Anda di halaman 1dari 9

TEORI BELAJAR KOGNITIF

Oleh: Kelompok 2
1. Dista/011922
Yuli Berkatni/013122
Yesyurun J. Rehuellah/012922

Pendahuluan
Belajar ialah salah satu bagian terutama yang tidak bisa dipisahkan dengan proses
pembelajaran. Pembelajaran diartikan sebagai usaha membelajarkan atau membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik. Dari pengertian tersebut memiliki makna bahwa dalam
pembelajaran terdapat akitivitas memilih, menetapkan, serta mengembangkan metode ataupun
skema yang maksimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Aktivitas belajar ialah aktivitas yang berproses dan juga bagian utama yang mendasar di
masing-masing penyelenggaraan jenis dan tingkatan pembelajaran. Dalam hal ini tercapai atau
tidaknya tujuan pembelajaran sangat tergantung pada proses yang dijalani oleh peserta didik,
baik pada saat berada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Belajar salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pola
pikir dan perilaku seseorang. Banyaknya paham mengenai pengertian dari belajar, yang
menyebabkan munculnya berbagai teori belajar, salah satunya adalah teori belajar kognitif.
Teori belajar kognitif muncul karena adanya ketidakpuasan beberapa ahli terhadap teori
belajar behaviorisme yang menyatakan bahwa belajar suatu proses yang hanya berhubungan
dengan stimulus, respon dan hasil dalam pembelajaran dicapai dengan perubahan perilaku yang
dapat diamati (nyata). Sedangkan teori belajar kognitif menekankan bahwa yang terpenting
dalam proses pembelajaran adalah bagaimana proses itu terjadi daripada hasil yang dicapai.
Penulisan paper bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai apa itu teori belajar kognitif
dan pandangan para ahli, serta bagaimana penerapan teori belajar kognitif tersebut dalam
pembelajaran. Dalam penulisan paper, penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan
mengumpulkan data dan informasi mengenai materi teori belajar kognitif dalam bentuk kalimat
dari sumber literatur seperti buku, artikel, jurnal dan sebagainya.
Pembahasan
Teori Kognitif
Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang artinya “pengertian” atau “mengerti”.
Pengertian luasnya ialah perolehan, penaataan, dan penggunaan pengetahuan yang melibatkan
proses berpikir.1
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Teori ini
menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Model belajar kognitif merupakan suatu
bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Belajar merupakan perubahan
persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak.
Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas
yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks (Budiningsih, 2005 : 34).2
Teori Kognitif merupakan teori yang pada umumnya dikaitkan dengan pembelajaran, oleh
sebab itu dikatakan sebagai teori belajar kognitif. Teori belajar kognitif menyatakan bahwa
proses belajar terjadi karena adanya variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang.
Teori belajar kognitif lebih mengutamakan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri.3
Teori belajar kognitif atau teori kognitivistik dikemukkan oleh beberapa ahli. Teori
kognitivitik lahir sebagai bentuk kritikkan terhadap teori behavioristik. Dalam pandangan
kognitivistik, manusia bukan suatu mahluk pasif terhadap lingkungan, tetapi mahluk yang
senantiasa beradaptasi untuk memahami lingkungannya. Ungkapan teori kognitivistik dimulai di
penghujung tahun 1950. Para ahli psikologi da pendidikan memandang bahwa proses kognitif
sebagai suatu proses yang kompleks, dumulai dari berpikir, memecahlan masalah, bahasa,
pembentukan konsep, sampai proses informasi.4

Beberapa Teori Belajar Kognitif Menurut Ahli


1. Teori Belajar Kognitif Jean Piaget
Pandangan Piaget mengenai kegiatan dan keberhasilan belajar disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Teori perkembangan kognitif berfokus pada perkembangan
alamiah peserta didik dari anak-anak sampai dewasa. Piaget berpandangan bahwa proses belajar
peserta didik akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan
1
Chairul Anwar, Teori-Teori Pendidikan, ed. Yanuar Arifin, Cetakan 1. (Baturetno Banguntapan Yogyakarta:
IRCiSod, n.d.), 118.
2
M.PD PROF. DR. SUYONO, Belajaran Dan Pembelajaran, ed. ANANG SOLIHIN WARDAN, Cetakan 1.
(BANDUNG: PT REMAJA ROSDAKARYA, n.d.).
3
Yenny Suzana, Teori Belajar Dan Pembelajaran, ed. Dwi Nadya Oviliana, cetakan 1. (Kota Malang: CV.
Literasi Nusantara Abadi, n.d.).
4
Ibid.
umurnya. Tahap ini berdasarkan urutan tertentu dan peserta didik tidak dapat belajar sesuatu
yang berada diluar tahap kognitifnya.
Untuk memahami teori perkembangan kognitif Piaget, ada beberapa konsep yang perlu
dimengerti terlebih dahulu, yaitu; (a) Inteligensi, Piaget mengartikan intelegensi secara lebih
luas, juga tidak mendefinisikan secara ketat. Ia memberikan definisi umum yang lebih
mengungkap orientasi biologis. Menurutnya, intelegensi adalah suatu bentuk equilibrium kearah
mana semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensiomotor
diarahkan. (b) Organisasi, adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan
guna mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem yang
lebih tinggi. (c) Skema, adalah suatu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah selama
perkembangan kognitif seseorang. (d) Asimilasi, adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah
ada dalam pikirannya. (e) Akomodasi, adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema
lama sehingga cocok dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada sehingga
cocok dengan rangsangan yang ada. (f) Ekuilibrasi, adalah keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses
asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar
dengan struktur dalamnya.5
Proses belajar akan terjadi apabila ada aktivitas peserta didik berinterkasi dengan
lingkungannya sosial dan lingkungan fisiknya. Piaget berpandangan bahwa, perkembangan
kognitif mempunyai peran lebih utama dalam proses belajar, dan perkembangan kognitif pada
dasarnya ialah proses mental. Proses mental ialah perkembangan kemampuan berpikir logis.
Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin kompleks susunan sel syarafnya dan semakin
meningkat pula kemampuan kognitifnya.6
Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif peserta didik meliputi empat tahap, yaitu
(1) tahap sensori-motor: umur 0-2 tahun. Bersifat motorik, melakukan kegiatan berupa
menghisap, menggenggam, anak mulai bisa melakukan opreations dan ini awal timbulnya
kemampuan berpikir.7 (2) tahap praoperasional: umur 2-7 tahun, penggunaan simbol atau bahasa
tanda dan konsep intuitif, anak-anak sangat egosentris, yaitu sulit menerima pendapat orang
lain.8 (3) Tahap operasional konkret: umur 7-12 tahun, ditandai dengan adanya sistem operasi

5
Anwar, Teori-Teori Pendidikan, 321–322.
6
Sutarto Sutarto, “Teori Kognitif Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran,” Islamic Counseling: Jurnal
Bimbingan Konseling Islam 1, no. 2 (2017): 1.
7
Tritjahjo Danny Soesilo, Teori Dan Pendekatan Belajar: Implikasinya Dalam Pembelajaran, ed. Lia
Noviastuti (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015), 28.
8
Anwar, Teori-Teori Pendidikan, 327.
berdasarkan segala sesuatu yang kelihatannya nyata/konkret. 9 (4) Tahap operasi formal: mulai
umur 12 ke atas, mampu berpikir logis, berpkir dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan
proposisi-proposisi dan hipotesis, serta dapat mengambil kesimpulan lepas dari sesuatu yang
dapat diamati saat itu.10
Setiap tahap dikenali dengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual yang baru
yang memungkinkan orang memahami dunia dengan cara yang semakin kompleks. Bagi Piaget
ada 3 proses yang melandasi perkembangan individu, yaitu; asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi.11 Ketika peserta didik menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi
tersebut akan dimodifikasi hingga sesuai dengan struktur kognitif yang dipunyainya, itulah
proses asimilasi. Sedangkan proses akomodasi yaitu struktur kognitifnya yang harus disesuiakan
dengan informasi yang diterima. Selanjutnya proses ekuilibrasi yaitu penyesuaian yang terus-
menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi.12

2. Teori Belajar Kognitif Jerome S. Bruner


Pandangan Bruner tentang belajar sebagai proses perkembangan kognitif, yang dilandasi
pada dua asumsi yaitu: perolehan pengetahuan adalah proses interaktif peserta didik dengan
lingkungannya secara aktif akan terjadi perubahan yang terjadi pada diri peserta didik dan
lingkungannya, dan seseorang mengkonstruksikan pengetahuan yang dimiliki dengan
menghubungkan informasi baru dan informasi yang diperoleh sebelumnya menjadi suatu
struktur pengetahuan yang makna (Picauly, 2016). Menurut Bruner, pada dasarnya belajar
merupakan proses perkembangan kognitif yang terjadi dalam diri pesera didik. Ada tiga proses
kognitif yang berlangsung dalam belajar, yaitu: proses pemerolehan informasi baru, proses
transformasi informasi, proses mengevaluasi atau menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan
(Anidar, 2017; Picauly, 2016; Sutarto, 2017). Pemerolehan informasi baru dilakukan melalui
kegiatan membaca buku atau sumber lainnya yang sesuai, mendengarkan penjelasan pendidik,
melihat audiovisual, dan sebagainya. Transformasi informasi yaitu tahap memahami, mencerna,
dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin
bermanfaat untuk hal-hal yang lain. Mengevaluasi atau menguji relevansi dan ketepatan
dilakukan untuk mengetahui benar tidaknya hasil tranformasi, evaluasi kemudian dinilai

9
Ibid., 329.
10
Ibid., 330.
11
Sutarto, “Teori Kognitif Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran.”
12
Abdullah Helmy, “Teori Belajar Kognitif Jean Piaget Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran,” Jurnal
Linguistik Terapan 1, no. 2 (2011): 1–11, https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=vLc8EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA186&dq=%22teori+belajar%22&ots=-
Hlr32wozV&sig=q60DX0WvDzLD9fJ5DoedcRjphws.
sehingga nantinya dapat diketahui apakah pengetahuan yang diperoleh dapat dimanfaatkan dan
ditransformasikan untuk memahami gejala-gejala lain.13
Menurut Bruner, supaya pengetahuan mudah ditransformasikan oleh peserta didik, perlu
memperhatikan empat tema pendidikan untuk perkembangan kognitif,yaitu: (1)struktur
pengetahuan, dipandang penting bagi peserta didik untuk melihat keterhubungan fakta dengan
informasi yang diterima; (2) kesiapan, untuk belajar diperlukan penguasaan keterampilan yang
lebih tinggi lagi; (3) nilai intuisi, yaitu teknik intelektual untuk sampai pada formulasi tentatif
tanpa menganalisis untuk mengetahui apakah formulasi tentatif merupakan kesimpulan yang
benar; (4) dan motivasi, yaitu keadaan pada diri peserta didik yang dapat mendorongnya
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan (Buto, 2010; Sutarto, 2017). Dalam proses
pembelajaran, struktur pengetahuan perlu memperhatikan karakteristik dan perkembangan
kognitif peserta didik, kesiapan belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dan
kematangan psikologi. Cara belajar yang baik adalah melalui proses intuisi yaitu memahami
hubungan, arti, dan konsep, kemudian menarik kesimpulan dengan cara diberikan motivasi
sesuai dengan perkembangannya.14

3. Teori Belajar Kognitif David Paul Ausubel


Menurut Ausubel belajar haruslah bermakna, ada dua dimensi dalam belajar bermakna,
dimensi yang pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi yang disajikan pada
peserta didik melalui penerimaan atau penemuan dan yang kedua menyangkut bagaimana cara
peserta didik dapat mengaitkan informasi tersebut dengan struktur kognitif yang sudah ada.
“Proses belajar terjadi jika peserta didik mampu mengasimilasikan pengetahuan yang
dimilikinya dengan pengetahuan baru (belajar menjadi bermakna/meaning full learning).” Proses
belajar ini terjadi melalui tiga tahapan yaitu:(1) memperhatikan stimulus yang akan diberikan.
(2) Stimulus dipahami, selanjutnya mengingat dan menerapkan pemahaman akan stimulus.(3)
Mengaitkan dengan proses meaning full learning.15
Ausubel juga berpendapat bahwa peserta didik akan benar-benar belajar apabila pendidik
dapat menyampaikan materi dengan baik dan tepat, hal ini yang berpengaruh terhadap
kemampuan dalam pengaturan belajar peserta didik. Dari hal ini muncul istilah konsep Advanced
Organizer, yang merupakan informasi umum berisikan seluruh pelajaran yang akan dipelajari
oleh peserta didik. Ada 3 manfaat dari konsep ini, yaitu :(1)Terdapat kerangka konseptual yang
akan menjadi bahan ajar atau materi yang akan dipelajari. (2) Hal yang akan dipelajari dan yang
13
Endang Fauziati, “Implikasi Teori Belajar Bruner Dalam Model Pembelajaran Kurikulum 2013” 3, no. 2
(2021): 128–136.
14
Ibid.
15
Nurhadi Sekolah, Tinggi Agama, and Al-azhar Pekanbaru, “Teori Kognitivisme Serta Aplikasinya Dalam
Pembelajaran” 2 (2020): 77–95.
sedang dipelajari akan terhubung.(3) Peserta didik akan lebih mudah untuk memahami bahan
ajar. Maka dari hal ini diperlukan pemahaman yang baik oleh pendidik terhadap materi atau
bahan ajar yang akan disampaikan, untuk dapat menemukan informasi yang mewadahi apa yang
akan diajarkan. Selain daripada hal itu pendidik juga harus memiliki logika yang baik agar dapat
merumuskan pembelajaran yang telah dipersiapkan dan menyusun agar materi menjadi logis dan
mudah dipahami.16
Penulis mendapat pengertian dari penjelasan di atas bahwa belajar bermakna menurut
Ausubel disini adalah proses pengaitan informasi baru pada konsep-konsep kognitif yang sudah
terbentuk didalam kognitif seorang individu.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif


Dari teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh beberapa tokoh tersebut, aliran
kognitivisme berpandangan bahwa pikiran manusia merupakan perangkat yang amat penting dan
berarti dalam proses belajar individu. Pastinya teori kognitif memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya:
 Pada saat menerapkan pandangan kognitif, maka pendidik perlu memahami struktur kognitif
peserta didik secara pribadi. Pemahaman tersebut berperan penting untuk membantu
pengembangan kecakapan berpikir setiap peserta didik.
 Terdapat penjelasan mengenai perkembangan manusia mulai bayi hingga dewasa dan hal ini
memudahkan pendidik untuk memilih materi yang akan diajarkan pada peserta didik dalam
usia tertentu lalu didukung oleh metode penyampaian materi dari mudah ke rumit.
 Memberi dasar materi yang diajarkannya, lalu peserta didik diberi kebebasan untuk mengolah
dan memahami materi tersebut dan tugas pendidik adalah sebagai fasilitator.
 Memungkinkan peserta didik memperkuat ingatannya dalam mengingat materi pembelajaran.
 Menekankan kemampuan kognitif untuk mengkreasi atau membuat hal baru dari hal yang
telah ada, dan cara ini akan membantu mengembangkan kemampuan kognitif.

Namun daripada itu dalam teori kognitif juga terdapat kekurangan, di antaranya sebagai berikut:
 Teori ini terlalu menitik beratkan pada kemampuan daya ingat sedangkan kemampuan
tersebut pada setiap peserta didik tidaklah sama, dan untuk itu pendidik harus lebih teliti
untuk memahami kemampuan masing-masing peserta didik. Masalah yang terdapat dari hal
ini adalah bahwa tidak semua pndidik memiliki kemampuan dalam memahami peserta
didiknya.

16
Ibid.
 Jika dalam metode pengajaran hanya menerapkan metode kognitif maka dipastikan tidak
semua peserta didik mampu memahami materi ajar, karena pada materi-materi tertentu juga
dibutuhkan praktik atau pembiasaan (pengulangan berkali-kali) untuk dapat lebih memahami
dan menyerap materi ajar tersebut.
 Teori ini tidak cocok untuk diterapkan di sekolah kejuruan, dikarenakan pada sekolah
kejuruan lebih banyak mengandalkan praktik dalam keterampilan fisik, dan jika memaksakan
untuk menerapkan metode kognitif maka dipastikan peserta didik pada sekolah kejuruan akan
kesusahan dalam melakukan praktik kegiatan.
 Penerapan teori ini memerlukan perhatian pada kemampuan peserta didik dalam pemahaman
untuk mengembangkan materi yang sudah di ajarkan, sedangkan tingkatan kemampuan
peserta didik berbeda-beda maka dari itu tidak semua peserta didik dapat melakukannya.

Penerapan Teori Kognitif Dalam Pembelajaran Bahasa


Dalam pembelajaran bahasa tentunya memiliki tujuan, secara umum tujuannya ialah
meningkatkan keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis, kemudian
mengembangkan kemampuan daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai dan
mengekspresikan diri dengan berbahasa. Dan untuk penerapan teori belajar kognitif dalam
mencapai tujuan pembelajaran bahasa tersebut, meliputi:
 Menggunakan benda-benda konkret agar peserta didik mampu belajar dengan baik terutama
pada peserta didik usia pra sekolah dan awal sekolah dasar.
 Peserta didik harus dapat aktif dalam pembelajarana agar dapat mengasimilasi dan
mengakomodasi pengetahuan sehingga terjadinya pengalaman.
 Memahami pelajaran akan lebih bermakna bagi peserta didik, dan agar dapat bermakna maka
perlu mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik. Tugas pendidik disini
adalah untuk memberi petunjuk hubungan antara hal yang sedang dipelajari dengan hal yang
sudah dipelajari.
 Setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda dan tingkat perkembangan kognitif
yang berlainan juga, oleh karena itu diperlukan pemahaman dari pendidik mengenai
perbedaan ini, karena memengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran peserta didik.
 Mengaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
peserta didik untuk menarik minat dan retensi belajar.

Simpulan
Dari pemaparan materi diatas, penulis menyimpulkan bahwa teori belajar kognitif
merupakan teori yang berfokus pada proses belajar. Teori ini menekankan bahwa perilaku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya terhadap situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya. Teori belajar kognitif berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik
tidak selalu dilihat dari perubahan tingkah lakunya, tetapi lebih lebih mengutamakan yang
dimiliki oleh peserta didik dengan pikiran dalam melihat dan menilai suatu hal. Pendidik yang
menerapkan teori belajar kognitif dalam pembelajaran perlu memahami perkembangan
kemampuan kognitif dari setiap peserta didik dan meyakini bahwa proses belajar mampu
mengubah mental dan cara berpikir yang cukup kompleks. Dalam teori kognitif terdapat
beberapa tahapan dalam perkembangan kemampuan kognitif individu. Yang pertama tahapan
perkembangan peserta didik sesuai usia yang mengaitkan interaksi individu dengan lingkungan
sosial dan lingkungan fisiknya, dan didasarkan oleh proses mental sesuai dengan usia peserta
didik. Semakin bertambah usia peserta didik maka semakin kompleks pula sel syarafnya dan
semakin meningkat kemampuan kognitifnya. Yang kedua adalah tahapan dalam proses
pembelajaran, struktur pengetahuan perlu memperhatikan karakteristik dan perkembangan
kognitif peserta didik, kesiapan belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dan
kematangan psikologi. Cara belajar yang baik adalah melalui proses intuisi yaitu memahami
hubungan, arti, dan konsep, kemudian menarik kesimpulan dengan cara diberikan motivasi
sesuai dengan perkembangannya. Yang ketiga adalah proses belajar merupakan pengaitan
informasi baru pada konsep-konsep kognitif yang sudah terbentuk didalam kognitif individu
sehingga peserta didik dapat menyampaikan materi denga baik dan tepat, hal ini menjadi
tanggung jawab pendidik agar mampu merumuskan pembelajaran yang telah dipersiapkan dan
menyusun agar materi menjadi logis dan mudah dipahami.

Daftar pustaka
Anwar, Chairul. Teori-Teori Pendidikan. Edited by Yanuar Arifin. Cetakan 1. Baturetno
Banguntapan Yogyakarta: IRCiSod, n.d.
Fauziati, Endang. “Implikasi Teori Belajar Bruner Dalam Model Pembelajaran Kurikulum 2013”
3, no. 2 (2021): 128–136.
Helmy, Abdullah. “Teori Belajar Kognitif Jean Piaget Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran.”
Jurnal Linguistik Terapan 1, no. 2 (2011): 1–11. https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=vLc8EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA186&dq=%22teori+belajar%22&ots=-
Hlr32wozV&sig=q60DX0WvDzLD9fJ5DoedcRjphws.
PROF. DR. SUYONO, M.PD. Belajaran Dan Pembelajaran. Edited by ANANG SOLIHIN
WARDAN. Cetakan 1. BANDUNG: PT Remaja Rosdakarya, n.d.
Sekolah, Nurhadi, Tinggi Agama, and Al-azhar Pekanbaru. “Teori Kognitivisme Serta
Aplikasinya Dalam Pembelajaran” 2 (2020): 77–95.
Soesilo, Tritjahjo Danny. Teori Dan Pendekatan Belajar: Implikasinya Dalam Pembelajaran.
Edited by Lia Noviastuti. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015.
Sutarto, Sutarto. “Teori Kognitif Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran.” Islamic Counseling:
Jurnal Bimbingan Konseling Islam 1, no. 2 (2017): 1.
Yenny Suzana. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Edited by Dwi Nadya Oviliana. Cetakan 1.
Kota Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi, n.d.

Anda mungkin juga menyukai