Anda di halaman 1dari 12

IMPLEMENTASI TEORI COGNITIVE DEVELOPMENT JEAN PIAGET DALAM

PEMBELAJARAN AKHLAK
Oleh : Hari Ahmad, Galuh Dianita, Hudatul Fawaida

A. PENDAHULUAN
Secara etimologi, kata kognitif itu berasal dari Bahasa latin yang memilikiarti
yaitu berfikir. Dalam KBBI, kognitif adalah segala hal yang melibatkan kognisi, atau
pemikiran yang konseptual dan factual. Dimasa selanjutnya isstilah kognitif ini
terkenal dalam ranah psikologi, baik itu psikologi perkembangan ataupun psikologi
pendidikan. Dalam teori psikologi, kognitif ini mencakup semua bentuk pengenalan
yang meliputi setiap perilaku mental manusia yang berhubungan dengan masalah
pengertian, pemecahan masalah perhatian, menyangka, membayangkan,
mempertimbangkan, pengolahan informasi, pemahaman kesengajaan, memperkirakan,
berpikir, keyakinan dan sebaganya.
Pada perspektif pendidikan, istilah kognitif ini sering didefinisikan sebagai
salah satu teori di antara teori-teori belajar yang menyatakan bahwa belajar merupakan
pengorganisasian pada aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh suatu
pemahaman yang terorganisi. Dalam teori kognitif, menyatakan bahwa tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang sedang
berlangsung pada saat itu. Pada teori kogniif ini, perubahan tingkah laku itu sangat
dipengaruhi oleh proses berfikir dan juda mendalami materi pembelajaran. Teori ini
lebih mengedepakan proses dari belajar dan bukan hasil dari belajarnya. Jadi peroses
sangatlah ditekankan pada teori kognitif. Pada awalnya teori kognitif ditemukan oleh
dewwy, lalu dilanjutkan dan dikembangkan oleh Jean Piaget, Kohlberg, Damon,
Mosher, Perry dan tokoh tokoh ahli lainnya, mereka berdiskusi dan membijarakan
mengenai perkembangan teori kogniti dan kaitannya dengan proses belajar. Kemudian
dilanjutkan oleh Jerome Bruner, David Asubel, Chr. Von Ehrenfels Koffka, Kohler,
Wertheimer dan sebagainya. Bagi pengamal teori ini, mereka berpendapat bahwa
kegiatab belajar tidak hanya melibatkan stimulus dan respon saja. Tetapi
pembahasannya sangatlah kompleks. Menurut aliran kognitif kegiatan belajar masih
melibatkan prinsip dasar psikolog yaitu dengan belajar aktif, lewat sosial interaksi.1

1
Sutarto, “ Teori Kognitif dan Implikasinya dalam Pembelajaran “ Jurnal Islam Counseling. Vol 1 no. 2,
2017. Hal 1-2.
Teori belajar kognitif ini mengacu pada psikolog karena sejatinya teori ini
merupakan bagian dari psikolog yang didasarkan pada kegiatan belajar. Para ahli teori
ini berupaya mengkasi secara mendalam dan ilmiyah mengenai proses perubahan
mental dan struktur ingatan dalam proses belajar. Ingatan dapat diartikan sebagai
aktivitas untuk mengetahui, memperoleh pengetahuan, mengorganisasikan, dan
menggunakannya. Kajian psikolog kognitih membahas dan berpandangan bahwa
manusia adalah makhluk yang aktif untuk mencari informasi untuk dipahami dan
pitelaah. Belajar kognitif berlangsung berdasarkan struktur mental individunya yang
mengorganisasikan hasil pengamatannya. Struktur mental individu tersebut
berkembang sesuai dengan tingkatan perkembangan kognitif seseorang.semakin tinggi
tingkat kreatifitas seseorang maka akan semakin tinggi pula pengegtahuan yang
didapatnya dalam masyarakat.2
Tidak dpat dipungkiri bahwa akhlak yang paling baik adalah agama. Dalam agama
diperintahkan bahwa antara ilmu dan tata krama itu lebih tinggi tata krama atau akhlak
atau adab. Sebab, percuma jika memiliki ilmu yang tinggi tetapi adab terhadap sesame
masih buruk, itu akan memberi nilai buruk mengenai kita. Oleh karena itu, pembinaan
akhlak sangatkah diperlukan dan tidak bisa dipisahkan dengan agama. Dari sinilah
muncul prinsip atau landasan yang menyatakan bahwa perlu untuk ditanamkan
Pendidikan akhlak sejak usia dini. Sehingga kita akan terbiasa untuk melakukan
perbuatan baik secara tidak langsung. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa
antara Pendidikan kognitif dan perubahan tingkah laku itu sangan berkesinambungan
dan saling menguatkan. Jika seseorang sudah mempunyai ilmu oengetahuan yang
tinggi sebaiknya ia harus memiliki kerendahan hari yang tinggi bagaikan paddi yang
semakin berisi makai a akan semakin menundukkan dirinya. Dan inti dari ilmu adalah
akhlak yang luhur.

B. LANDASAN TEORI
1. Teori Cognitive Development
Teori Cognitive Development joen piaget ia adalah seseorang yang
menjelaskan teori tentang seorang anak yang beradaptasi dengan melihat
obyek dan kejadian kejadian yang terjadi di sekitarnya. Ia mengamati anaknya

2
Rovi Pahliwandari, “ Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif dalam Pembelajaran Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan “ Jurnal Pendiidkan Olahraga. Vol. 5 No. 2, Desember 2016. Hal 156.
yang masih keci yang sedang bermain dan mengamati mainan yang ada
dirumahnya. Anak tersebut malihat satu benda denga benda lainnya dan dari
situlah ia berpendapat bahwa sejatinya anak kecil sudah bisa berfikir dengan
mengamati permainan yang disediakan. jadi Anak tidak pasif menerima
informasi walaupun proses berfikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah
dimodifikasikan oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak
juga berperan aktif dalam menginterprestasikan informasi yang ia peroleh dari
pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi
mengenai dunia yang telah ia punya.
Joen piaget merupakan seorang ahli psikolog developmental yang
menemukan teori komperhensif dimana itu membahas mengenai
perkembangan intelegensi atau proses berpikir seorang anak. Karena,
kemampuan belajar individu dipengaruhi oleh tahap perkembangan pribadi
serta perubahan umur individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental
memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada.
Pertumbuhan intelektual bukanlah kuantitatif melainkan kualitatif.
Pertumbuhan intelektual pada anak terdapat 3 unsur yaitu struktur, content, dan
function. Anak yang sedang berkembang struktur, dan konten inteleknya maka
fungsi dan adaptasi anak tersebut akan tersusun. Maka, Piaget mendefinisikan
intelegensi ialah struktur dari psikolog yang berada pada tingkat khusus.peserta
didik seharusnya diberi kesempatan untuk melakukan sebuah Tindakan atau
eksperimen dimana seorang guru juga berperan dalam mendukung dengan
merangsang kepada siswwa agar mau bertindak dan melahirkan sebuah karya
sehingga anak akan aktif dan juga akan menambah intelektual dan
pengetahuan serta pengalaman dari anak itu sendiri yang dikemudian hari bisa
diimplementasikan pada kehidupan nyata.3
a. Belajar menurut Cognitive Development
Menurut piaget, kegiatan belajar akan dikatakan berhasil jika sesuai
denga tahapan tahapan perkembangan kognitif dari peserta didik. Dan guru
berperan sebagai pendorong, pendobrak serta mengamati dan mengevaluai
pekerjaan dari peserta didik. Seorang guru harus banyak memberikan
dukungan kepada peserta didik supaya lpeserta didik beranggapan ada

3
Muhammad Asrori, “ Psikologi Perkembangan “ ( Bandung : Wacana Prima. 2008 ). Hal 28.
yang mendukungnya dari belakang sehingga peserta didik akan ebih
semangat lagi dalam menemukan berbagai hal dari lingkungan.4
Piaget membagi proses belajar kedalam tiga tahapan yaitu :
1. Asimilasi yakni proses penyaluran informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada. contohnya: seorang peserta didik yang
mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan, jika seorang pendidik
memperkenalkan prinsip perkalian, maka timbullah proses
pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada
dipahami oleh peserta didik) dengan prinsip perkalian (yang baru
dipahami oleh peserta didik).
2. Akomondasi yakni proses penyesuaian struktur kognitif kepada
situasi yang baru. Misalnya: peserta didik mengetahui prinsip
perkalain dan pendidik memberikan sebuah soal kepada peserta
didik (penerapan proses perkalian dalam situasi yang lebih spesifik
atau mendalam).
3. Equilibrasi yakni suatu penyesuaian antara kedua peroses diatas
sehingga akan berkesinambungan antara keduanya. Hal tersebut
sebagai penyeimbang agar peserta didik semakin berkembang dan
ilmunya semakin bertambah, sekaligus menjaga agar stabilitas
mental didalam diri peserta didik maka dibutuhkan adanya
penyeimbang. Tanpa adanya proses ini perkembangan kognitif
peserta didik akan tersendat-sedat dan berjalan tidak baik,
sedangkan apabila kemampuan equilibrasi tertata dengan baik maka
mampu menata berbagai informasi yang didapat dengan urutan
yang baik, jernih, dan logis.5
2. Pembelajaran akhlak
a. Pengertian pembelajaran akhlak
Akhlak berasal dari bahasa arab jam’ dari bentuk mufradatnya
khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan tabiat.
Akhlak menurut istilah ialah pengetahuan yang menjelaskan baik dan
buruk, mengatur pergaulan manusia, dan untuk menentukan tujuan akhir
dari pekerjaan dan usaha. Akhlak pada dasarnya menempel pada diri
4
Nurhadi, “ Teori Kognitivisme serta Aplikasinya dalam Pembelajaran “ Jurnal Edukasi dan Sains,. Vol 2
No. 1, Juni 2020. Hal 84.
5
Ibid., hal 84-85.
manusia, menyatu dengan perilaku dan perbuatan. Jika perilaku itu
mencerminkan keburukan maka disebut akhlak mazmumah, sedangkan
apabila mencerminkan kebaikan maka disebut akhlah mahmudah. Akhlak
tidak terlepada dari syariat dan aqidah. Maka dari itu akhlak ialah pola
tingkah laku sesorang yang mengakumulasikan antara aspek keyakinan dan
ketaatan sehingga tergambarkan dalam bentuk akhlak yang baik.

Akhlak ialah perilaku yang terlihat dengan sangat jelas, baik dalam kata-kata
perbuatan yang memotivasi oleh dorongan karena Allah. Akan tetapi, banyak
seklai aspek yang berkaitan dengan sikap batin ataupun pikiran, misalnya akhlak
diniyah yang berkaitan dengan banyak aspek yaitu pola perilaku seseorang kepada
Allah, kepada alam, dan kepada manusia. Pendidikan akhlak Islam dapat diartikan
sebagai ujian mental dan fisik yang dapat menghasilkan manusia yang berbudaya
tinggi untuk melakukan tugas kewajiban dan tanggung jawan didalam masyarakat
selaku hamba Allah Swt. Pendidikan akhlak juga dapat diartikan untuk
menumbuhkan personalitas (kepribadian) dan menanamkan rasa tanggung jawab
didalam diri seseorang.6
a. Karakteristik akhlak
Akhlak memiliki karateristik yaitu :
1. Rabbaniyah atau dinisbatkan kepada Rabb ( Tuhan ), segala dalam
islam baik itu syariat, akhlak, bimbingan dan arahan semata-mata
hanya untuk menjadikan manusia sebagai hamba yang mukhlis
( memurnikan pengabdiannya ) kepada Allah semata bukan kepada
selain-Nya. Dari hal ini bisa dikatakan bahwa tujuan dari akhlak
adalah untuk mewujudkan ridho allah dan meraih balasan yang baik
di sisi-Nya.
2. Manusiawi, dalam hal ini akhlak memiliki sebuah risalah yang
sangat pendting yaitu memerdekakan manusia, membahagiakan,
menghormati dan memuliakan manusia. Karena risalah ini
diturunkan untuk manusia, sebagai pedoman hidup mansia, dan
untuk mewujudkan kemaslahatan manusia yang selaras dengan
fitrah manusia.

6
Syarifah Habibah, “ Akhlak dan Etika dalam Islam “ Jurnal Pesona Dasar. Vol 1 No. 4, Oktober 2015.
Hal 73-73.
3. Universal dan mencakup semua sisi kehidupan, universal disini
memiliki arti semua zaman, kehidupan, dan eksistensi mannusia.
Dimana akhlak berlaku secara universal untuk manusia pada stiap
zaman.
4. Bersifat keseimbangan ( tawazun ), yang dimaksud dalam hal ini
adalah keseimbangan antara dua hal yang saling bertolak belakang
seperti spiritual dan material, duniawi dan ukhrawi, dan juga
individual dan sosial. Dimana memiliki makna memberikan kepada
masing-masing aspek terkait hak yang sesuai porsi dengan menjaga
keseimbangan.7

C. PEMBAHASAN
Implementasi Cognitive Development dalam pembelajaran akhlak.
Pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik, metode pembelajaran yang
digunakan dikembangkan berdasarkan keaktifan para peserta didik, individualisasi
dalam pembelajaran, dan seorang pendidik berperan sebagai fasilisator.
a. pembelajaran berpusat pada peserta didik
Jean Piaget mengemukakan bahwa pengetahun dibentuk sendiri oleh
para peserta didik dalam merespon objek atau lingkungan yang sedang
dipelajari. Maka dari itu, kegiatan para peserta didik dalam membentuk
kegiatannya bagi diri sendiri menjadi hal yang paling penting menurut
sistem Piaget. Peserta didik dituntut untuk lebih aktif dari pada pendidik
dalam proses pembelajaran. Menurut Piaget belajar bukan berasal dari diri
seorang guru melainkan berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Belajar
merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan. Berkaitan
dengan pembelajaran akhlak, Guru dituntut untuk mampu menyesuaikan
peserta didiknya bukan peserta didik yang menyesuaikan Guru. Dimana
Guru hanya menyampaikan pembelajaran dan selebihnya anak didik yang
harus bisa belajar dan juga menerapkan pembelajaran akhlak sendiri.
a. Metode pembelajaran
Telah dijelaskan bahwa bagi Piaget, proses belajar harus membantu dan
memunhgkinkan peserta didik aktif mengolah pengetahuannya sendiri.

7
Ibrahim Bafadhol, “ Pendidikan Akhlak dalam Prespektif Islam “ Jurnal Edukasi Islami “ Vol. 5 np. 12,
Juli 2017. Hal 47-53.
Dengan mengelolah bahan, aktif bertanya, dan aktif mencerna bahan. Maka
peserta didik dapat menguasai bahan dengan baik. karena itu kegiatan aktif
dalam pembelajaran perlu ditekankan. Bahkan kegiatan peserta didik dalam
mengelolah pembelajaran akhlak, membuat kesimpulan dari pembelajaran
aklak, membuat rumusan pembelajaran akhlak dengan kata-katanya sendiri
adalah suatu kegiatan yang sangat perlu dilakukan peserta didik dalam
membangun pengetahuan akhlak. Tugas Guru adalah menyedikan alat-alat
atau bahan dalam pembelajaran akhlak untuk mendorong keaktifan peserta
didik.
Dengan mengembangkan metode pembelajaran discovery yang aktif
dalam lingkungan kelas, Kognitif tumbuh dan berkembang melalui proses
asimilasi dan akomodasi. Dengan demikian, pengalaman harus
direncanakan untuk membuka kesempatan untuk melakukan asimilasi dan
akomodasi. Peserta didik harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mencari jawaban sendiri terhadap berbagai pertanyaan yang muncul,
melakukan percobaan, bertanya dan memanipulasi. Guru seharusnya
mampu mengukur kemampuan, kelebihan, dan kekurangan yang dimiliki
peserta didik. Pembelajaran akhlak harus dirancang untuk memfasilitasi
keberadaan peserta didik dan dapat memberikan kesempatan yang luas
untuk menciptakan komunikasi dengan peserta didik lainnya. Untuk saling
belajar, memahami, mengarahkan pada pembelajaran akhlak yang
dipelajari.8
b. Individualisasi dalam pembelajaran
Dalam proses pembelajaran akhlak, perlakuan terhadap individu harus
didasarkan pada perkembangan kognitifnya. Atau dengan kata lain, dalam
proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
individu. Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Hal ini disebabkan karena setiap
tahap perkembangan kognitif memiliki karakteristik berbeda-beda.
Susunan saraf seorang akan semakin kompleks seiring dengan
bertambahnya umur. Hal ini memungkinkan kemampuannya semakin
meningkat. Oleh karena itu, dalam proses belajar seseorang akan mengikuti

8
Ichsan, “ Mempertimbangkan Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dalam Permbelajaran PAI “ .
Jurnal Edukasi Islami. Vol. 5 No. 12, Juli 2017. Hal 7-9.
pola dan tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya.
Penjenjangan ini bersifat hirarki, yaitu melalui tahap-tahap tertentu sesuai
dengan umurnya. Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu yang di luar
kemampuan kognitifnya.
Tingkat perkembangan peserta didik harus dijadikan pertimbangan
Guru dalam menyusun struktur dan urutan mata pelajaran di dalam
kurikulum. Seorang Guru yang bila tidak memperhatikan tahapan-tahapan
perkembangan kognitif, maka akan cenderung menyulitkan siswa. Contoh
lain, mengajarkan konsep-konsep abstrak tentang berbakti kepada orang
tua kepada sekelompok siswa kelas tiga SD, tanpa adanya usaha untuk
mengkongkretkan konsep-konsep tersebut, tidak hanya sia-sia, tetapi justru
akan lebih membingungkan siswa. Dalam proses pembelajaran juga harus
memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Bahasa dan cara
berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran, Guru harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak.9
c. Peran Guru
Piaget menekankan bahwa belajar terletak pada keaktifan peserta didik.
Untuk membiasakan diri mengajar dengan pendekatan yang mengaktifkan
peserta didik. Seorang Guru perlu memiliki dua ketrampilan dasar yakni :
menemukan sumber belajar dan memilih kegiatan belajar. Paduan dari dua
keterampilan itu akan membuat Guru terampil menciptakan dan memilih
kegiatan belajar yang mengaktifkan dan konstektual. Sumber belajar
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam
proses belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap
yang sedang dipelajari. Dalam pengembanga, sumber belajar yang
terpenting adalah sumber belajar yang berhubungan dengan kompetensi
materi. Kegiatan belajar merupakan rumusan yang menjelaskan apa yang
dilakukan oleh siswa dalam belajar. Dalam hal ini Piaget menekankan
kegiatan aktif dalam belajar. Guru harus berperan sebagai fasilitator
pengetahuan, mampu memberikan semangat belajar, membina dan
mengarahkan peserta didik. Belajar tidak menekankan mana yang benar
9
Sutarto, “ Teori Kognitif dan Implikasinya dalam Pembelajaran “ Jurnal Islam Counseling. Vol 1 no. 2,
2017. Hal 7-9.
dan salah. Melainkan bagaimana memfasilitasi peserta didik agar dapat
mengambil pelajaran dari keselahan yang dibuat.
Pembelajaran akhlak lebih bermakna dengan memberi peluang kepada
peserta didik untuk mencari sendiri dari pada harus mendengarkan lebih
banyak dari hasil ceramah guru. Guru juga harus bisa menghadirkan materi
pelajaran yang membawa peserta didik kepada suatu kesadaran untuk
mencari pengetahuan baru. Dalam pembelajaran akhlak guru harus bisa
menyakinkan bahwa peserta didik mampu belajar sendiri.10

Pengetahuan materi akhlak secara garis besar dapat diartikan sebagai pemaham
siswa terhadap materi akhlak yang telah diberikan. Dimana pembalajaran akhlak
bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan akhlak, moral, karakter, prilaku
atau etika yang diwujudkan dalam akhlak yang terpuji melalui pemberian pengetahuan
dan pengalaman peserta didiktentang akhlak. Sehingga menjadi manusia dan muslim
yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas akhlak pada kehidupan sehari-
harinya. Serta berakhlak mulia dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Serta
untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Penerapan
akhlak dalam kehidupan sehari-hari berkaitan erat dengan kedisiplinan peserta didik.
Secara teoritis, jika pengetahuan siswa tentang pembelajaran akhlak baik maka mereka
tentu mempunyai akhlak yang baik juga dalam segala hal. Mereka tentu baik dalam
menaati peraturan sekolah, beribadah mapun dalam belajar.

D. KESIMPULAN
Bedasarkan uraian sebagaimana dikemukakan di atas, dapat ditarik
beberapa catatan penting, yaitu :
1. Teori Cognitive Development piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan
bagaimana anak beradaptasi dengan dan mengiterprestasikan obyek dan
kejadian-kejadian di sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri–ciri dan
fungsi dari objek–objek, seperti mainan, perabot dan makanan, serta objek-
objek sosial seperti diri, orang tua, teman. Bagaimana cara anak belajar
mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan
perbedaanperbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan

10
Ichsan, “ Mempertimbangkan Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dalam Permbelajaran PAI “
Jurnal Edukasi Islami. Vol. 5 No. 12, Juli 2017 .Hal. 10.
dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan
tentang objek dan peristiwa tersebut.
2. Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya khuluqun
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan
menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk
(benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir
dari usaha dan pekerjaannya. Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri
seseorang, bersatu dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat
itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah.
Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah. Akhlak
tidak terlepas dari aqidah dan syariah. Oleh karena itu, akhlak merupakan pola
tingkah laku yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan ketaatan sehingga
tergambarkan dalam perilaku yang baik.
3. Implementasi Cognitive Development dalam pembelajaran akhlak.
Menyangkut pembelajaran berpusat pada peserta didik, metode pembelajaran
yang dikembangan berdasarkan keaktifan peserta didik, individualisasi dalam
pembelajaran, dan pendidik berperan sebagai fasilator. pembalajaran akhlak
bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan akhlak, moral, karakter,
prilaku atau etika yang diwujudkan dalam akhlak yang terpuji melalui
pemberian pengetahuan dan pengalaman peserta didiktentang akhlak. Sehingga
menjadi manusia dan muslim yang terus berkembang dan meningkatkan
kualitas akhlak pada kehidupan sehari-harinya. Serta berakhlak mulia dalam
bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Serta untuk dapat melanjutkan pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Penerapan akhlak dalam kehidupan
sehari-hari berkaitan erat dengan kedisiplinan peserta didik. Secara teoritis,
jika pengetahuan siswa tentang pembelajaran akhlak baik maka mereka tentu
mempunyai akhlak yang baik juga dalam segala hal. Mereka tentu baik dalam
menaati peraturan sekolah, beribadah mapun dalam belajar.
DAFTAR RUJUKAN

Asrori, Muhammad. Psikologi Perkembangan. Bandung : Wacana Prima. 2008.

Bafadhol, Ibrahim. Pendidikan Akhlak dalam Prespektif Islam. Jurnal Edukasi Islami.
Vol. 5 No. 12, Juli 2017. https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/view/178
diakses pada 24 Febuari 2021 pukul 22.27
Ichsan. Mempertimbangkan Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dalam
Permbelajaran PAI. Jurnal Al-Bidayah Vol. 1 No. 1, 2019.
https://jurnal.albidayah.id/index.php/home/article/view/4 diakses pada 24 Febuari 2021 pada
pukul 23.02
Nurhadi. Teori Kognitivisme serta Aplikasinya dalam Pembelajaran. Jurnal Edukasi
dan Sains,. Vol 2 No. 1, Juni 2020.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi/article/download/786/541 diakses pada tanggal 08
Febuari 2021 pada pukul 20.44
Pahliwandari, Rovi. “ Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif dalam Pembelajaran
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jurnal Pendidikan Olahraga. Vol. 5 No. 2, Desember
2016.http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=498097&val=10206&title=PENERAPAN%20TEORI%20PEMBELAJARAN
%20KOGNITIF%20%20DALAM%20PEMBELAJARAN%20PENDIDIKAN
%20%20JASMANI%20DAN%20KESEHATAN#:~:text=Teori%20Belajar%20Cognitive
%20Developmental%20dari,pribadi%20serta%20perubahan%20umur%20individu. Diakses
pada 24 Febuari 2021 pukul 22.55

Sutarto. Teori Kognitif dan Implikasinya dalam Pembelajaran. Jurnal Islam


Counseling. Vol 1 No. 2, 2017. http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/JBK/article/view/331
diakses pada 24 Febuari 2021 pukul 22.49

Anda mungkin juga menyukai