Anda di halaman 1dari 9

MENINGKATKATKAN PERKEMBANGAN

MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI


MELALUI FINGER PAINTING UNTUK ANAK KELOMPOK B TK DARUL HUDA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana perencanaan pembelajaran melalui penggunaan finger painting
didalam meningkatkan perkembangan motorik halus?
1.2.2 Bagaimana pelaksanaan pembelajaran melalui penggunaan finger painting
didalam meningkatkan perkembangan motorik halus?
1.2.3 Bagaimana evaluasi pembelajaran melalui penggunaan finger painting
didalam meningkatkan perkembangan motorik halus?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran melalui penggunaan finger
painting didalam meningkatkan perkembangan motorik halus
1.3.2 Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran melalui penggunaan finger
painting didalam meningkatkan perkembangan motorik halus?
1.3.3 Menganalisis evaluasi pembelajaran melalui penggunaan finger painting
didalam meningkatkan perkembangan motorik halus?

1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Psikis
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Tentang Motorik Halus


2.1.1 Pengertian Motorik Halus
Motorik halus merupakan suatu aspek perkembangan yang melibatkan
keterampilan gerakan otot-otot kecil serta koordinasi mata-tangan seperti
memegang, menulis dan melukis. Sumantri (2005: 143) berpendapat bahwa
keterampilan motorik halus adalah: Pengorganisasian penggunaan sekelompok
otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan
kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan ini mencakup
pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan obyek yang kecil atau
pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit, dan lainlain.
Sedangkan menurut Sujiono (2009: 114) menjelaskan motorik halus
adalah “gerakan yang hanya melibatkan bagianbagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari
tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat”. Selanjutnya .Saputra
(2005: 118) menyatakan bahwa “motorik halus adalah kemampuan anak
beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis,
meremas, menggenggam, menggambar atau melukis, menyusun balok dan
memasukkan kelereng”. Perkembangan motorik halus anak sangatlah penting,
karena perkembangan motorik halus anak akan berpengaruh terhadap kesiapan
anak dalam menulis dan kegiatan yang melatih kecermatan dan koordinasi
mata dengan tangan.

2.1.2 Bentuk-bentuk Motorik

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus


Setiap aspek perkembangan memiliki faktor-faktor yang
mempengaruhi.Pada perkembangan motorik halus juga terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi. Rahyubi (2012: 225) menjelaskan faktor yang
mempengaruhi perkembangan motorik anak, antara lain yaitu (a)
Perkembangan sistem saraf Sistem saraf sangat berpengaruh dalam
perkembangan motorik karena sistem saraflah yang mengontrol aktivitas
motorik pada tubuh manusia, (b) Kondisi fisik. Karena perkembangan motorik
sangat erat kaitannya dengan fisik, maka kondisi fisik tentu saja sangat
berpengaruh pada perkembangan motorik anak, (c) Motivasi yang kuat
Motivasi yang kuat akan menjadi modal besar bagi anak untuk meraih
prestasi. Ketika anak mampu melakukan suatu aktivitas motorik dengan baik,
kemungkinan besar akan termotivasi untuk menguasai keterampilan motorik
yang lebih luas dan lebih tinggi lagi, (d) Aspek psikologis Aspek psikologis,
psikis, dan kejiwaan sangat berpengaruh pada kemampuan motorik. Anak
yang mimiliki kondisi psikologis yang baik akan mampu meraih keterampilan
motorik dengan baik, (e) Usia Usia sangat berpengaruh pada aktivitas motorik
anak. Karena setiap rentang usia anak mempunyai karakteristik keterampilan
yang berbeda.

2.2 Kajian Tentang Finger Painting


2.2.1 Pengertian Finger Painting
Menurut Anies Listyowati & Sugiyanto pengertian Finger painting
atau menggambar dengan jari adalah teknik melukis dengan jari tangan secara
langsung tanpa menggunakan bantuan alat. Jenis kegiatan ini dilakukkan
dengan mengoleskan adonan warna (bubur warna) menggunakan jari tangan
diatas bidang gambar. Batasan jari yang digunakan adalah semua jari tangan,
telapak tangan, sampai pergelangan tangan.1 Jadi finger painting adalah suatu
kegiatan yang mengajak anak-anak untuk bermain warna-warni dengan
menggunakan jari. Anak-anak bebas mengaplikasikan warna-warni tersebut
hingga membentuk suatu gambar yang diinginkan.
Menurut Siti Aisyah Finger painting adalah salah satu bentuk
menggambar yang berharga dan merupakan ekspresi spontan.2 Jadi finger
painting adalah salah satu melukis yang dilakukkan secara langsung. Dengan
menuangkan adonan warna dan menggambar diatas bidang kertas tanpa dapat
dihapus. Untuk itu satu kali hasil sudah cukup.
Menurut Amelia Sofyan pengertian finger painting adalah teknik
melukis dengan tangan secara langsung menggunakan adonan warna.3 Jadi
finger painting adalah salah satu cara yang dipergunakan untuk melukis
dengan menggunakan tangan dari ujung jari hingga pergelangan tangan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa finger painting adalah sebuah kegiatan
dimana anak diajak untuk bermain warna tanpa takut kotor, dengan
mengaplikasikan adonan warna keatas buku gambar. Dalam mengaplikasikan
warna anak menggunakan jari tangan, telapak tangan, sampai pergelangan
tangan secara langsung. Anak bebas mengaplikasikan adonan warna sesuai
dengan apa yang ada dipikirannya, seperti apa yang pernah anak lihat di masa
lalu ataupun berdasarkan pengembangan dari imajinasi anak secara langsung.
2.2.2 Jenis-Jenis Finger Painting
2.2.3 Finger Painting Sebagai Metode Pembelajaran

2.3 Kajian Tentang Anak Usia Dini


2.3.1 Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun. Menurut
Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7), anak usia dini adalah anak
yang berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini (Augusta,
2012) adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa
dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui
oleh anak tersebut. Dari berbagai definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak
usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental.
Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah “golden age” atau
masa emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka
untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap
anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda.
Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Apabila anak
diberikan stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan
mampu menjalani tugas perkembangannya dengan baik.
Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung senang
bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan sering
mengubah aturan main untuk kepentingan diri sendiri. Dengan demikian,
dibutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek
perkembangan, baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis.
Potensi anak yang sangat penting untuk dikembangkan. Potensi-potensi
tersebut meliputi kognitif, bahasa, sosioemosional, kemampuan fisik dan lain
sebagainya.
2.3.2 Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini
John W. Santrock (2007:217) menyatakan bahwa anak usia 5-6 tahun
koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah
mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan
gerakan mata tangan, lengan, dan tubuh secara bersama.
Sejalan dengan hal di atas, Yudha M. Saputra (2005:120) mengemukakan
bahwa keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun yaitu anak mampu
menempel, mengerjakan puzzle, menjahit sederhana, mewarnai dengan rapi,
mengisi pola sederhana, mengancingkan baju, menggambar dengan gerakan naik
turun, menarik garis lurus dan lengkung, serta mampu melipat kertas.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Bambang Sujiono (2012: 3.22) bahwa
anak usia 5-6 tahun perkembangan gerak anak yaitu anak mampu menempel,
mengerjakan puzzle, mencoblos kertas dengan pensil, mewarnai dengan rapi,
mengancingkan baju, menggambar gerakan naik turun, menarik garis (lurus,
lengkung, miring) dan melipat kertas.
Caughlin (Sumantri, 2005:105) menunjukkan sejumlah indikator
perkembangan keterampilan motorik halus anak usia dini berdasarkan kronologis
usia. Untuk anak usia 5-6 tahun yaitu sebagai berikut:
1. Anak usia 5 tahun
a. Menulis nama depan.
b. Membangun menara setinggi 12 kotak.
c. Mewarnai dengan garis-garis.
d. Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari.
e. Mengambar orang beserta rambut dan hidung.
f. Menjiplak persegi panjang dan segitiga.
g. Memotong bentuk-bentuk sederhana.
2. Anak usia 6 tahun
a. Menggambar orang termasuk :leher, tangan, dan mulut.
b. Menjiplak gambar wajik.
Bredekamp & Copple (M. Ramli, 2005:191) mengemukakan bahwa anak usia
TK dapat melakukan berbagai kemampuan dalam beberapa bidang perkembangan,
berikut bidang perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun yaitu:
a. Memukul paku dengan kepala palu;menggunakan gunting dan obeng tanpa
bantuan.
b. Membangun kerangka balok tiga dimensi;mengerjakan 10-15 buah tekateki
dengan mudah.
c. Suka melepas benda-benda dan merangkainya kembali serta melepas dan
memasangkan baju boneka.
d. Memiliki pemahaman dasar tentang kanan dan kiri tetapi mencampurnya
pada suatu saat.
e. Menyalin berbagai bentuk; mengkombinasikan dua bentuk geometri atau
lebih dalam gambar dan konstruksi.
f. Menggambar orang; mencetak huruf secara kasar tetapi kebanyakan dapat
dikenal oleh orang dewasa, termasuk konteks atau pemandangan dalam
gambar;mencetak nama pertama.
g. Membuka resleting mantel;memasang kancing dengan baik;mengikat
sepatu dengan bantuan orang dewasa;berpakaian dengan cepat.
h. Memegang pensil, sikat, atau krayon seperti pegangan orang dewasa antara
ibu jari dan telunjuk.
i. Dapat menyalin lingkaran, silang, dan empat persegi.
J Dapat memasang benang jarum besar.
Hal yang hampir sama juga dikemukakan Martini Jamaris (2005:14-15)
bahwa keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun menyangkut koordinasi
gerakan jari-jari tangan dalam melakukan berbagai aktivitas diantaranya adalah :
a. Dapat menggunakan gunting untuk memotong kertas. b. Dapat
memasang dan membuka kancing dan resleting. c. Dapat menahan kertas dengan
satu tangan, sementara tangan yang lain digunakan untuk menggambar, menulis
atau kegiatan lainnya. d. Dapat memasukkan benang ke dalam jarum. e. Dapat
mengatur (meronce) manik-manik dengan benang dan jarum. f. Dapat melipat
kertas untuk dijadikan suatu bentuk. g. Dapat menggunting kertas sesuai dengan
garis, dan lain-lain. Dari berbagai pendapat di atas bahwa karakteristik motorik halus
anak usia 5-6 tahun diantaranya adalah anak mampu mengkoordinasikan mata dan
tangan. Contohnya seperti menempel dan mengisi pola sederhana.
2.3.3 Cara Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia Dini
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan
analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi. Secara umum
metode penelitian diartikan “sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu”.
Metode penelitian dibagi menjadi dua yaitu, metode penelitian kuantitatif dan
metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, tekhnik
pengambilan sample pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, data yang yang telah terkumpul selanjutnya
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif sehingga dapat
disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak.
Sedangkan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber data dilakukan secara
purposive dan snowball, tekhnik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan),
analisis data bersifat indukatif/kualitatif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di
lapangan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Salah satu yang
termasuk dalam metode penelitian kualitatif adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Menurut Suyanto, PTK adalah “suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara professional”.
Wina Sanjaya mendefinisikan PTK sebagai “proses pengkajian masalah
pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan
masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam
situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut”.
Menurut Kunandar Penelitian Tindakan Kelas merupakan gabungan dari tiga
unsur atau konsep yakni:
1. Penelitian adalah, Aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui
metedologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk
menyelesaikan suatu masalah.
2. Tindakan adalah, suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar.
3. Kelas adalah, sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama dan
tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Adapun beberapa Karakteristik PTK menurut Masnur Muslich, antara lain:


1. Masalah PTK berawal dari guru
2 Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran
3 PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif
4 PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu
untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas
5 PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan.
Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan penelitian tindakan kelas
(Classroom action research) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas
proses pembelajaran di kelas sehingga motivasi peserta didik dapat ditingkatkan. Ciri
dari PTK adalah guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktik
pembelajaran yang dilakukan selama ini penelitian melalui refleksi diri merupakan
ciri dari PTK yang paling esensial.
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dalam kelas sehingga fokus penelitian ini
adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan
interaksi penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran,
perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus selama kegiatan penelitian
dilakukan.8
Dalam prosesnya, penelitian ini mengangkat data dan permasalahan
meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B TK Darul Huda.
Untuk memperoleh gambaran dilapangan tentang pengaruh kegiatan finger painting
dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK khususnya kelompok B,
maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) dimana peneliti mencermati kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Mengapa peneliti menggunakan PTK? karena PTK yang bersifat kolaboratif
akan memudahkan peneliti untuk melaksanakan penelitian di TK Goemerlang Bandar
Lampung. Peneliti tidak harus sendirian dalam upaya memperbaiki praktik
pembelajaran dikelas. Namun, peneliti dapat berkolaborasi dengan guru kelas. Guru
kelas dapat bertindak sebagai mitra diskusi yang baik untuk merumuskan masalah
yang tepat, menentukan hipotesis tindakan yang baik, serta membantu analisis data
penelitian.
Dengan adanya kerjasama tersebut memungkinkan dapat menghasilkan
sesuatu yang lebih kreatif dan inovatif, sebab setiap yang terlibat memiliki
kesempatan untuk memunculkan pandangan-pandangan kritisnya. Sehingga hasil atau
simpulan yang diperoleh adalah hasil kesepakatan semua pihak khususnya antara
peneliti dengan guru kelas sebagai mitranya, demikian akan meningkatkan validitas
dan reliabilitas hasil penelitian.

3.2 FOKUS PENELITIAN

3.3 SUMBER DAN JENIS DATA


3.3.1 Primer
3.3.1.1 Observasi
3.3.1.2 Wawancara
3.3.1.3 Dokumentasi
3.3.2 Skunder

3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Dalam penelitian PTK ini, peneliti sebagai instrumen utama, sebab peneliti
mengadakan penelitian secara langsung ke lapangan untuk melakukan wawancara kepada
guru kelompok B. TK Darul Huda, dan juga melakukan pengamatan (observasi) kepada anak
didik yang diteliti, serta menggali data melalui dokumen sekolah.
Dengan demikian ada beberapa teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan, yaitu
sebagai berikut:
1. Observasi
Istilah observasi mengacu pada prosedur objektif yang digunakan untuk
mencatat subjek yang sedang diteliti. Metode observasi digunakan untuk menjaring
informasi mengenai bagaiman anak didik bersikap dan berinteraksi satu sama lain di
sekolah. Observasi ini dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran. Menurut
Suharsimi Arikunto “observasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengamat ketika
kegiatan sedang dilakukan”. Adapun jenis observasi yang diterapkan dalam penelitian
ini adalah observasi partisipan, dimana peneliti turut ambil bagian atau berada dalam
keadaan obyek yang diobservasi (disebut observese)
Adapun hal-hal yang diobservasi dalam meningkatkan keterampilan motorik
halus anak melalui kegiatan finger painting di TK Darul Huda adalah melihat keadaan
langsung proses belajar mengajar dan aktivitas peserta didik yang dilakukan di
lingkungan TK, melihat aktifitas guru dalam meningkatkan keterampilan motorik
halus anak sesuai indikator perkembangan, dan menerapkan kegiatan finger painting
untuk perkembangan motorik halus di TK Darul Huda. Pada saat observasi, peneliti
sudah menyiapkan lembar observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data-data
mengenai perkembangan motorik halus anak yang sesuai dengan indikator yang akan
dicapai. Data yang diperoleh selama proses pembelajaran akan dianalisis dalam
persentase dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Hariyadi yaitu:
P = F/N x100 %
Keterangan:
P= Angka presentasi
F= Frekuensi nilai siswa
N= Jumlah anak dalam satu kelas
Prosedur penyusunan dan pengisian lembar observasi ini antara lain: (a)
Menjabarkan indikator kedalam butir-butir amatan yang menunjukkan pencapaian
indikator yang dapat dilakukan anak ketika melaksanakan kegiatan, (b) Menentukan
deskriptor butir amatan dengan pemberian skor. Untuk lebih jelasnya, kisi-kisi
observasi dapat dilihat pada lampiran.
2. Interview/Wawancara
Wawancara atau interview dapat diartikan dapat sebagai teknik
mengumpulkan data dengan mengggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka
ataupun melalui saluran media tertentu. Jadi interview adalah salah satu cara
pengumpulan data dengan mengadakan dialog atau tanya jawab dengan orang yang
menjadi nara sumber informasi atau keterangan secara lisan dan saling berhadapan
dengan orang yang diminta keterangan.
Teknik interview yang dipakai dalam penelitian ini adalah interview bebas
terpimpin yaitu proses pengajuan pertanyaan yang dilakukan secara bebas tetapi isi
pertannyaannya berpedoman kepada pokok-pokok yang ditetapkan terlebih dahulu.
Wawancara ini ditunjukkan kepada guru kelompok B dan peserta didik TK Darul
Huda yang dapat memberikan informasi tentang data yang dibutuhkan oleh peneliti
tentang meningkatkan keterampilan motorik halus anak di TK Darul Huda. Untuk
lebih jelasnya, kisi-kisi wawancara kepada guru dan peserta didik kelompok B TK
Darul Huda dapat dilihat pada lampiran.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Metode dokumentasi adalah
alat pengumpulan data yang di gunakan untuk mencari, mengenal hal-hal atau
variabel yang berupa catatan atau arsip yang berhubungan dengan yang diteliti dan
sebagainya.16 Penulis menggunakan metode ini sebagai alat untuk memperoleh data
tentang hasil perkembangan motorik halus anak, data selama proses kegiatan finger
painting yang dilakukan anak. Dokumentasi dapat berupa gambar/foto/video yang
digunakan untuk menggambarkan secara visual maupun audiovisual selama proses
pembelajaran yang sedang berlangsung.

3.4 TEKNIK ANALISIS DATA


Model analisis yang digunakan dalam analisis ini adalah “ model interaktif yang
dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi”. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus didalam
proses pengumpulan data selama penelitian berlangsung. Berikut uraian tentang alur
analisis data yang didapat melalui berbagai pengumpulan data.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok (menyajikan data
inti/pokok), memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
Reduksi data dalam penelitian ini yaitu mencakup proses pemilihan, pemuatan,
penyederhanaan, dan transformasi data kasar yang diperoleh dari catatan
lapangan. Data yang terkumpul demikian banyak dan kompleks, serta masih
tercampur aduk, kemudian direduksi. Reduksi data merupakan aktivitas memilih
data.
Data yang dianggap relevan dan penting yang berkaitan dengan perkembangan
kemampuan motorik halus anak dalam proses pembelajaran. Data yang tidak
terkait dengan permasalahan tidak disajikan dalam bentuk laporan.
2. Display Data
Data yang banyak diperoleh dari lapangan dan telah direduksi agar mudah
dipahami baik oleh peneliti maupun orang lain, maka data tersebut perlu disajikan.
Bentuk penyajiannya adalah teks naratif (pengungkapan secara tertulis).
Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam mendeskripsikan suatu peristiwa,
sehingga dengan demikian, memudahkan untuk mengambil suatu kesimpulan.
Analisis data pada penelitian ini, menggunakan analisis kualitatif, artinya
analisis berdasarkan data observasi lapangan dan pandangan secara teoritis untuk
mendeskripsikan secara jelas tentang peningkatan kemampuan motorik halus anak
dalam proses pembelajaran melalui kegiatan finger painting di TK Darul Huda.
3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Data yang sudah dipolakan, kemudian difokuskan dan disusun secara
sistematik dalam bentuk naratif. Kemudian melalui induksi, data tersebut
disimpulkan sehingga makna data dapat ditemukan dalam bentuk tafsiran dan
argumentasi. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Kesimpulan yang diambil sekiranya masih terdapat kekurangan, maka akan
ditambahkan.
Tahap ini sangat penting dilakukan, sebab tanpa adanya kesimpulan maka data
yang dianalisis dan disajikan tidak akan berarti apa-apa. Penarikan kesimpulan
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Sedangkan, data yang dikumpulkan
berupa angka atau data kuantitatif, dianalisis secara kuantitatif/menggunakan
rumus-rumus statistik. Dalam hal ini, peneliti menghitung nilai rata-rata (mean).

Anda mungkin juga menyukai