Anda di halaman 1dari 85

4 kompetensi dasar guru UU No.

14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

1. Kompetensi pedagogic = kemampuan memahami dinamika proses pembelajaran (Catatan


interaksi guru dengan siswa sisa dengan temannya dan sisa dengan sumber belajar)

2. Kompetensi professional = kemampuan mengelola (mengelola kelas, strategi, metode, media,


sumber belajar
Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan suatu keahlian, sedangkan professional berkenaan
dengan orang yang memiliki keahlian dibidang tertentu, dan profesionalisme adalah sifat
professional dimana seorang professional memiliki kualitas diri atau mutu dan juga memiliki ciri-
ciri keprofesionalan.

KODE ETIK GURU INDONESIA


1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangun yang berjiwa Pancasila
2. Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing –masing .
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak
didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan .
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua murid sebaik–baiknya bagi kepentingan anak didik
5. Guru memelihara hubungan dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri–sendiri dan atau bersama–sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu Profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan
lingkungan maupun didalam hubungan keseluruhan.
8. Guru bersama–sama memelihara membina dan meningkatkan mutu Organisasi Guru
Profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah dalam
bidang Pendidikan.

3. Kompetensi Kepribadian = menunjukan sikap ditiru dan dipatuhi pribadi yang baik
4. Kepribadian social = pergaulan social

APLIKASI TEORI PERKEMBANGAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

A. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Menurut Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial.
Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai
bagian dari kelompok sosial. Aktivitas mental anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan
mental yang disebut ”skema” atau pola tingkah laku.
Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu
struktur, isi dan fungsi.
1. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan
perkembangan logis anak-anak. Tindakan (action) menuju pada operasi-operasi dan operasi-
operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
2. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya
terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
3. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Menurut
Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi.
Organisasi memberikan organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi
proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Adaptasi
terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep


ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi
dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau
rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak
akan menyebabkan perubahan/pergantian skema melainkan perkembangan skema. Asimilasi
adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan
lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.
Akomodasi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skema yang telah dipunyai. Pengalaman yang
baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian
orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok
dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan
rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan
akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap
lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan (disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan
itu maka terjadilah akomodasi dan struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan atau
munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus
tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi
bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada
sebelumnya (equilibrasi).
Piaget mengasumsikan bahwa perkembangan intelektual anak melewati empat urutan
perkembangan. Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi urutan perkembangan
itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda pada setiap anak. Keempat tahap yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
a. Tahap sensorimotor : umur 0-2 tahun.
Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap
lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-lain.
b. Tahap Pra operasional : umur 2-7 tahun.
Tahap pra operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian. Pertama, tahap pra konseptual (2-4
tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar dan permainan
khayalan.
Kedua, tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada persepsi
pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.
c. Tahap operasi kongkret : umur 7-11/12 tahun.
Tahap operasi konkret (concrete operations) dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran
yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-
oprasi logis. Operasi itu bersifat reversible, artinya dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu
pemikiran yang dapat dikemblikan kepada awalnya lagi. Tahap opersi konkret dapat ditandai
dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret.
d. Tahap operasi formal: umur 11/12 ke atas.
Tahap operasi formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif
menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan
pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil
kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti.
Sifat pokok tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif saintifik, dan
abstrak reflektif.
(Abidin Z, Muhamad:2008)

Konsep Piaget yang akan diangkat pada pengaplikasian teori perkembangan kognitif pada
pembelajaran fisika adalah konsep akomodasi.

B. Pembelajaran Fisika
Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah (McDermott : 1996). Pendidikan sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat”
sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar (Munaf : 2001). Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan
pembelajaran sains adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk
sains dalam bentuk hands-on activity (Depdiknas : 2006).
Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk,
proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang
dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam
mempelajari rahasia gejala alam (Holil : 2009).
Sejalan dengan pernyataan tersebut, berdasarkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya merupakan penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Siswa lebih ditekankan dapat mempelajari sendiri fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip dengan pemberian pengalaman belajar secara langsung (Depdiknas : 2006).

C. Aplikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget dalam Pembelajaran Fisika

1. Pendekatan terpusat pada anak


Menurut Piaget bahwa pada hakekatnya jalan pikiran anak berbeda dengan orang dewasa,
baik dalam pendekatannya terhadap realitas maupun cara pandangnya terhadap
dunia sekitar. Guru harus menyadari hal ini dan harus mengobservasi anak dengan cermat.
2. Aktifitas
Untuk mempelajari sesuatu , anak membutuhkan kesempatan untuk mengamati objek
yang dipelajarinya. Menurut Piaget, bagi individu berapapun umurnya, proses belajar yang paling
baik di dapatkan dari aktifitas yang merupakan inisiatif sendiri , sangat baik implikasinya dalam
dunia pendidikan. Piaget menekankan perlunya aktifitas tersebut baik fisik maupun mental. Oleh
karena itu tugas guru adalah mendorong agar anak didiknya dapat beraktifitas.
3. Belajar secara individual
Menurut Piaget, struktur kognitif anak yang berinteraksi dengan pengalaman baru akan
menimbulkan minat yang menstimulasi perkembangan kognitif lebih lanjut. Oleh karena itu guru
hendaknya dapat mengkordinasikan antara individu dan kelompok. Sesungguhnya yang
dibutuhkan oleh siswa adalah kesempatan untuk belajar dalam lingkungan yang kaya, yang
secara potensial mengandung elemen- elemen yang menarik yang dapat mendukung proses
pembelajaran.
4. Interaksi Sosial
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan adalah pengalaman sosial
atau interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial akan mengarahkan anak pada
penyusunan argumentasi dan diskusi sehingga cara pandang anak dipertanyakan kebenarannya
dan anak harus mempertahankan dan membuktikan kebenaran cara pendang tersebut.
Berikut contoh aplikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran fisika siswa SMA
kelas X pada pokok bahasan Karakteristik Gerak. (silahkan hubungi admin untuk artikel lebih
lanjut)

TEORI BELAJAR
Teori manapun pada prinsifnya, belajar meliputi segala perubahan baik berpikir,
pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun pengertian.
Macam-macam Teori Belajar

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori
belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar
konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif
diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan
pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah
proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.

1. Teori belajar Behaviorisme

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori
dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang


yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

2. Teori Belajar kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap
teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui
upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan
pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.
Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel
menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama
terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan.

3. Teori Belajar Konstruktivisme


Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu


bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah,


mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat
langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung
dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah terjadi sebuah proses yaitu interaksi
antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok.
Dalam interaksi tersebut akan terjadi sebuah proses pembelajaran, pembelajaran
secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional,
dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau
membuat perubahan’s pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia
(Illeris, 2000; Ormorod, 1995).

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung.
Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya
untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami
proses kompleks inheren pembelajaran. (Wikipedia)
Bertolak dari perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, para ahli teori belajar berusaha
merumuskan pengertian belajar. Di bawah ini dikutip beberapa batasan belajar, agar dapat
menjadi bahan pemikiran dan renungan mengenai pengertian belajar yang berlangsung di kelas.

Belajar proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, pemaksaan,
atau kondisi sementara (seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya).

Menurut Morgan (Gino, 1988: 5) menyatakan bahwa belajar adalah merupakan salah satu yang
relatif tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan manusia melalui pengalaman dan latihan untuk
memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap, sebagai
akibat dari latihan. Menurut Hilgard (Suryabrata, 2001:232) menyatakan belajar merupakan
proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang
keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya.

Selanjutnya menurut Gerow (1989:168) mengemukakan bahwa “Learning is demonstrated by a


relatively permanent change in behavior that occurs as the result of practice or experience”.

Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena
adanya latihan dan pengalaman-pengalaman.Kemudian menurut Bower (1987: 150) “Learning is
a cognitive process”. Belajar adalah suatu proses kognitif.

Dalam pengertian ini, tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat dimasukan
dalam pengertian belajar yaitu, perubahan yang mengandung suatu usaha secara sadar, untuk
mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa elemen
penting yang mencirikan pengertian belajar yaitu :

1. Belajar adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana


perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada
kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk. Perubahan itu tidak
harus segera nampak setelah proses belajar tetapi dapat nampak di kesempatan
yang akan datang.
2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman.
3. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu pada pokoknya adalah
didapatkannya kecakapan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai
aspek kepribadian baik fisik maupun phisikis.

Teori manapun pada prinsifnya, belajar meliputi segala perubahan baik berpikir,
pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun pengertian. Ini berarti
kegiatan belajar ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman. Perubahan akibat proses belajar adalah karena adanya usaha dari
individu dan perubahan tersebut berlangsung lama. Belajar merupakan kegiatan yang
aktif, karena kegiatan belajar dilakukan dengan sengaja, sadar dan bertujuan.

Agar kegiatan belajar mencapai hasil yang optimal, maka diusahakan faktor penunjang
seperti kondisi peserta didik yang baik, fasilitas dan lingkungan yang mendukung serta
proses belajar mengajar yang tepat.

Macam-macam Teori Belajar

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori
belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar
konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif
diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan
pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah
proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.

1. Teori belajar Behaviorisme

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori
dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang


yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

2. Teori Belajar kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap
teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui
upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan
pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.
Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel
menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama
terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan.

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu


bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah,


mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat
langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung
dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

Teori Belajar Humanistik

Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia


pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang
disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik
Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat
humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan
humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam
psikologi humanistik.

Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow
mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting
dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit”
seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit”
tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang
positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik
yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan
kemampuan positif ini.

Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam
domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang
lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang
lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan
kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.

Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik
juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan
kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan
berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai
perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa
membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?

Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini
mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal
yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi.
Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para
pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan
pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat
belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama
seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.

Berbeda dengan behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai suatu usaha untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis manuisa atau dengan freudian yang melihat motivasi sebagai
berbagai macam kebutuhan seksual, humanistik melihat perilaku manusia sebagai campuran antara
motivasi yang lebih rendah atau lebih tinggi. Hal ini memunculkan salah satu ciri utama
pendekatan humanistik, yaitu bahwa yang dilihat adalah perilaku manusia, bukan spesies lain.
Akan sangat jelas perbedaan antara motivasi manusia dan motivasi yang dimiliki binatang. Hirarki
kebutuhan motivasi maslow menggambarkan motivasi manusia yang berkeinginan untuk bersama
manusia lain, berkompetensi, dikenali, aktualisasi diri sekaligus juga menggambarkan motovasi
dalam level yang lebih rendah seperti kebutuhan fisiologis dan keamanan.

Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan
merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa
psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang,
untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekoah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting
ini dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar
apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya
keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor seperti dalam Freudian
ataupun pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.

Secara singkatnya, penedekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan


positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan
kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup
kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk
memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau
kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena
keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya
dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik
dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Berikut adalah para tokoh dalam aliran psikologi humanistik. 3 tokoh aliran humanistik akan
disinggung, namun demikian tokoh humanistik yang menjadi fokus dalam paper ini adalah Carl
Rogers.

Tokoh-Tokoh Teori Humanistik

Arthur Combs (1912-1999)


Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia
pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi
bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau
tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena
bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting
mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan
baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa
tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan
atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs
berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar
apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.

Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana
membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan
kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan
lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri
makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti
rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki
dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua
kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat
menerima diri sendiri(self).

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang
telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat
menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan
seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting
yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa
perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum
terpenuhi.
Carl Ransom Rogers
Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari 1902 di
sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Kepindahan dari kota ke daerah pertanian
diusianya yang ke-12, membuat ia senang akan ilmu pertanian. Ia pun belajar pertanian di
Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada tahun 1924, ia masuk ke Union Theology Seminary di
Big Apple dan selama masa studinya ia juga menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil.
Meskipun belajar di seminari, ia malah ikut kuliah di Teacher College yang bertetangga dengan
seminarinya.

Tahun 1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan mengunakan psikoanalisa Freud
dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak menyetujui teori Freud. Pada masa ini, Rogers juga
banyak dipengaruhi oleh Otto Rank dan John Dewey yang memperkenalkan terapi klinis.
Perbedaan teori yang didapatkannya justru membuatnya menemukang benang merah yang
kemudian dipakai untuk mengembangkan teorinya kelak.

Tahun 1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk mengembangkan idenya tentang
psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers menjadi profesor psikologi di Universitas
Universitas Negeri Ohio. Kepindahan dari lingkungan klinis ke lingkungan akademik membuat
Rogers mengembangkan metode client-centered psychotherapy. Disini dia lebih senang
menggunakan istilah klien terhadap orang yang berkonsultasi dibandingkan memakai istilah
pasien. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:

1.
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Kecewa karena tidak bisa menyatukan psikiatri dengan psikolog, Rogers pindah ke California
tahun 1964 dan bergabung dengan Western Behavioral Science Institute. Ia lalu mengembangkan
teorinya ke bidang pendidikan. Selain itu ia banyak memberikan workshop di Hongaria, Brazil,
Afrika Selatan, dan bahkan ke eks Uni Soviet. Rogers wafat pada tanggal 4 Februari 1987.

Teori Humanistik Carl Rogers


Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun keunikan teori
adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers pun menpunyai
berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered), non-directive, klien
(client-centered), teori yang berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada
kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person centered yang sering
digunakan untuk teori Rogers.

Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan putus asa dalam
psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang memandang manusia seperti robot. Teori
humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia karena manusia
mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian
humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang
menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri,
dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu.

Asumsi dasar teori Rogers adalah:


- Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih
kecil.
- Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau
pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk
menyelesaikan masalahnya.

Struktur Kepribadian
Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, dan ada tiga
konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: Organisme, Medan fenomena, dan self.

1. Organisme
Pengertian organisme mencakup tiga hal:

 mahkluk hidup

organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan merupakan
tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni
persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia eksternal
 Realitas Subyektif

Oranisme menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita adalah persepsi
yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.

 Holisme

Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian akan
berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan,
yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.

2. Medan Fenomena
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik
disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan seluruh pengalaman pribadi
seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.

3. Diri
Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan pengalaman
membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan identitas dirinya begitu bayi
mulai belajar apa yang terasa baik atau buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri
itu sudah terbentuk, maka aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan
untuk mengaktualisasikan sang diri sebagai mana yang dirasakan dalam kesadaran. Sehingga
kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada pengalaman organik individual, sebagai
suatu kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran dan ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.

Diri dibagi atas 2 subsistem :


Konsep diri yaitu penggabungan seluruh aspek keberadaan dan pengalaman seseorang
yang disadari oleh individual (meski tidak selalu akurat).
Diri ideal yaitu cita-cita seseorang akan diri.
Terjadinya kesenjangan antara akan menyebabkan ketidak-seimbangan dan kepribadian menjadi
tidak sehat.

Menurut Carl Rogers ada bebeapa hal yang mempengaruhi Self, yaitu:
Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada. Ada 3 tingkat
kesadaran.
- Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau disangkal.
- Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara langsung diakui oleh
struktur diri.
- Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman yang dirasakan tidak
sesuai dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan didistorsikan sehingga dapat
diasimilasikan oleh konsep diri.

Kebutuhan
- Pemeliharaan
Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara, dan keamanan
, sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk berkembang.
- Peningkatan diri
Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai kemampuan
untuk belajar dan berubah.
- Penghargaan positif (positive regard)
Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh orang lain.
- Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
Berkembangannya kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai hasil dari
pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari frustasi dengan mencari
kepuasan akan positive self-regard.

Stagnasi Psikis
Stagnasi psikis terjadi bila :
- ada ketidak seimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang dirasakan oleh diri
organis.
- Ketimpangan yang semakin besar antara konsep diri dengan pengalaman organis membuat
seseorang menjadi mudah terkena serangan. Kurang akan kesadaran diri akan membuat
seseorang berperilaku tidak logis, bukan hanya untuk orang lain namun juga untuk dirinya.
- Jika kesadaran diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa sebab dan akan
memuncak menjadi ancaman.

Untuk mencegah tidak konsistennya pengalaman organik dengan konsep diri, maka perlu
diadakan pertahanan diri dari kegelisahan dan ancaman adalah penyangkalan dan distorsi
terhadap pengalaman yang tidak konsisten. Distorsi adalah salah interpretasi pengalaman dengan
konsep diri, sedangkan penyangkalan adalah penolakan terhadap pengalaman. Keduanya
menjaga konsistensi antara pengalaman dan konsep diri supaya berimbang.
Cara pertahanan adalah karakteristik untuk orang normal dan neurotik. Jika seseorang gagal dalam
menerapkan pertahanan tersebut, maka individu akan menjadi tidak terkendali atau psikotik.
Individu dipaksakan untuk menerima keadaan yang tidak sesuai dengan konsep dirinya terus
menerus dan akhirnya konsep dirinya menjadi hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat muncul
mendadak atau dapat pula muncul bertahap.

Dinamika Kepribadian
1. Penerimaan Positif (Positive Regard) → Orang merasa puas menerima regard positif,
kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang lain.
2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence) → organisme berfungsi
untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan tanpa konflik ) dari persepsi diri, dan
kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan pengalaman.

3. Aktualisasi Diri (Self Actualization) → Freud memandang organisme sebagai sistem energi,
dan mengembangkan teori bagaimana energi psikik ditimbulkan, ditransfer dan disimpan. Rogers
memandang organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi
tegangan enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar organisme untuk
aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan diri (enhancement).

Perkembangan Kepribadian
Rogers meyakini adanya kekuatan yang tumbuh pada semua orangyang mendorong orang untuk
semakin kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan secara keselutuhan semakin menuju aktualisasi
diri atau menjadi Pribadi yang berfungsi utuh (Fully Functioning Person)
Ada lima ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya:

1. Terbuka untuk mengalami (openess to experience)

Orang yang terbuka untuk mengalami mampu mendengar dirinya sendiri, merasakan
mendalam, baik emosional maupun kognitif tanpa merasa terancam. Mendengar orang
membual menimbulkan rasa muak tanpa harus diikuti perbuatan untuk melampiaskan rasa
muak tersebut.

1. Hidup menjadi (Existential living).


Kecenderungan untuk hidup sepenuhnya dan seberisi mungkin pada seiap eksistensi.
Disini orang menjadi fleksibel, adaptable, toleran, dan spontan.

1. Keyakinan Organismik (Organismic trusting)

Orang mengambil keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri,


mengerjakan apa yang dirasanya benar sebagai bukti kompetensi dan keyakinannya untuk
mengarahkan tingkah laku. Orang mampu memakai perasaan yang terdalam sebagai
sumber utama membuat keputusan.

1. Pengalaman kebebasan ( Experiental Freedom).

Pengalaman hidup bebas dengan cara yang diinginkan sendiri, tanpaperasan tertekan atau
terhambat. Orang itu melihat banyak pilihan hidup dan merasa mampu mengerjakan apa
yang ingin dikerjakannya.

1. Kreatifitas (Creativity)

Merupakan kemasakan psikologik yang optimal. Orang dengan good life kemungkinan
besar memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.

Terapi yang Diberikan


Seperti disebutkan di atas, bahwa Rogers menolak psikoanalisis Freud dan behavioris dalam
teorinya, sehingga terapi yang digunakannya juga berbeda. Rogers tidak mempermasalahkan
bagaimana klien menjadi seperti ini, namun lebih menekankan bagaimana klien akan berubah.
Terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan yang melakukan perubahan adalah klien itu
sendiri. Itulah sebabnya teori Rogers disebut sebagai person-centered theory.

Kesimpulan Teori Humanistik Carl Rogers


1. Teori Rogers disebut humanis karena teori ini percaya bahwa setiap individu adalah positif,
serta menolak teori Freud dan behaviorisme.
2. Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan kecenderungan aktualisasi.
3. Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri terdiri dari 2
subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal.
4. Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri, (3) penghargaan
positif (positive regard), dan (4) Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
5. Stagnasi psikis terjadi bila terjadi karena pengalaman dan konsep diri yang tidak konsisten dan
untuk menghindarinya adalah pertahanan (1) distorsi dan (2) penyangkalan. Jika gagal dalam
menerapkan pertahanan tersebut konsep diri akan hancur dan menyebabkan psikotik.
6. Dalam terapi, terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan yang melakukan perubahan
adalah klien itu sendiri.

Aplikasi Teori Humanistik Carl Roger Dalam Pendidikan


Teori Roger dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam fasilitator belajar yaitu
(1) realitas di dalam fasilitator belajar, (2) penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan, dan (3)
pengertian yang empati.

- Realitas di dalam fasilitator belajar


Merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri dan tidak
menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam hubungan dengan pelajar tanpa
ada sesuatu yang ditutup-tutupi.

- Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan


Menghargai pendapat, perasaan, dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan akan satu
dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, maka akan muncul kepercayaan akan
satu dengan lainnya.

- Pengertian yang empati


Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus memiliki
pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus memiliki kesadaran yang
sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak menilai atau mengevaluasi.
Pengertian akan materi pendidikan dipandang dari sudut murid dan bukan guru.

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari


mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada
pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup :
keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang
membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus
belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan
pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna
bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang
penting diantaranya ialah :

a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.


b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri
diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan
maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan
lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai
terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan
penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar
mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman
dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang
dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan
para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan
balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

1. Merespon perasaan siswa


2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan
segera dari siswa)
7. Tersenyum pada siswa

Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan
angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran
bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan
disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

Implikasi Teori Belajar Humanistik

a. Guru Sebagai Fasilitator


Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah
berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan
ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi


kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di
dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-
tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di
dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas
dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik
isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi
dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan
sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut
menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil
secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan
yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali
dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah
menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai
makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya
secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang
umumnya dilalui adalah :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas


2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur
dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara
mandiri
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai
secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko
perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri.

Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau
melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut Humanistik


Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih
demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih
terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan.

Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah
menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak
agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.

Kesimpulan

Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh
maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka
sendiri.

Prinsip- prinsip belajar humanistic:

1. Manusia mempunyai belajar alami


2. B elajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi
dengan maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh caar
6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
7. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar

Daftar Pustaka
Alwilsol (2004), Psikologi Kepribadian, UMM Press
Freist, J & Freist, Gregory (1998), Theories of Personality, Amerika : Mc Graw Hill.
Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner (2000), Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis),
Dr. A. Supratiknya (ed.), Jogjakarta :Kanisius .
Robert, Thomas B., Four Psychologies Applied to Education, 1975, New York, Hals Ted Press
Dvision
Smith, Mark K. , (1997), Carl Rogers, Core Conditions and Education, www.
Infred.org/thinkers/et-rogers.htm#intro.
PERBEDAAN KTSP KURTILAS DAN KURNA

KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006

Kurikulum, KTSP, dan KBK di Indonesia


Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri
Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang
jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan
2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik,
sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum
sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan
tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan
pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
1. Rencana Pelajaran 1947
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rencana Pembelajaran
1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda
karena pada saat itu masih dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri
utama kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat
dan sejajar dengan bangsa lain. Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai
istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang
curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan
menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua
hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran.
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-
hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. Setelah rencana pembelajaran 1947,
pada tahun 1952 kurikulum Indonesia mengalami penyempurnaan. Dengan berganti nama menjadi
Rentjana Pelajaran Terurai 1952.Yang menjadi ciri dalam kurikulum ini adalah setiap pelajaran
harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai
1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata
Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16
tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum
1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana).
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional prak tis.Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964
pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di indonesia. Kali ini diberi
nama dengan Rentjana Pendidikan 1964. Yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran
dipusatkan pada program pancawardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional,
kerigelan dan jasmani.
3. Kurikulum 1968
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada
upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran
pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada
siswa di setiap jenjang pendidikan.
4. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada tujuan, Kurikulum
1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi
adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang
terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik.
Guru sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
5. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang
disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta — sekarang
Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan
bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat
diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang
terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan
gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA
bermunculan.
6. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
“Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara
pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum
berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional
hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya
bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-
kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum.
Walhasil,menjelma menjadi kurikulum super padat.Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998,diikuti
kehadiran suplemen Kurikulum 1999.Tapi perubahannya lebih pada menambah sejumlah materi.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan
undang-undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada
sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap
diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup
banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut:
a. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
b. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
c. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah
yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan
dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam
mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban
konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
e. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
f. Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit
dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
g. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan
pemahaman.
h. Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama
sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content
oriented), di antaranya sebagai berikut :
i. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/
substansi setiap mata pelajaran.
j. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi
kehidupan sehari-hari.
Permasalahan di atas saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini
mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya
penyempurnaan itu diberlakukannya suplemen kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu:
 Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan
masyarakat.
 Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara
tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan
serta sarana pendukungnya.
 Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi
pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
 Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan brbagai aspek terkait, seperti tujuan materi
pembelajaran, evaluasi dan sarana-prasarana termasuk buku pelajaran.
 Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan
tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang
tersedia di sekolah.
Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan
bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.
Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum. Salah satu bentuk
invovasi yang dikembangkan pemerintah guna meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan
inovasi di bidang kurikulum. Kurikulum 1994 disempurnakan lagi sebagai respon terhadap
perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi disentralistik sebagai
konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tentang otonomi daerah.
Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar
yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002). Kurikulum ini menitik
beratkan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan
terhadap serangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu
dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.
Adapun karakteristik KBK menurut Depdiknas (2002) adalah sebagai berikut:
v Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupu klasikal.
v Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
v Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
v Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
v Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
7. Kurikulum 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar
kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan
alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal
pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada
praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar
Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa
sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.
Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peraturan Pemerintah ini
memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional
pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan, (4)standar
pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi,
esensi isi dan arah pengembangan pembelajarantetap masih bercirikan tercapainya paket-paket
kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:
ü Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
ü Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
ü Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
ü Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
ü Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan KBK tahun 2004 dengan KBK tahun 2006
(versi KTSP), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh dalam menyusun rencana pendidikannya
dengan mengacu pada standar-standar yang ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan
muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan silabusnya.
8. KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004.
Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti
silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah
koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)
Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang merupakan perkembangan
dari kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006 yang digunakan pada saat ini merupakan kurikulum
yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang puncaknya
tugas itu akan diemban oleh masing masing pengampu mata pelajaran yaitu guru. Sehingga
seorang guru disini menurut Okvina (2009) benar-benar digerakkan menjadi manusia yang
professional yang menuntuk kereatifitasan seorang guru. Kurikulum yang kita pakai sekarang ini
masih banyak kekurangan di samping kelebihan yang ada. Kekurangannya tidak lain adalah (1)
kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KTSP dengan kata lin masih
rendahnya kualitas seorang guru, karena dalam KTSP seorang guru dituntut untuk lebihh kreatif
dalam menjalankan pendidikan. (2) kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah.

Karakteristik Kurikulum 2013


Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya
diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter (competency and character
based curriculum) yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan
yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tututan teknologi. Hal tersebut penting,
guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan
kesejahteraan sosial, lentur serta adaptif terhadap perubahan. Oleh karena itu, merupakan langkah
positif ketika pemerintah merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang
pendidikan, termasuk dalam perkembangan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 lebih ditekankan
pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bagi tingkat
berikutnya. Melalui pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, kita
berharap bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakat yang memiliki nilai tambah
(added value), dan nilai jual yang bisa ditawarkan kepada orang lain dan bangsa lain di dunia,
sehingga kita bisa bersaing, besanding, bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa lain dalam
peraturan global.

Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses
dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap
satuan pendidikan. Dalam implementasi Kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat
diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam
kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang
studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, pendidikan nilai dan pembentukan karaktek tidak hanya dilakukan pada tataran
kognitif, tetapi menyentuh internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang
pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK atau (Competensy Based Curriculum) dijadikan acuan
dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya
pada jalur pendidikan sekolah.

Beberapa aspek atau ranah yang terkadang terkandung dalam konsep kompetensi dapat
diuraikan sebagai berikut :

1. Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.


2. Pemahaman (understanding) yaitu kedalam kognitif dan afektif yang dimilki oleh
individu.
3. Kemampuan (skill) adalah suatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas
atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
4. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis
telah menyatu dalam diri seseorang.
5. Sikap (attitude) yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatui rangsangan yang dating dari
luar.
6. Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Berdasarkan analisis kompetensi diatas, Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat
dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peerta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu

Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-


kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum mencangkup sejumlah
kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemimian rupa, sehingga
pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu
kriteria keberhasilan. Sedikitnya terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi, yaitu penetapan kompetensi yang akan dicapai,
pengembangna strategi untuk mencapai kompetensi dan evaluasi. Kompetensi yang ingin dicapai
merupakan pernyataan tujuan (goal statement) yang hendak diperoleh peserta didik,
menggambarkan hasil belajar (learning outcomes) pada aspek pengetahuan, keterampilan, nilai,
dan sikap. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi antara lain mencangkup seleksi kompetensi yang
sesuai; spesifikasi indicator-indikator evaluasi untuk menentukan kesuksesan pencapaian
kompetensi; dan pengembangan sistem pembelajaran.

Dari berbagai sumber, sedikitnya dapat didefinisikan lima karakteristik kurikulum berbasis
kompetensi, yaitu :

1. Mendayagunakan keseluruhan sumber belajar.


Dalam Kurikulum 2013 berbasis kompetensi guru hendaknya tidak lagi
berperan sebagai aktor/aktris utama dalam proses pembelajaran, karena
pembelajaran dapat dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber
belajar. Untuk memperoleh proses pembelajaran yang optimal peserta didik
dituntut tidak hanya mengandalkan diri dari apa yang terjadi di dalam kelas, tetapi
harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber pembelajaran.
Pendayagunaan sumber belajar memiliki arti yang sangat penting selain
melengkapi, memelihara, dan memperkaya khasanah belajar, sumber belajar juga
meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar, yang sangat menguntungkan bagi
baik guru maupun peserta didik. Dalam keanekaragaman sifat dan kegunaanya
sumber belajar, secara umum dapat dirumuskan kegunaanya sebagai berikut :
a. Merupakan pembuka jalan dan pengembangan wawasan terhadap
proses belajar mengajar yang akan ditempuh.
b. Merupakan pemandu secara teknis dan langkah-langkah operasional
untuk menelusuri secra lebih teliti menuju pada penguasaan keilmuan
secara tuntas.
c. Memberikan berbagai macam ilustrsi dan contoh-contoh yang berkaitan
dengan aspek-aspek bidang keilmuan yang dipelajari.
d. Memberikan petunjuk dan gambaran kaitan bidang keilmuan yang
sedang dipelajari dengan berbagai bidang keilmuan lainnya.
e. Menginformasikan sejumlah penemuan baru yang pernah diperoleh
orang lain yang berhubungan dengan bidang keilmuan tertentu.
f. Menunjukkan berbagai permasalahan yang timbul merupakan
konsekuensi logis dalam suatu bidang keilmuan yang menuntut apa
adanya kemampuan pemecahan dari orang yang mengabdikan diri
dalam bidang tertentu.

Dalam kegiatan pembelajaran, pendayagunaan sumber belajar secara


optimal sangatlah penting, karena keefektifitas proses pembelajaran ditentukan
pula oleh kemampuan peserta didikdalam mendayagunakan sumber-sumber
belajar. Pada umumnya terdapat dua cara mendayagunakan sumber-sumber belajar
dalam pembelajarn di sekolah, yaitu :

a. Membawa sumber belajar ke dalam kelas.


b. Membawa kelas ke lapangan dimana sumber belajar berada.
2. Pengalaman lapangan
Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter lebih menekankan
pada pengalaman lapangan untuk mengakrabkan hubungan antara guru dan peserta
didik. Pengalaman lapangan dapat secara sistematis melibatkan masyarakat dalam
pengembanga program, aktivitas dan evaluasi pembelajaran.
3. Srategi individual personal
Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter mengupayakan
strategi belajar individual personal. Belajar individual adalah belajar berdasarkan
tempo belajar peserta didik, sedangkan belajar personal adalah interaksi edukatif
berdasarkan keunikan peserta didik, bakat, minat dan kemampuan (personalisasi).
4. Kemudahan belajar

Kemudahan belajar dalam Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan


karakter diberikan melalui kombinasi antara pembelajaran individual personal
dengan pengalaman lapangan, dan pembelajaran secar tim (team teaching).

5. Belajar tuntas

Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilakuakn di


dalam kelas, dan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik
akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal
terhadap seluruh bahan yang dipelajari.

METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak,
anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi
bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman
bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam
diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi
baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan
antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen
yang relevan di dalam struktur kognitif anak. Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-
konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep
untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami
secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka
guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki anak
dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan
baru yang akan diajarkan.
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang
dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan
orang/guru menjelaskan.

B. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran


Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah:
(1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik
pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan
masing-masing istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasan tentang
penggunaannya.

a. Pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dalam pembelajaran terdapat
dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach).

b. Strategi pembelajaran
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan, selanjutnya diturunkan ke dalam
strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan
empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target)
yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk
mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak titik
awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk
mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan
pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik


pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku
keberhasilan.

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran
J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari
strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-
discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan
antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Menurut Dick and Carey menyebutkan adanya 5 komponen strategi pembelajaran yakni :
1) Kegiatan pembelajaran pendahuluan.
2) Penyampaian informasi.
3) Partisipasi siswa
4) Tes, dan
5) Kegiatan lanjutan
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Gagne and Briggs, komponen dalam strategi
pembelajaran adalah :
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian.
2) Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3) Mengingatkan kompetensi prasyarat.
4) Memberi stimulus (masalah, topic, konsep).
5) Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari).
6) Menimbulkan penampilan siswa
7) Memberi umpan balik
8) Menilai penampilan
9) Menyimpulkan.

c. Metode pembelajaran
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan
of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”
(Wina Senjaya (2008).
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)
demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) brainstorming; (7) debat, (8) seminar,
(9) bermain peran (role play), (10) studi kasus.

d. Teknik pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran.
Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri,
yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas
yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang
siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama.
e. Taktik pembelajaran
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki
sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang
sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan
dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari
guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga
seni (kiat).

f. Model pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan
model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A.
Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1)
model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4)
model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain
pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur
umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara
merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran
tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai
kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah
modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda
dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan
dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya,
maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah
ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang memadai
dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia,
para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran,
yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian
tindakan) sangat sulit menemukan sumber-sumber literaturnya. Namun, jika para guru (calon
guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses
(beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada
dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran
tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada
gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya
semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

C. Metode Pembelajaran
Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya:
1. Ceramah
Merupakan metode pembelajaran yang memberikan informasi pada sejumlah siswa pada suatu
kesempatan. Kekuatan yang dimiliki metode ini adalah dapat mencakup banyak siswa, tidak
banyak memerlukan peralatan serta penyaji dapat tepat waktu. Namun kelemahannya tidak
mendorong seseorang untuk mengingat semua materi, partisipasi siswa terbatas, penilaian
terbatas pada kemampuan siswa dan tidak ada keseimbangan berpikir antara guru-siswa.
2. Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan pembelajaran seorang guru yang memperlihatkan suatu proses.
Kekuatan dari metode ini adalah lebih menimbulkan minat, dapat menjelaskan prinsip-prinsip dan
prosedur yang masih belum jelas serta belum dipahami untuk keterampilan tertentu. Namun
kelemahaannya memerlukan waktu persiapan yang agak lama, peralatan mahal dan sering
dilakukan oleh kelompok terbatas.
3. Diskusi
Metode diskusi merupakan ajang bertukar pikiran diantara sejumlah orang dalam membahas
masalah tertentu yang dilaksanakan secara teratur, dan bertujuan untuk memecahkan masalah
secara bersama. Kekuatan metode ini adalah siswa dapat berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran, mengembangkan tanggungjawab, mengembangkan rasa percaya diri, ide
berkembang, terbuka, terarah, memperoleh banyak informasi. Namun kelemahannya
memerlukan banyak waktu, perlu persiapan yang matang serta perlu waktu untuk siswa yang
bersifat pemalu dan otokratif.
4. Simulasi
Metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menirukan suatu kegiatan
atau pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Kekuatan yang dimiliki metode ini adalah bersifat
menyenangkan, dapat mengembangkan kreativitas siswa, kegiatan dilakukan tanpa memerlukan
lingkungan sebenarnya, menimbulkan interaksi antar siswa, serta menumbuhkan cara berpikir
kritis. Namun kelemahannya siswa harus siap mental, lebih mementingkan proses pengertian,
tidak memberi kesempatan untuk berpikir kreatif.
5. Laboratorium / Praktek
Metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan konsep
pelajaran yang telah diterima. Kekuatan yang dimiliki metode ini adalah dapat mengembangkan
kreativitas siswa, menimbulkan interaksi antar siswa, serta menumbuhkan cara berpikir kritis.
Namun kelemahannya membutuhkan waktu lama, tidak semua hal dapat dipraktekkan.
6. Brainstorming
Metode ini digunakan dalam pemecahan masalah, setiap anggota kelompok mengusulkan
dengan cepat kemungkinan pemecahan yang terpikirkan. Kekuatan dari metode ini adalah dapat
memunculkan pendapat baru, merangsang semua anggota mengambil bagian, tidak menyita
waktu, hanya sedikit pengalaman yang diperlukan. Kelemahannya adalah mudah lepas dari
kontrol, harus ada evaluasi, dan anggota cenderung mengadakan evaluasi setelah satu pendapat
diajukan.
7. Debat
Merupakan metode pembelajaran yang memilih dan menyusun materi ajar menjadi suatu paket
pro dan kontra. Kekuatan dari metode ini adalah dapat mengembangkan kemampuan akademik
siswa dan merangsang kemampuan siswa untuk mengeluarkan pendapat sesuai dengan
posisinya dalam kelompok debat. Namun kelemahannya adalah tidak semua siswa dapat terlibat
langsung, kurang efektif.
8. Seminar
Metode belajar mengajar yang melibatkan sekelompok orang yang mempunyai pengetahuan
yang mendalam tentang suatu hal. Kekuatan dari metode ini adalah melatih menumbuhkan sikap
positif siswa, memperkaya pengetahuan siswa serta memberi kesempatan siswa untuk saling
berinteraksi. Namun kelemahannya memakan waktu lama dan bila siswa belum kondusif maka
seminar tidak berjalan efektif.
9. Bermain Peran (Role Play)
Merupakan metode yang menetapkan seseorang pada situasi tertentu, seolah-olah
menggambarkan situasi sebenarnya melalui penokohan, pengekspresian sikap, dan tindakan-
tindakan. Kekuatan metode ini adalah dapat mendorong keterlibatan lebih mendalam dan
memusatkan perhatian pada aspek yang dikehendaki. Kelemahannya adalah keengganan
melakukan peran, tidak menghayati, kurang realistis, dianggap dialog biasa.
10. Studi Kasus
Metode ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan konsep dan teknik analisis dalam proses
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Kekuatan metode ini adalah dapat
memberikan wawasan yang luas, pertukaran pendapat, membuka kesiapan mental serta
menemukan beberapa alternatif. Namun kelemahannya adalah sulit mengukur sikap dan
perilaku, hambatan waktu, dapat menimbulkan frustasi bagi siswa yang tidak punya ide
pemecahan masalah.

D. Memilih Metode Pembelajaran


Pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan
potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang
guru (Djahiri, 1992). Hal ini didasari oleh asumsi, bahwa ketepatan guru dalam memilih model
dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa,
karena model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap
kualitas PBM yang dilakukannya. Kondisi PBM di tingkat persekolahan dewasa ini masih diwarnai
oleh penekanan pada aspek pengetahuan dan masih sedikit yang mengacu pada pelibatan siswa
dalam proses pembelajaran itu sendiri. Sementara itu, Al Muchtar (1991) dalam penelitiannya
menemukan, bahwa proses pembelajaran beberapa pembelajaran tidak merangsang siswa
untuk terlibat secara aktif dalam PBM. Disamping itu, PBM yang dilakukan oleh guru belum
mampu menumbuhkan budaya belajar di kalangan siswa. Pada gilirannya, akan berpengaruh
secara signifikan terhadap perolehan dan hasil belajar siswa.
Metode belajar-mengajar adalah bagian utuh (terpadu, integral dari proses pendidikan-
pengajaran). Metode ialah cara guru menjelaskan suatu pokok bahasan,thema, pokok
masalah sebagai bagian kurikulum (isi, materi pengajaran), dalam upaya mencapai sasaran
dan tujuan pengajaran (tujuan institusional, tujuan pembelajaran umum dan khusus).
Proses pembelajaran atau PBM sebagai kerjasama guru-siswa, secara psiko-
pedagogis mengutamakan oto-aktivitas siswa (kemandirian,
KBS) sebagai bekal pendewasaan diri
mengembangkan kemampuan dan penguasaan bidang pengetahuan (bidang studi, mata
pelajaran). Artinya, dalam PBM peran guru lebih bersifat tut wuri handayani, berjalan bersama
antara guru dan siswa (bekerjasama, komunikasi, dialog dan hubungan akrab). Agar
PBM dan kerjasama guru-siswa mencapai sasaran dan tujuan belajar sesuai yang
ditetapkan maka menggunakan cara atau metode tertentu. Jadi, alasan atau nalar guru
memilih/menetapkan suatu metode dalam PBM (proses intruksional) ialah:
1. metode ini sesuai dengan pokok bahasan, dalam makna lebih menjadi alat mencapai
sasaran dan tujuan instruksional
2. metode ini menjadi kegiatan siswa dalam belajar (KBS,
kemandirian) dan meningkatkan motivasi atau semangat belajar
3. metode ini memperjelas dasar, kerangka, isi dan tujuan dari pokok bahasan, sehingga
pemahaman siswa makin jelas
4. metode dipilih guru dengan asas di atas berdasarkan
pertimbangan praktis, rasional dikuatkan oleh kiat dan pengalaman guru mengajar
5. metode yang berdayaguna, belum tentu tunggal, jadi suatu metode dapat digunakan secara
kombinasi (sintesis terpadu) dan dilengkapi dengan media tertentu, bahkan multi-media.
Dasar pertimbangan ialah sasaran dan tujuan pendidikan pengajaran.

E. Model Pembelajaran
Beberapa model yang dapat diimplementasikan pada proses pembelajaran, diantaranya:
a. Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil.
Langkah-langkah :
1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian
mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup

Guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa
sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik
yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang
terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan
menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik
bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke
kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting
dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa.
Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap
seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus
menguasai topik secara keseluruhan.

b. Student Teams – Achievement Divisions (STAD)


Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain
sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi,
jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang
tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.

c. Team Games Tournament (TGT)


Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan
dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat
penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok
dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari
prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan
itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.

4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan
presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru
membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya
dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.

5. Team recognize (penghargaan kelompok)


Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat
julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai
40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

d. Numbered Heads Together (NHT)


Suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu
kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

e. Picture and Picture


Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu.
2. Banyak siswa yang pasif.

f. Cooperative Script
Merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara
lisan mengikhtisarkan bagian-bagian.
Langkah-langkah :
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi kepada setiap siswa agar dibaca dan dibuat ringkasannya.
3. Guru dan siswa menetapkan yang pertama berperan sebagai pembicara dan yang berperan
sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok
dalam ringkasannya.
5. Sementara pendengar :
a. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
b. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya
atau dengan materi lainnya
6. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta
lakukan seperti di atas.
7. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
8. Penutup

g. Snowball Throwing
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi
3. Setiap ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang
disampaikan oleh guru kepada temannya
4. Setiap siswa diberi satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5. Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa
yang lain selama ± 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup

h. Think – Pair – Share


Langkah-langkah :
 Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
 Siswa diminta untuk memikirkan materi/permasalahan yang disampaikan guru
 Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan
hasil pemikiran masing-masing
 Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
 Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
 Guru memberi kesimpulan
 Penutup

i. Mind Mapping
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif
jawaban. Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereviu pengetahuan awal siswa.
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya
permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di
papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan
sesuai konsep yang disediakan guru

PENUTUP

Kehidupan akan terasa indah apabila ada variasi, sebaliknya akan terasa membosankan
jika segalanya monoton tak berubah. Perubahan ke arah perbaikan adalah tuntutan alamiah yang
menjadi kebutuhan setiap insan dalam setiap kehidupan.
Manusia telah dibekali akal dan rasa untuk berkreasi, menciptakan inovasi, agar segalanya
berubah ke arah yang lebih baik dengan ikhtiar mulai dari diri sendiri. Begitu pula peran seorang
guru dalam pembelajaran, penciptaan suasana kondusif perlu dilakukan, karena unsur rasa
dalam berpikir selalu turut serta dan tak bisa dipisahkan. Oleh karena itu penciptaan suasana
kondusif perlu dilakukan sehingga dalam belajar siswa tidak lagi merasa cemas, tidak lagi takut
dalam berpartisipasi, tidak lagi dirasakan sebagai kewajiban, melainkan menjadi kesadaran dan
kebutuhan, dalam suasana perasaan yang nyaman dan menyenangkan.
Dan seorang guru yang ideal adalah guru yang selalu dinamis dan mampu menggunakan
teknologi komunikasi positif, dalam hal ini media internet dalam rangka menambah khazanah
pengetahuan dan kemampuannya dalam menyelenggarakan pembelajaran yang efektif, dengan
model pembelajaran yang inovatif. Sebab pada hakekatnya menjadi guru adalah perjalanan
menjadi pahlawan. Semoga menjadi guru yang profesional, bermartabat dan sejahtera. Selamat
berjuang....!

DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Ahmad Sudradjat. Blogspot.com
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran
(http://smacepiring.wordpress.com/)
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah).
Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Ninik Sri Widayati, 2011. Materi Metode dan Model Pembelajaran disampaikan pada peserta Training
of Trainer (ToT) Guru Pemandu Program Bermutu se-Jawa Timur di View Tretes Hotel
Pasuruan
Puskur Depdiknas, 2006. Pembelajaran Tematik
Puskur Depdiknas, 2006. Metode-metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Catatan Rangkuman Belajar dan Pembelajaran Fisika
(pertemuan ke-2 sampai pertemuan ke-9)
Drs. Yudi Dirgantara, M.Pd

Nida Robi’ah Al Adawiyah


1142070052
Pendidikan Fisika 2B

PRODI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MIPA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015

BELAJAR dan PEMBELAJARAN


Pertemuan ke-2
Kamis, 05-02-2015

Komponen utama dalam pengajaran :


1. Adanya tujuan atau target
2. Guru
3. Siswa
4. Materi pembelajaran
5. Evaluasi

Jenis materi yang dituangkan dalam bahan ajar :


1. Fakta
2. Konseptual
3. Teoritis
4. Dalil atau hukum
5. Pengetahuan prosedural

Perbedaan antara pengajaran dan pembelajaran


 Pengajaran yaitu kedudukan guru sebagai pakar yang lebih aktif sedangkan siswa hanya
mendengar seolah-olah disuapi pengetahuan.
 Pembelajaran yaitu adanya interaksi antara guru dan siswa, dimana guru berperan sebagai
fasilitator, narasumber, dan mitra bagi siswa.

Pengajaran Pembelajaran
(berpusat pada pengajar atau guru) (berpusat pada pembelajaran)
Focus pada materi Focus pada proses
Penekanan pada mengetahui apa Penekanan pada mengetahui apa,
bagaimana, mengapa
Belajar secara individual Kelompok team
Siswa bergantung (dependen) pada guru Siswa bekerja secara independen
Tujuan belajar ditentukan oleh guru Tujuan belajar menegosiasikan dengan
siswa
Penilaian hanya terpacu pada ujian tertulis Penilaian dari berbagai aspek
Transfer dari guru Siswa aktif mencari sendiri
Ceramah fleksibel

Prinsip-prinsip umum tentang mengajar :


1. Mengajar harus berdasarkan yang sudah dimiliki siswa.
2. Harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individu setiap siswa
4. Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar
5. Tujuan pengajaran harus diketahui oleh siswa
6. Pembelajaran harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar (bertahap,meningkat,
bersifat membangun)
 Dari yang sederhana ke kompleks
 Konkret ke abstrak
 Umum ke kompleks
 Dari fakta ke konsep
 Induksi ke deduksi
 Dekat ke jauh
 Sering menngunakan penguatan

Peretmuan ke-3
Kamis, 12-02-2015

 Belajar adalah proes perubahan individu akibat dari pengalaman yang bersifat permanen.
 Ditrasi adalah melek (kemampuan mencari dan mengumpulkan informasi)
 Hakikat belajar :
1. Perubahan tingakah laku yang dapat di amati dan di ukur. Diamati dari sikap keseharian
dan proses pembelajaran, diukur dari hasil belajar guna mengukur kognitif dan
psikomotor. (taksonomi bloom).
2. Bersifat permanen. Permanen akibat terjadinya proses proses belajar dan tidak
menghendaki perubahan yang sementara saja.
3. Diakibatkan oleh pengalaman. Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu
melalui alat indranya dengan stimulus yang berasal dari sumber belajar.
4. Meliputi aspel kognitif(pengetahuan), afektif(sikap), dan psikomotor(keterampilan).
 Rountee 5 jenis stimulus (rangsangan)
1. Human interaction
2. Realita
3. Pctoial representasion (gambar yang meliputi susunan objek dan peristiwa nyata)
4. Witten symbols
5. Recorded sound
 Tujuan intruksional (pembelajaran)
1. Salah satu metode klasifikasi tujuan intruksional secara berjenjang dan progresif
dimulai dari yang terendan ke yang tinggi.
2. Peratama kali pada tahun 1956 oleh 34 pakar ( Benyamin Bloom)
3. Edisi revisi pada tahun 2001 oleh Lorin W. Anderson dan David R. Krathwolth
 Aspek Kognitif (Pengetahuan)
Aspek kognitif sebelum revisi Aspek kognitif Edisi Revisi pada
(1956) tahun (2001)
C1. KNOWLEDGE C1. REMEMBER
C2. COMPRENSION C2. UNDESRSTAND
C3. APPLICATION C3. APPLY
C4, ANALYSIS C4. ANALYZE
C5. SYNTHESIS C5. EVALUATE
C6. EVALUATION C6. CREATE

Dimensi kognitif :
1. Fakta (kaktual)
2. Konsep (konseptual)
3. Prosedur (procedural)
4. Metakogis (metakognitif)

 Aspek Afektif (sikap)


A1. MENERIMA
A2. MENANGGAPI
A3. MENGHARGAI
A4. MENGORGANISASIKAN
A5. MENGHAYATI

 Aspek Psikomotor (Keterampilan)


1. NATURALISASI
2. MERANGKAIKAN
3. KETEPATAN
4. MENGGUNAKAN
5. MENIRU
Kategori aspek Psikomotor :
1. Perception=> mampu melakukan pergerakan
2. Set=> persiapan bertindak
3. Gevidad Response=> Imitasi
4. Medanism=> menjadi kebiasaan
5. Complex overt response=> pada pergerakan kompleks
6. Adaption=> modifikasi pada pergerakan
7. Organization=> menciptakan pergerakan baru

Pertemuan ke-4
Kamis, 19-02-2015

 Teori behavioristik adalah teori yang mementingkan hasil daripada proses


 Belajar konsep: mampu menempatkan objek-objek tertentu pada suatu tempat yang
menjadi konsep.
 Menetukan konsep=> dari beberapa sumber
 Merencanakan pemebelajaran=> dengan menulis
 Teori kognitif adalah teori yang lebih mementingkan proses
 Bahasa mempengaruhi kognitif
 Hakikat IPA :
1. Hasil
2. Proses
3. Sifat Ilmiah

Peretemuan ke-5
Kamis, 26-02-2015
(Kelompok Wildan)
 Teori kognitif :
Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan
hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini
menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori
kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing
memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan
(organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada
pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana
peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
 5 hasil belajar menurut Gagne :
1. Keterampilan intelektual
2. Strategi kognitif
3. Informasi verbal
4. Kemampuan motorik
5. Sikap

 Teori kognitif menurut piaget merupakan landasan filosofis


1. Pandangan Empirisme
 Memori
 Pengalaman EM PIAGE RA
T
2. Pandangan Rasionalisme
RAra
 Pengalaman
 Akal
 Aspek yang diteliti
1. Struktur
2. Isi
3. Fungsi

(kelompok Resa, Restu, Nanda)


 Peta konsep adalah ringkasan dan penyederhanaan dalam suatu gambaran grafis
 Fungsinya : menjadikan belajar lebuh bermakna
 Manfaatnya : meningkatkan kemampuan kita untuk melihat dan meangingat suatu
informasi secara detail
 Kriteria Peta konsep :
1. Proposisi (pake keterangan)
2. Hirarki (modelnya dari umum ke khusus)
3. Hubungam silang (ada hubungan dan keterkaitan dengan hirarki)
 Bagan konsep adalah gambaran atau sketsa buram
 Tujuannya : pembuatan bagan hubungan yang menjelaskan simbolis

Peretemuan ke-6
Kamis, 05-03-2015

(kelompok Rista Novel)


 Metode merupakan upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. (Wina Sanjaya,
2006:126).
 Mengajar adalah mengisi pikiran siswa dengan berbagai informasi dan pengetahuan
tentang fakta untuk kegunaan pada masa akan datang.
 metode mengajar adalah cara yang dilakukan oleh tenaga pendidik dalam mentransfer ilmu
pengetahuan kepada peserta didik melalui sebuah strategi pembelajaran guna mencapai
tujuan dalam pendidikan.
 Perbedaan Metode Mengajar dan Pendekatan Mengajar adalah pendekatan masih bersifat
umum Sedangkan metode pengajaran lebih bersifat khusus.
 Metode mengajar
1. Metode Ceramah
2. Metode Demonstrasi
3. Metode Diskusi
4. Metode Simulasi
5. Metode Inkuiri
6. Metode Tanya Jawab
7. Metode Drill (Latihan Siap)
8. Metode Resitasi
9. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
10. Metode Sosio Drama
11. Metode Problem Solving
12. Metode Karya Wisata
13. Metode Kerja Kelompok

Pertemuan ke-7
Selasa, 10-03-2015

Metode Mengajar Kelompok


(kelompok Purwanti, Rizki Sidiq, Yani Nuraeni)
Macam-macam metode mengajar kelompok:
1. Seminar = kumpulan orang-orang di bawah pimpinan seorang ahli atau sekelompok
para ahli.

Tahap-tahap seminar:
 Pemaparan

 Pembahasan masalah

 Pemecahan masalah

2. Simposium=serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan seorang


pemimpin (moderator).

Symposium mendatangkan pemateri yang sudah di rancang, dapat di gunakan di


kelompok besar atau kecil, pemateri tidak harus yang ahli pada bidangnya.
3. Panel=mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam satu susunan semi
melingkar, dipimpin oleh seorang moderator.
Mendatangkan para ahli dalam bidangnya untuk pemaparan materi,digunakan
dalam kelompok besar.
4. Forum=sebagai tempat untuk berinteraksi bagi para anggotanya dimana dengan
adanya kategori pembahasan di tiap-tiap forum bisa mempermudah para anggota
dalam mencari sebuah informasi selengkap mungkin. Dan dalam pembahasannya
topic yang di bicarakana tidak terlalu luas.

5. Musyawarah kerja (Muker)

6. Lokakarya

Pertemuan ke-8
Kamis, 19-03-2015

1. Pendekatan konsep (kelompok ijhar,nuri,vitriani)


Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh.
 Pendekatan konsep merupakan suatu model pembelajaran kognitif.
 Bruner menyarankan agar peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip serta melakukan eksperimen-eksperimen
yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan prinsip-
prinsip sendiri.
 Pendekatan konsep dalam pembelajaran dapat dilaksanakan apabila guru
melaksanakan pembelajaran denga teknik inkuiri.

No. kelebihan Kekurangan

1. Siswa dapat Suatu konsep


memahami tentang akan mengalami
konsep yang perubahan bila
diberikan. timbul fakta baru.
2. Siswa mudah
bosan.

2. Pendekatan induktif (yan, tuti, restu)


Pendekatan pembelajaran digunakan sebagai penjelas untuk mempermudah bagi
para guru memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah bagi siswa untuk
memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan memelihara suasana
pembelajaran yang menyenangkan.
• Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning )
COR, yaitu dari Center for Occupational Research di Amerika menyingkat
kelima konsep Contextual Teaching and Learning dalam akronim REACT
yang jabarannya adalah sebagai berikut:
1. Relating : belajar dalam konteks kehidupan nyata
2. Experiencing: belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan
dan penciptaan
3. Applying : belajar dengan memadahkan pengetahuan
dengan kegunaannya
4. Cooperating : belajar dalam konteks interaksi kelompok
5. Transfering : belajar dengan menggunakan pengetahuan
dalam konteks baru/lain.
• Pendekatan Induktif
 Pendekatan induktif dimulai dengan pemberian kasus, fakta, contoh,
atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip.
 Dari khusus ke umum

• Pendekatan Deduktif
 Pendekatan deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang
prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk
penerapannya
 Dari umum ke khusus
• Pendekatan Sejarah ( History )
Djoko Suryo (2005: 3) merumuskan beberapa indikator terkait dengan
pembelajaran sejarah tersebut yaitu:
1. Pembelajaran sejarah memiliki tujuan, substansi, dan sasaran pada segi-segi
yang bersifat normatif;
2. Nilai dan makna sejarah diarahkan pada kepentingan tujuan pendidikan
daripada akademik atau ilmiah murni;
3. Pembelajaran sejarah memberikan latihan berpikir kritis dalam memetik
makna dan nilai dari peristiwa sejarah yang dipelajarinya;
4. Pembelajaran sejarah tidak saja mendasari pembentukan kecerdasan atau
intelektuilitas, tetapi pembentukan martabat manusia yang tinggi; dan
5. Relevansi pembelajaran sejarah dengan orientasi pembangunan nasional
berwawasan kemanusiaan dan kebudayaan.
Pertemuan ke-9
Kamis, 26-03-2015

 model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran
 Model mengajar
1. Berpikir induktif dan deduktif
2. Scientific inquiry
3. Cooperative learning
4. PBL (Problem Based Learning)

 Interaksi belajar mengajar adalah hubungan timbal balik antara seorang guru yang
berupaya memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar melalui proses
perubahan, perilaku akibat adanya komunikasi guru dan siswa.
 Jenis-jenis interaksi belajar antara guru dan siswa menurut Darwansyah (2006:283) ada
beberapa diantaranya :
1. Interaksi satu arah
Interaksi satu arah, yaitu interaksi antara guru dan siswa. Dimana guru
menempatkan diri sebagai pusat interaksi terhadap seluruh siswa.
2. Interaksi dua arah
Interaksi dua arah merupakan pola interaksi yang di kembangkan dari guru
kepada siswa dan juga memberi kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi kepada siswa.
3. Interaksi multi-arah
Interaksi multi arah yaitu pola interaksi yang di kembangkan antara guru
dengan siswa, dan siswa dengan guru dan juga interaksi antara siswa sendiri
secara bergantian.
 Aplikasi Interaksi Dikelas
1. Ceramah guru
2. Tugas kelompok
3. Diskusi kelas
4. Tanya jawab
5. Eksperimen
6. Demonstrasi keterampilan
7. Tugas individual
8. Laporan kelompok
 Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan.

Catatan Rangkuman Belajar dan Pembelajaran Fisika


(pertemuan ke-10 sampai pertemuan ke-15)
Drs. Yudi Dirgantara, M.Pd

Nida Robi’ah Al Adawiyah


1142070052
Pendidikan Fisika 2B
PRODI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015

1. Langkah kegiatan intruksional


Kemampuan mendesain program dan keterampilan mengomunikasikan program
itu kepada anak didik. Dua modal ini telah merumuskan di dalam sepuluh kompetensi
guru, dan memang “mengelola interaksi belajar mengajar” itu sendiri merupakan salah satu
kemampuan dari sepuluh kompetensi guru yang meliputi unsur-unsur berikut ini,
yaitu :
• Menguasai bahan
• Mengelola program belajar mengajar
• Mengelola kelas
• Menggunakan media/sumber
• Menguasai landasan-landasan kependidikan
• Mengelola intertaksi belajar mengajar
• Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
• Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah
• Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
• Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidukan
guna keperluan pengajaran.

2. Pengelolaan kelas dan keterampilan mengelola kelas


Bentuk Kreativitas Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Secara Efektif
1) Membuka pembelajaran
Membuka pembelajaran dengan diawali pembacaan doa secara universal yang
dipimpin oleh salah seorang peserta didik.
2) Apersepsi penjelasan atau penyampaian tujuan
Mereview ulang pembelajaran sebelumnya yang berkaitan dengan materi selanjutnya,
tidak lupa menyampaikan pendahuluan seperti; tujuan, indikator, dan poin-poin
penilaian
3) Menyampaikan informasi secara kooperatif yang akan dibahas
Menyampaikan sekaligus menjelaskan materi yang akan dibahas sesuai dengan silabus
4) Memberikan tugas
Memberikan tugas berpasangan dengan rincian yang sistematika seperti mencari
penerapan induksi elektrromagnetik dalam kehidupan sehari-hari.
5) Mengkaji hasil dari tugas yang diberikan
Meninjau ulang tugas yang telah dilakukan dengan cara membaca untuk dapat
dipahami.
6) Saling sharing dengan tugas peserta didik lainnya.
Hasil yang telah dikaji dan ditinjau disharingkan dengan pasangan yang lain agar
dapat menambah wawasan satu sama lain dan saling melengkapi kekurangan masing-
masing
7) Memberi penguatan dan informasi lebih lanjut mengenai tugas yang telah diberikan
kepada peserta didik.
Guru memberi penguatan dan meluruskan dari hasil yang telah dilaksanakan peserta
didik agar lebih memahami dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehri-hari.

3. Keterampilan Mengajar
Ada 8 Dasar-dasar Keterampilan dalam mengajar, yaitu :
1. Keterampilan Bertanya (Questioning)
2. Keterampilan Menjelaskan
3. Keterampilan Variasi Stimulus
4. Keterampilan Memberikan Penguatan
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
7. Keterampilan Mengelola Kelas
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang dilontarkan guru
sebagai stimulus untuk memunculkan jawaban (respon) dari peserta didik.
Keterampilan menjelaskan adalah suatu keterampilan yang menyajikan bahan
belajar yang diorganisasikan secara sistematis sebagai suatu kesatuan yang berarti,
sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.
Variasi stimulus adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran
tetap menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga siswa menunjukan sifat antusias
Penerapan Media Pembelajaran dan Evaluasi Pengajaran
Kegiatan Laboratorium dalam Pembelajaran
Nida Robiah Al Adawiyah
1142070052

CONTOH REAL DARI REDUKSI DIDAKTIK

A. Kembali Kepada tahapan Kualitatif


Kecepatan Besarnya kecepatan bergantung pada jarak tempuh dan waktu yang d perlukan.
Dalam jarak tempuh yang konstan kecepatan akan berubah – ubah sesuai besarnya waktu yang
dihasilkan.
Kecepatan (V) m/s Jarak (s) m Waktu (t) s
5 100 20
10 100 10
20 100 5
Dari table di atas dapat di simpulkan, semakin besar waktu yang diperlukan maka kecepatan yang
dihasilkan semakin kecil, begitu pun sebaliknya.

B. Pengabaian
. Ketika memukul kulit sebuah drum, tampak kulit drum bergerak bolak-balik naik-turun,
gerak bolak-balik secara periodik melalui suatu titik seimbang inilah yang disebut getaran.

C. Penggunaan Penjelasan Berupa Gambar, Simbol, Sketsa, dan Percobaan

Penjelasan
Gerhana bulan akan terjadi ketika cahaya matahari menuju ke bulan terhalang oleh bumi. Dan
gerhana matahari terjadi ketika cahaya matahari yang menuju ke bumi terhalang oleh bulan.
D. Penggunaan Analogi
Energi
Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tapi hanya dapat diubah dari bentuk
satu ke bentuk yang lain. Dalam hal ini yang dijelaskan adalah dari perubahan energi dan
pemanfaatannya. bahwa energi tidak dapat dimnafaatkan secara langsung, tetapi dirubah
duludari bentuk satu ke bentuk lain, misalnya dari energi listrik dapat diubah ke energi
panas dan dimanfaatkan untuk memasak, menyetrika dll, atau energi listrik ke energi
gerak.
Untuk energi bisa dianalogikan dengan uang, bahwa uang tidak dapat dimakan atau
dimanfaatkan secara langsung, tetapi harus diubah dulu ke misalnya dengan cara
dibelikan dulu baik ke makanan atau ke alat kehidupan lain, baru setelah itu uang bisa
dimanfaatakan.

E. Penggunaan Tingkat Perkembangan Sejarah


Konsep Tata Surya:
1. TEORI GEOCENTRIS
Hipparchus (190-120 SM)
Bumi sebagai pusat edar tata surya. Bulan sebagai planet pertama-merkurius-venus-
matahari-mars-jupiter-saturnus (pada langit kedua sampai ketujuh). Semakin lambat
pergerakannya, jaraknya dari bumi semakin jauh. Semua benda bergerak mengelilingi
bumi dengan kecepatan konstan.
2. TEORI HELIOCENTRIS
Nicolas Copernicus (1473-1543)
Matahari sebagai pusat edar tata surya. Merkurius sebagai planet pertama-venus-
bumi-mars-jupiter-saturnus-uranus-neptunus. Perputaran harian langit akibat
perputaran bumi pada sumbu putarannya dan perubahan tahun langit akibat
perputaran planet mengelilingi matahari.
F. GENERALISASI
Konsep perubahan energi
· Lampu bisa menyala apabila di beri energy listrik
· Kipas angin dapat bergerak apabila dialiri listrik
· Setrika akan panas apadila di aliri energy listrik
Generalisasi: Energi listrik dapat berubah menjadi energy cahaya, energy gerak, dan
energy kalor.

G. Partikularisasi
Contoh partikularisasi pada Kalor Jenis:
Kalor jenis suatu zat adalah banyak kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg zat
sebesar 1˚C atau 1K.
Sebagai contoh, kalor jenis air adalah 4200 J/kg˚C. Itu berarti bahwa kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1˚C adalah 4200 Joule. Kalor jenis air
adalah zat yang kalor jenisnya paling besar. Ini berarti bahwa untuk massa dan kenaikan
suhu yang sama, air dapat mengambil kalor yang lebih besar jika bersentuhan dengan
benda yang suhunya lebih tinggi. Itulah sebabnya air dipilih sebagai cairan pengisi radiator
mobil dan bukan cairan lainnya.

H. Pengabaian Pembedaan Pernyataan Konsep


Contohnya tentang gerak benda:
 Aristotle mengemukakan bahwa, makin besar gaya pada benda, makin besar pula
lajunya.
 Galileo mengemukakan bahwa, sebuah benda akan tetap begerak dengan
kecepatan konstan jika tidak ada gaya yang bekerja untuk merubah gerak ini.
 Hukum 1 Newton: Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak
dengan laju tetap sepanjang garis lurus, kecuali jika diberi gaya total yang tidak
nol.
 Kesimpulan: Setiap benda itu bergerak secara relatif, benda akan tetap pada posisi
awal atau diam, jika tidak ada gaya yang mempengaruhinya, dan benda akan
bergerak jika ada gaya yang mempengaruhinya.
“REDUKSI DIDAKTIK”

1. Kembali pada tahap Kualitatif


Tabel Gerak Lurus Beraturan pada mobil yang bergerak dengan kecepatan tetap yaitu 50
m/s.
Waktu (sekon) 0 1 2 3 4 5
Jarak (m) 0 50 100 150 200 250

 Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa mobil yang bergerak lurus beraturan, akan
bergerak dengan kecepatan konstan yaitu 50 m/s, dan setiap detiknya akan menempuh
jarak yang tetap yaitu sejauh 50 meter.

2. Pengabaian
Pada konsep tumbukan lenting sempurna, secara kefisikaan, kedua benda dikatakan
bertumbukan lenting sempurna jika koefisien restitusi ( e ) sama dengan 1.
 Secara sederhana, dengan mengabaikan koefisien restitusi, dua benda dikatakan
bertumbukan lenting smepurna apabila kedua benda yang bergerak dengan kecepatan
tertentu saling bertumbukan, dan keduanya terpental ke arah yang berlawanan (berbalik
arah). Maka kedua benda tersebut mengalami tumbukan lenting sempurna.

3. Penggunaan penjelasan berupa gambar, simbol, sketsa atau percobaan


Pada konspe pemantulan cahaya pada cermin datar, terdapat hukum pemantulan cahaya
yang ditemukan oleh Snellius, yang berbunyi:
1. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r)
 Dari hukum pemantulan cahaya tersebut, dapat disederhanakn melalui gambar berikut
ini:
Keterangan:
N N : Garis Normal
i : Sudut Datang
i r r : Sudut Pantul

4. Penggunaan Analogi
Pada Hukum III Newton, diaktakan bahwa “Jika sebuah benda mengerjakan gaya terhadap
benda lain, maka bend lain akan mengerjakan gaya yang sama besar dan berlawanan pada
benda tersebut”. Secara matematis dikatakan bahwa:
𝐹𝑎𝑘𝑠𝑖 = −𝐹𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
 Hukum III Newton ini dianalogikan dengan seseorang yang berenang. Bahwa gaya
yang diberikan seseorang untuk mendorong air ke belakang, akan sebanding dengan
gaya yang diberikan oleh air untuk medorong orang tersebut maju ke depan.

5. Penggunaan tingkat perkembangan sejarah


Contohnya pada Hukum Coulumb:
 Hukum Coulomb merupakan hukum yang berkaitan dengan konsep listrik statis. Bunyi
dari Hukum Coulomb adalah “Besar gaya tarik-menarik atau tolak-menolak pada suatu
benda yang memiliki muatan listrik sebanding dengan hasil kali besar muatan listrik
kedua benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua benda tersebut.”
Penemu dari Hukum Coulomb ini adalah oleh seorang fisikawan asal Perancis yang
bernama Charles-Augustin de Coulomb. Ia melakukan percobaan dan akhirnya berhasil
menemukan hubungan antara besar gaya listrik dari dua muatan listrik, besar muatan
listrik dan jarak antara dua muatan listrik dengan menggunakan neraca puntir. Dalam
percobaannya apabila bola kecil diberi muatan listrik sejenis, maka kedua bola tolak-
menolak. Besarnya gaya tolak-menolak sebanding dengan besar sudut puntiran kawat
kecil yang dapat dibaca pada skala. Dari percobaan itulah ia dapat mengemukakan
Hukum Coulomb. Dan untuk menghargai jasanya, nama belakang beliau diabadikan
menjadi nama satuan untuk muatan listrik (q) yaitu Coulomb.

6. Generalisasi
Contohnya pada konsep frekuensi pada dawai:
 Gitar merupakan salah satu alat musik petik yang dapat menghasilkan bunyi. Seperti
yang kita ketahui bahwa setiap senar pada gitar memiliki nada yang berbeda-beda. Dan
disadari ataupun tidak, jika kita perhatikan bahwa massa senar untuk setiap nada itu
berbeda-beda. Fakta ini menyiratkan bahwa massa senar dari senar tersebut dapat
memengaruh frekuensi (nada) yang dihasilkan dari masing-masing senar. Semakin
besar massa suatu senar, maka frekuensi yang dihasilkannya semakin kecil sehingga
nadanya menjadi rendah. Jadi, frekuensi pada dawa secara matematis adalah sebagai
berikut:

𝑛+1 𝐹 .𝑙
𝑓= ( ).√
2𝑙 𝑚
7. Partikularisasi
Contohnya pada Hukum Archimedes:
 Hukum Archimedes berbunyi “Apabila seluruh atau sebagian permukaan benda
dimasukkan atau dicelupkan ke dalam suatu zat cair maka benda tersebut akan
mengalami suatu gaya ke atas yang sama besar dengan berat zat cair yang
dipindahkannya”.
Dari pernyataan Hukum Archimedes tersebut kita mengetahui bahwa benda dapat
mengapung, melayang dan tenggalam di air. Hal itu dapat terjadi karena adanya
perbedaan gaya ke atas yang diberikan oleh air terhadap benda. Ini pun berlaku ketika
kita berada di kolam renang, mengapa teman yang kita angkat di dalam kolam renang
akan lebih terasa ringan dibandingkan bila kita mengangkatnya di udara? Karena,
teman kita tersebut telah mendapatkan gaya ke atas yang diberikan oleh air terhadap
tubuhnya, sehingga kita akan merasa lebih ringan ketika mengangkatnya di dalam air.

8. Pengabaian pembedaan pernyataan konsep


Contohnya pada teori Atom:
 Definisi atom menurut teori dari beberapa para ilmuwan:
1. John Dalton (1803).
Menurut Dalton atom adalah setiap unsur tersusun atas partikel-partikel kecil yang
tidak dapat dibagi lagi.
2. J.J. Thomson (1856-1940).
Menurut Thomson atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif didalamnya
tersebar elektron bermuatan negatif.
3. Rutherford.
Menurut Rutherford, atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil yang bermuatan
positif, dikelilingi oleh eletron yang bermuatan negatif.
4. Neils Bohr.
Menurut Bohr, atom terdiri dari elektron-elektron mengelilingi inti atom pada
lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi.
Kesimpulan:
Pengertian dari Atom adalah partikel-partikel terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi
lagi menjadi bagian yang lebih kecil, yang didalamnya terdapat inti atom yang
bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif.
REDUKSI DIDAKTIK

1. Kembali pada tahapan kualitatif


Berikut ini merupakan grafik tegangan (V) terhadap kuat arus (I) pada tiga buah logam yang
memiliki panjang dan luas penampang yang sama.
V (Volt)
Fe
Al

Cu

I (Ohm)

Penjelasan secara kualitatif :


Grafik V terhadap I di atas menunjukkan besar hambatan pada tiga buah logam konduktor
dengan panjang dan luas penampang yang sama. Grafik tersebut menjelaskan bahwa besi (Fe)
memiliki nilai hambatan yang paling besar dan tembaga (Cu) memiliki hambatan yang paling
kecil karena ketika diberikan tegangan yang sama, ketiga logam tersebut menghantarkan arus
dengan jumlah yang berbeda. Cu merupakan logam penghantar yang paling baik karena dapat
menghantarkan arus dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan Al dan Fe.
2. Pengabaian
Gaya gesek adalah gaya yang selalu berlawanan arah dengan gaya dorong atau gaya tarik yang
menggerakkan benda.
Pengabaian :
Gaya gesek merupakan gaya yang menghambat gerak benda.
3. Penggunaan penjelasan berupa gambar
Dua buah resistor dengan nilai 2 Ohm disusun secara paralel dihubungkan pada sebuah lampu
dan sumber tegangan berupa baterai. Pada rangkaian tersebut di pasang sebuah amperemeter
untuk mengukur kuat arus yang mengalir pada rangkaian.

Penjelasa berupa ilustrasi rangkaian :

Hambatan lampu

A Amperemeter arus listrik


A
Tegangan
4. Penggunaan analogi
Analogi efek rumah kaca
Efek rumah kaca merupakan suatu peristiwa dimana panas yang dipancarkan oleh
matahari yang telah diserap dan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi terhalang oleh gas-
gas rumah kaca seperti CO2 dan SO2 sehingga terperangkap di permukaan bumi dan
menyebabkan suhu bumi meningkat.
Analogi :
Efek rumah kaca yang terjadi pada permukaan bumi diibaratkan seperti efek yang terjadi
pada rumah kaca (green house) pada pertanian yang digunakan agar panas dapat terperangkap
di dalam ruangan rumah kaca tersebut sehingga dapat mempercepat proses pematangan
tanaman yang ada didalamnya. Gas-gas rumah kaca diibaratkan sebagai kaca yang membuat
panas dari matahari terperangkap didalamnya.
5. Penggunaan tingkat perkembangan sejarah
Elektromagnet
Fisika elektromagnetisme merupakan kombinasi fenomena listrik dan magnet. Fisika
elektromagnetisme ini pertama kali dipelajari oleh filsuf Yunani yang bernama Thales yang
menemukan fenomena bahwa bila sebuah batu amber digosok lalu didekatkan pada potongan
jerami maka jerami tersebut kan meloncat-loncat ke batu amber. Berabad-abad setelah
penemuan fenomena ini, sains di bidang listrik dan magnet berkembang sendiri-sendiri sampai
tahun 1820. Pada tahun 1820, Hans Christian Oesterd menemukan hubungan di antara listrik
dan magnet yaitu arus listrik dapat mempengaruhi jarum kompas magnetik.
6. Generalisasi
Energi merupakan suatu kemampuan untuk melakukan usaha. Energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat di ubah dari satu bentuk ke bentuk
lainnya. Bentuk-bentuk energi antara lain energi mekanik (energi kinetik dan energi potensial),
energi kimia, energi listrik, energi bunyi, energi kalor, energi cahaya, energi listrik, dan energi
nuklir.
7. Partikularisasi
Ada bermacam-macam gaya yang ada di alam semesta. Misalnya, ketika sebuah benda di
lempar ke atas, maka setelah mencapai ketinggian tertentu benda tersebut akan kembali lagi
ke bawah. Hal tersebut disebabkan karena adanya gaya gravitasi bumi yang menyebabkan
semua benda tertarik ke pusat bumi. Contoh lain yaitu ketika kita mendorong sebuah meja,
maka kita telah melakukan gaya terhadap benda tersebut. Jadi, gaya merupakan tarikan atau
dorongan yang dilakukan pada sebuah benda.
8. Pengabaian pembedaan pernyataan konsep
Pengertian Bunyi
 Menurut Ir. Marthen Kanginan M. Sc., bunyi adalah suatu bentuk gelombang longitudinal.
 Menurut Agus Taranggono dan Hari Subagya, bunyi dapat merambat kesegala arah dalam
bentuk gelombang longitudinal.
 Menurut www.Organisasi Pendidikan Online.com, bunyi adalah suatu bentuk gelombang
longitudinal yang merambat secara perapatan dan perenggangan terbentuk oleh partikel zat
perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang yang mengalami getaran.
Kesimpulan :
Bunyi dapat merambat ke segala arah dalam bentuk benda dan gelombang longitudinal
yang merambat secara perapatan dan perenggangan terbentuk oleh partikel zat perantara.
Nama : Muhamad Ijharudin

NIM : 1142070044

Semester : IVB

Tugas : Reduksi Didaktik

1. Kembali pada tahap kualitatif

v(m/s)

15

10

s(m)
10 20 30

Berdasarkan grafik v terhadap s diatas dapat disimpulkan bahwa dalam waktu tempuh yang
sama atau konstan kecepatan akan berubah-ubah sesuai dengan besarnya jarak yang
ditempuh. Semakin besar jarak yang ditempuh maka semakin besar pula kecepatannya,
begitu pun sebaliknya semakin kecil jarak yang ditempuh semakin kecil pula kecepatannya.
2. Pengabaian
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan
panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi
elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak Cahaya
adalah paket partikel yang disebut foton. Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian
dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya
dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang penting pada fisika modern.
Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik
dan memicu serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday
dengan penemuan sinar katoda, tahun 1859 dengan teori radiasi massa hitam oleh Gustav
Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig Boltzmann mengatakan bahwa status energi sistem fisik
dapat menjadi diskrit, teori kuantum sebagai model dari teori radiasi massa hitam oleh Max
Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa bahwa energi yang teradiasi dan terserap dapat
terbagi menjadi jumlahan diskrit yang disebut elemen energi, Pada tahun 1905, Albert
Einstein membuat percobaan efek fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom mengeksitasi
elektron untuk melejit keluar dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de
Broglie menunjukkan elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga
tercetus teori dualitas partikel-gelombang. Albert Einstein kemudian pada tahun 1926
membuat postulat berdasarkan efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta yang
disebut foton yang mempunyai sifat dualitas yang sama. Karya Albert Einstein dan Max
Planck mendapatkan penghargaan Nobel masing-masing pada tahun 1921 dan 1918 dan
menjadi dasar teori kuantum mekanik yang dikembangkan oleh banyak ilmuwan, termasuk
Werner Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von Neumann, Paul
Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain.
Sehingga dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa cahaya "dualisme
gelombang-partikel"
3. Penggunaan penjelasan berupa gambar, simbol, sketsa, dan percobaan

Gambar di atas menunjukkan peristiwa gaya tarik dan gaya tolak magnet dimana
ketika magnet sejenis didekatkan maka akan saling tolak-menolak atau gari-garis gaya kedua
magnet tersebut mengarah keluar. Sedangkan ketika dua magnet yang tidak sejenis
didekatkan kedua magnet akan saling tarik menarik yang dilukiskan dengan garis gaya dari
magnet kutub utara masuk ke magnet kutub selatan.
4. Penggunaan analogi
Tekanan pada zat cair berhubungan dengan kedalamannya dimana semakin dalam
keadaan zat cair maka semakin besar pula tekanannya begitupun sebaliknya. Hal ini dapat
dianalogikan dengan seorang anak yang saling bertumpukkan dimana anak yang berada
diposisi paling bawah akan menerima tekanan yang semakin besar dibandingkan dengan
teman yang berada diatasnya.
5. Penggunaan tingkat pengembangan sejarah
Konsep Tata Surya:
1. TEORI GEOCENTRIS
Hipparchus (190-120 SM)
Bumi sebagai pusat edar tata surya. Bulan sebagai planet pertama-merkurius-venus-
matahari-mars-jupiter-saturnus (pada langit kedua sampai ketujuh). Semakin lambat
pergerakannya, jaraknya dari bumi semakin jauh. Semua benda bergerak mengelilingi
bumi dengan kecepatan konstan.
2. TEORI HELIOCENTRIS
Nicolas Copernicus (1473-1543)
Matahari sebagai pusat edar tata surya. Merkurius sebagai planet pertama-venus-bumi-
mars-jupiter-saturnus-uranus-neptunus. Perputaran harian langit akibat perputaran bumi
pada sumbu putarannya dan perubahan tahun langit akibat perputaran planet mengelilingi
matahari.
6. Generalisasi
Energi Mekanik
Dari uraian yang kompleks
Ketika kita melemparkan sebuah bola vertikal ke atas dan amati sampai jatuh lagi ke
lantai,Ketika bola bergerak ke atas, kecepatan bola semakin lama semakin melambat dan
ketinggian bola semakin besar. Pada ketinggian tertentu, bola berhenti sesaat dan kembali
lagi ke bawah dengan kecepatan yang semakin besar. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa
energi gerak semakin lama semakin kecil sampai menjadi nol ketika berhenti sesaat pada
ketinggian tertentu.
Energi gerak (Ek) tersebut ternyata berubah menjadi energi potensial gravitasi (Ep)
sampai akhirnya mencapai maksimum. Begitu pula sebaliknya, energi potensial gravitasi
semakin kecil ketika bola tersebut bergerak ke bawah. Adapun energi geraknya semakin
besar dan mencapai maksimum ketika sampai di lantai, tetapi energi potensial gravitasinya
menjadi nol ketika sampai di lantai. Setelah diam di lantai, semua energi mekanik benda
habis. Apabila benda selama bergerak naik dan turun hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi,
besar energi mekanik selalu tetap. Dengan kata lain, jumlah energi potensial dan energi
kinetik selalu tetap. Pernyataan itu disebut Hukum Kekekalan Energi Mekanik.
Uraian sederhana
Jadi dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa energi potensial merupakan
energi yang berdasarkan kedudukannya artinya semakin tinggi suatu benda maka semakin
besar pula energi potensialnya, dan energi mekanik berdasarkan kecepatannya artinya
semakin cepat suatu benda maka semakin besar juga energi kinetiknya
7. Partikulasi
Konveksi atau aliran dalam kalor
Uraian Sederhana
Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-
partikel zat tersebut.
Uraian Kompleks
Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat. kita dapat memahami peristiwa
konveksi, antara lain:
1. Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal sistem pemanasan air, sistem
aliran air panas.
2. Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya angin darat dan angin
laut, sistem ventilasi udara, untuk mendapatkan udara yang lebih dingin dalam ruangan
dipasang AC atau kipas angin, dan cerobong asap pabrik.
Angin laut dan angin darat merupakan contoh peristiwa alam yang melibatkan arus
konveksi pada zat gas. Pada siang hari daratan lebih cepat panas daripada lautan. Hal ini
mengakibatkan udara panas di daratan akan naik dan tempat tersebut diisi oleh udara dingin
dari permukaan laut, sehingga terjadi gerakan udara dari laut menuju ke darat yang biasa
disebut angin laut. Angin laut terjadi pada siang hari, biasa digunakan oleh nelayan
tradisional untuk pulang ke daratan. Pada malam hari daratan lebih cepat dingin daripada
lautan. Hal ini mengakibatkan udara panas di permukaan air laut akan naik dan tempat
tersebut diisi oleh udara dingin dari daratan, sehingga terjadi gerakan udara dari darat menuju
ke laut yang biasa disebut angin darat. Angin darat terjadi pada malam hari, biasa digunakan
oleh nelayan tradisional untuk melaut mencari ikan.
8. Pengabaian pembeda pernyataan konsep
1. Teori atom menurut Leokippos dan Demokratos
Atom adalah suatu partikel yang paling kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.
2. Teori atom menurut Aristoteles
Atom adalah suatu materi yang dapat dibagi-bagi secara terus-menerus atau sekecil-
kecilnya tanpa batas.
3. Teori atom menurut Dalton
a. Senyawa terbentuk dari gabungan dua atau lebih atom yang berbeda
b. Atom adalah materi yang tersusun dari partikel-partikel yang terkecil
c. Atom tidak dapat diciptakan dan juga tidak dapat dimusnahkan serta tidak dapat dipecah
atau diperkecil lagi dengan sifat yang sama
d. Unsur disusun oleh dua atau lebih atom yang sama, di mana setiap unsur memiliki sifat
dan bentuk yang berbeda
e. Reaksi kimia adalah penggabungan yang disertai pemisahan atom-atom dari unsur atau
senyawa pada pereaksian tersebut.
Jadi atom adalah Partikel terkecil yang dibagi-bagi yang tidak dapat dipecah atau
dimusnahkan

1. Mengapa kapal selam dapat tenggelam dan terapung di air laut?


Untuk dapat menjawab pertanyaan ini kita harus menguasai konsep massa jenis. Dimana
ketika kapal selam terapung massa jenis total kapal selam lebih kecil dari air laut, dan
ketika kapal selam tenggelam massa jenis total lebih besar dari air laut. Kapal selam
memiliki tangki pemberat yang berisi air dan udara. Tangki tersebut terletak diantara
lambung kapal sebelah dalam dan luar. Tangki itu dapat berfungsi memperbesar atau
memperkecil massa jenis total kapal selam. Ketika air laut dipompa masuk tangki
pemberat, massa jenis total kapal selam akan menjadi lebih besar dan sebaliknya agar
massa jenis total kapal selam menjadi kecil maka air laut dipompa keluar

2. Bagaimana para ahli geologi dapat memisahkan biji yang mengandung uranium dari
granit, padahal uranium dalam granit itu menyatu?
Para ahli geologi memanfaatkan sifat benda terapung, melayang, dan tenggelam di dalam
zat cair. Benda yang terapung berarti massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis zat cair.
Benda melayang berarti massa jenisnya sama dengan massa jenis zat cair. Sedangkan
benda yang tenggelam berarti massa jenisnya lebih besar dari massa jenis zat cair. Nah
disini pada biji tersebut itu dipecah-pecah menjadi kecil, kemudian dimasukkan ke dalam
zat cair yang terbuat dari kromoform yang massa jenisnya 4.000 kg/m3 . Akhirnya granit
mengapung karena massa jenisnya lebih kecil, yaitu 2.700 kg/m3 , dan uranium tenggelam
karena massa jenisnya 7.000 kg/m3.

3. Apa yang terjadi apabila 2 gaya berlawanan sama besar bekerja pada sebuah balok
di lantai mendatar yang licin?
Karena resultan kedua gaya R = 0, maka benda memiliki dua kemungkinan yaitu :
1. diam atau,
2. bergerak dengan kecepatan tetap
Mengapa demikian?
Gabungan kedua gaya tersebut tentu = nol, dan karena gaya yang searah dengan kecepatan
menyebabkan benda bergerak makin cepat dan satu gaya lain menyebabkan benda bergerak
makin lambat, sehingga benda itu kemungkinan diam atau bergerak dengan kecepatan
tetap. Kecepatan benda nol atau diam jika semula benda diam dan kemungkinan lainnya
benda bergerak dengan kecepatan tetap, karena semula benda tersebut bergerak.
“ Benda yang diam cenderung diam, benda yang bergerak cenderung bergerak dengan
kecepatan tetap apabila resultan gaya pada benda tersebut sama dengan nol seimbang “.
Ungkapan ini pertama kali dikemukakan oleh Newton dalam hukumnya yang pertama
sehingga disebut hukum I Newton (hukum kelembaman Newton). Dari hukum I tersebut
dapat dibalik penulisannya sebagai berikut.
“ Jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol, maka benda tersebut dalam keadaan diam
atau bergerak dengan kecepatan tetap. Konsep diam menjadi sangat penting apabila kita
berbicara tentang keseimbangan “.
Telah disinggung bahwa gaya yang searah dengan gerak menyebabkan gerak benda makin
cepat (gerak benda dipercepat) sedangkan gaya yang melawan arah gerak menyebabkan
benda bergerak makin lambat (gerak benda yang diperlambat). Perlambatan atau
percepatan diberi notasi a berasal dari akselerasi, dan merupakan besaran yang mempunyai
arah. Bila arah a searah kecepatan gerak, maka gerak benda dipercepatan. Bila arah a
melawan kecepatan, gerak benda diperlambatan.

4. Mengapa gerakan kereta api atau kereta listrik ketika di atas lintasan rel bergerak
dengan laju tetap?
Karena kereta api bergerak pada lintasan yang lurus, maka kereta api mengalami gerak
lurus. Jika masinis menjalankan kereta api dengan kelajuan tetap maka untuk selang waktu
yang sama, kereta api akan menempuh jarak yang sama. Nah gerak yang dialami oleh
kereta api tersebut menggunakan konsep Gerak lurus Beraturan (GLB), GLB adalah gerak
suatu benda pada lintasan yang lurus dimana pada setiap selang waktu yang sama, benda
tersebut menempuh jarak yang sama.

5. Bagaimana perangkat ponsel dapat terhubung dengan perangkat ponsel yang lain
padahal mereka saling berjauhan?
Konsep yang bisa menjelaskan fenomena ini adalah konsep gelombang elektromagnetik.
Dimana gelombang elektromagnetik membahas dua hukum dasar yang menghubungkan
gejala kelistrikan dan kemagnetan. Pertama arus listrik dapat menghasilkan (menginduksi)
medan magnet.ini dikenal sebagai gejala induksi magnet. Kedua, medan magnet yang
berubah ubah terhadap waktu dapat menghasilkan (menginduksi) medan listrik dalam
bentuk arus listrik. Gejala ini dikenal dengan gejala induksi elektromagnetik. Medan
magnet yang berubah terhadap waktu dapat membangkitkan medan listrik yang juga
berubah-ubah terhadap waktu, dan medan listrik yang berubah terhadap waktu juga dapat
menghasilkan medan magnet. Jika proses ini berlangsung secara kontinu maka akan
dihasilkan medan magnet dan medan listrik secara kontinu. Jika medan magnet dan medan
listrik ini secara serempak merambat (menyebar) di dalam ruang ke segala arah maka ini
merupakan gejala gelombang. Gelombang semacam ini disebut gelombang
elektromagnetik karena terdiri dari medan listrik dan medan magnet yang merambat dalam
ruang.

6. Soal Definisi
Bila arah F searah dengan v (kecepatan) maka gerak benda semakin cepat, berarti arah a
searah v, searah juga dengan F. Sebaliknya bila arah F melawan arah v, gerak benda makin
lambat/diperlambat). Arah a melawan v, arah F melawan v, sehingga arah a searah F.
Kesimpulan arah percepatan a selalu searah dengan resultan gaya F.
“ Percepatan yang timbul pada sebuah benda sebanding dan searah dengan resultan gaya
serta berbanding terbalik dengan massa. “
Pernyataan ini disebut Hukum II Newton

7. Soal hitungan
Pegas digantungi beban bermassa 1 kg sehingga pegas mengalami pertambahan panjang 2 cm.
Jika percepatan gravitasi 10 m/s 2 , tentukan :
(a) konstanta pegas
(b) usaha yang dilakukan oleh pegas pada beban

Dik :
 Massa (m) = 1 kg
 Percepatan gravitasi (g) = 10 m/s 2
 Pertambahan panjang pegas (x) = 2 cm = 0,02 meter
Dit :
konstanta pegas dan usaha yang dilakukan oleh gaya pegas
Jawab :
a) Konstanta pegas a) Usaha yang dilakukan oleh gaya
Rumus hukum Hooke :
pegas
F=kx
Balik rumus ini untuk menghitung konstanta W=–½kx2
pegas :
W = – ½ (500)(0,02) 2
F
k  W = – (250)(0,0004)
X
w W = -0,1 Joule

x Usaha yang dilakukan oleh gaya pegas pada
mg beban bernilai negatif karena arah gaya pegas

x
berlawanan dengan dengan arah
(1)(10)
k= = 500 Newton/meter
0.02 perpindahan beban.
Nida Robiah Al Adawiyah
1142070052
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Satuan Pendidikan : SMP N Bali
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VIII/I
Materi pokok : 3.7 Mendeskripsikan zat aditif (alami dan buatan) dalam makanan dan
minuman (segar dan dalam kemasan), dan zat adiktif-psikotropika serta
pengaruhnya terhadap kesehatan
Alokasi waktu : 5 jam pelajaran (2 x pertemuan)

A. Kompetensi Inti:
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar (KD):
3.7 Mendeskripsikan zat aditif (alami dan buatan) dalam makanan dan minuman (segar dan
dalam kemasan), dan zat adiktif-psikotropika serta pengaruhnya terhadap kesehatan.
4.7 Menyajikan data, informasi, dan mengusulkan ide pemecahan masalah untuk menghindari
terjadinya penyalahgunaan zat aditif dalam makanan dan minuman serta zat adiktif-
psikotropika
Indikator:
3.7.1 Dapat menyebutkan contoh bahan aditif pada makanan
3.7.2 Menjelaskan fungsi penggunaan bahan aditif dalam makanan
3.7.3 Menjelaskan solusi pengganti bahan aditif
3.7.4 Menjelaskan macam dan efek penggunaan bahan adiktif bagi kesehatan
3.7.5 Menjelaskan pengaruh psikotropika terhadap kesehatan
4.7.1. Menyajikan informasi jenis-jenis bahan aditif yang dipakai pada suatu produk makanan
4.7.2. Mengusulkan ide pengganti bahan aditif tertentu yang lebih aman bagi kesehatan
4.7.2. Mengusulkan ide pemecahan masalah peredaran zat adiktif psikotropika di Indonesia
C. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui pengamatan beberapa jenis makanan yang disajikan oleh guru, siswa dapat
menyebutkan contoh zat aditif yang digunakan dalam beberapa makanan.
2. Melalui percobaan dari beberapa jenis makanan yang disajikan oleh guru, siswa dapat
menyebutkan fungsi penggunaan zat aditif pada bahan makanan.
3. Melalui pengamatan pada video atau tayangan lain yang ditunjukkan oleh guru
mengenai zat adiktif, maka siswa dapat mengetahui bahaya zat adiktif bagi kesehatan
tubuh.

D. Materi Pembelajaran
1. Zat Aditif dan Zat Adiktif
 Zat aditif (alami dan buatan) dalam makanan dan minuman
 Zat adiktif-psikotropika

E. Metode pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific
2. Metode pembelajaran : Diskusi dan Eksperimen
3. Model pembelajaran : Discovery Learning

F. Media
1. Alat/bahan : papan tulis, spidol, infocus, computer.
2. Media pembelajaran : LKS
3. Sumber belajar : buku, guru, LKS, akses internet, lingkungan sekitar.

G. Langkah-langkah kegiatan pebelajaran


Pertemuan pertama 3 JP(3 JP x 40 menit=120 menit)
1. Kegiatan pendahuluan(10 menit):
 Guru membuka pelajaran.
 Guru melakukan apersepsi dan motivasi dengan menunjukkan fenomena atau
mengajukan pertanyaan yang relevan dengan materi yang akan dipelajari.
Misalnya: Guru mengajukan pertanyaan apakah kalian suka menggunakan saos
saat makan bakso? Menurut kalian saos tersebut berwarna merah secara alami
ataukah ditambah bahan pewarna? Setelah siswa menjawab maka dapat
dilanjutkan pertanyaan, apakah bahan makanan yang diberi zat pewarna itu
aman?
 Guru menyampaikan kepada peserta didik tujuan pembelajaran dengan
menuliskan dipapan tulis.

2. Kegiatan inti(90 menit):


a. Pembahasan Tugas dan Identifikasi Masalah(5 menit)
 Menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan yaitu
eksperimen atau percobaan pada beberapa bahan makanan untuk mengetahui
bahan aditif dan fungsinya serta bahaya atau tidaknya bagi tubuh kita.
 Membagi siswa menjadi 10 kelompok.
 Diskusi kelompok untuk mengkaji LKS mengenai materi zat aditif dan
mengidentifikasi konsep yang harus diperoleh melalui percobaan.
b. Observasi(10 menit)
 Melakukan percobaan untuk mengetahui bahan zat aditif yang aman
Menyelidiki Pewarna pada Makanan yang Aman bagi Tubuh
Pastikan pewarna pada makanan yang kalian konsumsi adalah pewarna yang aman.
Apa yang harus disiapkan?
1. Bahan makanan berpewarna yang akan di uji (saus tomat, cincau, cendol, dan lain-
lain) masing masing 50 gram
2. Air 50 ml
3. Pistil dan mortar
4. Pipet
5. Benang wol
6. Kaki tiga
7. Kawat kasa
8. Pemanas Bunsen/lampu spirtus
9. Gelas beker (gelas kimia)
10. Deterjen
Apa yang harus dilakukan?
1. Campurkan 50 g bahan makanan yang akan diuji dengan 50 ml air, kemudian
haluskan.
2. Masukkan masing-masing bahan makanan yang akan diuji ke dalam gelas beker yang
berbeda.
3. Celupkan beberapa potongan benang wol ke dalam masing-masing gelas beker.
4. Panaskan masing-masing gelas beker dengan pemanas bunsen/lampu spiritus.
Pastikan kaki 3, kawat kassa, dan gelas beker tersusun dengan benar. Berhati-hatilah
saat menyalakan Bunsen. Gunakan sarung tangan tahan panas untuk mengangkat gelas
beker yang telah dipanaskan.
5. Dinginkan sampai benar-benar dingin
6. Ambil benang wol yang telah dicelupkan pada larutan bahan makanan. Cucilah
benang wol tersebut dengan deterjen.
7. Bandingkan hasilnya dalam tabel dengan memberi tanda centang (√) sesuai dengan
hasil pengamatan. Pewarna makanan yang aman dikonsumsi akan hilang dari benang
saat benang dicuci.
No Jenis Bahan Warna Hilang Warna tidak Hilang
1.
2.
3.
4.
5.
Apa yang dapat kamu simpulkan?

LEMBAR KERJA SISWA


dikonsumsi tubuh dangan mengikuti lembar kerja seperti dibawah ini:
c. Pengumpulan data(15 menit)
 Siswa mengamati percobaan dan mencatat data pengamatan pada
kolom yang tersedia pada LKS
d. Pengolahan data dan analisis(30 menit)
 Mengolah dan menganalisis data dari setiap percobaan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS
e. Verifikasi(25 menit)
 Presentasi hasil percobaan
 Diskusi mengenai konsep zat aditif berdasarkan hasil data hasil
percobaan
f. Generalisasi(5 menit)
 Membuat kesimpulan tentang hasil percobaan yang telah dikaitkan
dengan konsep zat aditif.
3. Kegiatan Penutup(20 menit):
a. Siswa dan guru mereview atau menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran.
b. Guru memberikan penghargaan (misalnya pujian atau bentuk penghargaan lain
yang relevan) kepada kelompok yang berkinerja baik.
c. Siswa menjawab kuis (evaluasi/umpan balik) tentang zat aditif.
d. Melakukan refleksi.
e. Melaksanakan program tindak lanjut yaitu berupa program remedial dan
pengayaan: Hasil tes dianalisis untuk mengetahui ketercapaian ketercapaian KKM,
serta mengidentifkasi indikator-indikator mana yang belum dicapai peserta didik
atau materi-materi yang belum dikuasai oleh peserta didik. Bagi peserta didik yang
belum mencapai KKM diberi remidial yaitu mempelajari kembali materi yang
belum dikuasai dengan dibimbing guru. Pelaksanaan remidial dilakukan satu
minggu setelah tes akhir bab dijadwalkan pada waktu tertentu misalnya setelah jam
sekolah berakhir selama 30 menit. Bagi peserta didik yang sudah memenuhi KKM
namun masih belum memasuki bab berikutnya, maka diberi program pengayaan
misalnya melalui program pemberian tugas yang lebih menantang (challence).
Pelaksanaan program pengayaan dan remidial dapat dilaksanaan dalam waktu yang
bersamaan.
f. Pemberian tugas untuk mempelajari kelebihan dan kekurangan memakai bahan pewarna
alami (zat aditif) dalam kehidupan sehari-hari dan tugas meresume materi zat adiktif
(psikotropika)
g. Menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya yaitu materi zat adiktif
(psikotropika).
Pertemuan Kedua 2 JP(2 JP x 40 menit=80 menit)
1. Kegiatan Pendahuluan(5 menit)
 Guru membuka pelajaran.
 Pemusatan perhatian : dengan ditampilkan beberapa gambar zat adiktif.
 Apersepsi : dengan menanyakan apa yang kalian ketahui tentang zat adiktif?
Apakah zat adiktif sama dengan zat aditif yang telah kita pelajari
sebelumnya?
 Guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi ini.
2. Kegiatan Inti (60 menit)
 Mencari informasi dan diskusi kelompok untuk mengidentifikasi zat adiktif yang
sering muncul dalam berita pada kehidupan sehari- hari.
 Penyamaan persepsi tentang bahaya zat adiktif bagi kesehatan tubuh.
 Diskusi mengenai macam-macam benda/tumbuhan yang termasuk zat adiktif,
dampak/efek yang ditimbulkan jika sering mengkonsumsi zat adiktif.
 Mencari informasi dan mendiskusikan apa upaya yang harus dilakukan untuk
pencegahan penyalahgunaan pemakaian zat adiktif/psikotropika.
 Mencatat hasil yang diperoleh dari diskusi yang dilakukan.
 Menganalisis data yang telah didapatkan.
 Mempresentasikan tiap kelompok perwakilan 2 orang maju ke depan kelas untuk
menjelaskan apa yang kelompok mereka ketahui tentang materi zat adiktif.
 Menyimpulkan apa yang telah mereka dapatkan dari pembelajaran mengenai zat
adiktif dan psikotropika.
 Kemudian guru memberikan refleksi mengenai materi yang telah didiskusikan
dalam pembelajaran sebelumnya dengan memutarkan video tentang zat adiktif
dan psikotropika.

3. Kegiatan Penutup
 Siswa dan guru mereview atau menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran.
 Guru memberikan penghargaan (misalnya pujian atau bentuk penghargaan lain
yang relevan) kepada kelompok yang berkinerja baik.
 Siswa menjawab kuis (evaluasi/umpan balik) materi tentang zat adiktif dan
psikotropika.
 Melakukan refleksi.
 Melaksanakan program tindak lanjut yaitu berupa program remedial dan
pengayaan: Hasil tes dianalisis untuk mengetahui ketercapaian ketercapaian
KKM, serta mengidentifkasi indikator-indikator mana yang belum dicapai peserta
didik atau materi-materi yang belum dikuasai oleh peserta didik. Bagi peserta
didik yang belum mencapai KKM diberi remidial yaitu mempelajari kembali
materi yang belum dikuasai dengan dibimbing guru. Pelaksanaan remidial
dilakukan satu minggu setelah tes akhir bab dijadwalkan pada waktu tertentu
misalnya setelah jam sekolah berakhir selama 30 menit. Bagi peserta didik yang
sudah memenuhi KKM namun masih belum memasuki bab berikutnya, maka
diberi program pengayaan misalnya melalui program pemberian tugas yang lebih
menantang (challence). Pelaksanaan program pengayaan dan remidial dapat
dilaksanaan dalam waktu yang bersamaan.
 Pemberian tugas untuk mempelajari lebih lanjt tentang upaya pencegahan
penyalahgunaan zat adiktif (psikotropika).
 Menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya
H. Evaluasi/Penilaian.
Pengamatan Perilaku Ilmiah

No Aspek yang dinilai 3 2 1 Keterangan


1 Rasa ingin tahu (curiosity)
2 Ketelitian dan kehati-hatian dalam
melakukan percobaan
3 Ketekunan dan tanggungjawab dalam
belajar dan bekerja baik secara
individu maupun berkelompok
4 Keterampilan berkomunikasi pada
saat belajar

Rubrik Penilaian Perilaku


No Aspek Rubri
yang k
1. dinilai
Menunjukkan 3: menunjukkan rasa ingin tahu yang besar, antusias, aktif
rasa ingin tahu dalam dalam kegiatan kelompok
2: menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu
antusias, dan baru terlibat aktif dalam kegiatan
kelompok ketika disuruh
1: tidak menunjukkan antusias dalam pengamatan,
sulit terlibat aktif dalam kegiatan kelompok
2. Ketelitian dan 3. walaupun
mengamati telah didorong
hasil untuk
percobaan terlibat
sesuai prosedur, hati-hati
hati-hati dalam
melakukan percobaan
3. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur, kurang
hati- hati dalam melakukan percobaan
1. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur, kurang
3 Ketekunan dan 3: tekun dalam menyelesaikan tugas dengan hasil terbaik
hati- hati dalam melakukan percobaan
tanggungjawab yang
dalam belajar bisa dilakukan, berupaya tepat waktu.
dan bekerja 2: berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan tugas,
baik secara namun belum menunjukkan upaya terbaiknya
individu 1: tidak berupaya sungguh-sungguh dalam
4 maupun
Berkomunikasi 4. menyelesaikan tugas,
aktif dalam tanya dan tugasnya
jawab, tidak selesaigagasan
dapat mengemukaan
berkelompok atau ide, menghargai pendapat siswa lain
3. aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukaan
gagasan atau ide, menghargai pendapat siswa lain
1. aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukaan
gagasan atau ide, kurang menghargai pendapat siswa
lain
b. Lembar Pengamatan Keterampilan Praktikum

Peniaian keterampilan

Keterampilan
No yang dinilai Skor Rubrik
1 Cara mencampurkan bahan makanan 3 Mencampurkan dengan berani
yg diuji dalam air karena telah mengerti maksud
dari langkah-langkahnya
2 Mencampurkannya dengan
banyak menanya ke teman
lain.
1 Mencampurkannya dengan
ragu-ragu
2 Cara memasukkan bahan makanan ke 3 - Dengan hati-hati
dalam beberapa gelas beker - Dengan cermat
- Sesuai prosedur
2 - Dengan hati-hati
- Dengan cermat
- Tidak sesuai prosedur
1 - Asal-asalan
- Tidak hati-hati

3 Cara menyelupkan potongan benang 3 - Dengan hati-hati


wol kedalam gelas beker - Dengan cermat
- Sesuai prosedur
2 - Dengan hati-hati
- Dengan cermat
- Tidak sesuai prosedur
1 - Asal-asalan
- Tidak hati-hati
4 Cara menyusun kaki3 kawat kassa 3 - Rapi
dan gelas beker - Sesuai perintah guru
2 - Sesuai perintah guru
-
1 - Asal-asalan
5 Cara mengangkat gelas beker yang 3 - Hati-hati
telah dipanaskan
2 - Kurang hati-hati
1 - Tidak hati-hati
6 Cara mengembil benang wol 3 - Sesuai prosedur
- Sesuai peintah guru
2 - Sesuai perintah guru
1 - Asal-asalan

Penilaian keseluruhan aspek


No. Aspe Rubri
1 Perencanaan:k 10. Jika alat dan bahank lengkap dan sesuai
Persiapan alat dan bahan dengan gambar rancangan yang
yang dibutuhkan dipersiapkan
6. Jika alat dan bahan lengkap tetapi
kurang sesuai dengan gambar
rancangan yang dipersiapkan
2 Rancangan : 20. Jikaalat
2. Jika rancangan terdapat
dan bahan kuranggambar rancangan,
lengkap
- Gambar Rancangan alur kerja dan cara penggunaan alat
- Alur kerja dan yang sesuai
deskripsi 10. Jika rancangan terdapat gambar rancangan,
- Cara penggunaan alat alur kerja dan cara penggunaan alat
tetapi kurang sesuai
5. Jika rancangan terdapat gambar rancangan,
alur kerja dan cara penggunaan alat
tetapi tidak lengkap
3 Laporan 20. Sistematika laporan sesuai dengan kriteria,
- Kebermanfaatan isi laporan bermanfaat dan
Laporan kesimpulan sesuai
- Sistematika Laporan 10. Sistematika laporan sesuai dengan
- Kesimpulan kriteria, isi laporan kurang bermanfaat,
kesimpulan kurang sesuai
5. Hanya satu aspek yang terpenuhi

Anda mungkin juga menyukai