Oleh:
SUNSAERAH
NIM 836671922
sunsaerah81@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motorik halus anak dalam kegiatan
meronce manik-manik sesuai pola pada anak kelompok A TK Muslimat NU Babalanlor
Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Tahun pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 (dua) siklus yaitu
siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah anak kelompok A yang
berjumlah 20 anak. Pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi hasil
karya anak. Data diperoleh dari observasi awal, siklus I dan siklus II. Hasil observasi
awal adalah hanya 4 anak (20%) sudah berkembang sesuai harapan dalam meronce
manik-manik sesuai pola tanpa bimbingan guru, siklus I diperoleh hasil 5 anak (25%)
sudah berkembang sesuai harapan dalam meronce manik-manik sesuai pola tanpa
bimbingan guru dan siklus II diperoleh hasil 17 anak (85%) sudah berkembang sesuai
harapan dalam meronce manik-manik sesuai pola tanpa bimbingan guru. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah melalui kegiatan meronce manik-manik sesuai pola dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak Kelompok A TK Muslimat NU
Babalanlor.
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Anak usia dini adalah sekelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki
karakteristik pertumbuhan dan perkembangan fisik, motorik, kognitif dan
intelektual (daya pikir, daya cipta), sosial emosional, serta bahasa.
Anak usia 0-7 tahun, fase ini di sebut fase masa anak kecil,masa
bermain.Pendidik perlu memberikan aktivitas kepada anak agar bermain dan
selalu menyenangkan,kalau senang anaj akan berkembang secara wajar dan
sehat. Masa perkembangan fase ini menurut Aristoteles digunakan sebagai
pedoman untuk batas bawah atau usia untuk masuk ke pendidikan dasar.
Dalam penyajian dan penyampaian materi ilmu pengetahuan melalui
proses belajarmengajar, seorang guru dituntut menguasai strategi atau
metode dengan baik. Guru diharapkan dapat mempersiapkan, melaksanakan,
menilai hasil belajar mengajar serta dapat memilih dan menggunakan
interaksi belajar mengajar, mengelola kelas, membimbing perkembangan
siswa dengan tepat, dan membuat siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
Guru berperan penting dalam pengembangan motorik halus, guru
harus dapat memlilih dan memanfaatkan setiap kesempatan belajar untuk
mengembangkan motorik halus. Guru dapat mengajak anak untuk
mengembangkan kreativitasnya dalam kesempatan apa saja baik di dalam
ruangan maupun di luar ruangan. Observasi yang dilakukan di TKM NU
Babalanlor pada saat pembelajaran menunjukan bahwa, motorik halus
kelompok B masih belum berkembang optimal.
Berdasarkan pengamatan guru, ditemukan rendahnya motorik halus
dalam membuat roncean. Hal ini dapat terlihat dari 20 anak yang ada di
Kelompok A, ada 15 anak yang belum berani, terlihat ragu-ragu dalam
melakukan meronce, anak lebih dulu mengatakan “tidak bisa” saat diminta
membuat roncean, hasil roncean tidak mengikuti pola yang seharunya, serta
anak terlaihat bosan dengan media sedotan yang selalu digunakan dalam
kegiatan meronce. Tingkat motorik halus masih rendah, dibawah 75%.
3
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Apakah dengan media Manik-manik dapat
meningkatkan hasil belajar anak dalam kegiatan meronce sesuai pola warna?”
c. Tujuan Perbaikan
Tujuan dilakukannya pembelajaran ini adalah: untuk meningkatkan
hasil belajar anak dalam kegiatan meronce sesuai pola warna.
d. Manfaat Perbaikan
Dilakukannya perkembangan pembelajaran ini diharapkan bermanfaat
bagi:
1. Anak didik TK Muslimat NU Babalanlor agar lebih kreatif inovatif.
2. Guru TK Muslimat NU Babalanlor agar lebih kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan kreatifitas anak.
3. Orang tua siswa TK Muslimat NU Babalanlor untuk dapat menambah
wawasan khususnya dalam memahami perkembangan anak khususnya dalam
perkembangan kreatifitas anak dalam meronce sesuai pola warna.
4. Dunia pendidikan sebagai bahan kajian dan bertambahnya khasanah ilmu
pengetahuan, khusunya dibidang pendidikan di Taman Kanak-kanak.
4
menjadi aksesoris atau hal lain yang sifatnya dekoratif. Yang dimaksud
benda disini cukup beragam, yakni yang alami misalnya kayu, kerang,
batu, tanah liat atau lempung, gading dan tulang hewan. Yang sintetis
umumnya terbuat dari logam, plastic, resin, kertas dan yang paling popular
adalah kaca.
d. Pengenalan Warna
Dalam pembelajaran di sekolah pengertian warna diartikan sebagian
adalah sebuah spectrum tertentu yang terdapat di dalam cahaya yang
sempurna atau putih. Dalam dunia desain warna bias berarti pantulan
tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di
permukaan benda, misalnya pencampuran pigmen magenta dan yang
dengan proporsi tepat disinari cahaya putih sempurna akan menghasilkan
sensasi mirip warna merah.
Jenis-jenis warna dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
1. Warna Primer
Pada awalnya manusia mengira bahwa warna primer tersusun atas
warna merah, kuning dan hijau. Namun dalam penelitian lebih lanjut
dikatakan tiga warna primer yaitu merah (seperti darah), biru (seperti
langit atau laut), kuning (seperti kunig telur).
2. Warna Sekunder
Adalah warna yang dihasilkan dari campuran dua warna primer
dalam sebuah ruang warna yaitu akan menjadi warna jingga atau
orange, hijau dan ungu.
3. Warna Tertier
Yaitu warna yang dihasilkan dari pencampuran warna sekunder
dengan warna primer.
7
siklus II
Penyusunan
4 laporan
PKP
Penyusunan
5
draf Karil
3. Tema
Tema dalam penulisan penelitian tindakan kelas ini, penulis
mengambil tema pekerjaan pada siklus I, pekerjaan pada siklus II, untuk
meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan meronce
menggunakan manik-manik di kelompok A TK Muslimat NU Babalanlor
Kecamatan Bojong.
4. Kelompok
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di kelompok A TK
Muslimat NU Babalanlor Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan,
dengan jumlah siswa 20 yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 8 siswa
perempuan.
Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilakukan 2 (dua)
siklus, maka indikator keberhasilan adalah Perbaikan pembelajaran
dalam meningkatkan motorik halus dinyatakan berhasil, jika 80% anak
didik memiliki motorik halus tinggi dengan kriteria BSH (Berkembang
Sesuai Harapan).
Tema yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas mengikuti
tema yang ada di sekolah yang akan diadakan penelitian tindakan kelas.
Pada siklus I mengambil tema pekerjaan dengan sub tema tukang bakso
dan siklus II tema tanaman.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis memilih kelompok B di
TK Muslimat NU Baitul Makmur Krandon, dengan jumlah anak didik
sebanyak 20 anak, yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 8 anak
perempuan. Data anak didik dapat dilihat pada tabel berikut ini:
9
5. Karakteristik
Karakteristik peserta didik di TK Muslimat NU Babalanlor berasal
dari lingkungan sekitar sekolah yang sebagian besar orang tuanya bekerja
sebagai petani dan wiraswasta dengan penghasilan menengah ke bawah.
Ada beberapa anak yang masih ditunggui oleh ibunya. Karakteristik
perkembangan karakter anak usia dini menurut Hartati, 2005 adalah
memiliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan pribadi yang unik, suka
berfantasi dan berimajinasi, masa paling potensial untuk belajar,
menunjukkan sikap egosentris, memiliki rentang daya konsentrasi yang
pendek, sebagai bagian dari makhluk sosial (Aisyah, dkk. 2013).
4. Rencana Refleksi
Refleksi adalah kegiatan merenung atau mengingat dan
menghubung-hubungkan kinerja mengajar yang telah, sedang atau akan
terjadi dalam pembelajaran (Schmuck, A. Richard, 2008). Refleksi
dilakukan melalui analisis dan sintesis, serta induksi dan deduksi.
Analisis dilakukan dengan merenungkan kembali secara intensif
kejadian-kejadian atau peristiwa yang menyebabkan munculnya sesuatu
yang diharapkan atau tidak diharapkan. Sebelum melakukan PTK
penulis membuat refleksi. Hasil refleksi digunakan sebagai dasar untuk
merencanakan perubahan atau perbaikan yang sebaiknya dilakukan
dalam pembelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal yang telah dan
akan terjadi. Tujuan refleksi adalah untuk menyadari kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki guru dalam kegiatan pengembangan yang
dikelolanya.
13
b. Saran
21
Daftar Pustaka
Hajar Pamadi dan Evan Sukardi S. dalam Diyah Ayu Pratini. 2014. Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP). Semarang: UPBJJ UT Semarang.
http: // www.ilmugrafis.com/artikel.php?page=pengertian-arti-warna
http:// koleksikikie.com/2013/12/manik-manik-mengenal-ragam-dan-jenisnya/
Siti Aisyah, dkk. 2013. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: Unversitas Terbuka