Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN GAME BASED LEARNING DI SD AMAL BAKTI UNTUK

MENGETAHUI PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN MOTORIK PESERA DIDIK

Cici Rusmaida

UINSU Medan, Indonesia

Email: crusmaida@gmail.com

ABSTRAK

Melalui jurnal yang penelitian telah dilakukan pada kelompok sekolah


dasar “Amal Bakti” di jalan Kayu Putih, kecamatan Mabar Hilir, kabupaten
Deli Serdang. Hasil yang diharapkan dalam memilih resep ini antara lain dapat
mengetahui bagaimana perkembangan kognitif, motorik peserta didik dengan
pembelajaran yang berbasis game based learning. Dari jurnal ini juga akan
mengetahui bagaimana kelebihan dan kekurangan dalam game based learning
untuk mengetahui beberapa konsep yang telah disebutkan. Adapun metode
yang dilakukan yaitu dengan cara melakukan penyuluhan dengan tahap-tahap
sebagai berikut; 1) melakukan tahap persiapan, 2) melakukan pelatihan
pembuatan media, 3) pembelajaran mengenal bagaimana pembelajaran game
based learning, 4) serta mendesain apa saja kegiatan game based learning yang
akan dilakukan di sekolah yang penulis teliti.

Kata Kunci: Sekolah Dasar, Game Based Learning, Kognitif, dan


Motorik
PENDAHULUAN

Hakikatnya perkembangan merupakan kegiatan bertambahnya kemampuan ataupun skill

baik dalam struktur ataupun fungsi tubuh yang lebih rinci dalam kegiatan proses pematangan.

Perkembangan pada hakikatnya juga menyangkut kepada proses pematangan dari sel-sel tubuh,

jaringan tubuh, organ-organ, dan juga sistem organ yang berkembang sesuai dengan

berkembangnya cara dalam perkembangan tubuh.

Setiap perkembangan yang terjadi memiliki perilaku serta karakteristik yang berbeda,

resiko, dan individu yang disertai dengan peran kematangan dan juga peran belajar.1 Perlu kita

ketahui bahwa perkembangan harus disikapi secara kritis karena jika kita sikapi secara biasa,

maka akan terjadinya penurunan dalam perkembangan. Terlebih lagi jika perkembangan masuk

ke dalam fase anak-anak, maka dibutuhkan tanggung jawab penuh oleh seseorang yang dapat

bertanggung jawab dan memahami bagaimana perkembangan dapat meningkatkan sesuai dengan

fase yang dilewati.

Ketika perkembangan telah masuk kepada fase anak-anak maka dibutuhkan peran

seseorang dalam tahap mengelola perkembangan agar pada tahap tersebut tidak mengganggu

perkembangan pada fase selanjutnya. Sehingga pada fase anak-anak memerlukan seorang

pendidik yang dapat memahami secara penuh bagaimana kognitif dan motorik anak tersebut

dapat berjalan dengan semestinya sesuai dengan yang dibutuhkan.

Peran pendidik menjadi salah satu penentu besar perkembangan, khususnya dalam

kegiatan pembelajaran. Pendidik dituntut harus memiliki metode pembelajaran yang baik serta

sesuai dengan tingkatan. Karena metode pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal

1
Dr. Masganti Sit, M.Ag. Perkembangan Peserta Didik (Perdana Publishing:Medan, 2012). Hal. 3-4
yang dapat mempengaruhi bagaimana pembelajaran siswa. Dengan metode pembelajaran yang

baik maka akan membantu dan juga mempermudah.

Untuk hal ini salah satu metode pembelajaran yang dapat menarik keefektifan belajar

dalam meningkatkan serta mengevaluasi perkembangan ialah melalui metode game based

learning.

Metode pembelajaran game based learning, sangat membantu dalam meningkatkan

pengalaman belajar yang dapat mudah diingat. Karena pada zaman generasi Z anak-anak lebih

menyukai sesuatu yang kreatif serta praktis dan juga menyenangkan dalam berbagai aktivitas.

Sehingga penggunaan game based learning sangat cocok diterapkan oleh seorang pendidik

dalam media pembelajaran pada generasi yang telah terbilang digital.2

Dalam jurnal yang penulis susun, akan membahas mengenai bagaimana peran game

based learning dalam mengetahui berbagai aspek perkembangan. Khususnya ditingkat sekolah

dasar yang di adakan di SD Amal Bakti.

KAJIAN TEORI

1. Perkembangan Fase Anak-Anak di Tingkat Sekolah Dasar

Menurut psikologi perkembangan, pembagian perkembangan manusia terbagi menjadi

beberapa tahapan. Tahapan tersebut disampaikan oleh Lester D. Crow dalam bukunya yang

berjudul human development and learning yang menuliskan bahwa ada tiga fase perkembangan

yang terjadi yaitu childhood, maturity, dan Adulthood.3 Fase anak-anak disebut childhood.

Childhood merupakan masa yang dimulai pada usia 2 tahun sampai usia pubertas. Pada masa ini

terjadinya perubahan dalam pertumbuhan dan juga perkembangan kognitif dan motorik.

2
Ririn Oktavia, Game Based Learning (GBL) Meningkatkan Efektivitas Belajar Siswa. Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Riau. Hal. 1
3
Zulkifli. Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) Hal. 5
Untuk pada fase perkembangan kognitif anak usia sekolah berada di tahap concrete

operasional artinya anak pada usia ini dapat menggunakan operasi mental dalam memecahkan

masalah yang lebih aktual. Pada tahap ini juga anak sudah dapat berpikir secara logis dan dapat

mengambil banyak aspek dari situasi tertentu ke dalam pertimbangan.4

2. Aspek Perkembangan Anak di Tingkat Sekolah Dasar

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif sangat berkaitan mengenai perkembangan otak. Perkembangan

otak menyangkut kepada perkembangan ukuran dan volume dari fungsi otak. Hal ini

dibuktikan ketika pada usia 10 tahun berat otak anak sudah mencapai 95% dari otak

orang dewasa. Sedangkan untuk bayi yang baru lahir hanya sekitar 25% dari otak orang

dewasa.5

Sehingga dari perkembangan otak yang terjadi mempengaruhi beberapa fungsi

otak dalam berpikir contohnya dalam mengetahui, memahami, menganalisis, bernalar,

serta berkreativitas, dan juga bertindak. Perkembangan kognitif merupakan salah satu

aspek yang paling penting dalam menjadi pedoman proses pendidikan. Ruang lingkup

kognitif ialah ruang lingkup yang berkaitan mengenai tujuan pembelajaran.6

Berbicara mengenai tujuan pembelajaran, seorang anak yang telah masuk usia 7

sampai 11 tahun merupakan usia ketika anak telah memasuki masa sekolah. Sehingga

pemikiran anak usia sekolah dasar disebut memiliki pemikiran yang lebih konkret.

Konkret yang dimaksud ialah kondisi di mana anak telah menggunakan akalnya untuk

4
http://scholar.unand.ac.id/33302/2/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf
5
Atien Nur chamidah. Deteksi Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (Jurnal Pendidikan
Khusus, Vol. 5 No. 2, 2009).
6
Imam Gunawan & Anggarini Retno Palupi. Taksonomi Bloom – Revisi Ranah Kognitif : Kerangka
Landasan Untuk Pembelajaran pengajaran, dan penilaian (Journal Premiere Educandum : Pendidikan Dasar
dan Pembelajaran, Vol. 2, No. 2, 2012)
proses berpikir secara logis terhadap sesuatu yang bersifat nyata. Akan tetapi kekurangan

yang dimiliki pada fase ini ialah ketika anak telah dihadapkan ke dalam permasalahan

yang memiliki sifat verbal atau permasalahan yang memiliki objek yang tidak nyata

sehingga tidak dapat menyelesaikan permasalahannya dengan baik.7

b. Aspek motorik

Pada aspek perkembangan motorik di usia sekolah dasar perkembangan motorik

anak lebih halus sempurna dan juga terkoordinat dengan baik. Karena adanya

pertambahan berat dan juga kekuatan dari badan anak. Anak-anak mulai dapat

mengontrol gerakan anggota tubuh dalam menggerakkan tangan dan juga kaki. Otot-otot

tangan dan kakinya telah kuat sehingga berbagai aktivitas fisik seperti kegiatan yang

besar lebih akurat dan juga cepat. Pada tahap ini juga mereka mulai memperlihatkan

gerakan-gerakan yang lebih rumit.

Sehingga dalam tahap ini keterampilan motorik anak harus dilakukan dengan

berbagai aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini dilakukan dalam bentuk permainan yang

bersifat tidak formal yang diatur sendiri oleh anak, permainan yang formal seperti

kegiatan olahraga.8

3. Game Based Learning

Game based learning ialah metode pembelajaran yang menggunakan aplikasi

permainan atau game yang telah dirancang dengan tujuan membantu proses pembelajaran

dan juga membantu meningkatkan keefektifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Penggunaan game based learning dapat memberikan stimulus pada bagian terpenting

dalam kegiatan proses pembelajaran yakni emosional, intelektual, dan juga psikomotor

7
Penney Upton. Psikologi Perkembangan, terj. Noermalasari Fajar Widuri (Jakarta :Penerbit
Erlangga, 2012). Hal. 160
8
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012). Hal. 80-81
siswa. Dalam bahasa Indonesia metode game based learning ini diartikan dengan

pembelajaran yang berbasis kepada permainan. Disisi lain game based learning mampu

meningkatkan motivasi siswa dalam belajar yang disebabkan adanya lingkungan

pembelajaran yang dapat menginspirasi siswa dan memberikan para siswa kesempatan

belajar yang besar dalam meningkatkan pembelajaran yang menyenangkan. Ketika guru

dapat memanfaatkan metode permainan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan

karakteristik siswa selain itu metode ini dapat digunakan agar siswa dapat berinteraksi

secara langsung terhadap siswa lainnya. Selain itu metode game based learning dapat

sangat baik dalam memberikan perkembangan kognitif seperti prestasi belajar siswa. Hal

ini sesuai dengan pendapat Vigotsky yang mengatakan bahwa permainan dalam

pembelajaran merupakan settingan yang sangat baik bagi perkembangan kognitif. Hal ini

didasarkan dengan karakteristik dari generasi Z yang lebih suka bermain dan belajar

dengan cara yang tidak membosankan.9

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode kualitatif dan metode

deskriptif. Di sisi lain penggunaan metode deskriptif diperlukan untuk memberikan gambaran

penyajian laporan. Metode lain dalam pengumpulan data ini ialah menggunakan pemberian

pernyataan atau pertanyaan dengan beberapa pilihan alternatif yang kemudian dijawab oleh

responden.

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek yang dijadikan penelitian yang di

dalamnya terdapat sejumlah objek yang nantinya akan disajikan sebagai sumber data

9
Ririn Oktavia. Game Based Learning (GBL) Meningkatkan Efektivitas Belajar Siswa. Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Riau. Hal. 2-3
yang diharapkan dapat memberikan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti. Adapun

populasi dalam laporan yang ditulis oleh peneliti yakni para peserta didik dari sekolah

dasar Amal Bakti kelas 1-3.

2. Sample

Sampel ialah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili seluruh

populasi. Sampel yang digunakan peneliti dalam laporan yang tertulis yakni kepala

sekolah dari SD Amal Bakti, kota Medan, kecamatan Medan Deli, Mabar hilir.

HASIL PENELITIAN

A. Penerapan Game Based Learning untuk mengetahui aspek perkembangan di SD

Amal Bakti Sesuai tingkatan

1. Tingkat Kelas I

a. Kognitif

Perkembangan kognitif siswa adalah proses belajar yang mengacu pada pikiran

dan cara kerjanya. Ini melibatkan bagaimana anak-anak berpikir, bagaimana mereka

melihat dunia mereka, dan bagaimana mereka menggunakan apa yang mereka pelajari.

Perkembangan kognitif meliputi kemampuan anak sekolah memecahkan masalah

matematika. Di sini peneliti melihat bagaimana perkembangan kognitif anak kelas satu

SD, dengan melakukan pengarahan atau adanya instruksi membentuk kelompok dengan

berhitung satu, dua, tiga, yang kemudian dihitung ulang kembali dari satu, dua, tiga.

Namun kognitif anak mungkin belum terlalu bisa menalar hitungan bergilir tersebut.

Namun ada beberapa siswa atau siswi yang sedikit paham dengan instruksi berikut.

Setelah itu penulis disini melalukan game tebak angka yang hilang. Nah di game ini

siswa siswi ternyata sudah paham instruksi dari kami, dan tahu bagaimana cara
bermainnya. Dan dari itu penulis mengamati bahwa rata-rata peserta didik kelas satu

sudah mengenal angka. Dan hal tersebut terbukti dengan mereka mampu memecahkan

masalah matematika tersebut dengan menebak angka berapa yang hilang.

b. Motorik

Perkembangan motorik merupakan proses perkembangan kemampuan gerak

seseorang baik itu motorik kasar maupun motorik halus. Motorik kasar merupakan

gerakan yang menggunakan hampir seluruh otot besar anggota tubuh. Sedangkan motorik

halus merupakan gerakan yang menggunakan otot kecil dan koordinasi mata dengan

tangan. Perkembangan motorik kasar maupun motorik halus pada anak-anak sangat

dipengaruhi oleh perkembangan fisik. Kelengkapan dan kesehatan fisik anak merupakan

salah satu yang memiliki pengaruh besar pada perkembangan motoriknya.

Keterampilan motorik berarti perkembangan keterampilan gerakan fisik melalui

gerakan syaraf dan otot yang saling teratur. Kemampuan motorik dasar memiliki peran

sebagai landasan terhadap keterampilan. Masa anak usia dasar yang senang bermain. Dan

dari interaksi langsung disini dengan melakukan gerakan sebelum lanjut pada tahap

bermain. Gerak yang dilakukan di sini ialah gerakan kepala pundak lutut kaki, dan itu

dilakukan dengan nyanyian dan goyang pinggang. Mereka tampak senang, dan aktif

bergerak. Seluruh peserta didik aktif mengikuti gerakan yang dicontohkan di depan yaitu

penulis di sini yang berperan sebagai pemandu.

2. Tingkat Kelas II

a. Kognitif

Perkembangan kognitif siswa adalah proses belajar yang mengacu pada fikiran

dan cara kerjanya. Ini melibatkan bagaimana anak-anak berfikir, bagaimana mereka
melihat dunia mereka, dan bagaimana mereka menggunakan apa yang mereka pelajari.

Disini penulis melihat bagaimana perkembangan kognitif anak kelas dua SD yaitu

mereka bisa berhitung dan bermain karet dimasukan ke sedotan, dan menggambar daun.

Mereka paham bagaimana cara bermainnya, pada saat bermain karet dimasukan ke

sedotan mereka sangat semangat bermain, dan begitu juga pada saat mereka menggambar

sebuah daun secara berkelompok mereka aktif, tidak saling rebutan. Mereka sangat

kompak saat dibentukan kelompok.

b. Motorik

Perkembangan motorik adalah proses perkembangan kemampuan gerak seseorang

baik itu motorik kasar maupun motorik halus. Motorik kasar merupakan gerakan yang

menggunakan hampir seluruh otot besar dalam tubuh. Sedangkan motorik halus adalah

gerakan yang menggunakan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan. Pada usia ini

perkembangan motorik kasar sudah hampir berkembang sempurna. Kemampuan motorik

juga semakin terasah, dan pengamat melihat mereka sudah terlihat berhati-hati dan

mandiri. dan siswa siswi ini bisa memegang alat tulis dan menulis cukup lumayan rapi,

akan tetapi ada 2 orang yang sedikit lambat.

3. Tingkat Kelas III

a. Kognitif

Sistem kognitif untuk tingkatan kelas 3 sudah bisa dikatakan sempurna dalam

mengetahui, memahami, menganalisis, bernalar, dan juga berkreativitas dalam bertindak.

Hal ini dibuktikan ketika menerapkan game based learning sistem puzzle. Mereka dapat

menyelesaikan dengan tepat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Di sisi lain,
konsentrasi yang sudah mulai tinggi ketika peneliti menerapkan game based learning

aturan mengikuti

b. Motorik

Aspek motorik terkoordinir dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan game based

learning mengikuti arahan dari peneliti. Arahan dari peneliti tersebut berbentuk lompat,

duduk, dan berdiri yang menggunakan otot-otot tangan dan kaki.

KESIMPULAN

Penerapan metode game based learning untuk mengetahui bagaimana aspek

perkembangan siswa di SD Amal Bakti memberikan hasil penelitian yang cukup memuaskan.

Karena kegiatan pembelajaran lebih efektif dan siswa lebih banyak tertarik terhadap apa yang

peneliti lakukan. Terlebih lagi ketika peneliti memberikan janji berupa hadiah ketika apa yang

mereka lakukan sesuai dengan yang peneliti nilai.

Akan tetapi tidak semua anak memiliki respon yang sesuai dengan anak lainnya. Hal ini

disebabkan oleh faktor lingkungan yang biasa bersentuhan dalam kegiatan berinteraksi. Sehingga

dari hambatan yang terjadi diperlukan perhatian pendidik yang lebih ekstra agar hambatan

tersebut tidak mengurangi keterlambatan dalam perkembangan siswa tersebut untuk melanjutkan

fase selanjutnya.
REFERENSI

Desmita. 2012 Psikologi Perkembangan Peserta Didik Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Gunawan Imam, Retno Anggraini, 2012 Taksonomi Bloom – Revisi Ranah Kognitif : Kerangka
Landasan Untuk Pembelajaran pengajaran, dan penilaian Journal Premiere Educandum :
Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, Vol. 2, No. 2
http://scholar.unand.ac.id/33302/2/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf
Masganti Sit, 2012 Perkembangan Peserta Didik Perdana Publishing: Medan
Nur Chamidah Atien. 2009 Deteksi Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Jurnal
Pendidikan Khusus, Vol. 5 No. 2
Oktavia Ririn. Game Based Learning (GBL) Meningkatkan Efektivitas Belajar Siswa. Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Riau.
Upton Panney, 2012 Psikologi Perkembangan, terj. Noermalasari Fajar Widuri Jakarta: Penerbit
Erlangga
Zulkifli, 2002 Psikologi Perkembangan Bandung: Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai