Anda di halaman 1dari 24

PENERAPAN GAME BASED LEARNING DI SD AMAL BAKTI UNTUK

MENGETAHUI SEGALA ASPEK PERKEMBANGAN PADA ANAK


(Pada Aspek Perkembangan Kognitif, Motorik, Sosial, Fisik, Bahasa, Moral Dan Bahasa)

Zahrotu Saffanah
zahrotusaffanah@gmail.com

ABSTRAK
Melalui penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada sekolah dasar “Amal Bakti” di jalan
Kayu Putih, kecamatan Mabar Hilir, kabupaten Deli Serdang. Hasil yang diharapkan dalam
memilih kajian ini antara lain dapat mengetahui bagaimana perkembangan kognitif, motorik,
sosial, fisik, dan emosi peserta didik dengan pembelajaran yang berbasis game based
learning. Dalam penelitian juga akan mengetahui bagaimana kelebihan dan kekurangan
dalam game based learning untuk mengetahui beberapa konsep pengamatan perkembangan
peserta didik tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan cara
melakukan penyuluhan dengan tahap-tahap seperti melakukan tahap persiapan
perancangan, melakukan pelatihan pembuatan media, pembelajaran mengenal bagaimana
pembelajaran game based learning, dan mendesaian apa-apa saja kegiatan game based
learning yang akan dilakukan di sekolah yang akan penulis teliti. Dan dalam melakukan
penelitian pembelajaran berbasis game based learning para peserta didik memiliki respon
yang sangat baik terhadap peneliti, maka dari itu penelitian yang dilakukan efektif dan
peserta didik banyak yang tertarik dan terlebih ketika peneliti memberikan sebuah hadiah
ketika mereka melakukan apa yang peneliti nilai
Kata Kunci: Game Based Learning, Perkembangan, Anak

PENDAHULUAN

Pada hakikatnya perkembangan merupakan kegiatan bertambahnya kemampuan

ataupun skill baik dalam struktur ataupun fungsi tubuh yang lebih rinci dalam kegiatan proses
pematangan. Perkembangan pada hakikatnya juga menyangkut kepada proses pematangan

dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan juga sistem organ yang berkembang

sesuai dengan berkembangnya cara dalam perkembangan tubuh. Setiap perkembangan yang

terjadi memiliki perilaku serta karakteristik yang berbeda dan individu disertai dengan peran

kematangan dan juga peran belajar. Perlu diketahui bahwa perkembangan harus disikapi

secara kritis karena jika kita sikapi secara biasa, maka akan terjadinya penurunan dalam

perkembangan. Terlebih jika perkembangan masuk dalam fase anak-anak, maka tanggung

jawab penuh oleh seseorang yang dapat bertanggung jawab dan memahami bagaimana

perkembangan dapat meningkatkan sesuai dengan fase yang dilewati.

Ketika perkembangan telah masuk kepada fase anak-anak- yang dibutuhkan ialah

peran dari seseorang dalam tahap mengelola perkembangan agar tahap tersebut tidak

mengganggu perkembangan pada fase selanjutnya. Sehingga pada fase anak-anak

memerlukan seseorang pendidik yang dapat memahami secara penuh bagaimana kognitif,

motorik, fisik, sosial, bahasa dan emosi anak tersebut dapat berjalan dengan semestinya dan

yang dibutuhkan.

Peran pendidik juga menjadi salah satu penentu besar perkembangan, khususnya

dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik dituntut harus memiliki metode pembelajaran yang

baik serta sesuai dengan tingkatan. Karena dengan metode pembelajaran salah satu faktor

eksternal yang dapat mempengaruhi pembelajaran pada peserta didik. Dengan

menggunakan metode pembelajaran yang baik akan membantu dan juga mempermudah.

Dengan menggunakan metode pembelajaran game based learning, sangat membantu dalam

meningkatkan pengalaman belajar yang dapat mudah diingat. Karena zaman generasi
sekarang anak-anak lebih menyukai sesuatu yang kreatif serta praktis dan juga

menyenangkan dalam berbagai aktivitas. Sehingga pembelajaran menggunakan game based

learning sangat cocok untuk diterapkan oleh pendidik dalam media pembelajaran pada

generasi yang terbilang digital.

KAJIAN TEORI

Perkembangan Fase Anak-anak di Tingkat Sekolah Dasar

Menurut psikologi perkembangan, pembagian perkembangan manusia terbagi

menjadi beberapa tahapan pada 3 fase yaitu: Childhood, maturity, dan Adulthood.1 Fase

anak-anak childhood merupakan masa yang dimulai pada usia 2 tahun sampai usia pubertas.

Pada masa ini terjadi perubahan dalam pertumbuhan dan juga perkembangan seperti

perkembangan kognitif, motorik, fisik, sosial, bahasa, moral dan emosi. Pada masa ini, fisik

pertumbuhan anak dianggap lambat.

Pada fase perkembangan kognitif anak usia sekolah berada di tahap concrete

operasional artinya anak pada usia ini dapat menggunakan operasi mental dalam

memecahkan masalah yang lebih aktual. Pada tahap ini anak sudah dapat berpikir secara

logis dan dapat mengambil banyak aspek dari situasi tertentu ke dalam pertimbangan. Untuk

fase perkembangan moral dan juga bagaimana sosial dan emosi pada periode ini, terlihat

ketika anak telah mulai belajar untuk menaati peraturan yang berada di luar lingkungan

1
Zulkifli. Psikologi Perkembangan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002). H. 5
kedua orang tua dan anak juga mulai membentuk peraturan sendiri ketika mereka bermain

dengan temannya. 2

Aspek Perkembangan Anak Di Tingkat Sekolah Dasar

a) Aspek Kognitif

Aspek kognitif sangat berkaitan mengenai perkembangan otak. Perkembangan

otak menyangkut kepada perkembangan ukuran dan volume dari fungsi otak. Hal itu

dibuktikan pada usia 10 tahun berat otak anak sudah mencapai 95% dari otak orang

dewasa, sedangkan untuk bayi yang baru lahir sekitar 25% dari otak orang dewasa3.

Perkembangan otak yang terjadi mempengaruhi beberapa fungsi otak dalam berpikir

contohnya dalam mengetahui, memahami, menganalisis, bernalar, serta

berkreativitas ,dan juga bertindak. Perkembangan kognitif merupakan salah satu

aspek yang paling penting dalam menjadi pedoman proses pendidikan. Ruang lingkup

kognitif ialah ruang lingkup yang berkaitan mengenai tujuan pembelajaran.4

b) Aspek Motorik

Pada aspek perkembangan motorik di usia sekolah dasar perkembangan

motorik anak lebih halus sempurna dan juga terkoordinat dengan baik. Karena

adanya pertambahan berat dan juga kekuatan dari badan anak. Anak-anak mulai

dapat mengontrol gerakan anggota tubuh dalam menggerakkan tangan dan juga

kaki. Otot-otot tangan dan kakinya telah kuat behingga aktivitas fisik seperti kegiatan

2
http://scholar.unand.ac.id/33302/2/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf , diakses Pada tanggal 21 Juni
2022. Pukul 10.25.
3
Atien Nur chamidah. Deteksi Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, (Jurnal Pendidikan
Khusus, Vol. 5 No. 2, 2009).
4
Imam Gunawan & Anggarini Retno Palupi. Taksonomi Bloom – Revisi Ranah Kognitif : Kerangka Landasan
Untuk Pembelajaran pengajaran, dan penilaian. (Journal Premiere Educandum : Pendidikan Dasar dan
Pembelajaran, Vol. 2, No. 2, 2012).
lebih akurat dan cepat. Pada tahap ini mereka mulai memperhatikan gerakan yang

lebih rumit.

c) Aspek sosial

Aspek sosial pada perkembangan merupakan suatu pencapaian kematangan

dalam berinteraksi sosial. Aspek sosial dapat diartikan juga sebagai proses belajar

dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok ataupun tradisi yang

melebur ke dalam diri.

Tahap sekolah dasar di aspek sosial, mulai mengurangi keikutsertaannya

dalam aktivitas keluarga. Pada tahap ini juga anak mulai terbentuk perilaku

pembangkangan, agresif, pertengkaran, persaingan, tingkah laku, ingin berkuasa,

mementingkan diri sendiri, dan membutuhkan simpati. Perilaku tersebut muncul

karena adanya pemikiran dalam refleksi diri yang sering mengarah kepada penilaian

diri dan juga kritik dari hasil pergaulan anak dengan orang lain. Akan tetapi sikap

tersebut akan hilang melalui pengalaman dan juga penghayatan kenyataan seiring

bertambahnya usia di akhir masa remaja.

d) Aspek Fisik

Fisik merupakan tempat berkembangnya berbagai perkembangan dalam diri

manusia yang terdiri atas kognitif, sosial, moral, agama, dan juga bahasa.

sedangkan fisik manusia berkembang dalam beberapa tahapan yang dimulai dari

masa anak-anak, remaja, dewasa, dan juga usia lanjut5. Dalam hal ini perubahan yang

paling menonjol dalam diri manusia setiap individu ialah perubahan fisik. Fisik atau

5
Masganti. Perkembangan Peserta Didik. (Depok: Premadamedia Group Kencana, 2017). H.67.
tubuh manusia merupakan sistem organ yang sangat kompleks. Pada tahap anak-

anak hingga masa pubertas, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal

sangat penting.

