Anda di halaman 1dari 92

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan usia dini merupakan

periode yang penting dan perlu

mendapat penanganan sedini

mungkin. Usia 3-6 tahun merupakan

periode sensitif atau masa peka

pada anak, yaitu suatu periode

dimana suatu fungsi tertentu perlu

distimulus, diarahkan sehingga tidak

terhambat perkembangannya.

Pemberian stimulus merupakan hal

yang sangat membantu anak untuk

berkembang. Anak yang terstimulus

dengan baik dan sempurna maka

2
tidak hanya satu perkembangan saja

yang akan berkembang tapi bisa

bermacam-macam aspek

perkembangan yang berkembang

dengan baik. Masa ini untuk

melakukan dasar pertama dalam

mengembangkan kemampuan fisik,

kognitif, bahasa, sosial, emosional,

konsep diri, disiplin, kemandirian dan

lain-lain.

Santoso (2007: 2.9) anak usia


dini adalah sosok individu sebagai
makhluk sosiokultural yang sedang
mengalami proses perkembangan
yang sangat fundamental bagi
kehidupan selanjutnya dan memiliki
sejumlah karakteristik tertentu. Anak
usia dini adalah manusia yang polos

3
serta memiliki potensi yang masih
harus dikembangkan. Anak memiliki
karakteristik tertentu yang khas dan
tidak sama dengan orang dewasa
serta akan berkembang menjadi
manusia seutuhnya. Anak memiliki
berbagai macam potensi yang harus
dikembangkan, meskipun pada
umumnya anak memiliki pola
perkembangan yang sama tetapi
ritme perkembangan akan berbeda
satu sama lainnya karena pada
dasarnya anak bersifat individual.
Salah satu kemampuan anak
yang sedang berkembang saat usia
dini yaitu kemampuan motorik. Pada
anak-anak tertentu, latihan tidak
selalu dapat membantu memperbaiki
kemampuan motoriknya. Sebab ada
anak yang memiliki masalah pada
susunan syarafnya sehingga

4
menghambatnya keterampilan
motorik tertentu.
Ada beberapa penyebab yang
mempengaruhi perkembangan
motorik anak yaitu faktor genetik,
kekurangan gizi, pengasuhan serta
latar belakang budaya.
Mencetak dengan gelembung
merupakan kegiatan dari
pembelajaran di TK untuk
meningkatkan perkembangan
motorik halus anak, sehingga
kegiatan mencetak dengan
gelembung ini dapat melatih anak
kesabaran,keberanian dan
kebersamaan anak dalam mencetak
dengan menggunakan berbagai
media.
Berdasarkan pengamatan
dikelas dalam kegiatan mencetak
anak-anak kurang bersemangat

5
karena media untuk mencetak
kurang menarik, sehingga hasilnya
tidak sesuai denngan tujuan yang
ingin dicapai.
Pada umumnya anak-anak usia
TK menyukai sesuatu yang indah
dan menarik. Oleh karena itu agar
anak-anak lebih menyukai kegiatan
mencetak, pendidik harus dapat
menyediakan kegiatan mencetak
yang baru. Dan bahan yang
digunakan untuk mencetak disekolah
disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak.
Dalam rangka mewujudkan
hasil belajar yang diinginkan sesuai
dengan kemampuan anak dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran,
dibutuhkan seorang guru yang
profesional yang dapat menguasai
materi pembelajaran dan mengerti

6
karakteristik serta perkembangan
anak. Untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak
maka peneliti menggunakan metode
mencetak dengan gelembung pada
Kelompok B TK PGRI Harapan
Bangsa dengan judul penelitian
“Peningkatan Kemampuan Mencetak
Dengan Media Gelembung Pada
Anak Kelompok B Tk PGRI Harapan
Bangsa Tahun 2018/2019”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian
sebelumnya, adapun rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
apakah mencetak dengan media
gelembung dapat meningkatkan
antusias anak dalam melakukan
kegiatan mencetak pada kelompok B
TK PGRI Harapan Bangsa Tahun
Pelajaran 2018/2019.

7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memberi arah yang jelas
tentang maksud dari penelitian dan
berdasarkan perumusan masalah
yang diajukan, maka tujuan
penelitian ini secara umum adalah
untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak taman kanak-
kanak.
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak
taman kanak-kanak melalui metode
mencetak dengan media gelembung
pada kelompok B di TK PGRI
Harapan Bangsa Tahun Ajaran 2018/
2019.

8
D. Manfaat
Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian
ini diharapkan dapat memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan
khususnya pada pengembangan
kemampuan anak dalam mencetak
dengan gelembung. Selain itu, dapat
dijadikan sebagai bahan acuan atau
referensi bagi semua pihak yang
ingin mengadakan penelitian
lanjutan, khususnya bagi mahasiswa
dan guru yang hendak menerapkan
cara yang variatif dalam
mengembangkan kreatifitas anak.
Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi siswa
a) Anak didik lebih
termotivasi dan antusias
pada kegiatan mencetak
dengan gelembung.

9
2. Manfaat bagi guru
a) Meningkatkan
kemampuan guru
sebagai fasilitator dan
motivator.
b) Dapat meningkatkan
strategi dan kualitas
pembelajaran anak usia
dini.
c) Memperoleh
pengalaman untuk lebih
kreatif dalam mencetak
dengan berbagai media.
3. Manfaat bagi Sekolah
a) Memotivasi kepada guru-
guru untuk menerapkan
metode yang bervariasi
dalam pengajaran.
b) Sebagai umpan balik
untuk menigkatkan
efektivitas dan efisiensi

10
pembelajaran juga untuk
meningkatkan kualitas
mutu sekolah melalui
peningkatan partisipasi
siswa dan kinerja guru.

