Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas anak dalam keterampilan menggerakan motorik halus dalam

perkembangan menganyam dari kreativitas anak masih belum terampil dengan

ketidak maksimalan ini penyebabnya adalah pengelolaan kelas, yaitu penggunaan

metode dalam menumbuh kembangkan kreatifitas anak dalam meningkatkan

keterampilan motorik halusnya.

Hampir semua aktifitas bermain anak melibatkan keterampilan motorik

halus seperti memegang mainan, menulis, menyobek kertas, bermain piano dan

lain sebagainya. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan anak-anak dirumah yang

melatih keterampilan motorik halus. Idealnya latihan keterampilan motorik halus

lebih banyak dilakukan di rumah daripada di Sekolah. Motorik merupakan

perekembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir

anatara susunan syaraf, otot, otak dan spiral cord. Motorik halus adalah gerakan

yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang di

pengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan

memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting,

menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak

bisa berkembang dengan optimal dan perkembangan motoric sangat dipengaruhi

oleh organ otak sehingga lewat bermain, terjadi stimulasi pertumbuhan otot-

ototnya ketika anak melakukan melompat, melempar atau berlari. Selain itu juga

anak bermain dengan menggunakan seluruh emosi, perasaan dan pikirannya.

Keterampilan motoric halus dapat dilihat dari hasil tes kemampuan

seseorang menyelesaikan tugas yang melibatkan jari-jari tangan dengan

mengikuti tingkat akurasi tertentu. Semakin tinggi keterampilan motoric


seseorang maka semakin mudah ia menyelesaikan tugas dengan akurasi tinggi.

Secara umum keterampilan motoric anak dapat dilihat dan dibandingkan dengan

teman seusianya. Untuk meningkatkan keterampilan motoric halus, anak

diarahkan untuk melakukan kegiatan yang memerlukan akurasi. Perlu

diperhatikan bahwa untuk meningkatkan keterampilan motoric anak harus

dilakukan bertahap. Karakteristik mengembangkan kemampuan motoric anak

usia dini, melatih gerakan-gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan

mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan

keterampilan tubuh dan cara hidup sehat.

Lebih lanjut dalam menentukan metode untuk mengembangkan

keterampilan motoric anak, guru memperhatikan tempat di luar kegiatan, apakah

di dalam ataukan di luar kelas, keterampilan apa yang hendak di kembangkan

melalui berbagai kegiatan, serta tema dan pola yang dipilih dalam kegiatan

pembelajaran. Misalnya untuk mengembangkan motoric halus anak yang

bertujuan agar anak dapat berlatih menggerakan pergelangan tangan dengan

menggambar dan mewarnai atau menggunting dan menempel maka guru dapat

memilih kegiatan yang dilakukan di dalam kelas.

Namun, guru perlu menyediakan semua peralatan yang di perlukan setiap

anak, seperti kertas, gunting, pensil warna atau buku-buku untuk pola yang akan

digunting anak, jumlah peralatan dan bahan diharapkan sesuai dengan jumlah

anak sehingga setiap anak dapat berlatih sendiri. Metode yang dipergunakan

adalah metode kegiatan yang dapat memacu semua kegiatan motoric yang perlu

di kembangkan anak seperti untuk kegiatan motoric halus anak dapat diberikan

aktifitas menggambar, melipat, membentuk, meronce dan sebagainya.

Dalam pendidikan anak usia dini pengembangan motoric anak, dimana

guru merencanakan bentuk evaluasi untuk pengembangan motoric halus anak.


Tujuan kegiatan adalah untuk mengembangkan kemampuan motoric halus anak

usia dini salah satunya dengan menganyam kertas.

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan menunjukkan bahwa,

sebagian besar anak-anak menunjukkan keterlambatan dalam keterampilan

motoric halus. Hal tersebut dikarenakan kegiatan yang dilaksanakan, hanya

berupa kegiatan bermain dan bernyanyi yang dilakukan hamper setiap harinya.

Oleh sebab itu perkembangan motoric halus anak tidak mengalami peningkatan

yang lebih signifikan.

Kegiatan menganyam dalam proses pembelajaran merupakan salah satu

sarana untuk meningkatkan motoric halus anak. Anak-anak yang mampu untuk

menganyam, secara otomatis dapat meningkatkan kreatifitas anak, serta memiliki

kemampunan dalam menyalurkan keinginannya.

Oleh karena itu, perkembangan kemampuan menganyam anak dalam

proses pembelajaran harus memperoleh perhatian yang serius bagi pendidik

terutama dari guru pada saat berada disekolah. Perkembangan kemammpuan

menganyam anak dapat dilihat melalui kemampuan melipat serta hasil lipatan

yang diperoleh atau dihasilkan. Masalah penelitian ini dibatasi pada menganyam

tikar dari guntingan kertas.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, peneliti merasa

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan

Motorik Halus Melalui Kegiatan Menganyam Kertas Bentuk Tikar pada Anak di

TK GMIM Yoshep Kam Kamenti”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, masalah

penelitian ini dapat di rumuskan “Bagaimana meningkatkan kemampuan motoric


halus melalui kegiatan menganyam kertas bentuk tikar pada anak di TK GMIM

Yoshep Kam Kamenti”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan Motorik halus

melalui kegiatan menganyam kertas bentuk tikar pada anak 3-4 tahun di TK

GMIM Yoshep Kam Kamenti

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi anak

Membantu anak meningkatkan kemampuannya dalam motoric halus melalui

kegiatan menganyam kertas bentuk tikar.

2. Bagi Guru

Meningkatkan Profesionalisme guru dalam memilih dan menggunakan model

pembelajaran dari motoric halus.

3. Bagi TK

Sebagai bahan dalam usaha untuk meningkatkan dan mengembangan

pembelajaran.

4. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti sebagai bekal untuk tugas

dan tanggung jawab di Sekolah


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini

1. Pengertian Motorik Halus

Motorik adalah gerakan-gerakan tubuh yang melibatkan otot-otot kecil

misalnya otot-otot jari tangan, otot muka, dll. Menurut Sujiono (2009:12.5)

“ada beberapa gerakan yang dapat di masukkan dalam gerakan motoric halus,

misalnya menggunting, melipat, menganyam, menjahit, menggambar,

meronce dan sebagainya”.

“Gerakan motoric halus mempunyai peranan yang sangat penting,

motoric halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja. Oleh karena itu gerakan

didalam motoric halus tidak membutuhkan tenaga akan tetapi membutuhkan

koordinasi yang cermat serta teliti”. (Depdiknas:2007.1)

Yudha M. Saputra dan Rudyanto (2005:118) menjelaskan bahwa

motoric halus adalah kemampuan anak dalam beraktifitas dengan

menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas,

menggenggam, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng.

Sedangkan menurut Lindya (2008) “motoric halus yaitu aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan pada

bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi

memerlukan koordinasi yang cermat. Proses motoric adalah gerakan yang

langsung melibatkan otot untuk bergerak dan proses persyaratan yang

menjadikan seseorang mampu menggerakan anggota tubuhnya (tangan, kaki

dan anggota tubuhnya)”.


Berdasarkan kutipan-kutipan diatas, maka pengertian motoric halus

adalah pengorganisasian penggunaan otot-otot kecil seperti jari jemari dan

tangan yang sering membutuhkan kecermatan koordinasi mata dan tangan.

2. Kemampuan Motorik Halus

Kemampuan motoric halus adalah kemampuan yang berhubungan

dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-

tangan. Sara motoric halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui

kegiatan dan rangsangan yang kontinyu secara rutin. Seperti bermain puzzle,

menyusun balok, memasukkan benda kedalam lubang sesuai bentuknya,

membuat garis, melipat kertas, menggunting, menggambar, menganyam dan

sebagaina. Karakteristik keterampilan motoric halus anak usia 4-6 tahun

dapat dijelaskan sebagai berikut (Direktorat Pembinaan TK dan SD, 2007:11)

a. Pada anak berusia 4 tahun, koordinasi motoric halus anak secara

substansi sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih

cepat, bahkan cenderung ingin sempurna.

b. Pada usia 5 tahun, koordinasi motoric halus anak sudah lebih

sempurna lagi. Tangan, lengan dan tubuh bergerak dibawah koordinasi

mata. Anak juga mampu membuat dan melaksanakan kegiatan yang

lebih majemuk seperti dalam kegiatan proyek.

c. Pada usia 6 tahun (masa akhir kanak-kanak), anak telah belajar

bagaimana menggunakan jari jemari dan pergelangan tangannya untuk

menggerakan ujung pensil.

3. Masa Peka

Masa peka adalah suatu masa Hukum Masa Peka tiap-tiap fungsi jiwa

mempunyai waktunya untuk berkembang dengan sebaik-bainya. Prof. Hugo

de Vries (Belanda) memperkenalkan masa peka ini dalam biologi. Prof. Hugo
meneliti seekor lebah betina (lebah ratu) yang sedang mengalami masa peka.

Masa peka adalah suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diri

keluar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang. Apabila saat sang

ratu peka, kemudian ia mendapatkan zat-zat (makanan) tertentu, ia akan

berkembang biak dengan cepat.

Masa peka diperkenalkan dalam dunia pendidikan oleh Dr. Maria

Montessori. Menurut M. Montessori (Italia) (Desmita, 2009:17) masa peka

merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali

dipengaruhi dan dikembangkan. Usia 3-5 tahun adalah masa yang baik sekali

untuk mempelajari Bahasa ibu dan Bahasa daerahnya.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Motorik Halus

Kartini Kartono (1995:21), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan motoric anak sebagai berikut:

- Faktor hereditas (warisan sejak lahir atau bawaan).

- Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan

kematangan fungsi-fungsi organis dan fungsi psikis.

- Aktifitas anak sebagai subjek bebas yang berkemauan,

kemampuan, punya emosi serta mempunyai usaha untuk

membangun diri sendiri.

Rumini dan Sundari (2004:24-26) mengemukakan bahwa faktor-faktor

yang mempercepat atau memperlambat perkembangan motoric halus antara

lain:

a. Faktor Genetik

Individu mempunyai beberapa faktor keturunan yang dapat

menunjang perkembangan motoric missal otot kuat, syaraf baik,


dan kecerdasan yang menyebabkan perkembangan motoric

individu tersebut menjadi baik dan cepat.

b. Faktor kesehatan pada periode prenatal

Janin yang selama dalam kandungan dalam keadaan sehat,

tidak keracunan, tidak kekurangan gizi, tidak kekurangan vitamin

dapat membantu memperlancar perkembangan motoric anak.

c. Faktor kesulitan dalam melahirkan

Faktor kesulitan dalam melahirkan misalnya dalam perjalanan

kelahiran dengan menggunakan bantuan alat vacuum, tang,

sehingga bayi mengalami kerusakan otak dan akan memperlambat

perkembangan motoric bayi.

d. Kesehatan dan gizi

Kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca

melahirkan akan mempercepat perkembangan motoric bayi.

e. Rangsangan

Adanya rangsangan, bimbingan dan kesempatan anak untuk

menggerakan semua bagian tubuh akan mempercepat

perkembangan motoric bayi.

f. Perlindungan

Perlindungan yang berlebihan sehingga anak tidak ada waktu

untuk bergerak misalnya anak hanya digendong terus, ingin naik

tangga tidak boleh dan akan menghambat perkembangan motoric

anak.

g. Prematur

Kelahiran sebelum masanya disebut prematur biasanya akan

memperlambat perkembangan motoric anak.

h. Kelainan
Individu yang mengalami kelainan baik fisik maupun psikis,

sosial, mental biasanya akan mengalami hambatan dalam

perkembangannya.

i. Kebudayaan

Peraturan daerah setempat dapat mempengaruhi

perkembangan motoric anak. Misalnya ada daerah yang tidak

mengizinkan anak putri naik sepeda maka tidak akan diberik

pelajaran naik sepeda roada tiga.

Poerwanti Endang dan Widodo Nur (2005:56-57) menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas perkembangan

anak ditentukan oleh:

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari individu itu

sendiri yang meliputi pembawaan, potensi, psikologis, semangat

serta kemampuan khusus.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan

luar diri anak baik yang berupa pengalaman teman sebaya,

kesehatan dan lingkungan.

Sedangkan pendapat Endang Rini Sukamti (2007:47) bahwa kondisi

yang mempunyai dampak paling besar terhadap laju perkembangan motoric

diantaranya:

- Sifat dasar genetik termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan

mempunyai pengaruh yang sangat menonjol terhadap laju

perekmbangan motoric.
- Seandainya dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan

kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dan semakin aktif

janin semakin cepat perkembangan motoric anak.

- Kelahiran yang sukar khususnya apabila ada kerusakan pada otak

akan memperlambat perkembangan motoric.

- Kondisi pra lahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan

sang ibu lebih mendorong perkembangan motoric anak yang lebih

cepat pada pasca lahiran ketimbang kondisi pra lahiran yang tidak

menyenangkan.

- Seandainya tidak ada ganggunan lingkungan maka kesehatan gizi

yang baik pada awal kehidupan pasca lahiran akan mempercepat

perkembangan motoric anak.

- Anak yang IQ tinggi menunjukkan perkembangan yang lebih cepat

dibandingkan anak yang IQnya normal atau dibawah normal.

- Adanya rangsangan, dorongan dan kesempatan untuk menggerakan

semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motoric

anak.

- Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan untuk

berkembangnya kemampuan motoriknya.

- Cacat fisik seperti kebutaan akan memperlambat perkembangan

motoric anak.

Berdasarkan pendapat-pendapat dari beberapa ahli maka dapat

disimpulkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motoric halus tidak

lepas dari sifat dasar genetic serta keadaan pasca lahir yang berhubungan

dengan pola perilaku yang diberikan kepada anak serta faktor internal dan

eksternal yang ada disekeliling anak dan pemberian gizi yang cukup.
5. Prinsip Dalam Pengembangan Motorik Halus

Untuk mengembangkan motoric halus pada anak usia 4-6 tahun di

Taman kanak-kanak agar berkembang secara optimal, maka perlu

memperhatikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Depdiknas (2007:13),

sebagai berikut:

- Memberikan kebebasan untuk berekspresi pada anak. (Depdiknas

(2007:13)

- Melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar

dapat merangsang anak untuk berkreatif.

- Memberikan bimbingan kepada anak untuk menentukan

teknik/cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai

media.

- Menumbuhkan keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang

dapat merusak keberanian dan perkembangan anak.

- Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf

perkembangannya.

- Memberikan rasa gembira dan menciptakan suasana yang

menyenangkan pada anak.

- Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan

kegiatan.

6. Tujuan Peningkatan Motorik Halus

Saputra dan Rudyanto (2005:115) menjelaskan tujuan pengembangan

motoric halus anak yaitu :

- Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan

- Mampu mengkoordinasi kecepatan tangan dengan mata

- Mampu mengendalikan emosi


Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan

peningkatkan motoric halus ini diantaranya untuk meningkatkan kemampuan

anak agar dapat mengembangkan kemampuan motoric halus khususnya jari

tangan dan optimal kearah yang lebih baik. Dengan anak mampu

mengembangkan kemampuan motoric halus jari tangannya kearah yang

lebih baik.

B. Menganyam

1. Pengertian Menganyam

“Menganyam adalah suatu kegiatan keterampilan yang bertujuan untuk

menghasilkan aneka benda atau barang pakai dan benda seni yang dilakukan

dengan cara saling menyusupkan atau menumpang tindihkan bagian-bagian

pita anyaman secara bergantian hingga menyatu” (Nasir, 2013:50)

Menurut Oho Graha (2000:3) “anyaman adalah suatu cabang kerajinan

yang telah sangat tua usianya. Menganyam merupakan suatu cabang

kerajinan yang telah sangat tua usianya. Menganyam merupakan suatu

kegiatan menjalin bahan yang berbentuk pita sehingga satu sama lainnya

saling kuat menguatkan dank arena tekniknya, timbullah motif yang

berulang. Anyaman biasannya menggunakan bahan dari bamboo, rotan,

daun-daunan, anyaman tersebut banyak digunakan sebagai alat keperluan

rumah tangga sehari-hari”.

Menurut Pamadhi (2011:6.3), “menganyam juga dapat diartikan suatu

teknikk menjalinkan lungsi dan pakan. Lungsi yaitu bagian anyaman yang

menjulur ke atas (vertical) yang letaknya tegak lurus terhadap si penganyam,

sedangkan pakan yaitu bagian anyaman yang menjulur ke samping

(horizontal) yang akan disusupkan pada lungsi dan arahnya berlawanan atau
melintang terhadap lungsi. Tanpa lungsi dan pakan maka anyaman tidak akan

dapat diproses dan tidak dapat menghasilkan karya anyaman.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian menganyam adalah suatu seni merajut dengan menggunakan

bahan alami dan bahan buatan yang membutuhkan kreatifitas, ketelitian,

ketekunan, kesabaran dan keindahan sehingga tercipta suatu karya seni yang

indah.

2. Teknik, Bahan dan Alat Untuk Menganyam

Kerajinan menganyam dapat dikatakan berhasil apabila anak dapat

menghasilkan karnya anyaman. Untuk itu diperlukan teknik, bahan dan alat

dalam menganyam.

“Teknik menganyam yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak

usia dini adalah teknik dasar sederhana yaitu anyaman sasag. Anyaman sasag

dikenal sebagai teknik susup menyusup antara pakan dan lungsi dengan

langkah satu-satu artinya angkat satu dan ditinggal satu (dengan rumus A1,

T1, A1, T1, …, dan seterusnya) kemudian diatasnya T1, A1, T1, A1, …, dan

seterusnya” (Hajar Pamadhi:2008:6.43)

Pemilihan bahan yang aman dan menarik bagi anak juga berpengaruh

dalam kegiatan menganyam. Kertas merupakan media yang paling aman

untuk anak TK, apalagi jjika menggunakan kertas yang berwarna akan lebih

menarik minat anak.

Alat yang diperlukan berupa gunting, cutter, penggaris, namun untuk

pembelajaran di TK, semua bahan sudah siap pakai sehingga anak-anak tidak

memerlukan alat lagi.

3. Menganyam Untuk Anak Usia Dini


Menganyam untuk anak usia dini tidak dilakukan dengan teknik

komplek, namun masih dalam tahap teknik dasar menganyam sederhana.

Menganyam diajarkan dengan sangat sederhana kepada anak. Kemampuan

menganyam dapat mengasaah keterampilan motoric halus anak karena

menggunakan tangan dan jari-jari demikian juga dengan kordinasi mata.

Selain keterampilan motoric halus yang dikembangkan, menganyam juga

dapat digunakan sebagai alat untuk melatih logika anak, belajar matematika

dan melatih konsentrasi.

Bahan-bahan menganyam untuk anak usia dini tidak diambil dari

tumbuh-tumbuhan tidak sama dengan bahan menganyam untuk orang

dewasa. Untuk anak usia dini bahan menganyam yang dipilih berdasarkan

karakteristik sebagai berikut: tidak mudah robek, tidak berserat dan tidak

tajam. Berdasarkan kriteria tersebut maka pemilihan bahan untuk

menganyam bagi anak usia dini banyak menggunakan kertas atau gabus karet

dan bahan lain yang tidak membahayakan anak. Untuk anak yang lebih kecil

kertas yang digunakan harus lebih tebal namun tetap lentur dan masih tetap

dapat di anyam.

Teknik yang dikenalkan pada anak biasanya menggunakan teknik dasar

anyaman tunggal dan ganda. Anak diminta untuk menyusun kertas selang

seling, mengangkat kertas yang harus diangkat dan kertas yang tidak harus

diangkat. Untuk memudahkan dan menarik minat anak sebaiknya warna

untuk anyaman dibedakan. Menganyam dengan dua warna berbeda sudah

cukup, namun jika ingin dengan berbagi warna lebih disarankan. Tujuannya

selain lebih menarik, anak juga dapat belajar untuk konsentrasi dengan

mencocokkan bagian yang dimasukkan atau yang tidak berdasarkan variasi

warna (disesuaikan dengan tingkatan usia).


Jika menggunakan kertas, jenis kertas yang dapat digunakan adalah

kertas buffalo, kertas origami atau kertas lain yang berwarna dan agak tebal.

Kertas origami dapat digunakan untuk anak yang lebih besar karena lebih

tipis. Untuk bahan anyaman yang bisa sering digunakan lebih dari sekali

pertemuan sebaiknya menggunakan gabus karet berwarna yang sering

digunakan untuk mouse pad.

Iratan lungsi dan pakan untuk anak-anak sebaiknya tidak terlalu panjang

dan tidak terlalu tipis. Anak belum mampu memegang benda yang terlalu

tipis, minimal lebar iratan 1 cm. Untuk memasukkan iratan pakan pada iratan

lungsi pada anak-anak tidak dituntut untuk benar-benar mengikuti pola. Anak

mampu memasukkan iratan pada salah satu lusi merupakan kemampuan dan

kemajuan yang dilakukan dengan baik. Pendidik dengan berlahan meminta

anak untuk memasukkan pakan dengan berselang seling, melompati satu-satu

lusi, demikian seterusnya. Pendidikan sangat berperan sebagai fasilitator dan

motivator untuk mengajak anak menganyam dan membuat anak menyukai

kegiatan menganyam.

4. Manfaat Menganyam

Menganyam banyak kegunaanya bagi anak TK, selain mempunyai unsur

pendidikan juga untuk mengembangkan koordinasi mata, antara lain:

a. Anak dapat mengenal kerajinan tradisional yang ditekuni oleh

masyarakat Indonesia.

b. Guna untuk melatih motoric halus anak.

c. Melatih sikap emosi anak dengan baik.

d. Dapat terbina ekspresinya yang tumbuh dari pribadinya sendiri,

bukan karena pengaruh dari orang lain.


e. Dapat mengungkapkan perasaanya yang selama ini masih

mengendap.

f. Dapat membangkitkan minat anak.

g. Anak menjadi terampil dan kreatif. (Pamadhi 2008:62.4)


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas. Menurut Trianto

(2011) Penelitian Tindakan Kelas adalah:

a. Penelitian yang mengikutsertakan secara aktif para guru dan anak dalam

berbagi tindakan.

b. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) di lakukan

berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang

mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya

memcahkan masalah yang terjadi.

c. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran di

lakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan

dalam praktik pembelajaran). PTK yang mana penelitian tindakan kelas

ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motoric halus anak

melalui kegiatan menganyam kertas.

B. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini berjumlah 15 orang anak.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di TK GMIM Yoshep

Kam Kamenti, dilaksanakan mulai bulan Juli-Oktober 2018.

D. Rancangan dan Pelaksanaan Tindakan


Penelitian tindakan kelas ini dipilih dengan menggunakan model Spiral

menurut Kemmis dan Taggart menyusuk PTK yang berbeda secara sistematis

dengan kedua modell sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini:

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan

Taggart (Kusumah W dan Dwitagama D 2012:21)

Rencana dan pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas yang akan

dilaksanakan yaitu:

a. Perencanaan / Persiapan Tindakan

Penelitian tindakan kelas yang di laksanakan merupakan sebuah proses

pembelajaran dalam meningkatkan partisi dan hasil belajar anak melalui

kegiatan kelompok dalam kegiatan metode ketrampilan mengayam kertas

warna.

Penelitian tindakan kelas yang akan di laksanakan dengan dua siklus,

tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan partisipasi dan

kompetensi yang dicapai, berdasarkan perencanaan yang telah di desain

sebelumnya.

Untuk mengetahui kompetensi dan hasil dari metode tersebut di

lakukan prosedur penilaian serta kemampuan anak dalam berkomunikasi

dengan guru selanjutnya didiskusikan dengan guru lain yang mengamati

terhadap kegiatan yang dilaksanakan untuk didiskusikan dengan guru yang

mengamati terhadap kegiatan yang dilaksanakan untuk didiskusikan hasilnya

dengan tujuan sebagai perbaikan.


Sedangkan untuk mengetahui partisipasi anak dalam KBM (Kegiatan

Belajar Mengajar) di lakukan pengamatan keterlibatan anak selama proses

kegiatan berlangsung di Sekolah :

1. Pembuatan lembar instumen penelitian

2. Membuat SKM (Satuan Kegiatan Mingguan) dan RKH (Rencana

Kegiatan Harian).

3. Mempersiapkan media pembelajaran.

4. Mempersiapkan materi pembelajaran untuk di bagikan pada anak.

5. Membuat Evaluasi siap tahap hasil penelitian, agar dapat

mengetahui hasil penelitian tindakan kelas.

