Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH MOTORIK

KONSEP BELAJAR MOTORIK

Disusun oleh:

PUTRA RENGKI HENDRO SUSANTO

Dosen Pengampu :

BISMI FORNANDES, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU 2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis telah dianugerahkan kekuatan dan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang sederhana ini. Selawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat sekalian yang telah membawa perubahan dari alam
jahiliyah ke alam yang penuh dengan hidayah.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat dijadikan referensi bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk ini penulis mohon saran-
saran dan perbaikan dari semua pihak.

Bengkulu, 18 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan masalah

Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

Perkembangan kemampuan gerak dasar

Perkembangan fase gerak

Perkembangan keterampilan gerak

BAB II PENUTUP

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Anak-anak mendapat tempat istimewa dalam masyarakat karena mereka yang akan menjadi
generasi penerus. Untuk hal itu maka perkembangan anak juga harus mendapat perhatian yang
khusus demi masa depan yang baik, dalam hal sekecil apapun kita melakukan atau mengajarkan
proses belajar yang salah maka stimulus respon mereka juga akan negatif .“Belajar merupakan
perubahan perilaku atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam waktu tertentu dan
bukan berasal dari proses pertumbuhan (Gagne,1989)”. Dan proses belajar anak dapat mereka
lakukan di mana saja (sumber belajar).

Dan banyak sekali pada kondisi saat ini keluarga,lingkungan itu tidak memahami proses
pertumbuhan anak. Banyak anak yang ditekan dan ditarik kedalam proses yang belum seharusnya
mereka lakukan (demi kepuasan orang tua). Contoh: anak usia sekitar 5-8 tahun yang seharusnya
masih banyak bergerak tapi mereka di hadapkan pada jadwal bimbel. Memang hal itu ada dampak
positifnya demi perkembangan kognitifnya. Tapi dampak pada yang akan datang, anak itu akan
mulai bosan dengan materi belajar disekolah dan keterampilan geraknya tidak dapat maksimal atau
otomatisasi gerak anak tidak dapat berkembang . Padahal manusia mempunyai gerak dasar
yaitu:Lokomotor,Nonlokomotor,Manipulasi. Jika anak tidak melakukan belajar atau tidak mengasah
gerak dasar ini, apa yang akan terjadi?tetap saja anak tidak akan tumbuh dan berkembang dengan
maksimal.

Demi memaksimalkan anak dalam belajar motoriknya,” Belajar motorik sebagai peningkatan
dalam suatu keahlian keterampilan motorik yang disebabkan oleh kondisi-kondisi latihan atau
diperoleh dari pengalaman,dan bukan karena proses kematangan atau motivasi temporer dan
fluktuasi fisiologis” (Rahantoknam,1988). Karena proses ini sangat mendasar maka perlu di
lakukannya suatu hal yang dapat meningkatkan belajar motorik hingga ketempilan gerak anak dapat
berkembang.

Untuk meningkatkan belajar motorik anak juga perlu didasari dengan teori yang ada dan
sebuah penelitian langsung terhadap proses belajar motorik anak. Untuk mengetahui hasilnya
dengan valid.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan kemampuan gerak dasar?

2. Bagaimana perkembangan fase gerak?

3. Bagaimana perkembangan keterampilan gerak?


3. Tujuan Penulisan

1. Dapat memahami bagaimana cara menigkatkan proses pembelajaran gerak anak

2. Dapat memahami bagaimana cara menigkatkan kemampuan gerak dasar anak

3. Dapat memahami bagaimana cara mrningkatkan pembelajaran keterampilan gerak


anak.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Perkembangan kemampuan gerak dasar.

Gerak dasar fundamental mulai dapat dilakukan oleh seseorang sebagian pada masa bayi dan sebagian
pada masa kanak-kanak. Terdapat tiga gerakdasar utama yang melekat pada setiap individu yaitu: a) gerak
lokomotor,b)gerak nonlokomotor,c) gerak manipulatif.

