Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

LATARBELAKANG MASALAH
Anak usia dini merupakan individu yang berusia 0<6 tahun. Pada massa itu
adalah masa golden age yitu masa peka atau massa matangnya seluruh fungi
jiwa. Setiap anak akan berkembang sesuai dengan masa perkembangan
nya.seperti perkembangan motorik halus anak usia <3 bulan yag mulai bisa
memainkan jari tngan dan kaki serta dapat memegang benda dengan 5 jari. Usia
anak 6<9 bulan, anak sudah mampu memegang benda dengan ibu jari dan jari
telunjuk nya, usia 12<18 bulan anak sudah mampu memegang alat tulis dan
membuat coretan bebas, anak usia 2<3 tahun koordinasi motorik halus pada jari
tangan sudah cukup baik untuk memegang benda pipih, sampai pada
perkembangan motorik halus yang sempuna yaitu usia 5-6 tahun anak sudah
mamapu memanipulasi dengan bentuk gambar, mampu ,membaut coretan
beraturan, motorik halus jari tangan sudah baik dan beraturan.
Perkembangan fisik pada masa kanak-kanak dengan di tandai dengan
berkembangnya kemampuan motorik. Menurut samsudin (2005,hlm 9) motorik
merupakan istilah umum untuk perilaku gerak mansia. Perkembangan motorik
anak taman kanak-kanak merupakan perubahan kemampuan motorik dari bayi
sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan ke mampuan
motorik. Perkembangan morik meliputi perkembangan motorik kasar dan
motorik halus. Menurut Wahyudin dan Agustin (2012,hlm.34-35) Motorik kasar
adalah gerakan gerakan tubuh yang melibatkan otot-otot besaratau sebagian besar
otot yang ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan diri. Sejalan dengan Suyanto (2005mhlm.51) motorik kasr
merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot besar seperti berjalan,berlari
dan melompat.
Kemampuan motorik halus menurut Sujono (2008.hlm 1.13) kemampuan
yang gerakannya hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot keciil, seperti kemampuan menggunakan jari jemari
tangan dan gerakan pergrlangan tangan yang cepat. Sedangkan menurut Daeng
(1996,hlm.121) menyebutkan bahwa yang disebut motorik halus adalah aktivits
motorik yang melibatkan otot-otot kecil atau halus, gerakan ini menuntut
koordinasi mata dan tangan dan kemampuan pengendalian gerak baik yang
memungkin kan nya untuk melakukan kecermatn dalam gerakannya. Beberapa
gerakan yang termasuk motorik halus adalah menggunting, merobek, meremas,
menggambar,melipat, meronce, menggenggam, meyusun balok, dan lain
sebagainya. (suyntomlm.2005, hlm.51)
Perkembangan motorik halus anak ini akan terus berjalan sesui dengan massa
yang telah di tetapkan apabila di bareng dengan stimulus yang baik. Misalnya
dengan memberikan stimulus dengan seni rupa. Seni rupa meruapkan suatu
kegiantan yang sangat sangaik.dan mengasikkan bagi anak. Dengan seni anak
bisa mengekspresikan semua yanga di ketahui anak.Pada masa anak-anak
kegiatan seni rupa memang sangat cocok diakukan untuk melatih perkembangan
anak, asal dengan kegiatan seni yang terarah dan di sesuaikan dengan
karakteristik masa perkembangan anak.
Sejak usia dini anak sudah di kenalkan menggambar. Dalam pembelajaran di
TK kebanyakan guru kurang memperhatikan hasil belajar anak terhadap
pembelajaran yang satu ini. Guru sering menggunakan menggambar sebagai
pembelajaran relaksasi pada anak tanpa memperhatikan hasil karya anak
sehingga di dapati hasil karya anak dalam pembelajaran menggambar terkesen
tanpa arahan.
Pada prinsipnya kegiatan menggambar yang dilakukan olej anak merupakan
kegiatan naluriah. Seperti hal nya kegiatan makan,minum, berbicara, dan
bercerita kepada orang lain. Kegiatan menggambar bersamaan dengan kegiatan
orang lain seperti memilih dan mengenakan pakaian yang di lakukan oleh anak.
Rasa seni di mulai denga bagaimana anak bisa menata benda-benda di
sekitarnya. Jika hal tersebut tidak di lakukan oleh anak, maka pendidik perlu
segera mendidik dan membimbingnya.
Seperti mengajarkan menggambar pada anak untuk melatih perkembangan
motorik halus anak. Menggambar tidak hanya mampu mengembang motorik
halus anak, tetapi juga mengembangkan pola piker anak agar lebih kreatif dan
inovatif.. Kegiatan menggambar biasanya di lakukan untuk melatih ketrampilan
menulis dan membaca pada anak usia 2-4 tahun, karena pada masa itu anak
sudah cukup matang untuk belajar menulis dan membaca permulaan.
Pada umumnya kegiatan menggambar sering di lakukan oleh kebanyakan
pendidik dengan tujuan yang sama yaitu mengembangkn motorik halus anak.
Tetapi variasi kegiatan menggaman bar masih sangat sempit.Seperi hanya meniru
bentuk, mewarnai bentuk dan menggambar sesuai tema. Padahal kegiatan
mengambar seperti ini hanya akan membatasi kemampuan berfikir anak dan
menciptakan ingatan tentang gambar yang sejenis pada masing anak.
Dengan banyaknya fariasi kegiatan menggambar anak tentunya tidak akan
bosan serta ingatan anak tentang menggambar juga akan beraneka ragam.
Kemampuan fisik motorik sangat penting untuk menunjang kelangsungan
hidup sehari-hari oleh karena itu kemampuan fisik motorik anak usia dini harus
dikembangkan sejak usia dini baik kemampuan motorik kasar maupun
kemampuan motorik halus. Menurut artikel yang ditulis (Lolita Indraswari, 2012:
2) motorik kasar memerlukan koordinasi kelompok otot-otot tertentu anak yang
dapat membuat mereka melompat, memanjat, berlari, menaiki sepeda.
Sedangkan menurut artikel yang ditulis oleh (Marliza, 2012: 1) perkembangan
gerakan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi
gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau
memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan.
Stimulasi perkembangan motorik halus yang bertujuan melatih keterampilan
jari-jemari anak untuk persiapan menulis seperti menggunting, menjiplak,
memotong, menggambar, mewarnai, menempel, bermain play dough dan
meronce perlu diberikan kepada anak taman kanak-kanak agar kemampuan
motorik halusnya dapat berkembang dengan baik. Penelitian ini akan membahas
mengenai perkembangan motorik halus yaitu bagaimana 3 meningkatkan
kempampuan halus melalui kegiatan mewarnai yang merupakan salah satu
alternatif kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru di sekolah
untuk mengembangkan kemampuan motorik halus khususnya anak kelompok B
yaitu usia 5-6 tahun.
Perkembangan motorik halus anak usia dini akan berkembang setelah
perkembangan motorik kasar anak berkembang terlebih dahulu, ketika usia-usia
awal yaitu usia satu atau usia dua tahun kemampuan motorik kasar yang
berkembang dengan pesat. Mulai usia 3 tahun barulah kemampuan motorik halus
anak akan berkembang dengan pesat, anak mulai tertarik untuk memegang pensil
