Anda di halaman 1dari 14

RANGKUMAN MODUL 6

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


(MKDK 4002)

“APLIKASI TEORI PERKEMBANGAN DALAM PEMBELAJARAN”


MAKALAH
Tutor:
AJAR DIRGANTORO

Oleh
KELOMPOK 6
1. NORMA BENING KURNIAWATI NIM : 858872008
2. VIVIN FITRIANA NIM : 858870337
3. WAHYU KRISTIYONO NIM : 858868774

PROGRAM STUDI S1 – PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


2023.1
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ MALANG
POKJAR KABUPATEN KEDIRI
Kegiatan Belajar 1

APLIKASI TEORI PERKEMBANGAN DALAM PENDIDIKAN

A. APLIKASI TEORI KOGNITIF DALAM BELAJAR

1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Piaget memandang bawa anak memainkan peran aktif dalam


menyusun pengetahuannya mengenai realitas kehidupan di sekeliling mer
eka. Selain itu Piaget juga berpendapat bahwa kognitif merupakan kegiatan
anak – anak melakukan adaptasi dengan cara menginterpretasika n objek
yang mer eka amati dan terjadi di sekeliling mereka. Contohnya ketika
anak sedang mengamati ciri – ciri dan fungsi mainan, benda – benda yang ada
di dalam rumah, dan objek luar dari rumah. Ini membuktikan bahwa anak tidak
hanya menerima infor masi dan rangsangan. Dari pengertian tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan kognitif dapat dimaknai
sebagai tingkat kema mpuan seorang individu dalam berpikir yang meliputi
proses pemecahan masalah, mengingat, serta mengambil keputusan.

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang


menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan dengan
objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri
dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-
objek sosial seperti diri, orangtua, dan teman. Bagaimana cara anak
mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan
dalam objekobjek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan
tentang objek-objek dan peristiwa tersebut (“Teori Perkembangan Kognitif
Jean Piaget,” n.d.)

Teori Piaget mengenai perkembangan kognitif memberikan batasan


kembali mengenai kecerdasan, pengetahuan dan relasi anak didik dengan
lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses berkesinambungan membentuk
struktur yang diperlukan dalam interaksi berkelanjutan dengan lingkungan.
Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu
masih bayi dan masa kanak-kanak awal dan menjadi objektif dalam masa
dewasa awal. Perkembangan cara berfikir dari masa bayi sampai usia dewasa
meliputi masa sensorimotor (0-2 tahun), anak mengalami dunianya melalui
gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi objek; pra operasi (2-6
tahun), anak memulai kecakapan motorik; operasi konkrit (7-12 tahun), anak
mulai berpikir secara logis; dan operasi formal (13-17 tahun), adanya penalaran
abstrak (Feldmeier, 2007: 40). Proses dibentuknya setiap struktur yang lebih
kompleks ini adalah asimilasi dan akomodasi, yang diatur oleh ekuilibrasi.

Menurut Piaget, tahapan kognitif anak dimulai dari tahapan sederhana


sampai tahapan yang paling kompleks. Tahapan kognitif anak meliputi:
Pekembangan bahasa, Perkembangan intelektual, dan penyerapan bahasa.

Teori kognitif Piaget terbagi melalui tiga proses dan fungsi yang
saling berkaitan digambarkan dalam skema berikut ini

Dalam mengaplikasikan teori kognitif piaget pada proses belajar siswa


adalah dengan guru melakukan need analisys terlebih da hulu untuk
mengetahui kemampuan peserta didiknya. Seiring dengan berjalannya waktu
dan bertabahnya usia, seorang peserta didik akan mengerti apa yang
diberikan oleh guru. Menurut Piaget (dalam Wadsworth, 1984).

Disebutkan ada empat faktor yang memengaruhi per kembangan


kognitif seseorang, diantaranya : pengalaman, kematangan, tranmisi sosial,
dan ekuilibrasi / keseimbangan internal.

Makin bertambah umurnya maka semakin kompleks susunan


syarafnya dan semakin meningkat kemampuannya.

Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget


2. Implikasi Teori Kognitif Piaget Pada Proses Pembelajaran

Implikasi teori piaget dalam pembelajaran adalah saat kita sebagai


pendidik memperkenalkan informasi yang melibatkan peserta didik daam
menggunakan konsep – konsep, memberikan waktu kepada peserta didik
menemukan ide – ide dengan pola berfikir formal (Trianto, 2011).

Dalam hal ini kita harus menyadari bahwa setiap peserta didik akan
tumbuh sesuai dengan perkembangan kognitifnya akan mendorong guru untuk
memilih materi dan metode ajar yang paling tepat

Berikut adalah aplikasi teori kognitif Piaget yang dapat diterapkan di


proses pembelajaran yang berasal dari beberapa akademis (Gillibrand, 2016).

Teori Piaget mengenai perkembangan kognitif memberikan batasan


kembali mengenai kecerdasan, pengetahuan dan relasi anak didik dengan
lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses berkesinambungan membentuk
struktur yang diperlukan dalam interaksi berkelanjutan dengan lingkungan.
Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu
masih bayi dan masa kanak-kanak awal dan menjadi objektif dalam masa
dewasa awal. Perkembangan cara berfikir dari masa bayi sampai usia dewasa
meliputi

B. MELIBATKAN PESERTA DIDIK UNTUK LEBIH AKTIF

Proses pembelajaran membutuhkan konstruksi pengetahuan yang aktif.


Sehingga proses pembelajaran harus lebih mengutamakan peran peserta didik
untuk ber inisiatif dan aktif. Ketika peserta didik terlibat, proses pembelajaran
akan terjadi lebih efektif dan peserta didik melihat sesuatu berdasarkan dir inya
sendiri.
Guru juga dapat meningkatkan focus peserta didik dengan
mengaitkan pengalaman peserta didik itu sendiri. Suasana yang diciptakan
pendidik hendaknya menantang siswa berpikir kritis (critical thinking)
merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik
dalam menyongsong persaingan global.

1. Mengetahui kemampuan peserta didik

Mengetahui kemampuan peserta didik sebelum mengajar dan memberikan


materi bertujuan untuk mempermudah guru menentukan materi pembelajaran
yang sesuai dengan masing-masing kemampuan peserta didik

2. Menstimulasi peserta didik dengan ide-ide kreatif.

Proses pembelajaran dengan cara mempromosikan pembangunan ide,


konsep, dan skema mental. Peran guru harus dimulai dengan menstimulasi
apa yang dilihat, dirasakan, atau dimanipulasi oleh peserta didik, sehingga
masing- masing peserta didik mampu menginterpretasikan makna.

3. Mengetahui kebutuhan peserta didik

Untuk mengetahui minat, bakat, potensi, tingkat kecerdasan, dan


kecederungan-kecenderungan lainnya dari peserta didik, guru dapat
melakukan tes yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan peserta didik
dalam proses pembelajaran.

4. Kategori Materi

Untuk mampu merumuskan tujuan pembelajaran dengan tepat, guru dapat


merancang silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada awal
tahun pembelajaran. Materi yang diajarakan juga dapat dengan mudah
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.

5. Peran kurikulum

Sekolah dan perguruan tinggi harus secara eksplisit memberikan


pengalaman yang sesuai dengan mendorong perkembangan kognitif dan
keinginan alami peserta didik untuk belajar daripada melihat peran kurikulum
yang diajarkan sebagai hanya organisasi pengetahuan dan ketrampilan
apa yang harus dipelajari.

6. Memberikan Asesmen yang Tepat Sasaran

Tujuan dari asesmen adalah untuk membantu guru menentukan apakah


peserta didik siap untuk menerima materi yang baru.
7. Meningkatkan Retensi Peserta Didik

Selain asesmen, pemberian latihan yang berulang juga akan membantu


meningkatkan perkembangan kognitif peserta didik

C. TEORI PERKEMBANGAN SOSIOKULTURAL VYGOTSKY

Jika Piaget menyimpulkan bahwa perkembangan kognitif anak terbagi


dalam 4 tahap, maka menurut Vygotsky, perkembangan kognitif anak dapat
dipengaruhi oleh proses biologis dan psikologis. Artinya ketika seorang anak
tumbuh besar, maka anak itu akan berinteraksidengan lingkungan sosial
budaya di sekitarnya. Teori Vygotsky ini menekankan perkembangan
koginitif yang dipengaruhi oleh interaksi sosial. (Salkind, 2004)

Teori Belajar Vygotsky, merupakan pandangan yang mampu


mengakomodasi sociocultural-revolution dalam teori belajar dan
pembelajaran. Lev Vygotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang
harus dimengerti dari latar sosial- budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk
memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di
balik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan
sadarnya, dari interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya (Moll &
Greenberg, 1990).

Vygotsky menambahkan dalam teori dari Piaget bahwa seorang anak tidak
dapat tumbuh berkembang hanya sendirian, tetapi harus juga mendapat
dukungan dari lingkungan sekitarnya, yaitu selain keluarga juga ada dari
lingkungan anak tersebut tumbuh berkembang. Bagi Vygotsky ini disebut
dengan Zona Perkembangan Proksimal.

Zona Perkembangan Proksimal Merupakan suatu konsep dari Vygotsy


dimana membagi kemampuan anak menjadi 2 jenis perkembangan, yaitu
perkembangan Aktual dan Potensial.

Kemampuan Aktual : Kemampuan anak dalam memecahkan suatu


permasalahan secara mandiri dengan kemampuannya sendiri. Sedangkan
Kemampuan Potensial: kemampuan anak dalam menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya dengan dibimbing oleh Orang dewasa atau hasil kerja sama
dengan teman sebayanya.
Dan jarak antara kemampuan aktual dan kemampuan potensial ini lah
yang disebut Zona Prekembangan Proksimal. Dengan kata lain, ini
merupakan fungsi atau kemampuan awal anak yang belum maksimal atau
menujumaksimal. Kemampuan anak akan lebih terasa maksimal apabila
dipicu adanya interaksi dan kolaborasi dengan orang dewasa atau teman
sebaya yang lebih kompeten dalam bidangnya. Dengan Zona Perkembangan
Proksimal ini kemampuan kognitif anak akan terpicu dengan adanya interaksi
sosial dari lingkungan sekitar.

Guru memegang peran penting dalam menerapkan Zona Perkembangan


Proksimal, yaitu Guru harus bisa menciptakan situasi yang mendukung, mulai
dari memilih bahan sampai media ajar yang tepat dan relevan. Contohnya
Guru bisa memberikan pembelajaran yang menarik, seperti mengajak siswa
berdiskusi, hints dalam permainan, melontarkan pertanyaan HOTS atau
kegiatan lainnya yang bisa memicu kemampuan potensi dari siswa. Setelah
siswa dirasa cukup mampu menyelesaikan tantangan atau memecahkan
permasalahan yang diberikan, guru dapat meningkatkan pemberian tugas ke
level yang lebih tinggi dan menantang, seperti memberikan soal yang
membutuhkan pemecahan masalah pada awal pembelajaran.

D. IMPLIKASI TEORI KOGINITIF VYGOTSKY PADA PROSES

PEMBELAJARAN

Dalam teorinya, Vygotsky menekankan pada pengembangan intelektual


dengan menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran dan guru hanya
menjadi pemandu. Guru tidak memimpin anak untuk menemukan makna
mereka tetapi hanya sekedar memandu anak.

Implikasi teori belajar revolusi-sosiokultural yang dikemukakan oleh


Vygotsky ini dalam kegiatan pembelajaran di kelas di antaranya adalah
penerapan life-skills education, authentic instruction, inquiry-based learriing,
problem-based learning, cooperative-learning, dari sewice learning.

Secara khusus, dijelaskan bahwa dalam proses pembelajaran, harus


melibatkan teman sebaya atau guru. Hal ini bertujuan agar anak merasa
terpacu semangatnya dalam belajar saat bersama teman sebaya dan guru
memberikan stimulus yang tepat dan relevan dalam pembelajaran tersebut.

Adapun implikasi Teori dari Vygotsky dalam Proses Pembelajaran adalah


sebagai berikut:
1. Guru harus memperhatikan perkembangan siswa. Dengan menggunakan
bahasa lintas kurikulum dan fase pendidikan, maka dapat mengembangkan
fungsi mental yang lebih tinggi.
2. Siswa harus didorong untuk bicara dengan keras dalam proses pemecahan
masalah. Hal ini berdampak pada kemampuan siswa dalam
mengembangkan kognitif mereka sesuai kecepatannya sendiri dengan
bantuan lingkungan sekitar
3. Guru menentukan jenis ketrampilan apa, dukungan apa, kapan dukungan
diber ikan dan berapa banyak dukungan yang diber ikan. Hal ini sesuai
dengan kurikulum 2013 dimana guru menjadi fasilitator pembelajaran.
4. Mengemas pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa. Di sini, guru
dituntut dapat menguraikan tugas dan menyesuaikan metode presentasi
5. Guru membuat tugas kolaboratif. Ini untuk mendorong pembelajaran yang
kooperatif dengan adanya interaksi antar siswa.

Contoh pengaplikasian Teori Vygotsky:

Guru dapat menggunakan kegiatan “saling belajar antar siswa” dengan


Guru menjadi fasilitatornya. Siswa akan saling berpartisipasi dan saling
membantu- dibantu, sehingga dapat membantu siswa dalam mengonstruksi
pengetahuan. Dalam kegiatan ini, peran guru adalah pertama membagi siswa
dalam kelompok yang sama dan adil, kemudian guru menjelaskan tentang
aturan dalam kegiatan ini. Saat kegiatan sudah berlangsung, guru hanya
memonitor dan menunjukan apakah pemikiran siswa telah berjalan atau tidak.
Dan pada saat kegiatan selesai, guru akan mengevalusi pembelajaran.

Dalam pengaplikasiannya, guru tidak menuntut siswa untuk selalu


percaya dengan yang guru sampaikan, tetapi siswa diberi keleluasaan dalam
mencari pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan siswa sendiri.

E. PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN YANG

SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK.

Kurikulum adalah suatu satu acuan yang diajarkan disekolah.


Kurikulum biasanya belum memuat daftar rinci tujuan pembelajaran.

Di Indonesia,kurikulum 2013 sudah diaplikasikan,direvisi, dan


diterapkan dalam proses pembelajaran di setiap level sekolah. Kur ikulum
2013 bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar memiliki kemampuan
sebagai warga yang produktif, kreatif, dan inifatif, dan mampu berkontribusi
pada kemajuan kehidupan bangsa dan Negara di mata dunia (Permendikbud
Nomor 66 Tahun 2013)

Kurikulum 2013 yang telah diaplikasikan dalam proses


pembelajaran menggunakan indicator yang berbasis pendekatan ilmiah dan
penilaian otentik.

Nasution (1987) menjelaskan proses pengembangan kurikulum


dalam empat tahap yang dimulai dari perumusan tujuan kurikulum,
pemilihan bahan ajar, proses belajar mengajar,dan alat penilaian
(assesmen). Pengembangan kurikulum mempunyai tujuan yang sama
untuk menyempurnakan proses pembelajaran sesuai dengan kemampuan
kognitif peserta didik.

Dalam pelaksanaan kurikulum 2013, ada beberapa metode yang


dapat digunakan dalam proses pembelajaran,

1. Bermain, kegiatan ini biasanya tidak terstruktur,melibatkan objek dan


orang.cara anak mencari tahu tentang dunia sejak usia sangat dini.
Contoh: anak bermain peran sebagai guru dan murid.
2. Praktik, kegiatan kognitif yang diperlukan untuk membentuk pola piker
dan perilaku.
Contoh: anak mempraktikkan membuat makanan/ membuat maianan.
3. Mendengar dan menyaksikan, Vigotsky menyarankan bahwa anak
penting untuk belajar dari orang lain yang lebih terampil dan berwawasan.
Contoh: anak mendengarkan presentasi dokter sebagai narasumber.
4. Pemecahan masalah, kegiatan anak untuk memecahkan masalah nyata.
Contoh:anak diberi kasus tanaman mereka yang kering,anak disuruh
mencari apa penyebabnya.
5. Diskusi, aktifitas yang memerlukan kompetensi kognitif tertentu.
Contoh: anak diberi pertanyaan,kemudian setiap anak diberi kesempatan
menjawab.
6. Kolaborasi, mendorong anak untuk bekerjasama agar mereka memiliki
tingkat perkembangan kognitif yang hamper sama.
Contoh: anak dikelompokkan kemudian diberi tugas
7. Penelitian dan penyelidikan, memiliki kesamaan dengan metode
bermain, karena peserta didik diarahkan terlibat aktif, memecah
masalah,dan yang penting siswa bergerak secara fisik.
Contoh: siswa melakukan pengamatan yang berulang ulang tentang
kebiasaan yang dilakukan temannya.
8. Pelaporan, kegiatan yang paling menuntut kemampuan kognitif siswa
karena mereka dituntut melakukan analisis,sintesis,dan interpretasi
terhadap isu isu yang akan mereka laporkan.
Contoh: siswa diminta untuk membuat laporan dari hasil wawancara.

Guru perlu menyesuaikan aturan dan teori dalam kurikulum 2013


sesuai dengan perkembangan peserta didik dan kondisi masing masing
sekolah. Dalam menggunakan berbagai metode mengajar,sangat penting
bagi guru untuk menggunakan teknik bertanya langsung kepada siswa.
Tujuannya adalah anak dapat berkembang kemampuan berfikir
tinggkat tingginya. Tiga jenis teknik bertanya yaitu:

1. Bertanya dengan rinci, intruksi chalk and talking digunakan oleh guru,
disarankan untuk tidak memberikan pertanyaan yang hanya membutuhkan
jawaban yang sedikit. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengekplorasi
pemikirannya.
2. Pertanyaan tidak mengarahkan, adalah pertanyaan yang
mendorong suatu penemuan. Pembelajaran melalui bentuk pertanyaan
yang tidak terstruktur, dan terbuka,ini mengajak siswa untuk menelusuri
suatu masalah hingga menemukan jawabannya. Fungsi guru adalah
bersama siswa menegosiasi dari mana pembelajaran akan dimulai,untuk
menjadi tujuan pembelajaran akan dicapai siswa. Guru juga memberikan
dukungan dan peluang terhadap rasa ingin tahu siswa.
3. Membangun hubungan yang interaktif, dengan metode ini guru
memberikan pengalaman belajar yang luas agar siswa belajar tentang
ber bagai suatu konsep. Guru harus mampu menarik hubungan antara
pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran baru.

F. ASESMEN DAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Asesmen atau disebut dengan penilaian adalah cara untuk


membuat keputusan yang berhubungan dengan peserta
didik,kurikulum,program,dan kebijakan pendidikan. Penilaian adalah untaian
penting pedagogi-ilmu pengajaran dan pembelajaran. Ada tiga fase utama
penilaian yaitu:

1. Penilaian awal (initial assessment)

Penilaian pada awal sekolah,masih jarang sekali dilakukan penilaian awal


terhadap peserta didik karena terkadang hasilnya sedikit diluar dugaan.
Bentuk penilaian awal adalah penilaian diagnostic, yang biasanya dilakukan
oleh psikolog pendidikan.

Penilaian awal sangat dapat dilakukan untuk mengetahui bakat-bakat yang


dimiliki siswa. Hasil penilaian awal ini juga sangat penting bagi guru karena
ia memiliki data peserta didik mana saja yang perlu mendapatkan perhatian
ekstra agar tidak tertinggal oleh siswa lainnya.

2. Evaluasi Formatif (formative assessment)

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir


pembahasan suatu pokok bahasan atau topic. Evaluasi for matif
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran
sudah berjalan. Penilaian formatif adalah evaluasi berkelanjutan tentang
bagaimana peserta didik terlibat dalam kegiatan belajar dari satu materi
kegiatan.

Penilaian formatif membantu guru merumuskan apa yang harus diperbaiki


dalam pembelajaran berikutnya,kegiatan mana yang paling tepat untuk
melibatkan siswa,materi apa yang paling sesuai.

Hasil penilaiaan juga dapat dimanfaatkan guru untuk menyusun strategi


penilaian yang bervariasa, misalnya berupa observasi,diskusi antar peserta
didik, pemberian umpan balik dari guru,penilaian diri.

Guru dapat memberikan pertanyaan kepada peserta didik untuk mengecek


apakah peserta didik memahami materi yang telah diberikan.

Penilaian formatif memiliki karakteristik berikut:

a. Penilaian memberikan hasil yang objektif


b. Sering dilakukan,tetapi sifatnya informal
c. Memberikan petunjuk pada peserta didik dan guru agar
proses pembelajaran selanjutnya lebih bermakna.
d. Merupakan bagian kecil dari proses pembelajaran yang sedang
berlangsung.

3. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satuan
waktu(akhir semester). Penilaian sumatif mencakup lebih dari satu pokok
bahasan. Tujuan evaluasi sumatif adalah untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik dapat melanjutkan belajar ke unit berikutnya.
Penilaian sumatif memiliki karateristik berikut:

a. Penilaiannya bersifat final


b. Biasanya berada di penghujung program belajar
c. Menilai prestasi program
d. Memberikan keterangan tentang pencapaian seorang peserta didik
dalam kurun waktu tertentu.
e. Biasanya bersifat formal

Teknik penilaian kognitif sumatif dapat dibuat dalam bentuk


pilihan ganda, menjodohkan kata/kalimat, benar salah, isian singkat,
uraian terbuka, uraian tertutup, kuis, bahkan dengan soal pemahaman
yang lebih rumit.

Kegiatan Belajar 2

APLIKASI TEORI PSIKOLOGI DALAM KEGIATAN BELAJAR

Peran teori kognitif dalam Pendidikan :

Bu Rita selalu membacakan cerita setiap pagi di Kelas TK B. Cerita yang


dibawakan selalu berhasil membuat anak mengikuti ceritanya. Selain itu juga
diselipkan materi perhitungan dan beberapa pertanyaan. Suatu hari ibu Rita tidak
membacakan cerita, salah satu anak menanyakan mengapa tidak
membacakan cerita.

Cerita tersebut sering terjadi di sekeliling kita, seperti yang diketahui jika
pembiasaan membaca, menulis, dan menghitung sudah dilakukan sejak usia dini
(PAUD/TK). Banyak orang tua menyayangkan anaknya harus bisa membaca,
menulis, dan berhitung pada usia yang belum matang. Mereka menganggap usia
TK adalah usia anak masih harus bermain dan bersenang – senang untuk
mengenal lingkungan sekitarnya. Mendikbud (2005) menyatakan bahwa PAUD
dapat belajar kurang lebih 900 menit. Terdapat hal unik di kelas Bu Rita dimana
salah satu anak sangat menanti kegiatan literasi pada awal pembelajaran. Bu Rita
tahu bagaimana menstimulus siswa tanpa mendikte membaca, menulis, dan
menghitung. Dapat disimpulkan jika kegitan Bu Rita untuk membuat anak
terbiasa dengan literasi pada awal pembelajaran.
Teori perkembangan kognitif Piaget dan Vygotsky ketika anak usia TK (3– 6
tahun) dapat menerima rangsangan atau stimulus terhadap mata pelajaran yang
diber ikan. Proses stimulus literasi mampu merangsang peserta didik untuk
memiliki kemampuan Bahasa, membaca, bahkan menulis dengan menirukan suku
kata, menambah suku kata, bernyanyi, dan kegiatan variatif lainnya yang
membuat proses pembelajaran menyenangkan. Peran guru umumnya sebagai
pendidik. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi guru luas menjadi pendukung,
pembina, dll. Guru yang baik merupakan guru yan memahami kemampuan
kognitif peserta didiknya.

A. Penentuan Jurusan Sesuai Dengan Teori Perkembangan Kognitif

Pada tingkat SMA guru memiliki peran yang sangat penting dalam
pentuan kemampuan kognitif peserta didik untuk mewujudkan minat dan
bakat yang sebenar nya di jenjang perguruan tinggi. Vygotsky menyatakan
bahwa setiap anak yang dilahirkan dengan bakat dan minat yang berbeda –
beda. Akan tetapi, bakat dan minat dipengaruhi juga oleh lingkungan
social anak. Pemberian arahan yang tepat dapat mempermudahkan peserta
didik untuk memilih bidang ilmu yang akan ditekuninya di perguruan tinggi.
Penentuan jurusan serta minat bakat peserta didik dipengaruhi oleh factor
internal dan factor eksternal. Factor internal berhubungan dengan bakat
bawaan atau genetic, sedangkan factor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar, termask guru dan orang tua.

B. Penentuan Jurusan Dengan Melaksanakan Asesmen

Selain kognitif, sistem penilaian atau asesmen juga berpengaruh


dengan penentuan jurusan SMA. Tahap awal, guru bisa member ikan tes
yang dapat mengarahkan siswa sesuai bakat dan minatnya. Tes dapat
dilakukan oleh guru atau wali kelasnya dan guru BK. Penilaian inisiatif
dilakukan di awal agar mengetahui kemapuan kognitif serta minat dan bakat
yang ada. Ketika hasilnya sudah keluar guru akan memberikan stimulus dan
kegiatan belajar yang tepat. Setelah itu guru dapat memberikan tes
formatif untuk mengetahui perkembangan kemampuan kognitif peserta
didik.
DAFTAR PUSTAKA

https://core.ac.uk/download/pdf/327227393.pdf

https://ejournal-iakn
manado.ac.id/index.php/humanlight/article/download/554/504

https://journal.uny.ac.id/index.php/dinamika
pendidikan/article/viewFile/6106/5287

Anda mungkin juga menyukai