 Penelitian gerak dasar anak

a. Gerak lokomotor

Anak umur 8 bulan dia melihat suatu benda yang menarik perhatiannya tapi tidak
terjangkau oleh tangannya, dia akan mulai menggerakkan tubuhnya atau mengtengkurapkan
badannya dan berusa menggapainya dengan cara kakinya mencari tumpuan agar badannya
dapat maju dan menggapai benda tersebut atau dia dapat merangkak maju (jika sudah
merangkak). Penelitiannya memberikan sebuah objek/ bentak yang berwarnacerah yang dapat
menarik perhatiannya untuk melihat bagaimana dia merespon dan melakukan gerakan untuk
bisa menggapainya. Tapi jika anak berusia 2 tahun akan terlihat gerak lokomotornya ketika dia
berjalan dan menemui sebuah lubang dia akan meloncatinya. Penelitiannya anak disuruh atau
memberi permainan untuk meloncati bentuk petak-petak yang sudah dibuat, dan ada lagi
anak disuruh loncati garis yang sudah dibuat. Maka dari situlah akan terlihat gerak lokomotor
anak

b. Gerak nonlokomotor
Bayi yang baru lahir juga pasti akan bisa menekuk tangannya ketika tangannya mencoba
untuk bergerak mengusap wajahnya. Dan hari ke hari berikutnya bayi juga akan menekukkan
kakinya untuk gerakan menendang pada dia mandi,menangis,dan tidur

c. Gerak manipulasi

Untuk gerakan yang terakhir ini adalaha yang istimewa karena gerak manipulasi yang
memadukan gerak lokomotor dan gerak manipulasi, contoh: seorang anak yang sedang
mendrible bola basket.Dia akan memerlukan koordinasi mata tangan atau bagian tubuh
yang lain.

Pada anak usia 2-4 tahun diberi bola basket kemudia mereka akan penasaran dengan
bola tersebut karena disaat bola di jatuhkan kebawah bola tersebut akan kembali lagi
keatas, maka anak akan memantul-mantulkan bola secara terus menerus dan bisasaja anak
berlari sambil memantul-mantulkan bola basket tersebut.

 Peningkatan gerak

Meskipun gerak fundamental itu sudah ada atau bawaan sejak lahir tapi juga perlu
adanya latihan atau peningkatan gerak tersebut, jika anak mulai terbiasa melakukan gerak
dasar mereka. Jadi anak tidak akan sulit melakukan atau memperaktekkan gerak untuk
berolahraga. Gerak fundamental ini dapat dilatih dan ditingkatkan kepada anak melalui pola
permainan yang masi berteori tentang gerak dasar anak,contoh:
merangkak,berjalan,menekuk kaki,menggiring bola. dengan variasi permainan dan
berprinsip pada contoh gerak manusia itu juga dapat meningkatkan gerak fundamental
anak.

2. Perkembangan fase belajar gerak

Robb (1972), membagi tahap belajar motorik dalam beberapa tahap yaitu:

1) Tahap pembentukan rencana

2) Tahap latihan

3) Tahap pelaksanaan.

Schmidt,(1988) mengutip pendapat Fitts dan Posner yang menyatakan bahwa belajar
keterampilan motorik berlangsung mmelalui beberapa fase,yaitu

1) Fase kognitif

2) Fase fiksasi (asosiasi)

3) Fase otomatisasi.
Merril (1976) menggambarkan bahwa belajar motorik terdiri dari tahap
penguasaan,penghalusan dan penstabilan motorik atau keterampilan teknik olahraga.

 Proses Kognitif

Skema Menurut Piaget (1954), saat bayi atau anak mencoba untuk
membangun pemahaman tentang dunia,otak yang sedang berkembang menciptakan skema
tersebut. Hal ini adalah tindakan atau reperentasi mental yang mengorganisasi
pengetahuan. Dalam teori Piaget,skema perilaku (aktivitas fisik) membedakan masa bayi dan
perkembangan skema mental (aktivitas kognitif) pada masa kanak-kanak
(Lamb,Bornstein,&Teti,2002). Sebuah skema bayi terstruktur oleh tindakan-tindakan
sederhana yang dapat dilakukan terhadap sebuah obyek,seperti mengisap,melihat,dan
menggenggam. Anak-anak yang lebih tua memiliki skema yang meliputi strategi dan rencana
untuk memecahkan masalah. Pada saat ini, kita telah mencapai masa dewasa,kita telah
membangun sejumlah besar skema yang beragam mulai dari mengetahui bagaimana
mengendarai mobil hingga menyeimbangkan anggaran hingga memahami konsep keadilan.

 Asimilasi dan Akomodasi

Untuk menjelaskan bagaimana anak-anak menggunakan dan mengadaptasikan


skema mereka,Piaget menawarkan dua konsep, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
terjadi ketika anak-anak menggunakan skema mereka yang sudah ada untuk berurusan
dengan informasi atau pengalaman. Akomodasi terjadi ketika anak-anak menyesuaikan diri
dengan skema mereka untuk mempertimbangkan informasidan pengalaman baru.

Pikirkan tentang seorang anak usia (1-3tahun) yang telah mempelajari


kata mobil untuk mengidentifikasi mobil keluarga.tersebut mungkin menyebut semua
kendaraan yang bergerak di jalan sebagai “mobil”,termasuk sepeda motor dan truk,
anak itu telah mengasimilasi objek-objek tersebut ke dalam skemanya yang telah ada.
Akan tetapi, anak tersebut segera belajar bahwa motor dan truk bukanlah mobil dam
menyelaraskan kategori untuk mengecualikan sepeda motor dan truk,sehingga
mengakomodasikan skema tersebut.
Asimilasi dan Akomodasi berfungsi bahkan pada bayi yang sangat muda. Bayi
yang baru lahir secara refleks mengisap semua hal yang menyentuh bibir mereka,
mengasimilasikan segala macam objek kedalam skema mengisap mereka. Dengan mengisap
objek yang berbeda, mereka belajar tentang selera,tekstur,bentuk dan sebagainya. Namun
demikian,setelah pengalaman beberapa bulan, mereka membangun pemahaman mereka
tentang dunia secara berbeda. Beberapa objek, seperti jari dan payudara ibu dapat diisap
dan objek lainnya seperti selimut bulu tidak boleh diisap. Dengan kata lain, mereka
megakomodasi skema megisap mereka merupakan bagian intergral dan perkembangan.
Seorang anak laki-laki yang hanya memiliki gagasan yang samar tentang bagaimana
menggunakan palu juga mungkin memiliki gagasan yang samar mengenai bagaimana
menggunakan alat-alat lain. Setelah mempelajari dengan penggunaan-penggunaan
tersebut,mengorganisasi pengetahuannya.
Menurut Piaget, anak-anak terus menerus megasimilasi dan mengakomodasi saat mereka
mencari ekuilibrium. ada gerakan yang cukup besar antara keadaan-keadaan ekuilibrium
dan disekuilibrium kognitif sebagai asimilasi dan akomodasi yang bekerja sama untuk
menghasilkan perubahan kognitif. Ekuilibrium adalah nama yang diberikan Piaget pada
mekanisme ini, ketika anak bergerak ketahap berikutnya.

 Tahap Sensorik-motorik

Tahap sensorik-motorik berlangsung sejak lahir hingga sekitar usia 2tahun. Pada
tahap ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan
pengalaman sensoris (seperti melihan dan mendengar) dengan tindakan-tindakan motorik
fisik-sehingga diistilahkan “sensoris-motorik”. Pada awal tahap ini, bayi yang baru lahir
memiliki lebih sedikit refleks yang bekerja. Pada akhir tahap sensoris-motorik,anak berusia 2
tahun dapat menghasilkan pola yang kompleks dan menggunakan simbol-simbol primitif.
Kami meringkas deskripsi Piaget mengenai bagaimana bayi berkembang :

No Subtahap Usia Deskripsi Contoh

1. Refleks Lahir-1 Koordinasi sensasi dan Refleks rooting (memalingkan


sederhana bulan tindakan melalui perilaku muka bila pipinya
reflektif disentuh),mengisap,dan
menggenggam; bayi yang baru
lahir secara reflek akan mengisap
ketika bibirnya disentuh

2. Kebiasaan 1-4 bulan Koordinasi sensasi dan dua Mengulang sensai tubuh dari
pertama dan jenis skema: kebiasaan pengalaman pertama yang
reaksi sirkular (refleks)dan reaksi sirkular dialami secara kebetulan
primer primer (reproduksi dari (misalnya mengisap ibu
sebuah peristiwa yang jari);kemudian bayi mungkin
awalnya terjadi secara mengakomodasikan tindakan-
kebetulan). Fokus utamanya tindakan dengan mengisap
masih pada tubuh bayi jempol mereka secara berbeda
dari yang mereka isap dari puting
susu.
3. Reaksi 4-8 bulan Bayi menjadi lebih Bayi berbisik untuk membuat
sirkular berorientasi pada objek, seseorang tetap dekat,saat
sekunder bergerak di luar orang-orang beranjak pergi,bayi
kesibukandengan diri bebisik lagi.
sendiri; mengulangi tindakan
yang membawa hasil yang
menarik atau
menyenangkan.

4. Koordinasi 8-12 Koordinasi penglihatan dan Bayi memanipulasi sebuah


reaksi sirkular bulan sentuhan koordinasi tangan- tongkat untuk menarik sebuah
sekunder mata;koordinasi skema dab mainan yang menarik yang berda
intensional. dalam jangkauan.

5. Reaksi 12-16 Bayi menjadi tertarik oleh Sebuah blok dapat dibuat
sirkular bulan banyak sifat-sifat objek dan jatuh,berputar,membentur objek
tersier berbagai cara mereka yang lagi,dan meluncur di tanah
kebaruan,dan dapat membuat sesuatu
rasa ingin terjadi pada objek tersebut;
tahu mereka bereksperimen
dengan perilaku baru.

6. Internalisasi 18-24 Bayi mengembangkan Bayi yang tidak pernah


skema bulan kemampuan untuk menunjukkan perilaku marah
menggunakan simbol-simbol sebelum ia melihat seorang
primitif dan bentuk teman bermain mengamuk;bayi
tersebut menyimpan memori
representasi mental yang kejadian itu,kemudian
bertahan lama. membuang sendiri satu memori
pada hari berikut

Penelitian mengenai Perkembangan Anak

 Contoh penelitian Piaget

Permensasai objek adalah salah satu hal yang menonjol dalam pencapaian kognitif pada
masa bayi. Contoh : bayi laki-laki usia 5 bulan di dudukkan dan di hadapkan pada sebuah
boneka monyet yang di taruh di atas meja tepat berada di depannya. Bayi terssebut melihat
pada mainan monyet (kiri), tetapi ketika pandangannya ke mainan itu di halangi (kanan), ia
tidak mencari. Beberapa bulan kemudian, ia akan mencari mainan monyet tersembunyi
tersebut, mencerminkan adanya permanensi objek (untuk perkembangan kognitif).

 Anak belajar bermain bulutangkis


Kognisi Fiksasi Otamatisasi

a. kognisi

Untuk tahap awal mereka hanya melihat pertandingan bulutangkis secara langsung atau
mereka hanya menonton pertandingan lewat televisi dari situlah anak juga dapat termotivasi
dengan permainan bulutangkis. Pada tahap ini anak akan berusaha memahami bentuk-
bentuk gerakan yang dipelajarinya, keterampilan intelektual banyak dilibatkan pada tahap
ini. Anak mulai mencoba-coba melakukan tugas motorik, dan anak yang bersangkutan
dihadapkan dengan tugas yakni apa yang harus dilakukan untuk bisa melakukan teknik
permainan bulutangkis. Pada tahap ini anak harus memahami apa yang diperlukan oleh
keterampilan atau teknik dasar bulutangkis,seperti:servis,pukulan bachand,pukulan loop dll.
Anak yang memperoleh konsep verbal yang cukup dan dapat mencerna teknik dasar
bulutangkis tersebut sampai taraf tertentu pada fase ini.

b. Fiksasi

Tahap kedua yang berlangsung setelah tahap pertama selesai. Dari tahap ini anak mulai
memusat perhatiannya untuk melakukan pola motorik atau latihan melakukan teknik dasar
bulutangkis yang baik (benar),seperti melakukan ;servis,pukulan loop,pukulan
backhan,smash dll. Pada tahap ini gerakan yang dilakukan anak tidak lagi untung-
untungan,tetapi makin konsisten. Gerakan anak makin terpola.

c. Otomatisasi

Tahap ini adalah tahap yang paling akhir dari belajar motorik. Pada fase ini anak mampu melakukan
seluruh rencana palaksanaan secara otomatisasi atau tanpa disadari sama sekali. Dan hal ini pasti akan terlihat
ketika anak melakukan pertandingan bulutangkis dia akan secara otomatisasi bergerak sesuai teknik dalam
melakukan servis,pukulan smash dll.

Perkembangan keterampilan motorik

keterampilan motorik dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut pandang. Pada


bagian ini akan dikaji klasifikasi keterampilan motorik berdasarkan kecermatan
gerak,awal dan berakhirnya suatu kegiatan,stabilitas lingkungan,gerak obyek dan
lingkungan,dan keterasingan terhadap suatu keterampilan.

1. Klasifikasi berdasarkan kecermatan gerak

a). keterampilan motorik kasar

Dalam keterampilan motorik kasar ini anaksering menggunakannya dalam


kegiatan sehari hari berjalan,berlari,memukul dan sebagainya. Keterampilan
motorik kasar ini sangat berkaitan dengan otot-otot besar yang ada pada dalam
tubuh manusia. Dan hampir untuk keterampilan olahraga itu saat berdominan
memakai otot-otot besar tapi juga masih ada keterampilan motorik halusnya untuk
penyesuaian diri. Maka sebab itu olahraga sebagai kelompok keterampilan motorik
kasar.

b). Keterampilan motorik halus

Keterampilan gerak halus lebih menunjukkan kepada kualitas gerak yang


lembut. Kunci keberhasilan keterampilan motorik halus ini salah satunya ditentukan
oleh koordinasi Ineuromusculer, anak akan menggunakan keterampilan motorik
halus ini ketika :menulis,menggambar dll. Semua gerak yang melibatkan otot-otot
kecil/halus.

2. Klasifikasi Berdasarkan titik awal dan akhir gerak

a). keterampilan motorik diskrit

Sebagai perkembangan keterampilan motorik diskrit akan terlihat dalam


renang yaitu pada saat melakukan loncat indah,dan ada juga pada gerakan senam
lantai mengguling kedepan sekali. Karena gerakan ini di lakukan sangat cepat dan
perlu dukungan kemampuan kognitif.

b). Keterampilan motorik serial

keterampilan motorik serial merupakan gabungan dari beberapa


keterampilan motorik terputusyang dilakukan secara berulang-ulang. Poulton (1966)
dan travers (1977), berdasarkan penelitiannya menyimpulkan,penampilan akan
menjadi efektif apabila situasi yang diantisipasi dan penyesuaian diri
dipersiapkan(dalam singer,1980). Contoh keterampilan motorik berangkai adalah
gerakan mengguling ke depan beberapa kali, latihan smash tenis meja gengan
bantuan alat pelempar dll.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Penelitian dalam belajar motorik adalah suatu upaya untuk mengetahui


perkembangan gerak anak dari hasil belajar gerak anak dan untuk meningkatkan motorik
yang di miliki anak. Belajar motorik sangat penting untuk anak dalam berkembang. Dari
penelitian gerak anak maka dapat di simpulkan bahwa anak mempunyai rangkaian untuk
melakukan gerakan. Untuk melakukan 1 gerakan saja itu juga melalui proses dalam otak
dan sistem motorik yang ada,misal:melakukan servis bulutangkis, anak juga perlu
pemahaman,latihan,hingga bisa melakukannya dengan baik. Tapi tidak sama dengan
gerak dasar anak yang sudah mereka miliki sejak
lahir,seperti:lokomotor,nonlokomotor,manipulasi dan ada juga gerak refleks
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung:


Yrama Widya.
Aqib, Zainal, dkk, 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD,
SLB, dan TK.Bandung: Yrama Widya.

_ _, Penataran PKBTK Bagi Guru, Kepala TK dan Pemilik


TK/SD

Kotamadya Surakarta Tahun 1994/1995. Surakarta: Depdikbud.

, 2007. Bidang Pengembangan Fisik/Motorik di Taman Kanak-kanak.

Jakarta: Depdiknas.

Arikunto, Suharsimi, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi


Aksara.

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Dr. Sugiyanto, dkk. Perkembangan dan Belajar Motorik. Departemen


pendidikan

dan kebudayaan direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah.

Fatmawati, Risa, 2011. Upaya Meningkatkan Motorik Halus Anak


Melalui

Permainan Melipat Kertas Pada Kelompok A di TK Sabilul Falah Jetis

Sukoharj. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan).

Anda mungkin juga menyukai