula hanya “apa”,
sekarang sudah diikuti dengan pertanyaan “di mana”,”dari mana”, “ke
mana”,”mengapa”,dan “bagaimana”.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai
berikut.
1) Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ
suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
2) Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitas atau meniru ucapan/ kata-kata
yang didengarnya. kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak,
sehingga pada usia anak memasuki sekolah dasar, sudah sampai pada tingkat: (1) dapat
membuat kalimat yang lebih sempurna, (2) dapat membuat kalimat majemuk, (3) dapat
menyusun dang mengajukan pertanyaan.
Di sekolah, diberikan pelajaran bahasa yang dengan sengaja menambah
perbendaharaan katanya, mengajar menyusun struktur kalimat, pribahasa, kesastraan dan
keterampilan mengarang. Dengan dibekali pelajaran bahasa ini, diharapkan peserta didik
dapat menguasai dan mempergunakannya sebagai alat untuk:
-Berkomunikasi dengan orang lain.
-Menyatakan isi hatinya (perasaannya).
-Memahami keterampilan mengelola informasi yang diterimanya.
-Berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat).
-Mengembangkan kepribadiannya, seperti menyatakan sikap dan keyakinannya.
c. Perkembangan Sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan
norma-norma kelmpok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan sosial pada anak-anak
Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga
juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman
sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai meiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendiri (egosentris)
kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatiakn
kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman
sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok
(gang), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.
Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok
teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar
disekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai
dengan memberikan tugas-tugas kelompok. Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan
kesempatan setiap peserta didik untuk menunjukan prestasinya, tetapi diarahkan untuk
mencapai tujuan bersama . dengan melaksanakan tugas kelompok, peserta didik dapat
belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati,
bertenggang rasa dan tanggung jawab.
d. Perkembangan Emosi
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan secara kasar
tidaklah diterima di mayarakat. Oleh karena itu dia mualai belajar untuk mengendalikan
dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan emosi diperoleh anak melalui peniruan
dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan orangtua dalam
mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak dikembangkan dalam
lingkungan keluarga yang suasana emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak
cenderung stabil. Akan tetapi, apabila kebiasaan orangtua dalam mengekspresikan
emosinya kurang stabil dan kurang control (seperti, melampiaskan kemarahan dengan
sikap agresif, mudah mengeluh, kecewa atau pesismis dalam menghadapi maslah), maka
perkembangan emosi anak cenderung kurang stabil. Emosi-emosi yang secara umum
dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati,
kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senang, nikmat, atau bahagia).
Emosi merupakan factor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam
hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan senang,
bergairah bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk
mengkonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan
guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam
belajar. Sebaliknya, apabila yang menyertai proses itu emosi negatif, seperti perasaan
tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan mengalami hambatan,
dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar sehingga
kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya. Mengingat hal
tersebut, maka guru seyogyanya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi
belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang
efektif. Upaya yang dapat dilakukan, anatara lain: (1) mengembangkan iklim kelas yang
bebas dari ketegangan (seperti, guru bersikap tidak judes); (2) memeprlakuakn peserta
didik seperti orang yang mempunyai harga diri (seperti, tidak menganaktirikan atau
menganakemaskan anak, tidak mencemooh anak, dan menghargai pendapat anak); (3)
memberikan nilai secara objektif, (4) menghargai hasil peserta didik, dan sebagainya.
e. Perkembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar atau baik-buruk) pertama kali
dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini,
tetapi lambat laun anak anak memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak dini
(prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak
mengenai benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah laku
dikemduian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah mulai dapat mengikuti pertautan atau tuntunan
dari orangtua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami
alasan yang mendasari sesuatu peraturan. Disampimg itu, anak sudah dapat
mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.
Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta dan tidak
hormat kepada orangtua merupakan sesuatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatan
jujur, adil dan sikap hormat kepada orangtua dan guru merupakan sesuatu yang baik atau
benar.
f. Perkembangan Motorik
Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan
motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakanya sudah selaras
dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau
aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk
belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis, menggambar,
melukis, mengetik( komputer), berenang, main bola, dan atletik.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentuan kelancaran
proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu,
perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Pada masa
usia sekolah dasar kematangan perkembangan motorik ini dacapainya, karena itu mereka
sudah sangat menerima pelajaran keterampilan.
Sesuai perkembangan fisik (motorik) maka dikelas-kelas permulaan sangat tepat
diajarkan:
- Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.
- Keterampilan dalam mempergunakan alat-alat olah raga( menerima, menendang, dan
memukul).
- Gerakan-gerakan untuk meloncat berlari, berenang, dan sebagainya.
- Baris berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban, dan
kedisiplinan.
