Anda di halaman 1dari 4

DISKUSI PERTEMUAN III

Nama : VANNY REHULINA SEMBIRING

Nim : 859884607

Tutor : Masniwati Br. Ginting, S.Psi, M.Psi

Mata Kuliah : Metode Pengembangan Fisik/PAUD4202

Kegiatan : Menempel guntingan kertas origami ke dalam gambar BINTANG LAUT


Salam Sejahtera, saya akan menceritakan pengalaman saya sebagai pendidik tentang
perkembangan gerak motorik halus anak Usia Dini dengan mengamati kegiatan pembelajaran
gerak motorik halus seperti meronce. Meronce adalah membuat hiasan atau kerajinan dengan
cara menata atau menyusun bagian-bagian bahan yang berlubang atau sengaja dilubangi dan
disusun menjadi satu memakai bantuan alat rangkai berupa seutas tali atau benang. Namun
sebelum saya menceritakan pengalaman saya, teori yang menjelaskan dasar yang
mempengaruhi kemampuan Gerakan motorik halus anak.

Menurut (Escolano-Pérez et al., 2020) menyatakan “Motor development is an inseparable


component of cognitive development. So, to develop the mind, it is necessary to work the
body” ini menegaskan bahwa perkembangan motorik merupakan komponen yang tidak
terpisahkan dari perkembangan kognitif. Jadi, untuk mengembangkan pikiran, diperlukan
kerja tubuh dimana beragam teori perkembangan. Banyak penulis telah menyoroti hubungan
yang ada antara motor dan perkembangan kognitif sebagai hal yang sangat berkaitan.

Menurut (Sujiono et al., 2016) menegaskan bahwa keterampilan anak terkait motorik akan
berkembang sejalan kematangan syaraf dan otot dimana berbagai bagian dan sistem dalam
tubuh dikontrol oleh otak. Bersamaan dengan hal tersebut, otak akan secara terus menerus
mengolah beragam informasi yang masuk. Sehingga anak akan memiliki ragam gerakan dan
memunculkan perilaku yang cepat bereaksi dari beragam gerakan yang dilakukan. Meskipun
sebenarnya ada faktor lain yaitu genetik, gizi, pola pengasuhan orang tua yang memiliki
ragam budaya sebagai latar belakang. Beberapa hal yang mempengaruhi perkembangan
motorik anak bisa jadi menjadi penghambat. Tetapi stimulasi yang diberikan juga akan
mempengaruhi capaian anak berebda satu sama lain.

Elizabeth B Hurlock (1978: 159) menyatakan bahwa perkembangan motorik diartikan


sebagai perkembangan dari unsur kematangan pengendalian gerak tubuh dan otak sebagai
pusat gerak. Gerak ini secara jelas dibedakan menjadi gerak kasar dan halus.

Menurut Emdang Rini Sukamti (200:15) bahwa perkembangan motorik adalah sesuatu proses
kemasakan atau gerak yang langsung melibatkan otot-otot untuk bergerak dan proses
pensyarafan yang menjadi seseorang mampu menggerakkan dan proses persyarafan yang
menjadikan seseorang mampu menggerakan tubuhnya.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik merupakan
perubahan keterampilan motorik dari lahir sampai umur lima tahun yang melibatkan berbagai
aspek perilaku dan keterampilan motorik.

Keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan motorik halus yang
merupakan keterampilan yang memerlukan control dari otot kecil dari tubuh untuk mencapai
tujuan dari keterampilan. Secara umum keterampilan motorik halus meliputi koordinasi mata
dan tangan keterampilan ini membutuhkan kecermatan yang tinggi. contoh motori halus
adalah: Meronce,melukis, menjahit, mengancingkan baju dan lain sebagainya.

Gerakan motorik halus mempunyai peranan yang sangat penting, motorik halus adalah
gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot
kecil saja. Oleh karena itu gerakan didalam motorik halus tidak membutuhkan tenaga akan
tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta teliti. ( Depdiknas:2007:1)

Menurut Dini P dan Daeng Sari (1996:72), motorik halus adalah aktivitas motorik yang
melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus gerakan ini menuntut koordinasi mata dan
tangan serta pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya melakukan ketepatan dan
kecermatan dalam gerak.

Kuhlen dan Thomson, mengemukakan perkembangan fisik individu meliputi 4 (empat) aspek
yaitu:

1. Sistem syaraf, yang sangat berpengaruh pada aspek kognitif dan emosinya
2. Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan
motoriknya
3. Kelenjar endogrin yang menyebabkan munculnya pola-pola perilaku baru
4. Struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proporsi.

Pendapat Fitts & Possner, proses mempelajari keterampilan motorik dinyatakan sebagai
proses belajar yang mengikuti tahapan pembelajaran yaitu:
1. Tahap kognitif (Cognitive Phase): anak akan berkonsentrasi pada melakukan suatu
keterampilan, berfokus menemukan apa yang harus dilakukan, belajar mencoba
berbagai cara dalam memecahkan masalah (problem solving)

2. Tahap asosiatif (Associative Phase): anak akan mendeteksi dan memperbaiki


kesalahan penampilan atau kinerjanya dimana ada umpan balik dan instruksi yang
lebih tepat agar berfokus pada aspek-aspek gerakan dalam rangka perbaikan
3. Tahap otomatisasi (Autonomous Phase); anak mencapai tahapan latihan intensif,
berkonsentrasi pada keterampilan dan mampu melakukan meskipun kesalahan kecil
kadang terjadi tetapi sudah bisa mendeteksi dan mengoreksi agar proses belajar
mencapai keterampilan motorik optimal.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, saya sebagai pendidik sangat bangga dapat mendidik
anak usia dini dimasa perkembangan mereka, khususnya dalam mengajarkan atau melatih
motori halus anak didik seperti meronce. Dalam kegiatan ini ada banyak pengalaman yang
saya temukan dan ini sangat menyenangkan.

Salah satu bentuk kegiatan yang dapat melatih kemampuan kreativitas anak adalah melalui
kegiatan kolase. Kolase adalah kegiatan karya seni rupa yang dibuat dengan cara menempel
bahan-bahan ke dalam satu komposisi yang serasi sehingga menjadi satu kesatuan karya yang
indah dan memiliki nilai seni. Kolase memiliki manfaat bagi perkembangan peserta didik,
diantaranya melatih kemamuan motorik halus, melatih koordinasi mata dan tangan untuk
melakukan kegiatan yang rumit, meningkatkan kreativitas meningkatakan konsentrasi dan
kesabaran, melatih kemampuan mengenal warna dan bentuk, melatih kemampuan dalam
memcahkan masalah, mengasah kecerdasan spasial, melatih ketekunan dan melatih rasa
percaya diri anak.
Kolase juga membantu meningkatkan kemampuan berbahasa anak dan melatih kepekaan
estetis serta membangun rasa kepedulian terhadap lingkungan dengan menggunakan bahan-
bahan yang berasal dari benda-benda yang sudah tidak terpakai, seperti kertas bekas, bungkus
bekas, daun kering dsb.
Dengan kegiatan kolase diharapkan anak dapat mengeksplor keterampilan yang dimiliki serta
dapat membuat anak lebih bersemangat dan tidak monoton dalam kegiatan pembelajaran.
kolase juga dapat membuat motorik halus anak berkembang , dapat melatih ketekunan serta
ketertiban dan kepercayaan diri anak.
Biasanya anak lebih suka kegiatan yang bervariasi yang tidak monoton yang menjadikan
anak lebih aktif dan bersemangat lagi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Kolase juga harus
disesuaikan dengan minat anak tidak boleh dipaksa.

Anda mungkin juga menyukai