Anda di halaman 1dari 23

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK

HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MERONCE MANIK-


MANIK SESUAI POLA WARNA DI KELOMPOK A TK
MUSLIMAT NU BABALANLOR KECAMATAN BOJONG
KABUPATEN PEKALONGAN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Oleh:
SUNSAERAH
NIM 836671922
sunsaerah81@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motorik halus anak dalam kegiatan
meronce manik-manik sesuai pola pada anak kelompok A TK Muslimat NU Babalanlor
Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Tahun pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 (dua) siklus yaitu
siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah anak kelompok A yang
berjumlah 20 anak. Pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi hasil
karya anak. Data diperoleh dari observasi awal, siklus I dan siklus II. Hasil observasi
awal adalah hanya 4 anak (20%) sudah berkembang sesuai harapan dalam meronce
manik-manik sesuai pola tanpa bimbingan guru, siklus I diperoleh hasil 5 anak (25%)
sudah berkembang sesuai harapan dalam meronce manik-manik sesuai pola tanpa
bimbingan guru dan siklus II diperoleh hasil 17 anak (85%) sudah berkembang sesuai
harapan dalam meronce manik-manik sesuai pola tanpa bimbingan guru. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah melalui kegiatan meronce manik-manik sesuai pola dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak Kelompok A TK Muslimat NU
Babalanlor.

Kata kunci: meronce, manik-manik, mengikuti pola.


2

I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Anak usia dini adalah sekelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki
karakteristik pertumbuhan dan perkembangan fisik, motorik, kognitif dan
intelektual (daya pikir, daya cipta), sosial emosional, serta bahasa.
Anak usia 0-7 tahun, fase ini di sebut fase masa anak kecil,masa
bermain.Pendidik perlu memberikan aktivitas kepada anak agar bermain dan
selalu menyenangkan,kalau senang anaj akan berkembang secara wajar dan
sehat. Masa perkembangan fase ini menurut Aristoteles digunakan sebagai
pedoman untuk batas bawah atau usia untuk masuk ke pendidikan dasar.
Dalam penyajian dan penyampaian materi ilmu pengetahuan melalui
proses belajarmengajar, seorang guru dituntut menguasai strategi atau
metode dengan baik. Guru diharapkan dapat mempersiapkan, melaksanakan,
menilai hasil belajar mengajar serta dapat memilih dan menggunakan
interaksi belajar mengajar, mengelola kelas, membimbing perkembangan
siswa dengan tepat, dan membuat siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
Guru berperan penting dalam pengembangan motorik halus, guru
harus dapat memlilih dan memanfaatkan setiap kesempatan belajar untuk
mengembangkan motorik halus. Guru dapat mengajak anak untuk
mengembangkan kreativitasnya dalam kesempatan apa saja baik di dalam
ruangan maupun di luar ruangan. Observasi yang dilakukan di TKM NU
Babalanlor pada saat pembelajaran menunjukan bahwa, motorik halus
kelompok B masih belum berkembang optimal.
Berdasarkan pengamatan guru, ditemukan rendahnya motorik halus
dalam membuat roncean. Hal ini dapat terlihat dari 20 anak yang ada di
Kelompok A, ada 15 anak yang belum berani, terlihat ragu-ragu dalam
melakukan meronce, anak lebih dulu mengatakan “tidak bisa” saat diminta
membuat roncean, hasil roncean tidak mengikuti pola yang seharunya, serta
anak terlaihat bosan dengan media sedotan yang selalu digunakan dalam
kegiatan meronce. Tingkat motorik halus masih rendah, dibawah 75%.
3

Kegiatan meronce yang menunjukkan bahwa motorik halus kelompok


A TK M NU Babalanlor masih belum berkembang dengan optimal yaitu pada
saat kegiatan meronce dengan tema pekerjaan, masih banyak anak yang
meronce belum rapi dan tidak sesuai pola warna yang diharapkan. Dari 20
anak di kelas, hanya satu anak yang meronce sudah berkembang sesuai
harapan. Sementara anak yang lain kurang berkreasi dengan meronce. Pada
saat guru bertanya tentang meronce yang telah dibuat, anak belum bisa
mengkomunikasikan hasil karyanya. Hal ini menunjukkan bahwa motorik
halus di TKM NU Babalanlor belum berkembang secara optimal.
Berdasarkan permasalahan ini guru dan peneliti merasa sangat
perlu adanya perbaikan dalam meningkatkan motorik halus anak. Guru
dan peneliti memilih salah satu kegiatan pembelajaran yang menarik untuk
mengembangkan motorik halus yaitu melalui kegiatan meronce. Kegiatan
meronce bagi anak TK adalah kemampuan berolah seni rupa yang
diwujudkan dengan keterampilan menyusun dan merekatkan bagian-bagian
bahan alam, bahan buatan dan bahan bekas pada kertas gambar atau bidang
dasaran yang digunakan, sampai dihasilkan tatanan yang unik dan menarik
(Sumanto, 2005: 94).
Peneliti memilih kegiatan meronce untuk meningkatkan motorik
halus karena pada kegiatan meronce anak dapat berkreasi sesuai dengan
motorik halus masing-masing dan merupakan kegiatan menarik bagi anak.
Anak dapat menyusun bahan-bahan roncean yang tersedia sesuai dengan
kreativitas masing-masing, serta dalam memperoleh bahan-bahan tidak
diperlukan banyak biaya, dapat menggunakan barang-barang bekas serta
bahan alam yang banyak ditemukan di lingkungan sekitar. Kegiatan meronce
membantu kemampuan berbahasa anak, anak terlatih untuk menjelaskan atau
bercerita tentang hasil karyanya kepada guru, selain itu kegiatan meronce
yang merupakan kegiatan berseni rupa yang diwujudkan dengan teknik
menyusun dan mengurutkan warna yang disediakan dapat membantu anak
dalam mengembangkan aspek motorik halus, dengan meronce dan menyusun
warna bahan motorik halus anak akan terlatih dan dapat berkembang dengan
optimal. Kegiatan meronce anak lebih mudah belajar tentang sesuatu bila
4

melalui kegiatan yang menyenangkan seperti meronce. Pada saat kegiatan


meronce sama halnya anak sedang bermain, sehingga dalam proses
pembelajarannya berlangsung dengan menyenangkan dan dapat
meningkatkan motorik halus.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan perlu dilakukan perbaikan
pembelajaran. Oleh karena itu, untuk memperbaiki pembelajaran yang dapat
meningkatkan motorik halus melalui kegiatan meronce menggunakan manik-
manik sesuai pola pada anak Kelompok A TK Muslimat NU Babalanlor.

b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Apakah dengan media Manik-manik dapat
meningkatkan hasil belajar anak dalam kegiatan meronce sesuai pola warna?”

c. Tujuan Perbaikan
Tujuan dilakukannya pembelajaran ini adalah: untuk meningkatkan
hasil belajar anak dalam kegiatan meronce sesuai pola warna.

d. Manfaat Perbaikan
Dilakukannya perkembangan pembelajaran ini diharapkan bermanfaat
bagi:
1. Anak didik TK Muslimat NU Babalanlor agar lebih kreatif inovatif.
2. Guru TK Muslimat NU Babalanlor agar lebih kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan kreatifitas anak.
3. Orang tua siswa TK Muslimat NU Babalanlor untuk dapat menambah
wawasan khususnya dalam memahami perkembangan anak khususnya dalam
perkembangan kreatifitas anak dalam meronce sesuai pola warna.
4. Dunia pendidikan sebagai bahan kajian dan bertambahnya khasanah ilmu
pengetahuan, khusunya dibidang pendidikan di Taman Kanak-kanak.
4

II. Kajian Pustaka


a. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik yaitu perkembangan yang merupakan proses
memperoleh ketrampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak
misalnya dalam kemamapuan motorik kasar anak dapat menggerakkan
seluruh atau sebagian besar anggota tubuh, sedangkan dalam kemampuan
motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata, anak juga
belajar menggerakkan Pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar
berkreasi dan berimajinasi (Bambang Sujiono, dkk.,2012.2.12).
1. Motorik Halus
Bambang Sujiono, dkk. (2012.1.14) mengemukakan gerakan
motorik halus yaitu apabila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti ketrampilan
yang menggunakan jari jemari tangan dan pergelangan tangan yang tepat.
Oleh karena itu gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga namun
gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.
Menurut Bambang Sujiono, dkk. (2012.1.16) perkembangan motorik
halus anak usia 5-6 tahuan yaitu :
a. Mengikat tali sepatu
b. Memasukkan surat kedalam amplop
c. Mengoleskan selai di atas roti
d. Membentuk berbagai objek dengan tanah liat
e. Mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju
f. Memasukkan benang ke dalam lubang jarum.
2. Cara Mempelajari Ketrampilan Motorik
Menurut Siti Aisyah, dkk. (2013.4.46) terdapat tiga cara yang paling
umum digunakan dalam mempelajari ketrampilan motorik yaitu sebagai
berikut:
a. Belajar coba dan ralat (trial and error)
Yaitu jika tidak ada model atau contoh tentang suatu ketrampilan
motorik maka anak akan mempelajarinya dengan mencoba-coba
5

beberapa kali sehingga dia berhasil menguasai ketrampilan tersebut


secara benar.
b. Meniru (imitation)
Yaitu belajar dengan cara meniru atau mengamati lebih cepat dari
belajar dengan cara coba dab ralat, tetapi belajar dengan cara ini
dibatasi oleh kesalahan yang dilakukan oleh model, hasil yang didapat
anak kurang baik jika model yang ditirunya jelek.
c. Pelatihan
Yaitu belajar dengan supervisi atau bimbingan yang dikombinasi
dengan meniru model akan menghasilkan ketrampilan motorik yang
baik.
3. Fungsi Perkembangan Motorik Halus.
Menurut Mudjito (2007) dalam Diyah Ayu Pratini (2014.7)mencatat
beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus yaitu
a. Melalui ketrampilan anak, anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang.
b. Melelui ketrampilan motorik, anak dapat bernajak dari kondisi
helpessness ( tidak berdaya ) pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
c. Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dan
lingkungan sekolah.
b. Hakekat Meronce
Meronce adalah menata dengasn bantuan mengikat komponen dengan
utas atau tali pendapat ini menurut Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi S.(2012)
dalam Diyah Ayu Pratin.(2012.7) . Dengan tehnik ikatan ini seseorang akan
memanfaatkan bentuk ikatan menjadi lebih lana dibandingkan dengan benda
yang ditata tanpa ikatan. Penataan bentuk-bentuk yang sama maupun tidak
antara benda-benda tersebut secara tidak sengaja menjadikan lebih menarik.
Hasil karya ronceannya tersebut menjadi menda seperti kalung atau hiasan
dinding.
c. Manik-manik
Manik-manik adalah semua jenis benda yang memiliki lubang untuk
tempat masuknya benang atau kawat, untuk kemudian dapat dirangkai
6

menjadi aksesoris atau hal lain yang sifatnya dekoratif. Yang dimaksud
benda disini cukup beragam, yakni yang alami misalnya kayu, kerang,
batu, tanah liat atau lempung, gading dan tulang hewan. Yang sintetis
umumnya terbuat dari logam, plastic, resin, kertas dan yang paling popular
adalah kaca.
d. Pengenalan Warna
Dalam pembelajaran di sekolah pengertian warna diartikan sebagian
adalah sebuah spectrum tertentu yang terdapat di dalam cahaya yang
sempurna atau putih. Dalam dunia desain warna bias berarti pantulan
tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di
permukaan benda, misalnya pencampuran pigmen magenta dan yang
dengan proporsi tepat disinari cahaya putih sempurna akan menghasilkan
sensasi mirip warna merah.
Jenis-jenis warna dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
1. Warna Primer
Pada awalnya manusia mengira bahwa warna primer tersusun atas
warna merah, kuning dan hijau. Namun dalam penelitian lebih lanjut
dikatakan tiga warna primer yaitu merah (seperti darah), biru (seperti
langit atau laut), kuning (seperti kunig telur).
2. Warna Sekunder
Adalah warna yang dihasilkan dari campuran dua warna primer
dalam sebuah ruang warna yaitu akan menjadi warna jingga atau
orange, hijau dan ungu.
3. Warna Tertier
Yaitu warna yang dihasilkan dari pencampuran warna sekunder
dengan warna primer.
7

III. Rencana Perbaikan


A. Subyek Penelitian
1. Tempat penelitian
Taman Kanak-kanak Muslimat NU Babalanlor Kecamatan Bojong
Kabupaten Pekalongan merupakan tempat dilaksanakannya penelitian
tindakan kelas. Taman Kanak-kanak Muslimat NU Babalanlor terletak di
Desa Babalanlor, Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.
2. Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diawali dengan
persiapan sampai pembuatan laporan Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP) dimulai pada awal bulan Oktober sampai akhir bulan
November. Kegiatan persiapan meliputi; orientasi PKP, membuat
identifikasi masalah, analisis dan rumusan masalah serta rancangan satu
siklus.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu:
Siklus ke I dan siklus ke II. Siklus ke I dilaksanakan pada hari Senin-
Jum’at tanggal 15-19 Oktober 2018. Sedangkan siklus ke II dilaksanakan
hari Senin-Jum’at tanggal 22-26 Oktober 2018. Pembuatan laporan PKP
dimulai minggu pertama sampai minggu terakhir pada bulan November.
Untuk menyusun dan unggah karil dilaksanakan pada minggu pertama
sampai minggu ketiga bulan Desember.
Adapun rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas ini, dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian
Bulan/Minggu
Rancangan Septembe Oktober November Desember
No r
kegiatan
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan   
Pelaksanaan
2  
siklus I
3 Pelaksanaan  
8

siklus II
Penyusunan
4 laporan    
PKP
Penyusunan
5    
draf Karil

3. Tema
Tema dalam penulisan penelitian tindakan kelas ini, penulis
mengambil tema pekerjaan pada siklus I, pekerjaan pada siklus II, untuk
meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan meronce
menggunakan manik-manik di kelompok A TK Muslimat NU Babalanlor
Kecamatan Bojong.
4. Kelompok
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di kelompok A TK
Muslimat NU Babalanlor Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan,
dengan jumlah siswa 20 yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 8 siswa
perempuan.
Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilakukan 2 (dua)
siklus, maka indikator keberhasilan adalah Perbaikan pembelajaran
dalam meningkatkan motorik halus dinyatakan berhasil, jika 80% anak
didik memiliki motorik halus tinggi dengan kriteria BSH (Berkembang
Sesuai Harapan).
Tema yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas mengikuti
tema yang ada di sekolah yang akan diadakan penelitian tindakan kelas.
Pada siklus I mengambil tema pekerjaan dengan sub tema tukang bakso
dan siklus II tema tanaman.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis memilih kelompok B di
TK Muslimat NU Baitul Makmur Krandon, dengan jumlah anak didik
sebanyak 20 anak, yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 8 anak
perempuan. Data anak didik dapat dilihat pada tabel berikut ini:
9

5. Karakteristik
Karakteristik peserta didik di TK Muslimat NU Babalanlor berasal
dari lingkungan sekitar sekolah yang sebagian besar orang tuanya bekerja
sebagai petani dan wiraswasta dengan penghasilan menengah ke bawah.
Ada beberapa anak yang masih ditunggui oleh ibunya. Karakteristik
perkembangan karakter anak usia dini menurut Hartati, 2005 adalah
memiliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan pribadi yang unik, suka
berfantasi dan berimajinasi, masa paling potensial untuk belajar,
menunjukkan sikap egosentris, memiliki rentang daya konsentrasi yang
pendek, sebagai bagian dari makhluk sosial (Aisyah, dkk. 2013).

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Langkah-langkah perbaikan tersebut akan dilaksanakan 5 hari (5 RKH)
berturut-turut. Penulis merencanakan dua siklus yang terdiri dari empat tahap,
seperti rencana pelaksanaan, prosedur pelaksanaan PTK, rencana pengamatan
dan pengumpulan data, dan rencana refleksi.
1. Rencana Tindakan
a. Rencana Tindakan
- Siklus I dilaksanakan selama 5 (lima) kali pertemuan dengan tahapan
perencanaan sebagai berikut: RKH 1: Meronce dengan manik-manik
warna merah sesuai pola A,A,A dst, RKH 2: meronce dengan manik-
manik merah sesuai pola AA-AA-AA; RKH 3 meronce dengan
menik-manik warna merah dan kuning sesuai pola AB-AB, AA-AB
dst; RKH 4: meronce dengan manik-manik warna merah dan kuning
sesuai pola AA-AB, AA-BB dst dan RKH 5: meronce manik-manik
warna merah dan kuning sesuai pola AAA-BBB, AAA-BBB dst
- Siklus II dilaksanakan selama 5 (lima) kali pertemuan dengan
tahapan perencanaan sebagai berikut: RKH 1: meronce benda yang
dapat terapung di air sesuai dengan pola A-A-A dst, RKH 2:
meronce dengan manik warna merah sesuai pola AA-AA-AA dst,
10

RKH 3: meronce dengan manik-manik merah dan biru dengan pola


AB-AB dst, RKH 4: meronce manik-manik warna merah dan biru
sesuai pola AA-BB, AA-BB dst dan RKH 5: meronce manik-mani
warna merah dan biru dengan pola AAA-BBB, AAA-BBB dst.
b. Langkah-langkah Perbaikan
1) Guru membuat rancangan perbaikan pembelajaran yang meliputi
berbagai macam kegiatan pengembangan.
a) Guru menentukan sistem pengelolaan kelas: merancang
penataan kelas dan Merancang pengorganisasian kelas.
2) Guru menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk setiap
kegiatan pengembangan selama satu Siklus.
3) Membuat RPPH satu Siklus dan mendiskusikan RPPH dengan
Supervisor 2.
4) Mempersiapkan alat penilaian untuk kemampuan anak yang berupa
lembar observasi.
5) Mempersiapkan lembar APKG-PKP 1 dan 2 serta lembar refleksi.
6) Melakukan koordinasi dengan Supervisor 2 untuk pelaksanaan
kegiatan pengembangan.
7) Melaksanakan kegiatan pengembangan sesuai dengan rancangan
pengembangan.
8) Supervisor 2 melakukan pengamatan.
9) Melakukan perbaikan berdasarkan refleksi.
10) Membuat rancangan satu Siklus, RPPH 1-5 untuk siklus I.
2. Prosedur Pelaksanaan PTK
Dalam penyelenggaraan PKP ini, penulis dibantu oleh supervisor 2 dan
penilai 2. Yang memiliki tugas dan peran masing-masing dalam
penyelenggaraan PTK. Supervisor 2 adalah pembimbing di lapangan
(tempat yang dijadikan sebagai subjek penelitian) saat melakukan
perbaikan kegiatan pengembangan. Adapun tugas supervisor 2 adalah
sebagai berikut :
11

a. Membimbing penulis di sekolah tempat mengajar dengan perbaikan


kegiatan pengembangan yang dilakukan.
b. Memberikan masukan terhadap rancangan satu siklus, RKH perbaikan
dan skenario perbaikan yang disusun oleh penulis.
c. Mengamati dan menilai kinerja penulis pada tiap akhir siklus
pelaksanaan perbaikan kegiatan pengembangan berlangsung.
d. Memberi masukan terhadap kinerja penulis setelah melaksankan
perbaikan kegiatan dalam melaksanakan refleksi.
e. Memeriksa kesesuaian antara jurnal pembimbingan PKP dengan
laporan PKP dalam hal kegiatan yang dilakukan penulis.
f. Membuat jurnal kegiatan pembimbingan PKP.
Penilai adalah teman yanng membantu mahasiswa dalam menilai
RKH dengan menggunakan APKG-PKP I dan perbaikan kegiatan
pengembangan dengan menggunakan APKG-PKP 2. Tugas penilai adalah
bersama dengan supervisor 2 menilai RKH pada akhir siklus 2 yang dibuat
oleh mahasiswa dan pelaksanaannya dengan menggunakan APKG-PKP I
dan APKG-PKP 2.
3. Rencana pengamatan dan pengumpulan data
Rencana pengamatan dan pengumpulan data dibantu supervisor 2,
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengembangan berlangsung dengan
pengisian instrument yang telah disediakan. Rencana pengamatan dan
pengumpulan data dalam penelitian perbaikan pengembangan ini
menggunakan :
a. Teknik pengumpulan data
 Observasi adalah merupakan salah satu teknik atau metode dalam
mengumpulkan data pada sebuah penelitian.
 Dokumentasi adalah kumpulan data yang berbentuk nyata dan
diperoleh berdasarkan sistem pengelolaan data yang disebut dengan
proses dokumentasi.
12

 Alat pengumpul data: Lembar Penilaian Hasil Tindakan Guru berupa


APKG-PKP 1 dan 2; Lembar Penilaian Kemampuan Anak; Pedoman
Penilaian dan Lembar Pengamatan

4. Rencana Refleksi
Refleksi adalah kegiatan merenung atau mengingat dan
menghubung-hubungkan kinerja mengajar yang telah, sedang atau akan
terjadi dalam pembelajaran (Schmuck, A. Richard, 2008). Refleksi
dilakukan melalui analisis dan sintesis, serta induksi dan deduksi.
Analisis dilakukan dengan merenungkan kembali secara intensif
kejadian-kejadian atau peristiwa yang menyebabkan munculnya sesuatu
yang diharapkan atau tidak diharapkan. Sebelum melakukan PTK
penulis membuat refleksi. Hasil refleksi digunakan sebagai dasar untuk
merencanakan perubahan atau perbaikan yang sebaiknya dilakukan
dalam pembelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal yang telah dan
akan terjadi. Tujuan refleksi adalah untuk menyadari kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki guru dalam kegiatan pengembangan yang
dikelolanya.
13

IV. Hasil dan Pembahasan


a. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan
1. Observasi Awal
Hasil pembelajaran kegiatan meronce manik-manik sesuai pola warna,
dari 20 peserta didik, anak yang dapat mengerjakan kegiatan dengan hasil
berkembang sesuai harapan ada 4 anak (20%), hasil mulai berkembang 5
anak (25%) dan hasil belum berkembang 11 anak (55%).
2. Siklus I
Kegiatan perbaikan siklus I mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi kegiatan pembelajaran perbaikan. Siklus I
dilaksanakan tanggal 15-19 Oktober 2018 dengan tema pekerjaan.
Berikut rancangan satu siklus I.
1. Tujuan Perbaikan : Meningkatkan hasil belajar anak dalam
pembelajaran meronce sesuai pola warna
melalui media manik-manik pada kelompok A
di TK Muslimat NU Babalanlor kecamatan
Bojong Kabupaten Pekalongan tahun ajaran
2018/2019
2. Identifikasi Masalah : a. Anak kurang memperhatikan penjelasan
guru.
b. Anak kurang tertarik dengan media yang
disediakan.
c. Anak terlihat gaduh di dalam kelas.
d. Hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai
dengan harapan/target penilaian guru.
e. Ada beberapa anak yang masih terlihat pasif
dalam kegiatan pembelajaran
14

