Disusun oleh:
Dosen Pengampu :
Syukur Alhamdulillah, penulis telah dianugerahkan kekuatan dan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang sederhana ini. Selawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat sekalian yang telah membawa perubahan dari alam
jahiliyah ke alam yang penuh dengan hidayah.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat dijadikan referensi bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk ini penulis mohon saran-
saran dan perbaikan dari semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan masalah
Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
BAB II PENUTUP
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anak-anak mendapat tempat istimewa dalam masyarakat karena mereka yang akan menjadi
generasi penerus. Untuk hal itu maka perkembangan anak juga harus mendapat perhatian yang
khusus demi masa depan yang baik, dalam hal sekecil apapun kita melakukan atau mengajarkan
proses belajar yang salah maka stimulus respon mereka juga akan negatif .“Belajar merupakan
perubahan perilaku atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam waktu tertentu dan
bukan berasal dari proses pertumbuhan (Gagne,1989)”. Dan proses belajar anak dapat mereka
lakukan di mana saja (sumber belajar).
Dan banyak sekali pada kondisi saat ini keluarga,lingkungan itu tidak memahami proses
pertumbuhan anak. Banyak anak yang ditekan dan ditarik kedalam proses yang belum seharusnya
mereka lakukan (demi kepuasan orang tua). Contoh: anak usia sekitar 5-8 tahun yang seharusnya
masih banyak bergerak tapi mereka di hadapkan pada jadwal bimbel. Memang hal itu ada dampak
positifnya demi perkembangan kognitifnya. Tapi dampak pada yang akan datang, anak itu akan
mulai bosan dengan materi belajar disekolah dan keterampilan geraknya tidak dapat maksimal atau
otomatisasi gerak anak tidak dapat berkembang . Padahal manusia mempunyai gerak dasar
yaitu:Lokomotor,Nonlokomotor,Manipulasi. Jika anak tidak melakukan belajar atau tidak mengasah
gerak dasar ini, apa yang akan terjadi?tetap saja anak tidak akan tumbuh dan berkembang dengan
maksimal.
Demi memaksimalkan anak dalam belajar motoriknya,” Belajar motorik sebagai peningkatan
dalam suatu keahlian keterampilan motorik yang disebabkan oleh kondisi-kondisi latihan atau
diperoleh dari pengalaman,dan bukan karena proses kematangan atau motivasi temporer dan
fluktuasi fisiologis” (Rahantoknam,1988). Karena proses ini sangat mendasar maka perlu di
lakukannya suatu hal yang dapat meningkatkan belajar motorik hingga ketempilan gerak anak dapat
berkembang.
Untuk meningkatkan belajar motorik anak juga perlu didasari dengan teori yang ada dan
sebuah penelitian langsung terhadap proses belajar motorik anak. Untuk mengetahui hasilnya
dengan valid.
2. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Gerak dasar fundamental mulai dapat dilakukan oleh seseorang sebagian pada masa bayi dan sebagian
pada masa kanak-kanak. Terdapat tiga gerakdasar utama yang melekat pada setiap individu yaitu: a) gerak
lokomotor,b)gerak nonlokomotor,c) gerak manipulatif.
a. Gerak lokomotor
Anak umur 8 bulan dia melihat suatu benda yang menarik perhatiannya tapi tidak
terjangkau oleh tangannya, dia akan mulai menggerakkan tubuhnya atau mengtengkurapkan
badannya dan berusa menggapainya dengan cara kakinya mencari tumpuan agar badannya
dapat maju dan menggapai benda tersebut atau dia dapat merangkak maju (jika sudah
merangkak). Penelitiannya memberikan sebuah objek/ bentak yang berwarnacerah yang dapat
menarik perhatiannya untuk melihat bagaimana dia merespon dan melakukan gerakan untuk
bisa menggapainya. Tapi jika anak berusia 2 tahun akan terlihat gerak lokomotornya ketika dia
berjalan dan menemui sebuah lubang dia akan meloncatinya. Penelitiannya anak disuruh atau
memberi permainan untuk meloncati bentuk petak-petak yang sudah dibuat, dan ada lagi
anak disuruh loncati garis yang sudah dibuat. Maka dari situlah akan terlihat gerak lokomotor
anak
b. Gerak nonlokomotor
Bayi yang baru lahir juga pasti akan bisa menekuk tangannya ketika tangannya mencoba
untuk bergerak mengusap wajahnya. Dan hari ke hari berikutnya bayi juga akan menekukkan
kakinya untuk gerakan menendang pada dia mandi,menangis,dan tidur
c. Gerak manipulasi
Untuk gerakan yang terakhir ini adalaha yang istimewa karena gerak manipulasi yang
memadukan gerak lokomotor dan gerak manipulasi, contoh: seorang anak yang sedang
mendrible bola basket.Dia akan memerlukan koordinasi mata tangan atau bagian tubuh
yang lain.
Pada anak usia 2-4 tahun diberi bola basket kemudia mereka akan penasaran dengan
bola tersebut karena disaat bola di jatuhkan kebawah bola tersebut akan kembali lagi
keatas, maka anak akan memantul-mantulkan bola secara terus menerus dan bisasaja anak
berlari sambil memantul-mantulkan bola basket tersebut.
Peningkatan gerak
Meskipun gerak fundamental itu sudah ada atau bawaan sejak lahir tapi juga perlu
adanya latihan atau peningkatan gerak tersebut, jika anak mulai terbiasa melakukan gerak
dasar mereka. Jadi anak tidak akan sulit melakukan atau memperaktekkan gerak untuk
berolahraga. Gerak fundamental ini dapat dilatih dan ditingkatkan kepada anak melalui pola
permainan yang masi berteori tentang gerak dasar anak,contoh:
merangkak,berjalan,menekuk kaki,menggiring bola. dengan variasi permainan dan
berprinsip pada contoh gerak manusia itu juga dapat meningkatkan gerak fundamental
anak.
Robb (1972), membagi tahap belajar motorik dalam beberapa tahap yaitu:
2) Tahap latihan
3) Tahap pelaksanaan.
Schmidt,(1988) mengutip pendapat Fitts dan Posner yang menyatakan bahwa belajar
keterampilan motorik berlangsung mmelalui beberapa fase,yaitu
1) Fase kognitif
3) Fase otomatisasi.
Merril (1976) menggambarkan bahwa belajar motorik terdiri dari tahap
penguasaan,penghalusan dan penstabilan motorik atau keterampilan teknik olahraga.
Proses Kognitif
Skema Menurut Piaget (1954), saat bayi atau anak mencoba untuk
membangun pemahaman tentang dunia,otak yang sedang berkembang menciptakan skema
tersebut. Hal ini adalah tindakan atau reperentasi mental yang mengorganisasi
pengetahuan. Dalam teori Piaget,skema perilaku (aktivitas fisik) membedakan masa bayi dan
perkembangan skema mental (aktivitas kognitif) pada masa kanak-kanak
(Lamb,Bornstein,&Teti,2002). Sebuah skema bayi terstruktur oleh tindakan-tindakan
sederhana yang dapat dilakukan terhadap sebuah obyek,seperti mengisap,melihat,dan
menggenggam. Anak-anak yang lebih tua memiliki skema yang meliputi strategi dan rencana
untuk memecahkan masalah. Pada saat ini, kita telah mencapai masa dewasa,kita telah
membangun sejumlah besar skema yang beragam mulai dari mengetahui bagaimana
mengendarai mobil hingga menyeimbangkan anggaran hingga memahami konsep keadilan.
Tahap Sensorik-motorik
Tahap sensorik-motorik berlangsung sejak lahir hingga sekitar usia 2tahun. Pada
tahap ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan
pengalaman sensoris (seperti melihan dan mendengar) dengan tindakan-tindakan motorik
fisik-sehingga diistilahkan “sensoris-motorik”. Pada awal tahap ini, bayi yang baru lahir
memiliki lebih sedikit refleks yang bekerja. Pada akhir tahap sensoris-motorik,anak berusia 2
tahun dapat menghasilkan pola yang kompleks dan menggunakan simbol-simbol primitif.
Kami meringkas deskripsi Piaget mengenai bagaimana bayi berkembang :
2. Kebiasaan 1-4 bulan Koordinasi sensasi dan dua Mengulang sensai tubuh dari
pertama dan jenis skema: kebiasaan pengalaman pertama yang
reaksi sirkular (refleks)dan reaksi sirkular dialami secara kebetulan
primer primer (reproduksi dari (misalnya mengisap ibu
sebuah peristiwa yang jari);kemudian bayi mungkin
awalnya terjadi secara mengakomodasikan tindakan-
kebetulan). Fokus utamanya tindakan dengan mengisap
masih pada tubuh bayi jempol mereka secara berbeda
dari yang mereka isap dari puting
susu.
3. Reaksi 4-8 bulan Bayi menjadi lebih Bayi berbisik untuk membuat
sirkular berorientasi pada objek, seseorang tetap dekat,saat
sekunder bergerak di luar orang-orang beranjak pergi,bayi
kesibukandengan diri bebisik lagi.
sendiri; mengulangi tindakan
yang membawa hasil yang
menarik atau
menyenangkan.
5. Reaksi 12-16 Bayi menjadi tertarik oleh Sebuah blok dapat dibuat
sirkular bulan banyak sifat-sifat objek dan jatuh,berputar,membentur objek
tersier berbagai cara mereka yang lagi,dan meluncur di tanah
kebaruan,dan dapat membuat sesuatu
rasa ingin terjadi pada objek tersebut;
tahu mereka bereksperimen
dengan perilaku baru.
Permensasai objek adalah salah satu hal yang menonjol dalam pencapaian kognitif pada
masa bayi. Contoh : bayi laki-laki usia 5 bulan di dudukkan dan di hadapkan pada sebuah
boneka monyet yang di taruh di atas meja tepat berada di depannya. Bayi terssebut melihat
pada mainan monyet (kiri), tetapi ketika pandangannya ke mainan itu di halangi (kanan), ia
tidak mencari. Beberapa bulan kemudian, ia akan mencari mainan monyet tersembunyi
tersebut, mencerminkan adanya permanensi objek (untuk perkembangan kognitif).
a. kognisi
Untuk tahap awal mereka hanya melihat pertandingan bulutangkis secara langsung atau
mereka hanya menonton pertandingan lewat televisi dari situlah anak juga dapat termotivasi
dengan permainan bulutangkis. Pada tahap ini anak akan berusaha memahami bentuk-
bentuk gerakan yang dipelajarinya, keterampilan intelektual banyak dilibatkan pada tahap
ini. Anak mulai mencoba-coba melakukan tugas motorik, dan anak yang bersangkutan
dihadapkan dengan tugas yakni apa yang harus dilakukan untuk bisa melakukan teknik
permainan bulutangkis. Pada tahap ini anak harus memahami apa yang diperlukan oleh
keterampilan atau teknik dasar bulutangkis,seperti:servis,pukulan bachand,pukulan loop dll.
Anak yang memperoleh konsep verbal yang cukup dan dapat mencerna teknik dasar
bulutangkis tersebut sampai taraf tertentu pada fase ini.
b. Fiksasi
Tahap kedua yang berlangsung setelah tahap pertama selesai. Dari tahap ini anak mulai
memusat perhatiannya untuk melakukan pola motorik atau latihan melakukan teknik dasar
bulutangkis yang baik (benar),seperti melakukan ;servis,pukulan loop,pukulan
backhan,smash dll. Pada tahap ini gerakan yang dilakukan anak tidak lagi untung-
untungan,tetapi makin konsisten. Gerakan anak makin terpola.
c. Otomatisasi
Tahap ini adalah tahap yang paling akhir dari belajar motorik. Pada fase ini anak mampu melakukan
seluruh rencana palaksanaan secara otomatisasi atau tanpa disadari sama sekali. Dan hal ini pasti akan terlihat
ketika anak melakukan pertandingan bulutangkis dia akan secara otomatisasi bergerak sesuai teknik dalam
melakukan servis,pukulan smash dll.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Jakarta: Depdiknas.