PENDAHULUAN
Anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0-6 tahun. Sebagaimana yang
termaksud didalam UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2013 pasal 1 ayat 14 dan pasal 18
ayat 1, bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang sekolah dasar, dari
sejak lahir sampai usia enam tahun yang melalui jalur pendidikan formal terbentuk dalam Taman
Kanak-kanak (TK). Usia dini dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada usia
tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat besar baik secara fisik, maupun
psikis. Pada usia 4-6 tahun merupakan masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis
anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi dan psikis yang siap
merespon stimulasi dan mengasimilasi atau menginternalisasikan kedalam pribadinya. Pada
masa ini merupakan masa awal pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial
emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama (Depdiknas,
2007: 1). Berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan pada usia 4-5 tahun motorik haalus aak
sudah berkembang dengan baik. Tetapi pada kenyataannya di PAUD IT Nurul Hikmah Desa
Wonolelo Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang sebgian besar anak masih kurang
berkembang keterampilan motorik halusnya.
Gunting sebagai salah satu benda tajam yang sering ditemukan pada anak-anak, baik dirumah
maupun disekolah. Aktivitas yang dilakukan anak-anak, dengan menggunakan gunting, itu
sebenarnya gejala awal yang positif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak,
semestinya mendapat respon dari guru dan orang tua. Gejala tersebut merupakan modal dasar
awal yang baik bagi suatu proses belajar, karena belajar hakekatnya adalah proses aktivitas yang
terencana dan sadar tujuan. Namun demikian kenyataannya, guru dan orang tua justru melarang
murid dan anak-anak mereka memegang dan menggunakan gunting tanpa menjelaskan kepada
anak. Sikap kekhawatiran guru dan orang tua yang takut anaknya terluka karena gunting. Siakp
seperti itu bukan hanya tidak bijaksana tetapi juga dapat mematikan potensi positif dalam diri
anak. Dalam hal ini anak dapat diarahkan pada perkembangan motoriknya. Perkembangan
motorik adalah proses seseorang anak belajar untuk trampil menggerakkan anggota tubuh,
Bambang Sujiono (2010:1 12 ).
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka penulis bermaksud akan mengadakan suatu
penelitian ini dengan judul “ Meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan
menggunting pada kelompok A di PAUD IT Nurul Hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan
Kabupaten Magelang.
1. Identifikasi Masalah
Melihat latar belakang tersebut diatas dapat diidentifikasi permaslahannya, yaitu sebagai berikut:
Karena adanya faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik halus anak telah
diidentifikasi masalah adapun faktor penyebab timbulnya masalah tersebut :
Untuk meningkatkan kemampuan menggunting tersebut maka guru dapat melakukan tindakan
dengan cara menggunakan metode menggunting berbagai pola, pola yang di gunakan beragam,
dari tahap yang sederhana sampai pola yang sedikit rumit yang tentu sesuai dengan usia 4-5
tahun.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka diajukan rumusan masalah sebagai
berikut :
“Bagaimana meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan menggunting pola
pada kelompok A di PAUD IT Nurul hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan Kabupaten
Magelang?”
1. Tujuan Perbaikan
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui
kegiatan menggunting pola pada kelompok A di PAUD IT Nurul Hikmah Desa Wonolelo
Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Mudjito (2007: ) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembanganmotorik halus
yaitu :
1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan
senang.
2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpessness(tidak
berdaya) padabulan-bulan pertama kehidupannya.
3. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekolah.
Karakter perkembangan motorik halus menurut Walkay dalam Mudjito (2007) dapat
disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus yang paling utama adalah:
1. Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari
kemampuan gerak halus anak bayi.
2. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami
kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung sempurna.
3. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan,
dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata.
4. Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun ia belajar bagaimana menggunakan jemari dan
pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil.
Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang dapat dilakukan oleh
guru PAUD adalah :
1. Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak melatih keterampilan
motoriknya.
2. Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu
3. Aktivitas fisik anak yang bervariasi, yaitu aktivitas fisik untuk bermain dan bergembira
sambil menggerakkan anggota tubuh.
4. Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuan yang diharapkan sesuaidengan
perkembangannya.
Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan
gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian
gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan pusat motorik di otak.
Perkembangan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otak. Oleh sebab itu,
setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak, otaklah yang
berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas
fisik dan mental seseorang.
Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan dan berkesinambungan, otak terus
mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang
membentuk sistem syaraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol, akan mendiktekan setiap
gerak anak. Dalam kaitannya dengan perkembangan motorik anak, perkembangan motorik
berhubungan dengan perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak merupakan unsur utama
dalam perkembangan motorik anak, oleh sebab itu, perkembangan kemampuan motorik anak
akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang mereka lakukan.
Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan motorik kasar dan
gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan
koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Seperti meloncat, memanjat, berlari, menaiki
sepeda, berdiri dengan satu kaki dan sebagainya. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan
hanya melibatkan bagian-bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti
keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang
tepat.Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.
Gerakan motorik halus yang terlihat saat usiaPAUD, antara lain adalah anak mulai dapat
menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting dan sebagainya.
Pengembangan motorik pada anak PAUD adalah merupakan proses memperoleh keterampilan
dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Dalam mempelajari kemampuan motorik halus
anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata.Anak juga belajar menggerakan pergelangan
tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.
Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti
menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak semua anak
memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan
gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan
mental ( Sujiono, 2007: 1.14).
Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak PAUD sudah barang tentu memerlukan
bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai guru PAUD
sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.Sehingga melalui metode latihan
dapat meningkatkan kemampuan menggunting anak.
1. Pengertian Media
2. Heinich dkk, (1993) media merupakan saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa
latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara.
3. Briggs, (1977) media sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi/ materi pembelajaran,
seperti buku, film, video, slide.
4. Schramm, (1977) media diartikan sebagai sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang dengar termasuk teknologi perangkat kerasnya.
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran yaitu meliputi alat bantu
guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar kepenerima pesan belajar
(siswa).
Hasil penelitian dari British Audio-Visual Association menghasilkan temuan bahwa rata-rata
jumlah informasi yang diterima indra adalah :
Media gunting merupakan alat untuk memotong kertas yang digunakan dalam pembelajaran
untuk memotong kertas berpola gambar.
BAB III
Perbaikan kemampuan motorik halus anak di kelompok A PAUD IT Nurul Hikmah Desa
Kaweron Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang Tahun 2014/2015 dengan media gunting.
Seberapa besar kontribusi yang diberikan dengan media ini, sehingga akan tercapai kegiatan
belajar yang menyenangkan dan menarik bagi anak.
Kelompok :A
Siklus II Lingkungan/Rumah
Tapi secara umumnya tumbuh kembang semua anak di sekolah terlihat baik, karena guru
memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak
PAUD.
1. DesainProsedurPerbaikanPembelajaran
1. Rencana
2. Pelaksanaan
3. Observasi
Selama proses kegiatan berlangsung, penilai mencatat kekurangan dan kelebihan melalui lembar
observasi, dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran ini peneliti juga bekerja sama
dengan teman sejawat sebagi pengamat sekaligus penilai 2.
4. Refleksi
Setiap selesai kegiatan pembelajaran, guru selalu melakukan refleksi. Dan merenungkan
kekurangan dalam melaksanankan kegiatan yang telah dilakukan dan mencoba memperbaikai
pada pertemuan berikutnyasampai mencapai standar kompetensi yang diharapkan.
1. Siklus pertama
1. Pertemuan pertama
Perencanaan
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan, membuat lembar
observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika diajarkan menggunting
pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar
anak dalam menggunting pola bergambar.
Pelaksanaan
Kegiatan awal :
Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu berjalan jinjit
Kegiatan inti :
Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan kertas berpola garis
lurus sesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan cara menggunting yang baik dan benar,
anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola garis lurus seperti yang telah diperagakan
oleh guru kemudian guru mengamati cara kerja anak.
Kegiatan akhir :
Mendengar cerita tentang panca indra, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam, pulang
Observasi
Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan ternyata
tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola garis lurus sebagian besar anak
menggunting dengan hasil yang belum rapi.
Refleksi
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata peneliti menemukan
kekurangan yaitu anak kurang tertarik dengan kegiatan yang dilaksanakan adapun kelebihannya
adalah peneliti dapat menjelaskan tentang bahaya dan manfaat gunting kepada anak
1. Pertemuan kedua
Perencanaan
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan, membuat lembar
observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika diajarkan menggunting
pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar
anak dalam menggunting kertas berpola garis lurus
Pelaksanaan
Kegiatan awal :
Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu berdiri diatas satu kaki
Kegiatan inti :
Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan kertas berpola garis
lurus sesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan cara menggunting yang baik dan benar,
anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola garis lurus seperti yang telah diperagakan
oleh guru kemudian guru mengamati cara kerja anak.
Kegiatan akhir :
Menyanyi lagu “dua mata saya”, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam, pulang
Observasi
Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan ternyata
tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola garis lurusmasih banyak anak yang
belum menggunting pas garis, hasilnya masih banyak yang belum rapi. Jadi, kegiatan perbaikan
yang dilakukan belum mendapat hasil yang maksimal.
Refleksi
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata peneliti menemukan
kekurangan yaitu ada beberapa anak yang merasa bosan dan capek pada saat menggunting hal itu
disebabkan karena pola garis yang digunakan terlalu panjang dan banyak. Tetapi, selain itu ada
juga kelebihannya yaitu anak mampu menggunting sesuai dengan penjelasan yang diberikan
guru.
1. Pertemuan ketiga
Perencanaan
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan, membuat lembar
observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika diajarkan menggunting
pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar
anak dalam menggunting kertas berpola zig zag
Pelaksanaan
Kegiatan awal :
Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu menangkap bola
Kegiatan inti :
Kegiatan akhir :
Mendengar cerita “akibat jika tidak mandi”, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam, pulang
Observasi
Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan ternyata
tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola garis lurusmasih banyak anak yang
belum menggunting pas garis, hasilnya masih banyak yang belum rapi. Jadi, kegiatan perbaikan
yang dilakukan masih belum mendapat hasil yang maksimal.
Refleksi
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata peneliti menemukan
kekurangan yaitu kurangnya pemberian motivasi pada anak yang masih kesulitan menggunting.
Tetapi ada juga kelebihannya yaitu pola yang digunakan sudah sesuai dengan kebutuhan anak
(tidak terlalu banyak dan panjang)
1. Pertemuan keempat
Perencanaan
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan, membuat lembar
observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika diajarkan menggunting
pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar
anak dalam menggunting kertas berpola bentuk goemetri
Pelaksanaan
Kegiatan awal :
Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu menendang bola ke depan
Kegiatan inti :
– Mengelompokan biji-bijian
Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan kertas berpola
bentuk geometrisesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan cara menggunting yang baik
dan benar, anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola bentuk geometri seperti yang
telah diperagakan oleh guru kemudian guru mengamati cara kerja anak.
Kegiatan akhir :
Mendengar cerita tentang “menolong teman”, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam, pulang
Observasi
Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan ternyata
tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola bentuk geometrihanya 50% anak
yang menggunting dengan hasil guntingan yang rapi, yang 50 % masih menggunting dengan
hasil yang belum rapi. Sehingga, kegiatan perbaikan pada hari ini masih belum berhasil.
Refleksi
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata peneliti menemukan
kekurangan yaitu pola geometri yang digunakan terlalu kecil untuk anak, sehingga banyak anak
yang kesulitan saat menggunting, tetapi ada juga kelebihannya yaitu anak menjadi lebih tahu
tentang bentuk-bentuk geometri yang ada pada pola.
