Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting dilakukan karena merupakan

dasar bagi pembentukan kepribadian dan segala aspek perkembangannya.

Pendidikan mempunyai peran penting dan sangat strategis dalam rangka

menghasilkan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh sebab itu

pendidikan dimulai sejak dini yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

perwujudan individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Anak usia

dini memiliki proses perkembangan dan pertumbuhan yang pesat, usia ini sering

disebut “ usia emas “ ( golden age ) yang hanya datang sekali dan tidak akan

mungkin dapat diulang lagi, dimana pada masa ini semua aspek perkembangan

dengan pesat yang sangat menentukan untuk pengembangan kualitas manusia

pada usia yang akan datang.

Pendidikan usia dini lebih menitik beratkan pada peletakan dasar kearah

pertumbuhan dan perkembangan baik kognitif, fisik, sosio – emosional, bahasa

dan komunikasi. Oleh karena itu dengan berbahasa sangat menentukan baik atau

tidak hubungan dengan orang lain. Sekolah merupakan salah satu sumber

pengalaman terbesar yang dapat mempengaruhi sebagian besar dari

perkembangan anak. Menurut PERMENDIKBUD No 137 tahun 2014 tentang

1
standar Pendidikan Anak Usia Dini terdapat 5 dimensi perkembangan yaitu

perkembangan fisik, motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, nilai agama dan

moral ( NAM ). Salah satu aspek yang dikembangkan pada anak usia dini adalah

aspek bahasa. Bahasa merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan anak,

dengan berbahasa anak dapat berinteraksi dengan orang lain dan menemukan

banyak hal baru dalam lingkungan tersebut. Dengan bahasa pula anak mampu

menuangkan suatu ide atau gagasan terhadap keinginannya.

Bahasa mencakup sarana komunikasi dengan melambangkan pikiran dan

perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk didalamnya

bicara, tulisan, bahasa symbol, ekspresi muka, isyarat, pantomime dan seni.

Menurut PERMENDIKBUD No 137 tahun 2014 kemampuan bahasa pada usia

dini meliputi : memahami bahasa dan mengungkapkan bahasa dan keaksaraan

pada tingkat pencapaian dalam Memahami Bahasa yaitu : Mengerti beberapa

perintah secara bersamaan, mengulang kalimat yang lebih kompleks, memahami

aturan dalam sebuah permainan.

Tingkat pencapaian dalam Mengungkapkan Bahasa yaitu : Menjawab

pertanyaan secara kompleks, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki

bunyi yang sama, berkomunikasi secara lisan, menyusun kalimat sederhana yang

terstruktur, memiliki lebih banyak kata – kata untuk melanjutkan sebagian ide

pada orang lain.

2
Tingkat pencapaian pada keaksaraan yaitu : Menyebutkan simbol – simbol

huruf yang dikenal, mengenal suara huruf awal dari nama benda – benda yang ada

disekitarnya, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi / hruf awal

yang sama, memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf.

Salah satu bentuk pengembangan bahasa atau yang dikenal dengan

keterampilan bahasa yaitu berbicara. Berbicara merupakan salah satu asprek

keterampilan bahasa yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang

dimiliki seorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga

gagasan – gagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain.

Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif melalui

lambang –lambang bunyi agar terjadi kegiatan komunikasi antara pembicara dan

lawan bicara.

Pada kenyataannya yang terjadi pada anak saat ini bahwa kemampuan

berbahasa anak kurang dalam penggunaan bahasa secara sederhana sehingga

kurang dalam merespon dan mengungkapkan bahasa dalam kehidupan sehari –

hari, sesuai dengan yang diharapkan, seperti : masih ada anak yang belum lancar

berbicara, misalnya : anak belum berani untuk tampil bercerita atau bertanya

jawab didepan temannya atau didepan kelas, anak masih kurang mampu

menyembung pembicaraan karena kurangnya sikap menyimak anak terhadap apa

yang telah didengarnya, anak masih bersifat pasif ketika diminta berbicara.

3
Berbagai faktor penyebab kurang berkembangnya bahasa anak, diantaranya

adalah faktor guru yang kurang memberikan variasi dalam menerapkan metode

mengajar, terutama dalam mengembangkan aspek bahasa seperti, bercerita,

diskusi, bertanya jawab dan bermain peran. Oleh sebab itu dibutuhkan suasana

balajar, strategi dan stimulus yang sesuai dengan kebutuhan anak, agar

pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Berbagai strategi

yang dapat dilakukan guru dalam mempengaruhi perkembangan bahasa anak usia

dini yaitu dilakukan melalui permainan, karena bermain merupakan salah satu

karakteristik program pembelajaran di PAUD diantaranya adalah melalui bermain

peran.

Bermain peran merupakan salah satu metode pembelajaran yang konkrit dan

dapat dipahami anak. Bermain peran dapat ditujukan untuk memecahkan masalah

– masalah yang menyangkut hubungan antar manusia terutama yang berkaitan

dengan kehidupan anak. Melalui bermain peran dalam proses pembelajaran

ditujukan sebagai usaha memecahkan masalah melalui serangkaian tindakan yang

diperankan dalam sehari – hari dengan berbicara atau berkomunikasi. Dengan

bermain peran anak akan semakin bersemangat dalam berbicara, sehingga dengan

bermain peran akan menambah perbendaharaan kosa kata anak, anak akan terlatih

untuk berbicara dan berkomuniksi di depan orang lain serta dapat menggunakan

kalimat – kalimat sederhana dalam kehidupan sehari – hari anak.

4
Dengan meminta anak untuk bermain peran, anak akan semakin terlatih

dan terampil untuk mengungkapkan pikiran atau isi cerita, akan menambah

perbendaharaan kata anak secara sederhana, anak akan terbiasa menjawab dan

menyimak kata – kata yang terdapat pada alur cerita.

Dengan melihat pentingnya bermain peran pada pembelajaran anak usia dini

dalam perkembangan bahasa anak, maka peneliti berkeinginan melakukan

penelitian dengan judul “ Upaya mengembangkan kemampuan bahasa anak

melalui kegiatan bermain peran pada kelompok B di TK Alternatif Balige

T.A 2018 / 2019”.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah yang

dapat diuraikan, yaitu :

1. Perkembangan bahasa anak sangat rendah.

2. Anak masih bersikap pasif ketika diminta berbicara.

3. Kurang mampu menyambung pembicaraan karena kurangnya sikap menyimak

anak terhadap apa yang telah didengarnya.

4. Guru kurang memberikan variasi dalam menerapkan metode mengajar, terutama

dalam mengembangkan aspek bahasa.

5
2. Batasa Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti akan membatasi

permasalahan yang akan di kaji pada Upaya mengembangkan kemampuan

bahasa anak melalui kegiatan bermain peran pada kelompok B di TK

Alternatif Balige T.A 2018 / 2019.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah bermain

peran berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak di TK Alternatif Balige

T.A 2018 / 2019?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah : Untuk mengetahui pengaruh bermain peran

terhadap perkembangan bahasa pada anak di TK Alternatif Balige T.A 2018 /

2019.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangan pikiran dalam dunia pendidikan anak usia dini kaitannya

dengan bermain peran dalam pembelajaran khususnya pada perkembangan bahasa

anak usia dini.

6
b. Manfaat Praktis

1. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan bagi para guru dalam menerapkan bermain peran untuk

mengembangkan kemampuan bahasa anak.

2. Bagi Pihak Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah dalam memfasilitasi guru dan anak

didiknya di TK Alternatif Balige tersebut, dalam mengembangkan bahasa anak.

3. Bagi Penulis

Sebagai bahan masukan bagi peneliti untuk mengembangkan wawasan berpikir

dan pengetahuan tentang bermain peran terhadap perkembangan bahasa anak.

4. Peneliti Lain

Menambah reverensi peneliti lain dalam pembelajaran.

7
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Bermain Peran

1. Pengertian Bermain Peran

Bermain merupakan kebutuhan manusia sepanjang rentang kehidupan, dalam

kultur manapun. Bagi anak anak menurut para ahli, bermain memiliki fungsi dan

manfaat yang sangat penting, karena anak dapat belajar melalui bermain. Bagi

mereka, bermain bukan hanya menjadi kesenangan tetapi juga suatu kebutuhan

yang harus terpenuhi. Yaitu kebutuhan hati atau perasaan yang membuat hidup

anak menjadi senang. Bermain akan bermanfaat bagi semua bidang

perkembangan baik perkembangan fisik – motoric, bahasa, intelektual, moral,

sosial, maupun emosional. Bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang

menjadi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain bersifat

dilakukan mana yang disukainya. Bagi anak, bermain adalah aktifitas yang

dilakukan karena keinginan, bukan karena harus memenuhi tujuan atau keinginan

orang lain. Bermain tidak terlalu memerlukan konsentrasi penuh, tidak

memerlukan pemikiran yang rumit.

Menurut Sudjana ( dalam istarani,2011 : 70 ) mengatakan bahwa bermain

peran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang menekankan pada

kemampuan penampilan peserta didik untuk menerangkan status dan fungsi pihak

– pihak lain yang terdapat pada kehidupan nyata.

8
Menurut Nurbiana Dhieni ( 2009:7.32 ) pengertian bermain peran adalah

memerankan tokoh – tokoh atau benda – benda yang disekitar anak dengan tujuan

untuk mengembangkan daya khayal ( imajinasi ) dan penghayatan terhadap bahan

pengembangan yang akan dilaksanakan. Dengan demikian metode bermain peran,

mendramatisirkan cara tingkah laku dalam hubungan sosial yang didalamnya

terjadi komunikasi antar individu.

Ramayulis ( dalam Istarani,2011:70 ) menyatakan bahwa bermain peran

adalah penyajian bahan dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk

uraian maupun kenyataan. Semuanya berbentuk dalam tingkah laku dalam

hubugan sosial yang kemudian diminta beberapa orang peserta didik untuk

memerankannya.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa bermain peran merupakan

kegiatan bermain dengan memerankan status dan pihak – pihak lain yang terdapat

disekitar anak untuk mengembangkan daya khayalnya sehingga terjadi

komunikasi antar individu.

Umumnya pola bermain imajinatif ( bermain pura – pura ) ini berkaitan

dengan :

a) Pola kehidupan keluarga, misalnya mengatur perabot rumah tangga, memasak,

makan, merawat baju, menjadi ayah / ibu.

b) Bermain jual beli di pasar, di took, di supermarket.

9
c) Bermain dalam kaitan transportasi, misalnya anak naik angkutan kota, bus, jadi

sopir, naik kereta api, jdi masinis, naik kapal, dan lain – lain

d) Bermain sebagai polisi yang mengatur lalu lintas

e) Bermain sebagai tokoh dalam dongeng, seperti timun emas, putri malu, dan lain

sebagainya.

Kegiatan bermain peran berarti kegiatan yang menekankan pada kemampuan

anak untuk memerankan tokoh – tokoh yang terdapat pada kehidupan nyata.

Melalui bermain peran anak belajar menggunakan konsep peran, menyadari

adanya peran yang berbeda dengan peran yang dilakukannya sehari – hari serta

perilaku orang lain.

2. Tujuan Bermain Peran

Menurut Nurbiana Dhieni ( 2009:7.33 ) bermain peran dalam proses

pembelajaran ditujukan sebagai usaha memecahkan masalah ( diri, sosial )

melalui serangkaian tindakan pemeranan.

Hamzah B. Uno ( dalam Istarani,2011:70 ) mengatakan bahwa bermain peran

sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan

maksa diri ( jati diri ) di dunia sosial dan memecahkan dilemma dalam bentuk

permasalahan sehari – hari dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain

peran, siswa belajar menggunakan konsep bermain peran, menyadari adanya

peran – peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang

10
lain. Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku

manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk : (1) menggali

perasaannya (2) memperoleh inspirasi dan pengalaman yang berpengaruh

terhadap sikap, nilai, dan persepsinya (3) mengembangkan keterampilan dan

sikap dalam memecahkan masalah, dan (4) mendalami mata pelajaran dengan

berbagai macam cara.

Nurbiana Dhieni (2009:70.33) Secara eksplisit bila ditinjau dari tujuan

pendidikan, bermain peran bertujuan agar dapat :

a. Mengeksplorasi perasaan – perasaan

b. Memperoleh wawasan tentang sikap – sikap, nilai – nilai dan persepsinya.

c. Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang

dihadapi.

Menurut Depdikbud, 1998:37 ( dalam Nurbiana,2009:7.33) adapun

pelaksanaan bermain peran dalam pengembangan bahasa di Taman Kanak –

kanak :

a. Melatih daya tangkap

b. Melatih anak berbicara lancar

c. Melatih daya konsentrasi

d. Melatih membuat kesimpulan

e. Membantu pengembangan intelegensi

11
f. Membantu pengembangan fantasi

g. Menciptakan suasana yang menyenangkan

Dari pernyataan ahli di atas maka penulis menyimpulkan bahwa bermain

peran memiliki fungsi seperti memperoleh wawasan, memperoleh inspirasi dan

pemahaman, mengembangkan keterampilan, serta melatih anak berbicara dalam

suasana menyenangkan.

3. Kebaikan dan Kelemahan Bermain Peran

Bermain peran, dalam proses pembelajaran ditujukan agar dapat memecahkan

masalah, dan sebagai metode yang membantu anak dalam berbahasanya, namun

terdapat beberapa kebaikan dan kelemahan dalam setiap proses pembelajaran

untuk bermain peran. Berikut ini beberapa kebaikan dan kelemahannya :

Menurut Istarani ( 2011:77 ) keuntungan – keuntungan atau kebaikan –

kebaikan yang diperoleh dengan melaksanakan bermain peran, yaitu :

1) Untuk mengajar peserta didik supaya ia biasa menempatkan dirinya dengan orang

lain.

2) Guru dapat melihat kenyataan yang sebenarnya dari kemampuan peserta didik.

3) Bermain peran dan permaian peran menimbulkan suasana / diskusi yang hidup.

4) Peserta didik akan mengerti sosial psykhologis.

5) Model bermain peran dapat menarik minat belajar peserta didik.

6) Melatih peserta didik untuk berinisiatif dan berkreasi.

12
Sedangkan kelemahan atau kekurangan – kekurangan dalam bermain peran

menurut Istarani (2011:77) dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :

1) Sukar untuk memilih anak – anak yang betul – betul berwatak untuk memecahkan

masalah.

2) Perbedaan adat istiadat kebiasaan dan kehidupan – kehidupan dalam suatu

masyarakat akan mempersulit pelaksanaannya.

3) Anak – anak yang tidak mendapat giliran akan menjadi pasif.

4) Kalau model ini dipakainya untuk tujuan yang tidak layak.

5) Guru kurang bijaksana apabila tujuan yang dicapai tidak memuaskan.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa bermain peran

memiliki kelebihan dan kelemahan dalam penerapannya.

4. Langkah – langkah Bermain Peran

Sebagai seorang guru harus dapat memahami langkah – langkah dan prosedur

dalam pelaksanaan bermain peran, agar dalam permaian yang akan dilakukan

menjadi lebih baik dan teratur. Dengan adanya aturan – aturan dalam bermain

yang terstruktur, anak akan lebih tertib untuk melaksanakan permainan serta lebih

mengetahui apa yang akan dilakukannya dalam bermain peran dengan adanya

prosedur pelaksanaan tersebut.

Menurut pendapat Nurbiana Dhieni (2009:7.34) terdapat beberapa langkah –

langkah bermain peran di TK sebagai berikut :

13
1. Guru menyiapkan naskah,alat, media yang akan digunakan anak dalam bermain

peran

2. Guru menerangkan teknik atau cara bermain peran dengan cara yang sederhana,

dan dapat memberi contoh salah satu peran.

3. Memberi kebebasan pada anak untuk memilih peran yang disukainya.

4. Jika bermain peran untuk pertama kali dilakukan, sebaiknya guru sendirilah

memilih siswa yang kiranya dapat memaikan peranan.

5. Guru menetapkan dengan jelas masalah dan peranan yang mereka harus mainkan.

6. Guru menyarankan kalimat pertama yang baik diucapkan oleh pemain untuk

dimulai.

7. Guru mempersilahkan anak untuk bermain peran sesuai peranannya.

8. Guru menghentikan bermain peran pada detik – detik situasi sedang memuncak

dan kemudian menciptakan suasana menyenagkan untuk bertanya jawab perihal

tentang bermain peran yang telah dilaksanakan.

5. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini ( 5 – 6 Tahun )

1. Pegertian Perkembangan Bahan Ajar

Badudu ( dalam Nurbiana Dhieni,2009:1.11) menyatakan bahwa bahasa

adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri

dari ndividu – individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya.

Bromley ( dalam Nurbiana Dhieni.2009.1.11) mendefenisikan bahwa bahasa

sebagai system symbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun

14
informasi yang terdiri dari simbol – simbol visual itu dapat dilihat, ditulis, dan

dibaca, sedangkan simbol – simbol verbal dapat diucapkan dan didengar. Anak

dapat memanipulasi simbol – simbol tersebut dengan berbagai cara sesuai dengan

kemampuan berpikirnya.

Berdasarkan pendapat pada kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa

merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena bahasa

merupakan salah satu symbol kehidupan agar terjalinnya hubungan baik dengan

orag lain.

Menurut pendapat dari Nasriah (2013:124) pada anak usia dini, aspek

perkembangan bahasa memegang peranan yang sangat penting dan merupakan

ciri khas perkembangan anak diantara berbagai aspek perkembangannya. Dalam

perkembangan bahasa termaksud kemampuan memahami dan berkomunikasi

melalui kata – kata, berbicara dan menulis. Kemampuan berkomunikasi dengan

orang lain baik secara verbal maupun non – verbal merupakan kemampuan

bawaan.

Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat

berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan secara lisan, tertulis, maupun dengan

tanda – tanda dan syarat (wiiien.blogspot.com/2012/11perkembangan-

bahasa.html). Perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan dinamis

15
atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi – bunyi atau ucapan yang

sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.

Pada anak usia dini inilah anak mampu mengkomunikasikan perasaan

maupun pikirannyamelalui kata – kata atau bahasa. Dengan bahasa pula anak

dapat menjalin dan mempertahankan hubungannya dengan orang lain atau teman

sebayanya. Oleh karena itu, bahasa mewakili benda dan gagasan, maka dengan

banyak berbicara dan berbahasa, perbendaharaan kata anak akan meningkat

secara luar biasa. Makin banyak perbendaharaan kata, memungkinkan anak untuk

berbicara secara lancar.

Dengan banyak – banyak berbicara dan berbahasa, perbendaharaan kata anak

akan meningkat secara berkala. Semakin banyak perbendaharaan kata anak, maka

minat anak untuk berbicara, membaca dan menulis semakin berkembang.

Menurut Syaodih (dalam Susanto 2001:73), menyatakan bahwa aspek bahasa

berkembang dimulai dengan peniruan bunyi ( suara ). Perkembangan selanjutnya

berhubungan era dengan perkembangan kemampuan intelektual dan sosial.

Melalui bahasa pula, anak menyadari bahwa melalui komunikasi ia akan mengerti

bahasa atau perkataan orang lain.

Menurut Yudrik Jahja (2011:53-54) dalam berbahasa, seorang anak

diharapkan dapat memenuhi kemampuan yang berhubungan dengan :

1. Pemahaman kemampuan memahami makna ucapan orang lain.

16
2. Pengembangan perbendaharaan kata : berkembangnya kemampuan anak untuk

berkomunikasi dengan orang lain.

3. Penyusunan kata – kata menjadi kalimat : semakin banyak perbendaharaan kata

yang dimiliki anak, diharapkan ia mampu menyusun kata – kata tersebut dalam

kalimat – kalimat yang sederhana.

4. Ucapan : dengan bertambahnya usia dan melalui proses belajar menirukan dan

mencontoh orang lain disekitarnya, anak akan mampu mengucapkan dengan

benar dan jelas lafal kata – kata tertentu yang pada mulanya dirasakan sulit oleh

anak. Maka dari pada itu, dengan lancarnya anak berkomunikasi atau berbicara,

maka dari sinilah terlihat perkembangan bahasa anak dengan tahap – tahap usia

sesuai perkembangan dan kebutuhannya.

6. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

Komunikasi pada seorang anak atau dengan kata lain perkembangan bahasa

pada anak merupakan salah satu perkembangan yang harus menjadi perhatian

orang tua. Oleh sebab itu perkembangan bahasa pada seseorang dipengaruhi

beberapa factor, Menurut Yudrik Jahja (2011:55-56) yang dapat mempengaruhi

diantaranya:

17
1. Factor Kesehatan

Kesehatan merupakan factor yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa

anak, terutama pada usia awal kehidupannya.

2. Intelegensi perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensinya.

3. Status sosial – ekonomi keluarga.

4. Jenis kelamin.

5. Hubungan keluarga.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa factor – factor yang

mempengaruhi perkembangan bahasa anak 5 – 6 tahun dapat dilihat dari factor

internal ( kesehatan, umur, kecerdasan anak, jenis kelamin ), sedangkan factor

eksternal dapat dilihat dari ( lingkungan atau sosial – ekonomi, dan hubungan

keluarga ).

7. fungsi Bahasa Untuk Anak Usia Dini

Bromley (dalam Nurbiana Dhieni,2009:1.21-1.22) menyebutkan 5 macam

fungsi bahasa sebagai berikut :

1. Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu.

2. Bahasa dapat mengubah dan mengontrol perilaku.

3. Bahasa membantu perkembangan kognitif.

4. Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain.

18
5. Bahasa mengekspresikan keunikan individu.

Sehubungan dengan ini banyak ahli juga yang memberikan devenisi tentang

fungsi bahasa, seperti yang diungkapkan oleh Soemarsono 2004 (dalam Yeti

Mulyati,2012:2.14) berikut ini :

1. Aristoteles (2004:58) menyatakan bahasa adalah alat untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaan manusia.

2. Karl Raemind Popper mengemukakan 4 fungsi bahasa.

 Fungsi ekspresif ( mengungkapkan atau menyatakan diri )

 Fungsi sinyal ( reaksi menjawab atau memberi tanggapan )

 Fungsi deskriptif

 Fungsi argumentative ( fungsi bahasa dalam memberikan alas an atau argument ).

3. Halliday mengemukakan 7 fungsi bahasa.

 Instrumental, bahasa digunakan sebagai alat untuk memperoleh kebutuhan fisik.

 Regulatori, bahasa digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan orang lain.

 Interaksional, bahasa digunakan untuk berhubungan atau bergaul dengan orang

lain.

 Personal, bahasa digunakan untuk mengungkapkan diri.

 Heuristik, bahasa digunakan untuk mengungkapkan dunia di sekitarnya atau

mengutarakan pengalaman.

 Informatif, bahasa digunakan untuk menginformasikan informasi baru.

19
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa untuk anak

usia dini adalah bahasa sebagai sarana komunikasi dengan orang lain, untuk

mengungkapkan diri, dapat menjelaskan keinginan anak, dapat mengontrol

perilaku, membantu perkembangan kognitif serta mengekspresikan keunikan

sehingga mempererat interaksi kepada sesama.

B. Kerangka Berfikir

Perkembangan bahasa dapat ditandai dengan meningkatnya kemampuan

penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan secara lisan, tertulis,

maupun dengan tanda – tanda dan syarat. Bahasa mewakili benda dan gagasan,

maka dengan banyak berbicara dan berbahasa, perbendaharaan kata anak akan

meningkat secara luar biasa.

Maka dari itu guru menggunakan metode bermain peran untuk

mengembangkan bahasa, dimana bermain peran merupakan kegiatan yang

menekankan pada kemampuan anak untuk memerankan tokoh – tokoh yang

terdapat pada kehidupan nyata. Yang artinya mendramatisirkan cara tingkah laku

dalam hubungan sosial yang didalamnya terjadi komunikasi antar individu.

Kegiatan bermain peran ini dikemas dengan tujuan seperti memperoleh wawasan,

memperoleh inspirasi dan pemahaman, mengembangkan keterampilan dalam

berbahasa serta melatih anak berbicara dalam suasana menyenangkan. Bahasa

mewakili benda dan gagasan , maka dengan banyak berbicara dan berbahasa,

20
perbendaharaan kata anak akan meningkat secara luar biasa, aspek perkembangan

bahasa memegang peranan yang sangat penting dan merupakan ciri khas

perkembangan anak diantara berbagai aspek perkembangannya.

Dapat dipastikan bermain peran akan berdampak positif dalam kehidupan

sehari – hari, seperti :

1. Mengeksplorasi perasaan – perasaan.

2. Memperoleh wawasan tentang sikap – sikap, nilai – nilai dan persepsinya.

3. Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang

dihadapi.

4. Melatih daya tangkap.

5. Melatih anak berbicara lancar dalam kehidupan sehari – hari.

6. Melatih daya konsentrasi berpikir dan berbahasa anak dalam berkomunikasi.

Perkembangan bahasa dapat ditandai dengan meningkatnya kemampuan

penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi lisan, tertulis, maupun

dengan tanda – tanda dan syarat. Aspek perkembangan bahasa memegang

peranan yang sangat penting dan merupakan ciri khas perkembangan anak

diantara berbagai aspek perkembangannya.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah : Ada pengaruh positif bermain peran terhadap

21
perkembangan bahasa anak usia 5 – 6tahun di TK Alternatif Balige T.A

2018/2019.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen yaitu Quasi

Eksperimental Design dengan bentuk Posttest Only Control group Design.

Penelitian eksperimen ini mengelompokkan sampel penelitian menjadi dua

kelompok, kedua kelompok tersebut diberi perlakuan yang berbeda. Kelompok

kelas eksperimen diterapkan bermain peran, dan kelompok kontrol diterapkan

bermain bebas.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di TK Alternatif Balige yang berlokasi di Jl.Dr. TD.

Pardede Kelurahan Pardede Onan Kecamatan Balige. Alas an peneliti memilih

sekolah ini karena aktivitas peneliti sehari – hari adalah sebagai tenaga pengajar

disekolah tersebut.

Penelitian dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2018/ 2019 yaitu

bulan januari sampai maret penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender

akademik sekolah karena penelitian ini dilaksanakan untuk dua siklus untuk

mendapat hasil yang maksimal.

23
C. Desain Penelitian

Table 3.1 Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Post - Tes

Eksperimen X T

Kontrol - T

Keterangan :

T : Post – tes ( observasi akhir )

X : pembelajaran pada kelas eksperimen melalui bermain peran

- : pembelajaran pada kelas kontrol melalui bermain bebas

D. Prosedur Penelitian

Langkah – langkah dalam teknik pengumpulan data dilakukan dengan tahap –

tahap sebagai berikut :

a. Menentukan terlebih dahulu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang

dilakukan secara acak.

b. Menentukan tema yang akan diajarkan sesuai dengan silabus dan

kurikulum

c. Meyusun rencana pembelajaran dalam bentuk RPPM dan RPPH

d. Membuat instrumen penelitian

e. Menetapkan pembelajaran dengan bermain peran dikelas eksperimen dan

menetapkan bermain bebas di kelas kontrol

24
f. Melakukan observasi

g. Untuk menguji hipotesis dilakukan pengolahan dan pengujian data dengan

uji normalitas, uji homogenitas, uji hipotesis.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrument

penelitian non tes yaitu observasi terstruktur tentang perkembangan bahasa anak.

Sugiono (2009:205) mengatakan observasi terstruktur adalah observasi yang

telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana

tempatnya. Instrumen penelitian ini menggunakan panduan observasi. Observasi

ini menggunakan pedoman observasi yang berisi sebuah daftar jenis kegiatan/

perilaku yang mungkin timbul dan diamati. Penataan data dilakukan dengan

memuat nama observer. Tugas observer memberi tanda ceklis pada skor yang

didapat melalui pedoman observasi tentang perkembangan bahasa yang dilakukan

dengan menggunakan metode bermain peran.

Berikut ini pada table 3.2 adalah pedoman observasi yang digunakan oleh

penulis dalam penelitian.

Kisi – kisi aspek perkembangan bahasa anak usia 5 – 6 tahun yang akan

dinilai adalah sebagai berikut :

25
Tabel 3.2 Pedoman Observasi Perkembangan Bahasa Anak Usia 5 – 6 Tahun

Variable Skala Penilaian


Aspek Indikator
Penelitian 1 2 3 4

Bahasa Memahami 1. Menjelaskan aturan

aturan dalam dalam bermain peran

suatu 2. Mencontohkan tentang

permainan bermain peran serta

peranannya

3. Melaksanakan bermain

peran sesuai aturan

Berkomunikasi 1. Bercerita tentang

secara lisan peristiwa yang terjadi

terkait dengan cerita

dalam bermain peran

2. Berani bertanya secara

sederhana

3. Meyebutkan beberapa

kata atau kegiatan yang

telah dilakukan dan

dikenal

26
Menyusun 1. Menceritakan

kalimat pengalaman atau

sederhana kejadian secara

dalam struktur sederhana terkait dalam

lengkap cerita bermain peran

secara jelas dan

terstruktur

2. Menceritakan dialog

dalam cerita bermain

peran

3. Memberikan keterangan

atau informasi tentang

suatu hal berkaitan

cerita dalam bermain

peran

Menjawab 1. Menjawab pertanyaan

pertanyaan tentang informasi

yang lebih 2. Menjawab pertanyaan

kompleks tentang alur cerita

3. Menjawab pertanyaan

dengan kalimat

27
sederhana, jelas dan

benar

Menulis 1. Menirukan kalimat

kalimat sederhana

sederhana 2. Mengulang kalimat

yang telah didengarnya

3. Menuliskan tulisan

yang telah dicontohkan

guru

Mengeksplorasi 1. Mengidentifikasi alat

alat bermain

bermainnya 2. Memilih permainan

secara intensif 3. Bermain aktif dan

saling bekerjasama

Petunjuk :

Untuk memberi skor pada butir – butir perkembangan bahasa, ceklis ( √ )

angka pada kolom skor ( 1,2,3,4 ) sesuai dengan kriteria berikut :

1 = Belum berkembang

2 = Kurang berkembang

3 = Sedang berkembang

28
4 = Sudah berkembang

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan untuk mengolah data yang

diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Langkah – langkah dalam teknik

analisis data adalah sebagai berikut :

1. Data yang diperoleh pada kelas eksperimen dibuat kedalam tabel

persiapan.

2. Menentukan nilai rata – rata dan standar devisi

Untuk menentukan nilai rata – rata hitung menggunakan rumus

(Sudjana,2005:67)

∑𝑋𝑖
𝑋̅= 𝑛

Keterangan :

𝑋̅ = mean dari variable X

∑xi = skor total dari variable X

N = jumlah sampel

a. Standard deviasi menggunakan rumus sebagai berikut :

√𝑛∑𝑥12 −( ∑𝑥1 )2
SD = 𝑛 (𝑛−1 )

29
Keterangan :

SD = standar deviasi

Xi = harga data ke - i

n = jumlah sampel

3. Uji Normalitas

Uji normalitas diadakan untuk mengetahui populasi dan sampel yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini digunakan dengan menggunakan uji

liliefors. Langkah – langkah yang dilakukan sebagai berikut :

a. Pengamatan X1, X2, X3, …, Xn disajikan angka baku z1, z2, z3, …, zn dengan

menggunakan rumus :

𝑋𝑖− 𝑥̅
Zi = 𝑠

𝑋̅ = rata – rata

𝑆 = simpangan baku sampel

b. Untuk tiap angka baku ini dengan menggunakan distribusi normal dihitung

peluang F ( Zi ) = P (Z≤zi)

c. Selanjutnya dihitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika

proporsi itu menyatakan dengan S(Zi), maka :

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 z1,z2,z3,…,zn yang ≤zi


S (Zi) = 𝑛

d. Menghitung F (Zi) – S (Zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.

30
e. Mengambil harga mutlak yang terbesar (L0) untuk menerima atau menolak

hipotesis, kemudian membandingkan L0 dengan nilai kritis yang diambil dari

daftar, untuk taraf nyata ɑ = 0,05.

Dengan kriteria :

Jika L0 < Ltabel, maka sampel berdistribusi normal

Jika L0 < Ltabel,maka sampel tidak berdistribusi normal

4. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menguji kesamaan varians. Uji homogenitas

yang digunakan adalah cara varians terbesar dibandingkan dengan varians

terkecil, dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a. Tuliskan Ha dan Ho dalam bentuk kalimat

b. Tuliskan Ha dan Ho dalam bentuk statistic

varians terbesar
c. Cari Fhitung = varians terkecil

d. Tetapkan ɑ yaitu 0,05

e. Hitung Ftabel = F ( n varians besar – 1, n varians terkecil – 1)

f. Bandingkan Fhitung dengan Ftabel

g. Tentukan kriteria pengujian, jika Fhitung > Ftabel maka Ho diterima (

homogen )

h. Tarik kesimpulan

5. Uji Hipotesis

31
Untuk menguji hipotesis apakah kebenarannya dapat diterima atau tidak, yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji dua pihak. Dengan taraf nyata ɑ = 0,05.

Rumus uji t sebagai berikut :

Alternatif Rumus uji – t ɑ

1. Jika data berasal dari populasi yang homogen (𝜎1 ≠ 𝜎2 ) dan 𝜎 tidak

diketahui, maka digunakan rumus uji – t yaitu :

2. Jika data berasal dari populasi yang tidak homogen (𝜎1 ≠ 𝜎2 ) dan 𝜎 tidak

diketahui, maka digunakan rumus uji – t yaitu :


̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑥1−𝑋2 ̅̅̅̅
t= 2 2
√ 𝑆 1 + 𝑆2
𝑛1 𝑛2

Keterangan :

t = Luas daerah yang dicapai

n1 = Banyak siswa pada sampel kelas eksperimen

n2 = Banyak siswa pada sampel kelas kontrol

S1 = Simpangan baku pada kelas eksperimen

S2 = Simpangan baku pada kelas kontrol

S3 = Simpangan baku S1 dan S2

𝑋̅1 = Rata – rata selisih skor siswa kelas eksperimen

32
𝑋̅2 = Rata – rata selisih skor kelas kontrol

Kriteria pengujian adalah terima Ho jika :

thitung > ttabel dengan dk = ( n1 – n2 – 2) dengan peluang (1 – 𝛼) dan taraf nyata

𝛼=0,05. Dan tolak H0 jika t mempunyai harga – harga lainnya.

H0 diterima apabila harga thitung < ttabel dan H0 ditolak.

H0 diterima apabila harga thitung > ttabel dan H0 ditolak.

H. Jadwal Penelitian

 Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada semester dua T.A 2018/2019

Kegiatan Minggu / Bulan / Tahun 2019

Februari / Mei – Juni Juli Agustus

April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penulisan

proposal

Seminar

Perbaikan

proposal

Pengumpulan

33
data

Analisis data

Penulisan

skripsi

 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di TK Alternatif Balige Kabupaten

Toba Samosir Tahun Ajaran 2018/2019.

34
DAFTAR PUSTAKA

Dhieni Nurbiana.2009.Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:

Universitas Terbuka

Istarani. 2011.58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada

Jahja, Yudrik. 211. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group

Latif dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana

Moeslischatoen. 1999. Metode Pembelajaran Taman Kanak – kanak.

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Mulyati, Yeti. 2012. Bahasa Indonesia. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Nasriah,dkk. 2013. Konsep Dasar PAUD. Medan: Unimed Press.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Susanto Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group

Yus Anita. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak – Kanak.

Medan: Unimed Press

Puspita, Winda. 2012. Perkembangan Bahasa (online) dalam

http.wiiien.blogspot..com/2012/11perkembangan-bahasa.html, di akses 5

april 2019.

35

Anda mungkin juga menyukai