Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PENGARUH KEGIATAN MENCOCOK GAMBAR

TERHADAP MOTORIK HALUS ANAK

Euis Susanti1, Anita Puji Astutik2, Yuyun Sukarni3

Abstrak
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan
Motorik halus anak terutama pada kegiatan mencocok pada siswa kelas B KB
DAHLIA. Tindakan yang dilakukan guru untuk mengatasi permasalahan
ini adalah dengan melakukan kegiatan mencocok gambar, dengan Tujuan
kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang penulis Lakukan adalah untuk
menganailisis apakah kegiatan mencocok gambar berpengaruh terhadap motorik
halus siswa pada kelompok B KB DAHLIA Desa Cipayung Kec. Megamendung
Tahun pelajaran 2022/2023. Penelitian ini dilaksanakan pada Semesterv1 Tahun
Pelajaran 2022/2023 dengan jumlah anak 10 orang. Terdiri dari 3 laki-laki
dan 7 perempuan. Dalam penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini dilakukan dalam
2 siklus, dari hasil tindakan yang dilakukan terbukti dapat meningkatkan
ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa secara garis besar keiatan mencocok gambar
berpengaruh terhadap motorik halus anak, sehingga minat anak terangsang untuk
mengerjakan dengan baik dan rapi sesuai dengan ketentuan yang diperoleh di
kelas, memberikan keterampilan dengan proses yang dilakukan. Kegiatan
mencocok gambar perlu dilakukan lebih optimal lagi dan memilih alat serta
media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat melatih
kemampuan gerak motorik halus anak pada setiap pengembangan.

Kata Kunci : Analisis, Motorik Halus, Mencocok gambar

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Berdasarkan UU. No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan
Nasional dalam pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

1
Mahasiswa Program S1 PG PAUD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Terbuka, NIM 857295031, Email : euismaizya@gmail.com
2
Tutor Program S1 PG PAUD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Terbuka, Email : anitapujiastutik@umsida.ac.id
3
Tutor Program S1 PG PAUD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Terbuka, Email : yunyns@gmail.com
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Taman kanak-kanak ( TK ) salah satu Pendidikan Anak Usia
Dini pada rentang usia 4-6 tahun. Para pendidik lembaga ini harus dapat
memberikan pelayanan secara professional pada anak didiknya dalam rangka
peletakan dasar pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Agar
anak didiknya mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan serat
mempersiapkan diri mereka untuk memasuki pendidikan dasar (
Gunarti,2008:123 ).
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 pada ketentuan umum pasal 1ayat 10 dan
Permendikbud RI Nomor 146 Tahun 2014 pasal 1 dijelaskan bahwa
Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui
pemberian rancangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Dalam proses pendidikan, anak usia dini membutuhkan keteladanan,
motivasi, pengayoman/perlindungan, dan pengawasan secara
berkesinambungan sebagaimana dicontohkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam
filosofi: ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri
handayani. ( Lampiran I Permendikbud No. 146 Tahun 2014).
Upaya tersebut tidak mudah, oleh sebab itu para pendidik harus
membekali diri mereka dengan kemampuan merancang serta
melaksanakan program kegiatan utuh yang dapat dicapai melalui tema-tema
yang sesuai dengan lingkungan dan perkembangan anak.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 pada ketentuan umum pasal 10 ayat 1
disebutkan juga bahwa lingkup perkembangan sesuai tingkat usia anak
meliputi aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-
emosional, dan seni.
Dalam buku Anak Prasekolah (2000) tertulis bahwa masa lima tahun
pertama adalah masa pesatnya perkembangan motorik anak. Motorik adalah
semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh.
Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan
jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang
terkoordinasi. Perkembangan tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan
kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut
terjadi, anak akan tidak berdaya. Kondisi ketidak berdayaan tersebut berubah
secara cepat 4 atau 5 tahun pertama kehidupannya, anak dapat mengendalikan
gerakan kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian tubuh yang digunakan
untuk berjalan, dan sebagainya. Setelah berusia 5 tahun koordiansi otot-otot
tubuhnya semakin baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil
yang digunakan untuk menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis
menggunakan alat ( Aisyah 2009:4,35 ).
Untuk mengoptimalkan perkembangan fisik-motorik anak usia
dini, khususnya usia sampai 4 tahun selain kematangan diperlukan intervensi
yang tepat dengan perkembangan anak tersebut. Pada masa usia dini
merupakan usian yang paling tepat memulai perkembangan potensi yang ada
pada anak atau yang sering disebut masa keemasan ( Golden Age ). Anak
pada masa usia ini masih sangat membutuhkan bimbingan dan motivasi
untuk berkembang dalam peroses belajar mengajar di TK/PAUD. Guru harus
bisa menciptakan suasana belajar yang dapat memotifasi anak dalam
mengikuti pelajaran di kelas, sehingga anak dapat aktif dan termotivasi dalam
kegiatan pembelajaran.
Kebanyakan anak sulit untuk diajak belajar karena terkadang anak
sering melakukan kegiatannya di sekolah degan bermain, sehingga guru
mengajak anak bermain sambil belajar dengan cara mencocok gambar.
Sebelumnya memang anak belum bisa namun setelah anak diajak mencocok
dan diarahkan anakpun bisa mengikuti walaupun belum terlalu rapi, anak
tidak mengikuti garis-garis pada pola gambar sehingga hasil gambarnya masih
belum rapi. Namun ada pula anak yang sudah paham dan mengerti sehingga ia
bisa mengikuti garis-garis pada pola gambar tersebut.
Setiap anak dapat menjadi kreatif, mereka mempunyai motivasi kuat
untuk menunjukkan gagasan-gagasan barunya atau hasil ciptaannya. Maka,
saat anak bermain bebas guru semestinya dapat menumbuhkan kepercayaan
dan kemauan anak agar berani berekpresi atau menjelaskan gagasan barunya
pada teman atau gurunya.
Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru KB Dahlia. Ada beberapa
orang anak yang pertumbuhan perkembangan motoriknya belum berkembang
terutama motorik halusnya. kebanyakan anak sulit untuk diajak belajar karena
terkadang anak sering melakukan kegiatannya di sekolah degan bermain,
sehingga guru mengajak anak bermain sambil belajar dengan cara mencocok
pola. Sebelumnya memang anak belum bisa namun setelah anak diajak
mencocok dan diarahkan anakpun bisa mengikuti walaupun belum terlalu
rapi, anak tidak mengikuti garis-garis pada pola gambar sehingga hasil
gambarnya masih belum rapi. Namun ada pula anak yang sudah paham dan
mengerti sehingga ia bisa mengikuti garis-garis pada pola gambar tersebut.
Di sini peranan guru sangat diperlukan, karena guru harus bisa
melatih motorik anak tersebut. Bila motorik halus anak berkembang dengan
baik maka anak akan dapat meningkatkan keterampilannya terutama
mencocok pola sederhana. Ditinjau dari media yang digunakan dalam
kegiatan mencocok pola tidak terlalu banyak macamnya. Dari media
tersebut dapat digunakan untuk menciptakan pengalaman kegiatan yang
bervariasi, dan bisa dijadikan sebagai kegiatan untuk tujuan eksplorasi dan
eksperimentasi.
Seorang guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada anak perlu
memilih cara belajar yang sesuai dengan keinginan anak sehingga dapat
memunculkan kreativitas anak dan anak merasa tertarik untuk mengikuti
pelajaran yang diajarkan. Dengan variasi mengajar dapat meningkatkan
kegiatan belajar siswa ( Slameto, 2003:96 ).
Salah satu upaya pengembangan pembelajaran di PAUD dilakukan
melalui kegiatan meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Kegiatan
meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dilakukan dengan
beberapa cara, salah satunya dengan melalui kegiatan mencocok gambar.
Dengan menggunakan alat peraga diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan anak dalam kemampuan motorik halus anak meningkat.
Berdasarkan informasi hasil pengamatan yang dilakukan di kelas
terhadap kegiatan pengembangan kemampuan motorik halus melalui kegiatan
mencocok, pada pra siklus di temukan bahwa dari 10 murid kelompok B KB
Dahlia, sebagian besar menunjukan keterlambatan dalam keterampilan
motorik halusnya pada saat mencocok gambar menggunakan paku dengan
mengikuti pola gambar dan masih harus mendapat tuntunan dari guru. Hal ini
dibuktikan dengan hasil penilaian di mana sebagian besar mendapatkan
penilaian BB (Belum bisa).
1) Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat di Identifikasi beberapa
masalah sebagai berikut :
a. Masih rendahnya kemampuan motorik halus anak
b. Sebagian anak belum mengerti bagaimana cara mencocok pada pola
gambar
c. Apakah mencocok gambar mampu meningkatkan kemampuan
motorik halus anak
2) Analisis Masalah
Setelah masalah teridentifikasi, peneliti menganalisis masalah
sebagai berikut :
a) Bagaimana cara meningkatkan kemampuan motorik halus anak
b) Penggunaan model dan metode yang tepat dalam kegiatan mencocok
gambar agar mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak
3) Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Menyajikan dan menggunakan suatu kegiatan yang menarik dalam
meningkatkan kemampuan anak melalui alat peraga yang digunakan
peneliti. Penulis dapat menyimpulkan bahwa “kemampuan anak terutama
Kemampuan Motorik Halus dapat dikembangkan bagi anak usia dini
melalui kegiatan mencocok gambar (tidak terlepas dari konsep belajar
sambil bermain dan bermain seraya belajar)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya
adalah: “bagaimanakah pengaruh kegiatan mencocok gambar terhadap
motorik halus anak”.
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran / Kegiatan Pengembangan
Tujuan perbaikan penelitian ini adalah untuk mengaanalisis pengaruh
kegiatan mencocok gambar terhadap motorik halus anak di KB Dahlia
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru
a. Guru dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
b. Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan
bahwa mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran.
c. Membuat guru lebih percaya diri.
d. Guru mendapat kesempatan berperan aktif mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan sendiri.
2. Bagi anak
Manfaat penelitian bagi anak yaitu dapat meningkatkan
kemampuan Motorik Halus dan merangsang kemampuan melalui
kegiatan mencocok gambar.
3. Bagi orang tua
Manfaat penelitian bagi orang tua yaitu memahami proses-
proses pembelajaran di Paud.
4. Bagi Sekolah
Sebagai acuan untuk mengembangkan kurikulum sekolah sesuai dengan
karakteristik Anak Usia Dini.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Analisis
Menurut KBBI, analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).
Secara umum, pengertian analisis adalah aktivitas yang terdiri dari serangkaian
kegiatan seperti; mengurai, membedakan, dan memilah sesuatu untuk
dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu dan kemudian dicari
kaitannya lalu ditafsirkan maknanya.
Menurut Komarudin, “analisis adalah aktivitas berfikir untuk menguraikan
suatu keseluruhan menjadi komponen-komponen kecil sehingga dapat
mengenal tanda-tanda komponen, hubungan masing-masing komponen, dan
fungsi setiap komponen dalam satu keseluruhan yang terpadu”.
Langkah-langkah analisis
Sebelum melakukan analisis tentunya ada langkah-langkah yang harus
dilakukan, yaitu:
- Mengumpulkan data-data penting.
- Memeriksa kejelasan dan kelengkapan tentang pengisian instrumen
pengumpulan data.
- Melakukan proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pernyataan yang ada
dalam instrumen pengumpulan data berdasarkan variabel yang akan dianalisis.
- Melakukan tabulasi atau kegiatan pencatatan data ke dalam tabel-tabel induk.
- Melakukan pengujian terhadap kualitas daya yakni dengan menguji validitas
dan juga menguji reliabilitas instrumen dari pengumpulan data.
- Menyajikan data dalam bentuk tabel frekuensi ataupun diagram agar lebih
mudah untuk memahami atau menganalisis karakteristik data.
- Menguji hipotesis, pada langkah ini dilakukan pengujian terhadap hipotesis
apakah isinya benar atau tidak.