walaupun posisi jari-jarinya masih dekat dengan mata pensil selain itu anak juga
masih kaku dalam melakukan gerakan tangan untuk menulis.
Oleh karena itu, pada usia selanjutnya yaitu usia 5-6 tahun sangat tepat untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan mewarnai agar
kemampuan motorik halus anak lebih matang. Kematangan motorik halus anak
kelompok B yaitu usia 5-6 tahun sangat penting sebagai modal awal untuk
kemampuan menulis yang sangat dibutuhkan pada jenjang pendidikan
selanjutnya. Kemampuan menulis sangat berhubungan dengan kelenturan jari-
jemari dan pergelangan tangan serta koordinasi mata tangan yang baik yang
menjadi tujuan dalam kegiatan pengembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun.
Ditjen Dikdasmen, (2006), tentang setandar kompetensi kelompok B,
menyebutkan bahwa anak mampu mengkspresikan diri dan berkreasi dengian
berbagai gagasan, imajinasi dan menggunakan berbagai media/ suatu karbahan
menjadi suatu karya seni.kemudian dalam hasil ,diharapkan dapat menggambar
sederhana, dengan berbagai media arang, kapur, crayon, pensil warna dan lain-
lain. Untuk saat ini tuntutan dari kurikulum tersebut belum bisa direalisasikan di
TK PGRI khusus dalam pembelajaran menggmbar di TK PGRI anak masih
kurang kreatif dalam menggambar. Hal ini terlihat dari hasil karya anak dalam
menggambar. Coretan di hasilkan anak masi berkesan umum dan gambar yang
sama setiap pengerjaan tugas menggambar. Misal : anak hanya menggambar
rumah saja, anak menggambar gunung saja, atau anak menggambar pohon saja.
Selain itu ketika anak di berikan tugas menggambar suasana kelas sering
ramai,anak sering jalan-jalan sendiri dan tidak serius dalam menggambar.
Melihat kondisi di atas penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan
judul “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan
Menggambar di Kelompok B TK PGRI Kedokanbunder Kecamatan
Kedokanbunder Kabupaten Indramayu.
1. Identifikasi Masalah
a. Kegiatan menggambar menunjukkan hasil yang tidak sesuai harapan
b. Sebagian anak tidak menyimak saat guru memebrikan contoh gambar
c. Pada saat kegiatan menggambar, hampir semua anak ribut dengan
aktifitasnya
d. Pada saat kegiatan menggambar berlangsung. anak lebih sering mengeluh
karena di anggap susah untuk dikerjakan
2. Analaisis masalah
Dari keempat masalah yang teridentifikasi, masalah yang akan di pecahkan
adalah kurangnya kemampuan menggambardalam konteks kegiatan tertentu
karena merupakan masalah yang paling berat dan dapat menimbulkan
masalah baru. Penyebab masalah tersebut di karenakan mn perkembangan
motorik halus yang kurang efisien terhadap pola menggambar pada anak usia
dini dan perkembangan motorik halus anak masih belum mencapai
kematangannya.
3. Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah penggunaan pola, meniru, oleh guru yang kurang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak dan upaya peningkatan perkembangan motorik
halus anak dapat di atasi dengan menggunakan berbagai kegiatan
menggambar bebas yang bervariasi.
A. Rumusan Masalah
Penelitian ini di lakukan atas dasar permasalahan pada anak-anak TK PGRI
Kedokanbunder yaitu rendah ketrampilan motorik halus dalam kegiatan
menggambar anak belum bisa mewarnai gambar dengan rapih, dan anak belum
bisa menggambar dengan bentuk bermakna. Berdasarkan latar belakang masalah
diatas permasalahan umum penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan
kkemampuan motorik halus dengan kegiatan menggambar di kelompok B TK
PGRI kedokan bunder, secara khusus rumusan masalah dalam penelitian ini di
tuangkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan kemampuan motorik halus melalui kegiatan
menggambar di kelompok B TK PGRI Kedokanbunder
2. Apakah melalui kegiatan menggambar akan meningkan perkembang motorik
halus pada anak di kelompok B TK PGRI Kedokanbunder
3. Seperti apakah hasil kegiatan menggambar yang sudah dilakukan untuk
meningkatkan motorik halus pada anak kelompok B TK PGRI Kedokanbunder
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah unuk mengetahui bagaimana anak dalam
menggambar dapat di tingkatkan melalui kegiatan ini di kelompok B TK PGRI
Kedokanbunder
1. Dapat megetahui perkembangan kematangan motorik halus anak
khususnya usia 4-6 tahun.
2. Dapat melatih kemampuan motorik halus anak dengan kegiatan seni
menggambar.
3. Dapat mengetahui variasi kegiatan mengganbar untuk anak usia 4-6 tahun.
4. Dapat mengetahui cara melakukan kegiatan menggambar yang bervariasi.
5. Dapat mengetahui apa saja manfaat kegiatan menggambar bagi anak
khususnya anak usia 4-6 tahun.
C. Manfaat penelitian
Penelitian ini di harapkan banyak manfaat bagi pihak-pihak yang terkait
diantaranya :
1. Secara teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran pengenai upaya
meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan menggambar.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
a. Bagi anak
1) Melatih kemampuan motorrik halus pada anak
2) Meningkatkan kemampuan motorik halus anak
3) Memberikan pengalaman baru yang menyenangkan bagi anak dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan
menggambar
b. Bagi guru
Pendidik dapat menjadikan hasil penelitian ini menjadi masukan bagi
pendidik sebagai sumber motivasi, inovasi, dan cerminan pembelajaran
pada anak usia dini, serta dapat meningkatkan kemampuan motorik halus
anak.
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan bagi lembaga
pendidik dalam memberikan kontribusi kegiatan-kegiatan belajar
pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak bagi
pengembangan kemampuan motorik halus anak.
d. Bagi penulis
Penulis dapat mengembangkan variasi kegiatan menggambar yang
sudah ada menjadi kegiatan yang lebih menarik dan bermanfaat bagi anak
dan pendidik lainnya. Penulis dapat mengetahui tingkat perkembangan
motorik halus anak sesuai dengan usia anak. Penulis juga bisa mengetahui
manfaat kegiatan menggambar bagi anak sehingga mampu menstimulasi
perkembangan motorik halus anak. Tidak hanya itu penulis juga dapat
mengetahui bagaimana tata cara melakukan kegiatan menggambar pada
tiap variasi.
e. Bagi Pembaca
Dapat mengetahui macam kegiatan menggambar untuk anak. Dengan
ini pembaca dapat mengetahui bahwa banyak manfaat menerapan kegiatan
menggambar bagi perkembangan anak khusus nya perkembangan
motorik halus anak.Selain itu pembaca juga dapat mengetahui tata cara
melakukan kegiatan menggambar dengan beraneka variasi kegiatan.
Sehingga diharapkan pembaca bisa menerapkan kegiatan ini menggambar
pada anak.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Motorik Halus


1. Kemampuan Motorik
Perkembangan motorik merupakan aktivitas yang familiar dengan kegiatan
sehari-hari karena setiap hari digunakan oleh manusia untuk menjalani hidup.
Menurut Hurlock (1978: 150) berpendapat bahwa perkembangan motorik berarti
perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf,
urat syaraf, dan otot yang terkendali. Corbin (Sumantri, 2005: 48)
mengemukakan bahwa perkembangan motorik merupakan perubahan
kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek
perilaku dan kemampuan gerak. Pendapat di atas sesuai dengan pendapat Sujiono
(2008: 1.3) yang menyatakan bahwa perkembangan motorik dapat disebut
sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh.
Menurut Suyanto (2005: 51) menyatakan bahwa perkembangan motorik meliputi
perkembangan badan, otot kasar (motorik kasar) dan otot halus (motorik halus).
Sedangkan, Kamtini dan Tanjung (2005: 124) berpendapat bahwa keterampilan
motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang
dapat dilakukan anak, keterampilan motorik diperlukan untuk mengendalikan
tubuh.

Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkakann


bahwa kemampuan motorik berhubungan dengan perkembangan dan ketrampilan
gerlakak yang dapat lakukan untuk pengendalian terhadap seluruh anggota
tubuh serta perkembangannya sesauai dengan otot dan syaraf. Perkembangan
fisik motorik terbagi menjadi 2 yaitu perkembangan morik halus dan
perkembangan motorik kasar.
2. Kemampuan Motorik Kasar
Kemampuan motorik kasar anak usia dini berkembang dengan pesat
dikarenakan anak mempunyai energi lebih untuk bergerak aktif sehingga
memanifestasikan energi tersebut melalui kegiatan bermain sambil belajar
sangat penting dilakukan. Sujiono (2008: 1.13) menyatakan bahwa motorik
kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar tubuh
anak sehingga memerlukan tenaga yang lebih. Perkembangan motorik kasar
melibatkan gerakan otot-otot besar dalam tubuh seperti otot tangan dan otot
kaki. Contoh kegiatan motorik kasar seperti, berlari, melompat, menangkap
atau melempar. Mansur (2005: 23) mengemukakan bahwa perkembangan
motorik kasar diperlukan untuk keterampilan menggerakkan dan
menyeimbangkan tubuh. Pernyataan tersebut sesuai pendapat Suyanto (2005:
50) menyatakan bahwa perkembangan motorik kasar berhubungan dengan
otot kasar atau otot besar otot-otot badan yang tersusun dari otot lurik
berfungsi untuk melakukan gerakan dasar tubuh yang terkoordinasi oleh otak
seperti berjalan, berlari dan melompat.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan di atas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar merupakan perkembangan dan
keterampilan gerakan otot-otot besar atau otot kasar yang berfungsi untuk
menggerakkan dan mengkoordinasikan tubuh serta dilakukan untuk kegiatan
seperti berjalan, berlari, melempar dan menangkap.
3. Kemampuan Motorik Halus
Menurut pendapat Sujiono (2008: 1.14) motorik halus adalah gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-
otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan
pergelangan tangan yang tepat. Dewi (2005: 2) berpendapat bahwa motorik
halus merupakan keterampilan yang menggunakan jari jemari, tangan dan
gerakan pergelangan tangan dengan tepat. Pendapat tersebut sesuai dengan
yang diungkapkan Sumantri (2005: 143) bahwa motorik halus merupakan
pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari
13 dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata
tangan.
Susanto (2011: 164) berpendapat bahwa motorik halus adalah gerakan
halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu yang dilakukan oleh otot-otot
kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga namun memerlukan koordinasi
yang cermat. Menurut pendapat Suyanto (2005: 50) perkembangan motorik
halus meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya, otot ini berfungsi
untuk melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
motorik halus kemampuan yang membutuhkan gerakan keterampilan otot-otot
kecil pada tubuh seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan,
menggerakkan pergelangan tangan agar lentur serta koordinasi mata tangan
yang baik. Contoh kegiatan motorik halus adalah melipat, mewarnai,
menggambar, melukis menggunting dan meronce. Kelenturan ditentukan
oleh kemampuan gerak dari sendi-sendi (Sujiono, 2008: 7.5). Kelenturan yang
dapat dilihat dari kemampuan motorik halus adalah kelenturan menggerakkan
pergelangan tangan. Pernyataan tersebut sesuai pendapat Sujiono (2008: 2.13)
bahwa mengembangkan kemampuan motorik halus bertujuan untuk melatih
menggerakkan pergelangan tangan. Disimpulkan bahwa kelenturan
pergelangan tangan dapat dilihat dari kemampuan untuk menggerakkan.
Keterampilan diperlukan untuk mengontrol otot-otot kecil Mahendra
(Sumantri, 2005: 143). Keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dapat
dilihat dari kemampuan anak untuk memegang benda (Suyanto, 2005).
Disimpulkan bahwa keterampilan menggunakan jari jemari ketika
melaksanakan kegiatan motorik halus dilihat dari kemampuan memegang.
Koordinasi mata dan tangan merupakan koordinasi yang berhubungan dengan
kemampuan memilih suatu obyek dan mengkoordinasikannya dengan
gerakan-gerakan yang diatur (Sujiono,2006: 7.5). sesuai pendapat tersebut
maka memilih sebuah obyek kemudian mengaturnya melalui gerakan-gerakan
yang sesuai antara mata dan tangan untuk menghasilkan sebuah karya yang
terbaik.
4. Prinsip Pengembangan Motorik Halus
Pembelajaran yang mengembangkan motorik halus anak perlu
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan motorik halus. Prinsip-
prinsip tersebut sesuai pendapat (Sumantri, 2005: 147-148) yaitu:
1) Berorientasi pada kebutuhan anak, kegiatan yang bertujuan untuk
megembangkan motorik halus sebaiknya disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak. Jangan terlalu mudah untuk anak dan jangan
terlalu sulit karena akan berpengaruh pada perkembangannya.
2) Belajar sambil bermain, belajar sambil bermain merupakan hal yang
menyenangkan untuk anak karena dunia anak adalah dunia bermain.
Ketika bermain anak bereksplorasi dengan dirinya sendiri dan
lingkungan disekitarnya sehingga pembelajaran yang dilakukan lebih
bermakna.
3) Kreatif dan inovatif, kegiatan yang dilakukan harus memunculkan rasa
ingin tahu yang besar pada anak dan memotivasi untuk berfikir kritis
sehingga anak akan menemukan hal-hal baru yang menambah
pengetahuannya.
4) Lingkungan kondusif, lingkungan yang kondusif sangat berpengaruh
terhadap kegiatan pembelajaran sehingga menciptakan lingkungan
yang mempunyai keamanan dan kenyamanan sangat penting
dilakukan. Selain itu, disesuaikan juga dengan gerak anak ketika
bermain.
5) Tema, dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya dimulai dengan hal-hal
yang dekat dengan anak dan menarik sehingga mudah dalam
pengenalan berberapa konsep.
6) Mengembangkan keterampilan hidup, kegiatan pembelajaran motorik
halus sebaiknya mengembangkan beberapa keterampilan hidup seperti
menolong diri sendiri, disiplin serta sosialisasi yang sangat berguna
dan penting untuk jenjang selanjutnya.
7) Menggunakan kegiatan terpadu, pembelajaran motorik halus yang
menggunakan model pembelajaran terpadu sangat cocok digunakan
karena tema yang diambil sangat menarik sehingga membuat anak
antusias.
8) Kegiatan berorientasi pada prinsip perkembangan anak, prinsip-prinsip
perkembangan anak yang dimaksud yaitu anak dapat belajar dengan
baik ketika kebutuhan fisiknya terpenuhi, aman dan tentram secara
psikologis. Siklus belajar anak terjadi secara berulang-ulang. Anak
belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman sebaya
yang ada di sekitarnya. Minat anak dan keingintahuannya yang besar
memotivasi belajarnya. Perkembangan dan belajar memperhatikan
perbedaan individual yang setiap anak berbeda-beda.
Prinsip-prinsip pengembangan motorik halus sesuai pendapat Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2007: 11) adalah sebagai
berikut:
1. Pengembangan motorik halus dilakukan secara bertahap serta
berulang-ulang sesuai kemampuan anak
2. Kegiatan hendaknya diberikan sesuai tema dimana lingkungan tempat
tinggal anak
3. Stimulasi yang diberikan hendaknya sesuai usia dan taraf pertumbuhan
dan perkembagan anak baik jasmani maupun rohani
4. Pengembangan motorik anak dilakukan dengan kegiatan yang menarik
dan menyenangkan
5. Memberikan pengawasan dan bimbingan kepada anak ketika
melakukan kegiatan motorik halus
6. Kegiatan motorik halus hendaknya dilakukan secara bervariasi agar
tidak timbul kejenuhan
5. Tujuan Pengembangan Motorik Halus
Tujuan pengembangan motorik halus untuk anak TK (4-6 tahun)
adalah dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuh dan
terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk
menulis (Puskur, Balitbang Depdiknas 2002 dalam Sumantri, 2010: 146).
Tujuan Pengembangan motorik halus anak berdasarkan pendapat
Sumantri (2005:146) adalah sebagai berikut :
1. Mampu mengembangkan keterampilan motorik halus yang
berhubungan dengan gerak kedua tangan
2. Mempu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan
jari-jemari, seperti kesiapan menulis, menggambar, menggunting
dan memanipulasi benda-benda
3. Mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan
4. Mampu mengendalikan emosi dan beraktivitas motorik halus
Pendapat tersebut juga dikemukakan oleh Sujiono (2008: 2.12) bahwa
tujuan pengembangan motorik halus adalah:
1. Agar anak dapat berlatih menggerakkan pergelangan tangan dengan
kegiatan menggambar dan mewarnai
2. Anak belajar ketepatan koordinasi mata dan tangan serta
menggerakkan pergelangan tangan agar lentur.
3. Anak belajar berimajinasi dan berkreasi
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan di atas dapat
disimpulkan bahwa pemberian stimulasi motorik halus pada anak
kelompok B yaitu usia 5-6 tahun dilakukan untuk mematangkan otot-otot
kecil pada tangan anak untuk persiapan menulis ketika masuk jenjang
selanjutnya. Melalui kegiatan menyenangkan yang dapat mematangkan
kemampuan otot-otot kecil anak diharapkan tidak tercipta keterpaksaan
sehingga anak dapat berkreasi menggunakan jari-jemari tangannya untuk
latihan awal dalam kemampuan menulis.
6. Fungsi Pengembangan Motorik Halus
Sumantri (2010: 146) menyatakan bahwa fungsi mengembangkan
motorik halus anak adalah untuk mendukung perkembangan aspek lain
yaitu bahasa, kognitif dan sosial emosional karena satu aspek dengan aspek
17 perkembangan lain saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan.
Hurlock (1978: 163) mengemukakan bahwa fungsi-fungsi pengembangan
motorik halus adalah sebagai berikut: (1) Keterampilan untuk membantu
diri sendiri (2) Keterampilan bantu sosial (3) Keterampilan bermain (4)
Keterampilan sekolah.
Dirjen Manajemen Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah (2007: 2)
mengemukakan tentang fungsi keterampilan motorik halus yaitu sebagai
berikut: (1) Melatih kelenturan otot jari tangan (2) Memacu pertumbuhan
dan perkembangan motorik halus dan rohani (3) Meningkatkan
perkembangan emosi anak (4) Meningkatkan perkembangan sosial anak (5)
Menumbuhkan perasaan menyayangi terhadap diri sendiri.
Pengembangan aspek motorik halus tidak mungkin dapat berdiri
sendiri tetapi dipengaruhi dan mempengarhi aspek perkembangan lain.
Mendukung aspek perkembangan bahasa dikarenakan pengembangan
aspek motorik halus perlu dioptimalkan untuk kematangan otot-otot kecil
pada jari-jemari, pergelangan tangan serta koordinasi mata tangan yang
berguna untuk kemampuan menulis anak. Dapat mempengaruhi aspek
kognitif ketika anak melakukan kegiatan yang mengembangkan motorik
halus seperti menggambar, mewarnai atau melukis secara otomatis
kemampuan berfikir anak akan muncul.
7. Kegiatan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun
Caughlin, 2001 (Sumantri, 2005:105-106) memaparkan tentang
pengembangan kegiatan motorik halus anak berdasarkan kronologis usia 18
yaitu: (1) Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari (2)
Menjiplak persegi panjang, wajik dan segitiga (3) Memotong bentuk-
bentuk sederhana (4) Menggambar orang termasuk: leher, tangan, mulut,
rambut dan hidung.
Noorlaila (2010: 58-59) menyatakan bahwa tahap perkembangan
kemampuan motorik halus anak usia 5 tahun adalah: (1) Mewarnai dengan
garis-garis (2) Menulis nama depan (3) Membangun menara setinggi 12
kotak (4) Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan 2 jari (4)
Menggambar orang beserta rambut dan hidung.
Tingkat Pencapaian perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun
berdasarkan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, 2009) yaitu: (1)
Menggambar sesuai gagasannya (2) Meniru bentuk (3) Melakukan
eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan (4) Menggunakan alat tulis
dengan benar (5) Menggunting sesuai dengan pola (6) Menempel gambar
dengan tepat (7) Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara
detail.
Perkembangan motorik halus anak usia 6 tahun berdasarkan pendapat
Caplan dan Caplan, 1983 (M. Ramli, 2005: 195) adalah: (1) Ketangkasan
terbentuk dengan baik (2) Mampu membedakan tangan kanan dari tangan
kirinya sendiri tetapi tidak dapat membedakan tangan kanan dan kiri orang
lain (3) Memegang pensil, sikat, atau krayon seperti pegangan orang
dewasa antara ibu jari dan telunjuk (4) Menggambar manusia yang dapat
dikenali terdiri dari kepala, lengan, kaki dan batang tubuh (5) Menggambar
rumah yang memiliki pintu, jendela, dan atap. Mengatakan apa yang akan
digambar 19 sebelum memulainya (6) Dapat menyalin lingkaran, silang
dan persegi empat (7) Dapat menyalin huruf-huruf besar seperti V, T, H, O,
X.
Pengembangan motorik halus anak kelompok B (usia 5-6 tahun)
berdasarkan pendapat Sujiono (2008: 12.9) adalah sebagai berikut: (1)
Mengurus diri sendiri tanpa bantuan (2) Membuat berbagai bentuk
menggunakan play dough dan tanah liat (3) Meniru membuat garis tegak,
miring, datar, lengkung dan lingkaran (4) Menggunting menggunakan
berbagai media berdasarkan bentuk atau pola (5) Memegang pensil dengan
benar (antara ibu jari dan 2 jari).
Sesuai dengan perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun yang
telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pengembangkan kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun yaitu: (1)
Dapat memegang pensil atau krayon menggunakan ibu jari dan dua jari
telunjuk. Ketika anak dapat memegang crayon dengan benar maka saat
mewarnai sebuah gambar ataupun kertas hasil yang diperoleh juga akan
semakin bagus dan rapi (2) Membuat obyek gambar dengan lebih detail
dan bisa dikenali. Obyek yang dimaksud disini dapat berupa orang, hewan
atau benda misalnya rumah yang digambar oleh anak sudah ditambahkan
dengan hal-hal kecil yang ada pada obyek yang digambar.
8. Stimulasi Perkembangan Motorik Halus
Kemampuan motorik halus anak dapat berkembang meskipun tidak
memperoleh stimulasi, tetapi perkembangan atau kemampuan yang dicapai
anak tidak dapat maksimal atau hanya mencapai pada batas minimal yang
ada 20 (Sumantri, 2005: 121). Stimulasi yang dapat diberikan untuk anak usia
5-6 tahun dengan tujuan untuk mengembangkan motorik halusnya sebagai
latihan untuk melatih kemampuan menulis anak dapat dilakukan dengan
beberapa kegiatan yang membutuhkan ketelitian, kecermatan serta kesabaran
untuk melakukannya. Berikut ini merupakan beberapa contoh kegiatan yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak yaitu
mencetak, menjahit, menggunting, melipat, menjiplak, bermian playdough,
membangun menara, mewarnai dan menggambar.
Mengingat pentingnya keterampilan motorik halus dikembangkan secara
maksimal sebagai tuntutan keterampilan menulis ketika jenjang sekolah
berikutnya, maka stimulasi yang diberikan kepada anak harus optimal.
Stimulasi yang diberikan melalui beberapa kegiatan seperti mencetak,
menjahit, menggunting, melipat, menjiplak, bermian playdough, membangun
menara, mewarnai dan menggambar. Melalui beberapa kegiatan tersebut
antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain saling melengkapi untuk
tujuan yang sama yaitu melatih anak untuk kemampuan menulis. Apabila
salah satu diantara beberapa kegiatan untuk mengembangkan kemampuan
motorik halus tersebut tidak dapat terlaksana secara maksimal maka akan
mempengaruhi tujuan dari penerapan kegiatan untuk mengembangkan motorik
halus yang lain. Sehingga sangat penting untuk mengemas kegiatan mewarnai
agar lebih menarik dan menimbulkan antusiasme anak.
B. Menggambar
1. Pengertian Menggambar
a) Pengertian menggambar dan mewarnai
Menggambar adalah kegiatan-kegiatan membentuk imaji, dengan
menggunakan banyak pilihan teknik dan alat. Bisa pula berarti
membuat tanda-tanda tertentu diatas permukaan dengan mengolah
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri Yaminingsih |
11.1.01.11.0466 FKIP – PG. PAUD simki.unpkediri.ac.id goresan
dari alat gambar serta merupakan bentuk gambaran yang berupa
coretan kreatif yang keluar dari lubuk hati anak itu sendiri dan tidak
ada unsur paksaan. (Eddi Sukaryono dkk, 2009:36) Menggambar
merupakan pengembangan kemampuan anak dalam menggunakan
bahan berwarna, seperti: krayon, pentel, pensil warna. Kemampuan
