Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan fisik-motorik adalah perkembangan jasmaniah

melalalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi.

Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian

gerak tubuh yang melibatkan otot saraf yang jauh lebih kecil atau detail.

Kelompok otot dan saraf, inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak

motorik halus, seperti meremas kertas, menyobek, menggambar, menulis dan

lain sebagainya, (Suyadi, 2010:69).

Aktifitas motorik halus (fine motor activity) didefinisikan sebagai

keterampila yang memerlukan kemampuan untuk mengoordinasikan atau

mengatur otot-otot kecil/halus. Misalnya, berkaitan dengan gerak mata dan

tangan yang efisien,tepat, dan adaptif. Perkembangan control motorik halus

atau keterampila koordinasi mata da tangan mewakili bagian yang penting

dalam perkembangan motorik, (Rahyudi, 2012:222).

Motorik halus merupakan salah satu tugas perkembangan pada anak

usia dini. Dalam perkembangan anak motorik halus sangatlah penting karena

berfungsi sebagai motor penggerak dalam tubuh manusia yang melibatkan

bagian – bagian tertentu dan dilakukan oleh otot – otot kecil. Tetapi, dalam

dunia anak tidak semua motorik halus berkembang sesuai dengan fungsinya,

banyak anak yang pada usia perkembangannya belum dapat mencapai tingkat
2

perkembangan. Terkadang orang tua tidak mengetahui tentang pedoman

perkembangan anak sesuai dengan usia mereka, sehingga salah satu

penghambat perkembangan motorik anak adalah kurangnya stimulasi dari

orang tua.

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang

diselenggarakan untuk mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan usia

pendidikan sedini mungkin dan sepanjang hayat, (Indriyani, 2014:1).

Perkembangan anak merupakan integrasi dari perkembangan aspek nilai

agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional, serta

seni (Permendikbud no.137 pasal 7 ayat 3 2014:4).

Anak usia dini dianggap sebagai usia keemasan (golden age) karena

pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat besar

baik secara fisik, maupun psikis. Pada usia 4-6 tahun merupakan masa peka

dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Masa peka adalah masa

terjadinya pematangan fungsi – fungsi dan psikis yang siap nerespon stimulasi

dan mengasimilasi atau menginternalisasikan ke dalam pribadinya. Pada masa

ini merupakan masa awal pengembagan kemampuan fisik,kognitif,bahasa,

sosial emosional, konsep diri,disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai

agama, (Rahmawati, 2013:2)

Ketersmpilan motorik anak usia dini sagat penting bagi perkembangan

anak. Anak yang mempunyai kemampuan motorik baik akan mudah dalam

memahami hal baru dan mendorong kemajuan dalam pendidikannya.

Penguasaan motorik juga dapat membantu anak dalam menekuni suatu


3

bidang, misalnya seni lukis, seni music, seni disain. Ketika kemampuan

motorik halus anak berkembangan dengan baik dan sesuai dengan usia mereka

akan sangat membantu anak – anak tersebut dalam dunia luar maupun dalam

dunia pendidikan.

Dalam mengembangkan aspek – aspek perkembangan guru sangat

berperan penting ketika berada di sekolah, guru sebagai ujung tombak dalam

pembentukan karakter dan mengembangkan aspek – aspek perkembangan

anak. Sehingga pendidik PAUD harus memiliki ijazah Diploma empat (D-IV)

atau Sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini yang diperoleh dari

program studi terakreditasi, atau memiliki ijazah diploma empat (D-IV) atau

sarjana (S1) kependidikan lain yang relevan atau psikologi yang diperoleh dari

program studi terakreditasi dan memiliki sertifikat Pendidikan Profesi Guru

(PPG) PAUD dari perguruan tinggi yang terakreditasi. Kompetensi Guru

PAUD dikembangkan secara utuh mencakup kompetensi pedagogik,

kepribadian, sosial, dan profesional, sebagaimana terdapat pada Lampiran II

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Permendikbud no.137 pasal 25 ayat 1,2 (2014:10). Tetapi ketika anak sudah

berada di lingkungan keluarga atau di masyarakat itu sudah menjadi tanggung

jawab orang tua untuk mengembangkan anak.

Pengamatan di lapangan yang terjadi di sekolah yaitu adanya

keterlambatan motorik halus anak usia 5-6 tahun yang masih mengalami

kesulitan ketika diminta untuk melipat kertas origami menjadi suatu bentuk ,

akhirnya anak menunggu bantuan dari guru . Serta permasalahan lain juga
4

timbul ketika anak diminta untuk menggunakan gunting, banyak anak yang

masih kesulitan untuk menggunakan gunting dan terkadang masih melenceng

dari garis yang telah ditentukan oleh guru. Selain dua masalah di atas ada satu

masalah lain yang timbul ketika anak diminta untuk menempel. Ada anak

yang tidak mau menggunakan lem karena jijik, ada anak yang menggunakan

lem dan mengambilnya sebanyak mungkin sehingga origami yang mau

ditempel sampai basah.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yang dilakukan pada akhir

bulan maret di PAUD TERATAI sogaten kota Madiun, keterampilan motorik

halus belum berkembang dengan baik, beberapa anak menunjukkan

keterlambatan dalam motorik halusnya seperti anak masih kesulitan ketika di

ajak melipat origami, anak juga masih mengalami kesulitan ketika di ajak

untuk bermain menggunting dan menempel. Anak kurang dapat

mengkoordinasikan antara otot – otot kecil dengan jari tangan. Keterlambatan

motorik halus tersebut ditandai dengan anak masih mengalami kesulitan

dalam melipat origami, anak selalu menunggu bantuan dari guru ketika

melakukan kegiatan tersebut. ketika anak di ajak untuk melakukan kegiatan

menggunting anak masih mengalami kesulitan, anak belum dapat

menggunting sesuai garis yang telah ditentukan, masih banyak anak yang

menggunting melibihi garis yang telah ditentukan. Tidak sampai disitu ada

sebagian anak yang jijik untuk menggunakan lem dan ada sebagian anak yang

mau menggunakan lem tetapi lem yang digunakan sangat banyak. Dari 8 anak

yang ada di kelas ada 3 anak yang sudah cekatan dalam melipat origami dan
5

ada 5 anak yang masih memerlukan bantuan, sedangkan untuk menggunting

ada 2 anak yang sudah dapat menggunting dengan rapi dan sesuai dengan

perintah, ada 3 anak yang menggunting masih belum rapi dan ada 3 anak yang

masih menggunting semaunya sendiri. Sedangkan untuk menempel 4 anak

sudah dapat menempel dengan rapi, 2 anak yang masih menempel semaunya

sendiri dan 2 anak yang jijik ketika memegang lem.

Kasus di atas mengindikasikan bahwa anak kelompok B masih

mengalami kesulitan dalam keterampilan motorik halusnya, hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya stimulasi dari orang tua,

guru juga belum berfariasi dalam pemberian media untuk anak. Faktor

penyebab lain adalah kurangnya koordinasi anatara mata dengan otot – otot

tangan.

Berdasarkan deskripsi di atas diperlukan adanya kegiatan pembelajaran

yang dapat megembangkan motorik halus anak. Kegiatan pembelajaran yang

diberikan guru harus menarik minat anak dan tidak membuat anak bosan.

Salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan motorik halus

anak dan tidak membuat anak bosan adalah kegiatan 3M yaitu

menggabungkan tiga kegiatan melipat origami, menggunting origami dan

menempel origami yang dilakukan dalam satu kegiatan dan satu bentuk

lipatan. Pada umumnya kegiatan – kegiatan tersebut dilakukan lalukan secara

bersamaan.

Berdasarkan realitas tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian

judul “Peningkatan keterampilan Motorik Halus melalui kegiatan 3M


6

(Melipat, Menggunting dan Menempel) pada Anak Kelompok B PAUD

Teratai Sogaten Kota Madiun Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di identifikasi permasalah di

Paud Teratai Sogaten sebagai berikut :

1. Perkembangan motorik halus anak belum optimal, terutama dalam

aktivitas melipat, menggunting dan menempel.

2. Kurangnya koordinasi antara otak dan otot tangan pada anak sehingga

kemampuan motorik halus pada anak usia 5 – 6 tahun masih belum

optimal.

3. Stimulasi yang diberikan guru untuk mengembangkan motorik halus anak

dirasa masih kurang, karena pembelajaran yang diberikan masih monoton.

Guru lebih cenderung memberikan satu kegiatan saja, tidak memberikan

tiga kegiatan tersebut secara langsung, yang tiga kegiatan tersebut saling

berhubungan satu sama lain.

C. Rumusan Masalah dan Pemecahannya

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana cara meningkatkan

keterampilan motorik halus melalui kegiatan 3M (melipat,menggunting dan

menempel) pada anak kelompok B Paud Teratai Sogaten kota Madiun ?

Untuk mengatasi masalah, maka peneliti akan melakukan :


7

1. mengefektifkan penggunaan 3M (melipat,menggunting dan menempel)

untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

2. Melakukan kegiatan 3M (melipat,menggunting dan menempel) tersebut

secara berulang – ulang sampai motorik halus anak mengalami

peningkatan.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui cara meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan

3M(melipat,menggunting dan menempel) pada anak kelompok B Paud Teratai

Sogaten Kota Madiun

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang terkait.

Adapun kegunaan dari penelitian ini dapat ditinjau dari segi teoritis dan

praktis.

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta dapat

dijadikan bahan kajian bagi para pembaca, khususnya untuk mendukung

perkembangan anak usia dini dalam hal perkembangan motorik halus

melalui kegiatan 3M (melipat, menggunting dan menempel) dan

memberikan gambaran bagaimana peningkatan keterampilan motorik


8

halus melalui kegiatan 3M (melipat,menggunting dan menempel) pada

anak usia dini.

2. Kegunaan Praktik

Setelah diadakannya penelitian di Paud Teratai Sogaten kota

Madiun diharapkan secara praktis dapat berguna sebagai berikut :

a. Bagi pendidik

Penelitian ini berguna bagi pendidik sebagai berikut :

1) Menambah penetahuan dalam menggunakan variasi metode

pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan motorik halus

anak.

2) Meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan dan

mengembangkan media sehingga pembelajaran lebih bervariasi

dan tidak monoton.

b. Bagi anak usia dini

Penelitian ini berguna bagi anak usia dini sebagai berikut :

1) Meningkat perkembangan motorik halus pada anak.

2) Memperoleh pengalaman langsung mengenai media 3M

(melipat, menggunting dan menempel) dengan media origami.

F. Definisi Istilah

Menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalah

yang akan dibahas dalam peneletian ini, maka perlu disampaikan definisi

istilah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :


9

1. Keterampilan motorik halus

Keterampilan motorik halus yang dimasksudkan dalam penelitian

ini adalah koordinasi jari tangan, otot – otot kecil, serta mata dan tangan

yang memerlukan ketepatan untuk berhasil dalam keterampilan ini, yang

ditandai dengan anak sudah mampu menulis, lipat, menggunting,

menempel, dan bermain pasta secara tepat.

2. Kegiatan 3M (melipat, menggunting dan menempel)

Kegiatan 3M adalah merupakan suatu kegiatan belajar yang

menarik untuk anak usia dini karena kegiatan ini berbasis pada kegiatan

belajar sambil bermain dan dapat mengasah kreatifitas pada anak, yang

memiliki langkah – langkah bermain sederhana antara lain menyiapkan

kertas origami, gunting dan lem, kemudian melipat origami sesuai tema

dan setalah lipatan selesai anak diajak menggunting origami tersebut

kemudian menempel ke bulu menempel dengan lem ketika guntingan telah

selelai.

Anda mungkin juga menyukai