11
BAB

II

12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan


dikemukakan beberapa teori dan
konsep yang mendukung peneliti
antara lain teori-teori yang relevan
dengan hakekat perkembangan
kemampuan motorik pada anak usia
dini.
A. Perkembangan Kemampuan
Anak
Anak akan mengalami suatu
periode yang dinamakan sebagai
masa keemasan anak saat usia dini,
dimana saat itu anak akan sangat
peka dan sensitif terhadap berbagai
rangsangan dan pengaruh dari luar.
Laju perkembangan dan
pertumbuhan anak mempengaruhi
masa keemasan dari masing-masing

13
anak itu sendiri. Saat masa
keemasan, anak akan mengalami
tingkat perkembangan yang sangat
drastis di mulai dari pekembangan
berpikir, perkembangan emosi,
perkembangan motorik,
perkembangan fisik dan
perkembangan sosial.
Lonjakan perkembangan ini
terjadi saat anak berusia 0-8 tahun,
dan lonjakan perkembangan ini tidak
akan terjadi lagi di periode
selanjutnya. Saat perkembangan
anak khususnya saat perkembangan
dini, orang tua harus betul
menjadikannya sebagai perhatian
khusus, karena hal ini tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap
kehidupan anak di masa yang akan
datang. Guna mendukung hal
tersebut berikut adalah beberapa hal

14
yang harus di perhatikan orang tua
mengenai perkembangan anaknya
(Psikologi Perkembangan Anak Usia
Dini http://bidanku.com/psikologi-
perkembangan-anak-usia-
dini#ixzz32igaBe9M diakses pada
Kamis, 15 Mei 2014).
1. Pengertian Motorik Halus
Sumantri (2005:143),
menyatakan bahwa motorik halus
adalah pengorganisasian
penggunaan sekelompok otot-otot
kecil seperti jari-jemari dan tangan
yang sering membutuhkan
kecermatan dan koordinasi dengan
tangan, keterampilan yang
mencakup pemanfaatan
menggunakan alat-alat untuk
mengerjakan suatu objek.
Hal yang sama dikemukakan
oleh Yudha dan Rudyanto

15
(2005:118), menyatakan bahwa
motorik halus adalah kemampuan
anak beraktivitas dengan
menggunakan otot halus (kecil)
seperti menulis, meremas,
menggambar, menyusun balok dan
memasukkan kelereng.
Demikian pula menurut
Bambang Sujiono (2008:12.5)
menyatakan bahwa motorik halus
adalah gerakan yang hanya
melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan oleh otot-
otot kecil, seperti keterampilan
menggunakan jari jemari tangan dan
gerakkan pergelangan tangan yang
tepat. Oleh karena itu, gerakkan ini
tidak terlalu membutuhkan tenaga,
namun gerakan ini membutuhkan
koordinasi mata dan tangan yang
cermat. Semakin baiknya gerakan

16
motorik halus anak membuat anak
dapat berkreasi, seperti menggunting
kertas, menggambar, mewarnai,
serta menganyam. Namun tidak
semua anak memiliki kematangan
untuk menguasai kemampuan ini
pada tahap yang sama.
Perkembangan motorik
merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam perkembangan
individu secara keseluruhan.
Beberapa pengaruh perkembangan
motorik terhadap konstelasi
perkembangan individu menurut
Hurlock (1996) adalah sebagai
berikut:
a. Melalui keterampilan motorik,
anak dapat menghibur dirinya
dan memperoleh perasaan
senang. Seperti anak merasa
senang dengan memiliki

17
keterampilan memainkan
boneka, melempar dan
menangkap bola atau
memainkan alat-alat mainan.
b. Melalui keterampilan motorik,
anak dapat beranjak dari
kondisi tidak berdaya pada
bulan-bulan pertama dalam
kehidupannya, ke kondisi
yang independent. Anak dapat
bergerak dari satu tempat ke
tempat lainnya dan dapat
berbuat sendiri untuk dirinya.
Kondisi ini akan menunjang
perkembangan rasa percaya
diri.
c. Melalui perkembangan
motorik, anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sekolah. Pada usia
prasekolah atau usia kelas-

18
kelas awal Sekolah Dasar,
anak sudah dapat dilatih
menulis, menggambar,
melukis, dan baris-berbaris.
d. Melalui perkembangan
motorik yang normal
memungkinkan anak dapat
bermain atau bergaul dengan
teman sebayannya,
sedangkan yang tidak normal
akan menghambat anak untuk
dapat bergaul dengan teman
sebayanya bahkan dia akan
terkucilkankan atau menjadi
anak yang fringer
(terpinggirkan).
Dari beberapa kajian teori di
atas maka dapat disimpulkan
pengertian motorik halus adalah
kemampuan anak dalam beraktivitas
menggunakan otot – otot halus

19
seperti jari – jemari dan tangan yang
memerlukan control antara mata dan
tangan agar mencapai keterampilan
dengan baik, misal menggunting,
menulis, dan melipat.
2. Perkembangan Motorik
Halus Anak Usia Dini
Kemampuan motorik halus
adalah kemampuan yang
berhubungan dengan keterampilan
fisik yang melibatkan otot kecil dan
koordinasi mata-tangan. Saraf
motorik halus ini dapat dilatih dan
dikembangkan melalui kegiatan dan
rangsangan yang kontinu secara
rutin. Seperti, bermain puzzle,
menyusun balok, memasukan benda
ke dalam lubang sesuai bentuknya,
membuat garis, melipat kertas dan
sebagainya.

20
Kecerdasan motorik halus anak
berbeda-beda. Dalam hal kekuatan
maupun ketepatannya. perbedaan ini
juga dipengaruhi oleh pembawaan
anak dan stimulai yang
didapatkannya. Lingkungan (orang
tua) mempunyai pengaruh yang lebih
besar dalam kecerdasan motorik
halus anak. Lingkungan dapat
meningkatkan ataupun menurunkan
taraf kecerdasan anak, terutama
pada masa-masa pertama
kehidupannya.
Setiap anak mampu mencapai
tahap perkembangan motorik halus
yang optimal asal mendapatkan
stimulasi tepat. Di setiap fase, anak
membutuhkan rangsangan untuk
mengembangkan kemampuan
mental dan motorik halusnya.
Semakin banyak yang dilihat dan

21
didengar anak, semakin banyak yang
ingin diketahuinya. Jika kurang
mendapatkan rangsangan anak akan
bosan. Tetapi bukan berarti anda
boleh memaksa si kecil. Tekanan,
persaingan, penghargaan, hukuman,
atau rasa takut dapat mengganggu
usaha dilakukan si kecil.
Terdapat dua dimensi dalam
perkembangan motorik halus anak
yang di uraikan oleh Gesell
(1971),yaitu:
1.      Kemampuan memegang dan
memanifulasi benda-benda.
2.      Kemampuan dalam
koordinasi mata dan tangan.

3. Kegunaan Motorik Halus


Pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang

22
ditunjukkan kepada anak sejak lahir
dan sampai dengan usia enam
tahun, yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani.
Perkembangan motorik adalah
perkembangan dari unsur
pengembangan dan pengendalian
gerak tubuh.
Perkembangan motorik
berkembang dengan kematangan
syaraf dengan otot. Dalam standar
kompetensi kurikulum TK tercantum
bahwa tujuan pendidikan di TK
adalah membantu mengembangkan
berbagai potensi anak baik psikis
dan fisik yang meliputi moral dan
nilai-nilai agama, sosial emosional,
kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian dan seni untuk

23
memasuki pendidikan selanjutnya.
Memperkenalkan dan melatih
gerakan motorik halus anak,
meningkatkan kemampuan
mengelola,mengontrol gerakan tubuh
dan koordinasi, serta meningkatkan
keterampilan tubuh dengan cara
hidup sehat sehingga dapat
menunjang pertumbuhan jasmani
yang kuat, sehat dan terampil.
4. Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Motorik Halus
Anak Usia Dini
Untuk mencapai tahap
perkembangan motorik sesuai
dengan usia anak, banyak faktor
yang turut mempengaruhi
perkembangan motorik halus anak
usia dini (Rosmala Dewi, 2005: 6 –
8), antara lain:

24
a) Kesehatan ibu saat
mengandung
Keadaan ibu yang cukup
makan, gizi, tenang, dan bahagia
ketika mengandung mempengaruhi
kesehatan bayi. Selanjutnya
kesehatan bayi dalam kandungan
menentukan keaktifan janin dalam
kandungan, hal ini merupakan salah
satu yang turut mempengaruhi
perkembangan motorik anak.
b) Cara melahirkan
Pertolongan saat kelahiran
anak turut menentukan
perkembangan motorik, khususnya
apabila ada kerusakan pada otak
akibat proses pertolongan ketika
lahir.
c) Tingkat kecerdasan
Tingkat kecerdasan yang
dimiliki anak sejak lahir. Jika anak

25
memiliki tingkat kecerdasan yang
tinggi akan menunjukkan
perkembangan motorik yang lebih
cepat dari pada anak yang memiliki
tingkat kecerdasan yang normal dan
dibawah normal.
d) Adanya rangsangan atau
stimulasi
Stimulasi dari lingkungan
keluarga berupa dukungan, pujian,
dan kesempatan memberi motivasi
bagi anak untuk bermain manipulasi
dengan benda – benda dan bentuk.
Semakin banyak latihan otot – otot
tangan akan semakin mempercepat
perkembangan motorik halus.
e) Perlindungan yang
berlebihan
Perlindungan yang berlebihan
seperti, melarang anak bermain
adonan karena takut kotor,

26
menggunting karena takut terluka.
Cara perlindungan yang berlebihan
ini akan melumpuhkan kesiapan
perkembangan kemampuan motorik
halus anak.
f) Cacat fisik
Cacat fisik seperti buta atau
tangan yang kaku akan
memperlambat perkembangan
motorik halus anak.
Selanjutnya pendekatan
pengembangan motorik halus anak
usia TK hendaknya memperhatikan
beberapa prinsip – prinsip sebagai
berikut :
a. Berorientasi Pada Kebutuhan
Anak
Kegiatan pengembangan anak
usia dini harus senantiasa
berorientasi pada kebutuhan anak.
Anak usia dini adalah masa yang

27
sedang membutuhkan stimulasi
secara tepat untuk mencapai
optimalisasi seluruh aspek
pengembangan baik fisik maupun
psikis.

b. Belajar Sambil Bermain


Upaya stimulasi yang diberikan
pendidik terhadap anak usia dini (4 –
6 tahun), hendaknya dilakukan
dalam situasi yang menyenangkan.
Menggunakan pendekatan bermain
anak diajak untuk bereksplorasi,
menemukan, dan memanfaatkan
objek – objek yang dekat dengannya
sehingga diharapkan kegiatan akan
lebih bermakna.
c. Kreatif dan Inovatif
Aktivitas kreatif dan inovatif
dapat dilakukan oleh pendidik
melalui kegiatan – kegiatan yang

28
menarik, membangkitkan rasa ingin
tahu anak, memotivasi anak untuk
berfikir kritis, dan menemukan hal–
hal baru.
d. Lingkungan Kondusif
Lingkungan harus diciptakan
sedemikian menarik, sehingga anak
akan betah. Lingkungan fisik
hendaknya memperhatikan
keamanan dan kenyamanan anak
dalam bermain. Penataan ruang
harus senantiasa disesuaikan
dengan ruang gerak anak dalam
bermain dan tidak menghalangi
interaksi dengan pendidik atau
dengan temannya.
e. Tema
Jika kegiatan yang dilakukan
memanfaatkan tema, maka
pemilihan tema hendaknya
disesuaikan dari hal – hal yang

29
paling dekat dengan anak,
sederhana, dan menarik minat anak.
f. Mengembangkan
Keterampilan Hidup
Proses pembelajaran perlu
diarahkan untuk pengembangan
keterampilan hidup. Pengembangan
keterampilan hidup didasarkan dua
tujuan yaitu: (1) memiliki kemampuan
untuk menolong diri sendiri (self
help), disiplin, dan sosialisasi, dan
(2) memiliki bekal
keterampilan dasar untuk
melanjutkan pada jenjang
selanjutnya.
g. Menggunakan Kegiatan
Terpadu
Kegiatan pengembangan
hendaknya dirancang dengan
menggunakan model pembelajaran
terpadu dan beranjak dari tema yang

30
menarik minat anak (center of
interest).
h. Kegiatan Berorientasi Pada
Prinsip – Prinsip Perkembangan
Anak
Prinsip – prinsip perkembangan
anak usia dini adalah: (1) anak
belajar dengan sebaik – baiknya
apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi
serta merasakan aman dan tentram
secara psikologis, (2) siklus belajar
anak selalu berulang, (3) anak
belajar melalui interaksi sosial
dengan orang dewasa dan anak-
anak lain, (4) minat anak dan
keingintahuannya memotivasi
belajarnya, dan (5) perkembangan
dan belajar anak harus
memperhatikan perbedaan
individual.

31
B. Media Pembelajaran
Menurut Sudjana (2007,2)
manfaat media pengajaran dalam
proses belajar antara lain :
a. Pengajaran akan lebih
menarik perhatian anak
didik sehingga dapat
menumbuhnya motivasi
belajar.
b. Bahan pengajaran akan
lebih jelas maknanya
sehingga akan lebih
dipahami oleh para anak
didik, dan memungkinkan
siswa menguasai tujuan
pengajaran.
c. Metode mengajar akan
lebih bervariasi tidak
semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan
kata-kata oleh

32
guru,sehingga anak didik
tidak bosan.
d. Siswa lebih banyak
melakukan kegiatan
belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian
tetapi juga beraktifitas lain
seperti
mendemonstrasikan.
Gambar merupakan media
untuk berkomunikasi dengan orang
lain. Gambar berfungsi sebagai
stimulasi munculnya ide, pikiran
maupun gagasan baru. Gagasan ini
selanjutnya mendorong anak untuk
berbuat, mengikuti pola berfikir
seperti gambar atau justru muncul
ide baru dan menggugah rasa
(Pamadhi, 2008:2-8). Dalam proses
belajar mengajar gambar yang
digunakan mampu membantu apa

33
yang akan dijelaskan oleh guru,
memiliki kualitas yang baik dalm arti
memilik itujuan yang relevan, jelas,
mengandung kebenaran, auntentik,
aktual lengkap, sederhana, menarik
dan memberikan sugesti terhadap
kebenaran itu sendiri.
C. Anak Usia Dini
1. Pengertian Anak Usia Dini
Yang dimaksud dengan anak
Prasekolah adalah individu yang
berusia antara 3 – 6 tahun ( Biechler
dan Snowman dalam Soemiarti
Patmonodewo, 2003: 9), dan
biasanya mengikuti program
prasekolah atau kinderganten.
Sedangkan di Indonesia, umumnya
mengikuti program Tempat Penitipan
Anak ( 3 tahun – 5 tahun) dan
Kelompok Bermain (usia

34
3 tahun), sedangkan pada usia 4 – 6
tahun biasanya mengikuti program
Taman Kanak – Kanak.
Berdasarkan undang – undang
nomor 2 tahun 2003 pasal 28 ayat 1
yang termasuk anak usia dini adalah
anak yang masuk dalam rentang
usia 0 – 6 tahun, ( dalam Maimunah
Hasan, 2009 : 17).
Dari beberapa kajian teori di
atas dapat disimpulkan pengertian
anak usia dini adalah kelompok
individu yang berada pada usia 0 – 8
tahun yang sedang mengalami
proses pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat.
2. Ciri – Ciri Perkembangan Anak
Usia Dini
Menurut ( Snowman dalam
Soemiarti Patmonodewo, 2003: 32 –
36), mengemukakan ciri – ciri anak

35
prasekolah ( 3 – 6 tahun ) yang
meliputi aspek fisik, sosial, emosi,
dan kognitif anak adalah sebagai
berikut:
a. Ciri Fisik Anak Prasekolah
atau TK
Penampilan maupun gerak
gerik prasekolah mudah dibedakan
dengan anak yang berada dalam
tahapan sebelumnya.
1) Anak prasekolah
umumnya sangat aktif. Anak
telah memiliki penguasaan
(control) terhadap tubuhnya
dan sangat menyukai
kegiatan yang dilakukan
sendiri.
2) Otot – otot besar pada
anak prasekolah lebih
berkembang dari pada
control terhadap jari dan

36
tangan. Oleh karena itu
biasanya anak belum
terampil, belum bisa
melakukan kegiatan yang
rumit seperti, mengikat tali
sepatu.
3) Anak masih sering
mengalami kesulitan apabila
harus memfokuskan
pandangannya pada objek –
objek yang kecil ukurannya,
itulah sebabnya koordinasi
tangan dan matanya masih
kurang sempurna.
4) Walaupun tubuh anak ini
lentur, tetapi tengkorak
kepala yang melindungi otak
masih lunak (soft).
Hendaknya berhati – hati bila
anak berkelahi dengan
temannya, sebaiknya dilerai

37
dan dijelaskan kepada anak
– anak mengenai bahaya
berkelahi.
5) Anak lelaki lebih besar,
dan anak perempuan lebih
terampil dalam tugas yang
bersifat praktis, khususnya
dalam tugas motorik halus.
b. Ciri Sosial Anak Prasekolah
atau TK
Anak prasekolah biasanya
mudah bersosialisasi dengan orang
di sekitarnya.
1) Umumnya anak pada
tahapan ini memiliki satu
atau dua sahabat, tetapi
sahabat ini cepat berganti.
Anak – anak umumnya dapat
cepat menyesuaikan diri
secara sosial, anak mau
bermain dengan teman.

38
Sahabat yang dipilih
biasanya yang sama jenis
kelaminnya, tetapi kemudian
berkembang sahabat yang
terdiri dari jenis kelamin yang
berbeda.
2) Kelompok bermainnya
cenderung kecil dan tidak
terlalu terorganisasi secara
baik, oleh karena itu
kelompok tersebut cepat
berganti – ganti.
3) Anak yang lebih muda
seringkali bermain
bersebelahan dengan anak
yang lebih besar.
c. Ciri Emosional Pada Anak
Usia Prasekolah atau TK
1) Anak TK cenderung
mengekspresikan emosinya
dengan bebas dan terbuka.

39
Sikap marah sering
diperlihatkan oleh anak pada
usia tersebut.
2) Iri hati pada anak
prasekolah sering terjadi.
Mereka seringkali
memperebutkan perhatian
guru.
d. Ciri Kognitif Pada Anak Usia
Prasekolah atau TK
Anak prasekolah umumnya
telah terampil dalam berbahasa.
Sebagian besar senang bicara,
khususnya dalam kelompoknya.
Sebaiknya anak diberi kesempatan
untuk berbicara. Dan sebagian anak
perlu dilatih untuk menjadi
pendengar yang baik. Meskipun
anak – anak tumbuh dan
berkembang dengan cara yang unik,
semua anak – anak mengalami

40
kemajuan melalui rangkaian tahap
perkembangan yang diperkirakan.
Dalam tahap – tahap tersebut,
terdapat ciri – ciri umum yang
ditemukan pada anak – anak yang
seusia, (dalam Kenni Dewi Juwita,
dkk, 2000: 25 – 28), yaitu:
1) Ciri – Ciri Umum Anak
Usia Tiga – Empat Tahun:
(1) bersemangat, menawan
dan sekaligus kasar, (2)
kesulitan untuk membedakan
antara khayalan dan
kenyataan, (3) pengatur dan
penuntut, (4) mulai
memahami bahwa tindakan
anak berdampak dan belajar
membuat batasan – batasan,
(5) mengembangkan
kemampuan bahasa dengan
cepat, dan (6) memiliki

41
tenaga yang besar, tetapi
rentan konsentrasinya
pendek, dan cenderung
berpindah – pindah dari satu
kegiatan ke kegiatan yang
lain.
2) Ciri – Ciri Umum Anak
Usia Empat – Lima Tahun:
(1) merasa tidak dapat
dikalahkan dan siap
menerima tantangan baru,
(2) mulai terlibat dalam
permainan sosial yang rumit
dan kooperatif, (3) mulai
menunjukkan empati pada
orang lain, (4) dapat
berbicara mengenai
perasaan sendiri atau orang
lain, (5) mulai dapat
memusatkan perhatian pada
topik yang menarik, (6)

42
mengembangkan kosa kata,
menggunakan susunan
kalimat yang sempurna, dan
tata bahasa yang lebih rumit,
(7) merasa nyaman
berbohong, tapi marah jika
orang dewasa ingkar, dan (8)
mengembangkan
keterampilan motorik kasar,
dan melakukan senam fisik
yang tiada henti.
3) Ciri – Ciri Umum Usia
Lima – Enam Tahun: (1)
sangat manis dan ingin
menyenangkan orang
dewasa, (2) sangat sosial
dan bermain bersama tiga
atau empat teman pada saat
bersamaan, (3) memiliki
rentan konsentrasi yang
lebih lama, (4)

43
perkembangan bahasa
mencapai kemahiran, (5)
mulai mengembangkan
kemampuan motorik yang
lebih baik, (6) berkembang
antara perilaku yang menurut
dan menentang, dan (7) jujur
dan rinci, dan senang
keteraturan dan keajegan.
3. Faktor Yang
Mempengaruhi Perkembangan
Anak Usia Dini
Tugas – tugas perkembangan
harus diselesaikan oleh anak sampai
selesai dan tuntas. Keberhasilan
atau kegagalan dalam menguasai
tugas – tugas perkembangan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor pendukung yang dipaparkan
oleh ( Lusi Nuryanti, 2008: 53) yaitu :
(1) tingkat perkembangan yang

44
normal, (2) kesempatan untuk
mempelajari tugas –
tugas perkembangan tersebut
dengan arahan dan bimbingan yang
tepat, (3) motivasi yang tinggi, (4)
kesehatan fisik yang baik dan tidak
memiliki ketunaan secara fisik, (5)
tingkat kecerdasan yang memadai,
dan (6) kreativitas.
Menurut ( Syamsu Yusuf, 2004:
31 – 35), dikemukakan ada beberapa
faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak usia dini yaitu :
a. Hereditas ( Keturunan atau
Pembawaan)
Hereditas merupakan faktor
pertama yang mempengaruhi
perkembangan individu. Dalam hal
ini hereditas diartikan sebagai “
totalitas karakteristik individu yang
diwariskan orang tua kepada anak,

45
atau segala potensi, baik fisik
maupun psikis yang dimiliki individu
sejak masa konsepsi (pembuahan
ovum oleh sperma) sebagai
pewarisan dari pihak orang tua
melalui gen – gen ”.
b. Lingkungan Perkembangan
Lingkungan perkembangan
merupakan “ berbagai peristiwa,
situasi, atau kondisi di luar organism
yang diduga mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh perkembangan
individu ”. Lingkungan ini terdiri atas :
(a) fisik, yaitu meliputi segala
sesuatu dari molekul yang ada di
sekitar janin sebelum lahir sampai
kepada rancangan arsitektur suatu
rumah, dan (b) sosial, yaitu meliputi
seluruh manusia yang secara
potensial mempengaruhi dan

46
dipengaruhi oleh perkembangan
individu.
Hampir senada dengan
pengertian di atas, ( J.P. Chaplin
dalam Syamsu Yusuf, 2004: 35),
mengemukakan bahwa lingkungan
merupakan “ keseluruhan aspek atau
fenomena fisik dan sosial yang
mempengaruhi organism individu ”.
Sementara itu, ( Joe Kathena dalam
Syamsu Yusuf, 2004: 35 ),
mengemukakan bahwa lingkungan
itu merupakan segala sesuatu yang
berada di luar individu yang meliputi
fisik dan sosial budaya.
Lingkungan ini merupakan
sumber seluruh informasi yang
diterima individu melalui alat
inderanya: penglihatan, penciuman,
pendengaran, dan rasa.

47
Hal serupa juga diungkapkan
oleh (Kartini Kartono, 2007: 21),
bahwa perkembangan anak tidak
berlangsung secara mekanis –
otomatis. Sebab perkembangan
tersebut sangat bergantung pada
beberapa faktor secara simultan,
yaitu : (1) faktor herediter (warisan
sejak lahir, bawaan), (2) faktor
lingkungan yang menguntungkan,
atau yang merugikan, (3)
kematangan fungsi – fungsi organis
dan fungsi – fungsi psikis, dan (4)
aktivitasanak sebagai subyek bebas
yang berkemauan, kemampuan
seleksi, bisa menolak atau
menyetujui, punya emosi, serta
usaha membangun diri sendiri.
4. Upaya Meningkatkan
Perkembangan Anak Usia Dini

48
Menurut ( Child & Family
Canada dalam Lusi Nuryanti, 2008:
67 – 69 ), salah satu Departemen di
Kanada yang bertugas mengelola
dan melayani urusan anak dan
keluarga, terdapat beberapa hal
yang diperlukan oleh anak – anak
pada masa kanak – kanak akhir
untuk berkembang secara sehat.
Yang diperlukan anak, yaitu bermain,
bersahabat, dan mengisi
waktu bersama keluarga.
a. Bermain
Bermain sangat penting bagi
anak-anak pada periode ini. Bermain
menyediakan kesempatan bagi anak
untuk : (1) menguji kemampuan
mereka, (2) mengekspresikan emosi,
(3) bereksperimen dengan peran,
dan (4) belajar tentang aturan dan
harapan.

49
b. Bersahabat
Anak – anak memerlukan
interaksi yang positif dengan teman –
teman sebaya mereka. Teman
sebaya menjadi model atau contoh
tentang cara berperilaku terhadap
teman – teman sebaya.
c. Mengisi waktu bersama
keluarga
Waktu yang cukup bersama
keluarga akan menjadi kesempatan
yang bagus bagi anak untuk
mengembangkan harga diri. Waktu
bersama keluarga sangat
bermanfaat bagi anak dan juga
orang tua karena : (1) membuat
orang tua memahami kebutuhan
dasar anak, (2) membuat anak
gembira, (3) membuat orang tua
responsive terhadap kondisi anak,
(4) membuat orang tua member

50
penghargaan yang tepat terhadap
apa yang dimiliki dan prestasi yang
dicapai anak, dan (5) menunjukkan
cinta orang tua tanpa syarat.
Dipaparkan ( dalam Slamet
Suyanto, 2005: 119 – 121 ), bahwa
bermain memiliki peran penting
dalam perkembangan anak pada
hampir semua bidang
perkembangan, baik perkembangan
fisik – motorik, bahasa, intelektual,
moral sosial, maupun emosional
1. Kemampuan Motorik
Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa bermain
memungkinkan anak bergerak
secara bebas sehingga anak mampu
mengembangkan kemampuan
motoriknya. Pada saat bermain anak
berlatih menyesuaikan antara pikiran

51
dan gerakan menjadi suatu
keseimbangan.
Menurut Piaget, anak terlahir
dengan kemampuan reflek,
kemudian belajar menggabungkan
dua atau lebih gerak reflek, dan pada
akhirnya anak mampu mengontrol
gerakannya. Melalui bermain anak
belajar mengontrol gerakannya
menjadi gerak terkoordinasi.
2. Bermain Mengembangkan
Kemampuan Kognitif
Anak belajar memahami
pengetahuan dengan berinteraksi
melalui objek yang ada di sekitarnya.
Bermain memberikan kesempatan
kepada anak untuk berinteraksi
dengan objek. Anak memiliki
kesempatan menggunakan indranya.
Seperti menyentuh, mencium,
melihat, dan mendengarkan untuk

52
mengetahui sifat – sifat objek. Dari
penginderaan tersebut anak
memperoleh fakta – fakta, informasi,
dan pengalaman yang akan menjadi
dasar untuk berpikir abstrak.
3. Kemampuan Afektif
Setiap permainan memiliki
aturan. Aturan akan diperkenalkan
oleh teman bermain sedikit demi
sedikit, tahap demi tahap sampai
setiap anak memahami aturan
bermain. Oleh karena itu, bermain
akan melatih anak menyadari
adanya aturan dan pentingnya
mematuhi aturan. Hal itu merupakan
tahap awal dari perkembangan moral
(afeksi).
4. Kemampuan Bahasa
Pada saat bermain anak
menggunakan bahasa, baik untuk
berkomunikasi dengan temannya

53
maupun sekedar menyatakan
pikirannya (thinking aloud). Ketika
anak bermain dengan temannya
mereka juga saling berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa anak,
dan itu berarti secara tidak langsung
anak belajar bahasa.
5. Kemampuan Sosial
Pada saat bermain anak
berinteraksi dengan anak yang lain.
Interaksi tersebut mengajarkan anak
cara merespons, memberi, dan
menerima, menolak, atau setuju
dengan ide, dan perilaku anak yang
lain. Hal itu sedikit demi sedikit akan
mengurangi rasa egosentris anak
dan mengembangkan kemampuan
sosialnya. Kompetensi anak perlu
dikembangkan melalui interaksi,
minat, kesempatan, mengagumi, dan
kasih sayang. ( Ainsworth, Wittig dan

54
Shite dalam Slamet Suyanto, 2005:
121), menjelaskan cara
mengembangkan agar anak dapat
berkembang menjadi kompeten
dengan cara sebagai berikut: (1)
Lakukan interaksi sesering mungkin
dan bervariasi dengan anak, (2)
tunjukkan minat terhadap apa yang
dilakukan dan dikatakan anak, (3)
berikan kesempatan kepada anak
untuk meneliti dan mendapatkan
pengalaman dalam banyak hal, (4)
berikan kesempatan dan doronglah
anak untuk melakukan berbagai
kegiatan secara mandiri, (5)
doronglah anak agar mau mencoba
mendapatkan keterampilan dalam
berbagai tingkah laku, (6) tentukan
batas – batas tingkah laku yang
diperbolehkan oleh lingkungannya,
(7) kagumilah apa yang dilakukan

55
anak, dan (8) sebaiknya apabila
berkomunikasi dengan anak, lakukan
dengan hangat dan dengan
ketulusan hati.
Menurut (Syamsu Yusuf, 2008:
95 – 98), sekolah merupakan
lembaga pendidikan formal yang
secara sistematik melaksanakan
program bimbingan, pengajaran, dan
latihan dalam rangka membantu
siswa agar mampu mengembangkan
potensinya, baik yang menyangkut
aspek moral – spiritual, intelektual,
emosional, maupun sosial.
Mengenai peranan sekolah
dalam mengembangkan kepribadian
anak, (Hurlock dalam Syamsu Yusuf,
2008: 95), mengemukakan bahwa
sekolah merupakan faktor penentu
bagi perkembangan kepribadian
anak (siswa), baik dalam cara

56
berpikir, bersikap, maupun cara
berperilaku. Sekolah berperan
sebagai subtitusi keluarga dan guru
subtitusi orang tua. Ada beberapa
alasan, mengapa sekolah
memainkan peranan yang berarti
bagi perkembangan anak, yaitu (a)
siswa harus hadir di sekolah, (b)
sekolah memberi pengaruh kepada
anak secara dini seiring dengan
masa perkembangan “ konsep
dirinya”, (c) anak – anak banyak
menghabiskan waktunya di sekolah
daripada di tempat lain di luar rumah,
(d) sekolah memberikan kesempatan
kepada anak untuk meraih sukses,
dan (e) sekolah memberikan
kesempatan pertama kepada anak
untuk menilai dirinya dan
kemampuannya secara realistik.
5. Minat pada Anak Usia Dini

57
Minat merupakan sumber
motivasi yang mendorong orang
untuk melakukan apa yang mereka
inginkan bila mereka bebas memilih.
Bila mereka melihat sesuatu akan
menguntungkan mereka merasa
berminat. Ini kemudian
mendatangkan kepuasaan. Bila
kepuasan berkurang maka minatpun
berkurang. Setiap minat memuaskan
kebutuhan dalam kehidupan anak,
walaupun kebutuhan ini tidak segera
tampak bagi orang dewasa .
Semakin kuat kebutuhan ini, semakin
kuat dan bertahan pada minat
tersebut (Hurlock.1978 :114 ).
Ciri-ciri minat anak menurut
Hurlock (1978:115) antara lain
sebagai berikut :

58
a) Minat tumbuh
bersamaan dengan
perkembangan fisik.
b) Minat bergantung pada
kesiapan belajar.
c) Minat bergantung pada
kesempatan belajar.
d) Perkembangan minat
mungkin terbatas.
e) Minat dipengaruhi
pengaruh budaya.
f) Minat itu egosentris.
Peserta didik akan terdorong
untuk belajar manakala mereka
memiliki minat untuk belajar. Oleh
sebab itu, mengembangkan minat
belajar peserta didik merupakan
salah satu tehnik dalam
mengembangkan motivasi siswa.
Beberapa cara dapat dilakukan
untuk membangkitkan minat belajar

59
siswa menurut Sanjaya (2006 : 28-29
) diantaranya :
a) Hubungkan bahan
pelajaran yang akan
diajarkan dengan
kebutuhan peserta didik.
b) Sesuaikan materi pelajaran
dengan tingkat pengalaman
dan kemampuan siswa.
c) Ciptakan suasana yang
menyenangkan dalam
belajar.
d) Berilah pujian yang wajar
terhadap setiap
keberhasilan siswa.

60
BAB

III

61
BAB III
ISI

A. Subyek Penelitian
Adapun subyek penelitian ini
adalah guru yang ingin melakukan
perbaikan dalam pembelajaran dan
siswa kelompok B TK PGRI Harapan
Bangsa Tahun Pelajaran 2018/2019.
Dalam penelitian ini guru berperan
sebagai peneliti.

1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian adalah TK
PGRI Harapan Bangsa Kecamatan
Jenu Waktu penelitian
Waktu penelitian dengan rentang
waktu siklus I tanggal 4 April 2019
Siklus II tgl 11 April 2019

62
2. Tema
Tema dan subtema penelitian adalah
: Air,Udara dan Api,sub tema : Air
3. Kelompok
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti
anak dikelompok B di TK PGRI
Harapan Bangsa .

NO NAMA L P

1. Lian v

2. Ajeng v

3. Lucky v

4. Arya v

5. Chery v

6. Ayub v

7. Yasmin v

8. Sofika v v

63
9. Alawi v

1O. Dinda v

B. Deskripsi Rencana Tiap Siklus


1. Rencana Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian ini akan
dilaksanakan dalam dua siklus, untuk
siklus I tgl 4 April 2019. Deskripsi
setiap siklus adalah sebagai berikut :
a. Deskripsi Siklus I
Tujuan perbaikan siklus I adalah
peningkatan kemampuan mencetak
dengan media daun pada anak
kelompok B TK PGRI Harapan
Bangsa

1. Perencanaan

64
 Tindakan yang akan dilakukan
Sebelum melakukan
penelitian, peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan masalah
serta membuat rencana tindakan.
Pada tahap ini direncanakan semua
kegiatan yang menunjang
kelancaran perbaikan pembelajaran
dengan tema air,udara dan api
dengan sub tema air direncanakan
sebagai berikut :
a. Membuat rencana perbaikan
b. Membuat media dari daun dengan
memakai pasta warna
c. Membuat lembar penilaian
d. Mengindentifikasi kreativitas anak
dengan media daun dari yang kecil
kebesar.
e. Menentukan indikator yang ingin
dicapai
2. Langkah-langkah perbaikan

65
a. Rencana perbaikan yang perlu
dilakukan adalah peningkatan
kemampuan mencetak dengan
media.
b. Guru menjelaskan langkah-langkah
kegiatannya
c. Guru menyiapkan lembar kerja,pasta
warna dan daun kecil besar sesuai
tema dengan sejumlah anak.
d. Guru membagikan peralatan yang
akan digunakan
e. Anak-anak mengerjakan tugas
f. Guru mengadakan evaluasi dengan
melihat ketepatan dan kerapian.

b. Deskripsi siklus II

66
Dalam deskripsi siklus II ini peneliti
mengamati tingkatan antusias anak
dengan mencetak dengan media
gelembung pada TK PGRI Harapan
Bangsa
1. Perencanaan
 Tindakan yang dilakukan
Sebelum melakukan
penelitian, menyusun rumusan
masalah, tujuan masalah serta
membuat rencana tindakan. Pada
tahap ini direncanakan semua
kegiatan yang menunjang
kelancaran perbaikan pembelajaran
pada tanggal 11 April 2019 dengan
tema air,udara dan api dengan sub
tema air direncanakan sebagai
berikut :
a. Membuat rencana perbaikan
b. Membuat media dari gelembung
dengan memakai air,lem

67
rajawali,sunlight,pasta
warna,sedotan dan gelas plastik.
c. Membuat lembar penilaian
d. Mengindentifikasi kreativitas anak
mencetak dengan media gelembung.
e. Menentukan indikator yang ingin
dicapai
2. Langkah-langkah perbaikan
a. Rencana perbaikan yang perlu
dilakukan adalah peningkatan
kemampuan mencetak dengan
media.
b. Guru menjelaskan langkah-
langkah kegiatannya
c. Guru menyiapkan lembar
kerja,media dari gelembung sesuai
tema .
d. Guru membagikan peralatan yang
akan digunakan
e. Anak-anak mengerjakan tugas

68
f. Guru mengadakan evaluasi
dengan melihat kerapian dan
keberanian.

2. Prosedur Pelaksanaan
Adapun dalam prosedur
pelaksanaan ini peneliti dibantu
rekan guru untuk membantu
merekam proses pembelajaran di
bagian kegiatan inti.
Prosedur pelaksanaan kegiatan
pengembangan
1) Kegiatan Pembukaan
1. Guru membuka dengan salam
2. Guru mengajak berdoa sebelum
kegiatan
3. Guru mengabsen siswa yang hadir

2) Kegiatan Inti

69
1. Guru menjelaskan tentang cara
mencetak dengan media gelembung
2. Guru membagikan alat yang
digunakan untuk mencetak sejumlah
anak.
3. Guru mengajak siswa untuk memulai
kegiatan mencetak dengan media
gelembung
4. Guru mengamati dan membimbing
sebagai evaluasi pembelajaran
3) Istirahat
1. Anak diajak berdoa sebelum makan
2. Cuci tangan + makan
3. Berdoa sesudah makan
4. Bermain

4) Penutup

70
1. Tanya jawab tentang kegiatan yang
baru dilaksanakan
2. Guru memberi motivasi belajar
3. Berdoa sebelum pulang
4. Mengucap salam,pulang
3.Rencana Pengamatan dan
Pengumpulan data
Adapun data yang diperlukan
dalam penelitian ini adalah data
tentang peningkatan kemampuan
mencetak dengan media gelembung.
Data tersebut didapat dengan
memperhatikan indikator kerapian
dan keberanian. Instrumen tersebut
disusun sebagai berikut :
Aspek yang dinilai
Kerapian Keberanian
No. Nama Anak

1. Lian

71
2. Ajeng
3. Lucky
4. Arya
5. Chery
6. Ayub
7. Yasmin
8. Sofika
9. Alawi
10. Dinda

= anak belum
mencapai indikator
= anak mampu
dengan bantuan
= anak mampu
secara mandiri
= anak sangat
mampu

72
4.Rencana Refleksi
Refleksi dilakukan setiap hari
setelah melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan dibantu oleh
Kepala Sekolah. Cara melakukan
refleksi adalah melihat dari
kelemahan dan kelebihan dari setiap
RPPH yang dilaksanakan. Dengan
melakukan refleksi bisa diketahui
tingkat kelemahan dan kekurangan
serta kelebihan dari setiap RPPH,
dan untuk mengetahui apakah
perbaikan sudah sesuai dengan
tujuan atau belum.

73
LEMBAR REFLEKSI
SETELAH MELAKUKAN
PEMBELAJARAN

Nama : .......................
TK : ...................
Pertemuan ke: ...................
1. Bagaimana reaksi anak terhadap
proses pengembangan yang saya
lakukan ?
.................................................................
...............................................
2. Secara keseluruhan apa saja
kelemahan saya dalam kegiatan
pengembangan yang saya lakukan?
...........................................................
...........................................

74
3. Secara keseluruhan apa saja
kelebihan saya dalam
pengembangan yang saya lakukan ?
...........................................................
...........................................
4. Hal-hal unik apa yang saya temui
dalam kegiatan pengembangan ?
...........................................................
.....................................................
5. Setelah mengetahui kelemahan dan
kelebihan saya,maka apa yang akan
saya lakukan untuk meningkatkan
kualitas kegiatan pengembangan
berikutnya ?
...........................................................
...........................................................

75
BAB
IV

76
BAB IV

KESIMPULAN

Peningkatan kemampuan
Mencetak dengan media gelembung
pada anak Kelompok B di TK PGRI
Harapan Bangsa Tahun Pelajaran
2018/2019.
Identifikasi Masalah:
1. Sistem pembelajaran yang kurang
bervariasi
2.Kreativitas siswa kurang
berkembang
Bagaimana Peningkatan
Kemampuan Mencetak dengan
Media Gelembung pada anak
kelompok B TK PGRI Harapan
Bangsa .
Setelah diadakan variasi
pembelajaran dalam hal mencetak

77
dengan media mencetak dengan
gelembung allhamdulillah anak-anak
lebih antusias dan semangat dalam
pembelajaran mencetak.
Harapan Penulis semoga dapat
menambah variasi dalam
pembelajaran mencetak bagi
pendidik yang lain.

78
DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Mohammad. 2008.


Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Wacana Prima.
Depdiknas. 2007. Bidang
Pengembangan Berbahasa di TK.
Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Bidang
Pengembangan Membaca dan
Menulis Melalui Permainan.
Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Bidang
Pengembangan Model
Pembelajaran di TK. Jakarta:
Depdiknas.

Haryadi. 2007. Retorika


Membaca Model, Metode dan
Teknik. Semarang:
Rumah Indonesia.

79
Hurlock, Elizabeth. 1978.
Perkembangan Anak Vol 2.
Jakarta: Erlangga
Pamadhi dan Sukardi. 2008.
Seni Keterampilan Anak. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prekada
Media
Sudjana dan Ahmad Rifa’i, 2007.

Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Sumber : Psikologi Perkembangan


Anak Usia Dini
http://bidanku.com/psikologi-

80
perkembangan-anak-usia-
dini#ixzz32igaBe9M
Drs. MS. Sumantri, 2005. Model
Pengembangan Keterampilan
Motorik Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas,Dirjen Dikti.
Yuniarni, Desni. 2010. Metode
Pengembangan Anak Usia Dini:
Pontianak.
Musbikin, Imam. 2012. Tumbuh
Kembang Anak. Jogjakarta: Flash
Book.
http://www.ibudanbalita.net/142/hal-
yang-harus-dihindari-dalam-
mendidik-anak.html
http://www.scribd.com/doc/
94367221/perkembangan-Anak-
Usia-Dini
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan
Supardi. 2007. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

81
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Dewi, Rosmala. 2005. Berbagai
Masalah Anak TK. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan
Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Hartati, Sofia. 2005. Perkembangan
Belajar Pada Anak Usia Dini.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Direktorat
Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan Dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.
Hildayati, Rini dkk. 2005. Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta:
Penerbit Universitas Terbuka.

82
Juwita, Kenny Dewi dan Sanjaya, I
Gusti Nyoman dan Ginting, Enda E.
2000. Menciptakan Kelas Berpusat
Pada Anak: 3 – 5 Tahun.
Washington, DC: Children
Resources International, Inc.
Kartono, Kartini. 2007: Psikologi
Anak ( Psikologi Perkembangan ).
Bandung: Penerbit Mandar Maju
Kunandar, 2008. Penelitian Tindakan
Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA.
Nurhayati, Lusi. 2008. Psikolodi
Anak. Jakarta: PT Indeks.
Patmonodewo, Soemiarti. 2003.

Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta:

PT Asdi Mahasatya.

83
Rahayu, Liswidyawati. 2010. 20 Fun
Activities For Todller. Surakarta:
Indiparent.
Saputra M, Yudha dan Rudyanto.
2005. Pembelajaran Kooperatif untuk
Meningkatkan Keterampilan Anak
TK. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Direktorat
Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan Dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009.
Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: PT Indeks.
Sujiono, Bambang dkk. 2007.
Metode Pengembangan Fisik.
Jakarta: Penerbit Universitas
Terbuka.
Sumanto. 2005. Pengembangan
Kreativitas Seni Rupa Anak TK.

84
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Direktorat
Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan Dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.
Sumantri. 2005. Model
Pengembangan Keterampilan
Motorik Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan
Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

85
LAMPIRAN

86
MENCETAK DENGAN MEDIA
GELEMBUNG
Bahan yang digunakan

87
Membuat bahan gelembung

Mencetak gelembung dikertas


gambar

88
Anak-anak mencoba/praktek

89
Hasil mencetak dengan media
gelembung

90
91
92

Anda mungkin juga menyukai