DISUSUN OLEH :
MIA LARASWATI
856781876
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian .................................................................. 1
2. Fokus Penelitian ................................................................................ 2
3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
2
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ..................................................................................... 18
2. Saran .............................................................................................. 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
o9’menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Memanfaatkan media
yang tepat untuk memberikan pengalaman belajar bagi anak agar anak
mendapatkan pengalaman belajar yangmenyenangkan.
Program S1 PG – PAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusannnya
menjadi tenaga pendidik PAUD professional yaitu yang dapat
mengembangkan program PAUD. Salah satu mata kuliah yang harus
ditempuh mahasiswa adalah analisis kegiatan pengembangan anak usia
dini. Dalam rangka memenuhi tugas – tugas dalam mata kuliah tersebut
maka telah dilakukan penelitian di TK Islam Al Azhar Sriwijaya yang
bertujuan untuk mengumpulkan data data mengenai aktifitas yang
dilakukan oleh guru dan siswa yang dianggap perlu diteliti lebih lanjut untuk
selanjutnya dianalisis secara kritis.
2. Fokus Penelitian
Setelah diadakan penelitian di TK Islam Al Azhar Sriwijaya maka penelitian
ini berfokus pada kegiatan “Pengembangan Kognitif Anak TK Dalam
Mengenal Konsep Bilangan Melalui Bermain Balok”
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a. Mengumpukan data mengenai :
1) Alasan pendidik melakukan kegiatan “mengenal konsep bilangan”
2) Tujuan Pendidik melakukan kegiatan bermain balok.
3) Kebijakan yang mendukung pendidik melakukan kegiatan
pengembangan kognitif.
b. Membuat analisis kritis ( Critical Analysis ) mengenai kegiatan
Pengembangan Kognitif Anak TK Dalam Mengenal Konsep Bilangan
Melalui Bermain Balok.
5
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk :
a. Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di TK Islam
Al Azhar Sriwijaya
b. Melatih mahasiswa melakukan penelitian kelas
c. Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis
kegiatan Pengembangan Kognitif Anak TK Dalam Mengenal Konsep
Bilangan Melalui Bermain Balok.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PERKEMBANGAN KOGNITIF
1. Pengertian Kognisi
Istilah kognitif mulai banyak dikemukakan ketika teori Jean Piaget
banyak ditulis dan dibicarakan lagi pada tahun 1960-an. Piaget
mengemukakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil
kematangan organisme bukan pula pengaruh lingkungan saja melainkan
interaksi antara keduanya. pengertian kondisi sebenarnya meliputi aspek-
aspek struktur kognitif yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu
pendekatan ini didasarkan pada asumsi atau keyakinan bahwa
kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan
membimbing tingkah laku anak yang terletak pada pemahaman
Bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai aspek.
2) Adaptasi
Adaptasi meliputi dua langkah, yaitu :
7
a. asimilasi, terjadi ketika anak-anak memasukkan informasi baru ke
dalam skema skema yang ada.
b. akomodasi, terjadi ketika anak-anak menyesuaikan skema-skema
mereka dengan informasi dan pengalaman-pengalaman baru.
3) Organisasi
Menurut Piaget (Santrock, 2007) agar anak-anak memahami
dunia mereka Maka anak-anak secara sadar mengorganisasikan
pengalaman pengalaman mereka. Organisasi adalah pengelompokan
perilaku-perilaku dan pemikiran-pemikiran yang terisolasi kedalam
sistem yang lebih teratur dan lebih tinggi.
4) Ekulibrasi
ekuilibrasi merupakan suatu mekanisme yang diajukan untuk
menjelaskan Bagaimana anak-anak berpindah dari satu tahapan
pemikiran ke tahapan pemikiran berikutnya perpindahan ini terjadi
karena anak mengalami konflik kognitif atau disequilibrium dalam
usahanya memahami dunia. pada akhirnya anak akan menyelesaikan
konflik tersebut dan mencapai suatu keseimbangan atau ekuilibrium
pemikiran.
8
belum berpikir secara operasional atau belum menunjukkan suatu
operasi. Operasi adalah perangkat tindakan terinternalisasi yang
memungkinkan anak melakukan secara mental apa yang telah
dilakukan secara fisik sebelumnya. Pemikiran-pemikiran pra-
operasional adalah awal kemampuan menyusun ulang dalam pemikiran
hal-hal yang telah dibentuk dalam perilaku. Pada tahapan ini, anak mulai
merepresentasikan dunia mereka dengan kata-kata, bayangan dan
gambar- gambar. Pemikiran simbolik berjalan melampaui koneksi-
koneksi sederhana dari informasi sensorik dan tindakan fisik.
3) Tahap Operasional Konkret
Tahap operasional konkret berlangsung di usia 7 hingga 11
tahun. Pada masa ini anak dapat menggunakan operasi mental untuk
memecahkan masalah konkret (aktual). Anak dapat berpikir lebih logis
daripada sebelumnya, karena pada saat ini anak dapat mengambil
berbagai aspek dari situasi tersebut ke dalam pertimbangan. Walaupun
demikian, mereka masih dibatasi untuk berpikir tentang situasi yang
sebenarnya pada saat itu saja.
4) Tahapan Operasional Formal
"at the formal operational stage, the adolescent reasons much
like a scientist searching for solutions in the laboratory" (Berk, 2003).
Tahapan ini muncul di usia 11 hingga 15 tahun dan merupakan tahapan
teori Piaget yang terakhir. Individu bergerak melalui pengalaman-
pengalaman konkret dan berpikir dalam cara-cara yang abstrak dan
logis. Dalam menyelesaikan persoalan, para pemikir formal ini akan
lebih sistematis dan menggunakan pemikiran logis.
9
dengan masalah yang mereka hadapi. Secara khusus, Piaget ingin mengetahui
mengenai sifat-sifat pengetahuan dan cara anak- anak memperolehnya.
10
dan kecenderungan tertentu dalam menghadapi situasi. Namun, ia lebih
menekankan peran lingkungan dan terutama pada bagaimana lingkungan
sosial anak dan lingkungan budayanya menyokong pertumbuhan kognitif
mereka. Hal ini dapat terjadi karena manusia selalu melekat pada budaya di
mana ia tinggal sehingga tingkah laku manusia tidak dapat dipahami bila
dilepaskan dari budayanya.
Dalam pandangan Vygotsky dialog dengan orang lain merupakan kondisi
yang mendasar untuk meningkatkan perkembangan kognitif. Dari dialog ini,
secara bertahap anak akan memasukkan (menggabungkan) cara berpikir dan
memahami dunia yang dilakukan bersama dengan orang dewasa atau teman
lain yang lebih berpengaruh. Proses aktivitas sosial berkembang menjadi
aktivitas mental internal disebut sebagai internalisasi.
11
c. Bantulah anak untuk memahami informasi yang diterima melalui
indranya (cara mereka menginterpretasikan informasi yang diperoleh
melalui indra disebut dengan persepsi).
d. Katakan kepada anak apa yang terjadi dan bantu mereka untuk
merencanakan aktivitas.
e. Berikan contoh yang baik dan tunjukkan kepekaan yang mendalam
tentang sesuatu yang baik dan yang keliru ketika mereka bersikap
kepada orang lain.
f. Bantulah anak untuk mengingat dan memprediksi sesuatu.
B. KONSEP BILANGAN
Konsep bilangan merupakan fondasi matematika. Konsep ini
berkembang secara bertahap seiring dengan pengalaman yang diperoleh
anak melalui kegiatan eksplorasi, manipulasi dengan berbagai benda atau
alat permainan, dan ketika anak mengomunikasikan dengan orang tua atau
teman sebayanya mengenai apa yang dipikirkan dan ditemukannya
berkaitan dengan matematika. Seluruh kegiatan tersebut akan memberikan
pengalaman baru bagi anak yang akan semakin mengokohkan
pemahamannya mengenai konsep matematika.
Selanjutnya, Burn dalam Sudono (2000) menjelaskan bahwa konsep
bilangan dipelajari dalam tiga tahapan, yaitu (1) tahap konsep, (2) tahap
transisi, dan (3) tahap lambang bilangan. Anak dikatakan telah mengerti
bilangan ketika mereka memiliki intuisi yang baik terhadap bilangan
sekaligus hubungannya. Misalnya, tentang "tiga". Ketika anak telah
memiliki konsep yang benar tentang "tiga", anak memahami arti "tiga",
yaitu suatu kesatuan yang berjumlah tiga, kemudian "tiga" dapat
direpresentasikan ke dalam simbol "3", dibahasakan dengan "3", dan
diwakili dengan sekumpulan benda berjumlah "tiga". Pemahaman tentang
bilangan ini diawali dengan pemahaman tentang hubungan dalam jumlah,
seperti lebih banyak, lebih sedikit, dan sama.
12
C. BERMAIN BALOK
1. Bermain
a) Pengertian
Bermain adalah aktivitas dan kualitas pikiran dalam terlibat
dengan pandangan dunia seseorang. Bermain mengacu pada
berbagai aktivitas sukarela yang termotivasi secara intrinsik yang
biasanya diasosiasikan dengan kesenangan dan keseruan.
b) Pengembangan Kegiatan Bermain
1) Anak mengenal cara-cara bergaul, bermain, mengenal alat-alat
serta sumber yang terdapat dalam lingkungannya.
a) Anak mengenal jenis dan sifat benda di sekitarnya.
b) Anak mengenal peraturan baik mengenai pemakaian alat
dan penggunaannya.
c) Anak mengetahui pentingnya arti bekerja sama dalam
permainan alat maupun tanpa alat, arti kebebasan yang
teratur baik ketika bermain sendiri maupun bermain
bersama.
13
a) Anak merasa senang dan gembira mencari pengalaman dan
menambah pengetahuan dengan cara menyelidiki benda-
benda di lingkungan sekitarnya.
b) Anak taat pada peraturan permainan baik di dalam maupun
di luar kelas dan merasa senang bergaul dan bekerja sama.
c) Anak mempunyai sikap pemberani dalam menggunakan
alat- alat permainan maupun mengekspresikan sesuatu
dengan alat.
2. Bermain Balok
Bermain balok merupakan salah satu kegiatan untuk
menstimulasi perkembangan motorik halus pada anak usia dini.
Kegiatan ini hampir menjadi kegiatan favorit yang banyak dilakukan di
lembaga PAUD, termasuk TK.
Seperti kita ketahui, balok merupakan salah satu alat permainan
standar yang terdapat dalam setiap lembaga PAUD, baik di dalam
ruang berada di ruang khusus, seperti sentra balok. Balok yang
disediakan di lembaga biasanya terdiri atas berbagai bentuk dan
ukuran. Bahan bakunya pun dapat terbuat dari berbagai bahan, seperti
kayu, kardus, dan plastik. Namun, yang paling banyak digunakan
adalah yang terbuat dari kayu. Oleh karena itu, permainan ini sangat
mudah dijumpai di kebanyakan lembaga PAUD karena sifatnya yang
mudah, murah, dan aman bagi anak didik.
Kebanyakan anak usia dini menyukai permainan balok. Banyak
kemampuan yang distimulasi saat anak bermain dengan balok, mulai
dari perkembangan intelektual, perkembangan motorik halus,
kasarnya, hingga sosial emosionalnya. Pada awalnya, anak-anak yang
baru pertama bermain dengan balok hanya akan membawa-bawa
balok dan memindahkannya dari satu tempat ke tempat lainnya.
Namun, semakin sering mereka bermain balok, mereka akan mulai
menumpuk, lalu akhirnya mampu membuat bangunan dengan tema
14
atau cerita tertentu. Anak bermain balok dengan tahapan tertentu dari
membawa-bawa balok sampai membuat bangunan yang sangat rumit.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Subyek Penelitian
1) Tempat : TK Islam Al Azhar Sriwijaya Palembang
2) Subyek,
a) Peserta didik : 16 anak, terdiri dari 10 anak laki-laki dan 6
anak perempuan
b) Pendidik : Neny Delfi Tiatama, S.Pd.AUD dan Mia
Laraswati, S.M
c) Kepala Sekolah : Fera Sartini, S.Pd.I.,S.Pd
3) Alamat : Perum TOP Amien Mulya Jl. Beringin 2 Blok
F No. 23 RT.059 RW019 Kel. 15 Ulu Kec.
Jakabaring Palembang
2. Metode Penelitian
Penelitian ini mengunakan metode interpretatif yaitu menginterpretasikan
data mengenai fenomena/gejala yang diteliti di TK Islam Al Azhar Sriwijaya
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi, dimana yang dimasud dengan observasi adalah salah satu
teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan
informasi dengan cara mengamati perilaku anak dalam situasi tertentu.
b. Wawancara, yaitu untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai
focus penelitian.
c. Dokumentasi, yaitu untuk mengumpulkan bukti-bukti dan penjelasan
yang lebih luas mengenai fokus penelitian.
16
BAB IV
ANALISIS DATA
1. Tabulasi Data
Untuk memudahkan analisis data, maka data hasil observasi dibuat
tabulasi sebagai berikut.
Observasi Wawancara dengan Wawancara Dokumentasi
Pengasuh dengan Pimpinan
17
linguistik.
18
●Pendidik ●Pertama: anak ●Kami Dalam rencana
meminta anak belum dapat berkeinginan kegiatan bahwa
untuk secara bermain balok anak-anak pendidik
bergantian cotoh : menyusun mendapat menggunakan
bermain balok balok sehingga pendidikan metode pendekatan
yang telah di menyerupai yang benar alternatif.
sediakan oleh menara/bangunan- sejak usia dini
sekolah. bangunan, sehingga anak-
Apakah anak mengelompokkan anak akan lebih
sudah bisa balok sesuai mandiri sedini
melatih daya bentuk dan mungkin dan
pikirnya warnanya jadi berkembang
setelah perlu dituntun. potensinya
melakukan Kedua: anak belum sesuai dengan
kegiatan dapat mengekspre- usia
pengembangan sikan seluruh perkembangan-
kognitifnya perasaannya, jadi nya.
dalam perlu kita gali
permainan dengan cara
balok. bermain balok.
Ketiga: anak
mungkin tidak
berani untuk itu
harus terus dilatih
bermain menyusun
/mengelompokkan
balok yang telah
disediakan oleh ibu
guru.
19
●Diruang kelas ●Banyak cara lain
terdapat yang kami lakukan
beberapa jenis untuk melatih
balok. kognitif anak
Diantaranya misalnya dengan
balok segi cara menyusun dan
empat, persegi, mengelompokkan
lingkaran, balok sehingga
segitiga ada dapat menyerupai
yang besar, menara/ bangunan-
sedang dan bangunan
kecil dengan sederhana.
warna yang Sebagian dari
beragam. permainan ini ada
anak yang sudah
bisa menyusun dan
mengelompokkan
balok sesuai
dengan yang
mereka inginkan.
2. Analisis Kritis
Dari data tersebut, kegiatan “anak secara bergantian mengambil balok
yang ada didalam keranjang dan menghitungnya dengan bantuan dari
guru” merupakan suatu kegiatan yang bermaksud untuk mengembangkan
kemampuan kognitif anak. Cara guru untuk menarik perhatian anak dalam
pengembangan ini sudah tepat dan kemampuannya dalam menyampaikan
dan mengorganisasikan kelas juga sudah cukup baik.
20
Pemahaman konsep bilangan pada anak biasanya dimulai dengan
mengeksplorasi benda-benda konkrit yang dapat dihitung dan diurutkan.
Hal ini sesuai dengan tahapan kognitif dari Piaget, bahwa anak usia dini
berada pada tahapan praoperasional (2-7 tahun). Tahap praoperasional ini
ditandai oleh pembentukkan konsep-konsep yang stabil, munculnya
kemampuan menalar, egosentrisme mulai menguat dan kemudian
melemah, serta terbentuknya gagasan-gagasan yang sifatnya imajinatif.
Hubungan suatu permainan merupakan suatu yang dapat digunakan untuk
mempermudah anak memahami konsep bilangan, bermain merupakan
suatu kebutuhan bagi anak yang harus dipenuhi saat anak berada di taman
kanak- kanak. Salah satu permainan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pemahaman anak pada konsep bilagan adalah permainan
balok.
Permainan balok dapat dilakukan secara individu maupun kelompok yang
memungkinkan anak memperoleh pengetahuan serta
keterampilanbaru.Apa yang dilakukan di dalam video pengembangan
kognitif tersebut yaitu menanamkan dasar-dasar kemampuan berhitung
melalui kegiatan menghitung balok.
Dalam bermain balok anak akan melakukan aktivitas yang akan
meningkatkan konsep bilangan seperti anak membuat bangunan yang
tinggi bisa dengan menghitung berapa banyak jumlh balok yang akan
digunakan.
Semua analisis ini diperoleh dari data yang terkumpul melalui observasi di
TK Islam Al Azhar Sriwijaya
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari tabulasi dan analisis data dapat disimpulkan beberapa hal yaitu
sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil pengamatan, kegiatan KBM yang dilakukan secara
keseluruhan sudah cukup baik dalam meningkatkan pengembangan
kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan.
b. Pengembangan kemapuan kognitif anak dalam pengenalan konsep
bilangan dapat dicapai melalui kegiatan bermain menggunakan balok.
c. Penataan ruangan sangat baik, dimana ada ruangan yang cukup besar
dengan tata ruang yang ideal ada kursi dan meja, hiasan dinding yang
rapi serta edukatif.
d. Media serta sarana yang disediakan pada video harusnya disiapkan
sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan minat anak dalam
mengenal konsep bilangan.
2. Saran
a. Bagi kepala TK Islam Al Azhar Sriwijaya
Perlunya peningkatan kompetensi bagi kepala sekolah dengan
mengikuti proses kepemimpinan yang diselenggarakan oleh sekolah
dalam meningkatkan kinerja, menambah pengalaman, pengetahuan,
dan peningkatan kualitas diri agar pemberian motivasi kerja dapat
lebih meningkat.
Pendampingan guru dan karyawan perlu dilakukan dengan
intensitas tinggi sehingga para guru dan karyawan dapat menguasai
dan menerapkan apa yang disampaikan kepala sekolah, dan tujuan
peningkatan motivasi kerja dapat terwujud sesuai dengan sasaran
yang diharapkan.
22
Penerapan pemberian motivasi kerja harus di sesuaikan dengan
kondisi para guru sehingga proses kepemimpinan dapat lebih
bermanfaat.
b. Bagi para guru di SMK Muhammadiyah 1 Wonosobo
Kerjasama dengan kepala sekolah harus lebih ditingkatkan sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan dengan optimal.
Harus lebih tekun, sabar, dan bersungguh-sungguh dalam
menjalankan tugas sehingga tujuan yang di harapkan dapat
terwujud.
Komunikasi perlu di tingkatkan dengan kepala sekolah, karyawan,
maupun siswa sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan optimal.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Lampiran 1
25
kegiatan memulai dan membimbing anak
mengenal cara memainkan suatu
mainan, dan mengikuti permainan
7 Metode yang digunakan Metode yang digunakan
guru demonstrasi
8 Cara penilaian Guru menilai dengan ceklist dan
catatan anekdot
26
Lampiran II
27
Foto bersama Kepala Sekolah dan Pendidik
Pembelajaran Dokumentasi
1. Berdo’a sebelum belajar
Guru selalu menanamkan
kebiasaan berdo’a setiap
sebelum dan sesudah
belajar
2. Guru menjelaskan
tentang berhitung
dengan menggunakan
balok
28
3. Kegiatan yang
dilakukan Anak
Anak-anak secara
bergantian mengambil
balok dan menghitung
jumlah balok dengan
bantuan menghitung
balok dari pendidik.
4. Cara Penilaian
Pendidik melakukan
penilaian langsung
berupa memberikan
sticker penilaian bagi
anak yang dapat
menyelesaikan tugas
dengan benar.
29
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
Supervisor
30