1. Pertemuan kelima
Perencanaan
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan, membuat lembar
observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika diajarkan menggunting
pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar
anak dalam menggunting kertas berpola gambar orang
Pelaksanaan
Kegiatan awal :
Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu naik turun tangga tanpa
pegangan
Kegiatan inti :
Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan kertas berpola
gambar orang sesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan cara menggunting yang baik dan
benar, anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola gambar orang seperti yang telah
diperagakan oleh guru kemudian guru mengamati cara kerja anak.
Kegiatan akhir :
Tanya jawab tentang “panca indra”, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam, pulang
Observasi
Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan ternyata
tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola gambar orangbanyak anak yang
menggunting dengan hasil yang belum rapi. Sehingga, di pertemuan kelima ini kegiatan
perbaikan belum bisa dikatakan berhasil.
Refleksi
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata peneliti menemukan
kekurangan yaitu pola yang digunakan rumit untuk anak usia TK A, sehingga banyak anak yang
kesulitan. Tetapi, selain itu ada juga kelebihannya yaitu peneliti mampu memberi motivasi
kepada anak yang tidak mau menyelesaikan kegiatan mengguntingnya, meskipun dengan hasil
yang belum rapi.
2. Siklus kedua
3. Pertemuan pertama
Perencanaan
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan, membuat lembar
observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika diajarkan menggunting
pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar
anak dalam menggunting pola bergambar.
Pelaksanaan
Kegiatan awal :
Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu meloncat dari atas papan
Kegiatan inti :
Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan kertas berpola
gambar rumah sesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan cara menggunting yang baik dan
benar, anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola gambar rumah seperti yang telah
diperagakan oleh guru kemudian guru mengamati cara kerja anak.
Kegiatan akhir :
Observasi
Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan ternyata
tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola gambar rumah
sederhanamenunjukan hasil yang cukup baik, dari 13 anak masih ada 5 anak yang
mengguntingnya masih kurang rapi.
Refleksi
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata peneliti menemukan
kekurangan yaitu pada saat kegiatan menggunting kurang memperhatikan anak. Tetapi ada juga
kelebihannya yaitu saya dapat menjelaskan dan memberikan contoh cara menggunting cukup
jelas kepada anak.
1. Pertemuan kedua
Perencanaan
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan, membuat lembar
observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika diajarkan menggunting
pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar
anak dalam menggunting pola bergambar.
Pelaksanaan
Kegiatan awal :
Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu berlari di tempat.
Kegiatan inti :
Kegiatan akhir :
Tanya jawab tentang guna rumah, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam, pulang
Observasi
Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan ternyata
tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola gambar almari masih saja ada 5
anak yang mengguntingnya belum rapi.
Refleksi
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata peneliti menemukan
kekurangan yaitu pada saat menjelskan kepada anak suaranya kurang jelas karena sedang flu.
Adapun kelebihannya yaitu, pola yang digunakan cukup sederhana dan mudah bagi anak usia TK
A.
1. Pertemuan ketiga
Perencanaan
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan, membuat lembar
observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika diajarkan menggunting
pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar
anak dalam menggunting pola bergambar.
Pelaksanaan
Kegiatan awal :
Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu memantulkan bola.
Kegiatan inti :
Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan kertas berpola
gambar rumah sesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan cara menggunting yang baik dan
benar, anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola gambar rumah seperti yang telah
diperagakan oleh guru kemudian guru mengamati cara kerja anak.
Kegiatan akhir :
Membedakan macam-macam bau, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam, pulang
Observasi
Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan ternyata
tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola gambar rumah masih menunjukan
hasil yang kurang memuaskan, masih ada 4 anak yang mengguntingnya belum rapi.
Refleksi
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata peneliti menemukan
kelebihan yaitu, meski dengan suara masih kurang jelas saya berusaha untuk menjelaskan kepada
anak dengan jelas, pola yang saya gunakan jugacukup menarik minat anak karena sebagian anak
mengatakan “gambar rumahnya bagus’
1. Pertemuan keempat
Perencanaan
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan, membuat lembar
observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika diajarkan menggunting
pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar
anak dalam menggunting pola bergambar.
