Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN BELAJAR MOTORIK PADA ANAK

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Teori Belajar Motorik

Dosen Pengampu:
Dr. Andun Sudijandoko, M.Kes.,AIFO.

Oleh :

Andi Ahmad Ashar Haris


(22070805021)

KELAS 2022 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT, karena atas berkat dan limpahan karunia NYA,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang Perkembangan Belajar
Motorik pada Anak sebagai tugas Mata Kuliah Teori Belajar Motorik pada program studi S2
Pendidikan Olahraga Universitas Negeri Surabaya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini tidak lepas
dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengharapkan
kritik serta saran dari dosen pengampu Bapak Dr. Andun Sudijandoko, M.Kes.,AIFO. dan
rekan-rekan mahasiswa demi perbaikan makalah ini.
Semoga kebaikan dan pengorbanan kita semua mendapat ganjaran dan limpahan
berkat serta karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin.

Surabaya, 17 Desember 2022

DAFTAR ISI

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kemampuan Gerak Dasar

B. Fase Perkembangan Belajar Gerak

A. Perkembangan Keterampilan Motorik

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak-anak mendapat tempat istimewa dalam masyarakat karena mereka yang
akan menjadi generasi penerus. Untuk hal itu maka perkembangan anak juga harus
mendapat perhatian yang khusus demi masa depan yang baik, dalam hal sekecil apapun
kita melakukan atau mengajarkan proses belajar yang salah maka stimulus respon
mereka juga akan negatif .“Belajar merupakan perubahan perilaku atau perubahan
kecakapan yang mampu bertahan dalam waktu tertentu dan bukan berasal dari proses
pertumbuhan (Gagne,1989)”. Proses belajar anak dapat mereka lakukan di mana saja dan
namun pada kondisi saat ini keluarga serta lingkungaa kurang memahami proses
pertumbuhan anak. Banyak anak yang ditekan dan ditarik kedalam proses yang belum
seharusnya mereka lakukan demi kepuasan orang tua. Misalnya anak usia sekitar 5-8
tahun yang seharusnya masih banyak bergerak tapi mereka di hadapkan pada jadwal
bimbingan belajar yang sangat padat. Memang hal itu ada dampak positifnya demi
perkembangan kognitifnya namun dampak keterampilan geraknya tidak dapat maksimal
atau otomatisasi gerak anak tidak dapat berkembang. Padahal anak mempunyai gerak
dasar yang harus dimaksimalkan yaitu lokomotor, nonlokomotor, dan manipulasi. Jika
anak tidak mengasah gerak dasar ini, maka anak tidak akan tumbuh dan berkembang
dengan maksimal.
Demi memaksimalkan anak dalam belajar motoriknya maka belajar motorik
sebagai peningkatan dalam suatu keahlian keterampilan motorik yang disebabkan oleh
kondisi-kondisi latihan yang diperoleh dari pengalaman, dan bukan karena proses
kematangan atau motivasi temporer dan fluktuasi fisiologis” (Rahantoknam,1988).
Karena proses ini sangat mendasar maka perlu di lakukannya suatu hal yang dapat
meningkatkan kemampuan belajar motoriknya hingga ketempilan gerak anak dapat
berkembang dengan baik. Untuk meningkatkan kempuan motorik anak perlu didasari
dengan teori yang ada agar ada patokan yang bisa dilihat dalam membimbing
perkembangan belajar motorik anak, oleh karena itu makalah ini akan membahas tentang
kemampuan gerak dasar, fase perkembangan gerak dan perkembangan keterampilan
gerak.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana tersebut sebelumnya maka dapat
diidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan gerak dasar?
2. Bagaimana fase perkembangan gerak?
3. Bagaimana perkembangan keterampilan gerak?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dibahas maka tujuan yang
hendak dicapai adalah :
1. Dapat mengetahui cara menigkatkan proses pembelajaran gerak anak
2. Dapat mengetahui cara menigkatkan kemampuan gerak dasar anak
3. Dapat mengetahui cara mrningkatkan pembelajaran keterampilan gerak anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan kemampuan gerak dasar.
Gerak dasar fundamental mulai dapat dilakukan oleh seseorang sebagian pada
masa bayi dan sebagian pada masa kanak-kanak. Terdapat tiga gerakdasar utama yang
melekat pada setiap individu yaitu: a) gerak lokomotor,b)gerak nonlokomotor,c) gerak
manipulatif.
a. Gerak lokomotor
Anak umur 8 bulan dia melihat suatu benda yang menarik perhatiannya tapi tidak
terjangkau oleh tangannya, dia akan mulai menggerakkan tubuhnya atau
mengtengkurapkan badannya dan berusa menggapainya dengan cara kakinya mencari
tumpuan agar badannya dapat maju dan menggapai benda tersebut atau dia dapat
merangkak maju (jika sudah merangkak). Penelitiannya memberikan sebuah objek/
bentak yang berwarnacerah yang dapat menarik perhatiannya untuk melihat
bagaimana dia merespon dan melakukan gerakan untuk bisa menggapainya. Tapi jika
anak berusia 2 tahun akan terlihat gerak lokomotornya ketika dia berjalan dan
menemui sebuah lubang dia akan meloncatinya. Penelitiannya anak disuruh atau
memberi permainan untuk meloncati bentuk petak-petak yang sudah dibuat, dan ada
lagi anak disuruh loncati garis yang sudah dibuat. Maka dari situlah akan terlihat
gerak lokomotor anak
b. Gerak nonlokomotor
Bayi yang baru lahir juga pasti akan bisa menekuk tangannya ketika tangannya
mencoba untuk bergerak mengusap wajahnya. Dan hari ke hari berikutnya bayi juga
akan menekukkan kakinya untuk gerakan menendang pada dia mandi,menangis,dan
tidur
c. Gerak manipulasi
Untuk gerakan yang terakhir ini adalaha yang istimewa karena gerak manipulasi yang
memadukan gerak lokomotor dan gerak manipulasi, contoh: seorang anak yang
sedang mendrible bola basket.Dia akan memerlukan koordinasi mata tangan atau
bagian tubuh yang lain. Pada anak usia 2-4 tahun diberi bola basket kemudia mereka
akan penasaran dengan bola tersebut karena disaat bola di jatuhkan kebawah bola
tersebut akan kembali lagi keatas, maka anak akan memantul-mantulkan bola secara
terus menerus dan bisasaja anak berlari sambil memantul-mantulkan bola basket
tersebut.