6. Mempersiapkan dan menentukan lokasi pembelajaran sesuai tema

pada hari itu.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan kelas di lakukan pada saat kegiatan

pembelajaran di PAUD dengan melibatkan anak didik secara langsung guna

membahas pembelajaran yang sesuai dengan tema tersebut agar anak aktif

dalam kegiatan mengayam kertas. Dengan proses pembelajaran tidak hanya

di dalam ruang kelas, namun juga kegiatan di luar yaitu seperti orentasi yang

dilaksanakan satu bulan sekali.

c. Pengamatan

Dalam tahap ini di lakukan pengamatan terhadap pelaksanaan di kelas

dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah di siapkan.


d. Refleksi

Kegiatan refleksi di awali dengan memeriksa catatan yang di peroleh

dari pengamatan penelitian, sehingga dapat mengetahui apakah metode

keterampilan menganyam kertas bentuk tikar dapat membantu

mengembangkan motoric halus anak. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat

mengetahui titik kelemahan dan kelebihan sehingga dapat menentukan

upaya perbaikan pada setiap siklus berikutnya. Proses ini akan berlangsung

dua siklus.

e. Tahapan Siklus

Adapun tahapan sikus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siklus Satu

Tahapan perencanaan pada siklus diawali dengan melakukan

langkah-langkah pembelajaran dengan membuat Rencana

Kegiatan Harian yang dipersiapkan sebelum kegiatan

pembelajaran berlangsung. Pada siklus I dilaksanakan dua kali

pertemuan dalam satu minggu. Tahapan dalam pelaksanaan

dalamm siklus satu dilaksanakan proses belajar mengajar dengan

kegiatan menganyam kertas. Guru memberikan contoh kepada

anak.

Tahapan observasi pada siklus satu dilaksanakan dengan

menggunakan lembar observasi. Tahapan refleksi pada siklus satu

merupakan kegaiatan untuk mengemukakan apa yang sudah

dilakukan. Kegiatan mengevaluasi, analisis, penjelasan,

penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan

siklus selanjutnya. Pada siklus satu anak masih belum

menyelesaikan tugas latihan yang dicontohkan guru.


2. Siklus dua

Tahapan perencanaan pada siklus II di awali melakukan

langkah-langkah pembelajaran dengan membuat Rencana Harian

yang dipersiapkan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pada siklus dua dilaksanakan tiga kali pertemuan dalam Rencana

Kegiatan Harian dan menyiapkan sarana pendukung.

Tahapan pelaksanaan pada siklus II dilaksanakan proses

belajar mengajar dengan aspek kegiatan menganyam kertas.

Guru menunjukkan peragaan dan mencontohkan cara

menganyam kertas agar anak lebih semangat mengikuti kegiatan

tersebut. Dalam pelaksanaan penelitian dibantu satu orang guru

dn satu orang kepala Sekolah. Tahapan observasi pada sikus dua

dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi pada siklus

dua dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi, tanya

jawab kepada anak tentang keterampilan menganyam kertas

bentuk tikar.

Tahap refleksi pada siklus dua merupakan kegiatan

mengevaluasi, analisis, penjelasan, penyimpulan. Perhatian

anack tercurah pada pekerjaan keterampilan menganyam kertas

bentuk tikar, anak dapat mengikuti dan bisa menyelesaikan tugas

yang diberikan oleh guru. Apabila hasil pada siklus kedua belum

memuaskan, siklus dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, namun

bila sudah memenuhi syarat, siklus berhenti pada siklus dua.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal sebagai

berikut:
1. SMK (Satuan Kegiatan dan Mingguan) dan RKH (Rencana Kegiatan

Harian) adalah perangkat pembelajaran sebagai pedoman guru dalam

mengajar yang memuat kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil

belajar, tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, alat peraga dan

penilaian.

2. Lembar observasi anak. Lembar observasi ini digunakan untuk

memantau perkembangan motoric halus anak dalam menggunakan

kegiatan menganyam kertas bentuk tikar.

3. Pedoman Evaluasi. Pedoman evaluasi guru disusun dan digunakan oleh

guru untuk mengevaluasi anak guna mengetahui hasil dari metode yang

dilaksanakan oleh guru, agar dapat mengetahui perkembangan motoric

halus anak selanjutnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dan diperoleh berupa:

1. Observasi yaitu pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data

tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau pembuktian

terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.

2. Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diteliti.

3. Dokumentasi yaitu berupa dokumen-dokumen baik berupa dokumen

primer maupun sekunder yang menunjang proses pembelajaran.

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh melalui observasi persiklus selama 2 kali pertemuan

analisis dalam menentukan kelebihan atau kelemahan tindakan. Melalui kegiatan

refleksi, setiap indicator dicermati sehingga diperoleh kesimpulan untuk program


perbaikan pada siklus berikutnya. Data yang diperoleh melalui lembar kegiatan

atau lembar evaluasi yang merupakan hasil komunikasi guru dan anak setiap

pertemuan pembelajaran dalam setiap siklus lalu dipersentasekan berapa anak

yang dapat aktif dan merespon dalam metode keterampilan menganyam kertas

sehingga perkembangan motoric halus anak dapat tercapai selama kurang lebih

30 menit.

Data ini untuk mengetahui data perkembangan anak secara umum.

Sebaiknya untuk mendapatkan data peningkatkan kemampuan anak tiap individu,

penelitian membuat catatan khusus pencapaian anak setiap siklus, hal ini sesuai

dengan satuan kegiatan mingguan (SKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH).

Adapun pelaksanaan pembelajaran dalam mengembangkan motoric halus

anak dengan metode keterampilan menganyam kertas dilakukan berhasil jika

pembelajaran itu minimal mencapai 70% - 80% yang berarti (berkembang sesuai

harapan) dari jumlah anak yang ada dikelas yang dirumuskan dalam tiap

keberhasilan pembelajaran dengan pedoman penilaian hasil kemampuan anak

dalam persiapan yang disampaikan oleh guru.

Nilai Rata-rata jumlah anak = Jumlah Nilai Anak x 100%


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan dalam dua siklus yaitu Siklus I dan Siklus II,

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Deskripsi Sebelum Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengamati proses pembelajaran

sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Kegiatan ini dilakukan

dengan mengamati motoric halus anak, khususnya kemampuan anak dalam

menganyam tikar dari kertas. Kegiatan yang diamati adalah dari awal sampai

akhir kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

Kegiatan ini diawali dengan guru mengatur anak berbaris dengan bernyanyi

kemudian satu persatu memasuki ruangan kelas. Pada kegiatan inti guru

menjelaskan tentang kegiatan menganyam kertas bentuk tikar yang akan

dilakukan. Pada kegiatan ini terlihat sebagian besar anak belum bisa

menganyam dengan baik sebanyak sepuluh anak. Hal tersebut dapat diamati

saat menganyam masih belum rapih serta banyak kertas yang rusak karena

terlalu kaku dalam menganyam. Perkembangan keterampilan motoric halus

anak dengan aspek kecermatan dan kecepatan dapat dilihat dari table

dibawah ini.

Tabel 4.1. Rekapitulasi data Keterampilan Motorik Halus Anak

Dalam Menganyam Pratindakan

Tabel diatas menunjukkan bahwa keterampilan anak dalam menganyam

masih rendah. Hal ini terlihat dari anak yang masih belum bisa

menyelesaikan tugas setelah pembelajaran berakhir dengan hasil penelitian


menunjukkan kriteria cukup dengan rata-rata 889%. Hal tersebut diperoleh

karena beberapa anak belum bisa mencapai skor yang diharapkan dalam

aspek kecermatan aspek kecermatan dan kecepatan.

Dari data observasi kemampuan motoric halus anak sebelum diadakan

tindakan menunjukkan motoric halus anak belum berkembang dengan baik.

Sehingga hal tersebut belum mencapai indicator keberhasilan dengan kriteria

baik sebesar 80%. Keadaan ini menjadi suatu landasan peneliti melakukan

tindakan untuk meningkatkan keterampilan motoric halus dalm hal

menganyam kertas bentuk tikar.

B. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

1. Perencanaan (Plan)

Perencanaan dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan didalam kelas

yang dilakukan oleh peneliti bekerjasama dengan guru kelas. Pelaksanaan

siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Tema pembelajaran

ditentukan oleh peneliti bersama dengan guru kelas selaku kolaborator.

Kegiatan selanjutnya adalah menyusun Rencana Kegiatan Harian

(RKH). Penyusunan RKH dalam pembelajaran dilaksanakan dan disusun

oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas. Pada penyusunan RKH

disepakati kegiatan menganyam menggunakan bahan kertas.

Selanjutnya menyiapkan instrument penelitian berupa lebar observasi

yang digunakan untuk mencatat segala aktifitas selama pembelajaran motoric

halus anak dalam menganyam berlangsung. Selain itu peneliti menyiapkan

alat dan bahan seperti potongan kertas yang akan dianyam.

2. Pelaksanaan (Act)

a. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan I


Pertemuan I dilaksanakan pada bulan Mei 2015. Pembelajaran

terbagi menjadi kegiatan awal, kegiatan inti yang diselingi dengan

istirahat dilanjutkan dengan kegiatan akhir. Berikut ini deskripsi langkah-

langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan I.

1) Kegiatan Awal

Kegiatan awal dimulai dengan berbaris yang dibagi menjadi dua

barisan yaitu barisan anak laki-laki dan anak perempuan. Barisan

dipimpin oleh anak ditunjuk guru dalam menyiapkan barisan

dilanjutkan dengan bernyanyi. Setelah itu anak masuk kedalam kelas

yang ditunjuk guru dengan memlih barisan yang paling rapi

barisannya. Setelah semua anak masuk ke dalam kelas dan duduk

dengan rapi, guru menyiapkan tempat duduk dan meja anak agar

anak dapat duduk dengan nyaman. Kemudian dilanjutkan dengan

guru menunjuk anak untuk memimpin doa dan salam dari guru.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan yang dilakukan yaitu kegiatan motoric halus dengan

menggunakan bahan kertas yang sudah potong-potong terlebih

dahulu membentuk potongan-potongan panjang. Potonga selanjutnya

di anyam. Anyaman dapat berupa anyaman tikar. Aspek penilaian

adalah kecermatan dan kecepatan. Guru menjelaskan dan

mendemonstrasikan cara menganyam yaitu sebagai berikut:

a) Guru meminta anak untuk memegang potongan kertas yang

telah disediakan sebelumnya.

b) Jika anak selesai menganyam, bentuk anyaman yang terakhir

berupa anyaman tikar kecil.

Sebanyak 6 anak sudah dapat melakukan kegiatan dengan sangat

baik dan sebanyak 9 anak masih kesulitan dalam menganyam dan


selesai sesudah pembelajaran berlangsung. Kegiatan selanjutnya

adalah istirahat, sebelum beristirahat anak mencuci tangan setelah itu

memakan bekal yang dibawa dari rumah dan bermain permainan

outdoor. Anak-anak beristirahat selama 30 menit, guru membunyikan

bel tanda istirahat telah usai.

3) Kegiatan Akhir

Setelah anak beristirahat, guru mengkondisikan anak untuk

duduk dengan rapi. Kegiatan selanjutnya adalah guru bertanya

kepada anak apa saja kegiatan yang sudah dilakukan, dan kegiatan

apa yang paling menyenangkan bagi anak. Setelah selesai,

dilanjutkan dengan berdoa untuk orang tua dan berdoa pulang.

Setelah berdoa guru menunjuk anak untuk memimpin menyiapkan

kelas dan menyapa teman-temannya. Setelah itu guru mengucapkan

salam dan mempersilahkan anak untu duduk kembali. Sebelum

pulang guru menyiapkan pertanyaan kepada anak dan apabila anak

menjawab dengan benar maka pulang terlebih dulu.

Anak keluar kelas dengan rapid an mencium tangan guru serta

mengucapkan salam.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan II

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I

pertemuan II.

1) Kegiatan Awal

Kegiatan awal dimulai dengan berbasis yang dibagi menjadi dua

barisan yaitu barisan anak laki-laki dan anak perempuan. Barisan

dipimpin oleh anak ditunjuk guru dalam menyiapkan barisan

dilanjutkan dengan bernyanyi. Setelah itu anak masuk kedalam kelas

yang ditunjuk guru dengan memilih barisan yang paling rapi


barisannya. Setelah semua anak masuk ke dalam kelas dan duduk

dengan rapi, guru menyiapkan tempat duduk dan meja anak agar

anak dapat duduk dengan nyaman. Kemudian dilanjutkan dengan

guru menujuk anak untuk memimpin doa dan salam dari guru.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti yang pertama adalah kegiatan menganyam bentuk

tikar. Guru menjelaskan dan mendemonstrasikan kegiatan yang

dilakukan. Peneliti dan guru membagi potongan kertas selanjutnya

anak mulai menganyam. Kegiatan menganyam dapat diselesaikan

sebelum kegiatan berakhir sebanyak 6 orang anak dan ada sebanyak

9 anak yang menyelesaikan anyaman saat pembelajaran berakhir.

Pada saat anak melakukan kegiatan guru bersama peneliti mengamati

dan mencatat perkembangan anak.

Kegiatan selanjutnya adalah menganyam kertas berbentuk

kalung. Guru menunjukkan anyaman kertas bentuk kalung yang

sudah jadi kepada anak dan menanyakan bentuk apakah ini, sebagian

besar anak menjawab dengan benar dan sebagian lagi masih bingung.

Setelah itu guru menunjukkan cara menganyam dan membagikan

potongan kertas kepada anak. Guru bersama anak mencoba membuat

anyaman bentuk kalung, anak yang tidak bisa dibimbing oleh guru.

Kegiatan ini banyak anak yang belum bisa menganyam dengan rapi.

Kegiatan berikutnya adalah istiraha selama 30 menit. Anak

mencuci tangan kemudian memakan bekal yang telah dibawa dan

bermain permainan outdoor. Bel berbunyi tanda waktu istirahat telah

usai, anak masuk ke dalam kelas.

3) Kegiatan Akhir
Setelah anak duduk di bangkunya masing-masing, guru

mengkondisikan anak untuk duduk dengan rapi dan nyaman. Guru

bersama anak bernyanyi lagu tentang macam-macam pekerjaan.

Kegiatan selanjutnya adalah recalling, guru bertanya kepada anak

apa saja kegiatan yang sudah dilakukan, dan kegiatan apa yang paling

menyenangkan bagi anak. Setelah selesai, dilanjutkan dengan berdoa

pulang. Setelah berdoa guru menunjuk anak untuk memimpin

menyiapkan kelas dan menyapa teman-temannya. Setelah itu guru

mengucapkan salam dan mempersilahkan anak untuk duduk kembali.

Sebelum pulang guru menyiapkan pertanyaan kepada anak dan

apabila anak menjawab dengan benar maka pulang terlebih dahulu.

Anak keluar kelas dengan rapi dan mencium tangan guru serta

mengucapkan salam.

c. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan III

Pelaksanaan Tindakan pada pertemuan ke III. Berikut ini deskripsi

langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I

pertemuan III.

1) Kegiatan Awal

Kegiatan dimulai dengan membagi anak menjadi dua baris, yaitu

baris anak laki-laki dan perempuan. Guru menunjuk anak untuk

memimpin barisan dilanjutkan dengan bernyanyi sambil bertepuk

tangan. Setelah semua anak masuk kedalam kelas, guru menyiapkan

tempat duduk agar anak nyaman duduk karena tempat duduk sempit

sehingga berdekatan dengan teman lainnya. Kegiatan dilanjutkan

dengan guru menunjuk anak untuk memimpin doa akan belajar

kemudian mengucap salam lalu guru mempersilahkan pemimpin doa

untuk duduk kembali.


2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan untuk meningkatkan motoric halus ini masih ada

beberapa anak yang belum bisa mengerjakan tugas dan harus

dibimbing guru. Terdapat anak yang membantu temannya

menyelesaikan tugas serta ada anak yang mencontek temannya.

Kegiatan kedua yaitu menganyam berbentuk kerajinan tangan

seperti tikar. Guru dan peneliti menyiapkan alat dan bahan

menganyam dari kertas. Pada hari itu guru tidak menjelaskan cara

menganyam karena anak sudah mengerti cara menganyam sehingga

kegiatan pada hari itu bisa langsug dilaksanakan.

Pada kegiatan hari itu ada salah satu anak yang tidak masuk

karena sakit. Sebanyak 14 anak sudah bisa menganyam sendiri.

Kebanyakan anak menganyam membentuk tikar. Sebanyak 7 anak

dapat menyelesaikan kegiatan menganyam sebelum pembelajaran

berakhir. Sebanyak 4 anak menyelesaikan tugas tepat saat

pembelajaran berakhir sedangkan 4 anak menyelesaikan kegiatan

setelah pembelajaran berakhir.

3) Kegiatan Akhir

Bel tanda masuk berbunyi, anak masuk ke dalam kelas. Setelah

anak duduk di bangkunya masing-masing, guru mengkondisikan

anak untuk duduk dengan rapi dan nyaman. Guru bertanya kepada

anak apa saja kegiatan yang sudah dilakukan, dan kegiatan apa yang

paling menyenangkan bagi anak. Setelah berdoa guru menunjuk anak

untuk memimpin menyiapkan kelas dan menyapa teman-temannya.

Setelah itu guru mengucapkan salam dan mempersilahkan anak untuk

duduk kembali. Sebelum pulang guru menyiapkan pertanyaan kepada

anak dan apabila anak menjawab dengan benar maka pulang terlebih
dulu. Anak keluar kelas dengan rapi dan mencium tangan guru serta

mengucapkan salam.

3. Observasi (Observe)

Selama kegiatan menganyam menggunakan bahan kertas berlangsung,

guru dan peneliti melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan saat

kegiatan menganyam berlangsung yaitu dengan mencatat perkembangan

yang dialami anak dan mendokumentasikan hasil observasi.

Pelaksanaan siklus I dilakukan, hari pertama anak-anak tertarik pada

media yang digunakan yaitu dengan menggunakan kertas untuk kegiatan

menganyam. Anak-anak tertarik dengan sesuatu yang baru dan pembelajaran

dengan menggunakan kertas merupakan media yang tepat bagi anak-anak.

Ketertarikan anak dapat diketahui ketika mereka bisik-bisik sambil menunjuk

anyaman dari kertas.

Biasanya pembelajaran hanya dilakukan dengan menggunakan papan

tulis dan menggunakan LKA yang monoton. Pada awal pembelajaran anak

cenderung kesulitan untuk menganyam kertas dan ada anak yang masih

kebingungan dalam melakukan pembelajaran. Bahkan ada 2 anak yang

menangis karena tidak dapat menganyam kertas tersebut karena kertasnya

sobek dan perlu bimbingan dari guru. Selain itu guru memberikan motivasi

serta pujian karena anak sudah berusaha dengan baik.

Ketertarikan dan keaktifan anak juga terlihat dalam pertemuan hari

pertama, kedua dan ketiga. Anak bersemangat dan mengatakan hore saat

kegiatan menganyamakan dimulai. Ada anak yang masih mengganggu

temannya, setelah diberik peringatan anak bisa dikondisikan kembali. Berikut

ini merupakan data hasil observasi siklus I.

Tabel 4.2. Hasil Observasi Siklus I


Keterangan :

Kriteria sangat baik : 81% - 100%

Kriteria baik : 61% - 80%

Kriteria cukup : 41% - 60%

Kriteria kurang : 21% - 40%

Kriteria kurang sekali : 0% - 20%

Tabel diatas menujukkan peningkatan keterampilan motoric halus anak

pada pra tindakan ke Siklus I. Pada Siklus I jumlah anak dengan kategori

sangat baik berjumlah 7 atau sebesar 46,66% anak, 7 anak dengan kategori

baik atau sebesar 46,66% dan 1 anak dengan kategori cukup atau sebesar

6,6%.

4. Refleksi (Reflect) Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Data yang telah diperoleh melalui pengamatan atau observasi sebagai

pedoman peneliti dengan guru melakukan relfeksi permasalahan yang

muncul sehingga dapat mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi.

Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan keterampilan motoric halus anak

dan menganyam menggunakan bahan kertas dan tindakan yang akan

dilakukan selanjutnya. Pelaksanaan refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru

dengan melihat perbandingan antara data sebelum dilakukan tindakan dan

setelah dilakukan tindakan siklus I.

C. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

1. Perencanaan (Plan)
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Tema

pembelajaran ditentukan oleh peneliti bersama dengan guru. Tema pada

siklus II adalah rekreasi.

Kegiatan selanjutnya adalah menyusun Rencana Kegiatan Harian

(RKH). Penyusunan RKH dalam pembelajaran dilaksanakan dan disusun

oleh penelitian yang berkolaborasi dengan guru kelas. Pada penyusunan RKH

disepakati kegiatan menganyam menggunakan bahan kertas.

Selanjutnya menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi

yang digunakan untuk mencatat segala aktifitas selama pembelajaran motoric

halus anak dalam menganyam berlangsung. Selain itu peneliti menyiapkan

alat dan bahan. Alat yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan

pembelajaran berupa kamera untuk mengambil foto atau gambar pada saat

kegiatan pembelajaran berlangsung.

2. Pelaksanaan (Act)

a. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan I

Pelaksanaan Tindakan pada pertemuan ke I. Seluruh anak masuk

pada hari itu yaitu sebanyak 15 anak. Berikut ini deskripsi langkah-

langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan

I sampai pertemuan III.

1) Kegiatan Awal

Kegiatan dimulai dengan membagi anak menjadi dua

baris, yaitu baris anak laki-laki dan perempuan. Guru

menunjuk anak untuk memimpin barisan dilanjutkan dengan

bernyanyi sambil bertepuk tangan.

Setelah semua anak masuk ke dalam kelas, guru

menyiapkan tempat duduk. Kegiatan dilanjutkan dengan


guru menunjuk anak unttuk memimpin doa akan belajar

kemudian mengucap salam lalu guru mempersilahkan

pemimpin doa untuk duduk kembali, setelah itu membaca

doa untuk kedua orang tua disertai dengan arti yang

dilanjutkan salam dari guru. Guru bertanya pada anak

sekarang hari apa, tanggal berapa, bulan apa dan menuliskan

di papan tulis. Kegiatan selanjutnya adalah apersepsi tentang

kegiatan menganyam.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan pertama adalah guru meminta anak

menganyam. Kegiatan inti pada kegiatan pertama

membutuhkan waktu yang relative lama. Kegiatan

selanjutnya adalah menganyam menggunakan bahan kertas

yang telah peneliti bentuk dengan bentuk dengan

menggunting panjang. Guru menjelaskan dan

mendemonstrasikan cara menganyam yaitu sebagai berikut:

a. Guru meminta anak untuk membuat anyaman berbentuk

gelas terlebih dahulu, tujuannya saat menganyam

potongan tidak ada yang sobek.

b. Jika anak selesai menganyam, bentuk anyaman yang

terakhir berupa bentuk gelang atau tidak sama dengan

bentuk anyaman pertama yaitu tikar. Kegiatan

menganyam sudah dapat dilakukan dengan baik yaitu

sebanyak 9 anak sudah dapat menganyam sedangkan 2

anak menganyam dengan dibantu guru dan 4 anak

menyelesaikan kegiatan sebelum pembelajaran berakhir.

Setelah anak selesai melakukan kegiatan menganyam


anak mencuci tangan dan memakan bekal yang sudah

dibawa. Setelah makan anak dipersilahkan untuk

bermain permainan outdoor.

3) Kegiatan Akhir

Bel masuk berbunyi tanda istirahat telah selesai, anak

masuk ke kelas dan duduk di bangku masing-masing.

Setelah anak duduk dibangkunya masing-masing, guru

mengkondisikan anak untuk duduk dengan rapi dan nyaman.

Guru bersama anak bernyanyi. Kegiatan selanjutnya adalah

recalling, guru bertanya kepada anak apa saja kegiatan yang

sudah dilakukan dan kegiatan apa yang paling

menyenangkan bagi anak.

Setelah selesai, dilanjutkan dengan berdoa untuk orang

tua dan berdoa pulang. Setelah berdoa guru menunjuk anak

untuk memimpin menyiapkan kelas dan menyapa teman-

temannya. Setelah itu guru mengucapkan salam dan

mempersilahkan anak untuk duduk kembali. Sebelum

pulang guru menyiapkan pertanyaan kepada anak dan

apabila anak menjawab dengan benar maka pulang terlebih

dulu. Anak keluar kelas dengan rapi dan mencium tangan

guru serta mengucapkan salam.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan II

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan ke II, sebanyak 10 anak

hadir pada hari itu dan 5 anak tidak hadir. Berikut ini deskripsi

langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II

pertemuan II.

1) Kegiatan Awal
Kegiatan dimulai dengan membagi anak menjadi dua

baris, yaitu baris anak laki-laki dan perempuan. Guru

menunjuk anak untuk memimpin barisan dilanjutkan dengan

bernyanyi sambil bertepuk tangan.

Setelah semua anak masuk ke dalam kelas, guru

menyiapkan tempat duduk. Kegiatan dilanjutkan dengan

guru menunjuk anak unttuk memimpin doa akan belajar

kemudian mengucap salam lalu guru mempersilahkan

pemimpin doa untuk duduk kembali, setelah itu membaca

doa untuk kedua orang tua disertai dengan arti yang

dilanjutkan salam dari guru. Guru bertanya pada anak

sekarang hari apa, tanggal berapa, bulan apa dan menuliskan

di papan tulis. Kegiatan selanjutnya adalah apersepsi tentang

kegiatan menganyam.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan selanjutnya adalah menganyam gelang, pada

kegiatan ini guru tidak menjelaskan dan mendemonstrasikan

cara menganyam karena anak sudah mengerti apa yang

harus dilakukan. Guru dan peneliti membagi potongan

kertas. Sebanyak 11 anak sudah bisa menganyam dan

membentuk gelang. Pada aspek kecepatan sebanyak 9 anak

dapat menyelesaikan kegiatan menganyam sebelum bel

pembelajaran berbunyi dan sebanyak 2 anak menyelesaikan

menganyam tepat saat pembelajaran usai.

Bel masuk berbunyi tanda istirahat telah selesai, anak

masuk ke kelas dan duduk di bangku masing-masing.

Setelah anak duduk dibangkunya masing-masing, guru


mengkondisikan anak untuk duduk dengan rapi dan nyaman.

Guru bersama anak bernyanyi. Kegiatan selanjutnya adalah

recalling, guru bertanya kepada anak apa saja kegiatan yang

sudah dilakukan dan kegiatan apa yang paling

menyenangkan bagi anak.

Setelah selesai, dilanjutkan dengan berdoa untuk orang

tua dan berdoa pulang. Setelah berdoa guru menunjuk anak

untuk memimpin menyiapkan kelas dan menyapa teman-

temannya. Setelah itu guru mengucapkan salam dan

mempersilahkan anak untuk duduk kembali. Sebelum

pulang guru menyiapkan pertanyaan kepada anak dan

apabila anak menjawab dengan benar maka pulang terlebih

dulu. Anak keluar kelas dengan rapi dan mencium tangan

guru serta mengucapkan salam.

3) Kegiatan Akhir

Bel masuk berbunyi tanda istirahat telah selesai, anak

masuk ke kelas dan duduk di bangku masing-masing.

Setelah anak duduk dibangkunya masing-masing, guru

mengkondisikan anak untuk duduk dengan rapi dan nyaman.

Guru bersama anak bernyanyi. Kegiatan selanjutnya adalah

recalling, guru bertanya kepada anak apa saja kegiatan yang

sudah dilakukan dan kegiatan apa yang paling

menyenangkan bagi anak.

Setelah selesai, dilanjutkan dengan berdoa untuk orang

tua dan berdoa pulang. Setelah berdoa guru menunjuk anak

untuk memimpin menyiapkan kelas dan menyapa teman-

temannya. Setelah itu guru mengucapkan salam dan


mempersilahkan anak untuk duduk kembali. Sebelum

pulang guru menyiapkan pertanyaan kepada anak dan

apabila anak menjawab dengan benar maka pulang terlebih

dulu. Anak keluar kelas dengan rapi dan mencium tangan

guru serta mengucapkan salam.

c. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan III

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan ke III. Berikut ini

deskripsi langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada

siklus II pertemuan III.

1) Kegiatan Awal

Kegiatan dimulai dengan membagi anak menjadi dua

baris, yaitu baris anak laki-laki dan perempuan. Guru

menunjuk anak untuk memimpin barisan dilanjutkan dengan

bernyanyi sambil bertepuk tangan. Setelah semua anak

masuk kedalam kelas, guru menyiapkan tempat duduk agar

anak nyaman duduk karena tempat duduk sempit sehingga

berdekatan dengan teman lainnya. Kegiatan dilanjutkan

dengan guru menunjuk anak untuk memimpin doa akan

belajar kemudian mengucap salam lalu guru

mempersilahkan pemimpin doa untuk duduk kembali,

setelah itu membaca doa untuk kedua orang tua disertai

dengan arti yang dilanjutkan salam dari guru. Guru bertanya

pada anak sekarang hari apa, tanggal berapa, bulan apa dan

menuliskan di papan tulis. Kegiatan selanjutnya adalah

apersepsi menganyam.

2) Kegiatan Inti
Kegiatan selanjutnya yaitu menganyam bentuk gelang,

guru menjelaskan kembali kegiatan menganyam yang akan

dilakukan anak. Pada kegiatan menganyam hari itu semua

anak sudah bisa menganyam dan sebanyak 12 anak sudah

bisa menyelesaikan kegiatan sebelum bel pembelajaran

berakhir.

3) Kegiatan Akhir

Bel masuk berbunyi tanda istirahat telah selesai, anak

masuk ke kelas dan duduk di bangku masing-masing.

Setelah anak duduk dibangkunya masing-masing, guru

mengkondisikan anak untuk duduk dengan rapi dan nyaman.

Guru bersama anak bernyanyi. Kegiatan selanjutnya adalah

recalling, guru bertanya kepada anak apa saja kegiatan yang

sudah dilakukan dan kegiatan apa yang paling

menyenangkan bagi anak.

Setelah selesai, dilanjutkan dengan berdoa untuk orang

tua dan berdoa pulang. Setelah berdoa guru menunjuk anak

untuk memimpin menyiapkan kelas dan menyapa teman-

temannya. Setelah itu guru mengucapkan salam dan

mempersilahkan anak untuk duduk kembali. Sebelum

pulang guru menyiapkan pertanyaan kepada anak dan

apabila anak menjawab dengan benar maka pulang terlebih

dulu. Anak keluar kelas dengan rapi dan mencium tangan

guru serta mengucapkan salam.

3. Observasi (Observe)

Selama kegiatan menganyam menggunakan bahan kertas berlangsung,

guru dan peneliti melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan saat


kegiatan menganyam berlangsung yaitu dengan mencatat perkembangan

yang dialami anak dan mendokumentasikan hasil observasi.

Pelaksanaan siklus II berjalan sesuai dengan perencanaan. Anak-anak

mulai terbiasa dengan pembelajaran menganyam dan mengikuti jalannya

pembelajaran dengan baik. Hal ini dikarenakan guru mendemonstrasikan

kegiatan dengan lebih jelas agar anak tidak kebingungan dalam menganyam.

Setelah dibandingkan antara Siklus I dan Siklus II terjadi peningkatan. Pada

Siklus I persentasenya adalah 76,67% sedangkan di Siklus II sebesar 93,33%.

Tabel 4.3. Hasil Observasi Siklus II

Tabel diatas menunjukkan hasil observasi tindakan Siklus II. Hasil

tindakan Siklus II mengalami peningkatkan, ada sebanyak 14 anak mendapat

kriteria sangat baik dan 1 anak dengan kategori baik. Hasil observasi

memperoleh persentase 93,33% dari Siklus I yang mendapat persentase

sebesar 76,67% karena telah melebihi indicator keberhasilan maka penelitian

tidak dilanjutkan. Berdasarkan hasil observasi Siklus II sebanyak 14 anak

atau 93,33% memperoleh kriteria sangat baik. Telah terjadi peningkatan pada

siklus ini. Selain itu anak dalam aspek kecepatan, anak menjadi lebih cepat

yaitu menyelesaikan anyaman sebelum pembelajaran berakhir. Dari hasil

observasi Siklus II menunjukkan keterampilan motoric halus anak mengalami

peningkatan yang signifikan. Peningkatan yang terjadi telah mencapai

indikator keberhasilan, bahkan lebih dari yang diharapkan yaitu mencapai

93,33%.

4. Refleksi (Reflect)

Berdasarkan data yang diperoleh dalam observasi kegiatan yang

diperoleh keterampilan motoric halus anak melalui kegiatan menganyam

menggunakna bahan kertas mengalami peningkatan. Kegiatan refleksi pada


Siklus II dilakukan oleh guru dan peneliti dengan membandingkan Siklus I

dan Siklus II. Pada Siklus II anak-anak dapat mengikuti kegiatan dengan

baik. Pada setiap kali pertemuan anak diberi penjelasan sehingga anak tidak

salah dalam menganyam. Guru juga menjelaskan bentuk anyaman terakhir

tidak sama dengan bentuk anyaman pertama. Hal ini berdampak juga pada

aspek kecepatan menjadi lebih cepat menyelesaikan anyaman. Dengan

dilakukannya perbaikan-perbaikan dalam siklus ini, kendala-kendala yang

ditemukan dapat teratasi sehingga berdampak baik.

Berdasarkan hasil observasi di Siklus II mengalami peningkatan dengan

persentasi Siklus I adalah 76,67% dan di Siklus II menjadi 93,33%. Selisih

antara Siklus I dan Siklus II adalah 16,66%. Oleh karena itu upaya

peningkatan keterampilan motoric halus dengan kegiatan menganyam tidak

perlu dilanjutkan dan cukup dihentikan di Siklus II.

Tabel 4.4. Rekapitulasi Data Perbandingan Persentase Peningkatan

Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

Sebelum Tindakan, Pelaksanaan Siklus I dan Pelaksanaan Siklus II

Pada table di atas menunjukkan rekapitulasi hasil observasi pratindakan,

siklus I dan siklus II peningkatan keterampilan menganyam. Aspek

kecermatan pada pratindakan sebesar 73,33% dengan kriteria cukup hal ini

dikarenakan sebagian anak masih belum bisa menganyam. Pada siklus I

sebesar 97,78% atau meningkat 24,45% dengan kriteria sangat baik. Pada

Siklus II sebesar 100% atau meningkat 2,22% dengan kriteria sangat baik.

Aspek kecepatan pada pratindakan sebesar 44,44% hal ini terjadi karena

masih banyak anak yang selesai menganyam setelah pembelajaran berakhir,

meningkat pada Siklus I sebesar 55,56% yang mengalami kenaikan sebesar

11,12%. Terjadi peningkatan dari pratindakan ke Siklus I karena sebagian


besar anak sudah mengalami peningkatan dalam menyelesaikan anyaman

sebelum jam pembelajaran berakhir tetapi masih ada sebagian anak yang

menyelesaikan kegiatan menganyam saat pembelajaran berakhir dan setelah

pembelajaran berakhir. Peningkatan terjadi lagi di Siklus II menjadi 91,11%

yang mengalami peningkatkan sebesar 35,55%, hal ini karena pada siklus II

ini anak sudah terbiasa dengan kegiatan menganyam sehingga aspek

kecepatan anak mengalami peningkatan.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri

dari 2 siklus setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Langkah-langkah setiap

siklus yaitu perencenaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus II

merupakan langkah yang diambil untuk memperbaiki Siklus I sehingga dapat

diperoleh indikator keberhasilan sebesar 80%. Setiap permasalahan yang muncul

diperbaiki sehingga mencapai target yang diharapkan. Hasil yang diperoleh

menggunakan lembar observasi berupa checklist (√) dan hasilnya untuk

mengetahui peningkatan motoric halus anak disetiap pertemuan. Lembar

observasi ini untuk mengamati keterampilan motoric halus anak.

Keterampilan motoric halus dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan

seperti membentuk atau memanipulasi dari kertas/lilin/andonan, mewarnai,

menempel, memalu, menggunting, menrangkai benda dengan benang

(menganyam), memotong, menjiplak bentuk (Sumantri, 2005:145). Menganyam

adalah kegiatan merangkai yang dilakukan dengan menyusun bagian-bagian

yang menggunakan kertas, kegiatan ini akan melatih koordinasi mata dan jari

tangan. Selain itu, menganyam dapat melatih kreatifitas anak, menganyam juga

dapat meningkatkan perhatian dan konsentrasi.


Peneliti memilih menganyam dengan menggunakan bahan kertas karena

kertas mudah dikerjakan sehingga memungkinkan berkreasi menggunakan apa

saja yang diinginkan. Kertas dengan sifatnya yang mudah dibentuk, lunak dan

elastis dapat digunakan untuk barang-barang kerajinan. Selain itu kertas tidak

beracun, bisa diwarnai, bentuk yang dihasilkan bisa tahan lama dan bisa didaur

ulang kembali tanpa melalui proses pembakaran tetapi hanya melalui proses

pengeringan dan saat pembelajaran berlangsung pendidik dapat membentuk

kertas yang disesuaikan dengan tema pada hari itu sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai (Nanang Subarnas, 2006:73).

Berdasarkan observasi pratindakan yang dilakukan oleh peneliti

keterampilan motoric halus anak dalam hal kegiatan menganyam, masih rendah.

Hanya beberapa anak saja yang memenuhi kriteria kecepatan dan kecermatan.

Terdapat 3 anak atau 20% dari 15 yang memenuhi kriteria sangat baik hal

tersebut diperoleh karena anak dapat menganyam membentuk (kalung dan tikar),

3 anak atau 20% dari 15 anak memenuhi kriteria baik, 7 anak atau 46,67% dari

15 anak memenuhi kriteria cukup dan 2 anak 13,33% dari 15 anak memperoleh

kriteria kurang, hal ini diperoleh karena anak belum dapat menyelesaikan

kegiatan sebelum pembelajaran berakhir dan belum dapat menganyam. Alat

permainan edukatif kurang beragam atau bervariasi, pembelajaran yang

monoton, belum digunakan media dari bahan kertas untuk kegiatan menganyam.

Bertumpu pada data tersebut, keterampilan motoric halus melalui kegiatan

menganyam perlu ditingkatkan.

Penelitian ini sesuai dengan rencana yang telah dibuat oleh peneliti dan guru

kelas. Pada setiap akhir tindakan ada diskusi terkait dengan hasil pengamatan

yang dilakukan. Setelah dilakukan pengamatan kemudian direfleksikan untuk

tindakan selanjutnya kemudian ditarik kesimpulan. Berdasarkan hasil refleksi

tindakan pada Siklus I meningkat yaitu sebanyak 3 anak atau 20,00% dari 15
anak mendapat kriteria sangat baik, dan mengalami peningkatan pada kriteria

baik sebanyak 8 anak atau 53,33% dari 15 anak dan 4 anak atau 26,67% dari 15

anak mendapat kriteria cukup. Refleksi pada Siklus I untuk diperbaiki di Siklus II

antara lain: penjelasan langkah-langkah dalam menganyam lebih diperjelas

dengan guru mendemonstrasikan cara menganyam sampai selesai.

Menurut Hurlock (1978:167) memotivasi anak saat belajar penting untuk

mempertahankan minat dari ketertinggalan. Sumber motivasi umum adalah

kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan tersebut, kemandirian dan

gengsi yang diperoleh dari kelompok sebayanya, serta kompensasi terhadapt

perasan kurang mampu dalam bidang lain khususnya dalam tugas Sekolah. Guru

dalam memotivasi anak dilakukan dengan cara memberikan pujian atas

usahanya.

Setelah dilakukan tindakan di Siklus II terjadi peningkatan lagi menjadi 12

anak atau 80,00% dari 15 anak memperoleh kriteria sangat baik dan 3 anak atau

20,00% dari 15 anak memperoleh kriteria baik. Untuk mengetahui peningkatan

keterampilan motoric halus tiap anak dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Observasi Pratindakan, Siklus I dan

Siklus II Tiap Anak

Pada table diatas menujukkan bahwa tiap anak mengalami peningkatan

keterampilan motoric halus. Bahkan ada yang mencapai kriteria sangat baik

(100,00%).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Rekapitulasi Data Perbandingan Persentase Peningkatan Keterampilan Motorik

Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Sebelum Tindakan, Pelaksanaan

Siklus I dan Pelaksanaan Siklus II

Pada table diatas menunjukkan rekapitulasi hasil observasi pratindakan,

siklus I dan Siklus II peningkatan keterampilan menganyam. Aspek kecerata

pada pratindakan sebesar 73,33% dengan kriteria cukup. Hal ini dikarenakan

sebagian anak masih belum bisa menganyam. Pada siklus I sebesar 97,78% atau

meningkat 24,45% dengan kriteria sangat baik. Pada siklus II sebesar 100,00%

atau meningkat 2,22% dengan kriteria sangat baik.

Aspek kecepatan pada pratindakan sebesar 44,44% hal ini terjadi karena

masih banyak anak yang selesai menganyam setelah pembelajaran berakhir,

meningkat pada Siklus I sebesar 55,56% yang mengalami kenaikan sebesar

11,12%. Terjadi peningkatan dari pratindakan ke Siklus I karena sebagian besar

anak sudah mengalami peningkatan dalam menyelesaikan anyaman sebelum jam

pembelajaran berakhir tetapi masih ada sebagian anak yang menyelesaikan

kegiatan menganyam saat pembelajaran berakhir dan setelah pembelajaran

berakhir. Peningkatan terjadi lagi di Siklus II menjadi 91,11% yang mengalami

peningkatan sebesar 35,55%, hal ini karena pada siklus ini anak sudah terbiasa

dengan kegiatan menganyam sehingga aspek kecepatan anak mengalami

peningkatan.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan diatas

maka dalam usaha untuk meningkatkan motoric halus anak usia dini dengan
menggunakan kertas melalui kegiatan menganyam adanya saran-saran sebagai

berikut:

1. Guru hendaknya melakukan pendekatan dan pendampingan untuk anak.

2. Mengoptimalkan pembelajaran menganyam menggunakan kertas dengan

berbagai bentuk sesuai tema agar anak tidak bosan dan antusias.

3. Bagi guru dana tau calon guru yang ingin melanjutkan penelitian ini,

namun menggunakan subjek yang usianya 3-4. Untuk mengetahui

apakah ada perbedaan hasil penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai