Anda di halaman 1dari 15

Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih mementingkan proses belajar

dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan
dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan
suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.

Prinsip umum teori Belajar Kognitif sebagaimana dikutip dari


laman http://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-kognitif.html , antara lain:

a.    Lebih mementingkan proses belajar daripada hasil

b.    DIsebut model perseptual

c.    Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi
yang berhubungan dengan tujuan belajarnya

d.   Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat
sebagai tingkah laku yang nampak

e.    Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran  menjadi komponen-


komponen yang kecil-kecil dan memperlajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan
makna.

f.     Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.

g.    Belajar merupakan  aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

h.    Dalam praktek pembelajaran  teori ini tampak pada tahap-tahap perkembangan(J.


Piaget), Advance organizer (Ausubel), Pemahaman konsep (Bruner), Hierarki belajar
(Gagne), Webteaching (Norman)

i.      Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat dipentingkan

j.      Materi pelajaran disusun dengan  pola dari sederhana  ke kompleks

k.    Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan, karena sangat mempengaruhi


keberhasilan siswa belajar.

Beberapa pandangan tentang teori kognitif, diantaranya:

1. Teori perkembangan Piaget


Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai
rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan
perkembangan individu. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan
sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Piaget tidak melihat
perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia
menyimpulkan bahwa daya piker atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan
berbeda pula secara kualitatif. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti
tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan
akomodasi).

Piaget dikutip dari laman http://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-

kognitif.html membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:


a.       Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun)
Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan selangkah demi
selangkah. 
b.      Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah penggunanaan symbol atau tanda
bahasa, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.
c.       Tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah sudah mulai menggunakan aturan-
aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.
d.      Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak
dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.
Adapun beberapa prinsip teori perkembangan Piaget, adalah sebagai berikut:
1)      Perkembangan kognitif merupakan suatu proses gentik. Yaitu suatu
perkembangan yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf

2)      Semakin bertambah umur maka semakin bertambah kompleks susunan syarafnya


dan akan meningkat pula kemampuannya. Daya pikir anak  yangb berbeda usia akan
berbeda secara kualitatif

3)      Proses adaptasi mmepunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan yaitu
akomidasi dan asimilasi

4)      Asimilasi adalah proses perubahan apa yang di pahami seseuai denganstruktur


kognitif. (apabila individu menerima infomasi atau pengalaman baru maka informasi
tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan  struktur kognitif yang dipunyai)
5)      Akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami
(apabila struktur kognitif yang sudah dimiliki harus disesuaikan dengan informasi
yang diterima).

6)      Proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi dan
ekuilibrasi (penyeimbangan)

7)      Asimilasi (proses penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah
dimiliki individu), Akomodasi (proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi
yang baru), Ekuilibrasi (penyesuaian berkesinambungan  antara asimilasi dan
akomodasi)

8)      Seorang anak sudah mempunyai prinsip pengurangan, ketika mempelajri


pembagianmaka terjadi prses intrgtasi antara pengurangan  (telah dikuasai)dan
pembagian (info baru) inilah asimilasi.

9)      Jika anak diberi soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya
anak sudah dapat mengaplikasikan  atau memakai prinsip pembagian dalam situasi
baru

10)  Proses penyesuaian antara ling luar dan struktur kognitif yang ada dlm dirinya
disebut ekuilibrasi

11)  Proses belajar akan mengikuti tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya

12)  Tahap sensorimotor (0-2 thn), preoperasional (2-8 thn), operasional konkret(8-11


thn), operasional formal (12-18 thn)

13)  Hanya dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman secara optimal


asimilasi dan akomodasi pengatahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran sebagaimana

dikutip dari laman http://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-kognitif.html  adalah :

1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar

dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru

harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi

dengan teman-temanya.

2. Teori belajar menurut Bruner


Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan
terhadap tingkah laku seseorang. Dalam teorinya, “free discovery learning” ia mengatakan
bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menurut Bruner
perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi
pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut.
Model pemahaman dari konsep Bruner (dalam Degeng,1989) menjelaskan bahwa
pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang
berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Menurutnya, pembelajaran
yang selama ini diberikan di sekolah banyak menekankan pada perkembangan
kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal
berpikir intuitif sangat penting untuk mempelajari bidang sains, sebab setiap disiplin
mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang
dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan (discovery learning).
Beberapa prinsip teori Bruner adalah:

1)      Perkembangan kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menaggapi rangsang

2)      Peningkatan pengatahun bergantung pada perkembangan sistem penyimpanan


informasi secara realistis

3)      Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada


diri sendiri atau pada orang lain

4)      Interaksi secara sistematis diperlukan antara pembimbing, guru dan anak untuk
perkembangan  kognitifnya

5)      Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif

6)      Perkembangan kognitif ditandai denfgan kecakapan untuk mengemukakan


bebrapa alternatisf secara simultan, memilih tindakan yang tepat.

7)      Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic, symbolic.

8)      Enaktif yaitu tahap jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya


untuk emmahami lingkungan sekitaanya. (gigitan, sentuhan, pegangan)
9)      Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar dan visualisasi verbal (anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan
perbandingan

10)  Simbolik yaitu tahap seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan
abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak
belajar melalui simbol bahasa, logika, matematika)

11)  Model pemahaman dan penemuan konsep

12)  Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan
memlalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada kesimpulan (discovery learning)

13)  Siswa diberi kekebasan untuk belajar  sendiri  melalui aktivitas menemukan


(discovery)

3. Teori belajar bermakna Ausubel


Menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa.
Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengtahuan yang telah
dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya
pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Hakikat belajar menurut teori kognitif merupakan suatu aktivitas belajar yang berkaitan
dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal. Atau dengan kata
lain, belajar merupakan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah
laku yang dapat diamati atau diukur. Dengan asumsi bahwa setiap orang telah memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang
dimilkinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi
baru beradaptasi dengan struktur kognitif tang telah dimiliki seseorang.
Beberapa Prinsip Teori Ausubel adalah

1)      Proses belajar akan terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan  pengetahuan


yang tlah dimilikinya dengan pengetahuan baru

2)      Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap  memperhatikan stimulus,


memamahi makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah
dipahami

3)      Siswa lebih ditekankan unuk berpikir secara deduktif  (konsep advance organizer)

Adapun aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran :

a.       Keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan


b.      Untuk meningkatkan minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan
pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.

c.       Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks.

d.      Perbedaan individu pada siswa perlu diperhatikan karena faktor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar.

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan
teori-teori yang sudah dibahas sebelumnya. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan
informasi. Proses belajar memang penting dalam teori ini, namun yang lebih penting adalah
system informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Asumsi lain adalah bahwa tidak
ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua
siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.

Implementasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan oleh


beberapa tokoh dengan beberapa teori, diantaranya:

1. Teori pemrosesan informasi


Pada teori ini, komponen pemrosesan informasi dibagi menjadi tiga berdasarkan
perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya. Ketiga komponen
itu adalah:
a. Sensory Receptor (SR)
SR merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.
b. Working Memory (WM)
WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu.
Karakteristik WM adalah :
1) Memiliki kapasitas yang terbatas, kurang dari 7 slot. Informasi yang didapat
hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa adanya upaya
pengulangan (rehearsal).
2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya baik
dalam bentuk verbal, visua, ataupun semantic, yang dipengaruhi oleh peran proses
kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.
c. Long Term Memory (LTM)
LTM diasumsikan :
1) Berisi semua pengetahuan yang telah dimilki oleh individu
2) Mempunyai kapasitas tidak terbatas
3) Sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau
hilang. Persoalan “lupa” hanya disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan
memunculkan kembali informasi yang diperlukan.

Asumsi yang mendasari teori pemrosesan informasi ini adalah bahwa pembelajaran


merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi
internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi;
(2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7)
perlakuan dan (8) umpan balik.
 

2. Teori belajar menurut Landa


Dalam teori ini Landa membedakan ada dua macam proses berpikir, yaitu:
a. Proses berpikir algoritmik
Yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus,
menuju ke satu target tujuan tertentu.
b. Proses berpikir heuristik
Yaitu cara berpikir devergen yang menuju ke beberapa target tujuan sekaligus.
Menurut Landa proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang
hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan diketahui cirri-cirinya. Materi
pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, sedangkan
materi pelajaran lainnya akanlebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan
memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir.

3. Teori belajar menurut Pask dan Scott


Menurut Pask dan Scott ada dua macam cara berpikir, yaitu:
a. Cara berpikir serialis
Cara berpikir ini hampir sama dengan cara berpikir algoritmik. Yaitu berpikir
menggunakan cara setahap demi setahap atau linier.
b. Cara berpikir menyeluruh atau wholist
Cara berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap
sebuah sistem informasi atau mempelajari sesuatu dari yang paling umum menuju ke
hal yang lebih khusus.
Teori belajar pengolahan informasi termasuk teori kognitif yang mengemukakan bahwa
belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan
perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja manusia
mempunyai kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk mengurangi muatan
memori kerja tersebut dapat diatur sesuai dengan:
a. Kapabilitas belajar
b. Peristiwa pembelajaran
c. Pengorganisasian atau urutan pembelajaran
Tahap sebernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena lebih menekankan
pada sistem informasi yang akan dipelajari, sementara itu bagaimana proses belajar
berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang
dipelajari. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi, pemikir, dan
pencipta. Berdasarkan itu, maka diasumsikan bahwa manusia merupakan makhluk yang
mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
Konsep teori belajar Humanistik yaitu proses memanusiakan manusia, dimana seorang
individu diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya manusia dapat menggali
kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam lingkungan. Proses belajar Humanistik
memusatkan perhatian kepada diri peserta didik sehingga menitikberatkan kepada
kebebasan individu. Teori Humanistik menekankan kognitif dan afektif memengaruhi
proses. Kognitif adalah aspek penguasaan ilmu pengetahuan sedangkan afektif adalah
aspek sikap yang keduanya perlu dikembangkan dalam membangun individu. Belajar
dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Hal yang
penting lagi pada proses pembelajaran Humanisme harus adanya motivasi yang
diberikan agar peserta didik dapat terus menjalani pembelajaran dengan baik. Motivasi
dapat berasal dari dalam yaitu berasal dari diri sendiri, maupun dari guru sebagai
fasilitator.

B. Karakteristik Teori Humanistik (Suprayogi, 2005)


- Mementingkan manusia sebagai pribadi.
- Mementingkan kebulatan pribadi.
- Mementingkan peranan kognitif dan afektif.
- Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self concept.
- Mementingkan persepsual subjektif yang dimiliki tiap individu.
- Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri.
- Mengutamakan insight (pengetahuan/pemahaman).

C. Prinsip teori Humanistik


1. Manusia memiliki kemampuan alami untuk belajar.
2. Belajar menjadi signifikan apabila apa yang dipelajari memiliki   relevansi dengan
keperluan mereka.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4. Tugas belajar dapat lebih diterima dan diasimilasikan apabila ancaman dari luar itu
semakin kecil.
5. Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara.
6. Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya.
7. Belajar lancar jia siswa dilibatkan dalam proses belajar.
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
9. Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.

D. Implementasi terhadap Pembelajaran


Dalam teori Humanistik Guru bertindak sebagai Fasilitator, sehingga disini guru
mempunyai banyak tugas diantaranya :
1. memberi perhatian dan motivasi
2. membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam
kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
3. Memahami karakteristik siswa
4. mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
5. Dapat menyesuaikan dirinya bersama siswanya
6. Berbaur dengan siswanya, berkomunikasi dengan sangat baik bersama siswanya
7. Dapat memahami dirinya dan tentunya agar dapat memahami siswanya
8. Dalam penerapan teori belajar humanistik proses lebih diutamakan daripada hasil,
dimana proses dari penerapan teori belajar humanistik antara lain :
9. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
10. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,
jujur dan positif.
11. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri
12. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara
mandiri.

E. Tokoh-tokoh teori humanistik


1. Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang.
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Berkaitan dengan pendapat tersebut Maslow mengemukakan adanya 5 tingkatan
kunci kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang
kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Karena
sesungguhnya dalam teori humanistik ini sangat diperlukannya motivasi. 5 tingkatan
tersebut antara lain :
2. Carl Sam Rogers
Carl Sam Rogers mengemukakan Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2)
peningkatan diri, (3) penghargaan positif (positive regard) dan (4) Penghargaan diri
yang positif (positive self-regard).
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar
mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman
dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
3. Arthur Combs
Arthur mengemukakan bahwa Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru
tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan
mereka. Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti
bagaimana dunia ini dilihat dari sudut pandangnya. Pernyataan ini adalah salah satu
dari pandangan humanistik mengenai perasaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan
tingkah laku inner (dari dalam) yang membuat orang berbeda dengan orang lain. untuk
mengerti orang lain, yang terpentng adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan
untuk menentukan bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia atau dunianya

F. Kelebihan dan kekurangan Teori Humanistik


Kelebihan :
- Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap
fenomena sosial.
- Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar.
- Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
- Siswa mempunyai banyak pengalaman yang berarti.
- Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan
belajar secara lebih mudah.
- Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang dan bergairah.
- Terjadinya perubahan pola pikir.
- Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi
hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang
berlaku.
- Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri
dengan sebaik-baiknya.
Kekurangan :
- Bersifat individual.
- Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang
mendukung.
- Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.
- Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri
mereka.
- Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses
belajar.
- Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.
- Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi
berkurang.
- Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri.

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dianut


oleh Gage dan Berlinertentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman [1]. Beberapa ilmuwan yang termasuk pendiri dan penganut teori ini
antara lain adalah Thorndike, Watson, Hull, Guthrie, dan Skinner.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksiantara stimulus dan respon (Slavin,
2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja
yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan
respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon
akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative
reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:


1. Reinforcement and Punishment;
2. Primary and Secondary Reinforcement;
3. Schedules of Reinforcement;
4. Contingency Management;
5. Stimulus Control in Operant Learning;
6. The Elimination of Responses

(Gage, Berliner, 1984).

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan
respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat
kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit
yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan
pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku
yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori
koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2)
hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini
menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon

Pelajari selengkapnya

Artikel atau bagian dari artikel ini diterjemahkan dari Teori Belajar Behavioristik di en.wikipedia.org. Isinya
memiliki ketidakakuratan. Selain itu beberapa bagian yang diterjemahkan masih memerlukan
penyempurnaan. Pengguna yang mahir dengan bahasa yang bersangkutandipersilakan untuk menelusuri
referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini, atau Anda juga dapat ikut bergotong royong dalam ProyekWiki
Perbaikan Terjemahan.

Teori Belajar Menurut WatsonSunting


Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan
dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut
sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson
adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan
dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada
pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
===hacker keren nama aku saifudinplg cek yt aku YTsaifudin

===

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori
evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah
laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh
sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan
biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh
kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir
selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul
mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam
teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
Teori Belajar Menurut Edwin GuthrieSunting
Asas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-
stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan
diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan
variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar.
Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus
sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekadar hanya
melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah
perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin
diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap.
Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting
dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon
secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari.
Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan
oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

Teori Belajar Menurut Skinner[2]Sunting


Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli
konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara
sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus
dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian
menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh
tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak
sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi
dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon
yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi
inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena
itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami
hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang
mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon
tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-
perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan
menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan
lagi, demikian seterusnya.
Analisis Tentang Teori BehavioristikSunting
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku dimana reinforcement dan punishmentmenjadi stimulus untuk
merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan
kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi
pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan
tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hierarki, dari yang
sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun
dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran
seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta
mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program
pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik karena sering kali tidak mampu menjelaskan
situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan
dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekadar hubungan
stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.

Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat


emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.
Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai
kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya
terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat
kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon
yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau
perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.

Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berpikir linier,


konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar
merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju
atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas
berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang memengaruhi proses
belajar, proses belajar tidak sekadar pembentukan atau shaping.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak
menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa
yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung
membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar.
Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie,
yaitu:
 Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara;
 Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si
terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
 Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)
agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan
hal-hal lain yang kadang kala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat
negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman
harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan
respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus
dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang
pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih
saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu
tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan
malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki
kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan
negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk
memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan
penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons

Anda mungkin juga menyukai