Berdasarkan teori kognitif, belajar bukan hanya sekedar melibatkan hubungan stimulus
dan respon, tetapi belajar pada hakekatnya melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks.
Belajar adalah usaha mengaitkan pengetahuan baru ke dalam struktur berfikir yang sudah
dimiliki individu, sehingga membentuk struktur kognitif baru yang lebih mantap sebagai hasil
belajar. Teori kognitif juga beranggapan bahwa, tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada
kognisi, yaitu suatu perbuatan atau tingkahlaku individu ditentukan oleh persepsi atau
pemahamannya tentang diri dan situasi yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dalam teori kognitif, belajar pada prinsipnya adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang
tidak selalu dapat dilihat sebagai perubahan tingkah laku yang kongkrit. Di sisi lain, teori
belajar kognitif lebih menekankan bahwa, belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam
akal pikiran manusia. Seperti diungkapkan oleh Winkel bahwa “belajar adalah suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan
sikap, perubahan itu bersifat relatif dan berbekas”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diketahui bahwa belajar adalah suatu
proses atau usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai
akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan
dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, nilai dan sikap yang
bersifat relatif dan berbekas. Objek-objek yng diamatinya dihadirkan dalam diri seseorang
melalui tanggapan, gagasan, atau lambing yang merupakan sesuatu yang bersifat mental.
Misalnya, seseorang mengamati sesuatu ketika dalam perjalanan. Dalam pengamatan
tersebut terjadi aktifitas mental. Kemudian ia menceritakan pengalaman tersebut kepada
temannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak dapat
menghadirkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu, dia hanya dapat
menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Maka dengan demikian,
telah terjadi proses belajar, dan terjadi perubahan terutama terhadap pengetahuan dan
pemahaman. Jika pengetahuan dan pemahaman tersebut mengakibatkan perubahan sikap, maka
telah terjadi perubahan sikap, dan seterusnya.
Tokoh-Tokoh Aliran Kognitif
Piaget yang dikenal seorang tokoh pendidikan dengan karya teori tersohornya
“Advance Organizer”, dan teori “Appersepsi” adalah sorang tokoh yang mampu
mempengaruhi alam pikiran tokoh-tokoh pendidikan lain pada zamannya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif seseorang adalah suatu proses yang bersifat
genetik. Artinya proses belajar itu di dasarkan atas mekanisme biologis perkembangan
sistem syaraf. Oleh sebab itu makin bertambahnya umur seseorang, mengakibatkan
makin kompleksnya susunan sel-sel syaraf dan juga makin meningkatkan
kemampuannya, khususnya dalam bidang kualitas intelektual (kognitif). Ketika seseorang
berkembang dalam proses menuju kedewasaan, seseorang itu pasti melakukan atau
mengalami proses adaptasi biologis dengan lingkungannya sehingga terjadi proses
perubahan-perubahan secara kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat
perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia
menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda
pula secara kualitatif.
Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi,
akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbang).
1) Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baru ke
dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Contoh : seorang siswa yang
mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip
perkalian. maka terjadilah proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang
sudah dipahami oleh anak) dengan prinsip perkalian (informasi baru yang akan
dipahami anak)
2) Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi
yang baru. Contohnya : siswa ditelaah mengetahui prinsip perkalian dan gurunya
memberikan sebuah soal perkalian
3) Proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
Contoh lain mengenai tahap-tahap asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi yaitu seorang
anak sudah memahami prinsip pengurangan. Ketika mempelajari prinsip pembagian, maka
terjadi proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah dikuasainya dengan
prinsip pembagian (informasi baru). Inilah yang disebut proses asimilasi. Jika anak tersebut
diberikan soal-soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya, anak tersebut
sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip-prinsip pembagian dalam situasi yang
baru dan spesifik.
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangan sesuai dengan umurnya. Piaget membagi tahap perkembangan kognitif
menjadi beberapa tahap, yaitu :
Menurut Bruner, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran agar
pengetahuan dapat dengan mudah ditransformasikan, yaitu:
1) Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan;
2) Kesiapan (readiness) siswa untuk belajar;
3) Nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi;
4) Motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan cura untuk memotivasinya
Menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa.
Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengtahuan yang telah
dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Ausubel seorang psikologist kognitif, ia
mengemukakan bahwa yang perlu diperhatikan seorang guru ialah strategi mengajarnya.
Sebagai contoh pelajaran berhitung bisa menjadi tidak berhasil jika murid hanya di suruh
menghafal formula-formula tanpa mengetahui arti formula-formula itu. Sebaliknya bisa
lebih bermakna jika murid diajari fungsi dan arti dari formula-formula tersebut.
Dalam aplikasinya teori Ausubel ini menuntut siswa belajar secara deduktif (dari umum
ke khusus).
Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut “pengatur
kemajuan” (advance organizer) didefenisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat
kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum mewadahi
(mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Ada tiga manfaat dari
“advance organizer” ini, yaitu :
1) Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran yang akan
dipelajari;
2) Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang
dipejari siswa saat ini dan dengan apa yang akan dipelajari;
3) Dapat membantu siswa untuk memahami bahan secara lebih mudah
Teori Gestalt dikembangkan oleh Koffka, Kohler, dan Wertheimer. Menurut teori
Gestalt belajar adalah proses pengembangan insight. Insight adalah pemahaman terhadap
hubungan antar bagian dalam suatu situasi permasalahan. Berbeda dengan teori
Behavioristik yang menganggap belajar itu bersifat mekanistis, sehingga mengabaikan atau
mengingkari peranan insight. Teori Gestalt justru menganggap bahwa insight adalah inti dari
pembentukan tingkah laku. Peletak dasar teori belajar Gestalt ialah Max Wertheimer sebagai
usaha untuk memperbaiki proses belajar denga rote learning dengan pengertian bukan
menghapal. Dalam belajar, menurut teori Gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian
pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting
bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight.
Belajar dengan pengertiian lebih dipentingkan daripada hanya memasukkan sejumlah kesan.
Belajar dengan insight adalah sebagai berikut :
1) Insight tergantung dari kemampuan dasar;
2) Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan;
3) Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala
aspek yang perlu dapat diamati;
4) Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit;
5) Belajar dengan insight dapat diulangi;
6) Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi baru
Pada hakekatnya teori kognitif adalah sebuah teori pembelajaran yang cenderung melakukan
praktek yang mengarah pada kualitas intelektual siswa. Teori kognitif menekankan pada proses
perkembangan siswa. Meskipun perkembangan siswa mengikuti urutan yang sama, namun
kecepatan dan pertumbuhan dalam proses perkembangan itu berbeda. Dalam proses
pembelajran, perbedaan kecepatan perkembangan mempengaruhi kecepatan belajar siswa, oleh
karena itu interaksi dalam bentuk diskusi tidak dapat dihindarkan. Pertukaran gagasan menjadi
tanda bagi perkembangan penalaran siswa.
Pigaet memberikan penekanan bahwa setiap perkembangan memberikan kesempatan pada
siswa untuk belajar lebih baik. Menurut pigaet anak bukanlah orang dewasa mini, anak tidak
mengetahui sebanyak apa yang diketahui orang dewasa, akan tetapi anak melihat dunia dengan
cara yang berbeda dan berinteraksi secara berbeda pula.
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual. dan proses internal. Dalam
merumuskan tuuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi
mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan
keterlibatann siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih
bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berfikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik terutama
jika mendengarkan benda-benda kongrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi perlu mengkaitkan pengalaman atau
informasi baru dengan struktur kognitif yang telah memiliki si belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar mneghafal.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa pelu diperhatikan karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada
motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
KESIMPULAN
Menurut teori kognitif, belajar adalah suatu proses atau usaha yang melibatkan aktivitas
mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan
lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman,
tingkah laku, keterampilan, nilai dan sikap yang bersifat relatif dan berbekas. Teori belajar
kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku
yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan
dan pengalaman yag telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar
akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Diantara pakar teori kognitif, paling tidak ada tiga yang terkenal yaitu Piaget, bruner dan
ausubel. Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan
tertentu dan umur seseorang serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
Sedangkan bruner mengatakan bahwa belajar lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur
pesan suatu informasi. Sementara itu Ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika
seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan
baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna
stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif sangat dipentingkan. Untuk
menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada
diri siswa perlu diperhatikan, karena factor ini sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA