Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Pada dasarnya, kemampuan bergerak dan mengontrol gerakan itu dimulai
sejak seorang bayi dilahirkan dan terus akan berkembang sepanjang hidupnya.
Namun yang perlu kita pahami adalah sebagian dari gerakan tersebut ada yang
diperoleh secara alami dan sebagian lagi perlu dipelajari. Beberapa anak dapat
mempelajarinya dengan mudah namun sebagian anak mengalami hambatan
dalam mempelajari gerak motorik yang membutuhkan keterampilan. Sangatlah
penting bagi orang tua untuk mengenali perkembangan motorik normal dalam
pertumbuhan anak untuk menetapkan harapan yang realistis terhadap anak,
lebih menghargai usaha yang dilakukan sang anak dalam mengatasi masalah-
masalah yang dihadapinya.
Di dalam suatu perkembangan, keadaan fisik motorik seorang anak memang
sangat menjadi perhatian dan menjadi suatu pembahasan, sebab proses tumbuh
kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang.

Istilah perkembangan (development) dalam psikologi merupakan
sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks. Di dalamnya terkandung
banyak dimensi. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami konsep
perkembangan, perlu terlebih dahulu memahami beberapa konsep lain
yang terkandung di dalamnya, diantaranya adalah pertumbuhan,
kematangan, dan perubahan.
Pengertian perkembangan menurut Santrock adalah pola perubahan yang
dimulai dari masa pembuahan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan.
1

Menurut Monks dkk, mengartikan perkembangan sebagai suatu proses
ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat terulang kembali.
Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak
dapat diputar kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai
proses yang kekal dan tetap menuju ke arah suatu organisasi pada
tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan,

1
Santrock, J. W., Life-span development 13th editon, terj. Benedictine Widyasinta, (Jakarta:
Erlangga,2012), hlm. 20
pematangan, dan belajar.
2
Motorik dapat di definisikan sebagai suatu peristiwa
laten yang meliputi keseluruhan proses-proses pengendalian dan pengaturan fungsi-
fungsi organ tubuh, baik secara fisiologis maupun secara psikis yang menyebabkan
terjadinya suatu gerakan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Perkembangan Motorik
Elizabeth B.Hurlock mengemukakan bahwa perkembangan
motorik anak adalah suatu proses kematangan yang berhubungan
dengan aspek deferensial bentuk atau fungsi termasuk perubahan
sosial emosional. Proses motorik adalah gerakan yang langsung
melibatkan otot untuk bergerak dan proses persyaratan yang
menjadikan seseorang mampu menggerakkan anggota tubuhnya
(tangan, kaki, dan anggota tubuhnya)
3
. Perkembangan motorik adalah
perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan
pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1978).
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik adalah proses
perubahan kemampuan gerak secara bertahap, berkesinambungan dan
sejalan dengan bertambahnya usia maka akan meningkat pula
kemampuan gerak akibat dari pengalaman gerak yang diperoleh. Dari
pengalaman tersebut terjadi perubahan dan perkembangan gerak dari
keadaan sederhana, tidak terorganisasi, tidak terampil menjadi terampil,
menuju kemampuan yang lebih kompleks dan terorganisasi dengan baik
serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan gerak dalam kehidupan
sehari-hari.
Motorik adalah sesuatu yang berkenaan dengan penggerak
(Kamus Besar Bahasa Indonesia : 538). Perkembangan fisik sangat
berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik

2
F.J. Monks A.M.P Knoers, Ontwikkelings Psychology, terj. Siti Rahayu Haditono, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2006), cet. 16, hlm. 1
3
Hurlock, Elizabeth B, Perkembangan Anak Jilid,.(Jakarta: Erlangga, 1998) hlm. 39
merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan
yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan
secara genetis atau kematangan fisik anak, Motor development comes
about through the unfolding of a genetic plan or maturation (Gesell, dalam
Santrock, 2007 : 58). Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa
langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum
tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak. Fisik atau
tubuh manusia merupakan organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan).
Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik
anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen &
whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun
kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di
lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan
menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan
motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak
melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan
dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut
memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk
mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan
apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
.to develop motor skill, infants must perceive something in the
environment that motivates them to act and use their perceptions to
fine-tune their movement. Motor skills represent solutions to the infants
goal.
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi
untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan
motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari
banyak faktor, yaitu perkembangan sistem syaraf, kemampuan fisik yang
memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang
memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung
pemerolehan kemampuan motorik.
Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan
motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart,
1982 (Petterson 1996) menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan
erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik
yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai
teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang
dilakukan Ellerman, 1980 bahwa kemampuan motorik yang baik
berhubungan erat dengan self-esteem. (Sumantri, 2005: 25)
Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang komples
dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode
prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf,
2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi
empat aspek, yaitu (1) system syaraf yang sangat mempengaruhi
perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang
mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3)
kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah
laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk
aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas
lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan
proposi.
Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang
yang perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit, ada
juga yang tidak seperti orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender
pun memiliki pengaruh dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Sherman
(1973 : 31) yang menyatakan bahwa anak perempuan pada usia emas
kelenturan fisiknya 5 %- 10 % lebih baik dari pada anak laki-laki, tapi
kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih
tinggi pada anak laki-laki dari pada perempuan.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa
pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan
individu dipaparkan oleh Hurlock (1996 : 54) sebagai berikut:
1) Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya
dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang
dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan
menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2) Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari
kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya,
ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke
tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan
menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3) Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia
kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis,
menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
4) Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak
dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan
yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan
teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak
yang fringer (terpinggirkan)
5) Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi
perkembangan self-concept atau kepribadian anak.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak.
Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak.
Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur
otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan
motorik anak.
Menurut Sujiono (1997 : 1.1 ) bahwa motorik adalah semua gerakan
yang mungkin dapatkan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan
motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur-unsur
kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini
erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Oleh sebab
itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apa pun,
sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai
bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak. J adi, otaklah yang
berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan
mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.

Jeni s Perkembangan Motorik
Menurut Magill Richard A, (1989:11) adalah berdasarkan kecermatan
dalam melakukan gerakan keterampilan dibagi menjadi dua yaitu
keterampilan motorik kasar (gross motor skill) dan keterampilan motorik
halus ( fine motor skill).
1) Keterampilan Motorik Kasar (gross motor skill)
Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan
keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan
menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh
tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya
kemampuan duduk, menendang, meraih, melempar, berlari, naik-turun
tangga dan sebagainya.
Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda,
ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat
(genetik), lingkungan (gizi dan cara perawatan kesehatan), dan
konvergensi (perpaduan antara bakat dan lingkungan). Oleh sebab itu
perlakuan terhadap anak tidak dapat disamaratakan, sebaiknya dengan
mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak
(Diktentis Diklusepa, 2003 : 8).
Prinsip Perkembangan Motorik kasar
Hurlock (1998 : 151-153) menyatakan dari beberapa studi
perkembangan motorik yang diamatinya, ada lima prinsip perkembangan
motorik kasar. Adapun lima prinsip perkembangan motorik kasar yaitu :
a. Perkembangan motorik kasar bergantung pada kematangan otot dan
syaraf.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah
yang mengatur setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin
matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot,
semakin baik kemampuan motorik anak. Hal ini juga didukung oleh
kekuatan otot anak yang baik.
b. Perkembangan yang berlangsung terus menerus.
Perkembangan motorik berlangsung secara terus menerus sejak
pembuahan. Urutan perkembangan cephalocaudal dapat dilihat pada
masa awal bayi, pengendalian gerakan lebih banyak di daerah
kepala. Saat perkembangan syaraf semakin baik, pengendalian
gerakan dikendalikan oleh batang tubuh kemudian di daerah kaki.
Perkembangan secara proximodistal dimulai dari gerakan sendi utama
sampai gerakan bagian tubuh terpencil. Misal bayi menggunakan bahu
dan siku dalam bergerak sebelum menggunakan pergelangan tangan dan
jari tangan.
c. Perkembangan motorik memiliki pola yang dapat diramalkan.
Perkembangan motorik dapat diramalkan ditunjukkan dengan bukti
bahwa usia ketika anak mulai berjalan konsisten dengan laju
perkembangan keseluruhannya. Misalnya, anak yang duduknya lebih
awal akan berjalan lebih awal ketimbang anak yang duduknya
terlambat. Breckenridge dan Vincent menyatakan cara yang cukup
teliti untuk memperkirakan pada umur berapa anak akan mulai
berjalan yakni dengan mengalikan umur anak mulai merangkak
dengan 1,5 atau dengan mengalikan umur anak mulai duduk dengan 2.
d. Reflek primitif akan hilang dan digantikan dengan gerakan yang
disadari.
Reflek primitif ialah gerakan yang tidak disadari, berlangsung
secara otomatis dan pada usia tertentu harus sudah hilang karena
dapat menghambat gerakan yang disadari.
e. Urutan perkembangan pada anak sama tetapi kecepatannya berbeda.
Tahap perkembangan motorik setiap anak sama. Akan tetapi kondisi
bawaan dan lingkungan mempengaruhi kecepatan perkembangannya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut
Soetjiningsih (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh
kembang anak antara lain:
a. Motivasi belajar anak
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan
lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah
yang tidak terlalu jauh, buku-buku, suasana yang tenang serta sarana
lainnya
b. Pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu memegang peranan penting di dalam memberikan
stimulasi kepada anak. Hal ini dikarenakan pada usia anak-anak
sangat membutuhkan perhatian yang cukup untuk membantu
perkembangan yang optimal.
c. Stimulasi ibu
Karena pada anak usia prasekolah sangat peka terhadap semua
input/masukkan yang berasal dari lingkungan luar.
d. Kelompok sebaya
Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan
teman sebaya. Tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan
untuk memantau dengan siapa anak tersebut bergaul. Khususnya
bagi remaja,
aspek lingkungan teman sebaya menjadi sangat penting dengan
makin meningkatnya kasus-kasus penyalahgunaan obat-obat dan
narkotika.
e. Cinta dan kasih sayang
Salah satu hak anak untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih
sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya agar menjadi anak
yang tidak sombong dan dapat memberi kasih sayangnya pula
kepada sesamanya.
f. J umlah saudara
J umlah anak yang banyak pada keluarga yang kadaan sosial
ekonominya cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan
kasih sayang yang diterima anak. Lebih-lebih kalau jarak anak terlau
dekat. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan social ekonomi
yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain
kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan
primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun tidak
terpenuhi. Oleh karena itu keluarga berencana tetap diperlukan.
g. Ganjaran atau hukuman
Anak yang berbuat benar maka semestinya kita memberi ganjaran,
misalnya ciuman, pujian, belaian, tepuk tangan dan sebagainya.
Ganjaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak
untuk mengulangi tingkah lakunya.
h. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya proses bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan
memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang
baik akan menghambat.
i. Stabilitas rumah tangga
Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga mempengaruhi kembang
anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang
harmonis, dibandingkan dengan keluarga yang kurang harmonis.
j. Pendapatan ibu
Pendapatan keluarga yang memadahi akan menunjang tumbuh
kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder.
k. Tingkat gizi
Makanan memegang peran penting dalam tumbuh kembang anak,
dimana kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa,
karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan,
dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga.
Jeni s - Jenis Motorik Kasar
Motorik kasar mencakup gerakan otot-otot besar seperti otot
tungkai dan lengan. Adapun jenis perkembangan motorik kasar
menurut Sumantri (2005: 26) pada anak adalah:
(1) Menangkap sesuatu
(2) Meraih sebuah benda
(3) Berjalan
(4) Melompat
(5) Memainkan jari-jari
(6) Melempar benda
(7) Meremas-remas kertas
(8) Menirukan sesuatu berjalan
(9) Duduk
(10) Berlari
(11) Menendang sesuatu
(12) Naik dan turun tangga
(13) Merangkak
(14) Memukul
(15) Mengayunkan tangan
(16) Berguling ke kanan dan ke kiri

3. Keterampilan Motorik Halus (fine motor skill)
Menurut Sumantri (2005: 143) Keterampilan motorik halus adalah
pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan
yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan,
keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek
yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain.
Berpijak dari konsep tersebut Hurlock (2000:150) menyatakan
bahwa motorik halus sebagai pengendalian koordinasi yang lebih baik
yang melibatkan kelompok otot yang lebih untuk menggenggam,
melempar dan menangkap bola. Pendapat lain yang dikemukakan oleh
Astati (1995 : 4) bahwa motorik halus adalah gerak yang hanya
menggunakan otot-otot tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil
yang membutuhkan koordinasi gerak dan daya konsentrasi yang baik.
Berdasarkan kutipan-kutipan diatas, maka pengertian motorik halus
adalah pengorganisasian penggunaan otot-otot kecil seperti jari-jemari
dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan koordinasi mata dan
tangan.

Prinsip Dalam Pengembangan Motorik Halus
Untuk mengembangkan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun di Taman
kanak-kanak agar berkembang secara optimal, maka perlu
memperhatikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Depdiknas, (2007:
13), sebagai berikut :
a. Memberikan kebebasan untuk berekspresi pada anak. Depdiknas,
(2007: 13)
b. Melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar
dapat merangsang anak untuk berkreatif.
c. Memberikan bimbingan kepada anak untuk menentuksn teknik/cara
yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media
d. Menumbuhkan keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang dapat
merusak keberanian dan perkembangan anak.
e. Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf
perkembangannya.
f. Memberikan rasa gembira dan menciptakn suasana yang
menyenangkan pada anak.
g. Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan.
Jeni s Jeni s Motorik Halus
Persiapan dan alat-alatnya pun sangat mudah didapatkan di sekitar
kita bahkan itu adalah sesuatu yang tanpa kita sadari bisa dijadikan
sebagai sebuah pembelajaran buat si anak. Adapun aktivitas-aktivitas
yang bisa dilakukan adalah:
1. Senam Tangan
Kegiatan membuka dan menutup tangan secara
berulang-ulang disertai dengan nyanyian adalah sesuatu yang sangat
disenangi oleh si anak dan ini adalah sebuah pemanasan awal buat anak
sebelum dia melakukan aktivitas menulisnya. Cara ini digunakan untuk
melenturkan otot-otot tangan agar si anak mudah melakukan gerakan-
gerakan yang lebih rumit.
2. Menggunting Kertas
Kegiatan ini sangat baik sekali karena melatih otot-otot tangan,
usahakan posisi dalam memegang gunting tepat karena kegiatan
memegang dan menggerakkan gunting sama halnya dengan menulis,
maka jikalau salah maka akan berpengaruh dengan cara anak menulis.
3. Menempel
Menempel adalah kegiatan yang melibatkan visual, imajinasi dan
motorik halus anak. Cobalah dengan gambar yang lebih sederhana
seperti gambar sebuah mobil kemudian anak disuruh menempel pada
bidang kertas yang kosong. Setelah anak mulai terbiasa dengan hal
ini maka naiklah tingkat kesulitan tempelan dengan cara membuat
gambar kemudian si anak menempel pada kertas yang sebelumnya
sudah diberikan pola yang sama dengan gambar yang akan
ditempel.
4. Meronce
Untuk kegiatan meronce bahan yang digunakan pun lebih murah
dan bervariasi. Contohnya saja sedotan yang banyak sekali kita
temui di toko-toko atapun warung-warung. Sedotan dipotong kecil-kecil
kemudian potongan tersebut dimasukkan ke dalam sebuah benang
maka terbentuklah sebuah kalung bertahtah plastik atapun gelang
dan cincin. Bahan tidak mesti dengan sedotan, kertas origami pun
bisa yaitu dengan cara kertas origami digunting bulat-bulat kemudian
tengahnya diberi bolongan (memakai pembolong kertas) lalu
dimasukkan ke dalam benang atau lidi. Kegiatan meronce sangat
berpengaruh terhadap konsentrasi anak dan juga anak memegang
benang/lidi untuk dimasukkan ke dalam sedotan atau kertas sama dengan
ketika anak memegang pensil untuk menulis.
5. Menyambung titik-titik
Kegiatan menyambung titik-titik ini mengajarkan kepada anak
untuk melatih kekuatan tangan, ketelitian, konsentrasi dan kesabaran,
untuk anak yang masih belajar maka jangan terlalu memaksakan
untuk mendapatkan hasil yang baik tapi teruslah berikan dia latihan
dan semangat agar dia bisa menyelesaikan dengan baik.
6. Melipat kertas
Melipat kertas dengan menggunakan kertas origami adalah
sesuatu yang sangat menyenangkan bagi anak karena bisa dibuat
apa saja, mulailah dengan kegiatan melipat yang sederhana seperti
melipat bentuk segitiga, segiempat kemudian ke bentuk yang agak sulit.
Yang dilatih dari kegiatan melipat ini adalah bagaimana anak menekan
lipatan-lipatan itu karena kegiatan ini akan memperkuat otot-otot telapak
dan jari tangan anak.
Plastisin
Plastisin sering dipakai dalam kegiatan mengasah keterampilan
motorik dan kreatifitas karena bahannya yang lunak dan liat serta
berwarna warni sangatlah cocok untuk anak. Selain mudah dibentuk,
tekstur plastisin yang khas memberi stimulasi tersendiri terhadap saraf-
saraf di ujung jemari si kecil. Buatlah yang sederhana contohnya bola,
mie dan lain-lain. Plastisin juga sangat bagus untuk terapi bagi anak
yang mengalami permasalahan temperamen keras karena leturnya
bahan ini sehingga anak harus ekstra hati-hati agar bentuk yang
diinginkan sesuai dengan keinginan.
Faktor Yang Mempengaruhi Motorik Halus
Motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna
perlu dilakukan stimulasi yang terarah dan terpadu. Adapun faktor yang
mempengaruhi perkembangan motorik halus anak diantaranya
menurut Hurlock (2000:154) faktor yang mempengaruhi perkembangan
motorik adalah sifat dasar genetik termasuk bentuk tubuh dan
kecerdasan sehingga anak yang IQ tinggi menunjukkan
perkembangan motoriknya lebih cepat dibandingkan dengan anak
normal atau di bawah normal. Adanya dorongan atau rangsangan
untuk menggerakkan semua kegiatan tubuhnya akan mempercepat
perkembangan motorik anak.
Rumini dan Sundari (2004:24-26) mengemukakan bahwa faktor
faktor yang mempercepat atau memperlambat perkembangan motorik
halus atara lain :
a. Faktor Genetik
Individu mempunyai beberapa faktor keturunan yang dapat
menunjang perkembangan motorik misal otot kuat, syaraf baik, dan
kecerdasan yang menyebabkan perkembangan motorik individu tersebut
menjadi baik dan cepat.
b. Faktor kesehatan pada periode prenatal
J anin yang selama dalam kandungan dalam keadaan sehat, tidak
keracunan, tidak kekurangan gizi, tidak kekurangan vitamin dapat
membantu memperlancar perkembangan motorik anak.
c. Faktor kesulitan dalam melahirkan
Faktor kesulitan dalam melahirkan misalnya dalam perjalanan
kelahiran dengan menggunakan bantuan alat vacuum, tang, sehingga
bayi mengalami kerusakan otak dan akan memperlambat perkembangan
motorik bayi.
d. Kesehatan dan gizi
Kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca
melahirkan akan mempercepat perkembangan motorik bayi.
e. Rangsangan
Adanya rangsangan, bimbingan dan kesempatan anak untuk
menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan
motorik bayi.
f. Perlindungan
Perlindungan yang berlebihan sehingga anak tidak ada waktu untuk
bergerak misalnya anak hanya digendong terus, ingin naik tangga tidak
boleh dan akan menghambat perkembangan motorik anak.
g. Prematur
Kelahiran sebelum masanya disebut premature biasanya akan
memperlambat perkembangan motorik anak.
h. Kelainan
Individu yang mengalami kelainan baik fisik maupun psikis, social,
mental biasanya akan mengalami hambatan dalam perkembangannya.
i. Kebudayaan
Peraturan daerah setempat dapat mempengaruhi perkembangan
motorik anak misalnya ada daerah yang tidak mengizinkan anak putri naik
sepeda maka tidak akan diberi pelajaran naik sepeda roda tiga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang menggunakan
strategi/metode baru yang dihasilkan dari penemuannya sendiri atau
menerapkan metode baru yang ditemukan oleh para pakar dan didesain
sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang
kondusif.
Pembelajaran Inovatif bertujuan untuk merubah kebiasaan mengajar
guru yang monoton menjadi lebih kreatif agar mampu meningkatkan
gairah belajar siswa. Sedangkan bagi siswa, pembelajaran inovatif
ditujukan untuk merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
Guru dapat menggunakan berbagai strategi pengimplementasian
pembelajaran inovatif diantaranya seperti penguasaan teori, materi dan
bahan ajar serta pemahaman kondisi kelas guna meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Model pembelajaran inovatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang patut dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran yang mengacu pada teori konstruktifisme yang dibangun
dari siswa dalam belajar dan berinteraksi dengan lingkungan belajarnya.
Berbagai macam pembelajaran inovatif seperti permainan mendidik
dengan berpasangan maupun kelompok sangat cocok diterapkan bagi
anak SD.


B. Saran
Penulis mengharapkan agar pembaca juga mampu menerapkannya
dalam pelaksanaan proses pembelajaran langsung di kelas, karena model
pembelajaran inovatif merupakan model yang sangat dianjurkan oleh
banyak kalangan guna meningkatkan pola konstruktif berbagai aspek
perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor yang
seimbang. Dengan berbagai kekurangan, penulis juga menghimbau
kepada pembaca agar tetap berusaha mencari referensi lain baik dari
makalah lain, buku, maupun dari internet tentang materi atau hal yang
berkaitan dengan model pembelajaran yang baik bagi pembelajaran.
Dengan rendah hati, penulis juga selalu mengharapkan kritik dan saran
yang menunjang kesempurnaan makalah ini dari setiap pembaca, atas
partisipasinya, penulis mengucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih. 2002.Tumbuh Kembang Anak. Cetakan II. Jakarta:Kedokteran EGC
Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.
Jakarta: Hal 11
Depdiknas Hal: 10,143
Monks, F.J., Knoers, A.M.J., & Haditono, S.R. (1992). Psikologi perkembangan
pengantar berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Hal:1
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta:
Erlangga Hurlock,1978:54, 150-153
Santrock, John W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:
Erlangga Hal:216, 58-Gesell
Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.
Jakarta:
Depdiknas Hal: 10,143
Sujiono, Nuraini Yuliani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan AUD. Jakarta: Idektif Hal: 14
Yusuf, H.S. (2002). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT. Remaja
Rusdakarya. Hal:83,101
Petterson,1996:121,88,106
Rochmah, Elfi Yuliani. 2005. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta :Teras.
Hildayani, Rini. 2005. Materi Pokok Psikologi Perkembangan Anak. J akarta :
Universitas Terbuka.
Sunarto dan B. Agung Hartono. 2002. Perkembangan Peserta Didik.
J akarta:Rineka Cipta
Depdiknas. (2008). Model Pengembangan Motorik Anak Prasekolah.
J akarta:
Bagian Proyek Olahraga Masyarakat, Direktorat Olahraga Masyarakat.
Mussen, Paul Hendry,dkk. 1984. Perkembangan dan Kepribadian Anak. J akarta:
Erlangga
Endang Rini Sukamti. (2007). Diktat Perkembangan Motorik. Yogyakarta: FIK
UNY.
Toho Cholik Mutohir dan Gusril. (2004). Perkembangan Motorik pada Masa
Anak-anak. Jakarta: Depdiknas. Hal:
Andang,2009:93
Sugiyanto dan Sudjarwo. 1992. Perkembangan dan Belajar Gerak.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
Sutapa, Panggung. Pengamatan Skill Motorik dan Fisik dalam Upaya
menjadikan Sosok Manusia Berkualitas. Yogyakarta: FIK
UNY
Kartono, Kartini. 1986. Psikologi Anak, Bandung: Alumni.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Baharuddin. 2009. Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar Ruzz
Media.
Ahmadi, Abu, dan Sholeh, Munawar. 2005. Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

Arend, Richardl. 1997. Classroom Instruksional Management. New York:
The Mc Graw-Hill Company.
Kasdi,S. Dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: University
Press.
Sudiarta. 2010. Makalah Model Pemngembangan Pembelajaran Inovatif

Anda mungkin juga menyukai