3. Ada beberapa hal yang dapat mengembangkan kecerdasan intelektual anak SD yaitu:
a. Membaca
Kecerdasan berbahasa adalah kemampuan untuk memproses informasi lewat kata-
kata. Salah satu cara untuk mengasahnya adalah dengan rajin membaca. Selain bisa
meningkatkan kemampuan bicara, membaca juga akan menjaga pikiran tetap tajam
dan logis. Dalam sebuah studi yang yang dilakukan oleh Profesor Cunningham dan
Stanovich, anak yang rajin membaca sejak masih sekolah, cenderung tumbuh jadi
orang dewasa yang gemar membaca.
b. Bermain dengan Mainan Blok untuk Meningkatkan Kecerdasan Spasial
Kecerdasan spasial adalah kemampuan otak menggambarkan bentuk sebuah objek di
kepala. Para orang tua dapat mulai melatih kecerdasan ini sejak anak masih di usia
taman kanak-kanak. Caranya adalah dengan memberi mereka mainan seperti puzzle,
objek-objek geometris dan mainan figurine.
c. Belajar Matematika dan Olahraga Untuk Meningkatkan Fluid Intelligence
Fluid intelligence adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak,
mengidentifikasi pola, menyelesaikan masalah dan melihat hubungan tanpa
menggunakan pengetahuan sebelumnya. Kecerdasan ini biasa digunakan saat
manusia menghadapi situasi baru. Kecerdasan ini dapat diasah lewat permainan-
permainan matematika.
d. Beri Anak Kepercayaan
Tidak peduli seberapa pintar seorang anak, tidak akan ada bedanya jika orang tua
tidak mengekspresikannya. Sebuah studi yang dilakukan pada sekelompok anak
(yang dipilih secara random) menunjukkan bagaimana kuatnya sebuah kata-kata
memengaruhi IQ mereka.
e. Puji Usaha Kerasnya dan Ajarkan Disiplin
Pujian akan bekerja paling efektif ketika difokuskan pada proses dan komitmen,
bukan hasil akhir. Alih-alih memuji karena nilainya yang bagus, berikan apresiasi
untuk langkah-langkah yang dilakukan anak dalam prosesnya. Sebuah studi
menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapat pujian dari proses memiliki pola pikir
yang lebih baik dibanding anak yang dipuji karena hasil semata.
Menurut Paul Tough dalam bukunya yang berjudul How Children Succeed: Grit,
Curiosity and the Hidden Power of Character (2012), mengajarkan disiplin ternyata
berpengaruh besar pada tingkat IQ anak. Hal ini dapat mulai ditanamkan dengan cara
memberi jadwal seimbang dan mengajaknya patuh pada apa yang sudah ditetapkan.
Berikut adalah cara mengembangkan kecerdasan emosional anak SD :
a. Memahami sudut pandang anak. Anak bukanlah orang dewasa. Orangtua perlu
memahami bahwa pola pikir dan sudut pandang seorang anak akan berbeda dengan
orangtua. Dengan memahami sudut pandang anak, Anda akan lebih mudah untuk
memberikan pengertian kepada anak, mengapa dia perlu atau tidak boleh melakukan
suatu hal.
b. Berikan contoh yang baik. Seorang anak akan mengikuti perilaku orangtuanya. Oleh
karena itu, untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak, tentunya Anda juga
harus memiliki kecerdasan emosional yang baik pula. Tunjukkan perilaku yang positif
dan penuh tanggung jawab, baik di rumah maupun di luar rumah.
c. Biarkan anak berekspresi dan dengarkan pendapatnya. Banyak orangtua yang tidak
pernah mengganggap pendapat anak merupakan hal yang penting didengarkan. Hal
ini merupakan suatu kesalahan besar. Untuk membentuk anak dengan kecerdasan
emosional yang baik, orangtua harus menjadi ‘telinga’ untuk mendengarkan pendapat
anak ataupun curahan hatinya. Pertimbangkan keinginan anak, jika menurut Anda
memang sesuai maka ikuti; namun jika tidak sesuai, berikan pengertian yang baik
kepada anak.
d. Ajarkan cara pemecahan masalah. Hal ini sangat penting agar anak terbiasa untuk
memecahkan masalahnya sendiri, sehingga nantinya terbentuk suatu kemandirian.
Ajarkan kepada anak untuk tidak hanya dapat melakukan komplain terhadap suatu
hal, namun ia harus memikirkan juga solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
4. Berikut ini disebutkan beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu mendapat perhatian
dari guru, di antaranya:
a. Kebutuhan jasmaniah
Sesuai dengan teori kebutuhan menurut Maslow, kebutuhan jasmaniah merupakan
kebutuhan dasar setiap manusia yang bersifat instinktif dan tidak dipengaruhi oleh
lingkungan dan pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik yang perlu
mendapat perhatian dari guru di sekolah antara lain: makan, minum, pakaian,
oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari
berbagai ancaman. Apabila kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi, di samping
mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangn psikososial peserta didik, juga
akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik ini, sekolah
melakukan upaya-upaya seperti :
a) Memberikan pemahaman terhadap peserta didik tentang pentingnya pola hidup
sehat dan teratur
b) Menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk mengonsumsi makanan-
makanan yang mengandung gizi dan vitamin tinggi
c) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk beristirahat
d) Memberikan pendidikan jasmani dan latihan-latihan fisik seperti olahraga.
e) Menyediakan berbagai sarana di lingkungan sekolah yang memungkinkan
peserta didik dapat bergerak bebas, bermain, berolahraga, dan sebagainya
f) Merancang bangunan sekolha sedemikian rupa dengan memperhatikan
pencahayaan, sirkulasi udara, suhu, dan dan sebagainya, yang memungkinkan
peserta didik dapat belajar dengan nyaman
g) Mengatur tempat duduk peserta didik di dalam kelas sesuai dengan kondisi fisik
mereka masing-masing.