e) Aspek Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh individu dalam

kehidupan sehari-hari perkembangan bahasa memiliki hubungan terhadap bagaimana

perkembangan kognitif anak. Sehingga ketika perkembangan kognitif siswa belum

berkembang secara maksimal dan masih bersifat sederhana maka penguasaan bahasa

anak akan berkurang. Pada tingkat sekolah dasar anak telah belajar bahasa. Pada

tingkat sekolah dasar sudah mampu memahami komunikasi baik secara lisan maupun

simbol melalui isyarat. Pada tingkatan sekolah dasar anak akan memiliki keinginan

kuat agar dapat berbicara dikarenakan akan dapat mempermudah dalam

bersosialisasi6.

f) Aspek Moral

Moral pada hakekatnya dapat diartikan sebagai kebiasaan, lihat ataupun

perilaku. Perilaku moral telah dipengaruhi oleh kegiatan pembelajaran sosial.

Moral terjadi karena adanya peniruan ataupun penghukuman. Contohnya ketika

seseorang memberikan hadiah atas perilaku yang ia lakukan atau aturan yang

terjadi maka anak tersebut akan mengulangi perilaku tersebut. Pada saat anak-anak

telah masuk kepada tingkatan sekolah dasar mereka mulai mengekspresikan

gagasannya yang lebih objektif mengenai keadilan. Keadilan yang dimaksud ialah

6
Desrinelti. Perkembangan Siswa Sekolah Dasar: Tinjauan Dari Aspek Bahasa. ( Jurnal Riset
Tindakan: Indonesia, Vol.6, No.1, 2021, pp. 105-109).
mereka harus diperlakukan dengan hal yang sama. Anak dapat kita atur apabila

seorang pendidik dapat memahami bagaimana karakteristik setiap anak7.

g) Aspek Emosi

Aspek emosi dapat diartikan mengenai keadaan yang lebih kompleks di mana

pikiran dan juga perasaan ditandai dengan perubahan dan biasanya muncul akibat

dari perilaku individu baik berupa perasaan nafsu maupun suasana mental yang tidak

terkontrol. Pada fase anak- anak memiliki perkembangan emosi yang berbeda.

Pada tingkatan sekolah dasar perkembangan emosi perlu mendapatkan

perhatian dari pendidik. Pada tahapan emosi anak ketika umur 5-6 tahun akan mulai

memahami bagaimana aturan dan juga konsep yang berlaku di keadaan lingkungan.

Tahap ini anak mulai dapat menjaga rahasia. Kemudian pada umur 7-8 tahun anak

sudah mampu menampilkan rasa bangga dan malu terhadap sesuatu anak dapat

memunculkan konflik yang terjadi dalam dirinya, pada umur ini anak telah mulai

memahami perasaan diri sendiri dan juga orang lain. Kemudian pada umur 9-10 tahun

anak sudah dapat mengelola ekspresi emosi yang dihadapi dalam lingkungan sosial

dan dapat memberikan respon balik terhadap ekspresi emosi dari orang lain.

Kemudian pada umur 11-12 tahun anak telah paham mengenai mana yang baik dan

mana yang buruk mengenai norma dan juga nilai yang telah berlaku.

Game Based Learning

7
Amrah. Perkembangan Moral Anak Usia Sekolah Dasar. ( Jurnal Publikasi Pendidikan: Program
Studi PGSD FIP UNM). Volume III No. 1; Februari-Mei 2013.
Game based learning ialah metode pembelajaran yang menggunakan aplikasi

permainan atau game yang telah dirancang dengan tujuan membantu proses

pembelajaran dan juga membantu meningkatkan keefektifan siswa dalam kegiatan

pembelajaran. Penggunaan game based learning dapat memberikan stimulus pada

bagian terpenting dalam kegiatan proses pembelajaran yakni emosional, intelektual,

dan juga psikomotor siswa. Dalam bahasa Indonesia metode game based learning ini

diartikan dengan pembelajaran yang berbasis kepada permainan. Disisi lain game

based learning mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar yang disebabkan

adanya lingkungan pembelajaran yang dapat menginspirasi siswa dan memberikan

para siswa kesempatan belajar yang besar dalam meningkatkan pembelajaran yang

menyenangkan.

Ketika guru dapat memanfaatkan metode permainan dalam pembelajaran

harus disesuaikan dengan karakteristik siswa selain itu metode ini dapat digunakan

agar siswa dapat berinteraksi secara langsung terhadap siswa lainnya. Selain itu

metode game based learning dapat sangat baik dalam memberikan perkembangan

kognitif seperti prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Vigotsky

yang mengatakan bahwa permainan dalam pembelajaran merupakan setingan yang

sangat baik bagi perkembangan kognitif. Hal ini didasarkan dengan karakteristik

dari generasi z yang lebih suka bermain dan belajar dengan cara yang tidak

membosankan8.