3. Analisis Masalah : Dari kelima masalah yang diidentifikasi,


penyebab munculnya masalah tersebut adalah :
a. Karena media yang digunakan kurang
menarik.
b. Pengenalan guru tentang warna masih
kurang.
c. Ketika guru mendemonstrasikan kegiatan
meronce terlalu cepat.
4. Perumusan Masalah : Apakah dengan media manik-manik dapat
meningkatkan hasil belajar anak dalam
pembelajaran meronce kelompok A TK
Muslimat NU Babalanlor Kecamatan Bojong
Kabupaten Pekalongan, tahun ajaran 2018/2019

Hasil perbaikan pembelajaran Siklus I menunjukkan bahwa dari


jumlah 20 anak, 5 anak (25%) yang sudah berkembang, melakukan
meronce tanpa bimbingan guru dengan baik, 7 anak (35%) mulai mampu
melakukan meronce dengan bimbingan guru dan 8 anak (40%) anak
belum berkembang dalam kegiatan meronce dan masih membutuhkan
bimbingan guru. Tingkat keberhasilan pada Siklus I mencapai 25%, hal
tersebut sudah menunjukkan bahwa melalui kegiatan meronce media
menik-manik mampu meningkatkan motorik halus anak Kelompok A TK
Muslimat NU Babalanlor Bojong. Namun hasil tersebut belum mencapai
indiktor keberhasilan yang telah ditentukan. Hasil diskusi peneliti dan
teman sejawat dengan melihat tingkat keberhasilan yang mencapai 25%,
maka perbaikan dinyatakan untuk dilanjutkan pada siklus II.
3. Siklus II
Kegiatan siklus II mulai dari perencanaan pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi kegiatan perbaikan. Siklus II dilaksanakan tanggal 22-26 Okt
2018 dengan tema pekerjaan.
15

Berikut rancangan satu siklus II:


1. Tujuan Perbaikan : Meningkatkan hasil belajar anak dalam
pembelajaran meronce sesuai pola warna melalui
media manik-manik pada kelompok A di Tk
Muslimat NU Babalanlor kecamatan Bojong
Kabupaten Pekalongan tahun ajaran 2018/2019
2. Identifikasi : a. Anak kurang memperhatikan penjelasan guru.
Masalah b. Anak kurang tertarik dengan media yang
disediakan.
c. Anak terlihat gaduh di dalam kelas.
d. Hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai
dengan harapan/target penilaian guru.
e. Ada beberapa anak yang masih terlihat pasif
dalam kegiatan pembelajaran
3. Analisis Masalah : Dari kelima masalah yang diidentifikasi, penyebab
munculnya masalah tersebut adalah :
a. Karena media yang digunakan kurang menarik.
b. Pengenalan guru tentang warna masih kurang.
c. Ketika guru mendemonstrasikan kegiatan
meronce terlalu cepat.
4. Perumusan Apakah dengan media manik-manik dapat
Masalah : meningkatkan hasil belajar anak dalam
pembelajaran meronce kelompok A TK Muslimat
NU Babalanlor Kecamatan Bojong Kabupaten
Pekalongan, tahun ajaran 2018/2019
16

Dari hasil pelaksanaan perbaikan pada Siklus II terjadi peningkatan


yang sangat baik, jumlah 20 anak, 17 anak (85%) yang sudah
berkembang, melakukan meronce tanpa bimbingan guru dengan baik, 2
anak (10%) mulai mampu melakukan meronce dengan bimbingan guru
dan 1 anak (5%) anak belum berkembang dalam kegiatan meronce dan
masih membutuhkan bimbingan guru. Tingkat keberhasilan pada Siklus
II mencapai 85%, hal tersebut sudah menunjukkan bahwa melalui
kegiatan meronce media menik-manik mampu meningkatkan motorik
halus anak Kelompok A TK Muslimat NU Babalanlor Bojong. Namun
hasil tersebut belum mencapai indiktor keberhasilan yang telah
ditentukan. Hasil diskusi peneliti dan teman sejawat dengan melihat
tingkat keberhasilan yang mencapai 85%, maka perbaikan dinyatakan
untuk tidak dilanjutkan pada siklus II.
b. Pembahasan Penelitian
Kegiatan pembelajaran meronce belum mampu meningkatkan motorik
halus anak, karena dari jumlah 20 anak yang sudah bisa meronce hanya 1
anak, atau tingkat keberhasilan pada kegiatan ini hanya 20%.
Setelah melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran pra siklus dapat
diketahui kelemahan-kelemahan yang dapat menyebabkan tujuan atau hasil
belajar anak belum berhasil, yaitu: 1) kurangnya konsentrasi anak dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, 2) kurangnya pemahaman anak terhadap
penjelasan guru, 3) kurangnya keterampilan tangan anak dalam meronce
sesuai pola, 4) kurangnya kemandirian anak dalam mengerjakan tugas, 5)
kurangnya pengelolaan dan pengorganisasian kelas dan anak, dan 6) metode
pembelajaran yang dipakai kurang bervariasi.
Untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pra siklus, maka perlu
diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I yang bertujuan untuk
meningkatkan motorik halus dalam meronce.
Hasil perbaikan pembelajaran Siklus I, kegiatan meronce belum
mampu meningkatkan motorik halus anak, karena dari jumlah 20 anak yang
17

sudah berkembang meronce hanya 5 anak (25%), 7 anak (35%) mulai


berkembang dan 8 anak (40%) belum berkembang dalam kegiatan meronce.
Setelah melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran pra siklus dapat
diketahui kelemahan-kelemahan yang dapat menyebabkan tujuan atau hasil
belajar anak belum berhasil, yaitu: 1) kurangnya konsentrasi anak dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, 2) kurangnya pemahaman anak terhadap
penjelasan guru, 3) kurangnya keterampilan tangan anak dalam meronce
sesuai pola, 4) kurangnya kemandirian anak dalam mengerjakan tugas, 5)
kurangnya pengelolaan dan pengorganisasian kelas dan anak, dan 6) metode
pembelajaran yang dipakai kurang bervariasi. Tingkat keberhasilan pada
kegiatan meronce pada siklus I yaitu 20%. Melalui kegiatan meronce dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak, tingkat keberhasilan pada
siklus I belum optimal, maka akan dilakukan perbaikan pembelajaran pada
siklus II.
Setelah melakukan pengamatan dan refleksi dari kegiatan
pembelajaran siklus I, penulis mengidentifikasi masalah yang menyebabkan
kegiatan pembelajaran tesebut belum optimal. Dari beberapa masalah yang
teridentifikasi pada kegiatan pembelajaran siklus I akan menjadi acuan dalam
perbaikan pembelajaran pada siklus II. Penulis mencoba memperbaiki metode
pembelajaran dengan menggunakan media yang lebih menarik dan lebih
bervariatif lagi. Ini dimaksudkan agar dalam pembelajaran anak lebih
semangat dan termotivasi. Sehingga anak mampu mengerjakan kegiatan
tersebut sesuai dengan harapan guru. Dengan menggunakan media yang
menarik tersebut penulis berharap agar benar-benar anak semangat dan tidak
cepat bosan dalam melakukan kegiatan sesuai langkah-langkah yang
dipratekkan guru dalam kegiatan menggunting.
Data siklus II, kegiatan pembelajaran meronce belum mampu
meningkatkan motorik halus anak, karena dari jumlah 20 anak yang sudah
berkembang sesuai harapan meronce hanya 85 anak (85%), 2 anak (10%)
mulai berkembang dan 1 anak (5%) belum berkembang dalam kegiatan
meronce.
18

Rekapitulasi hasil belajar kegiatan perbaikan pembelajaran dalam


meningkatkan motorik halus melalui kegiatan meronce yang diawali dengan
pra siklus/observasi awal, siklus I dan siklus II terlihat adanya peningkatan
hasil belajar secara signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di
bawah ini.

Pra Siklus Siklus I Siklus II


Kriteria Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BSH 4 20% 5 25% 17 85%


MB 5 25% 8 40% 2 10%
BB 11 55% 7 35% 1 5%
Jumlah 20 100% 20 100% 20 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran
kolase pada pra siklus dari jumlah 20 anak hanya 4 anak (20%) yang
sudah berkembang sesuai harapan, 5 anak (25%) anak yang mulai
berkembang, dan 11 anak (55%) anak yang belum berkembang. Pada
siklus I, diperoleh hasil belajar yaitu dari 20 anak, 5 anak (25%) yang
sudah sudah berkembang sesuai harapan, 8 anak (40%) anak yang mulai
berkembang, dan 7 anak (35%) anak yang belum berkembang. Sedangkan
pada siklus II diperoleh data hasil belajar yaitu, dari 20 anak 17 anak
(90%) yang sudah berkembang sesuai harapan, 2 anak (10%) anak yang
mulai berkembang, dan seorang anak (5%) belum berkembang dalam
kemampuan meronce.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan
pada kegiatan meronce mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.
Pada pra siklus tingkat keberhasilan hanya 20%, sedang pada sikus I
mengalami sedikit peningkatan menjadi 25%, dan pada siklus II tingkat
keberhasilan mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi
85%. Setelah melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran pra siklus
dapat diketahui kelemahan-kelemahan yang dapat menyebabkan tujuan
atau hasil belajar anak belum berhasil, yaitu: 1) kurangnya konsentrasi
anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, 2) kurangnya pemahaman
19

anak terhadap penjelasan guru, 3) kurangnya keterampilan tangan anak


dalam meronce sesuai pola, 4) kurangnya kemandirian anak dalam
mengerjakan tugas, 5) kurangnya pengelolaan dan pengorganisasian
kelas dan anak, dan 6) metode pembelajaran yang dipakai kurang
bervariasi. Tingkat keberhasilan pada kegiatan meronce pada siklus 2
yaitu 85%. Melalui kegiatan meronce dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak, tingkat keberhasilan pada siklus 2 sudah mencapai
indikator keberhasilan yang diharapkan, maka tidak dilakukan perbaikan
pembelajaran siklus berikutnya.
20

V. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perbaikan yang dilakukan pada anak TK Muslimat
NU Babalanlor Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Kelompok A
Semester I Tahun Ajaran 2018/2019 yang berjumlah 20 anak hanya 4 anak
(20%) yang sudah berkembang sesuai harapan, 5 anak (25%) anak yang
mulai berkembang, dan 11 anak (55%) anak yang belum berkembang. Pada
siklus I, diperoleh hasil belajar yaitu dari 20 anak, 5 anak (25%) yang sudah
sudah berkembang sesuai harapan, 8 anak (40%) anak yang mulai
berkembang, dan 7 anak (35%) anak yang belum berkembang. Sedangkan
pada siklus II diperoleh data hasil belajar yaitu, dari 20 anak 17 anak (85%)
yang sudah berkembang sesuai harapan, 2 anak (10%) anak yang mulai
berkembang, dan seorang anak (5%) belum berkembang dalam kemampuan
meronce. Tingkat keberhasilan pada kondisi awal hanya 20%, sedang pada
sikus I mengalami sedikit peningkatan menjadi 25%, dan pada siklus II
tingkat keberhasilan mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi
85%.
Langkah-langkah guru untuk meningkatkan motorik halus anak melalui
kegiatan meronce, yaitu menggunakan metode pembelajaran yang tepat yaitu
demonstrasi (memperagakan, melakukan, menjelaskan), menggunakan media
yang menarik, variatif dan kreatif, memberi contoh dan penjelasan yang
mudah dipahami anak, memberi bimbingan dan motivasi kepada anak dengan
baik.

b. Saran
21

Kepala sekolah harus mampu menjadi mativator kepada guru untuk


melakukan penelitian tindakan kelas ,sebagai wujud upaya peningkatan
prestasi anak didiknya,penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Pihak sekolah menciptakan kondisi belajar dengan memperhatikan sarana
dan prasarana yang memadai,sehingga dapat mendukung kegiatan
pembelajaran yang lebih baik,Kepala Sekolah hendaknya memberikan
motivasi kepada guru agar meningkatkan profesionalisme sehingga
pendidikan di TK berkembang dan meningkat.
2. Guru dapat menerapkan pembelajaran keterampilan motorik halus
melalui kegiatan meronce dengan manik-manik sesuai pola warna serta
mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak.
3. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan diharap aktif
melakukan monitoring dan supervisi Taman Kanak-kanak yang ada di
bawah naunganya guna meningkatkan kualitas pendidikan yang baik dan
profesional bagi pendidiknya.
4. Orang tua di harapkan mendukung setiap kegiatan yang di lakukan oleh
guru dengan berbagai kegiatan yang telah direncanakan TK Muslimat
NU Babalanlor Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.
22

Daftar Pustaka

Bambang Sujiono, dkk. 2012. MetodePengembangan fisik. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Diyah Ayu Pratini. 2014. Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP).


Semarang: UPBJJ UT Semarang.

Hajar Pamadi dan Evan Sukardi S. dalam Diyah Ayu Pratini. 2014. Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP). Semarang: UPBJJ UT Semarang.

http: // www.ilmugrafis.com/artikel.php?page=pengertian-arti-warna

http:// koleksikikie.com/2013/12/manik-manik-mengenal-ragam-dan-jenisnya/

Masitoh.2012. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Siti Aisyah, dkk. 2013. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: Unversitas Terbuka

Soegeng Santoso. 2011. Dasar-dasar Pendidikan TK. Jakarta: Universitas


Terbuka

Anda mungkin juga menyukai