B. Motorik Halus
1. Definisi motorik halus
Menurut Moelichatoen (2004) motorik halus adalah “merupakan
kegiatan yang menggunakan otot – otot halus pada jari dan tangan. Gerakan
ini keterampilan bergerak”.
Sedangkan menurut Nursalam (2005) perkembangan motorik halus
adalah “kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan
koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga.”Motorik halus
ialah kemampuan anak dalam menunjukkan dan menguasai gerakan-gerakan
otot indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan dan kecekatan dalam
menggunakan tangan dan jari jemari.
Sumantri menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian
penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang
sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan
yang mencakup pemanfaatan menggunakan alai-alai untuk mengerjakan suatu
objek. Dari pendapat di atas jelaslah bahwa motorik halus merupakan gerakan-
gerakan halus seperti jari-jari tangan yang mengerjakan sesuatu seperti
melipat-lipat kertas dan lainnya sehingga perkembangan motorik halus anak
dapat terlihat sesuai dengan kematangan otot-otot dan sarafnya.
Berdasarkan kutipan-kutipan diatas , maka pengertian motorik halus
adalah pengorganisasian penggunaan otot- otot kecilseperti jari- jemari dan
tangan yang sering membutuhkan kecermatan korninasi tangan dan mata.
Indikator perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun, yaitu:
a. Anak mampu membuat garis vertikal, horizontal, lengkung
kiri/kanan dan lingkaran.
b. Anak mampu menjiplak bentuk.
c. Anak mampu mengordinasikan mata dan tangan melakukan gerakan yang
rumit.
d. Anak mampu melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu
bentuk benda dengan menggunakan berbagai media.
e. Anak mampu mengekspresikan diri dengan berkarya seni
menggunakan berbagai media.
Dalam perkembangan motorik, unsur-unsur yang menentukan ialah
:(1) Otot; (2) Syaraf; dan (3) Otak. Ketiga unsur itu meaksanakan masing-
masing peranya secara “interaksi positif”, artinya unsur satu dan lain saling
berkaita, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsuryang lainya untuk
mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna keadaanya. Selain
mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otot juga turut
menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan
tampak kurang terampil.
Dapat disimpulkan bahwa motorik adalah semua gerakan yang
memungkinkan dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan
motorik adalah perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak
tubuh. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf
dan otot. Secara langsung, pertumbuhan fisik anak akan menentukan
keterampilannya dalam bergerak, sedangkan secara tidak langsung,
pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik/ motorik anak akan
mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain.
Sedangkan meningkatkan keterampilan motorik anak akan meningkat pula
aspek fisiologis, kemampuan sosial emosional dan kognitif anak.
2. Tahapan pekembangan motorik halus
Perkembangan motorik halus adalah proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak yang sejalan, dengan kematangan saraf dan
otot anak, sehingga gerakan sesederhana apapun adalah merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang
dikontrol oleh otak (Hadiati, 2014). Anak di usia 1 tahun, seluruh kemampuan
dan keterampilan kinestetiknya sudah terbentuk. Untuk itu, perlu diberikan
pengembangan stimulasi dengan penambahan pada bentuk, media, tingkat
kesulitan, dan lainnya.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh
perkembangan motorik halus terhadap perkembangan individu menurut
Hurlock adalah sebagai berikut:
a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan
memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap
bola atau memainkan alai-alai mainan.
b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak
berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang
independen. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan
dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang
perkembangan rasa percaya diri.
c. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas- kelas awal
Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, meluk-is,
dan baris berbaris.
d. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat
bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak
normla akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman
sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menajdi anak yang
terpinggirkan.
3. Fungsi pekembangan motorik halus
Fungsi motorik tentunya sangat jelas untuk anak. Menurut Elizabeth B.
Hurlock mencatat bebrapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus
bagi konsentrasi perkmbangan individu, yaitu :
a. Melalui ketempilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang, seperti anakmerasa senang dengan
memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan
menangkap bola, atau meminkan alalt-alat mainan lainya.
b. Melalui keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak
berbahaya,pada bulan-bulan pertama kehidupanya, ke kondisi yang bebas
dan tidak bergantng anak dapat bergerak dari suatu tempat ketempat
lainnya dan dapat berbuat sendiri pada dirinya, kondisi ini akan dapat
menunjuk perkembangan rasa percaya diri.
c. melalui keterampilan motorik anak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekolah , pada usia pra sekolah (taman kanak—kanak ) atau
usia kelas awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih menggambar,
melukis, baris-berbaris, dan persiapan menulis.
4. Tahap perkembangan motorik halus
Tahapan motorik halus ini ada beberapa prinsip utama perkembangan
anak usia dini. Menurut Malina & Bouchard (1991), yaitu: Kematangan
syaraf, Urutan, Motovasi, Pengalaman, dan Praktik.
Tahapan perkembangan motorik dalam buku Balita dan masalah
perkembangannya secara umum ada tiga tahapan perkembangan keterampilan
motorik anak usia dini, yaitu:
a. Tahapan Kognitif
Pada tahapan kognitif, anak berusaha memehami keterampilan motorik
serta apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan sesuatu gerakan tertentu.
Pada tahapan ini dengan kesadaran mentalnya anak berusaha
mengembangan strategi tertentu untuk mengingat gerakan serupa yang
pernah dilakukan pada masa yang lalu.
b. Tahapan Asositif
Pada tahap asosiatif, anak banyak bejar dengan cara coba-coba kemudian
meralat (trial and error) olahan pada penampilan atau gerakan akan
dikoreksi agar tidak melakukan kesalahan kembali di masa mendatang.
Tahapan ini adalah perubahan strategi dari tahapan sebelumnya yaitu dari
apa yang harus dilakukan menjadi bagaimana melakukanya.
c. Tahapan Autonomous
Pada tahapan auntonomous, gerakan yang ditampilkan anak merupakan
respon yang lebih efesien dengan sedikit kesalahan. Anak sudah
menampilkan gerakan secara otomatis. Pada anak-anak tertentu latihan
tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemmpuan motoriknya. Sebab
ada anak yang memiliki masalah pada susunan syarafnya sehingga
menghambatnya melakukan kemampuan motorik tertentu. (Komang, 2014)
5. Stimulasi perkembangan motorik halus
Dalam meningkatkan motorik halus anak agar dapat berkembang
dengan baik dan sempurna perlu dilakukan stimulasi yang terarah dan terpadu.
Salah satu stimulasi yang tepat diantaranya dengan penggunaan media dalam
pembelajaran. Media pembelajaran dapat dilakukan melalui media apa saja,
baik media massa seperti majalah, buku, surat kabar, atau juga lewat media
elektronika seperti radio, televisi, internet, dan yang lainnya. Media sebagai
salah satu komponen dari pengajaran yang sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran. Dengan adanya media yang mendukung dalam proses
pembelajaran, akan mampu meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Oleh
karena itu, salah satu media yang dapat digunakan untuk mengembangkan
motorik halus anak ialah penggunaan media LKA/ Lembar Kerja Anak.
Pada rentang usia anak usia dini ada 3 cara yang ditempuh anak usia dini
dalam mengembangkan keterampilan motorik halus anak, yakni melalui cara
meniru, mencoba dan melakukan latihan. Cara pertama meniru adalah cara
atau metode yang paling awal dilakukan anak usia dini, karena cara ini adalah
cara yang baik dan mudah dilakukan anak usia dini untuk mengembangkan
keterampilan motorik halusnya.
Cara kedua mencoba sendiri tanpa bimbingan, hal ini sering dilakukan anak
usia dini karena kekuatan dari rasa ingin tahu anak yang kuat. Kelemahan
pada cara ini, karena tidak adanya bimbingan, maka akan terjadi rendahnya
pemahaman konsep aturan yang diperoleh anak. Cara Ketiga melakukan
latihan dengan bimbingan, melalui cara ini banyak hal positif yang terbentuk,
salah satunya adalah anak akan mendapatkan konsep yang tepat dan benar,
selain itu, guru atau orangtua dapat memantau perkembangan keterampilan
motorik halus anak.
C. Mencocok
a. pengetian mencocok
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Andreas Halim, 2008:78) pola
adalah sebuah bentuk atau gambar sedangkan mencocok yaitu mematuk,
melubangi. Sedangkan sederhana adalah simple atau mudah (tidak sulit).
Juga menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia mencocok adalah menusuk
dengan cara menikam suatu benda yang runcing seperti jarum dan duri.
Jadi mencocok adalah kegiatan memotong kertas dengan cara menusuk- nusuk
pinggiran gambar (pada kertas) sehingga membentuk gambar tertntu
(Musfiroh, 2008:6,22).
Dapat kita simpulkan bahwa mencocok pola sederhana adalah melubangi suatu
pola yang sudah disediakan dengan alat pencocok dengan cara menusuk–nusuk
garis pada pola sehingga terbentuk atau terlepasnya pola tetapi pola yang sudah
terlepas tetap seperti aslinya.
Dengan mencocok pola sederhana dapat mengoptimalisasikan semua
aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis
(intelektual, bahasa, motorik dan sosio emosional).Dengan demikian
berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis
kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan
kemampuan pada masing- masing anak.
Dalam mencocok pola sederhana, alat-alat yang perlu di siapkan adalah
jarum atau paku kecil, alas (bantalan), lem dan pensil warna.
Adapun langkah-langkah dalam mencocok pola sederhana adalah sebagai
berikut :
1) Guru memberikan penjelasan tentang apa dan bagaimana mencocok pola.
2) Sebelum mulai mencocok, alasi gambar dengan bantalan agar
hasilnya rapi, setelah itu barulah gambar dicocok dengan alat yang
diberikan guru.
3) Setelah itu anak diminta menempel gambar yang telah dicocok pada
tempat yang disediakan. (Nuning Riady, 2005:2).
b. Teori yang mendukung Pentingnya Mencocok Pola bagi Anak
Perkembangan dan pertumbuhan anak dapat diuraikan dalam
beberapa butir pemikiran yang dilihat dari berbagai sudut pandang/aliran
yang berbeda. Maka dari itu teori yang mendukung pentingnya mencocok
pola sederhana bagi anak dilihat dari sudut pandang/aliran secara teoritis
dikemukakan oleh Nuraini (2012) meliputi :
a) Teori Maturationis
Teori maturationis (kematangan) pertama kali oleh Hall, Rousse
dan Gesell di mana ketiganya percaya bahwa anak-anak harus diberi
kesempatan untuk berkembang. Seorang anak diumpamakan
seperti benih yang ditabur yang berisi semua unsur-unsur untuk
menghasilkan buah apel yang sangat bagus jika diberi gizi dari
lahan, air, sinar matahari, dan suatu iklim yang ideal dalam
jumlah yang sesuai. Teori maturationis menyakini bahwa
perkembangan fisik, sosial emosional, dan intelektual
mengikuti tahapan perkembangan dari setiap anak yang
pada dasarnya berbeda-beda. Mereka percaya bahwa setiap anak
akan mengembangkan potensi mereka apabiala mereka ditempatkan di
dalam lingkunagan yang optimal dan perkembangan mereka akan menjadi
lambat atau bahkan tertinggal apabila lingkungan tidak sesuai.
b). Teori Interaksi
Teori interaksi atau perkembangan ditemukan Piaget, ia percaya
bahwa anak- anak itu membangun pengetahuannya melalui intraksi
dengan lingkungan. Anak-anak bukanlah suatu objek penerima
pengetahuan yang pasif, melainkan mereka dengan aktif
melakukan pengaturan pengalaman mereka ke dalam struktur mental
yang komplek.
c). Teori Psikoanalisis
Di dalam teori psikoanalisis menurut SigmundFreud yang
menggambarkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak. Di
dalam terminologi dikatakan bahwa anak-anak bergerak
melalui langkah-langkah yang yang berbeda dengan tujuan
dengan tujuan untuk mencari kepuasan yang berasal dari sumber
yang berbeda, dimana mereka juga harusberusaha
untuk menyeimbangkan keadaan tersebut dengan harapan orang
tua. Kebanyakan orang belajar untuk mengendalikan perasaan mereka
dan juga harus berusaha agar dapat diterima di dalam lingkungan sosial
serta untuk mengintegrasikan diri mereka. Dan dalam teori
ini manusia dipandang sebagai makhluk biologi yang kompleks, baik
dalam hal sosial, emosional, dan juga sebagai suatu organisme yang dapat
berpikir.
d). Teori Pengaruh
Perkembangan di satu area pasti mempengaruhi perkembangan di
dalam area lain. Sebagai contoh, ketika seorang anak menjadi gesit ia
membuka lebih banyak lagi hal-hal yang lain dari berbagai kemungkinan
untuk melakukan ekplorasi dan belajar tentang lingkungan. Anak-anak
yang merasakan bahwa mereka sedang belajar dengan sukses atau anak-
anak yang merasa yakin tentang kemampuan pisik, mereka memiliki
kepercayaan diri yang baik. Anak-anak yang belajar untuk mampu
mengendalikan perilaku mereka yang inpulsif dapat berintrkasi denga
orang lain atau alat-alat permainan dalam waktu yang lebih lama, di mana
hal ini juga berpengaruh terhadap perkembangan intlektual mereka.
III. Metode Penelitian
Subyek penelitian adalah anak kelompok B KB Dahlia yang
berjumlah 10 anak dan terdiri atas 3 anak laki-laki dan 7 anak perempuan
dengan usia rata-rata 5-6 tahun.
Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B KB Dahlia Desa
Cipayung Kecamatan Megamendung yang merupakan tempat tugas
peneliti. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus,
dimana siklus pertama dilaksanakan 5 kali pertemuan dan siklus kedua 1
kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 Minggu,
yaitu mulai Minggu Ke 2 Oktober 2022 sampai dengan minggu ke-3
Oktober 2022 sampai dengan April 2017.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah kegiatan
mencocok gambar mampu meningkat keterampilan motorik halus anak .
Peningkatan keterampilan motorik halus anak dapat dilihat dari
peningkatan rata-rata persentase setiap aspek keterampilan motorik halus
anak yang diamati yaitu apabila 80% (8 anak) dari jumlah anak (10 anak)
memperlihatkan indikator dalam persentase baik. Hal ini dapat dilihat dari
hasil kegiatan pembelajaran yang tersusun dalam lembar observasi
kegiatan. Keberhasilan tindakan dapat diketahui dengan cara
membandingkan hasil kegiatan dari setiap siklus yang dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung.
IV. Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal
Tabel 1
Kemampuan mengenal Gambar (Kondisi awal)

No Aspek Yang Dinilai Nilai


BB MB BSH BSB
F % F % F % F %
2 Mencocok gambar 8 20% 7 80%
Seragam

2. Siklus 1
a. pertemuan 1
berdasarkan hasil perbaikan perkembangan dari RKH dan
skenario perbaikan yang dilakukan peneliti didapat hasil observasi
pertemuan 1 sebagai berikut:
dalam kegiatan mencocok gambar secara bersama masih belum tercapai
tujuan pembelajaran yang dilakukan yaitu dari 10 orang anak hanya 2
orang anak yang berkembang sangat baik, 2 orang anak yang
berkembang sesuai harapan, 2 orang anak yang mulai berkembang dan
4 orang anak yang belum berkembang.
b. Pertemuan 2
berdasarkan hasil analisa data dan hasil refleksi dari pertemuan 1
maka peneliti melakukan kegiatan perbaikan berikutnya berdasarkan
RKH dan skenario yang telah dibuat maka didapat hasil sebagai berikut:
dalam kegiatan mencocok gambar masih belum mencapai tujuan
pembelajaran yang maksimal dilakukan yaitu dari 10 orang anak hanya
3 orang anak yang berkembang sesuai harapan, 1 orang anak yang
mulai berkembang dan 2 orang anak yang belum berkembang dan 4
orang berkembang sangat baik.
c. Pertemuan 3
Berdasarkan hasil analisa data dan hasil refleksi dari pertemuan 2
maka peneliti melakukan kegiatan perbaikan berikutnya berdasarkan
RKH dan skenario yang telah dibuat maka didapat hasil sebagai
berikut:
1) dalam kegiatan mencocok dan menempel tercapai tujuan
pembelajaran yang dilakukan yaitu dari 10 orang anak hanya 2
orang anak yang berkembang sesuai harapan, 3 orang anak yang
mulai berkembang dan 3 orang anak yang belum berkembang dan 2
anak berkembang sangat baik.

