Anda di halaman 1dari 52

Program Bina Gerak bagi Anak Tunadaksa

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembentukan kualitas sumber daya manusia yang optimal, baik sehat secara fisik
maupaun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh dan kembang pada usia
dini. Perkembangan anak tundaksa adalah segala perubahan yang terjadi pada anak
yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi,
maupun perkembangan psikososial yang terjadi dalam usia anak (infancy toddlerhood
di usia 0 – 3 tahun, early childhood usia 3 – 6 tahun, dan middle childhood usia 6-11
tahun).
Masing-masing aspek tersebut memiliki tahapan-tahapan sendiri. Pada usia 1 bulan,
misalnya pada aspek motorik kasarnya, anak sudah bisa menggerakkan tangan dan
kakinya. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan
seorang individu. Pada masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa,
baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun psikososial.

Perkembangan anak berlangsung dalam proses yang holistik atau menyeluruh. Karena
itu pemberian stimulasinya pun perlu berlangsung dalam kegiatan yang holistik.
Demikian dalam kaitan dengan kecerdasan motorik anak, tentu saja dipengaruhi oleh
aspek perkembangan yang lainnya, terutama dengan kaitan fisik dan intelektual anak.

Anak-anak tunadaksa mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-


hari, seperti: berjalan, berlari, makan minum, mandi, berpakaian, dan sebagainya.
Demikian pula di sekolah, mereka akan mengalami kesulitan dalam belajar yang
menggunakan gerakan seperti: gerakan menulis, menggambar, berolah raga, dan lain
sebagainya. Anak tunadaksa mengalami gangguan motorik yang dapat diakibatkan
oleh berbagai sebab, antara lain yang sering ditemukan di sekolah adalah akibat
penyakit Polio, Cerebral Palsy, Muscle Dystrophy, amputasi dan lain-lain.

1
Untuk memberikan intervensi pada anak tunadaksa sudah barang tentu sangat
berbeda sesuai dengan jenis kelainannya. Walaupun berbeda, namun intinya bahwa
dalam menangani anak dengan gangguan motorik, hendaknya berpedoman pada
gerakan yang normal. Jadi setiap gerakan yang menyimpang kita arahkan pada pola
gerak normal. Untuk itu sebelum menangani anak dengan gangguan motorik, perlu
dipahami terlebih dulu tentang pola gerakan yang normal.

B. Deskripsi Singkat

Mata Diklat ini membahas tentang konsep dasar bina gerak, jenis-jenis gerak manusia,
bentuk-bentuk latihan gerak, ruang lingkup pmbelajaran gerak bagi anak tunadaksa,
serta berbagai pembelajaran bina gerak bagi anak tunadakaa.

C. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta

 Guru dapat memahami konsep bina gerak


 Guru dapat dapat mengembangkan rancangan kegiatan pembelajaran bina
gerak bagi anak tunadaksa sesuai dengan hambatan gerak yang dialaminya.
.
D. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menerapkan


pembelajaran bina gerak bagi anak tunadaksa.

2. Indikator Keberhasilan
Sebagai guru, peserta diklat diharapkan dapat:
1) Menjelaskan konsep dasar bina gerak;
2) Mempraktekkan pembelajaran bina gerak.

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. KONSEP DASAR BINA GERAK
A. Pengertian Bina Gerak
B. Jenis-jenis Gerak Manusia

2
C. Bentuk-bentuk Latihan Bina Gerak
D. Ruang Lingkup Pembelajaran Gerak bagi Anak Tunadaksa
BAB III. PRINSIP, TEKNIK, DAN PROSEDUR PEMBELAJARAN BINA GERAK PADA
ANAK TUNADAKSA
A. Prinsip Pembelajaran Bina Gerak pada Anak Tunadaksa
B. Teknik Pembelajaran Bina Gerak pada Anak Tunadaksa
C. Prosedur Pembelajaran Bina Gerak pada Anak Tunadaksa
BAB IV. MATERI PEMBELAJARAN BINA GERAK
A. Teknik Permainan Gerak pada Anak Tunadaksa
B. Teknik Terapi Fisik dalam Pembelajaran Bina Gerak pada Anak Tunadaksa
C. Teknik Terapi Psikhis dalam Pembelajaran bina gerak pada Anak Tunadaksa
D. Program Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Bina Gerak bagi Anak
Tunadaksa

F. Petunjuk Belajar

Pertama-tama bacalah semua materi yang ada dalam modul ini dengan cermat, bila
ada yang kurang jelas silahkan tanyakan pada fasiliator yang bersangkutan, kemudian
kerjakan semua evaluasi yang ada.

–Selamat belajar dan semoga sukses-

BAB II
KONSEP BINA GERAK

3
Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta
diharapkan dapat: (1) menjelaskan pengertian bina gerak, (2) Menguraikan
jenis-jenis gerak manusia, (3) Menguraikan bentuk-bentuk latihan gerak dan
(4) menguraikan ruang lingkup pembelajaran gerak bagi anak tunadaksa.

A. Pengertian Bina Gerak

Bina gerak berasal dari kata bina dan gerak, yang berarti segala usaha yang berupa
latihan yang bertujuan mengubah, memperbaiki dan membentuk pola gerak yang
mendekati wajar. Bina gerak merupakan suatu upaya pendidikan dalam bentuk
kegiatan, pengembangan dan latihan dalam mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap bagi anak yang mengalami gangguan motorik untuk
membina gerakannya dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

Adapun pengertian lain dari Bina Gerak adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan
latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus, secara
terencana dan terprogram terhadap individu yang mengalami gangguan pada otot,
sendi, dan atau tulang, sehingga individu tersebut mengalami gangguan dalam
melakukan aktivitas mobilisasi.

Tujuan dari Bina Gerak adalah agar anak mampu:


1. menggerakkan ototnya dengan serasi, sehat dan kuat sehingga mampu melakukan
gerakan sesuai dengan fungsinya.
2. menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mampu mengatasi kesulitan dalam
kehidupan sehari-hari.

Pengertian gerak itu sendiri adalah proses perpindahan dari satu tempat ke tempat
lain untuk mencapai tujuan. Menurut Bergson, 1981 (dalam casmini, 1995), gerak
memerlukan waktu yang dinamis. Karena itu, gerak tidak terlepas dari tujuan yang
hendak dicapai. Bergson adalah seorang ahli filsafat Perancis, yang pada zamannya
telah mengemukakan sifat dinamis dari pada waktu. Menurutnya bahwa hidup

4
merupakan suatu rangkaian yang mengalir dari satu peristiwa ke peristiwa berikutnya,
yakni dari masa lampau ke masa sekarang dan dari masa sekarang bergulir menuju
masa yang akan datang.

Perubahan-perubahan itu akan berjalan secara terus-menerus, begitu pula terhadap


jalan pikiran manusia yang mengikuti perubahan dari suatu masa menuju ke masa
yang lainnya sehingga secara berkesinambungan dapat menciptakan sesuatu yang
baru. Boleh dikatakan bahwa pengertian tentang waktu ini mengandung pengertian
terhadap arti koordinasi dan integrasi.

Stimulasi kinestetik atau gerak diberikan melalui rangsangan gerak tubuh yang
kemudian akan direspon anak dengan gerakan tubuh pula. Stimulasi ini sangat
bermanfaat terutama dalam menumbuhkembangkan potensi kecerdasan anak.
Respon yang ditunjukkan oleh anak merupakan gerakan otot-otot tubuh sebagai akibat
dari adanya perintah dari sel saraf pusat.

Hampir setiap respon gerakan melalui perintah otak. Kecuali gerak refleks tubuh yang
merupakan gerakan spontan otot-otot tubuh tanpa adanya perintah dari otak. Itu
sebabnya, bila rangsangan kinestetik diberikan kepada anak dengan melibatkan
gerakan tubuh, sel-sel otaknya semakin banyak terstimulasi. Ini berarti, seluruh potensi
kecerdasan yang dimiliki anak akan tumbuh dan berkembang.

Pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak seberat 2,5% dari berat otak orang
dewasa. Syaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syaraf belum berkembang dan
berfungsi sesuai perkembangannya. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak,
syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami prosesneurogical
maturation.

Pada anak usia lima tahun syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik
sudah mencapai kematangannya dan menstimuasi berbagai kegiata motorik yang
dilakukan anak secara luas. Otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar seperti
berjalan, berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat apabila
dibandingkan dengan otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, diantaranya

5
menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle, memegang gunting atau
memegang pensil. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut
berkembang dengan pesat, seperti mengisi gelas dengan air, menggambar, mewarnai
dengan tidak keluar garis.

Di usia lima tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat komplek
yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang,
seperti berlari sambil melompat dan mengendarai sepeda.Ketika anak mampu
melakkan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada
motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-
akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar
maupun motorik halus.

Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik yang
ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi dan seiring dengan hal tersebut,
orang tua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang
dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Peluang-peluang ini
tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi peru di
dukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan
motorik kasar dan motorik halus.

Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau


kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of a
genetic plan or maturation (Gesell, 1934 dalam halahan, 1994). Anak usia lima bulan
tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan
umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak.

Teori yang menjelaskan secara detai tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic
System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut
mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus
mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan
sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan

6
motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan
dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin
memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu
bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan
apa yang ditujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.

“…….to develop motor skill, infants must perceive something in the environment
that motivates them to act and use their perceptions to fine-tune their
movement. Motor skills represent solutions to the infant’s goal.”

Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi dimotivasi untuk melakukan
sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan gerak atau motorik yang baru,
kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan
sistem syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan
anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung
pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika sistem
syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak
sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.

Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun
berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982 (Petterson 1996)
menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak
yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan
dia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang
dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang baik
berhubungan erat dengan self-esteem.

Proses terjadinya gerakan pada manusia dimulai dari adanya stimulus (S) yang diterima
oleh reseptor (R) yang terdiri dari panca indera. Dibawa oleh syaraf-syaraf sensorik
menuju ke otak (0). Stimulus tersebut diolah di otak, lalu memberikan balikan melalui
syaraf motorik ke alat-alat gerak (efektor/E) seperti otot, tulang, dan sendi. Sehingga
manusia dapat bergerak.

7
Prinsip-prinsip perkembangan gerak dimulai dari bagian proksimal menuju ke bagian
distal, misalnya kemampuan mengontrol gerakan kepala datang lebih dahulu
dibandingkan dengan kemampuan mengontrol gerakan badan, kemampuan
menggerakkan bahu lebih dahulu dibandingkan gerakan siku dan tangan. Dimulai dari
sikap fleksi menuju sikap ekstensi. Misalnya bayi baru lahir pada posisi telungkup
sendi-sendi dalam keadaan fleksi, punggung melengkung. Umur tiga bulan, kepala
mulai terangkat ke arah ekstensi, pada umur 6 bulan ekstensi telah sampai pada
daerah tubuh.

B. Jenis-jenis Gerak Manusia


Ada dua macam gerak manusia, yaitu gerak yang disadari dan gerakan yang tidak
disadari atau gerak refleks. Gerak yang disadari prosesnya melalui otak, sedangkan
gerak yang tidak disadari prosesnya tidak melalui otak melainkan melalui sumsum
tulang belakang. Dimulai dari adanya stimulus (rangsang): panas, dingin, lapar, silau,
dan sebagainya, diterima oleh reseptor, diteruskan ke sumsum tulang belakang,
menuju ke efektor, terjadilah gerakan yang tidak disadari (gerak refleks).

Terdapat bermacam-macam jenis gerak manusia, diantaranya gerak dasar tubuh, gerak
manipulatif, dan gerak non-manipulatif.

Gerak dasar tubuh dimulai dari gerakan:


1. telentang,
2. miring,
3. tengkurap,
4. berguling,
5. merayap,
6. merangkak,
7. duduk,
8. berdiri,
9. berjalan, dan
10. berlari.

8
Gerakan manipulatif adalah gerak yang memerlukan koordinasi dengan ruang dan
benda di sekitarnya, misalnya:
1. gerakan melempar atau throwing,
2. menangkap atau catching and collecting,
3. menendang atau kicking,
4. memukul atau punting,
5. memantul-mantulkan atau dribbling,
6. melambungkan atau volleying,
7. memukul dengan raket,
8. memukul dengan alat atau pemukul kayu.

Gerakan non-manipulatif adalah gerakan yang dilakukan tanpa menggunakan alat dan
dapat berpindah tempat, contohnya:
1. gerakan membelok atau turning
2. berputar atau twisting
3. mengguling atau rolling
4. mengatur keseimbangan tubuh atau balancing
5. perpindahan tempat atau transferring weight
6. melompat dan mendarat atau jumping and landing,
7. meregangkan atau strectching
8. mengerut atau curting.

Adapun jenis-jenis gerakan menurut pergerakan sendi meliputi:


 Fleksi, yaitu memperkecil sudut diantara dua bagian rangka dalam bidang sagital.
 Ekstensi, yaitu memperbesar sudut diantara dua bagian rangka dalam bidang
sagital.
 Adduksi, yaitu mendekatkan bagian rangka ke bidang tengah badan.
 Abduksi, yaitu menjauhkan bagian rangka dari bidang tengah badan.
 Rotasi, yaitu gerakan sekeliling sumbu panjang suatu bagian rangka (berputar
pada porosnya).
 Sirkumduksi, yaitu gerak melingkar kombinasi dari semua gerak tersebut di atas.

9
Sedangkan jenis gerakan menurut jumlah otot yang bergerak pada garis besarnya
terdiri dari dua, yaitu:
 Gerakan kasar (Gross motor), ialah gerakan yang dilakukan oleh banyak otot.
Misalnya gerakan berjalan, berlari, meloncat, melompat.
 Gerakan halus (Fine motor), ialah gerakan yang dilakukan oleh sedikit otot.
Misalnya gerakan menulis, menggambar, makan, minum.

C. Bentuk-bentuk Latihan Gerak

Ada empat kriteria untuk dapat menciptakan pola gerak yang benar, dimana guru
dapat berpedoman pada pertanyaan-pernyataan di bawah ini sebagai acuannya, yaitu:

a. Dimanakah kita dapat melakukan gerak?


Hal tersebut berkisar pada masalah ruangan, yang perlu dipertimbangkan adalah:
1. Bergerak dalam ruangan tertentu atau ruangan bebas
2. Bergerak ke arah yang mana (yang searah atau berlawanan)
3. Tingkat ketinggian yang berlainan
4. Menurut luas dan bentuk ruang geraknya
5. Menurut pola yang berlainan

b. Apa atau bagian manakah yang dapat kita gerakkan?


Ketika kita melakukan kegiatan hal yang harus diperhatikan adalah berkisar pada
masalah tubuh, yaitu:
1) Menggerakkan seluruh anggota tubuh
2) Kombinasi gerak dari seluruh bagian tubuh

c. Bagaimana kita dapat bergerak?


Hal ini berkisar pada tenaga, gravitasi, dan perpindahan berat tubuh, yang perlu
dipertimbangkan adalah:
1) Bergerak dengan tenaga yang kuat (sepenuhnya) atau hanya dengan tenaga
yang sedikit (ringan).
2) Bergerak dengan menggunakan gaya berat atau keseimbangan

10
3) Bergerak dengan perubahan atau perpindahan berat tubuh
4) Bergerak di udara

d. Bagaimanakah kita dapat bergerak lebih kuat?


Hal ini berkisar pada faktor kecepatan, irama, dan gaya yang dipergunakan untuk
bergerak, yang perlu diperhatikan adalah:
1) Bergerak dengan kecepatan, irama dan, gaya yang bagaimana
2) Bergerak dengan irama
3) Bergerak dengan irama-lagu
4) Bergerak dengan gaya terikat dan bebas

Menciptakan rangkaian gerak (improvisasi) dari pergantian posisi ruangan, posisi anak,
kesesuaian antara gerak dan iramanya, keseimbangan semua aspek tujuan gerak
tersebut, harus memperhatikan hal-hal yang tidak boleh dilakukan (kontra
indikasinya).

Dalam mengembangkan gerak tubuh diperlukan bentuk-bentuk latihan ke arah


perbaikan kemampuan diri yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Strength: latihan penguatan otot, baik gross motor maupun fine motor. Manusia
dapat bergerak karena ada sendi, otot dan syaraf. Otot sebagai salah satu
komponen alat gerak apabila tidak berfungsi maka akan berpengaruh terhadap
fungsi organ gerak yang lainnya (sendi dan syaraf) yaitu dalam bentuk gerak yang
tidak normal. Kekuatan otot sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan
gerak anak.

Salah satu problem besar yang dialami anak gangguan motorik adalah adanya otot
yang kurang/tidak kuat (lemah, fleksid, hipotonus), sehingga organ geraknya tidak
berfungsi. Seperti yang dialami oleh anak poliomyelitis, MDP, monoplegia,
triplegia, quadriplegia, paraplegia, hemiplegia, dan sebagainya.

Bagi anak tertentu, otot yang lemah dapat karena faktor hipotonus (gangguan
terletak di traktus pyramidal). Dimana kekuatan dan ketegangan otot mengalami

11
penurunan selama otot berkontraksi ataupun ketika disuruh melakukan gerak
aktif. Kelumpuhan otot dapat terjadi pada organ gerak atas maupun organ gerak
bawah. Kelumpuhan juga dapat terjadi hanya pada satu organ gerak atau lebih
dari satu organ gerak.

Tujuan penguatan otot umumnya untuk menguatkan, menjaga, menyegarkan


kerja otot baik dengan ataupun tanpa alat bantu. Alat Bantu yang mungkin
dibutuhkan bermacam-macam, seperti alat penonggak (kruk), walking paralel bar,
stair case, walker, kursiroda, stand in table, wall bar, pulley weight, alat-alat
berbentuk silinder, kursi duduk, crawler, tripot, belt, leg skate, bicycle exerciser,
dan lain-lain.

Materi pembelajaran bina gerak untuk penguatan otot disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan masing-masing anak. Program untuk penguatan otot dapat
dilakukan terpadu dengan mata pelajaran yang ada di sekolah dan dapat juga
diberikan secara mandiri dalam pelajaran bina gerak. Latihan penguatan otot ini
dapat dilakukan dengan cara:
1) Peningkatan pada otot-otot yang diperlukan dan mengendurkan otot-otot yang
tidak diperlukan.
2) Meningkatkan ukuran otot yang diperlukan dan menurunkan bentuk otot yang
tidak berguna.
3) Latihan isotonik, termasuk didalamnya kontraksi otot dan gabungan gerak sendi
tertentu.
4) Latihan isometrik, meliputi kontraksi otot tetapi tanpa latihan persendian, dsb.

b) Flexibility adalah kelenturan tubuh, pengembangan kelenturan tubuh meliputi:


1) Latihan kelenturan yang dilakukan terhadap otot-otot yang diperlukan dan
pengurangan latihan pada otot yang sudah cukup lentur atau yang dianggap
tidak diperlukan.
2) Latihan yang bersifat streching akan lebih efektif bila dilakukan secara
perlahan-lahan dan diiringi dengan penambahan latihan keseimbangan.

12
c) Relaxation: pengenduran terhadap otot-otot tertentu.
Gerak tidak normal karena faktor kelainan otot juga dapat dalam bentuk otot yang
terlalu tegang (spastic=menegang). Biasanya ini karena hipertonus sebagai akibat
dari kelainan yang ada di traktus pyramidal di cerebrum. Bila tonus otot
bertambah berlebihan (hipertonus) akan menyebabkan kekuatan gerak sendi
bertambah. Kejadian ini juga tidak menguntungkan anak karena gerak sendinya
tidak normal.

Cirinya: gerakan sendi melipat secara cepat dan pada waktu diluruskan secara
cepat juga ada tahanan. Bahkan apabila seluruh otot di sekitar sendi mengalami
hipertonus maka sendi tidak dapat digerakkan sama sekali, baik gerak aktif
maupun gerak pasif.

Otot-otot yang spastik perlu dilatih untuk menurunkan spastisitasnya, dilemaskan


kekakuannya kemudian dikembangkan kekuatannya, daya tahan dan koordinasi
geraknya. Dengan spastisitas yang menurun dimungkinkan dapat mengontrol
pengaturan pola gerak tubuh dan dapat mengurangi masalah deformitas sendi.

Teknik latihan relaksasi antara lain dengan cara:


1) Imagery (berandai-andai)
Teknik imagery dapat dilakukan dengan posisi yang enak, kemudian
membayangkan tentang diri kita pada sesuatu obyek, misalnya: sedang
mengapung di awan yang tinggi secara bebas atau mandi dengan air hangat
diiringi musik yang lembut.

2) Tension-recognition (mengenali atau memahami ketegangan diri).


Sedangkan teknik tension-recognition dapat dilakukan dengan relaksasi
tertentu selama 5 menit, mata terpejam, gerakan secara perlahan-lahan dan
tenang pada anggota tubuh tertentu, ketika gerakan mencapai titik puncak
kegiatan otot tertentu, kemudian secara perlahan dan cermat melakukan
gerakan yang berlawanan arah kembali ke sikap semula, saat awal peningkatan

13
terhadap pengencangan otot tertentu hendaknya berhenti untuk beberapa saat
kemudian kendurkan latihan ini dengan berjalan sekitar 10 hingga 15 menit.

d) Endurance: daya tahan tubuh


Peningkatan daya tahan tubuh dapat terjadi jika sesuatu gerak dilakukan secara
berulangkali dengan pengulangan secara kontinu yang meningkat. Contoh
latihannya: joging, berjalan, berenang, latihan di lapangan tertentu, skiping
dengan tali, dan bersepeda.

D. Ruang Lingkup pembelajaran Bina Gerak bagi Anak Tunadaksa

Terdapat bermacam-macam pengklasifikasian jenis gerak maupun bentuk latihan


gerak, begitu pun dalam pembelajaran gerak bagi anak tunadaksa, ada tiga ruang
lingkup yang paling menonjol dan sangat penting dalam pembelajaran gerak bagi anak
tunadaksa, yaitu:

1. Gerak kontrol kepala dan anggota tubuh


Penerapan teknik dalam pembelajaran biasanya dibagi menjadi:
1) pembelajaran gerak kontrol kepala;
2) pembelajaran gerak anggota tubuh.
2. Gerak pindah diri dan mobilitas
Penerapan teknik dalam pembelajaran biasanya dibagi menjadi:
1) Pembelajaran gerak pindah diri dengan benda;
2) Pembelajaran gerak diri sendiri tanpa benda;
3) Pembelajaran gerak mobilitas
3. Gerak Koordinasi
Penerapan teknik dalam pembelajaran biasanya dibagi menjadi:
1) Pembelajaran gerak koordinasi motorik kasar
2) Pembelajaran gerak koordinasi motorik halus

E. Latihan

14
1. Buatlah pengertian gerak berdasarkan pemahaman
anda?
2. Bagaimanakah proses terjadinya gerak pada manusia?
3. Sebutkan macam-macam gerak menurut pergerakan
sendi?

F. Rangkuman
1. Gerak manusia adalah suatu proses yang melibatkan sebagian atau
seluruh bagian tubuh dalam satu kesatuan yang menghasilkan suatu gerak
statis di tempat dan dinamis berpindah tempat. Terjadinya gerak dimulai dari
adanya stimulus yang diterima oleh receptor diteruskan ke otak untuk diolah
dan diberi balikan ke alat-alat gerak. Prinsip-prinsip perkembangan gerak
dimulai dari bagian proximal menuju ke bagian distal, dari sikap fleksi menuju
sikap ekstensi.
2. Ada dua macam gerak manusia, yaitu gerakan yang disadari dan gerakan
yang tidak disadari atau gerak refleks. Gerak dasar tubuh dimulai dari gerakan
telentang ke miring, berguling, tengkurap, merayap, merangkak, duduk,
berdiri, berjalan, dan berlari. Adapun jenis-jenis gerakan menurut
pergerakan sendi meliputi gerak: fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, rotasi, dan
sirkumduksi. Sedangkan jenis gerakan menurut jumlah otot yang bergerak
terdiri dari gerakan kasar (gross motor), dan gerakan halus (fine motor).

G. Evaluasi
Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf A, B,
C, atau D yang mewakili jawaban yang paling benar!
1. Pengertian yang tepat dari bina gerak, yaitu...
A. suatu upaya pendidikan dalam bentuk kegiatan, latihan dalam
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap bagi anak
yang mengalami gangguan motorik untuk membina gerakannya dalam
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

15
B. suatu upaya kesehatan dalam bentuk kegiatan, latihan dalam
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap bagi anak
yang mengalami gangguan motorik untuk membina gerakannya dalam
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
C. suatu upaya medis dalam bentuk kegiatan, latihan dalam mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap bagi anak yang mengalami
gangguan motorik untuk membina gerakannya dalam melakukan aktivitas
hidup sehari-hari.
D. suatu upaya medis dan kesehatan dalam bentuk kegiatan, latihan dalam
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap bagi anak
yang mengalami gangguan motorik untuk membina gerakannya dalam
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2. Di bawah ini merupakan tujuan dari bina gerak, kecuali...


A. Menggerakkan ototnya dengan serasi
B. Menyesuaikan diri dengan lingkungan
C. Mampu mengatasi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
D. Mampu bergerak dengan sempurna selayaknya anak normal

3. Di bawah ini merupakan gerak dasar tubuh manusia, yaitu...


A. Telentang, miring, berlari, meloncat
B. Duduk, berdiri, berlari, meloncat
C. Duduk, berdiri, berjalan, berlari
D. Tengkurap, berguling, merangkak, menangkap

4. Pernyataan yang tepat mengenai gerakan manipulatif, yaitu....


A. gerak yang memerlukan koordinasi dengan ruang tetapi tidak memerlukan
benda di sekitarnya
B. gerak yang memerlukan koordinasi dengan ruang dan benda di sekitarnya

16
C. gerakan yang dilakukan tanpa menggunakan alat dan dapat berpindah
tempat
D. gerakan yang dilakukan tanpa menggunakan alat
5. Teknik latihan relaksasi dapat dilakukan dengan cara...
A. Imagery dan tension-recognition
B. Imagey dan endurance
C. tension-recognition dan endurance
D. tension-recognition, endurance, dan imagery

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di
bagian ahir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi pokok 1,

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban Benar x 100%


5

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 – 100% = baik sekali
80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang

H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan materi berikutnya pada modul ini. Bagus! Tetapi apabila
tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi
pokok 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

17
18
BAB III
PRINSIP, TEKNIK, DAN PROSEDURAL
PEMBELAJARAN BINA GERAK

Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan


dapat (1) mengaplikasikan prinsip pembelajaran bina gerak pada anak
tunadaksa, (2) menerapkan teknik pembelajaran bina gerak pada anak
tunadaksa, dan (3) menerapkan prosedural pembelajaran bina gerak pada anak
tunadaksa.

A. Prinsip Pembelajaran Bina Gerak


Program pembelajaran bina gerak merupakan sebuah rancangan atau persiapan yang
dibuat oleh guru tentang pembelajaran bina gerak. Program pengajaran mempunyai
empat komponen utama, yaitu komponen tujuan, materi, metode atau strategi, dan
penilaian atau evaluasi. Setiap komponen tersebut dapat dikembangkan menjadi sub
komponen, sehingga jumlah komponen yang terdapat dalam sebuah perencanaan
pengajaran dapat bervariasi.

Komponen tujuan merupakan kemampuan yang dirancang untuk dikuasai oleh siswa
baik setelah menyelesaikan pengajaran maupun dalam tahap-tahap tertentu. Rambu-
rambu dalam merumuskan tujuan adalah sebagai berikut:
Harus ada dalam batas kemampuan siswa untuk mencapainya, untuk itu perlu
dipertimbangkan kemampuan awal siswa.
Harus dirumuskan dengan kata-kata operasional yang menggambarkan perilaku
yang diinginkan secara spesifik dengan berbagai kondisinya.
Diprioritaskan yang dicapai adalah kemampuan praktis dan fungsional.
Harus sesuai dengan usia kronologis siswa untuk non kognitifnya.

Materi pengajaran bina gerak hendaknya:


Harus mendukung tercapainya TIK
Harus berada dalam batas kemampuan siswa untuk mempelajarinya

19
Disusun dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang
kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak
Perlu mengembangkan alat-alat bantu belajar yang menarik dan mudah
dikelola
Harus bermanfaat bagi kehidupan siswa

Strategi atau metode yang digunakan untuk menyampaikan materi harus sesuai
dengan kemampuan atau tujuan yang ingin dicapai, karakteristik, dan usia siswa, serta
berfokus pada siswa untuk memudahkan siswa belajar. Sedangkan untuk
mengembangkan prosedur dan alat penilaian, tujuan khusus harus dijadikan acuan.

Berbagai hasil penelitian (Snell,1983) menunjukkan bahwa belajar pada dasarnya


berlangsung melalui tahap-tahap. Dalam proses belajar bina gerak perlu adanya tahap
orientasi, tahap pengenalan, dan tahap kegiatan. Keefektifan dari strategi yang
digunakan tergantung dari tahap belajar tersebut. Strategi yang dipilih dan
dikembangkan harus berfokus pada siswa untuk memudahkan siswa belajar.

Beberapa prinsip dalam latihan gerakan melakukan aktivitas hidup sehari-hari yaitu:
a. Mulailah dengan apa saja yang dapat dilakukan sendiri oleh anak dengan cara
yang biasa dilakukannya atau dengan sedikit penyesuaian.
b. Rencanakanlah kegiatan setiap hari atau setiap minggu.
c. Catatlah bagaimana kegiatan anak untuk setiap aktivitas juga berapa lama anak
dapat melanjutkan kegiatannya.
d. Untuk perpanjangan waktu cukup menambah ± 5 menit
e. Untuk menambah aktivitas lainnya harus ada kepastian bahwa anak telah lebih
kuat keadaan fisiknya.

B. Teknik Pembelajaran Bina Gerak pada Anak Tunadaksa


Banyak metode dan teknik yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan gerak
anak-anak tunadaksa, antara lain: (1) Aktivitas gerak persepsual, (2) Latihan
keterampilan, (3) Permainan, (4) Pendekatan Tematik, dan (5) Pendidikan olahraga.

20
1. Aktivitas gerak persepsual (perceptual motor activities)
Aktivitas gerak persepsual merupakan kemampuan dasar anak dalam menerima,
menginterpretasi dan merespon secara baik pada informasi sensori. Baik melalui
penglihatan, pendengaran, perabaan, pencecapan. Keterampilan ini penting
sebagai preventif untuk keterampilan gerak secara keseluruhan.

Contoh aktivitas untuk mengembangkan kemampuan gerak perceptual adalah:


a. Gross motor activities, diantaranya: berjalan, melompat, berlari, dan
sebagainya.
b. Vestibular activities, diantaranya: meniti, papan keseimbangan, melompat,
terowong silinder, dan sebagainya
c. Visual motor activities, diantaranya: menata puzzle, menggambar, berjalan di
kotak warna, dan sebagainya.
d. Auditory motor activities, diantaranya: bernyanyi sambil bergerak
e. Tactile activities, diantaranya: sentuh, raba, pijat, dan sebagainya.
f. Lateralisation activities, diantaranya: kesadaran sisi badan, arah gerakan, dan
sebagainya.
g. Body awareness (kesadaran akan bagian anggota badan)
h. Spatial awareness (kesadaran akan posisi ruangan)
(Nawangsari Takarini, 2005)

2. Latihan keterampilan (Skills approach)


Latihan keterampilan tertentu dapat digunakan sebagai wahana menanamkan
kemampuan gerak anak-anak yang mengalami gangguan motorik. Misalnya
keterampilan memegang, menjepit, menangkap, melempar, keterampilan dalam
kegiatan hidup sehari-hari (ADL), bina diri, keterampilan menulis, menggambar,
dan lain-lain.

3. Permainan (Games approach)


Bermain merupakan kegiatan untuk menyalurkan emosi (seperti rasa senang, rasa
setuju, rasa kesal) melalui permainan. Banyak jenis permainan yang dapat
membantu membina kemampuan gerak anak gangguan motorik , misalnya: Sambil

21
bernyanyi “ Naik-naik ke puncak Gunung”, anak berjalan pelan-pelan. Dan masih
banyak lagi permainan yang bias dilakukakan oleh anak-anak yang lain diadaptasi
untuk permainan anak-anak tunadaksa.

4. Pendekatan tematik (Thematic approach)


Pendekatan tematik menggunakan tema tertentu sebagai sentral/focus perhatian
yang digunakan untuk membina kemampuan gerak anak-anak yang mengalami
gangguan motorik. Misalnya tema tentang kebersihan sekolah. Seorang guru
dapat memanfaatkan tema kebersihan sekolah tersebut untuk melatihan
penguatan otot, pelemasan otot, memperbaiki gerak persendian, melatih
kemampuan koordinasi, dan sebagainya.

5. Pendidikan olahraga (Sport Education)


Pendidikan olahraga merupakan salah satu pendekatan yang dapat untuk
mengembangkan kemampuan gerak individu. Baik gerak lokomotor, non-
lokomotor, koordinasi gerak, penguatan otot, pelemasan otot, mempertahankan
kekuatan otot, melatih gerak sendi, dan sebagainya. Para guru dituntut
kreativitasnya dalam memilih aktivitas olahraga yang memiliki makna bina gerak,
sehingga aktivitas olahraga yang dilakukan dapat memperbaiki kemampuan gerak
anak.

C. Prosedur Pembelajaran Bina Gerak pada Anak Tunadaksa


Pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran bina gerak pada anak tunadaksa tidak
dapat digeneralisirkan karena derajat hambatan dan kemampuannya berbeda
dalam diri tiap anak tunadaksa. Pelaksanaannya, siswa yang sama jenis
kelainannya dapat dilakukan secara klasikal (kelompok), sedangkan yang berbeda
harus dilakukan secara individual. Adapun langkah-langkah kegiatannya meliputi:
a. Semua gerak sendi diajarkan sesuai dengan gerakan normal
b. Urutan gerakannya dijadikan analisis tugas
c. Menggunakan alat bantu modifikasi

22
Evaluasinya berupa tes perbuatan berdasarkan kemampuan yang akan
dikembangkan.

Prosedur kegiatan bina gerak dimulai dari kegiatan assesmen gerak untuk
menemukan kemampuan awal gerakan yang telah dapat dilakukan dan kesulitan
gerak anak. Hasilnya akan digunakan sebagai dasar pembuatan program yang
disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. Setelah program bina gerak
disusun, selanjutnya dilaksanakan dengan bantuan alat-alat yang dimodifikasi,
dan akhirnya di evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilannya.

D. Latihan
1. Sebutkanlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dala pembelajaran gerak bagi
anak tunadaksa?
2. Uraikanlah teknik-teknik pembelajaran bina gerak?
3. Uraikanlah prosedur pembelajaran bina gerak sesuai pemahaman anda?

E. Rangkuman
1. Program pembelajaran bina gerak merupakan sebuah rancangan atau
persiapan yang dibuat oleh guru tentang pembelajaran bina gerak. Program
pengajaran mempunyai empat komponen utama, yaitu komponen tujuan,
materi, metode atau strategi, dan penilaian atau evaluasi. Setiap komponen
tersebut dapat dikembangkan menjadi sub komponen, sehingga jumlah
komponen yang terdapat dalam sebuah perencanaan pengajaran dapat
bervariasi.
2. Banyak metode dan teknik yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan
gerak anak-anak tunadaksa, antara lain: (1) Aktivitas gerak persepsual, (2)
Latihan keterampilan, (3) Permainan, (4) Pendekatan Tematik, dan (5)
Pendidikan olahraga.

23
F. Evaluasi
Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf A,
B, C, atau D yang mewakili jawaban yang paling benar!
1. Di bawah ini rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam merumuskan
komponen tujuan dalam penyusunan pembelajaran bina gerak, kecuali...
A. Harus dipertimbangkan kemampuan awal siswa
B. Harus sesuai dengan usia kronologis siswa
C. Harus menggambarkan perilaku yang diinginkan secara spesifik
D. Harus dapat digeneralisirkan

2. Berikut ini merupakan prinsip-prinsip dalam melakukan pembelajaran bina


gerak, yaitu...
A. Waktu latihan haruslah selalu mendapatkan tambahan jam lebih banyak
B. Dapat dilakukan tanpa perencanaan
C. Mulailah dari apa saja yang dapat dilakukan sendiri oleh anak
D. Jika anak tidak dapt melakukan latihan maka harus ada paksaan.

3. Apakah yang merupakan perceptual motor activities?


A. kemampuan dasar anak dalam menerima, menginterpretasi dan merespon
secara baik pada informasi sensori
B. Latihan keterampilan tertentu dapat digunakan sebagai wahana
menanamkan kemampuan gerak anak-anak yang mengalami gangguan
motorik
C. merupakan kegiatan untuk menyalurkan emosi (seperti rasa senang, rasa
setuju, rasa kesal) melalui permainan
D. kemampuan dasar anak dalam menerima, menginterpretasi dan merespon
secara baik pada informasi motorik

4. Berikut ini merupakan aktivitas vestibular, yaitu...


A. Kesadaran badan
B. Arah dan rasa gerak
C. Meniti papan keseimbangan
D. Menyentuh dan meraba

5. Di bawah ini merupakan pernyataan yang paling benar mengenai prosedur


kegiatan bina diri, yaitu...
A. Diawali dengan kegiatan asesmen dan berakhir dengan evaluasi tingkat
keberhasilan
B. Tidak perlu menyusun rencana kegiatan binadiri

24
C. Diawali dari asesmen dan diakhiri dengan penilaian
D. Harus dilakukan oleh fisio terapis

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di
bagian ahir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi pokok 2,

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban Benar x 100%


5

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 – 100% = baik sekali
80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan materi berikutnya pada modul ini. Bagus! Tetapi apabila
tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi
pokok 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

25
BAB III
MATERI PEMBELAJARAN BINA GERAK

Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan


dapat (1) mengaplikasikan teknik permainan gerak pada anak tunadaksa, (2)
mengaplikasikan teknik terapi fisik (physio therapy) dalam pembelajaran bina
gerak pada anak tunadaksa, (3) mengaplikasikan teknik terapi psikhis dalam
pembelajaran bina gerak pada anak tunadaksa, dan (4) mengembangkan
program pengembangan diri dalam pembelajaran bina gerak bagi anak
tunadaksa.

A. Teknik Permainan Gerak pada anak tunadaksa

Teknik pembelajaran gerak melalui bermain merupakan kegiatan pembelajaran gerak


yang juga dapat menyalurkan emosi (seperti rasa senang, rasa setuju, rasa kesal)
melalui permainan. Banyak jenis permainan yang dapat membantu membina
kemampuan gerak anak tunadaksa , misalnya:

1. Permainan gerak atau fungsi


Permainan ini mengutamakan gerak yang berisi kegembiraan, misalnya tari gerak
dan lagu tentang ”menanam jagung”, ”naik kereta api”, ”ular naga”, ”memetik
bunga”, ”naik becak”, ”naik kereta kuda”, ”aku tukang pos”, ”tari topeng”, ”tari
kuda kepang”, ”tari boneka”, ”tari lilin”, dan sebagainya. Anak-anak diminta
memeragakan gerakan-gerakan sesuai dengan lagu/musik yang didengarnya,
dengan penuh perasaan dan kegembiraan. Tujuan permainan dengan gerakan ini
memang adalah agar anak gembira, bahagia, senang melalui permainan fantasi ini.

2. Permainan distruktif
Permainan distruktif adalah permainan untuk melampiaskan kekesalan hati, benci,
dan lain-lain agar menjadi puas dan senang. Di dalam permainan ini anak diminta
merusak alat-alat permainannya karena seakan-akan ada rahasia di dalam
permainan itu. Tujuan permainan ini agar anak menemukan kesenangan dan

26
kepuasan. Oleh karena itu permainan iani tidak boleh berlangsung lama, dan
jangan menggunakan alat permainan yang berharga. Setelah itu anak segera
dialihkan kegiatan anak dengan permainan yang lain.

3. Permainan konstruktif
Permainan yang membangun ini misalnya dengan cara anak diminta menyusun
balok-balok, batu-batu, kayu, dan papan. Tujuannya adalah menghasilkan sesuatu
bentuk bangunan yang sesuai dengan fantasinya. Mereka akan bergembira
dengan hasil karyanya.

4. Permainan peranan
Bermain peran, misalnya anak berperan sebagai orang penting. Anak perempuan
bermain dengan boneka, masak-masakan, mencuci, menyeterika, dan sebagainya.
Anak laki-laki berperan sebagai bapak, guru, masinis, sopir, pilot, dokter, pemain
senetron, dan sebagainya. Permainan ini bertujuan untuk membuat anak menjadi
senang dan dapat menimbulkan kepercayaan pada dirinya karena ia dapat berbuat
dan meniru segala kegiatan orang-orang penting dalam kehidupan sehari-hari.

5. Permainan prestasi
Di dalam permainan anak berlomba menunjukkan kelebihan, kekuatan,
keterampilan maupun dalam kecerdasannya. Permainan ini di samping untuk
penyaluran emosi juga untuk melatih kebersamaan, persatuan, persaudaraan,
keberanian, gotong royong, dan sebagainya. Model permainannya dapat
diciptakan atas kreasi anak sendiri ataupun atas kreasi guru.

B. Teknik terapi fisik (physio therapy) dalam pembelajaran bina gerak pada anak
tunadaksa

Terapi fisik atau physio therapy merupakan seni dan ilmu pengobatan dengan
menggunakan tenaga dan daya alam, seperti air (panas, dingin, kandungan kimia),
listrik, sinar, pemijatan, gerakan/gosokan, dan sebagainya.

27
Tujuan fisioterapi antara lain adalah:
a) Mengurangi/menghilangkan rasa sakit
b) Mengurangi/menghilangkan pembengkakan
c) Mencegah/menghilangkan kontraktur otot
d) Mencegah/mengurangi kecacatan
e) Membantu penyembuhan pada penyakit-penyakit tertentu.

Pelaksanaannya dengan menggunakan beberapa sumber alam seperti air, listrik, sinar,
gerakan, pijatan. Pelaksana utamanya adalah seorang Fisioterapist. Peran guru PLB
dalam membantu pelaksanaan fisioterapi antara lain adalah:

(1) Menyediakan data hasil pengamatan, tes, dan interview mengenai kemampuan dan
ketidakmampuan fisik, keluhan-keluhan anak dalam mengikuti pelajaran, dsb.

(2) Atas dasar saran dokter dan fisioterapist serta kemampuan guru sendiri, ia
membantu melatih anak melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah, misalnya:
melatih gerak sendi tertentu dalam kegiatan olahraga, kesenian, keterampilan, baik
latihan gerak kasar (duduk, berdiri, berjalan, dsb), maupun latihan gerak halus,
mengawasi penggunaan alat bantu lokomosi anak di kelas, menumbuhkan
kemampuan anak dalam memanfaatkan sisa organ gerak untuk memperlancar proses
belajar di sekolah, mengelola kelas dan memodifikasi alat bantu mengajar sesuai
dengan kondisi anak, melatih kemampuan ADL.

(3) Ikut mengevaluasi kemajuan dan perkembangan kemampuan anak selama proses
rehabilitasi fisik.

Para guru dapat melatih kemampuan gerak anak dengan mengajak mereka melakukan
kegiatan-kegiatan yang bermakna terapeutik yang terkandung dalam cakupan terapi
fisik, misalnya:
1. Mendorong gerobak yang dapat dimuati berbagai macam pemberat. Muatan
dapat ditambah dan dikurangi sesuai kebutuhan dan kemampuan kekuatan otot
anak.
2. Menarik tambang atau katrol yang diberi berbagai pemberat. Latihan dilakukan
dalam bentuk kompetisi untuk menambah semangat.

28
3. Melempar atau menangkap bola dari berbagai ukuran, dari yang kecil sampai yang
besar.
4. Memegang pipa dengan berbagai ukuran dari yang kecil sampai yang besar
5. Mengangkat benda-benda bermain dari yang ringan sampai yang berat
6. Memutar kincir atau gilingan yang memakai bunyi-bunyian
7. Memukul pasak-pasak
8. Memukul-mukul air di kolam renang
9. Menahan semprotan air
10. Berenang, dan lain-lain.

Beberapa kegiatan lain yang juga dapat diterapkan, yaitu:


1. Gerak Kontrol Kepala
Kontrol kepala merupakan persyaratan penting untuk pengembangan seluruh
fungsi. Sebelum anak bisa mengontrol posisi kepala diudara melawan gravitasi,
maka anak tersebut belum bisa mengembangkan gerakan gravitasi. Anak tak bisa
berguling, duduk tegak, mengarahkan tangan kemulut, makan secara baik dan
bicara efektif. Beberapa contoh untuk latihan kontrol kepala, diantaranya:
a) Mengangkat kepala antara 45º-90º dalam posisi tengkurap.
b) Mempertahankan kepala tegak dalam posisi duduk, merangkak, berdiri sesuai
dengan kurun waktu yang telah ditentukan
c) Menggerakkan kepala sesuai irama musik atas petunjuk
d) Melakukan gerakan membawa benda di atas kepala untuk melatih kekuatan otot
leher
e) Melakukan gerakan menyundul bola yang digantung untuk latihan ketahanan
otot leher (dapat dilakukan dalam posisi berdiri/duduk sesuai dengan
kondisi siswa.

2. Gerak Anggota Tubuh

29
Pembelajaran gerak untuk anggota tubuh biasanya berupa layanan yang diberikan
dalam bentuk latihan-latihan fungsi otot dan sendi. Tujuannya adalah
meningkatkan fungsi gerak otot dan sendi agar mencapai kemampuan gerak yang
optimal sesuai dengan standar gerak. Di bawah ini beberapa teknik pembelajaran
gerak anggota tubuh, diantaranya:
a) Gerakan tangan
Berlatih mendorong, menarik, memukul, memotong, dan melipat
b) Gerakan kaki
Menggerakkan kaki berselonjor (diluruskan ke depan), menggerakkan kaki
pada posisi jongkok, pada posisi berdiri, pada posisi berjalan, dan berlari.
c) Pergelangan kaki
d) Berdiri pada ujung kaki (berjinjit).
Membungkuk dengan posisi seperti mengmbil ancang-ancang untuk lari.
Berjalan pada permukaan yang kasar, menaiki tangga, naik turun tanggga yang
dipasangi ladder.
e) Sendi lulut
Cara berjalan/membimbing ketika klien berjalan menuju ruangan latihan bina
diri, naik tangga, naik bis, tangga rumah. Membungkuk untuk memungut
suatu obyek, mengenakan tali sepatu, naik tangga atau ledder.
f) Sendi paha
Duduk dan berdiri, naik tangga rumah, duduk dan mengikat tali sepatu,
masuk kedalam kamar mandi atau bak mandi, jongkok ke kamar kecil, berdiri
dengan satu tungkai kaki.
g) Tangan
Membuka tutup botol yang berulir, memutar kran ledeng, mengancingkan
pakaian, membuka peniti, menggoreskan korek api, memutar kunci dalam
gembok, menghitung uang, menuangkan air, membalik halaman buku,
menulis, memutar nomor telepon, menalikan sepatu, memegang dan
menggunakan pisau, garpu serta sendok makan, memasukkan benang ke
dalam lubang jarum jahit, menggulung adonan kue, memungut benda-benda

30
dengan berbagai ukuran.
h) Sendi Siku
 Fleksi: menyisir rambut, minum, berhias, dan lain-lain.
 Ekstensi: memakai sepatu, memungut benda sambil duduk, menjangkau
rak yang letaknya tinggi, dan lain-lain.
i) Pronasi lengan bawah:
Memutar pegangan pintu, menggunakan obeng, memutar kran untuk
menghidupkan dan mematikan aliran airnya, memutar anak kunci, dan lain-
lain.
j) Sendi Bahu:
 Rotasi Interna: memasukkan baju kedalam celana, menalikan celemek,
menalikan BH, mengancingkan risleting didepan baju, dan lain-lain.
 Rotasi Eksterna: menyisir rambut, memasang kancing kait di bagian
belakang baju, membalikkan krah baju, memasang risleting di belakang
baju, dan lain-lain.
 Ekstensi: mengancingkan baju, memasang kancing/risleting, dan lain-lain.
 Fleksi: menjemur pakaian, menggantung baju, memutar tombol lampu,
menaruh barang-barang di atas rak.

3. Pembelajaran Gerak Pindah Diri dan Mobilitas


a) Gerak pindah diri dengan benda
1) menggeser benda dengan berbagai bobot
2) mengangkat benda dengan berbagai bobot
3) mengangkat benda dengan berbagai bentuk padat, benda cair, dan
benda lunak.

b) Gerak pindah diri sendiri tanpa benda

1) berjalan-jalan dengan alat atau tanpa alat bantu gerak (kursi roda,
crowler, tripod, dan lain-lain)

2) menaiki atau menuruni anak tangga dengan ditolong atau tanpa

31
ditolong,

3) berjalan dengan posisi berdiri yang serasi dengan menggunakan parallel


bars (palang sejajar).

c) Gerak mobilitas
Menurut Carpenito (2000), mobilisasi merupakan suatu aspek yang terpenting
pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan
kemandirian. Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan bebas untuk tujuan tertentu.
1) gerak mobilisasi dari duduk ke berdiri dan berjalan
2) gerak mobilisasi dari dalam rumah ke luar rumah
3) gerak mobilisasi dari rumah ke sekolah
4) gerak mobilisasi dari dalam kelas ke luar kelas

4. Pembelajaran Gerak Koordinasi


a) Koordinasi motorik kasar
Keterampilan motorik kasar adalah keterampilan yang mengandalkan
penggunaan otot-otot besar, yang merupakan tugas perkembangan jasmani
berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berjalan, berlari, berjinjit, melompat,
memukul, bergantung, melempar, menangkap, dan sebagainya. Biasanya
berkaitan dengan hal-hal fisik. Dan mengandalkan keseimbangan dan
koordinasi anggota tubuh. Kegiatan-kegiatan tersebut diperlukan dalam
meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar.

Banyaknya bentuk kecerdasan yang perlu dikembangkan pada anak


mengharuskan pemberian stimulasi yang beragam pula. Salah satu  yang harus
diberikan adalah stimulasi motorik, sebab perkembangan motorik anak
sangatlah pesat terutama motorik kasar.

Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang
mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung
dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan

32
untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini
menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan
lainnya yang mengandung bahaya.

Berikut tahapan kemampuan motorik kasar sesuai usia yang dapat dimiliki oleh
seorang anak yang normal:

Usia tiga tahun

Berdiri di atas salah satu kaki selama 5-10 detik, berdiri di atas kaki lainnya
selama beberapa saat, menaiki dan menuruni tangga, dengan berganti-ganti
dan berpeganngan pada peganngan tangga, berlari berputar-putar tanpa
kendala, melompat ke depan dengan dua kaki 4 kali, melompat dengan salah
satu kaki 5 kali, melompat dengan sebelah kaki lainnya dalam satu lompatan,
menendang bola ke belakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki,
menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada, mendorong,
menarik dan mengendarai mainan beroda atau sepeda roda tiga,
mempergunakan papan luncur tanpa bantuan.

Usia empat tahun


Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik, berjalan maju dalam satu garis lurus
dengan tumit dan ibu jari sejauh 6 kaki, berjalan mundur dengan ibu jari ke
tumit, lomba lari, melompat ke depan 10 kali, melompat kebelakang sekali,
bersalto/ berguling ke depan, menendang secara terkoordinasi ke belakang dan
ke depan dengan kaki terayun dan tangan mengayun kea rah berlawanan
secara bersamaan, dengan dua tangan menangkap bola yang dilemparkan dari
jarak 3 kaki, melempar bola kecil dengan kedua tangan ke pada seseorang yang
berjarak 4-6 kaki darinya.

Usia lima tahun


Berdiri di atas kaki yang lainnya selama 10 detik, berjalan di atas besi
keseimbangan ke depan, ke belakang dan ke samping, melompat ke belakang
dengan dua kali berturut-turut, melompat dua meter dengan salah satu kaki,

33
mengambil satu atau dua langkah yang teratur sebelum menendang bola,
menangkap bola tennis dengan kedua tangan, melempar bola dengan memutar
badan dan melangkah ke depan, mengayun tanpa bantuan, menangkap dengan
mantap.

Beberapa kegiatan untuk melatih keterampilan motorik kasar:


1) Berlari.
Kita bisa melakukan kegiatan ini di halaman, atau di ruangan yang luas
untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam ruangan.
Lakukan improvisasi dengan menggunakan bendera, kartu unik, atau benda
yang dioper.
2) Memanjat.
Jika di sekolah ada taman bermain yang terbuka, kita bisa mengajak anak-
anak untuk bermain di area memanjat. Atau, buatlah area memanjat
sendiri di sekolah dengan menggunakan meja dan kursi. Untuk
menghindari ada yang terluka, usahakan agar kita menyediakan matras
untuk mendarat jika mereka melompat.
3) Permainan jingkat.
Dalam bahasa Jawa disebut engklek. Permainan ini baik untuk melatih
keseimbangan dan koordinasi tubuh anak.
4) Main bola.
Berlatih melempar, menendang, menangkap, atau apapun  jenis permainan
bolanya, ini sangat bagus untuk melatih kekuatan otot anak-anak.
5) Merangkak
Berlatih merangkak masuk terowongan sambil menghitung satu, dua,
dan seterusnya.
6) Kontrol Keseimbangan
Berikan latihan-latihan yang dapat melatih anak untuk mengontrol
keseimbangannya misalnya ketika berjalan, berlari, berputar, naik sepeda,
dan beberapa permainan lainnya.
7) Latihan Lompat

34
Melatih dengan mengajaknya main lompat ke atas, ke depan, dan
sebagainya juga merupakan untuk melatih keseimbangan. Lakukan
menggunakan dua kaki dan satu kaki secara bergantian. Latih pula
keberanian, koordinasi gerak, keseimbangannya dengan cara, misalnya
memanjat tangga atau pohon.
8) Latihan menari.
Mengajak anak bergerak dan menari mengikuti irama sangat baik untuk
melatih harmonisasi anak sehingga bisa cepat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
9) Berenang.
Olahraga berenang sangat baik untuk melatih banyak hal seperti kekuatan
fisik, keberanian, atau mengukur kemampuan.

b) Koordinasi motorik halus

Keterampilan motorik halus adalah keterampilan yang mengandalkan otot-otot


yang halus. Kemampuan motorik halus merupakan kemampuan seorang anak
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian gerak dan kemampuan
memusatkan perhatian. Semakin muda usia anak, semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk berkonsentrasi pada kegiatan yang berkaitan dengan
kemampuan motorik halus.

Keterampilan motorik halus biasanya dikembangkan untuk keterampilan menulis


atau memanipulasi benda-benda kecil seperti merobek, menggunting, melukis,
mewarnai, dan sebagainya.

Perkembangan motorik halus tahap awal ditekankan pada koordinasi gerakan


motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau
memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun
koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir
sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam
menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan, terutama bagi anak

35
berkebutuhan khusus, mereka mengalami banyak hambatan untuk keterampilan
yang satu ini.

Pada usia 5 atau 6 tahun untuk anak normal, koordinasi gerakan motorik halus
berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan
visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan,
dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis
atau menggambar. Maka sangat penting latihan untuk meningkatkan
keterampilan motorik halus bagi anak berkebutuhan khusus.

Pencapaian kemampuan motorik halus (adaftif) anak akan tampak pada usia 2-5
tahun. Berikut tahapan kemampuan sesuai usia yang dapat dimiliki oleh seorang
anak yang normal:

Usia 2 tahun

Mencontoh bentuk-bentuk yang melingkar. Mampu menyusun dan membangun


tugu yang terdiri dari 7 buah balok. Memasukkan sendok kosong ke dalam mulut
dengan benar. Sebagian anak mampu membuka satu per satu halaman bukunya.
Memegangi gelas dengan satu tangan. Bahkan ada anak yang dapat menggunting
dan melipat kertas sambil bercakap-cakap.

Usia 3 tahun

Mampu membuat garis lurus, menyusun 9 buah balok. Memasukkan sendok berisi
makanan ke mulut tanpa banyak yang tumpah. Di usia ini anda dapat mulai
mengajarinya menulis. Sebab, diantara usia 3,5-4,5 tahun, pengendalian otot-otot
tangan dan jari-jari yang diperlukan untuk menulis simbol-simbol lebih mudah
diperoleh dibandingkan dengan koordinasi organ-organ bicara yang dibutuhkan
untuk perkembangan bahasanya.

Usia 4 tahun

Mampu membuat garis lurus, menyusun 9 buah balok. Memasukkan sendok berisi
makanan ke mulut tanpa banyak yang tumpah. Di usia ini anda dapat mulai
mengajarinya menulis. Sebab, diantara usia 3,5-4,5 tahun, pengendalian otot-otot

36
tangan dan jari-jari yang diperlukan untuk menulis simbol-simbol lebih mudah
diperoleh dibandingkan dengan koordinasi organ-organ bicara yang dibutuhkan
untuk perkembangan bahasanyaBisa menggunting garis lurus dengan baik. Dapat
menggambar dan mencoret-coret huruf meski dalam bentuk kasar. Mampu
mengenakan bajunya sendiri.

Usia 5 tahun

Mampu melipat kertas menjadi bentuk segitiga. Dapat secara tepat menggambar
bentuk kotak, huruf, dan angka. Dalam permainan ia sudah bisa menangkap bola
kecil dan melemparkannya kembali dengan lebih baik. Bahkan ia sudah bisa
berjalan meniti garis lurus.

Tak hanya motorik kasar, motorik halus pun perlu distimulasi. Supaya
menyenangkan, salah satu teknik pembelajaran motorik halus dapat dilakukan
sambil bermain, diantaranya:

a) Mengisi, Menuang, dan Mencetak

Bermain pasir bisa digunakan untuk menstimulasi motorik halus anak. Sediakan
pasir bersih di sepetak bidang di halaman sekolah. Jangan takut kotor, kenakan
saja celemek atau plastik besar untuk melindungi pakaian agar tidak terlalu kotor.

Manfaat: Melatih kekuatan/keluwesan pergelangan tangan serta presisi. Alat yang


dibutuhkan: Pasir bersih, sekop, ember, corong, aneka wadah.

Cara bermain:

 Biarkan anak mengisi embernya dengan pasir sampai penuh kemudian


menuangnya dengan cara membalikkan ember. Lakukan sambil berseru, “Isi, isi
embernya…lalu tuang…”

 Dengan pasir yang tersedia biarkan anak mencetak bentuk atau membentuk
sendiri imajinasinya. Apakah itu gunung, benteng, dan sebagainya.
 Sambil mencetak, guru bisa menjelaskan pada anak nama-nama bentuk yang
sedang dicetak, misalnya kura-kura, kotak, bunga dan sebagainya. Latihan ini
sekaligus untuk menambah perbendaharaan katanya.

37
Yang harus diperhatikan:
 Pastikan kebersihan pasir. Serangga kecil, kotoran binatang atau benda-benda
tajam seperti pecahan kaca bisa membahayakan anak.
 Ingatkan anak untuk tidak mengelap tangannya yang penuh pasir ke mulut,
hidung atau mata. Karena dikhawatirkan pasir akan masuk ke bagian-bagian
tersebut.
 Setelah selesai bermain, cuci tangan hingga bersih dengan sabun, atau lebih
baik lagi kalau langsung mandi sehingga badan lebih segar.
 Selama tak digunakan, pasir harus ditutup agar tidak menjadi tempat kucing,
anjing, atau hewan lainnya membuang kotoran.

b) Memakai dan Melepas Pakaian


Tanpa belajar pun sepertinya semua orang pada akhirnya bisa memakai/melepas
pakaiannya sendiri. Meski demikian bukan berarti guru tak perlu melatih
keterampilan ini. Selain mengasah motorik halus, memakai/melepas pakaian
sendiri merupakan salah satu bentuk kemandirian anak. Karena hampir
kebanyakan anak dengan gangguan motorik memiliki hambatan dalam
berpakaian.

Manfaat: Melatih kemampuan jari-jemari, koordinasi mata dan tangan. Alat yang


dibutuhkan: Baju berkancing besar, rok/celana karet, sepatu berperekat velcro,
boneka dan pakaian perlengkapannya.

Cara bermain:
 Biarkan anak mencoba memakai pakaiannya sendiri. Mulai dengan yang paling
mudah seperti menaikkan/menurunkan celana/rok dengan ban karet.
 Setelah itu biarkan ia mencoba mengancingkan sendiri pakaiannya. Mulai
dengan kancing yang besar-besar kemudian makin kecil.
 Bila kemampuan memakai pakaian sendiri sudah dikuasai, lanjutkan dengan
memakai sepatu sendiri. Mulai dengan sepatu berperekat velcro.

38
 Latihan ini juga bisa dilakukan dengan menggunakan boneka besar yang
pakaian/perlengkapannya bisa dilepas-pasang. Biarkan anak coba memakai dan
melepaskannya. Untuk mudahnya berikan contoh terlebih dahulu bagaimana
melakukannya.

Yang harus diperhatikan:


 Sebagai latihan awal berikan pakaian yang mudah dipakai/dilepas, seperti kaos
longgar, celana/rok dengan ban karet.
 Di usia ini memakai/melepas pakaian sendiri termasuk belajar tahap awal. Jadi
jangan terlalu memaksa anak, kalaupun belum bisa, biarkan ia terus mencoba.

c) Menyusun dan Menyortir

Kegiatan menyusun dan menyortir selain melatih kemampuan motorik halus anak
juga mengasah kepekaan dan fokus perhatian pada satu hal.

Manfaat: Mengembangkan imajinasi, melatih kecerdasan logis-matematis, melatih


presisi, melatih kemampuan mengelompokkan. Alat yang dibutuhkan: Balok kayu
warna-warni dan bermacam bentuk.

Cara bermain:
 Minta anak menyusun balok berbentuk kubus ke atas, dari dari dua susun, lalu
tiga susun dan seterusnya.
 Selanjutnya minta anak memasangkan balok berbentuk segitiga atau setengah
lingkaran di bagian paling atas. Kalau masih berantakan dan balok yang disusun
jatuh lagi, tetap semangati supaya mau terus mencoba.
 Setelah kemampuannya makin bertambah, biarkan anak berimajinasi
membangun gedung, rumah, jembatan dan sebagainya.
 Minta anak menyortir/memisahkan balok berdasarkan bentuknya, misalnya
kubus dengan kubus, segitiga dengan segitiga, dan seterusnya.
 Minta anak memisahkan/menyortir balok berdasarkan kelompok warna.

39
 Kegiatan menyortir juga bisa dilakukan dengan memberikan berbagai macam
benda, seperti kancing baju, sendok, kayu, tutup gelas dan sebagainya. Ajari
anak untuk mengelompokkannya/ menyortir berdasarkan pada kriteria
tertentu.

Yang harus diperhatikan:


Jangan sampai anak menginjak/terpeleset salah satu balok yang sedang digunakan
untuk bermain hingga jatuh. Hati-hati juga jika kita menggunakan balok kecil,
karena biasanya anak menjilat atau menelan apapun yang ada dalam
genggamannya.

d) Meronce
Meronce merupakan salah satu stimulasi untuk mengasah kemampuan motorik
halus anak.

Manfaat: Melatih kemampuan jari-jemari. Latihan ini sekaligus bermanfaat


sebagai dasar kemampuan memegang pensil. Alat yang dibutuhkan: Mainan
ronce, tali sepatu/tali yang agak besar, roll bekas tisu.

Cara bermain:
 Kalau di sekolah tersedia mainan ronce, ajari anak bagaimana cara
memainkannya.
 Kalau tidak ada mainan ronce, gunakan tali sepatu/tali yang agak besar lalu
masukkan ke dalam rol bekas gulungan tisu yang sudah dipotong-potong
menggunakan cutter. Ronce sampai beberapa rol tersambung. Ikat kedua ujung
tali, kalungkan di leher anak.

Yang harus diperhatikan:


 Supaya menarik, gambari/cat warna-warni rol bekas tisu.
 Setelah berhasil meronce rol bekas tisu yang besar, lanjutkan dengan meronce
benda-benda yang lebih kecil.
e) Memulung dan Menjumput

40
Kegiatan memulung dan menjumput ini dapat divariasikan dengan berbagai
kegiatan.

Manfaat: Melatih kemampuan/kekuatan mengambil sesuatu hanya dengan dua


jari. Alat yang dibutuhkan: Adonan kue, kismis, meises, kacang atau hiasan lainnya.

Cara bermain:
 Berikan sedikit sisa adonan kue untuk anak. Biarkan ia memulungnya dengan
dua tangan.
 Setelah adonan dipulung, ajarkan menjumput kismis, meises, gula halus atau
hiasan lainnya dan menaburkannya ke atas adonan.
 Kalau hiasan kue agak besar, seperti potongan kacang almond/mede, anak
sekaligus bisa diajarkan berhitung dengan meletakkan masing-masing dua buah
kacang pada tiap adonan.
 Setelah selesai, panggang kue hasil kreasinya dan biarkan anak menikmati.

Yang harus diperhatikan:


 Supaya mudah membersihkannya, alasi dengan plastik arena yang digunakan
anak untuk memulung dan menghias kue.
 Kenakan celemek yang agak besar supaya bajunya tidak kotor.
 Pastikan bahan yang digunakan aman untuk dikonsumsi anak-anak.

f) Bermain Playdough
Bermain playdough dapat kita lakukan dengan berbagai improvisasi dalam
membuat berbagai bentuk dari adonan, lalu minta anak untuk membentuk
berbagai benda atau memotongnya dengan pisau mainannya. Ini sangat baik
untuk melatih keterampilan motorik halusnya. Selain ketelitian dan kesabaran,
jiwa seni bisa didapat anak melalui permainan ini.

Pokok bahasan pembelajaran gerak bagi anak berkebutuhan khusus ini disusun sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa serta dasar kebutuhannya. Namun
guru masih dapat melakukan pemilihan materi maupun memodifikasi kegiatan-

41
kegiatan pembelajaran gerak tersebut karena kondisi, kebutuhan, hambatan, dan
kemampuan siswa berkebutuhan khusus yang sangat bervariasi

C. Teknik terapi psikhis dalam pembelajaran bina gerak pada anak tunadaksa

Kebutuhan merupakan sesuatu yang dapat mendorong munculnya aktivitas seseorang


atau individu untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan juga merupakan prasyarat
yang harus dipenuhi apabila ingin menciptakan sesuatu yang ideal atau yang
dikehendaki. Manusia yang ideal adalah manusia yang dapat mengembangkan potensi
diri dan sosialnya sesuai dengan kemampuan yang tersedia didalam dirinya.
Kebutuhan manusia bukan hanya mencakup kebutuhan dasar dan pemenuhan
kebutuhan fisik tetapi juga fisiologis. Kebutuhan fisiologis bagi anak luar biasa tentu
saja sangat memerlukan bantuan orang lain didalam memenuhi kebutuhan hidup dan
bathinnya, bahkan bantuan orang lain itu dapat saja berlangsung sepanjang hidupnya
sebagai akibat dari beratnya ketunaan yang disandangnya.

Ditinjau dari aspek psikologis anak tunadaksa cenderung merasa malu, rendah diri,
sensitif dan kadang-kadang pula muncul sikap tertutup terhadap lingkungannya.
Keadaan seperti ini mempengaruhi kemampuan dalam hal sosialisasi dan interaksi
sosial terhadap lingkungan sekitarnya atau dalam pergaulan sehari-harinya.
Keluarbiasaan jenis apapun yang disandang merupakan pengalaman personal, ini
berarti siapapun yang berada diluar dirinya tidak akan merasakan tanpa ia mengerti,
memahami dan mengalaminya. Anak tunadaksa yang satu dengan yang lain belum
tentu sama apa yang dipikirkannya.

Dengan adanya keluarbiasaan dalam diri seseorang sering eksistensinya sebagai


makhluk sosial dapat saja terganggu. Sebagai akibat dari ketunaan dan pengalaman
pribadi anak itu maka efek psikologis yang ditimbulkannya juga tergantung dari
seberapa berat ketunaan yang disandangnya itu, kapan saat terjadinya kecacatan,
seberapa besar kualitas kecacatan dan karakteristik susunan kejiwaan anak atau siswa
tersebut sangat mempengaruhi kondisi psikologisnya.

42
Menurut Tarmansyah jenis masalah psikologis, seperti: 1). Masalah psikologis taraf
ringan anak tunadaksa pada umumnya terjadi oleh gangguan lateralisasi. Beberapa
anak tunadaksa hanya kesulitan untuk menggunakan anggota tubuh saja, ini sebagai
akibat oleh kerusakan yang terdapat pada hemisper dominannya. Dalam hal ini anak
yang mengalami gangguan anggota tubuh secara psikologi berlangsung normal
sebagaimana permasalahan anak normal; 2). Masalah psikologis taraf sedang anak
tunadaksa disebabkan sebagai akibat kerusakan pusat syaraf, sehingga anak seringkali
mengalami kesulitan untuk mengolah rangsangan visual, sehingga mereka mengalami
kesulitan dalam konsep bentuk, keseimbangan posisi, ruang warna, perasa, bunyi dan
peraba. Gangguan motorik berakibat pula terhadap kondisi jiwa, termasuk didalamnya
adalah emosi, misalnya rasa rendah diri, mudah tersinggung dan keras kepala, tetapi
intelegensinya tidak jauh berbeda dengan anak normal, 3). Masalah psikologis taraf
berat anak tuna daksa pada umumnya sebagai akibat retardasi mental. Retardasi
mental anak tuna daksa mencakup sebagian besar fungsi mental dan intelektual.
Problema ini sebagai akibat dari kondisi ketidak mampuan anak yang disebabkan oleh
imaturation, keterbatasan kemampuan untuk belajar dan berlatih, kesukaran untuk
bergaul maupun bermain, kurang cepat dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan kemampuan dinilai lebih rendah bila dibandingkan dengan anak normal diusianya.

Dengan demikian maka akan tampak perbedaan sikap dari masing-masing anak ketika
ia merespon sesuatu. Ada yang bersifat kekanak-kanakan atau infatil walaupun secara
umur sudah bukan anak lagi. Bahkan ada juga yang bersikap apatis atau acuh tak acuh
terhadap kehadiran orang lain, sikap pasif dan atau sikap menentang perintah
(negativistik). Dalam sikap itu tersimpul didalamnya suatu kecenderungan corak
perasaan dan kemauan. Corak perasaan dan kemauan seseorang tampak pada tingkah
laku seseorang, namun tingkah laku biasanya didahului dengan usaha persiapan, yaitu
proses berpikir.

Pengertian yang cukup mengenai fase-fase perkembangan manusia pada umumnya


merupakan syarat utama apabila ingin membantu atau melayani seorang anak
mengembangkan dirinya hingga memperoleh perkembangan yang harmonis dan
optimal. Tiap fase perkembangan mempunyai sifat khas yang berlain-lainan antar

43
individu, oleh karena itu apabila memiliki pengertian dan pemahaman yang cukup
tentang sifat khas dari fase-fase pekembangan tertentu maka akan dapat mengambil
sikap yang tepat guna ikut mendorong individu berkembang dengan sebaik-baiknya.

Psikoterapi (psychotherapy) atau terapi psikis adalah terapi yang melibatkan alam
pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui
metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk
membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya. Dengan cara
memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosi, sehingga individu tersebut mampu
mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikis.

Program terapi psikis dalam lingkup bina gerak merupakan suatu proses pemberian
bantuan kepada seseorang dan atau sekelompok orang yang bertujuan agar masing-
masing individu mampu mengembangkan dirinya secara optimal, sehingga dapat
mandiri dan atau mengambil keputusan secara bertanggungjawab. Jadi yang ingin
dicapai dengan program ini ialah tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap
individu sesuai dengan kemampuannya. Hal tersebut merupakan tujuan utama
pelayanan program ini di sekolah, akan tetapi sebenarnya tujuan bimbingan di sekolah
tidak terbatas bagi anak tunadaksa saja, melainkan juga bagi sekolah secara
keseluruhan dan bagi masyarakat.

Dengan demikian hakekat tujuan terapi psikis yaitu suatu upaya bantuan kepada
individu agar dapat menerima dan menemukakan dirinya sendiri secara efektif dan
produktif, sehingga dapat mengerahkan kemampuan dirinya dengan tepat, mengambil
keputusan dengan benar dan dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.

D. Program pengembangan diri dalam pembelajaran bina gerak bagi anak


tunadaksa.

Penggunaan istilah pengembangan diri dalam kebijakan kurikulum memang relatif


baru, kehadirannya menarik untuk didiskusikan baik secara konseptual maupun dalam
prakteknya. Jika menelaah literatur tentang teori-teori pendidikan, khususnya psikologi
pendidikan, istilah pengembangan diri disini tampaknya dapat disepadankan dengan

44
istilah pengembangan kepribadian, yang sudah lazim digunakan dan banyak dikenal.
Meski sebetulnya istilah diri (self) tidak sepenuhnya identik dengan kepribadian
(personality).

Istilah diri dalam bahasa psikologi disebut pula sebagai aku, ego atau self yang
merupakan salah satu aspek sekaligus inti dari kepribadian, yang di dalamnya meliputi
segala kepercayaan, sikap, perasaan, dan cita-cita, baik yang disadari atau pun yang
tidak disadari. Aku yang disadari oleh individu biasa disebut self picture (gambaran
diri), sedangkan aku yang tidak disadari disebut unconscious aspect of the self (aku tak
sadar) (Nana Syaodich Sukmadinata, 2005).

Setiap orang memiliki kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita akan dirinya, ada
yang realistis atau justru tidak realistis. Sejauh mana individu dapat memiliki
kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-citanya akan berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadiannya, terutama kesehatan mentalnya. Kepercayaan, sikap,
perasaan dan cita-cita akan seseorang akan dirinya secara tepat dan realistis
memungkinkan untuk memiliki kepribadian yang sehat. Namun, sebaliknya jika tidak
tepat dan tidak realistis boleh jadi akan menimbulkan pribadi yang bermasalah.

Kepercayaan diri yang berlebihan maupun kurang dapat menimbulkan kerugian tidak
hanya bagi dirinya namun juga bagi lingkungan sosialnya. Begitu pula, setiap orang
memiliki sikap dan perasaan tertentu terhadap dirinya. Sikap akan diwujudkan dalam
bentuk penerimaan atau penolakan akan dirinya, sedangkan perasaan dinyatakan
dalam bentuk rasa senang atau tidak senang akan keadaan dirinya. Sikap terhadap
dirinya berkaitan erat dengan pembentukan harga diri (penilaian diri), yang menurut
Maslow merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang amat penting.

Dengan memperhatikan beberapa dasar teori, maka dapat kita kerucutkan bahwa hasil
yang diharapkan dari kegiatan Pengembangan Diri dalam program bina gerak di
sekolah yaitu terbentuknya keyakinan, sikap, perasaan dan cita-cita para peserta didik
yang realistis, sehingga peserta didik dapat memiliki kepribadian yang sehat dan utuh.

Secara konseptual, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun


2006 kita mendapati rumusan tentang pengembangan diri, sebagai berikut:

45
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan
minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.

Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang
berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pengembangan karir peserta didik.

Berdasarkan rumusan di atas dapat diketahui bahwa Pengembangan Diri bukan


merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Dengan sendirinya,
pelaksanaan kegiatan pengembangan diri jelas berbeda dengan pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar mata pelajaran.

Kegiatan pengembangan diri seyogyanya lebih banyak dilakukan di luar jam reguler
(jam efektif), melalui berbagai jenis kegiatan pengembangan diri. Salah satunya dapat
disalurkan melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan sekolah, di
bawah bimbingan pembina ekstrakurikuler terkait, baik pembina dari unsur sekolah
maupun luar sekolah.

Di bawah bimbingan guru maupun orang lain yang memiliki kompetensi di bidangnya,
kegiatan pengembangan diri dapat pula dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di luar
jam efektif yang bersifat temporer, seperti mengadakan diskusi kelompok, permainan
kelompok, bimbingan kelompok, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat
kelompok. Selain dilakukan melalui kegiatan yang bersifat kelompok, kegiatan
pengembangan diri dapat dilakukan pula melalui kegiatan mandiri, hal ini tentu saja
disesuaikan dengan jenis hambatan dan kebutuhan yang dialami dan dirasakan oleh
setiap anak tunadaksa.

Selain kegiatan di luar kelas, dalam hal-hal tertentu kegiatan pengembangan diri bisa
saja dilakukan secara klasikal dalam jam efektif, namun sebaiknya hal ini tidak
dijadikan andalan, karena bagaimana pun dalam pendekatan klasikal kesempatan

46
siswa untuk dapat mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat, dan minatnya relatif terbatasi. Hal ini tentu saja akan menjadi
kurang relevan dengan tujuan dari pengembangan diri itu sendiri.

Kegiatan pengembangan diri harus memperhatikan prinsip keragaman individu. Secara


psikologis, setiap anak tunadaksa memiliki kebutuhan, bakat dan minat serta
karakateristik lainnya yang beragam. Oleh karena itu, bentuk kegiatan pengembangan
diri pun seyogyanya dapat menyediakan beragam pilihan. Hal yang fundamental dalam
program ini, dimana pelaksanaan pengembangan diri terutama yang terkait dalam
penerapan program bina gerak harus terlebih dahulu diawali dengan upaya untuk
mengidentifikasi kebutuhan, bakat dan minat, yang dapat dilakukan melalui teknik tes
(tes kecerdasan, tes bakat, tes minat dan sebagainya) maupun non tes (skala sikap,
inventori, observasi, studi dokumenter, wawancara dan sebagainya).

Dalam hal ini, peranan bimbingan dan konseling menjadi amat penting, melalui
kegiatan aplikasi instrumentasi data dan himpunan data, bimbingan dan konseling
seyogyanya dapat menyediakan data yang memadai tentang kebutuhan, bakat, minat
serta karakteristik peserta didik lainnya. Data tersebut menjadi bahan dasar untuk
penyelenggaraan Pengembangan Diri di sekolah, baik melalui kegiatan yang bersifat
temporer, kegiatan ekstra kurikuler, maupun melalui layanan bimbingan dan konseling
itu sendiri.

Namun harus diperhatikan pula bahwa kegiatan Pengembangan Diri tidak identik
dengan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling tetap harus ditempatkan
sebagai bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah dengan keunikan
karakteristik pelayanannya.

E. Latihan
1. Berilah salah satu contoh kegiatan dalam pembelajaran gerak kepala dan
anggota tubuh?
2. Berilah salah satu contoh kegiatan dalam pembelajaran gerak pindah
diri/mobilitas?
3. Berilah salah satu contoh kegiatan dalam pembelajaran gerak koordinasi?

47
F. Rangkuman
1. Teknik pembelajaran gerak melalui bermain merupakan kegiatan
pembelajaran gerak yang juga dapat menyalurkan emosi (seperti rasa senang,
rasa setuju, rasa kesal) melalui permainan.
2. Terapi fisik atau physio therapy merupakan seni dan ilmu pengobatan dengan
menggunakan tenaga dan daya alam, seperti air (panas, dingin, kandungan
kimia), listrik, sinar, pemijatan, gerakan/gosokan, dan sebagainya.
3. Pengembangan Diri dalam program bina gerak di sekolah yaitu terbentuknya
keyakinan, sikap, perasaan dan cita-cita para peserta didik yang realistis,
sehingga peserta didik dapat memiliki kepribadian yang sehat dan utuh.

G. Evaluasi
Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf A,
B, C, atau D yang mewakili jawaban yang paling benar!
1. Teknik pembelajaran gerak melalui bermain adalah...
A. kegiatan pembelajaran gerak yang juga dapat menyalurkan emosi (seperti
rasa senang, rasa setuju, rasa kesal) melalui permainan.
B. Kegiatan bermain saja tanpa ada unsur gerak
C. Pembelajaran yang mengutamakan bermain
D. Pembelajaran yang mengutamakan gerakan

2. Di bawah ini merupakan pengertian yang tepat dari permainan distruktif,


yaitu...
A. permainan untuk melampiaskan kekesalan hati, benci, dan lain-lain agar
menjadi puas dan senang.
B. Permainan yang memiliki unsur kesenangan sehingga anak terhibur
C. Permainan yang bersifat kompetitif atau persaingan
D. Permainan untk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak
tunadaksa melalui gerak dan lagu

3. Berikut ini merupakan tujuan daari fisioterapi atau terapi fisik, kecuali...
A. Mengurangi/menghilangkan rasa sakit
B. Mengurangi/menghilangkan pembengkakan
C. Mencegah/menghilangkan kontraktur otot
D. Mencegah/menghilangkan ketunaan

48
4. Berikut ini merupakan aktivitas dalam mengembangkan kemampuan motorik
kasar anak tunadaksa, yaitu...
A. Menggambar
B. Melompat
C. Meronce
D. Menyusun balok

5. Psikoterapi (psychotherapy) atau terapi psikis adalah ...


A. Terapi kejiwaan yang memerlukan pengobatan secara medis
B. terapi yang melibatkan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan
perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis.
C. Terapi yang memerlukan bantuan alat atau hewan, misalnya terapi
menggunakan lumba-lumba
D. Terapi yang berkaitan dengan fisik dan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan bicara anak

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di
bagian ahir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi pokok 3,

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban Benar x 100%


5

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 – 100% = baik sekali
80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang

H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan materi berikutnya pada modul ini. Bagus! Tetapi apabila
tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi
pokok 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

49
KUNCI JAWABAN

Tes I
1. A
2. D
3. C
4. B
5. A

Tes II
1. D
2. C
3. A
4. C
5. A

Tes III
1. A
2. A
3. D
4. B
5. B

50

Anda mungkin juga menyukai