Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL 1

Nama Mata Kuliah : PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Sumber Materi :BMP


Pokok Bahasan : 1. Pertumbuhan fisik dan jasmani MKDK 4002Modul 1,
2. perkembangan intelektual dan emosional 2
3. Perkembangan Bahasa
4. Perkembangan Sosial,Moral dan Sikap
5. -Perbedaan individual anak usia SD
6. -Jenis-jenis Kebutuhan Anak Usia SD
Pengembang Soal : Kunarni, S.Pd, M.Pd, M.Pd
Masa Tutorial : 2022.1
Jumlah Soal : 5 (lima)
Skor Maksimal : 100
Jenis Tugas : Penguasaan Konsep
Waktu : 60 menit

Kompetensi Khusus:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fase-fase perkembangan peserta didik usia SD
3. Mahasiswa mampu menjelaskan intelektual dan emosi anak usia SD supaya maksimal
4. Mahasiswa mampu menjelaskan peserta didik usia SD mempunyai kemampuan intelektual dan
emosional yang berbeda
5. Mahasiswa mampu menjelaskan kebutuhan dasar peserta didik usia SD
Tugas

Soal No. 1 Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik ? jelaskan dan beri contoh ?
Soal No. 2 jelaskan fase-fase perkembangan peserta didik usia SD ?
Soal No. 3 Bagaimana cara mengembangkan intelektual dan emosi anak usia SD supaya maksimum ?
Soal No. 4 Mengapa pada peserta didik usia SD mempunyai kemampuan intelektual dan emosional yang berbeda
?
Soal No.5 Sebutkan dan Jelaskan kebutuhan dasar peserta didik usia SD ?

JAWABAN
1. Berikut penjelasan Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didid beserta contohnya :
a. Pertumbuhan
Adalah perubahan yang terjadi pada setiap manuasia terutama berkaitan dengan fisiknya.
Contoh : Anak laki – laki dan perempuan pada usia 10 tahun hamper sama tingginya.
Pada usia antara 10 - 12 tahun anak perempuan tumbuh dengan pesar, sedangkan anak
laki – laki terjadi antara umur 12 – 14 tahun.
Vasta mengatakan bahwa tinggi badan berlangsung sampai sekitar umur 15 – 16 tahun
pada anak perempuan dan 17 – 18 tahun pada anak laki – laki.
b. Perkembangan
Adalah pola gerkana atau perubahan yang di mulai pada saat terjadi pembuahan dan
berlangsung terus selama siklus kehidupan (santrok & yusen). Contoh : Perilaku anak
dalam perkembangannya berbeda tiap tahap seperti, pada saat bayu baru mulai belajar
berjalan akan berbeda dengan anak yang sudah bisa berjalan. Kehidupan social anak
berumur 4 tahun akan berbeda dengan kehidupan social anak berumur 6 tahun.
2. Fase – fase perkembangan peserta didik usia SD :
a. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual
atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau
kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan menghitung). Sebelum masa ini,
yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-angan
(berkhayal), sedangkan pada usia SD daya pikirnya sudah berkembangan ke arah berfikir
konkret dan rasional (dapat diterima akal). Piaget menamakannya sebagai masa operasi
konkret, masa berakhirnya berfikir khayal dan mulai berpikir konkret (berkaitan dengan
dunia nyata). Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu
mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiasikan
(menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang
berkaitan dengan perhitungan (angka), seperti menambah, mengurangi, mengalikan, dan
membagi. Di samping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan
memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya
berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepada
anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti membaca, menulis dan
berhitung. Di samping itu, kepada anak diberikan juga pengetahuan-pengetahuan tentang
manusia, hewan, lingkungan alam sekitar dan sebagainya. Untuk mengembangkan daya
nalarnya dengan melatih anak untuk mengungkapkan pendapat, gagasan atau
penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi
di lingkungannya. Misalnya, yang berkaitan dengan materi pelajaran, tata tertib sekolah,
pergaulanyang baik dengan teman sebaya atau orang lain dan sebagainya.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak, maka sekolah dalam hal ini guru
seyogianya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan,
memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran yang dibacanya atau
dijelaskan guru, membuat karangan, menyusun laporan (hasil study tour atau diskudi
klompok).

b. Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam Pengertian ini
tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan
dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakankata-kata, kalimat
bunyi, lambang, gambar atau likusan. Dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal
dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau
agama.
Usia sekolah dasar ini merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal
dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada awal masa ini, anak sudah
menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun) telah dapat
menguasai sekitar 50.000 kata. Dengan dikuasainya keterampila membaca dan
berkomuikasidengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengarkan cerita
yang bersifat kritis (tentang perjalanan/petualangan, riwayat para pahlawan, dsb).Pada
masa ini tingkat berpikir anak sudah lebih maju, dia banyak menanyakan soal waktu dan
sebab akibat. oleh sebab itu, kata tanya ya dipergunakan pun yang semula hanya “apa”,
sekarang sudah diikuti dengan pertanyaan “di mana”,”dari mana”, “ke
mana”,”mengapa”,dan “bagaimana”.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai
berikut.
1) Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ
suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
2) Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitas atau meniru ucapan/ kata-kata
yang didengarnya. kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak,
sehingga pada usia anak memasuki sekolah dasar, sudah sampai pada tingkat: (1) dapat
membuat kalimat yang lebih sempurna, (2) dapat membuat kalimat majemuk, (3) dapat
menyusun dang mengajukan pertanyaan.
Di sekolah, diberikan pelajaran bahasa yang dengan sengaja menambah
perbendaharaan katanya, mengajar menyusun struktur kalimat, pribahasa, kesastraan dan
keterampilan mengarang. Dengan dibekali pelajaran bahasa ini, diharapkan peserta didik
dapat menguasai dan mempergunakannya sebagai alat untuk:
-Berkomunikasi dengan orang lain.
-Menyatakan isi hatinya (perasaannya).
-Memahami keterampilan mengelola informasi yang diterimanya.
-Berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat).
-Mengembangkan kepribadiannya, seperti menyatakan sikap dan keyakinannya.

c. Perkembangan Sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan
norma-norma kelmpok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan sosial pada anak-anak
Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga
juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman
sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai meiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendiri (egosentris)
kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatiakn
kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman
sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok
(gang), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.
Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok
teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar
disekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai
dengan memberikan tugas-tugas kelompok. Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan
kesempatan setiap peserta didik untuk menunjukan prestasinya, tetapi diarahkan untuk
mencapai tujuan bersama . dengan melaksanakan tugas kelompok, peserta didik dapat
belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati,
bertenggang rasa dan tanggung jawab.

d. Perkembangan Emosi
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan secara kasar
tidaklah diterima di mayarakat. Oleh karena itu dia mualai belajar untuk mengendalikan
dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan emosi diperoleh anak melalui peniruan
dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan orangtua dalam
mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak dikembangkan dalam
lingkungan keluarga yang suasana emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak
cenderung stabil. Akan tetapi, apabila kebiasaan orangtua dalam mengekspresikan
emosinya kurang stabil dan kurang control (seperti, melampiaskan kemarahan dengan
sikap agresif, mudah mengeluh, kecewa atau pesismis dalam menghadapi maslah), maka
perkembangan emosi anak cenderung kurang stabil. Emosi-emosi yang secara umum
dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati,
kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senang, nikmat, atau bahagia).
Emosi merupakan factor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam
hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan senang,
bergairah bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk
mengkonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan
guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam
belajar. Sebaliknya, apabila yang menyertai proses itu emosi negatif, seperti perasaan
tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan mengalami hambatan,
dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar sehingga
kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya. Mengingat hal
tersebut, maka guru seyogyanya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi
belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang
efektif. Upaya yang dapat dilakukan, anatara lain: (1) mengembangkan iklim kelas yang
bebas dari ketegangan (seperti, guru bersikap tidak judes); (2) memeprlakuakn peserta
didik seperti orang yang mempunyai harga diri (seperti, tidak menganaktirikan atau
menganakemaskan anak, tidak mencemooh anak, dan menghargai pendapat anak); (3)
memberikan nilai secara objektif, (4) menghargai hasil peserta didik, dan sebagainya.

e. Perkembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar atau baik-buruk) pertama kali
dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini,
tetapi lambat laun anak anak memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak dini
(prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak
mengenai benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah laku
dikemduian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah mulai dapat mengikuti pertautan atau tuntunan
dari orangtua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami
alasan yang mendasari sesuatu peraturan. Disampimg itu, anak sudah dapat
mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.
Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta dan tidak
hormat kepada orangtua merupakan sesuatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatan
jujur, adil dan sikap hormat kepada orangtua dan guru merupakan sesuatu yang baik atau
benar.

Pengembangan Penghayatan Keagamaan


Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian.
Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah
logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari
keagungan-Nya.
2) Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual
diterimanya sebagai keharusan moral (Abin Syamsuddin M,1996).
3) Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nial-nilai agama sebagai
kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh
proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan dengan hal tersebut,
pendidikan agama sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena
itu, pendidikan agama ( pengajaran, pembiasan, dan penanaman nilai-nilai) disekolah
dasar harus menjadi perhatian semua pihak yang terlibat dalam pendidikan SD, bukan
hanya guru agama tetapi kepala sekolah dan guru-guru yang lainnya. Apabila semua
pihak yang terlibat itu telah memberikan contoh (suri teladan) dalam melaksanakan nilai-
nilai agama yang baik, maka pada diri peserta didik akan berkembang sikap yang positif
terhadap agama dan pada gilirannya akan berkembang pula kesadaran beragama pada
dirinya.
Senada dengan paparan tersebut, Zakiah Daradjat (1986:58) mengemukakan bahwa
pendidikan agama disekolah dasar, merupakan dasar bagi pembinaan sikap positif
terhadap agama dan berhasil membentuk pribadi dan akhklak anak, maka untuk
mengembangkan sikap itu pada masa remaja akan mudah dan anak telah mempunyai
pegangan atau bekal dalam menghadapi berbagai kegoncangan yang biasa terjadi pada
masa remaja.
Dalam kaitannya dengan pemberian materi agama kepada peserta didik, disamping
mengembangkan pemahamannya juga memberikan latihan atau pembiasan keagamaan
yang menyangkut ibadah, seperti melaksanakan sholat, berdoa, dan membaca Al-Qur’an (
anak diwajibkan untuk menghafal surat-surat pendek berikut terjemahannya). Disamping
membiasakan beribadah, juga dibiasakan melakukan ibadah sosial, yakni menyangkut
akhlak terhadap sesama manusia seperti : hormat kepada orang tua, guru dan orang lain.
Memberikan bantuan kepada orang yang memerlukan pertolongan, menyayangi fakir
miskinm memelihara kebersihan dan kesehatan, bersikap jujur dan bersikap amanah
(bertanggung jawab).