3
Meskipun gerak fundamental itu sudah ada atau bawaan sejak lahir tapi juga perlu
adanya latihan atau peningkatan gerak tersebut, jika anak mulai terbiasa melakukan gerak
dasar mereka. Jadi anak tidak akan sulit melakukan atau memperaktekkan gerak untuk
berolahraga. Gerak fundamental ini dapat dilatih dan ditingkatkan kepada anak melalui pola
permainan yang masi berteori tentang gerak dasar anak,contoh: merangkak,berjalan,menekuk
kaki,menggiring bola. dengan variasi permainan dan berprinsip pada contoh gerak manusia
itu juga dapat meningkatkan gerak fundamental anak.

B. Fase perkembangan belajar gerak


Robb (1972), membagi tahap belajar motorik dalam beberapa tahap yaitu:
1. Tahap pembentukan rencana
2. Tahap latihan
3. Tahap pelaksanaan.
Schmidt,(1988) mengutip pendapat Fitts dan Posner yang menyatakan bahwa
belajar keterampilan motorik berlangsung mmelalui beberapa fase, yaitu
1. Fase kognitif
2. Fase fiksasi (asosiasi)
3. Fase otomatisasi.
Merril (1976) menggambarkan bahwa belajar motorik terdiri dari tahap penguasaan,
penghalusan dan penstabilan motorik atau keterampilan teknik olahraga.
a. Fase Kognitif
Skema Menurut Piaget (1954), saat bayi atau anak mencoba untuk
membangun pemahaman tentang dunia,otak yang sedang berkembang menciptakan
skema tersebut. Hal ini adalah tindakan atau reperentasi mental yang mengorganisasi
pengetahuan. Dalam teori Piaget,skema perilaku (aktivitas fisik) membedakan masa
bayi dan perkembangan skema mental (aktivitas kognitif) pada masa kanak-kanak
(Lamb,Bornstein,&Teti,2002). Sebuah skema bayi terstruktur oleh tindakan-tindakan
sederhana yang dapat dilakukan terhadap sebuah obyek,seperti mengisap,melihat,dan
menggenggam. Anak-anak yang lebih tua memiliki skema yang meliputi strategi dan
rencana untuk memecahkan masalah. Pada saat ini, kita telah mencapai masa
dewasa,kita telah membangun sejumlah besar skema yang beragam mulai dari
mengetahui bagaimana mengendarai mobil hingga menyeimbangkan anggaran hingga
memahami konsep keadilan.
a. Asimilasi dan Akomodasi

4
Untuk menjelaskan bagaimana anak-anak menggunakan dan mengadaptasikan
skema mereka,Piaget menawarkan dua konsep, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika anak-anak menggunakan skema mereka yang sudah ada untuk
berurusan dengan informasi atau pengalaman. Akomodasi terjadi ketika anak-anak
menyesuaikan diri dengan skema mereka untuk mempertimbangkan informasidan
pengalaman baru. Pikirkan tentang seorang anak usia (1-3tahun) yang telah
mempelajari kata mobil untuk mengidentifikasi mobil keluarga.tersebut mungkin
menyebut semua kendaraan yang bergerak di jalan sebagai “mobil”,termasuk sepeda
motor dan truk, anak itu telah mengasimilasi objek-objek tersebut ke dalam skemanya
yang telah ada. Akan tetapi, anak tersebut segera belajar bahwa motor dan truk
bukanlah mobil dam menyelaraskan kategori untuk mengecualikan sepeda motor dan
truk,sehingga mengakomodasikan skema tersebut.
Asimilasi dan Akomodasi berfungsi bahkan pada bayi yang sangat muda. Bayi
yang baru lahir secara refleks mengisap semua hal yang menyentuh bibir mereka,
mengasimilasikan segala macam objek kedalam skema mengisap mereka. Dengan
mengisap objek yang berbeda, mereka belajar tentang selera,tekstur,bentuk dan
sebagainya. Namun demikian,setelah pengalaman beberapa bulan, mereka
membangun pemahaman mereka tentang dunia secara berbeda. Beberapa objek,
seperti jari dan payudara ibu dapat diisap dan objek lainnya seperti selimut bulu tidak
boleh diisap. Dengan kata lain, mereka megakomodasi skema megisap mereka
merupakan bagian intergral dan perkembangan. Seorang anak laki-laki yang hanya
memiliki gagasan yang samar tentang bagaimana menggunakan palu juga mungkin
memiliki gagasan yang samar mengenai bagaimana menggunakan alat-alat lain.
Setelah mempelajari dengan penggunaan-penggunaan tersebut,mengorganisasi
pengetahuannya. Menurut Piaget, anak-anak terus menerus megasimilasi dan
mengakomodasi saat mereka mencari ekuilibrium. ada gerakan yang cukup besar
antara keadaan-keadaan ekuilibrium dan disekuilibrium kognitif sebagai asimilasi
dan akomodasi yang bekerja sama untuk menghasilkan perubahan kognitif.
Ekuilibrium adalah nama yang diberikan Piaget pada mekanisme ini, ketika anak
bergerak ketahap berikutnya.
b. Tahap Sensorik-motorik
Tahap sensorik-motorik berlangsung sejak lahir hingga sekitar usia 2tahun.
Pada tahap ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia dengan
mengoordinasikan pengalaman sensoris (seperti melihan dan mendengar) dengan

5
tindakan-tindakan motorik fisik-sehingga diistilahkan “sensoris-motorik”. Pada awal
tahap ini, bayi yang baru lahir memiliki lebih sedikit refleks yang bekerja. Pada akhir
tahap sensoris-motorik,anak berusia 2 tahun dapat menghasilkan pola yang kompleks
dan menggunakan simbol-simbol primitif. Kami meringkas deskripsi Piaget mengenai
bagaimana bayi berkembang :
No Subtahap Usia Deskripsi Contoh
1. Refleks Lahir-1 Koordinasi sensasi Refleks rooting
sederhana bulan dan tindakan (memalingkan muka bila
melalui perilaku pipinya
reflektif disentuh),mengisap,dan
menggenggam; bayi yang
baru lahir secara reflek
akan mengisap ketika
bibirnya disentuh
2. Kebiasaan 1-4 bulan Koordinasi sensasi Mengulang sensai tubuh
pertama dan dan dua jenis dari pengalaman pertama
reaksi skema: kebiasaan yang dialami secara
sirkular (refleks)dan reaksi kebetulan (misalnya
primer sirkular primer mengisap ibu
(reproduksi dari jari);kemudian bayi
sebuah peristiwa mungkin
yang awalnya mengakomodasikan
terjadi secara tindakan-tindakan dengan
kebetulan). Fokus mengisap jempol mereka
utamanya masih secara berbeda dari yang
pada tubuh bayi mereka isap dari puting
susu.
3. Reaksi 4-8 bulan Bayi menjadi lebih Bayi berbisik untuk
sirkular berorientasi pada membuat seseorang tetap
sekunder objek, bergerak di dekat,saat orang-orang
luar beranjak pergi,bayi
kesibukandengan bebisik lagi.
diri sendiri;

6
mengulangi
tindakan yang
membawa hasil
yang menarik atau
menyenangkan.
4. Koordinasi 8-12 bulan Koordinasi Bayi memanipulasi
reaksi penglihatan dan sebuah tongkat untuk
sirkular sentuhan koordinasi menarik sebuah mainan
sekunder tangan- yang menarik yang berda
mata;koordinasi dalam jangkauan.
skema dab
intensional.
5. Reaksi 12-16 bulan Bayi menjadi Sebuah blok dapat dibuat
sirkular tertarik oleh banyak jatuh,berputar,membentur
tersier sifat-sifat objek dan objek lagi,dan meluncur
kebaruan,dan berbagai cara di tanah
rasa ingin mereka yang dapat
tahu membuat sesuatu
terjadi pada objek
tersebut; mereka
bereksperimen
dengan perilaku
baru.
6. Internalisasi 18-24 bulan Bayi Bayi yang tidak pernah
skema mengembangkan menunjukkan perilaku
kemampuan untuk marah sebelum ia melihat
menggunakan seorang teman bermain
simbol-simbol mengamuk;bayi tersebut
primitif dan bentuk menyimpan memori
representasi mental kejadian itu,kemudian
yang bertahan lama. membuang sendiri satu
memori pada hari berikut

7
Penelitian mengenai Perkembangan Anak misalnya dalam penelitian Piaget, objek
adalah salah satu hal yang menonjol dalam pencapaian kognitif pada masa bayi. Contoh :
bayi laki-laki usia 5 bulan di dudukkan dan di hadapkan pada sebuah boneka monyet
yang di taruh di atas meja tepat berada di depannya. Bayi terssebut melihat pada mainan
monyet (kiri), tetapi ketika pandangannya ke mainan itu di halangi (kanan), ia tidak
mencari. Beberapa bulan kemudian, ia akan mencari mainan monyet tersembunyi
tersebut, mencerminkan adanya permanensi objek (untuk perkembangan kognitif).
Cotoh tahapan kognisi, fiksasi dan otamatisasi anak dalam belajar bermain
bulutangkis, pada tahap kognisi awalnya mereka hanya melihat pertandingan bulutangkis
secara langsung atau mereka hanya menonton pertandingan lewat televisi dari situlah
anak juga dapat termotivasi dengan permainan bulutangkis. Pada tahap ini anak akan
berusaha memahami bentuk-bentuk gerakan yang dipelajarinya, keterampilan intelektual
banyak dilibatkan pada tahap ini. Anak mulai mencoba-coba melakukan tugas motorik,
dan anak yang bersangkutan dihadapkan dengan tugas yakni apa yang harus dilakukan
untuk bisa melakukan teknik permainan bulutangkis. Pada tahap ini anak harus
memahami apa yang diperlukan oleh keterampilan atau teknik dasar
bulutangkis,seperti:servis,pukulan bachand,pukulan loop dll. Anak yang memperoleh
konsep verbal yang cukup dan dapat mencerna teknik dasar bulutangkis tersebut sampai
taraf tertentu pada fase ini. Pada tahap fiksasi yang berlangsung setelah tahap pertama
selesai. Tahap ini anak mulai memusat perhatiannya untuk melakukan pola motorik atau
latihan melakukan teknik dasar bulutangkis yang baik (benar),seperti
melakukan ;servis,pukulan loop,pukulan backhan,smash dll. Pada tahap ini gerakan yang
dilakukan anak tidak lagi untung-untungan,tetapi makin konsisten. Gerakan anak makin
terpola.sedangkan pada tahap otomatisasi atau tahap yang paling akhir dari belajar
motorik. Pada fase ini anak mampu melakukan seluruh rencana palaksanaan secara
otomatisasi atau tanpa disadari sama sekali. Dan hal ini pasti akan terlihat ketika anak
melakukan pertandingan bulutangkis dia akan secara otomatisasi bergerak sesuai teknik
dalam melakukan servis,pukulan smash dll.

C. Perkembangan keterampilan motorik


Keterampilan motorik dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut pandang. Pada
bagian ini akan dikaji klasifikasi keterampilan motorik berdasarkan kecermatan gerak
dan klasifikasi berdasarkan titik awal dan akhir gerak.
1. Klasifikasi berdasarkan kecermatan gerak

8
a. keterampilan motorik kasar
Dalam keterampilan motorik kasar ini anaksering menggunakannya dalam
kegiatan sehari hari berjalan,berlari,memukul dan sebagainya. Keterampilan
motorik kasar ini sangat berkaitan dengan otot-otot besar yang ada pada dalam
tubuh manusia. Dan hampir untuk keterampilan olahraga itu saat berdominan
memakai otot-otot besar tapi juga masih ada keterampilan motorik halusnya
untuk penyesuaian diri. Maka sebab itu olahraga sebagai kelompok keterampilan
motorik kasar.
b. Keterampilan motorik halus
Keterampilan gerak halus lebih menunjukkan kepada kualitas gerak yang lembut.
Kunci keberhasilan keterampilan motorik halus ini salah satunya ditentukan oleh
koordinasi Ineuromusculer, anak akan menggunakan keterampilan motorik halus
ini ketika :menulis,menggambar dll. Semua gerak yang melibatkan otot-otot
kecil/halus.
2. Klasifikasi berdasarkan titik awal dan akhir gerak
a. Keterampilan motorik diskrit
Sebagai perkembangan keterampilan motorik diskrit akan terlihat dalam renang
yaitu pada saat melakukan loncat indah,dan ada juga pada gerakan senam lantai
mengguling kedepan sekali. Karena gerakan ini di lakukan sangat cepat dan perlu
dukungan kemampuan kognitif.
b. Keterampilan motorik serial
Keterampilan motorik serial merupakan gabungan dari beberapa keterampilan
motorik terputusyang dilakukan secara berulang-ulang. Poulton (1966) dan
travers (1977), berdasarkan penelitiannya menyimpulkan,penampilan akan
menjadi efektif apabila situasi yang diantisipasi dan penyesuaian diri
dipersiapkan(dalam singer,1980). Contoh keterampilan motorik berangkai adalah
gerakan mengguling ke depan beberapa kali, latihan smash tenis meja gengan
bantuan alat pelempar dll.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Belajar motorik adalah suatu proses terjadinya perubahan yang bersifat tetap dalam
perilaku motorik sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Penelitian tentang belajar
motorik menunjukkan suatu upaya untuk mengetahui perkembangan gerak anak dari
hasil belajar gerak anak dan untuk meningkatkan motorik yang di miliki anak. Belajar
motorik sangat penting untuk anak dalam erkembangannya. Anak mempunyai rangkaian
untuk melakukan gerakan, untuk melakukan satu gerakan harus melalui proses dalam
otak dan sistem motorik yang ada seperti melakukan servis bulutangkis, anak perlu
pemahaman, latihan, hingga mampu melakukannya dengan baik.

B. Saran
Peran orang tua sangat diperlukan untuk membantu perkembangan kemampuan
motorik anak dalam mendukung belajar motoriknya sehingga mereka dapat mengusai
kemapuan gerak dasar sesuai dengan perkembangan usianya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anita, Y. (2011). Model pendidikan anak usia dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Decaprio, R. (2013). Aplikasi teori pembelajaran motorik di sekolah. Yogyakarta: Diva


Press.

Riyanto, I. A, Kristiyanto, A., Purnama, S. K. (2016). Pengembangan model pembelajaran


keterampilan berbasis permainan untuk anak sekolah dasar usia 9-10 tahun.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Abdillah, Abdillah. "Pengembangan Model Pembelajaran Motorik Berbasis


Permainan." Jurnal Pendidikan Olah Raga 8.2 (2019): 138-147.

Jumesam, Jumesam, and Nopi Hariadi. "Pengembangan Model Pembelajaran Motorik Untuk
Anak Sekolah Dasar." Jurnal Porkes 3.2 (2020): 119-126.

11

Anda mungkin juga menyukai