menggores selanjutnya yang terintegrasi dengan daya kreatif,
imajinasi, dan ekspresi berupa kegiatan menggambar. Pendekatan
menggambar adalah sebagai pengembangan daya kreatif dan sekaligus
ekspresi. Hal ini sering dilakukan anak yang berbakat dan berminat.
(Conny Semiawan (2005:31) dalam Imam Effendi, 2004:9).
b) Tahap Kemampuan menggambar dan mewarnai
Menurut penelitian “Sully” dan “Kersehen Steiner” dalam Imam
Effendi (2004:7), ada beberapa tahap menggambar dan mewarnai bagi
anak melalui beberapa periode, antara lain:
1) Periode menggores: sampai umur 3 tahun anak menggores
sesuatu, tetapi pada tahap permulaan tidak ada maksud
tertentu, kemudian ia sesuatu dengan goresan. Sebuah garis
melengkung umpamanya sudah cukup untuk kan tali, ular, dan
bendera.
2) Periode skema (bagan) untuk usia 3-4 tahun, anak kan sesuatu
dengan bentuk/skema, merupakan imajinasinya/ berdasar kan
obyek yang ia pandang.
3) Periode bentuk garis untuk usia 7-9 tahun, anak sudah dapat
menempatkan bentuk garis menjadi bentuk – bentuk benda.
4) Periode silhvet (gambar bayangan) untuk usia 9-10 tahun.
Gambar tidak lagi dibatasi oleh bentuk dan garis tetapi dapat
berisi bayangan dan gambar tiga dimensi.
5) Periode perspektif pada usia 10-14 tahun, dimana anak sudah
mengerti akan syarat-syarat perspektif. Karena dalam
pikirannya sudah merasakan perlunya tingkat perbandingan
proporsi yang benar
c) Klasifikasi Usia Menggambar Dan Mewarnai Anak Usia Dini
Menurut “Sir Syril Burt” dalam Imam Effendi (2004:7) gambaran/
mewarnai berdasarkan perkembangan usia adalah sebagai berikut:
1. Pada usia 2-5 tahun disebut sebagai usia scribble atau juga
cakar ayam.
2. Pada usia 4 tahun disebut sebagai periode garis
3. Pada usia 5-6 tahun disebut sebagai periode deskriptif
simbolisme.
4. Pada usia 7-8 tahun disebut sebagai periode deskriptif realisme.
5. Pada usia 9-10 tahun disebut sebagai periode visual realisme.
6. Pada usia 11-14 tahun disebut sebagai periode represif.
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Yaminingsih | 11.1.01.11.0466 FKIP – PG. PAUD
simki.unpkediri.ac.id Sedangkan “Victor Lowenfeld” dalam Imam
Effendi (2004:8) membagi menjadi beberapa klasifikasi usia, yaitu
sebagai berikut:
1. Tingkat merancang pada usia 2-4 tahun.
2. Tingkat prabagan pada usia 4-7 tahun.
3. Tingkat bagan pada usia 7-9 tahun.
4. Tingkat menjelang realisme pada anak berusia 9-11 tahun
5. Tahap Perkembangan menggambar dan mewarnai
Dalam kemajuannya seorang anak pada umumnya mengalami
4 taraf perkembangan, yaitu sebagai berikut:
1) Taraf menggores, yaitu berbentuk coretan garis-garis tanpa
maksud tertentu dan anak pun tidak mengerti apa yang
dibuatnya.
2) Taraf penyempurnaan, yaitu apa yang dilukis sedikit
berorientasi pada benda-benda yang ada disekitarnya atau apa
yang dilukis berdasarkan pengamatan terhadap
lingkungannya.
3) Taraf penalaran, yaitu ketika anak menggores-gores ia
menemukan pengertian-pengertian tentang apa yang ia buat,
lalu meneruskan mewarnai yang setengah atau yang setengah
dibuat itu menurut maksud yang tiba-tiba muncul waktu ia
bekerja. Disini sudah mulai timbul nilai-nilai estetikanya.
4) Taraf logis, dimana si anak sudah dapat menetapkan apa yang
akan dibuat. Ia sudah dapat menemukan konsep awal tentang
karya cipta. Dorongan ingin mencipta sudah bisa dianggap
merupakan suatu kegemaran
C. Pendidikan Anak Usia Dini
1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Penertian anak usia dini adalah anak yang berada di bawah rentang usia 0-6
tahun (undang-undang sisdiknas 2003) dan sejumblah ahli pendidikan anak
memberikan batasan 0-8 tahun.
Anak usia dini di definisikan pula sebagai kelompok ana yang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik.mereka memiliki
pola perkembangan dan pertumbuhan yang khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan nya.
Pada masa tersebut merupakan masa golden age (masa emas), karena anak
mengalami pertumbuhan dan aperkembangan yang cukup pesat dan tidak
tergantikan pada masa mendatang. Menurut banyak penelitian bidan neurologi
di temukan bahwa 50% kecerdasan anaka terbenruk kurun waktu 4 tahun
pertama. Setelah usia 8 tahun, perkembangan otaknya mencapai 80% dan
pada usia 18 tahun mencapai 100%. (suyanto, 2005)
Mengacu pada undang-undang sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya
pembinaan yang di tunjukkan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan
melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat
dilakukan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan
anak usia dini formal bebrbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudlatul
Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anakusia dini dijalur nonformal berbentuk kelompok bermain
(KB), tempat penitipan anak (TPA) sedangkan PAUD pada jalur pendidikan
informal berbentuk pendididkan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu yang
terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan Satuan PAUD sejenis (SPS).
Berbagai pendidikan untuk anak usia dini jalur nonformal terbagi atas tiga
kelompok yaitu kelompok taman penitipan anak (TPA) usia 0-6 tanun,
kelompok bermain (KB) usia 2-6 tahun, kelompok SPS usia 0-6 tahun (Harun,
2009).
Dari uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa anak usia dini adalah anak
berada pada masa rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan pertumbuhan yang sangat pesat, sehingga
diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan
maksimal. Pemberian stimulasi tersebut melalui lingkungan keluarga , PAUS
jalur nonformal seperti Tempat Pnitipan anak (TPA) atau kelompok bermain
(KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA.
2. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini
a. Landasan Yuridis Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam amandemen UUD 1945 pasal 2B ayat 2 di nyatakan bahwa “setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
Dalam UU No. 23 tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang perlindungan anak di
nyatakan bahwa “setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakatnya”.
Dalam UU NO.20 TAHUN 2003 tentang Sistem pendidikan nasional
Bab1,pasal 1, butir 14 dinyatakan bahwa ‘’pendidikan anak usia dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai
denganusia 6 tahunyang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikanuntuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
sedangkan pada pasal tentang pendidikan anak usia dini dinyatakan bahwa
‘’(1) pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
dasar, (2) pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, non formal, dan /atau informal, (3)formal:TK,RA,atau
bentuk lain yang sederajat, (4)pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non
formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) pendidikan usia dini
jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkung dan (6) ketentuan mengenai pendidikan anak
usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),ayat (2), ayat (3),dan ayat (4),
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”
b. Landasan Filosofis Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya
melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik.
Standar manusia yang “baik” berbeda antara masyarakat, bangsa atau negara,
karena perbedaan pandangan filsafat yang menjadi keyakinannya. Perbedaan
filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam
orientasi atau tujusan pendidikan.
Bangsa Indonesia menganut falsafah pancasila berkeyakinan bahwa
pembetbentukan manusia pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan
yaitu menjadikan manusia indonesia seutuhnya.Bangsa Indonesia sangat
menghargai perbedaan dan mencintai demokrasi yang terkandung dalam
semboyan Bhinneka tunggal ika “berbeda tetapi satu” Dri semboyan tersebut
bangsa indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai
makhluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai
makhluk individu yang sangat berhak untuk mendapatkan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan yang kemampuannya. Dengan pendidika yang
diberika diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang
dimilikannya, sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa yang dihrapkan.
Bangsa indonesia yang menganut falsafah pancasila berkeyakinan bahwa
penbentukan manusia pancsilais menjadi orientis tujuan pendidikan yaitu
menjadikan manusia indonesia seutuhnya sehubungan dengan pandangan
tersebut maka kurikulum sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan.

3. Karakteristik Anak Usia Dini


Kartini kartono dalam Saring Marsudi (2006, 6) mendeskripsiukan
karakteristik anak usia dini sebagai berikut:
1) Bersifat egoisantris naif
Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan
pengetahuan dan pemahamannya sendiri, di batasi oleh perasaan dan
pikirannya yang masih sempit. Maka anak belum mampu memahami arti
sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri
kedalam kehidupa orang lain.
2) Relasi sosial yang primitif
Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egoisantrif naif.
Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan
antara dirinya dengan keadaan lingkungan sosialnya. Anak pada masa ini
hanya memiliki minat terhapad benda-benda atau peristiwa yang sesuai
dengan daya fantasinya. Anak mulai membangun dunianya dengakhayalan
dan keinginannya sendiri.
3) Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan
Anak belum dapat emmbedakan antara dunia lahiria dan batinia. Isi lahiria
dan batinia masi merupakan kesatuan yang utuh. Penghayatan anak
terhdap sesuatu di keluarkan atau di ekspresikan secara bebas, spontan dan
jujur baik dalam mimik, tingkah laku maupun pura-pura, anak
mengekspresikan secara terbuka karena itu janganlah mengajari atau
membiasakan anak untuk tidak jujur.
4) Sikap hidup yang disiognomis
Anak yang bersikap disiognomis terhadap dinuanya, atrtinya secara
langsung anak memberikan atribut atau sifat lahiriyah atau sifat kongkrit,
nyata apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman
anak terhadap apa yang di hadapinya masi bersifat menyatu (totaliter)
antara jasmani dan rohani. Anak belum dapat membedakan antara benda
hidup dan benda mati segala sesuatu yang ada disekitarnya dianggap
memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan
rohani sekaligus, seperti dunianya sendiri.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di TK PGRI Kedokanbunder


Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2019
Semester II (Genap) Tahun Ajaran 2018/2019 dengan 2 siklus yaitu sebagai berikut:

a) Siklus I akan dilaksanakan pada:


Hari/Tanggal : Selasa/ 12 Maret 2019
Waktu : 08.00 - 10.00 WIB
b) Siklus II akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Rabu/ 20 Maret 2019
Waktu : 08.00 – 10.00 WIB

3. Bidang Pengembangan

Bidang Pengembangan pada Penelitian Tindakan Kelas ini akan difokuskan


pada bidang pengembangan motorik halus.

4. Kelas Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan pada siswa kelas atau
kelompok B TK PGRI Kedokanbunder Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten
Indramayu

21
5. Karakteristik Siswa TK PGRI Kedokanbunder

Tabel 3.1
Karakteristik Siswa menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


(%)
1 Laki-laki 3 15 %
2 Perempuan 12 75 %
Total 15 100 %

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa siswa laki-laki pada


kelompok B TK PGRI Kedokanbunder berjumlah 3 orang atau setara dengan 15%
dan siswa perempuan berjumlah 12 orang atau setara dengan 75%.

B. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan dengan 2 siklus yang setiap
siklusnya terdiri dari 4 langkah diantaranya yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi/ pengamatan dan refleksi.

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan
1). Tindakan yang akan dilaksanakan dalam rancangan siklus I, yaitu
peneliti merencanakan dalam bentuk skenario perbaikan RPPH
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian), dengan rincian kegiatan
sebagai berikut:
RPPH-1: Perencanaan tindakan kegiatan kegiatan yang akan dilaksanakan
adalah menggambar bentuk telepon-teleponan
RPPH-2: Pelaksanaan tindakan kegiatan yang akan dilaksanakan adalah
menggambar komputer
RPPH-3: Pelaksanaan tindakan kegiatan yang akan dilaksanakan adalah
menggambar radio
RPPH-4: Pelaksanaan tindakan kegiatan yang akan dilaksanakan adalah
menggambar tv
RPPH-5: Pelaksanaan tindakan kegiatan yang akan dilaksanakan adalah
menggambar majalah
2). Langkah-langkah Perbaikan
Langkah-langkah perbaikan pada siklus I secara terperinci adalah sebagai
berikut:
a). Skenario Perbaikan RPPH-1:
1) Menggambar bentuk telepon-teleponan.
2) Guru mengkondisikan anak untuk membentuk pola memutar
3) Guru meminta anak untuk membuat gambar telepon-teleponan
sesuai imajinasi masing-masing.
4) Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan.
5) Guru meminta anak untuk mengamati cara menggambar dengan
benar
6) Guru mendemonstrasikan dan memberi contoh cara menggambar
dengan benar.
7) Guru meminta anak untuk mencobanya lagi bersama-sama dengan
bimbingan guru.
b). Skenario Perbaikan RPPH-2
1) Menggambar komputer yang sebelumnya guru memberika contoh
bengan benar
2) Guru mengkondisikan anak untuk membentuk circle time.
3) Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan.
4) Guru meminta anak untuk mengamati cara menggambar dengan
benar.
5) Guru mendemonstrasikan dan memberi contoh menggambar
dengan benar.
6) anak untuk mencobanya secara bersama-sama dengan bimbingan
guru.
7) Guru memantau dan memotivasi kegiatan menggambar dengan
baik dan benar.

c). Skenario Perbaikan RPPH-3


1) Menggambar bentuk radio yang dibuat oleh guru sebelumnya.
2) Guru mengkondisikan anak untuk membentuk circle time.
3) Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan.
4) Guru meminta anak untuk mengamati cara menggmbar dengan
benar.
5) Guru mendemonstrasikan dan memberi contoh cara menggamabar
bentuk dengan benar.
6) Guru meminta anak untuk mencobanya secara bersama-sama
dengan bimbingan guru.
7) Guru memantau dan memotivasi kegiatan menggambar bentuk
radio dengan baik dan benar
d). Skenario Perbaikan RPPH-4
1) Menggambar bentuk tv yang dibuat oleh guru sebelumnya
2) Guru mengkondisikan anak untuk membentuk circle time.
3) Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan.
4) Guru meminta anak untuk mengamati cara menggambar dengan
benar.
5) Guru mendemonstrasikan dan memberi contoh cara menggambar
dengan benar.
6) Guru meminta anak untuk mencobanya secara bersama-sama
dengan bimbingan guru.
7) Guru memantau dan memotivasi kegiatan menggambar bentuk tv
dengan baik dan benar
e). Skenario Perbaikan RPPH-5
1) Menggambar surat/amplop yang dibuat oleh guru sebelumnya.
2) Guru mengkondisikan anak untuk membentuk circle time.
3) Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan
dilaksakan.
4) Guru meminta anak untuk mengamati cara menggambar dengan
benar.
5) Guru mendemonstrasikan dan memberi contoh cara menggambar
bentuk dengan benar.
6) Guru meminta anak untuk mencobanya secara bersama-sama
dengan bimbingan guru.
7) Guru memantau dan memotivasi kegiatan menggambar
b. Tahap Pelaksanaan

1) Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menentukan penilai 1 dan


penilai 2, dengan rincian sebagai berikut:
a) Tugas Penilai 1, yaitu:
1. Mempelajari panduan PKP
2. Mempelajari APKG PKP 1 dan 2
3. Menilai RPPH yang dibuat dan pelaksanaanya dengan
menggunakan APKG PKP 1 dan 2 kepada peneliti.
4. Menyerahkan hasil APKG PKP 1 dan 2 kepada peneliti
5. Membimbing menulis laporan PKP bersama supervisor 1
b). Tugas Penilai 2, yaitu:

1. Mempelajari panduan PKP


2. Mempelajari APKG PKP 1 dan 2
3. Menilai RPPH yang dibuat dan pelaksanaannya dengan
menggunakan APKG PKP 1 dan 2 kepada peneliti.
c). Tugas Supervisor, yaitu:

1. Memberikan orientasi PKP kepada peneliti/mahasiswa


2. Memberikan informasi dan diskusi tentang hakikat PKP dan
tugas peneliti/mahasiswa.
3. Berbagi pengalaman tentang masalah kegiatan pengembangan
yang dihadapi.
4. Penyegaran atau persamaan persepsi tentang hakikat PTK dan
penyusunan RPPH
5. Membimbing dan mensupervisi peneliti/mahasiswa dalam PKP
6. Menilai rancangan satu siklus untuk setiap siklus
7. Mereview RPPH dan merefleksi yang dibuat
peneliti/mahasiswa dan mereview hasil penilaian APKG PKP 1
dan 2 dari penilai 1 dan 2
8. Membimbing dan memberikan masukan terhadap laporan PKP
9. Menilai laporan PKP
10. Membuat rekapitulasi nilai praktek perbaikan kegiatan
11. Menyerahkan rekapitulasi nilai praktek dan laporan ke UPBJJ
Bandung
d) Prosedur Kegiatan Pengembangan
prosedur kegiatan pengembangan pada siklus I adalah sebagai
berikut:

RPPH-1 : Kegiatan pengembangan yang akan dilaksanakan adalah


menggambar bentuk telepon-teleponan

RPPH-2 : Kegiatan pengembangan yang akan dilaksanakan adalah


menggambar bentuk komputer

RPPH-3 : Kegiatan pengembangan yang akan dilaksanakan adalah


menggambar bentuk radio
RPPH-4 : Kegiatan pengembangan yang akan dilaksanakan adalah
menggambar bentuk televisi

RPPH-5 : Kegiatan pengembangan yang akan dilaksanakan adalah


menggambar bentuk surat/amplop

Secara umum prosedur pengembangan merupakan kegiatan anak yang


sering melibatkan kemampuan anak dalam melakukan suatu kegiatan yang
awalnya anak tidak mengetahui dengan menggunakan berbagai cara kegiatan
dan media yang menarik serta mudah dipahami oleh anak dalam situasi yang
menyenangkan dan motivasi pendidik/guru dalam memfasilitasi berbagai
bahan, media, sarana dan teknik pelaksanaan untuk tujuan perbaikan
pengembangan agar berhasil optimal.

c. Tahap Observasi/Pengamatan

Observasi yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah


observasi sistematis artinya dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
instrumen penelitian (Sukardi, 2013:50). Dalam penelitian tindakan kelas ini
hal yang diobservasi yaitu proses dan hasil anak dalam kegiatan menggambar.
Adapun instrumen penilaian observasinya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2
Lembar Observasi Keterampilan Motorik Halus melalui Melipat Kertas

No Nama Aspek Penilaian Total


Anak Ketelitian Kerapihan Kecepatan Skor

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

Keterangan:
4 = BSB (Berkembang Sangat Baik)
3 = BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
2 = MB (Mulai Berkembang)
1 = BB ( Belum Berkembang)

d. Tahap Refleksi

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengevaluasi


kelebihan dan kelemahan yang ada dalam penerapan pembelajaran. Refleksi
pada siklus pertama ini sangat berfungsi untuk merencanakan siklus yang ke
dua.

2. Siklus II

b. Tahap Perencanaan

BAB IV

A. Hasil Penelitian Terdahulu


Penelitian yang dilakukan oleh Retno Ika Wati (2013) yang
berjudulPeningkatan kemampuan motorik halus mewarnai gambar melalui
metode demonstrasi pada Kelompok A di TK Tunas Harapan Swarubuluroto
Karangrejo Kecamatan Garum Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2014/2013.
Dalam penelitian ini disebutkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus mewarnai gambar. Penelitian yang dilakukan oleh
Istikaromah (2013) yang berjudul upaya meningkatkan motorik halus melalui
kegiatan seni mewarnai gambar Pada Kelompok A TK Al-Hidayah Mangunan
Udanawu Blitar Tahun Pelajaran 2014/2013. Dalam Penelitian itu disebutkan bahwa
melalui kegiatan seni mewarnai gambar dapat meningkatkan motorik halus.
Penelitian yang dilakukan oleh Munasih (2013) yang berjudul Upaya Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A Melalui Kegiatan Menganyam
Dengan Media KertasDi Tk Pertiwi 17 Pedurungan Lor, Semarang Tahun Ajaran
2014/2013
B. Kerangka Berfikir
Pengembangan seni pada anak usia dini menekankan pada bagaimana
anak – anak melakukan sesuatu dengan motorik Artikel Skripsi Universitas
Nusantara PGRI Kediri Yaminingsih | 11.1.01.11.0466 FKIP – PG. PAUD
simki.unpkediri.ac.id || 9|| halusnya dalam menghasilkan berbagai aktifitas yang
kreatif. Kemampuan motorik halus merupakan kemampuan anak untuk melakukan
kegiatan yang melibatkan koordinasi antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada
jari-jari pergelangan tangan, lengan digunakan aktifitas seni, seperti menggunting, ,
menggambar dan mewarnai gambar. Sebagai pendidik kita harus memahami bahwa
kemampuan motorik halus setiap anak berbeda di setiap tingkatan usia. Oleh sebab
itu, kita perlu menyediakan latihan motorik halus yang memadai dan
memfasilitasinya dengan alat-alat yang benar sesuai dengan usia anak. Gerakan
motorik halus mempunyai peranan penting dalam peningkatan seni motorik halus
yang hanya malibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil.
Oleh karena itu, gerakan motorik harus tidak membutuhkan tenaga tetapi
membutuhkan koordinasi yang cermat serta teliti. Mewarnai adalah kegiatan
menggores, menorehkan ke dalam gambaran sehingga menjadikan gambar lebih
indah dan menarik. Kegiatan dan mewarnai gambar dapat melatih motorik halus
anak.
Menurut “Drs. Imam Effendie” (2004:10), bahwa dalam sejarah manusia
seni /menggambar muncul lebih dahulu meskipun masih berbentuk sederhana, dan
sampai kini memang merupakan hobi yang menarik. Bahan-bahan untuk juga
telah tersedia, baik yang bersifat kering (pensil), setengah basah (krayon), basah
(cat air, cat poster, cat minyak, sumbo, wenter). Untuk memiliki kegemaran
menggambar/mewarnai, pertama-tama hendak nya melatih gerakan tangan untuk
membuat garis-garis, baik garis lurus, garis lengkung, dan garis patah berulang
kali. Dengan gerakan ini dapat dihasilkan beberapa bentuk, mulai dari ketidak
teraturan sampai pada bentuk yang teratur
C. METODE PENELITIAN
1. Subyek dan Setting Penelitian
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah anak kelompok A TK
Dharma Wanita Plandirejo Kec.Bakung Kab.Blitar yang berjumlah 23 anak
yang terdiri anak 13 laki-laki dan 10 anak perempuan. Tempat penelitian
dilaksanakan ditempat tugas penelitian yaitu TK Dharma Wanita Plandirejo
Kecamatan Bakung, Kab. Blitar Tahan Pelajaran 2014/2015.
2. Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas kolaboratif. Model kolaboratif
digunakan karena dalam penelitian ini diperlukan bantuan untuk melakukan
observasi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan 3 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 4
tahapan :
1) Penyusunan Rencana Tindakan
2) Pelaksanaan Tindakan
3) Observasi atau Pengamatan
4) Refleksi
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri Yaminingsih |
11.1.01.11.0466 FKIP – PG. PAUD simki.unpkediri.ac.id || 10|| No
Aspek-aspek yang diobservasi Hasil pengamatan Kurang Cukup Baik Baik
Baik Sekali 1. 2. 3. 4. Keberanian Kerapian Ketelatenan Estetika/Keindahan
Bagan 3.1 Model Siklus Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2002:
83) Siklus I, Siklus II, Siklus III
1. Perencanaan
a. Peneliti menyiapkan rencana pembelajaran
b. Mempersiapkan bahan dan alat
c. Mempersiapkan materi
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Peneliti memberikan tugas kepada anak
b. Peneliti memberikan kesempatan anak untuk belajar
3. Observasi dan pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk mencari kesulitan anak pada saat kegiatan
menggambar dan mewarna
4. Refleksi
Dari hasil pengamatan diadakan refleksi. Hal ini akan berlanjut terus dan
selalu diakhiri dengan evaluasi sejauh mana keberhasilan dalam proses
strategi pengamatan dan keberhasilan dalam materi pembelajaran.
3. Instrumen Pengumpulan data
a. Instrumen penelitian yang digunakan
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan yang
diperlukan oleh peneliti. Sedangkan untuk memperoleh gambaran tentang
proses pembelajaran dikelas menggunakan format lembar observasi
peserta didik sebagai berikut : Tabel 3.1 Lembar Observasi Peserta didik
b. Model dari setiap instrument
1. Rencana pembelajaran
Peneliti menggunakan rencana kegiatan mingguan (RKM) terlebih
dahulu yang berbentuk spider weeb (jaring laba-laba) yang kemudian
dituangkan dalam bentuk Rencana Kegiatan Harian (RKH)
2. Lembar hasil belajar
Penilaian tersebut berupa format-format penilaian, misalnya : buku
bantu penilaian dan rangkuman penilaian. Berikut ini disajikan tabel
analisa data untuk perkembangan kemampuan motorik halus. Tabel 3.2
Analisis Unjuk Kerja Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI
Kediri Yaminingsih | 11.1.01.11.0466 FKIP – PG. PAUD
simki.unpkediri.ac.id || 11|| No Nama Anak Penilaian Kriteria
Ketuntasan Minimal: 75% 1 2 3 4 Tuntas Belum tuntas 1.
Adelin Dyah S 2. Aprilyandara F 3. Alfiano Racha A 4. Alfian Supma
D 5. Alvian Eka P 6. Celsy Maura T 7. Chelsilia C 8. Dava Ega S 9.
Deswinta Dita S 10. Dinda Sabrina 11. Fauzan Abdul L 12. Ghitsya
Naura F 13. Khoirunnisa L 14. Mey Hidayatul I 15. M.Rafi Setyawan
16. Pradana Hanif F 17. Raffi Eka N 18. Rayhan Wahyu P 19. Saiful
Islam 20. Tristan Aldyandra 21. Fera Nurfilzah 22. Vionasya Rifca 23.
Yuda Handika
c. Teknik Skoring

Dalam pembelajaran, peneliti melakukan penilaian sesuai perkembangan


anak yang berupa skor indikator berikut ini:
No Uraian Keterangan
1  Anak belum mampu dalam menggambar dan
mewarna
2  Anak mulai dapat menggambar dan mewarna
dengan bantuan guru
3  Anak dapat menggambar dan mewarna tanpa
bantuan guru
4  Anak dapat menggambar dan mewarna dengan
cepat dan lancar tanpa bantuan guru

Anda mungkin juga menyukai