Pelaksanaan
Kegiatan awal :
Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu berjalan mundur
Kegiatan inti :
Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan kertas berpola
gambar tempat tidur sesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan cara menggunting yang
baik dan benar, anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola gambar tempat tidur
seperti yang telah diperagakan oleh guru kemudian guru mengamati cara kerja anak.
Kegiatan akhir :
Mendengar cerita tentang”kerja bakti di rumah”, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam, pulang
Observasi
Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan ternyata
tingkat pemahaman anak tentang menggunting kertas berpola hambar temapat tidur menunjukan
hasil yang cukup baik, hanya tinggal 3 anak yang mengguntingnya masih belum rapi.
Refleksi
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata peneliti menemukan
kelebihan yaitu,pemilihan pola yang digunakan sudah tepat karena anak banyak yang menyukai
pola gambar tersebut.
1. Pertemuan kelima
Perencanaan
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), membuat skenario perbaikan, membuat lembar
observasi untuk menilai kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas ketika diajarkan menggunting
pola gambar, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar
anak dalam menggunting pola bergambar.
Pelaksanaan
Kegiatan awal :
Berdoa, salam, absen, dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik yaitu meniru gerakan pohon
terkena angin sepoi-sepoi
Kegiatan inti :
Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak, guru membagikan kertas berpola
gambar rumah jamur sesuai dengan jumlah anak, guru memperagakan cara menggunting yang
baik dan benar, anak mempraktekan cara menggunting kertasberpola gambar rumah jamur
seperti yang telah diperagakan oleh guru kemudian guru mengamati cara kerja anak.
Kegiatan akhir :
Membedakan macam-macam rasa, evaluasi kegiatan hari ini, berdoa, salam, pulang
Observasi
Peneliti dan penilai mencatat hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan pada
pertemuan terakhir disiklus kedua ini. Hasil akhirnya menunjukan masih ada 2 anak yang
mengguntingnya belum rapi.
Refleksi
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi, ternyata peneliti menemukan
kelebihan yaitu dapat mengatur waktu dengan baik. Anak banyak tertarik dan bersemangat saat
kegiatan menggunting karena pola yang digunakan gambarnya lucu.
BAB IV
Kegiatan pengembangan ini dilaksanakan dalam dua siklus terdiri dari rancangan kegiatan tiap
siklus, RKH, skenario, dan hasil refleksi.
Siklus : Pertama
Tema : Diri sendiri
Kelompok :A
Identtifikasi masalah : 1. Siswa kurang tertarik pada saat pembelajaran menggunting, hal
itu disebabkan karena penggunaaan media yang kurang tepat, bentuk pola yang tidak sesuai dan
kurangnya motivasi guru kepada anak.
2. Masalah penggunaan pola yang kurang tepat dapat diatasi dengan menggunakan pola
yang bervariasi dan sesuai kebutuhan anak usia TK A.
Pertemuan pertama
Siklus :I
Hal yang diperbaiki : Keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola
Pengelolaan kelas :
1. Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk lingkaran
2. Posisi duduk anak membentuk lingkaran
Langkah-langkah perbaikan :
1. Guru menyediakan peralatan sesuai dengan jumlah anak
2. Guru membagikan kertas berpola garis lurus sesuai dengan jumlah anak
3. Guru memperagakan cara menggunting kertas berpola garis lurus yang baik dan benar
4. Anak mempraktekan cara menggunting kertas tanpa pola sesuai dengan kreasi anak
5. Guru memeriksa hasil pekerjaan anak
6. Guru memberikan reward dan umpan balik
Pertemuan kedua
Siklus :I
Hal yang diperbaiki : Keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola
Pengelolaan kelas :
1. Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk formasi U
2. Posisi duduk anak membentuk formasi U
Langkah-langkah perbaikan :
Pertemuan ketiga
Siklus :I
Hal yang diperbaiki : Keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola
Pengelolaan kelas :
1. Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk lingkaran
2. Posisi duduk anak membentuk lingkaran
Langkah-langkah perbaikan :
Pertemuan keempat
Siklus :I
Hal yang diperbaiki : Keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola
Pengelolaan kelas :
1. Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk lingkaran
2. Posisi duduk anak membentuk lingkaran
Langkah-langkah perbaikan :
Pertemuan kelima
Siklus :I
Hal yang diperbaiki : Keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola
Pengelolaan kelas :
1. Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk lingkaran
2. Posisi duduk anak dibagi menjadi dua kelompok
Langkah-langkah perbaikan :
LEMBAR REFLEKSI
UPBJJ : YOGYAKARTA
Anak mulai antusias meski ada beberapa yang masih kurang fokus
Secara keseluruhan apa saja kelemahan saya dalam kegiatan pengembangan yang saya
lakukan?
Pola garis lurus yang saya gunakan terlalu banyak sehingga ada anak yang merasa kecapekan
dan bosan
Kurangnya pemberian motivasi kepada anak yang masih kesulitan pada saat kegiatan
menggunting
Pola geometri yang saya gunakan terlalu kecil sehingga menyulitkan anak
Secara keseluruhan apa saja kelebihan saya dalam pengembangan yang saya lakukan?
Saya dapat memberikan penjelasan tentang manfaat dan bahaya gunting kepada anak
Pola yang saya gunakan sudah sesuai kebutuhan anak (tidak terlalu banyak)
Anak-anak jadi lebih mengetahui nama dari bentuk-bentuk geometri yang ada pada pola
Saya dapat memberi motivasi pada anak yang tidak mau menyelesaikan kegiatan
mengguntingnya meski hasilnya belum rapi
Hal-hal unik apa yang saya temui dalam kegiatan pengembangan?
Ada anak yang berinisiatif untuk meronce hasil guntingan tersebut untuk digantung di rumah
Ada anak yang bilang,”ustadzah gambar anak putrinya tidak sholih soalnya tidak pakai
kerudung”
Setelah mengetahui kelemahan dan kelebihan saya, maka apa yang akan saya lakukan
untuk meningkatkan kualitas kegiatan pengembangan berikutnya?
Saya akan lebih memberikan motivasi kepada anak yang merasa kesulitan saat menggunting
Saya akan menggunakan pola yang lebih besar, meski tidak terlalu besar
Saya akan menggunakan pola yang lebih mudah dan tidak terlalu rumit
Pertemuan pertama
Siklus : II
Hal yang diperbaiki : Keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola
Pengelolaan kelas :
1. Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk lingkaran
2. Posisi duduk anak membentuk lingkaran
Langkah-langkah perbaikan :
Siklus : II
Hal yang diperbaiki : Keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola
Pengelolaan kelas :
1. Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk lingkaran
2. Posisi duduk anak dibagi menjadi tiga kelompok
Langkah-langkah perbaikan :
Pertemuan ketiga
Siklus : II
Hal yang diperbaiki : Keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola
Pengelolaan kelas :
1. Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk formasi U
2. Posisi duduk anak menjadi formasi U
Langkah-langkah perbaikan :
Pertemuan keempat
Hal yang diperbaiki : Keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola
Pengelolaan kelas :
1. Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk lingkaran
2. Posisi duduk anak dibagi menjadi empat kelompok
Langkah-langkah perbaikan :
Pertemuan kelima
Siklus : II
Hal yang diperbaiki : Keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting pola
Pengelolaan kelas :
1. Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk lingkaran
2. Posisi duduk anak dibagi menjadi empat kelompok
Langkah-langkah perbaikan :
SIKLUS II
LEMBAR REFLEKSI
Anak merasa senang karena pola yang digunting sangat menarik minat anak
Secara keseluruhan apa saja kelemahan saya dalam kegiatan pengembangan yang saya
lakukan?
Pada saat menjelaskan suara saya agak kurang jelas karena sedang flu
Secara keseluruhan apa saja kelebihan saya dalam pengembangan yang saya lakukan?
Saya dapat memberikan penjelasan serta memberi contoh cara menggunting cukup jelas kepada
anak
Pola yang saya gunakan cukup mudah dan sederhana bagi anak usia TK A
Saya dapat menjelaskan dengan baik kepada anak meski dengan suara yang masih kurang jelas
Ada anak yang bilang,” ini kaya almari yang ada di rumahku”
Anak terlihat senang dengan pola yang digunting karena terkesan lucu gambarnya
Setelah mengetahui kelemahan dan kelebihan saya, maka apa yang akan saya lakukan
untuk meningkatkan kualitas kegiatan pengembangan berikutnya?
Berusaha agar suara saya bisa lebih jelas lagi meski sedang flu
Selalu memberikan penjelasan yang cukup baik kepada anak sebelum melakukan kegiatan
Penggunaan media dan pola yang tepat sangat mendukung proses perbaikan yang dilakukan,
sehingga proses perbaikan ini dapat dilakukan dengan hasil yang memuaskan
Siklus pertama
Berdasarkan hasil observasi kegiatan menggunting pola pada kelompok A di PAUD IT Nurul
Hikmah Desa Wonolelo Kecamatan Muntilan pada siklus pertama siswa yang mengikuti ada 13
anak. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel berikut :
No. BM MM BSH
Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase
1 8 61 % 3 24 % 2 15 %
2 7 54 % 4 31 % 2 15 %
3 6 47 % 2 15 % 5 38 %
4 5 38 % 3 24 % 5 38 %
5 4 31 % 5 38 % 4 31 %
Keterangan :
BM : Belum Muncul
MM : Mulai Muncul
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap harinya terjadi peningkatan hasil perbaikan. Awal
pertemuan jumlah anak yang BM berjumlah 8 anak (61 %) menjadi 4 anak (31 %) pada
pertemuan kelima. Sedangkan yang BSH awal pertemuan hanya 2 anak (15%) meningkat
menjadi 4 anak (31 %). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan perbaikan ini
menunjukan hasil yang cukup baik meskipun masih memerlukan kegiatan perbaikan lanjutan.
Siklus kedua
Keterangan :
BM : Belum Muncul
MM : Mulai Muncul
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap harinya terjadi peningkatan hasil perbaikan pada
siklus kedua ini. Awal pertemuan jumlah anak yang BM berjumlah 2 anak (15 %) menjadi tidak
ada sama sekali pada pertemuan kelima. Sedangkan yang BSH awal pertemuan hanya 8 anak (61
%) meningkat menjadi 11 anak ( 85%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan
perbaikan ini menunjukan hasil yang sudah baik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari siklus I menunjukan bahwa aktivitas anak
masih harus ditingkatkan lagi. Jumlah anak yang masih BM yaitu sebesar (31 %) di akhir
pertemuan siklus pertama. Sedangkan yang BM mencapai prosentase sebesar (38 %) dan yang
sudah BSH meningkat menjadi (31 %).
Pada pengamatan di siklus kedua ini menunjukan peningkatan yang baik, jumlah anak yang BM
sebesar (0 %) diakhir pertemuan siklus kedua, sedangkan jumlah anak yang MM sebesar (15 %)
dan yang BSH mencapai (85 %).
Dengan demikian berarti kegiatan perbaikan pembelajaran dari siklus I dan siklus II menunjukan
adanya peningkatan hasil pembelajaran yang baik.
BAB V
1. Kesimpulan
1. Saran
Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan perbaikan tentang penggunaan metode
menggunting pola untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada kelompok A di PAUD
IT Nurul Hikmah disarankan sebagai berikut :
1. Pemilihan media yang menarik sehingga anak tidak cepat bosan dan mudah dalam
mengikuti proses pembelajaran.
2. Penggunaan pola yang tepat dan sesuai tingkat perkembangan anak serta yang bervariatif
sehingga anak tidak merasa kesulitan, cepat bosan, dan mudah lelah.
3. Selalu memberikan motivasi kepada anak agar anak tetap bersemangat dan tidak merasa
putus asa.
4. Menggunakan metode demonstrasi yang menyenangkan dan bahasa sehari-hari sehingga
anak mudah menerima penjelasan yang diberikan.