8
Ririn Oktavia. Game Based Learning(GBL)Meningkatkan Efektivitas Belajar Siswa. Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Riau. H. 2-3
METODE PENELITIAN

Dalam penelitain metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode

kualitatif dan metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan karena adanya permintaan

khusus dari dosen pengampu yang menginginkan sebagai peneliti untuk hadir

langsung melihat bagaimana kejadian yang terjadi. Di sisi lain penggunaan metode

deskripsi diperlukan untuk memberikan gambaran penyajian laporan. Metode lain

dalam pengumpulan data ini ialah menggunakan pemberian pernyataan atau

pertanyaan dengan beberapa pilihan alternatif yang kemudian dijawab oleh

responden.

HASIL PENELITIAN

Penerapan Game Based Learning untuk mengetahui aspek perkembangan di

SD Amal Bakti Sesuai tingkatan.

1. Kelas 1 Sd

a. Fisik

Dari pengamatan langsung yang dilakukan oleh penulis dan tanya

jawab langsung kepada salah satu guru yang mengajar di sekolah SD Swasta

Amal Bakti, terkhusus disini pengamatan langsung dengan anak kelas satu,

yang mana umur mereka mendominasi 7 tahun itu memiliki tinggi badan

yang sudah proporsi mencapai 115-116 Cm. Dan itu dari kalangan seluruh

siswa dan siswi (laki-laki dan perempuan). Memang jika dilihat-lihat kondisi
fisik anak usia 7 hingga mencapai umur berikutnya 8, 9 atau bahkan 10 tahun

itu perkembangan fisiknya cenderung lebih lambat dan konsisten.

Nah yang tadi itu dilihat dari tinggi badan anak. Sekarang pengamatan

terkait berat badan anak terkhusus anak kelas satu, dengan usia 7 tahun,

mereka punya proporsi tubuh dengan berat yang ideal pandangan penulis.

Namun ada dua atau tiga orang siswi yang badannya itu terlihat sedikit kurus

dan itu mungkin faktor genetik/keturunan, atau mungkin imunisasi, asupan

gizi, dan kesehatan yang kurang. Nah untuk berat badan mereka sendiri

mencapai 21-23 Kg. Dan jika dilihat dari kondisi fisik yang tampak langsung,

memang fisik mereka sehat-sehat, hanya ada beberapa siswi yang terlihat

fisiknya atau kondisi badannya itu sakit. Nah kesimpulannya di sini, ciri

perkembangan fisik anak yang mendasar pada anak usia dasar 6, 7 atau

mungkin 8, anak perempuan umumnya lebih pendek dan ringan dari pada

anak laki-laki. Dan tinggi mereka juga kerap demikian. Anak usia dasar

sebenarnya berada pada fase tenang, perkembangan fisik pada masanya

terbilang lambat namun konsisten.

b. Motorik

Perkembangan motorik merupakan proses perkembangan kemampuan

gerak seseorang baik itu motorik kasar maupun motorik halus. Motorik

kasar merupakan gerakan yang menggunakan hampir seluruh otot besar

anggota tubuh. Sedangkan motorik halus merupakan gerakan yang

menggunakan otot kecil dan koordinasi mata dengan tangan. Perkembangan


motorik kasar maupun motorik halus pada anak-anak sangat dipengaruhi oleh

perkembangan fisik. Kelengkapan dan kesehatan fisik anak merupakan salah

satu yang memiliki pengaruh besar pada perkembangan motoriknya.

Keterampilan motorik berarti perkembangan keterampilan

gerakan fisik melalui gerakan syarafdan otot yang saling teratur.

Kemampuan motorik dasar memiliki peran sebagai landasan terhadap

keterampilan. Masanya anak usia dasar yang senang bermain. Dan dari

interaksi langsung oleh penulis di sini dengan melakukan gerakan sebelum

lanjut pada tahap bermain. Gerak yang dilakukan di sini ialah gerakan kepala

pundak lutut kaki, dan itu dilakukan dengan nyanyian dan goyang pinggang.

Mereka tampak senang, dan aktif bergerak. Seluruh peserta didik aktif

mengikuti gerakan yang dicontohkan di depan yaitu penulis di sini yang

berperan sebagai pemandu.

c. Kognitif

Perkembangan kognitif siswa adalah proses belajar yang mengacu

pada pikiran dan cara kerjanya. Ini melibatkan bagaimana anak-anak berpikir,

bagaimana mereka melihat dunia mereka, dan bagaimana mereka

menggunakan apa yang mereka pelajari. Perkembangan kognitif meliputi

kemampuan anak sekolah memecahkan masalah matematika. Di sini peneliti

melihat bagaimana perkembangan kognitif anak kelas satu SD, dengan

melakukan pengarahan atau adanya instruksi membentuk kelompok dengan

berhitung satu, dua, tiga, yang kemudian dihitung ulang kembali dari satu,
dua, tiga. Namun kognitif anak mungkin belum terlalu bisa menalar

hitungan bergilir tersebut.

Namun ada beberapa siswa atau siswi yang sedikit paham dengan

instruksi berikut. Setelah itu penulis disini melalukan game tebak angka yang

hilang. Nah di game ini siswa siswi ternyata sudah paham instruksi dari kami,

dan tahu bagaimana cara bermainnya. Dan dari itu penulis mengamati bahwa

rata-rata peserta didik kelas satu sudah mengenal angka. Dan hal tersebut

terbukti dengan mereka mampu memecahkan masalah matematika tersebut

dengan menebak angka berapa yang hilang.

d. Emosi

Perkembangan emosi anak adalah salah satu tahap tumbuh

kembangnya untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengendalikan

emosinya sendiri. Dalam perkembangan ini, anak belajar menjalin hubungan

dengan teman dan lingkungannya. Pengamatan yang dilakukan penulis di

siniterlihat anak saling dorong mendorong pada saat dikumpulkan untuk foto

bersama, dan masih ada anak yang bertengkar pada saatmerebut hadiah yang

diberi oleh kakak pembina dalam hal ini yang berperan sebagai penulis.

Kerap sekali emosi anak pada usia 7-8 tahun ini memang mudah untuk

bertengkar, namun juga mudah untuk baikannya.Memang emosi mereka

belum stabil, namun masih bisa untuk diberi tahu, jangan begini jangan begitu.

Meski nanti diulang kembali. Sebagai orang dewasa kitalah yang harus paham

betul bagaimana karakter mereka.


e. Sosial

Perkembangan sosial anak ini bagaimana anak berinteraksi sosial

artinya mengekspresikan dirinya untuk berinteraksi dengan teman sebaya

dilingkungan mana saja yang ia tempati. Nah dalam hal ini lingkungan sekolah.

Maka dari pengamatan yang sudah dilakukan oleh penulis di sini ialah melihat

bagaimana cara mereka berkelompok, jiwa sosial mereka bagaimana mereka

untuk kondusif dalam kelompok. Dan terlihatlah pada saat menjawab

pertanyaan games contoh saja pada game tebak angka yang hilang. Di situ

mereka bersaing dengan teman sebaya, membual jika temannya salah

menjawab untuk perwakilan yang menjawab pertanyaan angka yang hilang

tadi. Namun di sisi lain anak pada usia mereka memiliki jiwa sosial yang

senang sekali untuk berteman, ramah tamah dengan siapa saja yang mereka

temui.

f. Bahasa

Perkembangan bahasa anak yang diekspresikan melalui pemikiran

anak dengan menggunakan kata-kata yang menandai meningkatnya

kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap

perkembangannya. Dalam hal ini dari pengamatan yang dilakukan anak-

anak kelas satu SD Swasta Amal Bakti mereka memiliki kemampuan

menyimak, berbicara, dan menulis dan itu sesuai dengan kemampuan yang

mereka punya.
Ada dalam proses pengamatan di situ pengamat meminta mereka hanya

sebagian saja untuk memperkenalkan diri mereka, dan apa kesukaan mereka.

Mereka menjawab dengan bahasa yang mereka tata seadanya. Dan dalam

pengekspresian bahasa mereka sudah tergolong cukup baik. Mereka sudah

bisa diajak berinteraksi meski sebagai orang dewasa kita harus mengikut siapa

lawan bicara kita. Berperan sebagaimana lawan bicara kita bicara.

g. Moral

Perkembangan moral di sini menyangkut perbuatan apa yang

dilakukan semestinya dilakukan oleh manusia dalam berinteraksi dengan

orang di sekitarnya. Dalam hal ini dari pengamatan yang dilakukan oleh

pengamat dari sebelum memasuki kelas sudah terlihat bagaimana moral

mereka, etika mereka terhadap orang yang lebih tua dari mereka. Salah satu

anak bersikap dengan baik, menundukkan kepala dan membungkukkan sedikit

badan sebagai penghormatan saat lewat di depan orang yang lebih tua. Dan

itu semua ada kaitannya dengan bagaimana orang tuanya memberi

pengajaran etika dan sopan santun pada anak itu. Dan saat memasuki kelas

juga mereka semua tenang. Mungkin sebab belum banyaknya kontaminasi

etika-etika yang buruk yang mereka terima dari pergaulan. Jadi peran orang

tua penting dalam menanamkan etika dan moral yang baik. Saat pengamat

dalam hal ini penulis selesai melakukan pengamatan, mereka semua tanpa

diarahkan juga sudah pandai untuk bersalam-salaman.

2. Kelas 2 SD
a. Fisik

Pada perkembangan fisik di kelas 2 SD Swasta Amal Bakti, peneliti

langsung Tanya jawab kepada salah satu guru yang mengajar disekolah

tersebut. Dimana peneliti langsung dengan anak kelas 2 yang rata-rata umur

siswa 8 tahun dan ada juga beberapa siswa yang berumur 9 tahun, dan

memiliki tinggi badan kurang lebih 128 cm dari kalangan siswa/siswi. Dan

dilihat dari fisik siswa tersebut hampir berkembang sempurna. Tetapi ada

beberapa siswa/siswi sedikit lambat perkembangannya. Jika dilihat dari fisik

siswa/siswi memiliki berat badan yang ideal kurang lebih 26-29 kg.

b. Kognitif

Pada perkembangan kognitif, peneliti melihat bagaimana

perkembangan kognitif anak kelas dua SD. yaitu mereka bisa berhitung dan

bermain karet dimasukan ke sedotan, dan menggambar daun, dan mereka

paham bagaiamana cara bermainnya. dan saat bermain karet dimasukan ke

sedotan mereka sangat semangat bermain, dan begitu juga saat mereka

menggambar sebuah daun secara berkelompok mereka aktif dan tidak saling

rebutan. mereka sangat kompak saat dibentukan kelompok.

c. Sosial

Pada perkembangan sosial peneliti melihat bagaimana siswa/siswi

berinteraksi sesama teman sebaya dilingkungan sekitarnya. Maka dari itu yang

dilakukan peneliti ialah melihat bagaimana cara mereka berkelompok, jiwa

mereka untuk kondusif dalam berkelompok. Terlihat saat menggabar sebuah


daun mereka sangat kompak dan saling membantu. Dan begitu juga saat

bermain karet dimasukan ke sedotan meraka bersaing dengan teman sebaya.

Namun diumur mereka saat ini jiwa sosial mereka sangat senang untuk

berteman, dan mereka sangat ramah ramah dengan siapa yang mereka temui.

d. Bahasa

Pada perkembangan bahasa yang dilakukan peneliti ialah melihat dari

kemampuan menyimak, berbicara, sesuai dengan yang mereka punya. Peneliti

melihat saat siswa/siswi berkenalan dengan bahasa yang mereka katakana

sudah cukup baik.

e. Moral

Pada perkembangan moral peneliti melihat sebelum memasuki

ruangan kelas sudah terlihat bagaimana dengan moral para siswa/siswa

tersebut, etika mereka terhadap orang yang lebih tua. Beberapa anak

bersikap dengan baik dan sopan, dan itu ada kaitannya dengan apa yang

diajarkan oleh kedua orang tuanya. Dan saat pengamatan selesai mereka

semua bersalam-salaman saat berpamitan untuk pulang kerumah masing-

masing.

3. Kelas 3 SD

a. Fisik

Pada perkembangan fisik peneliti melihat dapat dilihat dari gambaran

umumnya yang menyangkut pertambahan ukuran tinggi badan, berat badan,

dan ciri fisik lainnya yang tampak. Pada penelitian kami di sekolah SD Swasta
Amal Bakti, tinggi siswa dan siswi pada kelas 3 SD berkisar antara 119 cm

hingga 123 cm dan umur peserta didik di kelas 3 SD ini berkisar 9-11 tahun.

b. Emosi

Pada perkembangan emosi peneliti melihat respon emosi yang tidak

stabil dikarenakan adanya sistem kerja sama yang kurang baik di dalam

permainan yang sedang berlangsung. Terlebih lagi pada tahap ini, banyak

siswa yang terpancing mudah putus asa. Hal ini dikarenakan rasa sedih yang di

alami karena pencapaian yang tidak sesuai.

c. Sosial

Pada perkembangan sosial peneliti melihat bahwa siswa/siswi kurang

menjalin ikatan baru dengan teman sebayanya, dilihat mereka tidak ada saling

bekerja sama. Karena siwa/siwi tersebut masing-masing ingin menunjukkan

diri, akan tetapi pada pada tingkatan ini siswa/siswinya cepat untuk berbaur

dan senang menanggapi ketika peneliti bertanya.

d. Motorik

Pada perkembangan motorik yang peneliti lakukan adalah

perkembangan dari unsur kematangan bentuk pengendalian gerak tubuh dan

otak sebagai pusat gerak. Dan peneliti mengajak siswa/siswi tersebut untuk

bermain games, dan ketika games berjalan seketika itu kondisi kelas pun tidak

kondusif dikarenakan siswa/siswi tersebut sangat aktif ketika bermain games.

e. Bahasa
Pada perkembangan bahasa peneliti melihat bahwasannya bahasa

mereka masih kurang baik untuk berbicara dengan orang dewasa. Contohnya

ketika mereka berbicara kepada peneliti mereka masih menggunakan kata

aku, yang aku adalah saya. Mereka kurang paham bagaimana berbicara

kepada orang yang lebih tua dengan teman seumurannya. Kami juga berusaha

memberi tahu kepada mereka untuk menggunakan bahasa yang baik ketika

berbicara dengan orang yang lebih tua.

f. Moral

Pada perkembangan moral peneliti melihat siwa/siswi tersebut

dipengaruh oleh belajar sosial. Proses penguatan penghukuman,dan

peniruan digunakan untuk menjelaskan prilaku moral anak-anak. Bila anak

diberi hadiah atas prilaku yang sesuai dengan aturan dan perjanjian social,

mereka akan mengulangi prilaku itu. Contohnya ketika kami beritahu siapa

yang bersemangat dan benar menjawab ketika bermain game akan di beri

hadiah, mereka sontak menjerit dengan senang dan langsung fokus ketika

games dimulai.

4. Kelas 4 SD

a. Fisik

Pada perkembangan fisik peneliti melakukan tanya jawab langsung

kepada salah satu guru yang mengajar di sekolah SD Swasta Amal Bakti,

terkhusus disini pengamatan langsung dengan anak kelas empat, yang mana
umur mereka mendominasi 10 tahun dan adapun yg berumur 11 tahun dan 12

tahun itu memiliki tinggi badan yang sudah proporsi mencapai 144 - 152 Cm.

b. Emosi

Pada perkembangan emosi peneliti melihat siswa/siswi

mengekspresikan emosi, misalnya menangis saat tidak puas, memukul barang,

sampai tersenyum saat senang.

c. Bahasa

Pada perkembangan bahasa peniliti melihat kemampuan dari

siswa/siswi tersebut yaitu menyimak, berbicara, dan menulis sesuai dengan

kemampuan yang mereka punya. Dalam proses pengamatan di situ hanya

sebagian saja untuk memperkenalkan diri mereka, dan apa kesukaan mereka.

Maka mereka menjawab dengan bahasa yang mereka tata seadanya saja.

d. Sosial

Pada perkembangan sosial peneliti melihat siswa/siswi saling bekerja

sama dan cepat menanggapi ketika kami bertanya. Jadi, mereka cepat atau

bisa bersosial bahkan dengan kami yang sebelumnya tidak pernah mereka

kenal sama sekali.

e. Moral

Pada perkembangan moral peneliti melihat etika mereka terhadap

orang yang lebih tua dari mereka. Salah satu anak tersebut memilikisikap

sopan dan baik, menundukkan kepala dan membungkukkan sedikit badan

sebagai penghormatan saat lewat di depan orang yang lebih tua. Dan itu
semua ada kaitannya dengan bagaimana orang tuanya memberi ajaran berupa

etika dan sopan santun pada anak itu. Dan saat memasuki kelas juga mereka

semua tenang. Jadi peran orang tua penting dalam menanamkan etika dan

moral yang baik. Saat pengamat dalam hal ini penulis selesai melakukan

pengamatan, mereka semua tanpa diarahkan juga sudah pandai untuk

bersalam-salaman saat hendak pulang.

f. Kognitif

Pada perkembangan kognitif peneliti melihat bahwasannya siswa/siswi

dengan adanya diberi arahan instruksi membentuk kelompok dengan

berhitung satu, dua, tiga, yang kemudian dihitung ulang kembali dari satu,

dua, tiga. Setelah itu penulis disini melalukan game tebak huruf yang hilang.

Nah di game ini siswa maupun siswi ternyata sudah paham instruksi dari kami,

dan tahu bagaimana cara bermainnya. Dan dari itu penulis mengamati bahwa

rata-rata peserta didik kelas 4 sudah mengenal huruf. Dan hal tersebut

terbukti dengan mereka mampu memecahkan masalah tebak huruf tersebut

dengan menebak huruf apa saja yang hilang.

5. Kelas 5 SD

a. Fisik

Pada perkembangan fisik peneliti melihat ada terjdi perbedaan dalam

sistem pertumbuhan dan perkembangan siswa/siswi. Ada yang tingginya

sekitar 112-131 cm. Di sisi lain pada tingkatan kelas 5 SD, sudah memiliki fisik

yang cukup kuat untuk beraktivitas secara lebih. Peneliti mengambil


kesimpulan seperti itu dikarenakan mereka yang sebelumnya telah melakukan

aktivitas ujian senam pada hari peneliti melakukan penelitian.

b. Kognitif

Pada perkembangan kognitif peneliti melihat bahwa siswa/siswi

tersebut sudah dikatakan sempurna dalam mengetahui, memahami,

menganalisis, bernalar, dan juga berkreativitas dalam bertindak. Hal ini

dibuktikan ketika menerapkan game based learning sistem puzzle. Mereka

dapat menyelesaikan dengan tepat sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan. Di sisi lain, konsentrasi yang sudah mulai tinggi ketika

peneliti menerapkan game based learning aturan mengikuti.

c. Motoric

Pada perkembangan motorik peneliti melihat siswa/siswi di kelas 5 ini

sudah terkoodinir dengan baik. Dengan dibuktikannya game based learning

dan mereka mengikuti aturan yang peneliti berikan. Arahan dari peneliti

tersebut berbentuk lompat, duduk, dan berdiri yang menggunakan otot-otot

tangan dan kaki.

d. Sosial

Pada perkembangan sosial peneliti yang peneliti lihat itu tergantung

pada situasi yang terjadi. Ada beberapa anak yang belum bisa memahami

bagaimana sistem kerjasama kelompok. Namun selebihnya telah memahami

bagaimana sistem kerja kelompok. Sehingga gampang berbaur dengan teman-

temannya. Karena pada saat melakukan penelitian di tingkat kelas 5, kelas 5


pada saat itu digabung antara kelas A dengan kelas B. Sehingga ketika peneliti

melakukan pembagian kelompok dengan anggota kelompok yang bergabung

antara A dan B para siswa gampang berbaur dengan teman yang sebelumnya

belum dikenali.

e. Bahasa

Pada perkembangan bahasa peneliti harus melakukan penyesuaian

bahasa kepada siswa/siswi. Karena mereka akan mengikutsertakan bahasa

yang peneliti gunakan dengan bahasa yang mereka ucapkan kepada peneliti.

Akan tetapi mereka masih memiliki batasan norma yang berlaku antara tua

dengan yang muda. Mau menyampaikan apa yang mereka rasakan seperti

rasa sedih dan senang.

f. Moral

Pada perkembangan moral peneliti melihat bahwa siswa/siswi masih

mudah terpengaruh ketika peneliti menjanjikan siapa kelompok yang menang

dalam penerapan game based learning maka akan kami berikan hadiah. Dari

janji yang peneliti berikan mereka menyesuaikan sikap dan moral yang sesuai

dengan peneliti inginkan.

g. Emosi

Pada perkembangan emosi peneliti harus menyesuaikan mengenai

keadaan yang sedang mereka alami. Terutama ketika kegiatan game based

learning puzzle, beberapa anak belum dapat mengontrol emosinya karena


melihat tidak kesesuaian yang dilakukan teman sebaya ketika melakukan

kerjasama.

KESIMPULAN

Penerapan metode game based learning untuk mengetahui bagaimana aspek

perkembangan siswa di SD Amal Bakti memberikan hasil penelitian yang cukup memuaskan.

Karena kegiatan pembelajaran lebih efektif dan siswa lebih banyak tertarik terhadap apa

yang peneliti lakukan. Terlebih lagi ketika peneliti memberikan janji berupa hadiah ketika apa

yang mereka lakukan sesuai dengan yang peneliti nilai. Akan tetapi tidak semua anak

memiliki respon yang sesuai dengan anak lainnya. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan

yang biasa bersentuhan dalam kegiatan berinteraksi. Sehingga dari hambatan yang terjadi

diperlukan perhatian pendidik yang lebih ekstra agar hambatan tersebut tidak mengurangi

keterlambatan dalam perkembangan siswa tersebut untuk melanjutkan fase selanjutnya.

REFERENSI

Amrah. 2013. Perkembangan Moral Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Publikasi Pendidikan:

Program Studi PGSD FIP UNM. Volume III No. 1; Februari-Mei.

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Masganti. 2017. Perkembangan Peserta Didik. Depok: Premada media Group Kencana.

Desrinelti. 2021. Perkembangan Siswa Sekolah Dasar: Tinjauan Dari Aspek Bahasa. Jurnal

Riset Tindakan: Indonesia, Vol.6, No.1, pp. 105-109.


Gunawan, Imam. 2012. Taksonomi Bloom – Revisi Ranah Kognitif : Kerangka Landasan Untuk

Pembelajaran pengajaran, dan penilaian. Journal Premiere Educandum : Pendidikan

Dasar dan Pembelajaran, Vol. 2, No. 2.

http://scholar.unand.ac.id/33302/2/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf .

Marsari, Henni. 2021. Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan

Tambusai: Program Studi Pendidikan Dasar, Universitas Negeri Padang. Volume 5

Nomor 1. H.1816-1822.

Nur chamidah, Atien. 2009. Deteksi Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak,.

Jurnal Pendidikan Khusus, Vol. 5 No. 2.

Upton, Penney. 2012. Psikologi Perkembangan, terj. Noermalasari Fajar Widuri. Jakarta

:Penerbit Erlangga.

Zulkifli. 2002. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai