Anda di halaman 1dari 8

ANDI ARYANTO BANGSAWAN

210407512024
Prodi PGSD ICP BILINGUAL

Tugas Resume Belajar dan pembelajaran

❖ RESUME TEORI-TEORI BELAJAR DARI MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. Teori Behavioristik / Behaviorisme

Teori Behavioristik/ behaviorisme adalah sebuah teori pembelajaran yang berfokus pada
perilaku yang bisa diamati dan adanya stimuli yang mengontrolnya. Ada beberapa tokoh teori
belajar behaviorisme. Tokoh-tokoh aliran behavioristik tersebut antaranya adalah Thorndike,
Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi
walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama
proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu
diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena
kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang
sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan
diukur.

Menurut Watson sebagai salah satu orang yang mengusung teori ini, belajar merupakan proses
interaksi antara stimulus dan respon namun stimulus dan respon tersebut harus berbentuk
tingkah laku yang dapat diamati. Jadi menurut teori ini perubahan mental tidak perlu terlalu
diperhatikan. Teori belajar ini seolah-olah menyampingkan perbedaan-perbedaan yang timbul
diantara peserta didik dan kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi peserta didik.

Pengaplikasian teori behaviorisme ini sering digunakan dalam mengembangkan teori


pembelajaran disekolah-sekolah. Hal ini dilakukan karena teori ini diyakini mampu mengukur
pemahaman siswa terhadap pembelajaran itu sendiri. Pendidikan behaviorisme merupakan
kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam semua
bidang subjek dan manajemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar
behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.

Ciri dari teori belajar behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan
peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang
diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa
merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behaviorisme
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan
telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan
mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau
pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada
melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari
proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pelajar
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

Metode behaviorisme ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek
dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan,
reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka
mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.

B. TEORI KOGNITIF

Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir. Sedangkan
secara istilah dalam pendidikan kognitif adalah salah satu teori diantara teori-teori belajar dimana
belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh
pemahaman. Teori ini muncul disebabkan ahli Psikologi merasa bahwa pembelajaran yang telah
dilakukan dengan teori-teori sebelumnya belum memuaskan, misalnya saja dengan pembelajaran
menggunakan teori Behavioristik yang mana dalam teori ini lebih menekankan hasil pada
perubahan tingkah laku peserta didik.

1. Teori Perkembangan Piaget

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yaitu suatu proses
yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan system syaraf. Ia menyimpulkan bahwa
daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara
kualitatif.Menurut Jean Piaget, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu :

a. Asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan,
jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip
penjumlahan (yang sudah ada dalam benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai informasi
baru) itu yang disebut asimilasi.

b. Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Contoh, jika siswa
diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut dalam situasi
yang baru dan spesifik itu yang disebut akomodasi.
c. Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka
yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses
penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar.

Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu :

Tahap sensori motorik (0-2 tahun)

Pada tahap ini anak mengatur sensorinya (inderanya) dan tindakan-tindakannya. Pada
awal periode ini anak tidak mempunyai konsepsi tentang benda-benda secara permanen.

Tahap Praoperasional (2-7 tahun)

Anak sudah dapat memahami objek-objek secara sempurna, sudah dapat mencari benda
yang dibutuhkannya walaupun ia tidak melihatnya. Sudah memiliki kemampuan berbahasa
(dengan kata-kata pendek).

Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)

Anak sudah mulai melakukan operasi dan berpikir rasional, mampu mengambil keputusan
secara logis yang bersifat konkret, mampu mepertimbangkan dua aspek misalnya bentuk dan
ukuran.

Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)

Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret aktual sebagai dasar pemikiran.
Mereka dapat membangkitkan situasi-situasi khayalan, kemungkinan-kemungkinan hipotetis,
atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak. Tiga sifat pemikiran remaja pada tahap
operasional formal yaitu remaja berfikir lebih abstrak daripada anak-anak, remaja sering berfikir
tentang yang mungkin remaja mulai berfikir seperti ilmuwan.

Teori Belajar Menurut Bruner.

Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap
tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, ia mengatakan
bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesmpatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-
contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga
tahap :

a. Tahap enaktif

Seseorang melakukan aktifitas dalam upayanya memahai lingkungan sekitarnya

b. Tahap ikonik
Seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan viualisasi
verbverbal.

c. Tahap simbolik

Seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat
dipengruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
• Teori Belajar bermakna Ausubel

Menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang
dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam
bentuk strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa
perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah
dimiliki siswa. Beberapa Prinsip Teori Ausubel adalah :

1) Proses belajar akan terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan pengetahuan baru
2) Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memamahi makna
stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami
3) Siswa lebih ditekankan unuk berpikir secara deduktif

Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada perubahan proses mental
dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia.

Teori belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar:

1. Pembelajar aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman.


2. Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa yang telah mereka ketahui.
3. Belajar membangun pemahaman dari pada catatan.
4. Belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang.

Teori belajar kognitif didasarkan pada keyakinan bahwa peserta didik aktif dalam upaya untuk
memahami bagaimana dunia bekerja, kepercayaan ini konsisten dengan Piaget dan Vygotsky
tentang pemandangan pengembangan pelajar. Pembelajar melakukan lebih dari sekedar
menanggapi. Mereka mencari informasi yang membantu mereka dari jawaban pertanyaan,
mereka memodifikasi pemahaman mereka berdasarkan pengetahuan baru, dan perubahan sikap
mereka dalam menanggapi peningkatan pemahaman. Teori belajar kognitif pandangan manusia
sebagai “agen goal-directed yang aktif mencari informasi.

• Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pebelajaran yang berpijak pada teor belajar kognitif ini sudah banyak digunakan.
Kebebasan dan keterlibatann siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar
belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-
prinsip sebagai berikut :

➢ Siswa mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.


➢ Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik terutama jika
mendengarkan benda-benda konkrit.
➢ Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman
dapat terjadi dengan baik.
➢ Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi perlu mengkaitkan pengalaman atau
informasi baru dengan struktur kognitif yang telah memiliki si belajar.
➢ Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan
pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
➢ Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal
➢ Adanya perbedaan individual pada diri siswa pelu diperhatikan karena faktor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi,
persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.

C. Teori Humanistik

Konsep teori belajar Humanistik yaitu proses memanusiakan manusia, dimana seorang individu
diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya manusia dapat menggali kemampuannya
sendiri untuk diterapkan dalam lingkungan. Proses belajar Humanistik memusatkan perhatian
kepada diri peserta didik sehingga menitikberatkan kepada kebebasan individu. Teori
Humanistik menekankan kognitif dan afektif memengaruhi proses. Kognitif adalah aspek
penguasaan ilmu pengetahuan sedangkan afektif adalah aspek sikap yang keduanya perlu
dikembangkan dalam membangun individu. Belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Hal yang penting lagi pada proses pembelajaran Humanisme
harus adanya motivasi yang diberikan agar peserta didik dapat terus menjalani pembelajaran
dengan baik. Motivasi dapat berasal dari dalam yaitu berasal dari diri sendiri, maupun dari guru
sebagai fasilitator.

1. Karakteristik Teori Humanistik (Suprayogi, 2005)


➢ Mementingkan manusia sebagai pribadi.
➢ Mementingkan kebulatan pribadi.
➢ Mementingkan peranan kognitif dan afektif.
➢ Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self concept.
➢ Mementingkan persepsual subjektif yang dimiliki tiap individu.
➢ Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri.
➢ Mengutamakan insight (pengetahuan/pemahaman).

2. Prinsip teori Humanistik


➢ Manusia memiliki kemampuan alami untuk belajar.
➢ Belajar menjadi signifikan apabila apa yang dipelajari memiliki relevansi dengan
keperluan mereka.
➢ Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
➢ Tugas belajar dapat lebih diterima dan diasimilasikan apabila ancaman dari luar itu
semakin kecil.
➢ Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara.
➢ Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya.
➢ Belajar lancar jia siswa dilibatkan dalam proses belajar.
➢ Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
➢ Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
➢ Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
3. Implementasi terhadap Pembelajaran

Dalam teori Humanistik Guru bertindak sebagai Fasilitator, sehingga disini guru mempunyai banyak
tugas diantaranya :

➢ memberi perhatian dan motivasi


➢ membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan
juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
➢ Memahami karakteristik siswa
➢ mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
➢ Dapat menyesuaikan dirinya bersama siswanya
➢ Berbaur dengan siswanya, berkomunikasi dengan sangat baik bersama siswanya
➢ Dapat memahami dirinya dan tentunya agar dapat memahami siswanya
➢ Dalam penerapan teori belajar humanistik proses lebih diutamakan daripada hasil, dimana
proses dari penerapan teori belajar humanistik antara lain :
➢ Merumuskan tujuan belajar yang jelas
➢ Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan
positif.
➢ Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri
➢ Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.

4. Tokoh-tokoh teori humanistik

• Abraham Maslow

Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :

(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang.

(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Berkaitan dengan pendapat tersebut Maslow mengemukakan adanya 5 tingkatan


kunci kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang
kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Karena
sesungguhnya dalam teori humanistik ini sangat diperlukannya motivasi. 5 tingkatan
tersebut antara lain :
• Carl Sam Rogers

Carl Sam Rogers mengemukakan Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2)
peningkatan diri, (3) penghargaan positif (positive regard) dan (4) Penghargaan diri yang
positif (positive self-regard).

Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai
proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan
penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.

• . Arthur Combs

Arthur mengemukakan bahwa Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak
bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan
mereka. Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana
dunia ini dilihat dari sudut pandangnya. Pernyataan ini adalah salah satu dari pandangan
humanistik mengenai perasaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku inner (dari
dalam) yang membuat orang berbeda dengan orang lain. untuk mengerti orang lain, yang
terpentng adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk menentukan bagaimana
orang berpikir, merasa tentang dia atau dunianya

5. Kelebihan dan kekurangan Teori Humanistik

Kelebihan :
➢ Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap
fenomena sosial.
➢ Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar.
➢ Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
➢ Siswa mempunyai banyak pengalaman yang berarti.
➢ Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar
secara lebih mudah.
➢ Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang dan bergairah.
➢ Terjadinya perubahan pola pikir.
➢ Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang
lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak
orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
➢ Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri dengan
sebaik-baiknya.

Kekurangan :

o Bersifat individual.
o Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung.
o Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.
o Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri
mereka.
o Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
o Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.
o Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi
berkurang.
o Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai