Oleh: Kelompok 2
1. Dista/011922
Yuli Berkatni/013122
Yesyurun J. Rehuellah/012922
Pendahuluan
Belajar ialah salah satu bagian terutama yang tidak bisa dipisahkan dengan proses
pembelajaran. Pembelajaran diartikan sebagai usaha membelajarkan atau membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik. Dari pengertian tersebut memiliki makna bahwa dalam
pembelajaran terdapat akitivitas memilih, menetapkan, serta mengembangkan metode ataupun
skema yang maksimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Aktivitas belajar ialah aktivitas yang berproses dan juga bagian utama yang mendasar di
masing-masing penyelenggaraan jenis dan tingkatan pembelajaran. Dalam hal ini tercapai atau
tidaknya tujuan pembelajaran sangat tergantung pada proses yang dijalani oleh peserta didik,
baik pada saat berada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Belajar salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pola
pikir dan perilaku seseorang. Banyaknya paham mengenai pengertian dari belajar, yang
menyebabkan munculnya berbagai teori belajar, salah satunya adalah teori belajar kognitif.
Teori belajar kognitif muncul karena adanya ketidakpuasan beberapa ahli terhadap teori
belajar behaviorisme yang menyatakan bahwa belajar suatu proses yang hanya berhubungan
dengan stimulus, respon dan hasil dalam pembelajaran dicapai dengan perubahan perilaku yang
dapat diamati (nyata). Sedangkan teori belajar kognitif menekankan bahwa yang terpenting
dalam proses pembelajaran adalah bagaimana proses itu terjadi daripada hasil yang dicapai.
Penulisan paper bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai apa itu teori belajar kognitif
dan pandangan para ahli, serta bagaimana penerapan teori belajar kognitif tersebut dalam
pembelajaran. Dalam penulisan paper, penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan
mengumpulkan data dan informasi mengenai materi teori belajar kognitif dalam bentuk kalimat
dari sumber literatur seperti buku, artikel, jurnal dan sebagainya.
Pembahasan
Teori Kognitif
Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang artinya “pengertian” atau “mengerti”.
Pengertian luasnya ialah perolehan, penaataan, dan penggunaan pengetahuan yang melibatkan
proses berpikir.1
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Teori ini
menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Model belajar kognitif merupakan suatu
bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Belajar merupakan perubahan
persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak.
Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas
yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks (Budiningsih, 2005 : 34).2
Teori Kognitif merupakan teori yang pada umumnya dikaitkan dengan pembelajaran, oleh
sebab itu dikatakan sebagai teori belajar kognitif. Teori belajar kognitif menyatakan bahwa
proses belajar terjadi karena adanya variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang.
Teori belajar kognitif lebih mengutamakan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri.3
Teori belajar kognitif atau teori kognitivistik dikemukkan oleh beberapa ahli. Teori
kognitivitik lahir sebagai bentuk kritikkan terhadap teori behavioristik. Dalam pandangan
kognitivistik, manusia bukan suatu mahluk pasif terhadap lingkungan, tetapi mahluk yang
senantiasa beradaptasi untuk memahami lingkungannya. Ungkapan teori kognitivistik dimulai di
penghujung tahun 1950. Para ahli psikologi da pendidikan memandang bahwa proses kognitif
sebagai suatu proses yang kompleks, dumulai dari berpikir, memecahlan masalah, bahasa,
pembentukan konsep, sampai proses informasi.4
5
Anwar, Teori-Teori Pendidikan, 321–322.
6
Sutarto Sutarto, “Teori Kognitif Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran,” Islamic Counseling: Jurnal
Bimbingan Konseling Islam 1, no. 2 (2017): 1.
7
Tritjahjo Danny Soesilo, Teori Dan Pendekatan Belajar: Implikasinya Dalam Pembelajaran, ed. Lia
Noviastuti (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015), 28.
8
Anwar, Teori-Teori Pendidikan, 327.
berdasarkan segala sesuatu yang kelihatannya nyata/konkret. 9 (4) Tahap operasi formal: mulai
umur 12 ke atas, mampu berpikir logis, berpkir dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan
proposisi-proposisi dan hipotesis, serta dapat mengambil kesimpulan lepas dari sesuatu yang
dapat diamati saat itu.10
Setiap tahap dikenali dengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual yang baru
yang memungkinkan orang memahami dunia dengan cara yang semakin kompleks. Bagi Piaget
ada 3 proses yang melandasi perkembangan individu, yaitu; asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi.11 Ketika peserta didik menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi
tersebut akan dimodifikasi hingga sesuai dengan struktur kognitif yang dipunyainya, itulah
proses asimilasi. Sedangkan proses akomodasi yaitu struktur kognitifnya yang harus disesuiakan
dengan informasi yang diterima. Selanjutnya proses ekuilibrasi yaitu penyesuaian yang terus-
menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi.12
9
Ibid., 329.
10
Ibid., 330.
11
Sutarto, “Teori Kognitif Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran.”
12
Abdullah Helmy, “Teori Belajar Kognitif Jean Piaget Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran,” Jurnal
Linguistik Terapan 1, no. 2 (2011): 1–11, https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=vLc8EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA186&dq=%22teori+belajar%22&ots=-
Hlr32wozV&sig=q60DX0WvDzLD9fJ5DoedcRjphws.
sehingga nantinya dapat diketahui apakah pengetahuan yang diperoleh dapat dimanfaatkan dan
ditransformasikan untuk memahami gejala-gejala lain.13
Menurut Bruner, supaya pengetahuan mudah ditransformasikan oleh peserta didik, perlu
memperhatikan empat tema pendidikan untuk perkembangan kognitif,yaitu: (1)struktur
pengetahuan, dipandang penting bagi peserta didik untuk melihat keterhubungan fakta dengan
informasi yang diterima; (2) kesiapan, untuk belajar diperlukan penguasaan keterampilan yang
lebih tinggi lagi; (3) nilai intuisi, yaitu teknik intelektual untuk sampai pada formulasi tentatif
tanpa menganalisis untuk mengetahui apakah formulasi tentatif merupakan kesimpulan yang
benar; (4) dan motivasi, yaitu keadaan pada diri peserta didik yang dapat mendorongnya
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan (Buto, 2010; Sutarto, 2017). Dalam proses
pembelajaran, struktur pengetahuan perlu memperhatikan karakteristik dan perkembangan
kognitif peserta didik, kesiapan belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dan
kematangan psikologi. Cara belajar yang baik adalah melalui proses intuisi yaitu memahami
hubungan, arti, dan konsep, kemudian menarik kesimpulan dengan cara diberikan motivasi
sesuai dengan perkembangannya.14
Namun daripada itu dalam teori kognitif juga terdapat kekurangan, di antaranya sebagai berikut:
Teori ini terlalu menitik beratkan pada kemampuan daya ingat sedangkan kemampuan
tersebut pada setiap peserta didik tidaklah sama, dan untuk itu pendidik harus lebih teliti
untuk memahami kemampuan masing-masing peserta didik. Masalah yang terdapat dari hal
ini adalah bahwa tidak semua pndidik memiliki kemampuan dalam memahami peserta
didiknya.
16
Ibid.
Jika dalam metode pengajaran hanya menerapkan metode kognitif maka dipastikan tidak
semua peserta didik mampu memahami materi ajar, karena pada materi-materi tertentu juga
dibutuhkan praktik atau pembiasaan (pengulangan berkali-kali) untuk dapat lebih memahami
dan menyerap materi ajar tersebut.
Teori ini tidak cocok untuk diterapkan di sekolah kejuruan, dikarenakan pada sekolah
kejuruan lebih banyak mengandalkan praktik dalam keterampilan fisik, dan jika memaksakan
untuk menerapkan metode kognitif maka dipastikan peserta didik pada sekolah kejuruan akan
kesusahan dalam melakukan praktik kegiatan.
Penerapan teori ini memerlukan perhatian pada kemampuan peserta didik dalam pemahaman
untuk mengembangkan materi yang sudah di ajarkan, sedangkan tingkatan kemampuan
peserta didik berbeda-beda maka dari itu tidak semua peserta didik dapat melakukannya.
Simpulan
Dari pemaparan materi diatas, penulis menyimpulkan bahwa teori belajar kognitif
merupakan teori yang berfokus pada proses belajar. Teori ini menekankan bahwa perilaku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya terhadap situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya. Teori belajar kognitif berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik
tidak selalu dilihat dari perubahan tingkah lakunya, tetapi lebih lebih mengutamakan yang
dimiliki oleh peserta didik dengan pikiran dalam melihat dan menilai suatu hal. Pendidik yang
menerapkan teori belajar kognitif dalam pembelajaran perlu memahami perkembangan
kemampuan kognitif dari setiap peserta didik dan meyakini bahwa proses belajar mampu
mengubah mental dan cara berpikir yang cukup kompleks. Dalam teori kognitif terdapat
beberapa tahapan dalam perkembangan kemampuan kognitif individu. Yang pertama tahapan
perkembangan peserta didik sesuai usia yang mengaitkan interaksi individu dengan lingkungan
sosial dan lingkungan fisiknya, dan didasarkan oleh proses mental sesuai dengan usia peserta
didik. Semakin bertambah usia peserta didik maka semakin kompleks pula sel syarafnya dan
semakin meningkat kemampuan kognitifnya. Yang kedua adalah tahapan dalam proses
pembelajaran, struktur pengetahuan perlu memperhatikan karakteristik dan perkembangan
kognitif peserta didik, kesiapan belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dan
kematangan psikologi. Cara belajar yang baik adalah melalui proses intuisi yaitu memahami
hubungan, arti, dan konsep, kemudian menarik kesimpulan dengan cara diberikan motivasi
sesuai dengan perkembangannya. Yang ketiga adalah proses belajar merupakan pengaitan
informasi baru pada konsep-konsep kognitif yang sudah terbentuk didalam kognitif individu
sehingga peserta didik dapat menyampaikan materi denga baik dan tepat, hal ini menjadi
tanggung jawab pendidik agar mampu merumuskan pembelajaran yang telah dipersiapkan dan
menyusun agar materi menjadi logis dan mudah dipahami.
Daftar pustaka
Anwar, Chairul. Teori-Teori Pendidikan. Edited by Yanuar Arifin. Cetakan 1. Baturetno
Banguntapan Yogyakarta: IRCiSod, n.d.
Fauziati, Endang. “Implikasi Teori Belajar Bruner Dalam Model Pembelajaran Kurikulum 2013”
3, no. 2 (2021): 128–136.
Helmy, Abdullah. “Teori Belajar Kognitif Jean Piaget Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran.”
Jurnal Linguistik Terapan 1, no. 2 (2011): 1–11. https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=vLc8EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA186&dq=%22teori+belajar%22&ots=-
Hlr32wozV&sig=q60DX0WvDzLD9fJ5DoedcRjphws.
PROF. DR. SUYONO, M.PD. Belajaran Dan Pembelajaran. Edited by ANANG SOLIHIN
WARDAN. Cetakan 1. BANDUNG: PT Remaja Rosdakarya, n.d.
Sekolah, Nurhadi, Tinggi Agama, and Al-azhar Pekanbaru. “Teori Kognitivisme Serta
Aplikasinya Dalam Pembelajaran” 2 (2020): 77–95.
Soesilo, Tritjahjo Danny. Teori Dan Pendekatan Belajar: Implikasinya Dalam Pembelajaran.
Edited by Lia Noviastuti. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015.
Sutarto, Sutarto. “Teori Kognitif Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran.” Islamic Counseling:
Jurnal Bimbingan Konseling Islam 1, no. 2 (2017): 1.
Yenny Suzana. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Edited by Dwi Nadya Oviliana. Cetakan 1.
Kota Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi, n.d.