f. Perkembangan Motorik
Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan
motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakanya sudah selaras
dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau
aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk
belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis, menggambar,
melukis, mengetik( komputer), berenang, main bola, dan atletik.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentuan kelancaran
proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu,
perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Pada masa
usia sekolah dasar kematangan perkembangan motorik ini dacapainya, karena itu mereka
sudah sangat menerima pelajaran keterampilan.
Sesuai perkembangan fisik (motorik) maka dikelas-kelas permulaan sangat tepat
diajarkan:
- Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.
- Keterampilan dalam mempergunakan alat-alat olah raga( menerima, menendang, dan
memukul).
- Gerakan-gerakan untuk meloncat berlari, berenang, dan sebagainya.
- Baris berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban, dan
kedisiplinan.
3. Ada beberapa hal yang dapat mengembangkan kecerdasan intelektual anak SD yaitu:
a. Membaca
Kecerdasan berbahasa adalah kemampuan untuk memproses informasi lewat kata-
kata. Salah satu cara untuk mengasahnya adalah dengan rajin membaca. Selain bisa
meningkatkan kemampuan bicara, membaca juga akan menjaga pikiran tetap tajam
dan logis. Dalam sebuah studi yang yang dilakukan oleh Profesor Cunningham dan
Stanovich, anak yang rajin membaca sejak masih sekolah, cenderung tumbuh jadi
orang dewasa yang gemar membaca.
b. Bermain dengan Mainan Blok untuk Meningkatkan Kecerdasan Spasial
Kecerdasan spasial adalah kemampuan otak menggambarkan bentuk sebuah objek di
kepala. Para orang tua dapat mulai melatih kecerdasan ini sejak anak masih di usia
taman kanak-kanak. Caranya adalah dengan memberi mereka mainan seperti puzzle,
objek-objek geometris dan mainan figurine.
c. Belajar Matematika dan Olahraga Untuk Meningkatkan Fluid Intelligence
Fluid intelligence adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak,
mengidentifikasi pola, menyelesaikan masalah dan melihat hubungan tanpa
menggunakan pengetahuan sebelumnya. Kecerdasan ini biasa digunakan saat
manusia menghadapi situasi baru. Kecerdasan ini dapat diasah lewat permainan-
permainan matematika.
d. Beri Anak Kepercayaan
Tidak peduli seberapa pintar seorang anak, tidak akan ada bedanya jika orang tua
tidak mengekspresikannya. Sebuah studi yang dilakukan pada sekelompok anak
(yang dipilih secara random) menunjukkan bagaimana kuatnya sebuah kata-kata
memengaruhi IQ mereka.
e. Puji Usaha Kerasnya dan Ajarkan Disiplin
Pujian akan bekerja paling efektif ketika difokuskan pada proses dan komitmen,
bukan hasil akhir. Alih-alih memuji karena nilainya yang bagus, berikan apresiasi
untuk langkah-langkah yang dilakukan anak dalam prosesnya. Sebuah studi
menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapat pujian dari proses memiliki pola pikir
yang lebih baik dibanding anak yang dipuji karena hasil semata.
Menurut Paul Tough dalam bukunya yang berjudul How Children Succeed: Grit,
Curiosity and the Hidden Power of Character (2012), mengajarkan disiplin ternyata
berpengaruh besar pada tingkat IQ anak. Hal ini dapat mulai ditanamkan dengan cara
memberi jadwal seimbang dan mengajaknya patuh pada apa yang sudah ditetapkan.
Berikut adalah cara mengembangkan kecerdasan emosional anak SD :
a. Memahami sudut pandang anak. Anak bukanlah orang dewasa. Orangtua perlu
memahami bahwa pola pikir dan sudut pandang seorang anak akan berbeda dengan
orangtua. Dengan memahami sudut pandang anak, Anda akan lebih mudah untuk
memberikan pengertian kepada anak, mengapa dia perlu atau tidak boleh melakukan
suatu hal.
b. Berikan contoh yang baik. Seorang anak akan mengikuti perilaku orangtuanya. Oleh
karena itu, untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak, tentunya Anda juga
harus memiliki kecerdasan emosional yang baik pula. Tunjukkan perilaku yang positif
dan penuh tanggung jawab, baik di rumah maupun di luar rumah.
c. Biarkan anak berekspresi dan dengarkan pendapatnya. Banyak orangtua yang tidak
pernah mengganggap pendapat anak merupakan hal yang penting didengarkan. Hal
ini merupakan suatu kesalahan besar. Untuk membentuk anak dengan kecerdasan
emosional yang baik, orangtua harus menjadi ‘telinga’ untuk mendengarkan pendapat
anak ataupun curahan hatinya. Pertimbangkan keinginan anak, jika menurut Anda
memang sesuai maka ikuti; namun jika tidak sesuai, berikan pengertian yang baik
kepada anak.
d. Ajarkan cara pemecahan masalah. Hal ini sangat penting agar anak terbiasa untuk
memecahkan masalahnya sendiri, sehingga nantinya terbentuk suatu kemandirian.
Ajarkan kepada anak untuk tidak hanya dapat melakukan komplain terhadap suatu
hal, namun ia harus memikirkan juga solusi untuk memecahkan masalah tersebut.

4. Berikut ini disebutkan beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu mendapat perhatian
dari guru, di antaranya:

a. Kebutuhan jasmaniah
Sesuai dengan teori kebutuhan menurut Maslow, kebutuhan jasmaniah merupakan
kebutuhan dasar setiap manusia yang bersifat instinktif dan tidak dipengaruhi oleh
lingkungan dan pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik yang perlu
mendapat perhatian dari guru di sekolah antara lain: makan, minum, pakaian,
oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari
berbagai ancaman. Apabila kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi, di samping
mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangn psikososial peserta didik, juga
akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik ini, sekolah
melakukan upaya-upaya seperti :
a) Memberikan pemahaman terhadap peserta didik tentang pentingnya pola hidup
sehat dan teratur
b) Menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk mengonsumsi makanan-
makanan yang mengandung gizi dan vitamin tinggi
c) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk beristirahat
d) Memberikan pendidikan jasmani dan latihan-latihan fisik seperti olahraga.
e) Menyediakan berbagai sarana di lingkungan sekolah yang memungkinkan
peserta didik dapat bergerak bebas, bermain, berolahraga, dan sebagainya
f) Merancang bangunan sekolha sedemikian rupa dengan memperhatikan
pencahayaan, sirkulasi udara, suhu, dan dan sebagainya, yang memungkinkan
peserta didik dapat belajar dengan nyaman
g) Mengatur tempat duduk peserta didik di dalam kelas sesuai dengan kondisi fisik
mereka masing-masing.

b. Kebutuhan akan rasa aman


Rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan peserta
didik, terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah. Setiap siswa yang datang ke
sekolah sangat mendambakan suasana sekolah atau kelas yang aman, nyaman, dan
teratur, serta terhindar dari kebisingan dan berbagai situasi yang mengancam.
Hilangnya rasa aman di kalangan peserta didik juga dapat menyebabkan rusaknya
hubungan interpersonalnya dengan orang lain, membangkitkan rasa benci terhadap
orang-orang yang menjadi penyebab hilangnya rasa aman dalam dirinya. Lebih dari
itu, perasaan tidak aman juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah.

c. Kebutuhan akan kasih sayang


Semua peserta didik sangat membutuhkan kasih sayang, baik dari orangtua, guru,
teman-teman sekolah, dan dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Peserta didik
yang mendapatkan kasih saying akan senang, betah, dan bahagia berada di dalam
kelas, serta memiliki motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Sebaliknya, peserta didik yang merasa kurang mendapatkan kasih sayang
akan merasa terisolasi, rendah diri, merasa tidak nyaman, sedih, gelisah, bahkan
mungkin akan mengalami kesulitan belajar, serta memicu munculnya tingkah laku
maladaptif. Kondisi demikian pada gilirannya akan melemahkan motivasi belajar
mereka.

d. Kebutuhan akan penghargaan


Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta didik untuk diakui
dan diperlakukan sebagai orang yang berharga diri. Mereka ingin memiliki sesuatu,
ingin dikenal dan ingin diakui keberadaaannya di tengah-tengah orang lain. Mereka
yang dihargai akan merasa bangga dengan dirinya dan gembira, pandangan dan sikap
mereka terhadap dirinya dan orang lain akanpositif. Sebaliknya, apabila peserta didik
merasa diremehkan, kurang diperhatikan, atau tidak kurang mendapat tanggapan yang
positif atas sesuatu yang dikerjakannya, maka sikapnya terhadap dirinya dan
lingkungannya menjadi negatif. Oleh sebab itu, untuk menumbuhkan rasa berharga di
kalangan peserta didik, guru dituntut untuk:
a) Menghargai anak sebagai pribadi yang utuh
b) Menghargai pendapat dan pilihan siswa
c) Menerima kondisi siswa apa adanya serta menempatkan mereka dalam kelompok
secara tepat berdasarkan pilihan masing-masing, tanpa adanya paksaan dari guru.
d) Dalam proses pembelajaran, guru harus menunjukkan kemampuan secara
maksimal dan penuh percaya diri di hadapan peserta didiknya
e) Secara terus-menerus guru harus mengembangkan konsep diri siswa yang positif,
menyadarkan siswa akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliknya
f) Memberikan penilaian terhadap siswa secara objektif berdasarkan pertimbangan
kuantitatif dan kualitatif. Artinya, guru harus mampu menilai perkembangan diri
peserta didik secara menyeluruh dan bersifat psikologis, tidak semata-mata
bersifat matematis

e. Kebutuhan akan rasa sukses


Peserta didik menginginkan agar setiap usaha yang dilakukannya di sekolah, terutama
dalam bidang akademis berhasil dengan baik. Peserta didik akan merasa senang dan
puas apabila pekerjaan yang dilakukannya berhasil, dan merasa kecewa apabila tidak
berhasil. Ini menunjukkan bahwa rasa sukses merupakan salah satu kebutuhan pokok
bagi peserta didik. Untuk itu, guru harus mendorong peserta didiknya untuk mencapai
keberhasilan dan prestasi yang tinggi, serta memberikan penghargaan atas prestasi
yang dicapai, betapapun kecilnya, baik berupa ungkapan verbal maupun melalui
ungkapan non-verbal.
Penghargaan yang tulus dari seorang guru akan menumbuhkan perasaan sukses dalam
diri siswa, serta dapat mengembangkan sikap dan motivasi yang tinggi untuk terus
berjuang mencapai kesuksesan. Kalaupun terdapat peserta didik yang gagal tetap
perlu diberi penghargaan atas segala kemauan, semangat, dan keberaniannya dalam
melakukan suatu aktivitas. Guru harus menghindari komentar-komentar ynag bernada
negative atau menampakkan sikap tidak puas terhadap mereka yang gagal. Komentar-
komentar negatif atau sikap tidak puas guru akan membuat peserta didik kehilangan
kepercayaan diri, merasa tidak berharga dan putus asa.
f. Kebutuhan akan agama
Sejak lahir, manusia telah membutuhkan agama. Ynag dimaksud agama dalam
kehidupan adalh iman yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan dan
dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap. Kebutuhan peserta
didik khususnya yang beranjak remaja kadang-kadang tidak dapat dipenuhii apabila
telah berhadapan dengan agama, nilai-nilai sosial dan adat kebiasaan, terutama
apabila pertumbuhan sosialnya telah matang, yang seringkali menguasai pikirannya.
Pertentangan tersebut semakin mempertajam keadaan bila reaja tersebut berhadapan
dengan berbagi situai, misalnya film di televise maupun di layar lebar yang
menayangkan adegan-adegan tidak sopan, mode pakaian yang seronok, buku-buku
bacaan serta Koran yang sering menyajikan gambar yang tidak mengindahkan
kaidah-kaidah moral dan agama. Semuanya itu menyebabkan kebingungan bagi
remaja yang tidak mempunyai dasar keagamaan dan keimanan. Oleh sebab itu, sangat
penting dilaksanakan penanaman nilai-nilai moral dan agama serta nilai-nilai social
dan akhlak kepada manusia khususnya bagi remaja sejak usia dini.

Anda mungkin juga menyukai