Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH KEGIATAN MELIPAT KERTAS ORIGAMI TERHADAP

PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6


TAHUN DI TK T.A 2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam
menghadapi persaingan global yang semakin ketat di Zaman modren saat ini.Salah satu
upaya untuk menumbuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu melalui
pendidikan.Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang di mulai dari usia 0-6
tahun.
Dalam Undang-undang Rl Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
Pasal l ayat 14 dinyatakan bahwa ;
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu pernbinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai déngan enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan perlu dimulai sejak usia dini,pendidikan yang tepat sejak usia dini akan
mempengaruhi seseorang untuk perkembangan selanjutnya. Perkembangan yang memerlukan
pendidikan sebagai upaya pembentukan kepribadian seseorang dimasa yang akan
datang.Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk membantu
mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, intelektual, emosional,moral dan
agama secara optimal dalam lingkungan yang kondusif demokratis dan kompetitif.Pendidikan
ini berupaya untuk memberikan, membimbing, mengasah, dan pemberian kegiatan
pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak.
Dalam pendidikan anak usia dini terdapat aspek-aspek yang harus dikembangkan
dalam diri anak yaitu aspek nilai agama dan moral, fisik/motorik. kognitif, bahasa, sosial,
serta emosional. Salah satunya aspek perkembangan motorik. Aspek perkembangan motorik
anak terbagi atas dua yaitu motorik kasar dan motorik halus, yang penulis bahas dalam
penelitian ini yaitu aspek perkembangan motorik halus anak.Perkembangan motorik halus
anak adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang berkoordinasi dengan otak
dalam melakukan suatu kegiatan. Aktivitas perkembangan motorik halus anak TK bertujuan
untuk melatih koordinasi motorik anak. Koordinasi antara mata dan tangan dapat
dikembangkan melalui kegiatan seperti melipat, menempel, merangkai dan lainnya. Oleh
karena itu kemampuan motorik halus anak harus diberikan sejak usia dini.Motorik halus anak
sangat penting untuk dikembangkan dan berpengaruh pada segi kehidupan anak karena dapat
mengembangkan kemampuan dalam menulis sehingga dapat meningkatkan prestasi anak di
sekolah.
Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika perkembangan motorik
halus anak adalah Widodo (2008) perkembangan motorik halus adalah gerakan menggunakan
otot-otot halus yang berkoordinasi dengan otak dalam melakukan suatu kegiatan. Gerakan
yang menggunakan otot- otot halus adalah gerakan yang menggunakan sebagian anggota
tubuh tertentu, yaitu gerakan tangan atau gerakan jari-jemari. Misalnya, kemampuan
memindahkan benda, mencoret-coret menyusun balok, menggunting, menulis,melipat kertas
dan sebagainya. Akibat gerakan tangan atau gerakan jari-jemarinya anak dapat rnengambil,
meraih dan mencapai apa yang menarik baginya.
Perkembangan motorik halus yang dimiliki setiap anak berbeda.Ada yang lambat dan ada
pula yang sesuai dengan perkembangannya tergantung pada kematangan anak.Kemampuan
motorik halus anak dikatakan terlambat apabila di usia yang seharusnya ia sudah dapat
mengembangkan keterampilan baru tetapi ia tidak dapat menunjukkan kemampuan
tersebut.Terlebih jika sampai memasuki sekolah dasar sekitar 6 tahun anak masih kesulitan
untuk mengkoordinasikan gerakan tangan dan jari jemarinya padahal kemampuan motorik
halus adalah sebuah awalan pematangan dalam hal menulis dan menggambar.Anak-anak
butuh sebuah persiapan yang matang untuk menguasai gerakan –gerakan motorik halus yang
akan dilakukan nantinya pada saat sekolah.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di TK Al Abror ternyata sebagian
besar motorik halus anak usia 5-6 tahun belum berkembang.Hal ini diketahui anak masih
belum mampu ketika di suruh membuat garis lurus,vertikal,dan melengkung,anak belum bisa
meniru bentuk melipat kertas origami sesuai yang diperagakan guru.Anak selalu
mengucapkan kata”tidak bisa” baik pada sebelum maupun saat melakukan 1 atau 2
lipatan,bahkan ada anak hanya melipat-lipat saja tanpa mengetahui bentuk
apapun.Permasalahan lain yang ditemukan adalah guru ketika pembelajaran kurang
memperhatikan perkembangan motorik halus anak, guru seringkali mengabaikan dan
melupakan pembelajaran atau kegiatan yang dapat meningkatkan perkembangan motorik
halus anak. Hal ini dikarenakan guru belum paham bahwa, perkembangan motorik menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam diri dan kehidupan anak usia dini. Saat kegiatan
pembelajaran guru hanya terfokus pada kegiatan membaca, menulis dan berhitung. Jadi
kemampuan motorik halus anak hanya sebatas mamegang pensil, mencoret-coret dan
memindahkan benda dari tangan saja. Sementara kegiatan seperti menggunting, melipat dan
menempel gambar jarang dilakukan.Kegiatan belajar pun monoton dan membosankan tidak
bervariasi.Akibatnya anak jenuh dan malas belajar. Tuntunan orang tua yang lebih
mengutamakan keberhasilan akademik dari pada perkembangan motorik halusnya,
lingkungan yang kurang mendukung sehingga menghambat perkembangannya, kurangnya
keterampilan motorik halus anak,guru jarang menggunakan kegiatan melipat kertas
origami sebagai metode belajar bagi anak untuk mengembangkan kemampuan motorik halus
anak, dan kurangnya sarana prasarana dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

Adapun sederet faktor-faktor penghambat kurang berkembangnya fisik/motorik anak


dikarenakan faktor dari dalam perkembangan sistem syarat; kecerdasan (IQ),dan gizi anak.
Sementara faktor penghambat dari luar diri anak seperti kemampuan fisik anak untuk
bergerak, lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik, kesempatan untuk
menggerakkan semua bagian tubuhnya, rangsangan dan dorongan dari orang tua, dan
perlindungan yang berlebihan.
Perkembangan motorik halus anak di dasarkan bagaimana lingkungan
memperlakukan anak.Anak akan belajar dari lingkungan yang memperlakukannya. Baik itu
di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah.
Kondisi permasalahan diatas membuktikan belum terpenuhinya standar perkembangan
motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK AL-ABROR Medan Tembung sebagaimana
dipersyaratkan dalam PERMEN 58 Tahun 2009,dimana pada usia 5-6 tahun seharusnya”
anak sudah bisa menggunakan alat tulis dengan benar,anak sudah bisa menggambar sesuai
gagasannya,anak sudah bisa menggunting dengan pola,dan anak sudah bisa meniru bentuk”.
Suatu kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif apabila ada berbagai strategi yang
digunakan,baik itu metode ,model ataupun pendekatan atau teknik,Menurut Damay (2012:53)
“Melatih anak dengan kegiatan yang positif seperti melipat kertas origami merupakan salah
satu cara yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak usia dini.
Sejalan dengan pendapat diatas kegiatan melipat kertas origami merupakan sebagai
salah satu aplikasi pembelajaran positif.Melipat kertas origami adalah sarana melatih
ketelitian dan konsentrasi.Origami juga sangat fungsional,untuk anak berfungsi untuk melatih
motorik halus dalam masa perkembangannya.Hal tersebut juga dapat merangsang
tumbuhnya motivasi,kreativitas,juga ketekunan pada orang yang melipat itu sendiri. Kegiatan
melipat kertas origami merupakan kegiatan yang menarik bagi anak,dengan kegiatan ini anak
juga dapat mengembangkan otot-otot halus,meningkatkan penalaran dan membentuk daya
imajinasinya.
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis merasa penting untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Kegiatan Melipat Kertas Origami Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5 -6 Tahun Di TK Al Abror Medan Tahun Ajaran
2016 -2017”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi, yaitu :
1. Perkembangan Motorik halus anak masih rendah dan anak belum mampu membuat garis
lurus,vertikal,melengkung .
2. Anak belum bisa meniru bentuk melipat kertas origami dengan benar.
3. Guru jarang menggunakan metode melipat kertas origami dalam pembelajaran
4. Tuntunan orang tua yang lebih mengutamakan keberhasilan akademik.
5. Kurangnya sarana prasarana dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak

1.3 Pembatasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas, maka perlu ada
pembatasan masalah,batasan masalah dalam penelitian ini pada pengaruh kegiatan melipat
kertas origami terhadap perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK Al Abror
Medan T.A 2015-2016”.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan batasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah” Apakah ada pengaruh positif kegiatan melipat kertas origami terhadap
perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK Al Abror Medan T.A 2015-2016”?.

1.5 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh positif kegiatan
melipat kertas terhadap perkembangan motorik halus anak usia 5-6 Tahun di TK Al
Abror Medan T.A 2015/2016.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan motorik halus anak usia dini melalui
kegiatan melipat kertas origami.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Anak
Dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini dalam meniru bentuk melalui
kegiatan yang menyenangkan yaitu melipat kertas origami.
b. Bagi guru
Memberikan masukan pemilihan metode atau strategi pembelajaran khususnya melalui
kegiatan melipat kertas origami yang dapat mengembangkan motorik halus anak usia 5-6
tahun.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam meningkatkan perkembangan
motorik halus anak.

d. Bagi peneliti
Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai
pembelajaran mengembangkan motorik halus anak usia dini.
e. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan masukan dan sumber referensi bagi peneliti berikutnya yang melakukan
penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Motorik Halus
2.1.1.1 Pengertian Motorik Halus
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ dan fungsi system susunan
saraf pusat atau otak. Sistem susunan saraf pusat yang sangat berperanan dalam kemampuan
motorik dan mengkoordinasi setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya
perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya
kompetensi atau kemampuan motorik anak.Perkembangan motorik merupakan aspek
perkembangan individu yang menonjol dan jelas dapat dilihat.
Corbin (dalam Sumantri 2005:48) mengemukakan bahwa perkembangan motorik
adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai
aspek perilaku dan kemampuan gerak. Aspek perilaku dan kemampuan gerak saling
mempengaruhi. Dari pendapat diatas perkembangan motorik adalah meningkatnya
pengkoordinasian antara gerak tubuh yang melibatkan kelompok otot dan saraf yang lebih
kecil. Kelompok otot saraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik
halus misalnya merobek,menggambar, dan menulis.
Menurut Noorlaila (2010:62)" motorik halus merupakan kemampuan anak dalam
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-
otot kecil,tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati
sesuatu,menjimpit,dan menulis".Sementara itu Sujiono (2009:14) berpendapat bahwa
"motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot kecil,seperti keterampilan menggunakan tangan dan gerakan
pergelangan tangan yang tepat".Mirroh Fikriyati(2013:39),menyatakan bahwa "motorik halus
adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan koordinasi
otot-otot halus/kecil"."Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja.Oleh karena itu gerakan di dalam
motorik halus tidak membutuhkan tenaga akan tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat
serta teliti"(Depdiknas,2007:1).
Senada dengan pendapat diatas,Saputra dan Rudyanto (2005:118) menyatakan bahwa
"motorik halus adalah kemampuan anak dalam beraktivitas dengan menggunakanotot-
otot halus(kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok
dan memasukkan kelereng".
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motorik halus
adalah kemampuan anak beraktivitas dengan cara mengoordinasikan penggunaan jari jemari
dan tangan dan membutuhkan koordinasi mata dan tangan dengan cermat.
2.1.1.2 Ciri-Ciri dan Karakteristik Perkembangan Motorik Halus 5-6 Tahun
Perkembangan fisik pada anak –anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan
motorik halus.sekitar usia 5-6 tahun anak sudah dapat memegang pensil dan memegang
gunting Agoes Soejanto (2005:22) menjelaskan bahwa di dalam membicarakan
perkembangan motorik halus anak,akan dibicarakan tentang ciri-ciri motorik yang pada
umumnya melalui empat tahap yaitu:
a. Gerakan-gerakan tidak di sadari,tidak di sengaja,dan tanpa arah.Misalnya anak menggerak-
gerakan kaki dan tangannya,memasukkan tangan ke mulut,mengedipkan mata dan gerak-
gerak yang lain,yang tidak disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar.
b. Gerakan-gerakan anak itu tidak khas.Artinya gerakan yang timbul,yang disebabkan oleh
perangsang tidak sesuai dengan rangsangannya.
c. Gerakan-gerakan anak itu dilakukan dengan missal.Artinya hamper seluruh tubuhnya ikut
bergerak untuk mereaksi perangsang yang datang dari luar.
d. Gerakan-gerakan anak itu disertai gerakan-gerakan lain yang sebenarnya tidak diperlukan.

Di dalam perkembangan selanjutnya gerakan-gerakan itu semakin lama makin


terdiferensiasi,artinya hanya bagian tubuh tertentu saja yang bergerak.Dan itu pun bila ada
perangsang yang mengenalnya.
.Selanjutnya karakteristik perkembangan motorik halus anak dijelaskan sebagai
berikut( Depdiknas,2007:10):
a. Usia tiga tahun
Pada saat anak berusia tiga tahun kemampuan gerakan halus hampir sama pada masa
bayi.Meskipun anak pada saat ini sudah mampu menjumput benda dengan menggunakan
jempol dan jari telunjuknya tetapi gerakan itu sendiri masih kikuk.
b. Usia empat tahun
Pada usia empat tahun koordinasi motorik halus anak ssudah mengalami kemajuan
dan gerakannya sudah lebih cepat bahkan cenderung sempurna.
c. Usia lima tahun dan enam tahun
Pada usia lima dan enam tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna
lagi ,dimana tangan,lengan dan tubuh bergerak dibawah koordinasi mata.Anak juga telah
mampu membuat dan melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk,seperti kegiatan proyek.
Berdasarkan pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan karakteristik
perkembangan anak pada usia 5-6 tahun gerakannya sudah sempurna,anak sudah bisa
menggambar sesuai gagasannya,menggunting sesuai pola,menempel gambar dengan tepat
dan dapat mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail.

2.1.1.3 Tujuan Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini


Pada dasarnya setiap pembelajaran pada suatu usaha yang mencapai tujuan.Tujuan ini
dapat dicapai apabila terdapat interaksi antara anak dan pendidik.Demikian pula halnya
dengan tujuan pengembangan motorik halus pada anak usia dini.
Menurut Sumantri(2005:145)”Tujuan pengembangan motorik halus anak usia dini
adalah Melatih kemampuan koordinasi motorik anak”.Pengembangan motorik halus anak
akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis,kegiatan untuk melatih koordinasi
antara mata dengan tangan yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun
penggunaan tangan secara utuh belum tercapai.
Tujuan pengembangan motorik halus pada anak usia dini(Nuryani,2005:11)”(1)
mengembangkan motorik halus berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, (2)
memperkenalkan gerakan jari seperti menulis,menggambar,dan memanipulasi benda-benda
dengan jari-jemari sehingga anak menjadi terampil dan matang, (3) mampu
mengkoordinasikan kecepatan ,kecakapan tanpa dengan gerakan mata,dan (4) penguasaan
emosi”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengembangan motorik
halus anak usia dini adalah untuk melatih jari jemari agar terampil dan matang serta mampu
mengkoordinasikan kecepatan dan kecakapan ,bahkan tanpa dengan gerakan mata.

2.1.1.4 Tahapan Perkembangan Motorik Halus


Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal
mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap tahapan perkernbangan motorik anak membutuhkan
rangsangan untuk mengembangkan kemampuan Semakin banyak yang dilihat dan di dengar
anak, semakin banyak yang diketahuinya.
Berikut ini adalah tahapan perkembangan motorik halus anak: Sugiyanto dan
Sujarrwo (dalam Sumantri 2005:101-102) Proses perkembangan belajar motorik anak usia
dini terjadi dalam tiga tahapan yaitu: (1)Tahap Verbal Kognitif Tahap ini merupakan tahap
awal dalam belajar gerak. Tahap ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang
menonjol pada diri anak adalah rnenjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari; sedangkan
penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba-coba
gerakan. Pada tahapan kognitif; proses belajar diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan
yang dipelajari.
Anak yang belajar gerak berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi
yang diberikan kepadanya. Informasi ini bersifat atau visual. Informasi verbal adalah
informasi yang berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata-kata. Di sini indra
pendengaran aktif berfungsi. Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat informasi
ini bisa berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan, (2) Tahap Asosiatif. Tahap ini
disebut juga tahap menengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana
anak sudah mampu melakukan gerakan-gaerakan dalam bentuk rangkaian yang tersendat-
sendat pelaksanaanya.
Dengan tahap mengulang-ulang pelaksanaan gerakan akan sémakin efisien, lancar dan
sesuai dengan keinginannya, dan kesalahan gerakan semakin berkurang. Pada tahap ini anak
usia dini memasuki masa pemahaman gerakan yang sedang dipelajarinya. (3) Tahap otomasi.
Pada tahap ini dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Tahap ini ditandai
dengan penguasaan gerakan di mana anak mampu melakukan gerakan keterampilan secara
otomatis. Tahap ini dikatakan sebagi tahap otonom karena anak mampu melakukan gerakan
keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan ini anak
memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Hal ini terjadi karena gerakannya
sendiri sudah dapat dilakukan secara otomatis. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan
gerakan dengan benar, dan baik.
Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2009. Standar Pendidikan Anak Usia Dini

1.Meniru bentuk Meniru membuat garis tegak, datar, miring,


lengkung dan lingkaran
Meniru melipat kertas sederhana ( 1-7
lipatan)
Mencocok bentuk
2.bereksplorasi dengan berbagai media Membuat mainan dengan tehnik melipat
menggunting dan menempel
Sehubungan dengan pernyataan diatas maka penulis menarik kesimpulan bahwa anak belajar
dalam perkembangan motoriknya berangsur-angsur membaik, Mulai dari tahapan awal anak
belajar dengan kaku atau tidak terorganisir, sampai pada akhimya gerakan kaku tadi menjadi
gerakan yang Iuwes dan dapat dilakukan anak dengan lancar tanpa bantuan orang dewasa
tetapi tetap dalam pengawasan orang dewasa juga.

2.1.1.5 Macam-Macam Motorik Halus


Motorik halus mengembangkan kemampuan anak dalam menggunakan jari-jarinya,
khususnya ibu jari dan jari telunjuk. menurut Suyadi (Macam-macam kemampuan motorik
halus anak yaitu:

1. Palmer grasping
Anak menggenggam sesuatu benda dengan menggunakan telapak tangannya.Anak
merasa lebih mudah dan sederhana dengan memegang benda menggunakan telapak
tangan.karena motorik halus yang belum berkembang denga baik,maka anak perlu
mendapatkan alat-alat yang lebih besar untuk melatih motorik halusnya.
2. Pincer grasping
Perkembangan motorik halus yang semakin baik akan menolong anak untuk dapat
memegang tidak dengan telapak tangan,tetapi dapat menggunakan jari-jarinya.
3. Koordinasi tangan dan mata
Koordinasi mata dan tangan memilik 2 aspek yaitu:
a. Kemampuan menolong diri sendiri (self help skill). Kemampuan untuk menolong diri sendiri
misalnya; mencuci tangan, menyisir rambut, menggosok gigi, memakai pakaian, makan dan
minum sendiri, dsb.
b. Kemampuan untuk pembelajaran .Koordinasi mata dan tangan anak dapat dilatih dengan
banyak melakukan aktivitas misalnya; membuka bungkus permen,membawa gelas berisi air
tanpa tumpah, bermain playdough, meronce, menganyam, menjahit, melipat, menggunting,
mewarnai, menggambar,menulis dan menumpuk mainan, dsb.
Dari pendapat diatas penulis menyimpulkan dari ketiga macam-macam kemampuan
motorik tersebut motorik halus yang digunakan yaitu koordinasi tangan dan mata.Koordinasi
tangan dan mata memiliki dua aspek yaitu kemampuan menolong diri sendiri dan
kemampuan untuk pembelajaran,yang akan penulis gunakan adalah kemampuan untuk
pembelajaran,dimana koordinasi mata dan tangan anak sudah banyak melakukan aktivitas
seperti: meronce, melipat, menggunting, dan mewarnai.

2.1.1.6 Manfaat Perkembangan Motorik Halus


Perkembangan motorik menekankan pada suatu proses untuk memperoleh
keterampilan dan pola gerakan yang dilakukan anak, keterampilan motorik ini diperlukan
untuk mengendalikan tubuh. Perkembangan motorik bertambah secara bertahap dan
berkesinambungan. Dimana, fungsi motorik halus anak meningkat dari keadaan sederhana,
tidak terorganisir, dan tidak terampil kearah penguasaan keterampilan motorik yang
kompleks dan terorganisasi dengan baik.
Sehubungan dengan itu, menurut Hurlock (dalam Sumantri 2005) Pengaruh perkembangan
motorik terhadap konstelasi perkernbangan individu adalah sebagai berikut :
1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan
senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka,
melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2. Melalui keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-
bulan pertama dalam kehidupannya, kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu
tempat ke iempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan
menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3. Melalui perkernbangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat
dilatih menulis, menggambar melukis, dan baris-berbaris.
4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau
bergaul dengan teman sebayanya sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak
untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi
anak yang Ringer (terpinggirkan).
Keterampilan motorik halus yang baik, yang dimiliki anak akan membawa anak
ketahap kepuasaan diri atas kemampuannya. Untuk itu, anak perlu diberikan perlakuan yang
tepat dalam mengembangkan fungsi motoriknya.
Dengan memberikan kegiatan yang sesuai tahapan usia anak, kegiatan yang diberikan
mengarah pada pengenalan pada kegiatan Serta anak diberi kesempatan untuk mengalami
kegiatan secara langsung.
Sehubungan dengan pendapat diatas,maka penulis menyimpulkan manfaat
perkembangan motorik halus adalah anak dapat menghibur dirinya,anak dapat beranjak dari
kondisi helpness(tidak berdaya),anak dapat memperoleh perasaan senang,serta anak dapat
menyesuaikan dirinya dilingkungan sekolah.
2.1.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Anak
Motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu dilakukan stimulasi
dan rangsangan yang terarah.Menurut Mahendra (dalam Sumantri 2005:110-112)
mengemukakan Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus tersebut
dibedakan menjadi tiga faktor utama yaitu :
a. Faktor Proses Belajar (Learning Proses). Dalam hal pembelajaran motorik, proses
pembelajaran yang harus di ciptakan adalah dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan belajar di
pilih berdasarkan nilai manfaatnya berbagai tanda atau langkah yang bisa menimbulkan
perubahan dalam perilaku anak ketika sedang belajar gerak motorik harus diupayakan
kehadirannya.
b. Faktor Pribadi. Setiap pribadi merupakan individu yang berbeda beda, baik fisik, mental
sosial maupun kemampuan-kemampuannya. Individu-individu yang memiliki ciri,
kemampuan, minat, kecenderungan serta bakat yang berbeda-beda pula. Semakin baik
kemampuan dan bakat anak dalam keterampilan tertentu, maka akan semakin mudahlah
untuk menguasai keterampilan. faktor pribadi merupakan suatu yang mempengaruhi
penguasaan keterampilan motorik.
c. Faktor situasional (Situational Factors). Berhubungan dengan faktor lingkungan dan faktor-
faktor lain yang mampu memberikan perubahan makna Serta situasi pada kondisi
pembelajaran. Faktor situasional ini temasuk faktor seperti tugas yang diberikan, kegiatan
pembelajaran, dan kondisi sekitar saat pembelajaran dilangsungkan. Penggunaan peralatan
atau media pembelajaran misalnya secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh
pada minat dan kesanggupan anak dalam proses pembelajaran, pada gilirannya akan
mempengaruhi keberhasilan rnereka dalam menguasai keterampilan yang sedang dipelajari.
Pada dasamya proses belajar, pribadi anak dan situasi lingkungan sangat mempengaruhi
perkembangan motorik halus. Kesempatan belajar dan pribadi yang mendukung anak dan
lingkungan yang baik akan rnembawa anak pada perkembangan motorik halus yang baik
pula. Dengan pembelajaran sesuai tahapan perkembangan dan pencapaian keterampilan
motorik halus yaitu kemampuan anak mengkordinasikan gerakan tangan dan mata, Ketelitian
anak dalam pengkoordinasian antara gerak tangan dan kecermatan mata. Sampai kepada
tahap penguasaan keterampilan tersebut.
Lebih lanjut Singger (dalam Sumantri 2005:111-112) mengatakan bahwa : Faktor-faktor
yang mempengaruhi penguasaan keterampilan pencapaian motorik halus anak. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Ketajaman; indra yaitu kemampuan indra untuk mengenal tampilan yang berlangsung.
2. Persepsi; yaitu kemampuan untuk membuat ai dari situasi yang berlangsung
3. Inteligensi; yaitu kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah Serta membuat
keputusan yang berhubungan dengan penampilan motorik.
4. Emosi; kernampuan untuk mengontrol perasaan secara tepat sebelum dan pada saat
pelaksanaan tugas.
http2//childrenrehabilitation.wordpress.com/2012/ 1 1/ 1 Oinilahfaktoryangme
mpengaruhiperkembanganmotorikanak diakses pada 18 maret 2016).
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perkembangan Motorik Anak antara lain :
1. Kematangan. Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh
kematangan syaraf yang mengatur gerakan tersebut. Pada waktu anak dilahirkan, syaraf-
syaraf yang ada di pusat susunan syarat belum berkembang dan berfungsi sesuai dengan
fungsinya, yaitu mengontrol gerakan-gerakan motorik. Pada usia 5 tahun syaraf-syaraf ini
sudah mencapai kematangan, dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik. Otot-otot besar
mengontrol gerakan motorik kasar, seperti berjalan, berlari, melompat dan berlutut,
berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan otot-otot halus yang mengontrol kegiatan
motorik halus, seperti menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle , memegang
pensil atau gunting membentuk dengan plastisin atau tanah liat, dan sebagainya,
2. Latihan. Beberapa kebutuhan anak usia dini yang berkaitan dengan pengembangan
rnotoriknya perlu dilakukan latihan dengan bimbingan guru. Banyak latihan motorik kasar
maupun motorik halus. Kebutuhan untuk bergerak dan kebutuhan untuk mengungkapkan
perasaan terdapat pada tiap insan sejak dilahirkan. Kedua kebutuhan tersebut dapat disalurkan
dengan bermain, melalui program pelatihan gerakan bagi anak usia dini.
3. Motivasi. Motivasi yang datang dari dalam diri anak perlu didukung dengan motivasi yang
datang dari luar. Misalnya, dengan rnemberikan kesempatan pada anak untuk melakukan
berbagai kegiatan gerak motorik Serta menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang
dibutuhkan anak. Pengaruh kesempatan dan kebebasan anak untuk bergerak pada usia rnuda
mengandung implikasi terhadap pentingnya parkembangan keterampilan gerak anak.
Kurangnya kesadaran orang dewasa termasuk guru akan hal ini mengakibatkan langsung
terhadap berkurangnya keuntungan yang dapat diperoleh, terutama untuk mencegah pengaruh
yang menghambat tumbuh-kembang anak secara keseluruhan, (4) Pengalaman
Perkembangan gerakan merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Latihan dan
pendidikan gerak pada anak usia dini lebih ditujukan bagi pengayaan gerak, pemberian
pengalaman yang membangkitkan rasa senang dalam suasana riang gembira anak.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa, faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak ada dua yaitu faktor dari luar
dan dalam.faktor dari luar adalah faktor belajar dan faktor situasional.faktor dari dalam
adalah faktor dari dalam diri pribadi anak.kondisi pribadi anak yang baik akan
memungkinkan anak untuk belajar dan motivasi dari lingkungan sekitar anak akan
menimbulkan minat untuk belajar gerak motorik.Hal inilah yang menjadi awal anak belajar
mengetahui kemampuan motorik khususnya motorik halusnya.

2.1.2 Melipat Kertas Origami


2.1.2.1 Pengertian Melipat Kertas Origami
"Kata origami berasal dari bahasa jepang yakni dari kata oru yang berarti melipat dan kami
berarti kertas.Ketika kedua kata digabungkan ada sedikit perubahan namun tidak mengubah
artinya,yakni dari kata kami menjadi gami sehingga bukan orikami tetapi origami
imaksudnya adalah melipat kertas"(Karmachel,2008:1). Lebih lanjut dijelaskan bahwa seni
melipat kertas ini merupakan seni yang sangat cocok bagi anak karena origami melatih
keterampilan anak.Juga melatih kerapian dalam berkreasi untik menciptakan hal baru atau
inovasi.Sementara menurut Pamadhi dan Sukardi (2008:7), melipat merupakan kegiatan
tersendiri dari kegiatan 3M. Namun kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan kegiatan
mewarnai,menggunting dan menempel".
"Melipat kertas adalah aktivitas seni yang mudah dibuat dan menyenangkan.Diantara
perannya adalah sebagai aktivitas untuk mengisi waktu luang dan media pengajaran dan
komunikasi dengan anak karena biasa dilakukan bersama-sama . Selain itu melipat kertas
origami juga sangat fungsional untu anak dan aktivitas ini memilki fungsi melatih motorik
halus dalam masa perkembangannya"(Hirai,2009).
Menurut ( Sumanto 2003:99-100) Melipat atau origami adalah suatu teknik berkarya
seni/kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas.Bagi anak usia taman kanak-
kanak melipat merupakan salah satu bentuk kegiatan bermain kreatif yang menarik dan
menyenangkan.Menurut Kamtini, Husni (2006) melipat adalah kegiatanberlatih membuat
satu bentuk lipatan yang hasilnya bisa disusun hinggamembentuk suatu hasil karya yang
dapat digunakan sebagai hiasan atau pajangan.
Dari beberapa pendapat ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa melipat kertas
origami adalah seni melipat kertas yang tidak hanya menyenangkan tapi bisa dijadikan
permainan, melipat kertas ini juga sudah menjadi salah satu pelajaran kreativitas yang
menyenangkan bagi anak-anak. Bahkan tak hanya menyenangkan, origami juga memberikan
manfaat terhadap tumbuh kembang anak. Pada hakikatnya,origami adalah dunia yang sangat
dekat dengan anak-anak.

2.1.2.2 Manfaat Melipat Kertas


Menurut Mitsuko Alam(2010) manfaat melipat kertas origami bagi anak adalah
banyak manfaat positif antara lain pengembangan kreativitas,unsur seni,melatih motorik
halus anak,melatih berpikir matematis dan melatih membaca diagram
Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh seorang anak dari melipat kertas .
1. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana anak bermain yang aman, murah,
menyenangkan, dan kaya manfaat.
2. Anak bisa belajar membuat mainannya sendiri, sehingga menciptakan kepuasan dibanding
dengan mainan yang sudah jadi dan dapat dibeli di toko mainan.
3. Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan proses,tahapan ini tentu
mengajari anak untuk tekun, sabar, dan disiplin sehingga mendapatkan bentuk yang
diinginkan.
4. Anak diajarkan menciptakan sesuatu,berkarya dan berkreatif dalam menciptakan model
sehingga aktivitas ini membantu memperluas ladang imajinasinya dengan bentukan origami
yang dihasilkan.
5. Apa yang dirasakan anak- anak ketika berhasil menciptakan sesuatu dari tangan mungilnya.
Kebanggaan dan kepuasan, sudah pasti, terlebih lagi, ia belajar menghargai dan
mengapresiasi karya diri sendiri dan orang lain lewat origami.
6. Belajar membaca diagram atau gambar, Serta berpikir matematis, perbandingan (proporsi)
lewat bentuk-bentuk yang dibuat melalui origami adalah Salah satu keuntungan lain dari
mernpelajari origami.
Sumantri ( 2005:151-152) Melipat kertas origami pada hakikatnya merupakan
kegiatan keterampilan tangan untuk menciptakan bentuk-bentuk tertentu tanpa menggunakan
bahan perekat.Kegiatan melipat ini sangat bermanfaat bagi anak jika disajikan sesuai minat
anak,akan memberikan keasyikan dan kegembiraan serta kepuasan bagi diri anak.
Bertolak dari pendapat diatas Sumanto (2003:100) Melalui kegiatan melipat kertas
origami dapat mengembangkan kompetensi berpikir anak,imajinasi,rasa seni dan
keterampilan anak.
Dari pendapat para ahli diatas penulis menyimpulkan manfaat kegiatan melipat kertas
origami adalah:
1. Anak belajar meniru (mengikuti arahan).
2. Anak belajar berkreativitas,
3. Anak belajar berimajinasi, anak belajar berkarya.
4. Anak belajar manghargai atau mengapresiasi
5. Anak belajar membuat model,anak belajar membuat mainan sendiri
6. Anak belajar membaca diagram atau gambar.
7. Anak belajar menemukan solusi bagi persoalannya.
8. Anak belajar perbandingan (proporsi dan berpikir sistematis). Melipat dilakukan dengan cara
mengubah lembar kertas berbentuk persegi panjang (balok), empat persegi, atau segi tiga
menumt arah atau pola lipatan secara benahap sampai dihasilkan suatu model atau bentuk
lipatan yang diinginkan.

2.1.2.3 Tujuan Melipat Kertas


Secara khusus melipat bertujuan untuk melatih daya ingatan, pengamatan, keterampilan
tangan, mengembangkan fantasi anak, kreasi, ketelitian, kerapihan dan perasaan keindahan.
2.1.2.4 Langkah-Langkah Melipat Kertas
Menurut Sumanto (2003) langkah-langkah dalam melipat kertas origami
adalah:
1. Persiapan, dimulai dengan menentukan bentuk, ukuran dan warna kertas yang digunakan
untuk melipat, juga dipersiapkan bahan pembantu dan alat yang diperlukan sesuai model
yang akan dibuat.
2. Pelaksanaan yaitu, membuat lipatan tahap demi tahap sesuai gambar pola (gambar kerja)
dengan rapi menurut batas setiap tahap lipatan sampai selesai, misalnya lipatan model
ikan,baju,dan lain-lain.
3. Penyelesaian yaitu, melengkapi bagian-bagian tertentu pada hasil lipatan. contoh untuk
lipatan model binatang bisa ditambakan bentuk mulut, mata, dan hiasan lainnya, hasil lipatan
yang baik ditentukan oleh kerapian dan ketepatan teknik melipat mulai dari awal sampai
selesai.
Berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh ketika anak sedang melipat
kertas Origami (Jatmika, Nur yosep:2012:34) adalah:
1. Penyediaan bahan dan peralatan, siapkan kertas lipat untuk memulai origami, tidak perlu
kertas khusus, biasa kertas Koran, brosur-brosur pertokoan , majalah dan lain-lain.
2. Pengumpulan anak, dan Pelajari dulu sesuatu yang hendak kita buat model origami untuk
anak haruslah disesuaikan dengan usia dan kemampuan motorik anak.
3. Menceritakan objek, Mulailah dengan bentuk yang paling sederhana, tapi menarik, hal ini
akan membuat berpikir bahwa origami itu hal yang mudah dan menyenangkan.
4. Membimbing dan mengarahkan, Saat memulai mngikuti intruksi, pelajari terlebih dahulu
Symbol-simbol yang digunakan.
5. Teknik melipat kertas origami, mengajarkan kepada anak tentang konsep melipat kertas.
6. Mengapresiasi hasil karya anak
7. Memberi respon terhadap hasil karya anak , jika anak dirasa telah berhasil membuat model
origami yang telah ditentukan, maka anda boleh menyarankan anak untuk membuatnya
menggunakan kertas lipat khusus agar hasilnya terlihat indah.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah melipat kertas menurut
peneliti adalah:
1. Menyediakan bahan dan alat untuk melipat , seperti kertas origami,
2. Membagi anak dalam bentuk kelompok
3. Menjelaskan kepada anak cara melipat, seperti garis, titik pusat segi tiga dan lain-lain
4. Membimbing dan mengarahkan anak sewaktu kegiatan berlangsung
5. Memberikan respon atau masukan terhadap hasil karya anak.
Tabel 2.1 Aktivitas Guru dan Anak pada setiap tahapan melipat kertas

Aktivitas
No Tahapan Anak
Guru

1 Penyediaan bahan Menyediakan bahan dan Mengamati bahan


dan peralatan peralatan melipat kertas, dan peralatan
seperti origami, lem melipat kertas yang
disediakan guru
2 Pengumpulan Mengumpulkan anak Mendengarkan dan
anak menbentuk lingkaran dan memperhatikan
menceritakan kegiatan yang guru
akan di lakukan.
3 Menceritakan Menunjukkan objek yang Mengamati cerita
objek akan dibuat atau dibentuk yang dijelaskan
sesuai dengan tema yang guru
diajarkan.
4 Membimbing dan Membimbing dan Mengikuti perintah
mengarahkan mengarahkan anak sewaktu gurudan mencoba
kegiatan berlangsung, dan aktivitas melipat
tunjukkan pada anak bahwa kertas
kita juga menyenangi
kegiatan membuat mainan
dengan melipat kertas
5 Tenik melipat Mengajarkan kepada anak
kertas seperti,garis,titik,perpotongan
dan buah garis, titk pusat

2.2 Kerangka Berpikir


Motorik halus anak usia dini adalah gerakan jari jemari,tangan,mata yang digunakan
anak untuk melakukan berbagai aktivitas.Untuk mengoptimalkan motorik halus anak usia
dini sangat dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih.sedangkan kegiatan origami
adalah seni melipat kertas yang bertujuan untuk mendidik anak belajar meniru
,beraktivitas,berimajinasi,berkarya,belajar membuat model,belajar menemukan solusi,yang
kesemuanya itu dapat mengembangkan motorik halus anak.“ Kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu dan otot-otot kecil,memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak
memerlukan banyak tenaga”.
Melipat kertas origami adalah salah satu sarana untuk meningkatkan perkembangan
motorik halus anak.karena dengan melipat kertas dari selembar kertas dapat dibuat berbagai
macam model,untuk anak -anak origami dapat menjadi mainan yang akan membantu
kepuasan sendiri karena mereka dapat memainkan hasil buatannya sendiri.
Hal-hal yang menjadi pokok penelitian ini telah di jabarkan dalam kajian teoritis
.Materi permasalahan dalam penelitian ini terfokus pada pengaruh melipat kertas origami
terhadap perkembangan motorik Halus Anak di TK Al Abror Medan.Pada proses
pembelajaran,diharapkan perkembangan motorik halus anak dapat meningkat melalui
kegiatan melipat kertas origami.
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan sementara yang diterima sebagai kebenaran sebagaimana
adanya pada saat penelitian. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan kerangka
konseptual yang telah dijelaskan, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut: “Ada
pengaruh yang positif dari kegiatan melipat kertas origami terhadap perkembangan motorik
halus anak usia 5-6 tahun di TK Al Abror Medan Tahun Ajaran 2016/2017”.

BAB III
METODE PENELITIAN
3 1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen. Desain dalam penelitian ini adalah True Experimental Design, dengan bentuk
Posttest Only Control Group Design dalam metode ini terdapat kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yang dipilih secara random.
3 2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian di tarik kesimpulannya dalam Sugiono (2010:17). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh anak TK kelompok B di TK Al-Abror Medan yang berjumlah 30 anak,
yang terdiri dari 2 kelas yaitu B1 berjumlah 15 anak, B2 berjumlah 15 anak.
3.2.2. Sampel
Sampel dalam penelitian yaitu Sampel total dengan teknik pengambilan Sampel
secara random untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sugiyono (2010:120)
menyatakan pemilihan Sampel dilakukan secara acak. Karena populasi memiliki karakteristik
yang sama terkhusus dilihat dari segi usia yaitu berusia 5-6 tahun. Dimana kelas eksperimen
yaitu kelasB1 berjumlah 15 anak yang diajarkan dengan melakukankegiatan melipat kertas
origami dan kelas kontrol yaitu kelas B2 berjumlah 15 anak dengan melakukan kegiatan
mewarnai gambar.
3.3. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Variabel terikat (y), yakni perkembangan motorik halus anak
b. Variabel bebas (x), yakni kegiatan melipat kertas origami
3.4. Defenisi Operasional
1. Perkembangan Motorik halus adalah Perkembangan gerak tubuh yang melibatkan otot otot
Halus pada anak yaitu tangan yang berkoordinasi dengan mata dalam menggerakkan jari
jemari tangan anak untuk mengaplikasikan kegiatan kemandirian dalam kehidupan sehari-
hari pada anak, Dengan melihat kemampuan motorik halus anak maka perkembangannya
dapat dinilai dengan indikator membuat berbagai lipatan horizontal, lipatan vertikal,melipat
kertas origami dengan mengikuti pola gambar, melipat dengan rapi dan benar, melakukan
eksplorasi dengan media dan kegiatan melalui koordinasi mata dan tangan,
mengeksperesikan diri melalui gerakan melipat kertas secara detail.
2. Kegiatan melipat kertas origami adalah suatu kegiatan melipat kertas berupa lipatan
sederhana 1-7 lipatan berbentuk horizontal maupun vertikal untuk mengembangkan
kemampuan pada anakberupa perkembangan otot-otot halus pada anak. Melalui kegiatan
melipat otot-otot halus anak akan dilatih dan berkembang kemampuannya melalui gerakan
tangannya yang berkoordinasi dengan mata dalammelipat kertas dengan berbagai bentuk
yang diinginkan untuk menghasilkan suatu karya yang indah. Adapun alat melipat kertas
sederhana yaitu kertas lipat atau origami.
3.5. Rancangan Dan Prosedur Penelitian
3.5.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Penelitian ini dirancang seperti tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

Eksperimen X

Kontrol -

Keterangan :
O1 = Observasi akhir Kelas Eksperimen ( Posttest )
O2 = Observasi akhir Kelas Kontrol ( Posttest)
X = Pengajaran pada kelas eksperimen dengan melakukan kegiatan
Melipat kertas origami
Y = Pengajaran pada kelas kontrol dengan melakukan kegiatan
Mewarnai gambar (Sugiyono, 2010: 122)
3.5.2. Prosedur Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen,
dimana melalui suatu eksperimen penulis meneliti pengaruh variabel tertentu terhadap suatu
kelompok dalam kondisi yang dikontrol. Pada kasus ini kedua kelas diberikan perlakuan
berbeda, kelas B1 sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang kegiatan pembelajarannya
melipat kertas origami bertema lingkunganku, sedangkan kelas B2 sebagai kelas kontrol yaitu
kelas dengan pembelajarannya mewarnai gambar.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Alat pengumpulan dalam penelitian ini mengunakan instrument penelitian non tes
yaitu observasi terstruktur tentang perkembangan motorik halus
anak. Sugiyono (2009:205) mengatakan observasi terstruktur adalah observasi yang telah
dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya.
Instrumen penelitian ini menggunakan observasi.
Observasi ini menggunakan pedoman observasi yang berisi sebuah daftar jenis
kegiatan atau perilaku yang mungkin timbul dan akan diamati. Penataan data dilakukan
dengan memuat nama observer. Tugas observer memberi tanda ceklist ( / ) pada skor yang
terdapat pada pedoman observasi yang dibuat.
Teknik ataupun cara yang dilakukan dalam mengumpulkan data saat pembelajaran
yaitu di awali dengan menghitung jumlah anak yang ada di kelas dan mengetahui setiap
nama-nama anak yang diamati, kemudian peneliti yang bertindak sebagai observer akan
mengamati perilaku ataupun tindakan yang dilakukan anak dalam mengerjakan kegiatan
melipat kertas origami yang diberikan oleh gurunya. Selain itu, observer juga melihat hasil
yang dikerjakan anak.
Melalui pengamatan terhadap setiap perilaku yang muncul dan juga dengan melihat
hasil kerja anak tersebut, observer dapat memberikan penilaian berupa skor pada pedoman
observasi masing-masing anak, dengan cara menceklist nilai/skor yang sesuai dengan
pengamatan yang tarnpak terhadap perkembangan motorik halusnya melalui kegiatan
melipat kertas origami yang diberikan.
Dari hasil observasi yang dilakukan maka diperoleh data tentang motorik halus pada
saat melakukan kegiatan melipat kertas origami. Berikut adalah kisi-kisi instrument
penelitian yang digunakan oleh peneliti.

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS


ANAK USIA 5-6 TAHUN DENGAN KEGIATAN MELIPAT KERTAS ORIGAMI
Petunjuk
Untuk memberi skor pada butir - butir motorik halus maka ceklist (√ ) angka
pada kolom skor (4,3,2,1 ) sesuai dengan kriteria berikut :
4= Jika semua deskriptor tampak ( Sangat Berkembang )
3 = Jika tiga deskriptor yang tampak ( Berkembang )
2 = Jika dua deskriptor yang tampak ( Mulai Berkembang )
1 = Jika satu deskriptor yang tampak ( Belum Berkembang )
Tabel 3.2Kisi-kisi Instrumen Perkembangan Motorik Halus
Variabel Indikator Deskriptor No.Butir
4 3 2 1
Membuat berbagai 1. Membuat garis dan titik
garis 2. Membuat perpotongan dua buah
garis
3. Membuat garis titik pusat atau
Motorik segi tiga
Halus Membuat berbagai 1.Membuat lipatan horizontal
lipatan dan vertikal
2.Membuat lipatan ke kiri atau ke
kanan
Meniru bentuk 1. Meniru melipat kertas 1-7 lipatan
Menggunakan alat 2. Memegang kertas dengan
dengan benar benar( antara ibu jari dan jari-
jari lainnya)
Melakukaneksplorasi3. Melipat dengan sesuai perintah
dengan media dan
kegiatan melalui
koordinasi mata dan
tangan

Tabel 3.3 Kategori Penilaian

Kategori Penilaian
Sangat Berkembang 90%-100%
Berkembang 80%-89%
Mulai Berkembang 70%-79%
Belum Berkembang 0%-69%
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul untuk mengetahui perkembangan kemampuan
motorik halus anak baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol dengan cara
sebagai berikut:
1. Menghitung nilai rata-rata
Cara menghitung nilai rata-rata pada masing kelompok yaitu dengan menjumlahkan
keseluruhan nilai atau skor dari masing-masing kelompok anak di kelas eksperimen dan
kontrol kemudian dibagi dengan masing-masing jumlah anak yang ada di kedua kelompok.
Dengan rumus sebagai berikut:
Mean = (Sudjana, 2005:37)
Keterangan : Mean = Rata-rata
Zx = jumlah skor anak
N =jumlah anak
2. Menginterprestasikan nilai dengan cam menghitung selisih nilai tertinggi dan nilai terendah
atau dengan kata lain, nilai tertinggi
dikurang nilai terendah dibagi dengan banyak kategori.
Skor Interprestasi = –
= (Sugiyono, 2010: 141)
Tabel 3.3 Tabel Interprestasi Nilai Perkembangan Motorik Halus Anak

Skor Kategori
11-15 Sangat Baik (SB)
6-10 Cukup Baik (CB)
Kurang Baik (KB)
1-5

Selanjutnya analisis yang digunakan yaitu analisis statistik untuk menguji hipotesis penelitian yakni
dengan uji Langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut:

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas diadakan untuk mengetahui populasi dan sampel yang diteliti berdistribusi normal atau
tidak.Pengujian ini digunakan dengan menggunakan uji liliefors. Langkah-langkah yang dilakukan
sebagai berikut:

Ø Pengamatan disajikan angka baku dengan menggunakan rumus:


Zi =
= Rata-rata
Simpangan baku sampel
Ø Untuk tiap angka baku ini dengan menggunakan distribusi normal dihitung peluang F (Zi)
= P (Z≥Zi)
Ø Selanjutnya dihitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi itu
menyatakan dengan S (Zi), maka:
S (Zi) =
Ø Menghitung F (Zi) – S (Zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.
Ø Mengambil harga mutlak yang terbesar ( ) untuk menerima atau menolak hipotesis,
kemudian membandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar, untuk taraf nyata α =
0,05
Dengan kriteria:
Jika , maka sampel berdistribusi normal
jika , maka sampel tidak berdistribusi normal.

3.7.2 Uji homogenitas


dilakukan untuk menguji kesamaan varians. Uji homogenitas yang digunakan adalah cara
varians terbesar dibandingkan dengan varians terkecil, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Tuliskan Ha dan Ho dalam bentuk kalimat
b. Tuliskan Ha dan Ho dalam bentuk statistik
Cari dengan rumus:
c. Tetapkan α yaitu 0,05
d. Hitung F ( n varians besar -1, n varians terkecil -1)
e. Bandingkan dengan
f. Tentukan kriteria pengujian, jika maka Ho diterima (homogen)
g. Tarik kesimpulan

3.7.3 Uji Hipotesa


Untuk menguji hipotesis apakah kebenarannya dapat diterima atau tidak, yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji dua pihak. Dengan taraf nyata = 0,05. Rumus uji t sebagai
berikut:
Alternative pemilihan uji-t α
1. Jika data berasal dari populasi yang homogen ( ) dan σ tidak diketahui, maka
digunakan rumus uji-t’ yaitu:
t = dengan = (Sudjana, 2005:239)
2. Jika data berasal dari populasi yang tidak homogen ( ) dan σ tidak diketahui, maka
digunakan rumus uji-t yaitu:
t = (Sudjana, 2005:241)
keterangan:
t = Luas daerah yang dicapai
= Luas daerah yang dicapai
= Banyak siswa pada sampel kelas eksperimen
= Banyak siswa pada sampel kelas kontrol
= Simpangan baku pada kelas kontrol
= Simpangan baku dan
= Rata-rata selisih skor siswa kelas eksperimen
= Rata-rata selisih skor kelas kontrol
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika dengan peluang (1- ) dan taraf nyata α = 0,05. Dan
tolak Ho jika t mempunyai harga-harga lainnya.
Ho diterima apabila harga dan Ha ditolak
Ha diterima apabila harga dan Ho ditolak
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian : TK Al-Abror Medan
Waktu Penelitian : Semester II Tahun Ajaran 2016/2017 pada bulan April-Mei
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

Bulan
Aktifitas September
November Desember Januari Februa Mei- September
ry- Agus
Mengaju April tus
kan
judul 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1-8 1-12 1 2 3 4
proposal X

Menyus X X X X X X X X X X
un
proposal
Seminar X
Proposal

DAFTAR PUSTAKA

Alam,Mitsuko. (2010). 99 IdeMimpi Momo Dengan Origaminya, Jakarta: PT ELEK MEDIA


KOMPUTINDO

Decaprio,Richard.(2013).Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik.Jogjakarta:Diva Press

Depdiknas.(2007).Pedoman Pengembangan Fisik/Motorik di Taman Kanak-


kanak.Jakarta:Depdiknas
Fikriyati,Mirroh.(2013).Perkembangan Anak usia emas(gold age).Yogyakarta:Laras Media Prima

Hirai,Maya.2010.Kreasi origami favorit.Jakarta:Kawan Pustaka


Karmachela,Hira.2008.Seni Origami.Jakarta:Azka Press.
Noorlaila,Iva.2010. Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Yogyakarta: Pinus.Musfiroh

Peraturan Pemerintah No.58 2009.Standar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:Depdiknas.

Saputra dan Rudyanto.(2005).Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak


TK.Jakarta:Depdiknas Dirjen,Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Sumantri.2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional

Sumanto. 2003.Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK.Jakarta: Indeks


Wiyani,Novan Ardy.2013.Bina Karakter Anak Usia Dini.Panduan Orang Tua dan Guru Dalam
Membentuk Kemandirian dan Kedisiplinan Anak Usia Dini.Jogjakarta:Ar,Ruzz Media

Posted by Mustafa Regar at 00:01


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:
Post a Comment

Newer PostOlder PostHome


Subscribe to: Post Comments (Atom)
About Me

Mustafa Regar
View my complete profile
Blog Archive
 ► 2017 (1)
 ▼ 2016 (27)
o ► December (2)
o ► October (6)
o ► September (4)
o ▼ July (4)
 KONSEP PADA PENJAMIN LETTER OF CREDIT
 DESAIN METOPEL PENELITIAN
 POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN KECIN...
 PENGARUH KEGIATAN MELIPAT KERTAS ORIGAMI TERHADAP ...
o ► June (11)
Travel theme. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai