Anda di halaman 1dari 17

Pembelajaran IPA di SD

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
     Dalam pendidikan yang paling ditekankan adalah prosesnya, karena pendidikan
merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung dari diri peserta
didik (Idris Jauhari). Oleh karena itu pendidikan sangat menekankan pada proses belajar
mengajarnya.
            Tugas guru sebagai fasilitator dan juga mengajar tentu saja tidak dapat dilakukan
sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar
bisa bertindak secara tepat. Teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi
langkah prosedur pembelajaran, namun bisa memberi arah prioritas-prioritas dalam tindakan
guru.
Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan pertama yang dimasuki anak. Pada
jenjang ini anak diajarkan berbagai mata pelajaran untuk membekali mereka agar memiliki
kemampuan dasar untuk melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi dan sebagai bekal hidup
sehari-hari. Salah satunya adalah mata pelajaran IPA. Mata pelajaran IPA adalah salah satu
komponen mata pelajaran yang mempunyai fungsi, tujuan dan ruang lingkup tersendiri, serta
mempunyai peran yang sangat luas dalam semua aktivitas kehidupan manusia.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian Teori Belajar?
2.    Bagaimana Teori Belajar Piaget dan penerapannya dalam pembelajaran IPA?
3.                      Bagaimana Model Belajar Brunner dan penerapannya dalam pembelajaran IPA?
4.    Bagaimana Teori Belajar Gagne dan penerapannya dalam pembelajaran IPA?
5.                      Bagaimana Teori Belajar Ausubel dan penerapannya dalam pembelajaran IPA?

C.  Tujuan
1.        Mengetahui dan memahami arti Teori Belajar.
2.        Mengetahui, memahami dan dapat menerapkan Teori Belajar Piaget dalam pembelajaran
IPA.
3.        Mengetahui, memahami dan dapat menerapkan Model Belajar Brunner dalam pembelajaran
IPA.
4.        Mengetahui, memahami dan dapat menerapkan Teori Belajar Gagne dalam pembelajaran
IPA.
5.        Mengetahui, memahami dan dapat menerapkan Teori Belajar Ausubel dalam pembelajaran
IPA.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Teori Belajar
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam
dunia nyata dinyatakan oleh Mc Keachie dalam grendel 1991:5 (Hamzah Uno,
2006:4).  Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat
proposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri
dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari,
dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya.
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar,
dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar
memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan.  Namun bagaimana melibatkan
individu secara aktif  membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi
suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah
seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur
dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.  
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian
kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang
akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

B.       Teori Belajar Piaget Dalam Pembelajaran IPA


1.    Teori Belajar Piaget
Piaget mempunyai nama lengkap Jean Piaget, lahir di Swiss tepatnya di Neuchatel pada
tahun 1896. Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak
membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam
pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar
bergantung kepada seberapa jauh anak anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi
informasi. Kecenderungan anak-anak SD beranjak dari hal-hal yang konkrit, memandang
sesuatu kebutuhan secara terpadu. Teori Piaget menguraikan perkembangan kognitif dari bayi
sampai dewasa. Dalam pandangan Piaget, struktur kognitif merupakan kelompok ingatan
yang tersusun dan saling berhubungan, aksi dan strategi yang dipakai oleh anak-anak
untuk memahami dunia sekitarnya. Pada bayi, struktuf kognitif yang dimiliki adalah refleks.
Contoh: bayi secara otomatis mengisap benda–benda yang menyentuh bibirnya. Selain
mengisap, menjangkau, menyepak, melihat dan memukul merupakan kegiatan sensorimotor
yang terorganisir. Struktur kognitif ini cepat dimodifikasi ketika bayi tumbuh dan berinteraksi
dengan dunia. Pada masa anak-anak sudah mulai ada pemahaman dan kegiatan mental.
Proses kognitif pada bayi dimulai dengan mempunyai respon mengisap, respon melihat,
respon menggapai, respon  memegang yang berfungsi secara terpisah. Lama-lama respon ini
diorganisasikan ke dalam sistem yang lebih tinggi, yang merupakan koordinasi dari respon-
respon tersebut. Contoh: bayi yang menjangkau botol susu memasukkannya kedalam
mulutnya untuk diisap.

2.    Tahapan Perkembangan Kognitif Teori Piaget


Ada empat tahapan perkembangan mental anak secara berurutan, di antaranya adalah:
1.    Tahap Sensori Motor
Salah satu ciri khusus anak pada usia ini adalah penguasaan, yang Piaget sebut
sebagai konsep objek, suatu pengertian bahwa benda atau objek itu ada dan merupakan
kekhasan dari benda tersebut, dan akan tetap ada walaupun benda tersebut tidak tampak atau
tidak dapat di pegang/ diraba ole anak. Selain ciri di atas, tidak ada bahasa pada awal tahapan
ini tetapi ada permulaan simbolisasi. Piaget beranggapan bahwa representasi internal dari
benda atau kejadian dihasilkan melalui imitasi.
Ada tiga kemampuan penting yang dicapai anak pada masa sensori motor ini yaitu:
a)        Kemampuan mengontrol secara internal,yaitu terbentuknya kontrol dari dalam pikirannya
terhadap dunia nyata. Dengan kata lain, sampai dengan usia dua tahun anak mengalami
pergantian persepsi dari motor murni ke arah gambaran yang berupa simbol (lambang).
b)       Perkembangan konsep kenyataan. Pada akhir tahap ini anak akan menyadari bahwa dunia ini
ada dan tetap ada, sehingga anak akan mengetahui bahwa benda itu ada.
c)        Perkembangan pengertian beberapa sebab dan akibat.
2.    Tahap Pre-operasional
Dilihat dari segi perkembangan bahasa, tahapan ini merupakan tahapan yang amat
menakjubkan. Dimulai dari anak yang baru bisa mengatakan satu dua patah kata sehingga
menjadi anak yang dapat menyusun suatu kalimat. Anak tidak akan memiliki kemampuan
berfikir yang operasional sampai anak mencapai usia tujuh tahun dan kadang-kadang di sebut
dengan tahapan intuisi. Selain itu anak usia ini masih berfikir animisme mereka masih
menganggap beberapa benda tak hidup sebagai benda hidup. Sebagai conntohnya mereka
sering mengatakan bahwa matahari sebagai benda hidup karena dia bergerak. 
Pada tahapan ini anak dibekali oleh beberapa pengamatan mereka tertipu oleh penampakan
segumpal tanah liat yang pertama kali dibentuk menjadi bola dan diubah menjadi lempengan.
Mereka belum mengetahui walaupun bentuknya berbeda namun substansi atau materinya
sama. Piaget menamakannya sebagai konservasi substansi (materi). Pada usia ini anak belum
mengerti bahwa bejana yang pendek dan lebar memiliki lebih banyak cairan dibanding
dengan sebuah botol kecil dan tinggi. Piaget menyebutkan hal ini sebagai konservasi volume
cairan. Anak juga belum mengerti bahwa kalau benda ditebarkan ke daerah yang luas, jumlah
benda tersebut tidak bertambah. Piaget menyebutnya sebagai konservasi jumlah permainan.
Keterbatasan lain anak pada usia ini adalah belum bisa membuat urutan berseri, dan anak
berfikir satu-satu secara berpasangan. Keterbatasan konsep tersebut diatas membatasi anak
pada tahapan ini dari pengertian-pengertian bentuk, ukuran, waktu, dan jumlah.

3.    Tahapan Konkret Operasional
Tahapan ini berawal ada anak usia 6/ 7 tahun ddan berakhir pada usia 11 tahun. Pada tahap
ini pula telah terjadi perubahan-perubahan walaupun masih ada juga keterbatasannya.
Perubahan yang sangat mendasar adalah perubahan dari pemikiran yang kurang logis ke
pemikiran yang lebih logis. Operasi yang mendasari pemikirannya berdasarkan pada yang
konkret atau nyata: dapat dilihat, diraba, atau dirasa, atau dirasa, dari suatu benda atau
kejadian, sehingga tahapan ini disebut sebagai tahapan ini disebut sebagai tahap konkret
operasional. Anak pada usia ini telah menyadari bahwa jumlah atau volume suatu benda tidak
akan berubah apabila tidak terjadi penambahan maupun pengukuran, selain perubahan-
perubahan bentuk atau perubahan ketentuan (aturan).
Kemampuan lain yang telah dimiliki oleh anak usia ini adalah kenyataan bahwa perbuatan
ataupun percobaan yang dilakukan anak pada usia ini masih bersifat coba-coba, percobaan-
percobaan tersebut masih jarang yang berhubungan antara yang satu dengan yang lain.
4.    Tahap Formal Operasional
Anak usia sekitar sebelas tahun memasuki tahap formal operasional. Tahap iniberakhir pada
usia 14/ 15 tahun sebelum memasuki masa dewasa. Tahap ini dikatakan sebagai tahap akhir
dari perkembangan struktur berfikit Anak usia ini telah dapat secara penuh melakukan
operasi secara logis tetapi masih mempunyai pengalaman yang terbatas.

3.   Penerapan Teori Belajar Piaget dalam Pembelajaran IPA di SD


Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA yaitu sebagai berikut:
1.    Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan.
2.    Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian.
3.        Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk menjamin
perkembangan intelektual anak.

CARA PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN TEORI PIAGET


1.        Mulailah dari hal-hal yang konkret, yaitu kegiatan aktif mempergunakan panca indra dengan
benda nyata atau konkret. 
2.        Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan diajarkan, agar murid
mempunyai kerangka kerja untuk mengasimilasikan informasi baru ke dalam struktur
kognitifnya.
3.        Pergunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai tingkat perkembangan
kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang berlainan.
4.        Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah
mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.
5.        Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri jawabanya, sedangkan
guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
6.        Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan
jawaban yang diinginkan.

Contoh penerapan teori belajar Piaget dalam Pembelajaran IPA di SD:


Kelas/Semester: IV/II
Materi: Gaya dapat merubah gerak dan atau bentuk suatu benda.
Alat dan Bahan :
1.        Papan kayu
2.        Kelereng
3.        Balok kayu
4.        Pasir

Cara Kerja:
1.        Siapkan papan kayu yang akan digunakan sebagai lintasan kelereng.
2.        Letakkan balok kayu diujung lintasan sebagai landasan, sehingga membentuk
bidang miring kemudian gelindingkan kelereng.
3.        Amati gerak kelereng dan catat waktu yang dibutuhkan kelereng untuk sampai ke
ujung lintasan dengan menggunakan stopwath.
4.        Taburkan pasir diatas lintasan yang berupa papan. Ulangi langkah 2 dan 3.

Aakah terjadi perbedaan waktu yang dibutuhkan kelereng untuk sampai keujung
lintasan? Berikan alasanmu!

C.      Model Belajar Bruner Dalam Pembelajaran IPA


1.    Model Belajar Bruner
Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar, anak sebaiknya diberikan
kesempatan untuk memanipulasi objek atau benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga
itu, anak akan langsung melihat bagaimana keteraturan dan pola srtuktur dari benda yang
diperhatikannya tersebut. Keteraturan yang didapat anak melaui pengamatan/keterlibatan
secara langsung tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan instuitif yang
melekat padanya.
Ada tiga tahap pembelajaran dikemukakan oleh Bruner, yaitu:
1.    Tahap Enaktif, anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi   (mengotak-atik objek)
2.    Tahap Ikonik, kegiatan yang dilakukan anakberhubungan dengan mental yang      
merupakan gambaran dari objek-objek yang memanipulasinya.
3.    Tahap Simbolik Anak, memanipulasi simbol-simbol atau lambang objek tertentu. Anak
tidak lagi terkait objek namun sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung objek
riilnya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses        informasi.
Menurut Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
1.        Tahap informasi (tahap penerimaan materi), dalam tahap ini seorang siswa yang sedang
belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
2.        Tahap transformasi (tahap pengubahan materi), dalam tahap ini informasi yang telah
diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau
konseptual.
3.        Tahap evaluasi, Dalam tahap evaluasi seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana
informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau
masalah yang dihadapi.
2.    Penerapan Model Belajar Blunner Dalam Pembelajaran IPA di SD
Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner mengembangkan
model pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memperoleh informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan
barang yang nyata. Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi
informasi melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi.

CARA PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN MODEL BLUNER


1.        Merencanakan Ide Pembelajaran

Merencanakan ide pembelajaran sedemikian rupa sehinggga pelajaran           terpusat


pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.

2.              Pengantar Materi Pembelajaran

Guru hendaknya mulai dengan sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa. Kemudian guru
mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Sehingga merangsang para siswa untuk
menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis dan mencoba menemukan konsep-
konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah itu.

3.              Metode Pembelajaran

Disarankan agar guru mengikuti aturan penyajian dari enaktif, ikonik lalu simbolik.
Perkembangan intelektual diasumsikan mengikuti urutan enaktif, ikonik dan simbolik. Jadi
demikian pula harapan tentang urutan pengajaran.

4.              Praktek Dilapangan
Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya
berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.

5.              Menilai Hasil Belajar

Di lapangan, penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang prinsip-prin sip
dasar mengenai suatu bidang studi, dan kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip
itu pada status baru, berbentuk teks daat berupa teks objektif atau essay.

Model pembelajaran penemuan ini mempunyai banyak manfaat, antara lain:

1.        Pembelajar (Siswa) akan mudah mengingat materi pembelajaran apabila informasi tersebut
didapatkan sendiri, bukan merupakan informasi perolehan.

2.        Apabila pembelajar telah memperoleh informasi, maka dia akan mengingat lebih lama.

Jadi dalam proses mengajar menurut Bruner adanya pendekatan spiral atau lebih dikenal
dengan a apiral curriculum, yaitu mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan
materi secara umum kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam
cakupan yang lebih rinci, dengan memperhatikan tahapan perkembangan kognitif seseorang
(enaktif, ikonik, dan simbolik).
Contoh penerapan model belajar Brunner dalam Pembelajaran IPA di SD:
Kelas: III
Materi: Bagian-bagian dari tumbuhan.
Alat dan Bahan:
1.        Tanaman
Cara Kerja:
1.        Ambillah satu tanaman yang lengkap, terdiri dari akar, batang, daun, dan bunga.
2.        Berilah kesempatan kepada siswa untuk mengamati, kemudian berilah pertanyaan
seperti berikut: Menurut kalian, bagaimana akar dapat berfungsi bagi tumbuhan?
3.        Terima seluruh ide atau tanggapan siswa. Berilah kesempatan kepada siswa
mengajukan dan menguji idenya sendiri.
4.        Berilah pertanyaan yang lain untuk menanyakan bagian tumbuhan yang lainnya. 

D.      Teori Belajar Gagne Dalam Pembelajaran IPA


1.    Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne,
1.              Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia,
2.        Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya.
3.        Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahap cukup lama
selama kehidupan orang itu.
Menurut Gagne, ada 4 buah fase dalam proses belajar, yaitu:
1.          Fase penerimaan (apprehending phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa langkah.
Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan (dicatat
dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
2.          Fase penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang yang telah
belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada
kemampuan atau sikapnya.
3.       Fase pengendapan (Storage phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat digunakan
bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
4.       Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan maksud untuk
digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa yang
disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut, dan inilah
yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran akan apa yang
telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang
telah dimiliki tidak berubah-ubah.
Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya proses
belajar, sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar.

2.        Penerapan Teori Belajar Gagne Dalam Pembelajaran IPA di SD


                 Model mengajar menurut Gagne meliputi delapan langkah yang sering disebut
kejadian-kejadian instruksional (instructional events), meliputi:
1.    Mengaktifkan motivasi (activating motivation).
Kita telah membahas bahwa harapan (expectancy) dalam model belajar dianggap sebagai
kontrol yang mempengaruhi seluruh aliran informasi mulai dari memperhatikan bagian-
bagian tertentu sampai mengatur respons tingkah laku. Expectancy dapat pula dianggap
sebagai motivasi khusus dari pelajar untuk mencapai tujuan belajar. Expectancy dapat
dipengaruhi sehingga dapat mengaktifkan motif-motif belajar siswa, misalnya motif untuk
ingin tahu (curiosity) atau motif untuk menyelidiki, dan motif untuk ingin mencapainya.
Dalam pelajaran IPA, guru dapat melakukan hal ini, misalnya dengan mengemukakan suatu
masalah yang menyangkut salah satu pokok bahasan IPA pada permulaan pelajaran, misal
topik pencemaran air. Masalah ini akan dapat merangsang keingintahuan siswa, dan dapat
menantang motif kemampuan atau motif untuk menguasai masalah tersebut.
2.    Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information).
Menurut Gagne, Anda sebaiknya memberi tahu siswa secara komprehensif tentang
tujuan instruksional khusus yang akan dicapainya setelah suatu pelajaran selesai
diajarkan/dipelajari atau dalam buku pelajaran sebaiknya dicantumkan tujuan-tujuan
instruksional khusus yang akan dicapai oleh siswa setelah mempelajari buku tersebut.
3.    Mengarahkan perhatian (directing motivation).
Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian. Perhatian yang pertama berfungsi untuk
membuat siswa atau pelajar siap menerima stimuli atau rangsangan belajar. Dalam mengajar,
perubahan stimuli secara tiba-tiba dapat digunakan untuk mencapai maksud ini. Dalam
pelajaran IPA, pada waktu guru mengadakan demonstrasi tentang sifat-sifat air, guru
melakukan sambil berkata: "Perhatikanlah aliran air".
Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif. Dengan cara ini siswa memilih
informasi yang akan diteruskan ke memori jangka pendek. Dalam mengajar, seleksi atau
pemilihan stimulan yang sesuai dapat dilakukan dengan cara mengeraskan ucapan suatu kata
selama mengajar, atau dengan jalan menggarisbawahi beberapa kata atau kalimat. 
4.    Merangsang ingatan (stimulating recall).
Pemberian kode pada informasi yang berasal dari memori jangka pendek yang disimpan
dalam memori jangka panjang menurut Gagne merupakan bagian yang paling kritis dalam
proses belajar. Guru dapat berusaha menolong siswa dalam mengingat atau memanggil
kembali pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka panjang tersebut. Cara menolong
ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada siswa. Dalam pelajaran IPA, waktu
guru akan mengajarkan fotosintesis, ia mulai dengan bertanya: Masih ingatkah kamu apa
yang dimaksud dengan klorofil? Bila ternyata siswa tidak dapat juga ingat akan pengetahuan
yang diinginkan guru, karena sudah lama dipelajarinya, maka sebaiknya guru dapat
menggunakan teknik bertanya dengan jalan membimbing (probing).
5.    Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance).
Untuk memperlancar masuknya informasi ke memori jangka panjang, diperlukan
bimbingan langsung untuk pemberian kode pada informasi. Untuk mempelajari informasi
verbal, bimbingan itu dapat diberikan dengan cara mengkaitkan informasi baru itu dengan
pengalaman siswa. Dalam pelajaran IPA misalnya, Anda akan mengajarkan proses
fotosintesis. Anda dapat memulainya dengan bertanya: Adakah pepohonan di dekat
rumahmu? Bagaimanakah warna daun dari pepohonan tersebut? Bagaimana rasanya udara di
bawah pohon yang rindang pada siang hari yang terik? Kenapa hal itu dapat terjadi?, dan lain
sebagainya. Bimbingan yang diberikan oleh guru dapat  berupa pertanyaan, juga dapat berupa
gambar-gambar, atau ilustrasi.
6.    Meningkatkan retensi (enhancing retention).
Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari dapat diusahakan baik oleh guru ataupun
oleh siswa. Sering kali terjadi siswa lupa akan materi yang telah diberikan oleh guru setelah
beberapa hari pelajaran itu diberikan. Usaha yang dapat Anda lakukan agar materi yang Anda
ajarkan dapat bertahan lama antara lain: dengan cara mengulang pelajaran yang sama
berulang kali, dengan memberi berbagai contoh atau ilustrasi yang sederhana dan dapat
dicerna oleh siswa. Dalam pelajaran menghafal misalnya  menghafal warna pelangi yaitu:
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu, siswa dapat menggunakan jembatan keledai
(mnemonic) dengan menyebutkan nama depan dari setiap warna seperti mejiku hibiniu. Akan
lebih baik lagi kalau siswa itu sendiri yang menyusun atau membuat jembatan keledai sebab
dengan demikian siswa akan lebih lama mengingatnya.
7.    Membantu transfer belajar (helping transfer of leaning).
Tujuan transfer belajar ialah menerapkan apa yang telah dipelajari pada situasi yang
baru. Menerapkan apa yang telah dipelajari pada situasi yang baru berarti bahwa apa yang
telah dipelajari itu dibuat umum sifatnya. Melalui tugas pemecahan masalah dan diskusi
kelompok Anda dapat membantu transfer belajar kepada para siswa. Untuk dapat
melaksanakan ini para siswa tentu diharapkan telah menguasai fakta-fakta, keterampilan-
keterampilan dasar yang dibutuhkan. Dalam pelajaran IPA, misalnya siswa merencanakan
bagaimana menjaga kebersihan lingkungan. Dalam hal ini siswa diharapkan telah menguasai
fakta-fakta, keterampilan-keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah
tersebut. Dalam hal ini siswa dalam setiap kelompok diharapkan telah mengetahui bahan-
bahan apa saja yang terdapat dalam lingkungan tercemar, misalnya timbul bau gas yang
kurang sedap, sampah yang menumpuk di mana-mana, kalau hari hujan sering menimbulkan
banjir, dan sebagainya. Di saming itu mereka juga harus memiliki keterampilanketerampilan
yang diperlukan untuk menanggulangi hal-hal yang menyebabkan pencemaran. Misalnya
siswa dapat memisahkan pencemar-pencemar yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme, yaitu plastikplastik dan pencemar yang dapat diuraikan oleh
mikroorganisme, yaitu daundaun dan bahan-bahan lain yang berasal dari makhluk hidup.
Kemudian siswa juga harus mengetahui cara untuk menanggulangi pencemar-pencemar
tersebut berdasarkan sifat-sifatnya, sehingga tidak ada lagi gangguan atau masalah akibat
adanya bahan-bahan tersebut.
8.    Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance) dan memberi umpan balik          
(providing feedback). 
Hasil belajar perlu diperlihatkan melalui suatu cara, agar guru dan siswa itu sendiri
mengetahui apakah tujuan belajar telah tercapai. Dalam hal ini, sebaiknya guru tidak
menunggu hingga seluruh pelajaran selesai. Sebaiknya guru memberikan kesempatan sedini
mungkin pada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar mereka, sebagai umpan balik.
Umpan balik ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk kelancaran pelaksanaan
pelajaran selanjutnya. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan
jalan memberikan tes atau dengan mengamati tingkah laku siswa (student's performance).
Umpan balik, bila sifatnya positif, merupakan pertanda bahwa siswa telah mencapai tujuan
belajar, dengan demikian harapan (expectancies) yang muncul pada permulaan tindakan
belajar telah terpenuhi. Dalam hal ini umpan balik dapat menghasilkan penguatan
(reinforcement) pada siswa yang belajar.

HASIL BELAJAR MENURUT GAGNE


Ada 5 taksonomi Gagne tentang hasil-hasil belajar meliputi:
1.       Informasi verbal (verbal information)
Informasi verbal ialah informasi yang diperoleh dari kata yang diucapkan orang, dari
membaca, televisi, komputer dan sebagainya meliputi nama-nama, fakta-fakta, prinsip-
prinsip dan generalisasi-generalisasi.
2.       Keterampilan-keterampilan intelektual (intellectual skills)
Kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam
entuk representasi, khusunya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf : angka, kata,
gambar)
Kemahiran intelektual terbagi dalam empat sub kemampuan yaitu :
a. Diskriminasi (descrimination)
b.                        Konsep-konsep konkret (concrete concepts)
c. Konsep-konsep terdefini (defined conceps)
d.                        Aturan-aturan (rules)
3.              Strategi-strategi Kognitif (defined strategies)
Strategi-strategi kognitif adalah kemampuan-kemampuan internal yang terorganisasi.
Siswa menggunakan strategi kognitif ini dalam memikirkan tentang apa yang telah
dipelajarinya dan dalam memecahkan masalah secara kreatif.
4.       Sikap-sikap (attitudes)
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi tingkah
laku kita terhadap benda-benda, kejadian-kejadian atau makhluk hidup. Sekolompok sikap
yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain atau sikap sosial. Dengan demikian
maka akan tertanam sikap sosial pada para siswa
5.    Keterampilan-keterampilan (motor skills)
Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, tetapi juga
kegiatan-kegiatan fakta, tetapi juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabungkan dengan
keterampilan intelektual, misalnya : bila berbicara, menulis, atau dalam menggunakan
berbagai alat IPA seperti menggunakan pipa kapiler, termometer dan sebagainya.

E.        Teori Belajar Ausubel Dalam Pemelajaran IPA


1.     Teori Belajar Ausubel
Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori belajarnya adalah belajar
bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi
baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.Peristiwa
psikologi belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru ke dalam pengetahuan yang
telah ada dalam struktur kognitif seseorang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Ausubel, belajar bermakna akan terjadi apabila
informasi baru dapat dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah terdapat dalam struktur
kognitif seseorang.

2.        Penerapan Teori Belajar Ausubel Dalam Pembelajaran IPA di SD


Ausubel dalam bukunya Educational Psyhologyd: A Cognitive View menyatakan bahwa
faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa.
Pernyataan Ausubel inilah yang menjadi inti teori belajarnya, yaitu belajar bermakna.
Belajar secara verbal diajarkan melalui pengajaran langsung seperti ceramah dan sudah
berlangsung selama bertahun-tahun. Penelitian tentang cara mengajar yang efektif yang baru
saja dilakukan mengindikasikan bahwa jika informasi yang diinginkan dapat masuk ke dalam
memori atau ingatan, maka model pengajaran secara langsung adalah cara yang terbaik.
Belajar secara verbal atau langsung adalah lebih efektif untuk diberikan di kelas-kelas bawah
yaitu kelas I sampai dengan kelas III, sedangkan untuk kelas atas yaitu mulai kelas IV sampai
dengan kelas VI, maka pengajaran secara verbal keefektifannya akan semakin berkurang.
Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah lebih efisien dari segi
waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan menjanjikan bahwa pebelajar dapat
mempelajari materi pelajaran dalam jumlah yang lebih banyak.
Pengajaran secara verbal biasanya digunakan pada pengajaran secara tradisional.
Misalnya guru kelas II SD menyuruh siswa untuk melengkapi lembar kerja yang berisikan
kata-kata baru dengan dibantu oleh kamus untuk mencari definisi dari kata-kata baru tersebut
dan kemudian menuliskan ke dalam lembar kerja. Contoh yang lainnya, guru kelas III,
menugaskan siswa-siswanya untuk membaca satu bab dari sebuah buku IPA dan kemudian
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam buku yang dibacanya. Beberapa contoh
yang disebutkan di atas dapat dianggap sebagai belajar secara verbal.
Sebagai contoh dalam suatu kelas misalnya kelas III, siswa dikelompokkan menjadi 2
kelompok. Kelompok I diberi daftar nama-nama benda, binatang, tumbuhan dan sebagainya,
demikian juga dengan kelompok II. Kemudian beri waktu tiap-tiap kelompok selama 1 menit
untuk mengingat kata-kata yang terdapat dalam daftar kelompoknya. Misalnya :

 Daftar I                                                             Daftar II

Gambar 1
Daftar Kata- Kata

Sesudah 1 menit, setiap anak kemudian disuruh menuliskan sebanyak mungkin kata-kata
yang dapat mereka ingat. Kemudian bandingkan jumlah kata-kata yang dapat diingat dan
benar untuk kedua kelompok. Bagaimana hasilnya? Kelompok manakah yang dapat
mengingat kata-kata dengan jumlah yang lebih banyak?
Dari daftar kata-kata di atas, perbedaan apakah yang dapat Anda lihat pada ke- dua daftar
tersebut? Dalam daftar II terdiri dari kata-kata yang tersusun ke dalam suatu pola. nama
buah/pohon - nama hewan - warna.
Sedangkan dalam daftar I, kata-kata tersebut belum ada pola yang jelas. Jadi dapat
dikatakan bahwa kata-kata dalam daftar II lebih bermakna bagi siswa.
Seperti apa yang telah kita bahas tadi disebutkan bahwa Faktor yang paling penting
yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa. Pernyataan inilah yang
menjadi inti dari teori belajar Ausubel agar terjadi belajar bermakna maka konsep baru atau
pengetahuan baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur
kognitif siswa. Dalam mengaitkan konsep-konsep ini dikemukakan 2 prinsip oleh Ausubel
yaitu prinsip diferensiasi progresif (progressive differentiation) dan prinsip rekonsiliasi
integratif (integrative reconciliation).
Dalam suatu seri pelajaran hendaknya siswa diperkenalkan terlebih dahulu pada
konsep-konsep yang paling umum sesudah itu materi pelajaran disusun secara berangsur-
angsur menjadi konsep-konsep yang lebih khusus. Dengan perkataan lain model belajar
menurut Ausubel pada umumnya berlangsung dari yang umum ke yang khusus. Dalam hal ini
guru dalam mengajar terlebih dahulu mengajarkan konsep-konsep umum kemudian secara
perlahan-lahan menuju pada konsep-konsep yang lebih sederhana. Contoh penyusunan
konsep seperti ini disebut diferensiasi progresif yang merupakan salah satu dari sekian
banyak macam urutan belajar.
Prinsip kedua yang dikemukakan oleh Ausubel ialah prinsip rekonsiliasi integratif atau
penyesuaian integratif. Menurut prinsip ini dalam mengajarkan konsep-konsep, atau gagasan-
gagasan perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya mampu menunjukkan kepada siswa
bagaimana konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu saling berkaitan.
Peta konsep memperlihatkan bagaimana konsep-konsep saling dikaitkan. Dalam
bentuknya yang paling sederhana suatu peta konsep adalah dua konsep yang dihubungkan
oleh satu kata penghubung membentuk suatu preposisi. Misalnya, tumbuhan itu hijau
merupakan suatu peta konsep yang sederhana sekali, yang terdiri dari konsep tumbuhan dan
hijau, dihubungkan oleh kata itu.
Belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep-konsep baru dikaitkan pada
konsep yang lebih umum, maka peta konsep biasanya disusun secara hierarki. Ini berarti
bahwa konsep yang lebih umum berada pada puncak dan semakin ke bawah konsep-konsep
diurutkan menjadi lebih khusus. Sebagai contoh dapat Anda lihat di bawah ini, di mana air
adalah sebagai konsep yang paling umum dan diletakkan di puncak skema. Air diperlukan
oleh makhluk hidup. Makhluk hidup dikelompokkan menjadi manusia, hewan, dan
tumbuhan. Contoh manusia misalnya Amir. Contoh hewan misalnya ayam, kucing. Contoh
tumbuhan padi, kacang. Menurut wujudnya, air dibedakan menjadi padat, cair, dan gas.
Wujud padat misalnya salju, es. Wujud cair yaitu air, wujud gas yaitu uap

.  

Gambar 1.1
Peta Konsep Air

Suatu peta konsep memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Pemetaan konsep merupakan suatu
cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan organisasi suatu bidang studi, diterapkan
dalam semua bidang studi, bukan hanya pada bidang IPA SD, 2) Suatu peta konsep
merupakan suatu gambar dua dimensi dan suatu disiplin atau bagian dari suatu disiplin, 3)
Dalam setiap peta konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada puncak konsep,
makin ke bawah konsep-konsep menjadi lebih khusus dan sampai pada pemberian contoh-
contoh, 4) Suatu peta konsep memuat hierarki konsep-konsep dan konsep-konsep yang tidak
membentuk hierarki. Makin tinggi hierarki yang ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta
konsep tersebut.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Teori belajar adalah suatu teori yang
didalamnya terdapat tata cara pengaplikasikan kegiatan belajar mengajar antara guru dan
siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dikelas maupun diluar
kelas.
Dalam teori belajar Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yang
didasari karena perkembangan sistem syaraf. Dalam model belajar Brunner belajar
merupakan kegiatan perolehan informasi. Dalam teori belajar Gagne belajar itu merupakan
suatu proses. Sedangkan dalam teori belajar Ausubel belajar bermakna akan terjadi apabila
informasi baru dapat dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah terdapat dalam struktur
kognitif seseorang.

B.       Salam Penutup dan Saran

Demikian makalah ini telah saya selesaikan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
semua kalangan khususnya para pendidik serta calon pendidik. Untuk memperbaiki kualitas,
maka saya mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka

https://edoseptiano.wordpress.com/2012/05/31/makalah-teori-teori-pembelajaran/
http://sdn-mojoruntut-2.blogspot.co.id/2013/03/teori-belajar-dalam-pembelajaran-ipa-di.html
http://madsalman.blogspot.co.id/2013/09/teori-belajar-bruner.html

Anda mungkin juga menyukai