d. pertemuan 4
Berdasarkan hasil analisa data dan hasil refleksi dari pertemuan
3 maka peneliti melakukan kegiatan perbaikan berikutnya berdasarkan
RKH dan skenario yang telah dibuat maka didapat hasil sebagai berikut:
1) dalam kegiatan mencocok belum tercapai tujuan pembelajaran
yang dilakukan yaitu dari 10 orang anak hanya 2 orang anak yang
berkembang sesuai harapan, 2 orang anak yang mulai berkembang
dan 1 orang anak yang belum berkembang dan 5 anak berkembang
sangat baik.
e. pertemuan 5
Berdasarkan hasil analisa data dan hasil refleksi dari pertemuan 4
maka peneliti melakukan kegiatan perbaikan berikutnya berdasarkan
RKH dan skenario yang telah dibuat maka didapat hasil sebagai berikut:
1) dalam kegiatan mencocok gambar dengan waktu belum tercapai
tujuan pembelajaran yang dilakukan yaitu dari 10 orang anak hanya
2 orang anak yang berkembang sesuai harapan, 2 orang anak yang
mulai berkembang dan 6 anak berkembang sangat baik.
2. Siklus 2
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan peneliti terhadap
refleksi pertemuan 1 s/d 5 pada siklus 1 maka, penulis memutuskan
untuk melaksanakan siklus 2 sebanyak 1 kali pertemuan. kembali
kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus satu dengan menukar
alat, bahan dan alat peraga yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
yang dilakukan pada siklus 2.
Berdasarkan hasil analisa data dan hasil refleksi dari pertemuan 4
maka peneliti melakukan kegiatan perbaikan berikutnya berdasarkan
RKH dan skenario yang telah dibuat maka didapat hasil sebagai berikut:
1) dalam kegiatan mencocok bentuk baru gambar wortel sudah
tercapai tujuan pembelajaran yang dilakukan yaitu dari 10 orang
anak 8 orang anak yang berkembang sangat baik, 1 orang anak
yang berkembang sesuai harapan dan 1 orang anak yang belum
berkembang.
V. Pembahasan
Penelitian yang telah dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas
yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, atau tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil yang diperoleh
pada siklus ini didapat dari data yang berupa lembar observasi. Dari data
lembar observasi tersebut hasilnya digunakan untuk mengetahui
peningkatan yang terjadi pada anak.Analisis data dalam penelitian ini
terjadi secara interaktif baik sebelum, saat dan sesudah penelitian.Sebelum
penelitian dilakukan peneliti, telah melakukan analisis yaitu dalam
menentukan rumus masalah yang muncul, kemudian analisis juga
dilakukan pada saat pengambilan data kemampuan awal anak. Analisis
sebelum penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana pengaruh
mencock gambar terhadap kemampuan motorik halus anak. Berdasarkan
hasil observasi tentang pelaksanaan pembelajaran beserta dampak dari
stimulasi yang telah diberikan kepada anak, menunjukan bahwa
permasalahan yang paling mendominasi yaitu terkait dengan permasalahan
keterampilan motorik halus anak. Kegiatan mencocok gambar tersebut
dilaksanakan mulai tanggal 17 sampai dengan 21 Oktober 2022. Kegiatan
penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus.Siklus pertama dilakukan 5 kali
pertemuan dan siklus kedua dilakukan 1 kali pertemuan. Sebagai awal dari
kegiatan penelitian tindakan, telah dilaksanakan kegiatan pra tindakan
sebagai gambaran awal dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas di KB
DAHLIA Desa Cipayung Kec. Megamendung.
Keberhasilan penelitian yang terlihat dalam penelitian, telah
menunjukan adanya kesesuaian antara teori dengan hasil penelitian. Hal ini
dapat terlihat dalam proses pembelajaran anak dalam kegiatan mencocok
gambar yang dilakukan di KB DAHLIA Desa Cipayung Kec.
Megamendung. Teori tersebut terkait dengan tujuan dari kegiatan
mencocok gambar dimana kegiatan mencocok gambar dapat melatih
motorik halus anak, melatih kelenturan jari, meningkatkan koordinasi otak,
mata dan tangan, melatih ketelitian, melatih kesabaran anak
Keberhasilan tersebut membuktikan bahwa kegiatan
mencocok efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan motorik
halus anak di KB Dahlia Desa Cipayung Kec. Megamendung.Dengan
demikian, penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui kegiatan
mencocok pola gambar ini dapat dikatakan berhasil serta mampu
meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok B KB
DAHLIA Desa Cipayung Kec. Megamendung.

V. Kesimpulan dan Saran


1. Simpulan
kegiatan mencocok gambar berpengaruh pada motorik halus anak yang
dilaksanakan di KB Dahlia Kelompok B telah dapat meningkatkan
kemampuan anak dalam melatih motorik halus. Peningkatan tersebut
terlihat dari hasil pengamatan pada akhir perbaikan kegiatan
pengembangan, meliputi: dalam kegiatan bernyanyi secara bersama,
individual, dengan gerak, mengenal benda langit, mengenal huruf vokal
dan konsonan, permainan dan kegiatan mencocok yang rapi, mengenal
sang pencipta, menambah pengalaman melalui cerita dan bernyanyi.
Berdasarkan hasil persentase dari hasil akhir siklus 2, kegiatan motorik
halus anak meningkat dari 90% di kondisi awal menjadi 90
2. Saran
Berdasarkan pembahasan pada hasil perbaikan maka, guru PAUD
diharapkan terus mengikuti perkembangan dunia pendidikan anak usia dini
dan memilih kegiatan yang sesuai dengan perkembangan anak. Kegiatan
mencocok gambar perlu dilakukan lebih optimal lagi dan juga memilih
alat dan media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat
melatih kemampuan gerak motorik halus anak PAUD pada setiap
pengembangan. Kegiatan mencocok gambar ini perlu disosialisasikan
kepada anak, guru dan orang tua agar kemampuan anak dapat berkembang
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. (2013).Perkembangan dan Konsep dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Universitas Terbuka.

Anak Usia Dini. Volume 2 No 1. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN


MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENCOCOK POLA
SEDERHANA PADA KELOMPOK B TK PGRI 07 AIKMEL, Nusantara :
Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Volume 1, Nomor 2, Juli 2019; 110-127
zttps://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/nusantara

Dian Andriani, 2021 Metode Penelitian, Universitas terbuka

Gunarti. (2013).Pengembangan Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas


Terbuka.

IDIK 4013 Teknik Penulisan Karya Ilmiah, 2022

Ika Suhartanti,2019, Stimulasi kemampuan motorik halus anak usia prasekolah,


E-Book Penerbit

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI


KEGIATAN MENCOCOK POLA GAMBAR Sufaeni, Aisyah 1 Jurusan
PG-PAUD, Universitas Halu Oleo. Jln. H.E.A Mokodompit, Kendari
93232, Indonesia.

Moeslichatoen R. (1999). Metode Pengajaran di Taman Kanak-


Kanak. Jakarta: Rineka Cipta.

Munica, Yunita Dewanti. 2013. Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus


Melalui Kegiatan Menganyam pada Anak Kelompok B di TK PKK
Sindumartani Ngemplak, Sleman. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Nuraini. (2011). (2011). Intensitas Belajar Siswa. http://suara


guru.wordpress.com/2022/11/09/.Akses 09 Nopember 2022 pukul 20:15
WIB.
Papierppeint Perkembangan Motorik. Surabaya.
hhtp://papierppeint.wordpress.co/motorik, yang di unduh pada tanggal 08
Nopember 2022 pukul 20.30; Papierppeint Perkembangan Motorik Anak.
Yogjakarta : Rajawali Press.

Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.


Jakarta: Depdiknas.

Slameto.(2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK


MELALUI KEGIATAN MENCOCOK GAMBAR KELOMPOK B DI TK
JASA IBU SALASA PADANG TAROK KEC. BASO KAB AGAM,
Milana Zureli

Winda Gunarti, dkk, (Mei 2022) Metode pengembangan perilaku dan


kemampuan dasar Anak Usia dini, Universitas Terbuka

Yestiari, Ni Luh Ami, dkk. 2014. Peningkatan Perkembangan Motorik Halus


Anak Setelah Diterapkan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media
Gambar Melalui Kegiatan Mencocok Pada Anak Kelompok A Tahun
Pelajaran 2013/2014 di TK Widya Kumara Singaraja. E-Journal PG-
PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru
Pendidikan

Yudha dan Rudianto.(20015).Pembelajaran Kooperatif untuk meningkatkan


Keterampilan Anak.Jakarta : Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai