Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 3: 1.

Velyn Febianti (1902101032)

2. Dewi Fortuna (1902101035)

3. Azzahra Maharani (1902101044)

4. Titus Prasetyo Hutomo (1902101046)

5. Pregananda Aquar Ardy (1902101051)

Kelas: 5B

1. Secara umum terdapat 4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif, Konstuktivisme, &


Humanistik). Sebutkan tokohnya, kemukakan teorinya dan buatlah mind map dari teori
belajar yang saudara pelajari!
A. Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi akibat
adanya kegiatan interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). Tokoh-tokoh
aliran behavioristik, antara lain :
a. Thorndike
Menurut thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Dan
perubahan tingkah laku merupakan akibat dari kegiatan belajar yang berwujud konkrit
yaitu dapat diamati atau berwujud, tidak konkrit yaitu tidak dapat diamati. Teori ini juga
disebut sebagai aliran koneksionisme (connectinism).
b. Watson
Menurut Watson, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati
dan dapat diukur. Dengan kata lain, meskipun ia mengakui adanya perubahan-
perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap
hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa
perubahan-perubahan mental dalam bentuk benak siswa itu penting, namun semua itu
tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat
diamati.
c. Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variable hubangan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun ia sangat terpengaruh oleh teori evolusi
Charles Darwin. Baginya, seperti teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat
terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori ini
mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah
penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh bagian manusia, sehingga stimulus
dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,walaupun respon
yang akan muncul mungkin dapat bermacammacam bentuknya.
d. Edwin Guthrie
Edwin juga menggunakan variabel stimulus dan respon. Namun ia mengemukakan
bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis
sebagaimana Clark Hull. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya
lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang
berhubungan dengan respon tersebut.
e. Skinner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli
konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu
menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun dapat menunjukkan konsepnya
tentang belajar secara lebih komprehensif. Menurutnya, hubungan antara stimulus dan
respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan
menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh
para tokoh sebelumnya.

B. Teori Belajar Kognitif


Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Tokoh-tokoh
aliran kognitif, antara lain :
a. Piaget
Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi,
akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi). Piaget
membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:
 Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun) Ciri pokok perkembangan berdasarkan
tindakan, dan dilakukan selangkah demi selangkah.
 Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini
adalah penggunanaan symbol atau tanda bahasa, dan mulai berkembangnya konsep-
konsep intuitif.
 Tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun) Ciri pokok perkembangan pada
tahap ini adalah sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan
ditandai adanya reversible dan kekekalan.
 Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun).
b. Brunner
Dalam teorinya, “free discovery learning” ia mengatakan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia
jumpai dalam kehidupannya.
c. Ausubel
Menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa.
Diman materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Serta teori ini banyak memusatkan
perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan
fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
d. Robert M. Gagne
Menurut Gagne, belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak
manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian
diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Pengolahan otak
manusia :
 Reseptor;
 Sensory register;
 Short-term memory;
 Long-term memory;
 Response generator.

C. Teori Belajar Konstruktivisme


Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan
kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman
atau dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan
guna mengembangkan dirinya sendiri.
a. Jerome Bruner
Bruner menyatakan bahwa belajar lebih berhasil jika prosesnya diarahkan pada
konsepkonsep dan struktur-struktur yang termuat dalam tema yang diajarkan. Dengan
mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam tema yang dibicarakan, maka anak
akan memahami materi yang akan dikuasainya tersebut. Menurut Bruner, di dalam
belajar haruslah melibatkan tiga proses yang terjadi hampir selalu bersamaan. Ketiga
proses belajar tersebut, yaitu : (1) Memperoleh informasi baru; (2) Transformasi
informasi; dan (3) Menguji relevansi informasi dengan ketepatan pengetahuan.
b. John Dewey
John Dewey berpandangan bahwa sekolah seharusnya mencerminkan kehidupan
masyarakat secara lebih besar dan kelas adalah laboratorium untuk memecahkan masalah
kehidupan nyata. Ajaran Dewey menganjurkan agar guru mendorong siswa untuk terlibat
dalam proyek atau tugas yang berorientasi pada masalah. Guru juga diharapkan dapat
membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual dan sosial.
c. Lev Vygotsky
Vygotsky menghendaki adanya setting kelas berbentuk kooperatif antar kelompok siswa
dengan kemampuan berbeda-beda, sehingga mereka dapat berinteraksi dan memunculkan
strategi dalam memecahkan masalah. Di dalam proses pembelajaran, Vygotsky
menekankan pada perancahan (scaffolding), sehingga semakin lama siswa akan semakin
dapat mengambil tanggung jawabn untuk pembelajarannya sendiri.
d. Jean Piaget
Piaget menegaskan bahwa penekanan teori konstruktivisme adalah pada proses untuk
menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realita. dan peran guru dalam
pembelajaran menurut Piaget adalah sebagai fasilitator atau moderator. Piaget
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran anak dengan kegiatan
asimilasi dan akomodasi sesuai skemata yang dimilikinya. Proses mengkontruksi
pengetahuan menurut Piaget, meliputi :
 skemata, sekumpulan konsep yang digunakan ketika seseorang berinteraksi
dengan lingkungan.
 asimilasi, proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep
ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam
pikirannya.
 akomodasi, terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan
yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada, sehingga cocok dengan
rangsangan tersebut.
 keseimbangan, terjadi untuk membuat seseorang menyatukan pengalaman luar
dengan struktur dalamnya.

D. Teori Belajar Humanistik


Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih
abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari
pada bidang kajian psikologi belajar.
a. Arthur Combs
Arthur Combs seorang pendidik sekaligus psikolog asal Ohio, Amerika Serikat. Beliau
merupakan salah satu tokoh yang ikut berperan pada sejarah teori belajar humanistik.
Combs berpendapat bahwa belajar merupakan kegiatan yang bisa dilakukan di mana saja
dan menghasilkan sesuatu bagi dirinya. Pada kegiatan belajar, seseorang bahkan guru
tidak boleh memaksakan sesuatu hal yang tidak disukai oleh individu yang
bersangkutan. Teori ini berpandangan bahwa belajar akan terasa berarti bagi pembelajar
itu sendiri. Oleh sebab itu, pendidik tidak memiliki wewenang untuk mengatur materi
yang relevan dengan kehidupan individu pembelajar. Kepekaan pendidik menjadi kunci
terlaksananya teori belajar ini di sekolah. Pendidik juga harus memberikan pemahaman
bahwa nilai bukan hal utama yang ingin dicapai pada pembelajaran, melainkan proses
untuk mendapatkan pengetahuannya.
b. Abraham Maslow
Menurut Maslow, belajar merupakan serangkaian proses yang harus dilalui untuk
mengaktualisasi dirinya. Pada kegiatan belajar, diharapkan seorang individu bisa
memahami dirinya dengan baik. Teori yang dikemukakan oleh Abraham Harold Maslow
ini berpandangan bahwa setiap individu akan berupaya memenuhi kebutuhan hierarkis
hidupnya. Oleh karena itu, penting adanya dorongan untuk maju ke arah yang lebih baik.
c. Carl Rogers
Menurut Rogers, pada proses belajar dibutuhkan sikap saling menghargai dan tanpa
prasangka antara individu yang sedang belajar dan pihak yang memberi pembelajaran.
Teori ini dikemukakan oleh tokoh psikologi humanistik dari Illinois, Amerika Serikat.
Menurut Carl Rogers, belajar harus melibatkan sisi intelektualitas dan emosional peserta
didik. Oleh karena itu, motivasi belajar wajib dimiliki oleh individu yang sedang belajar.

2. Sebutkan dan jelaskan teori belajar matematika sehingga dapat memudahkan saudara untuk
membuat rencana pengembangan pembelajaran matematika di SD?
 Teori Belajar Ausubel
Belajar dikatakan bermakna (meaningfull) bila informasi yang akan dipelajari
peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya sehingga dapat
mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Entitas fakta
dan generalisasi lebih siap dipelajari dan diserap oleh siswa bila fakta-fakta dan
generalisasi itu dikaitkan ke kerangka yang lebih inklusif dari pengetahuan yang
bermakna. Hierarkhi Ausubel dari yang lebih inklusif ke yang sederhana. Kegiatan
belajar dengan penemuan maupun dengan ceramah, dapat menghasilkan belajar
bermakna bagi siswa. Untuk mengajarkan konsep persamaan kuadrat, harus disiapkan
dahulu pengertian persamaan sebagai konsep yang lebih inklusif dalam struktur kognitif
siswa, agar belajar menjadi bermakna. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus
sesuai dengan struktur kognitif dan harus sesuai dengan tahap perkembangan intelektual
siswa tersebut. Perlu dibedakan antara struktur kognitif siswa dan tahap perkembangan
intelektual siswa.

 Teori Belajar Bruner


Brunner mengemukakan teori konektivitas, yang menyatakan bahwa kegiatan
belajar suatu konsep, struktur, dan keterampilan dapat dihubungkan dengan konsep dan
struktur lain. Belajar matematika adalah belajar tentang konsepkonsep dan struktur-
struktur yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara
konsep-konsep dan struktur-struktur (Herman Hudoyo, 1998:58).
Peserta didik harus menemukan keteraturan dengan cara memanipulaso material yang
berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki peserta didik. Menurut
Brunner, perkembangan mental siswa mengalami 3 (tiga) tahap, yakni:
 Tahap enactive, yakni tahap memanipulasi obyek langsung.
 Tahap ikonic, tidak memanipulasi langsung obyek, melainkan dapat
memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari obyek
 Tahap simbulik, tahap memanipulasi simbul-simbul, tak perlu mengkaitkan secara
langsung dengan obyek.
Brunner, mengemukakan 4 (empat) teori/teorema belajar, yakni: 1) Teorema Konstruksi,
2) Teorema notasi, 3) Teorema perbedaan dan variasi, 4) Teorema konektivitas

 Teori Dienes
Menurut Dienes bahwa konsep-konsep matematika itu akan lebih berhasil dipelajari bila
melalui tahapan tertentu. Tahapan belajar menurut Dienes itu ada enam tahapan secara
berurutan, yaitu sebagai berikut.
Bermain bebas (Free Play)
Permainan (Games)
Penelaahan kesamaan sifat (Searcing for Communities)
Representasi (Representation)
Simbolisasi (Symbolization)
Formalisasi (Formalitation).

 Teori Belajar Gagne


Belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia memodifikasi tingkah
lakunya secara permanen, sedemiian hingga modifikasi yang sama tidak akan terjadi lagi
pada situasi baru. Kematngan bukanlah belajar, sebab perubahan tingkah laku yang
terjadi, dihasilkan dari pertumbuhan struktur dalam diri manusia itu. Dalam keterampilan
intelektual, Gagne mengurut delapan tipe belajar sebagai berikut:
a. Belajar sinyal/isyarat
b. Belajar stimulus respon
c. Belajar rangkaian
d. Belajar asosiasi
e. Belajar diskriminasi
f. Belajar konsep
g. Belajar aturan
h. Belajar pemecahan masalah

 Teori Van Hiele


Menurut Van Hiele ada tiga unsur utama dalam pengajaran Geometri, yaitu
waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan. Jika ketiga unsur
utama tersebut dilalui secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir
siswa kepada tahapan berpikir yang lebih tinggi. Adapun tahapan-tahapan anak belajar
Geometri menurutnya ada lima tahapan, yaitu tahap pengenalan, analisis, pengurutan,
deduksi, dan akurasi.

 Teori Belajar Brownell dan Van Engen


Menurut William Brownell (1935) bahwa belajar itu pada hakikatnya merupakan
suatu proses yang bermakna. Ia mengemukakan bahwa belajar matematika itu harus
merupakan belajar bermakna dan pengertian. Khusus dalam hubungan pembelajaran
matematika di SD, Brownell mengemukakan apa yang disebut “Meaning Theory (Teori
Makna)” sebagai alternatif dari “Drill Theory (Teori Latihan Hafal/Ulangan)”. Teori Drill
dalam pengajaran matematika berdasarkan kepada teori belajar asosiasi yang lebih
dikenal dengan sebutan teori belajar stimulus respon yang dikembangkan oleh Edward L.
Thorndike (1874-1949).
Teori belajar ini menyatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. Menurut hukum ini belajar akan
lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang
atau kepuasan. Rasa senang atau puas ini bisa timbul sebagai akibat siswa mendapat
pujian atau ganjaran sehingga ia merasa puas karena sukses yang diraihnya dan sebagai
akibatnya akan mengantarkan dirinya ke jenjang kesuksesan berikutnya.
Menurut teori Drill ikatan antara stimulus (soal) dan respons (jawab) itu bisa
dicapai oleh siswa dengan latihan berupa ulangan (drill), atau dengan kata lain melalui
latihan hapal atau menghapal.
3. Pilihlah teori belajar yang menurut saudara tepat dalam menyampaikan materi bilangan dan
geometri di sekolah dasar! Jelaskan alasan saudara?
Teori belajar Dienes
Dienes berpendapat bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti
secara sempurna jika pertama disajikan dalam bentuk-bentuk konkrit. Teori Dienes lebih
memberikan kesempatan untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang konsep
matematika melalui manipulasi benda atau penggunaan alat peraga.

Teori belajar Dienes erat kaitannya dengan bagaimana anak-anak belajar melalui
permainan. Melalui permainan anak-anak dapat mempraktekkan kompetensi maupun
keterampilan yang diperlukan atau dikuasai dengan cara yang tidak kaku, beragam, dan
menyenangkan.

Menurut kelompok kami, teori yang diberikan oleh Dienes sangat cocok dan tepat untuk
dilaksanakan di jenjang sekolah dasar. Teori ini sangat tepat dilakukan dalam penyampaian
materi bilangan dan geometri disekolah dasar, karena dalam proses pembelajarannya
dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan dan tidak kaku. Sehingga lewat penyampaian
yang menyenangkan, diharap peserta didik dapat lebih mudah menerima materi, dan tidak lagi
merasa kalau materi bilangan dan geometri adalah materi yang menakutkan. Menurut Dienes,
beliau juga menekankan adanya penggunaan benda atau alat peraga. Dengan adanya alat
peraga, peserta didik juga akan lebih mudah memahaminya.

Anda mungkin juga menyukai