Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TEORI BELAJAR PIAGET DAN BRUNER PADA

PEMBELAJARAN IPA

Dosen Pengampu:
Triwahyuni Madu Retno M.Pd

Disusun Oleh:
Reva Maulinda
Nilta Nikmatul H
Progam Studi: Sains

STIKIP PGRI NGANJUK


Tahun ajaran 2015/2016

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala limpahan rahmat,inayah, taufik, dan hidayahnya
sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk, maupun pedoman bagi kita dalam pembelajaran IPA.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan motivasi
bagi kita semua. Makalah ini Kami akui masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Nganjuk, 25 September 2015

Penulis

Daftar Isi
1. Kata Pengantar ......................................................................................... i
2. Daftar Isi .................................................................................................. ii
3. Teori piaget .............................................................................................. 1
4. Teori Bruner ............................................................................................. 5
5. Penutup ..................................................................................................... 8
6. Daftar Pustaka ........................................................................................... 9

ii

A. Teori Piaget
1. Dasar Teori
Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam bidang
pendidkan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun 1960-an.
Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk
mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil
kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi
diantara keduanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek , yaitu :
1. kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf;
2. Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan dunianya;
3. Interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya
lingkungan sosial; dan

dengan

4. Ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia
selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Sistem yang mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema dan adaptasi.
Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur dan diperhatikan oleh organisme
yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga kompleks. Sedangkan
adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi
dan akomodasi.
Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang dibagi
dalam empat periode, yaitu :
1. Periode sensori-motor ( 0 - 2 tahun )
Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah.
Kemampuan yang dimliki antara lain:
a. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek disekitarnya.
b. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.

c. Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.


d. Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
e. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.

2. Periode pra-operasional ( 2 -7 tahun )


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau tanda,
dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Pra-operasional(umur 2-4 tahun), anak
telah mampu menggunakan bahasa dalam menggunakan konsepnya, walaupun masih sangat
sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini
adalah:
a. Self counter-nya sangat menonjol,
b. Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal atau mencolok,
c. Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda,
d. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar,
e. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan
deretan.
Tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan
berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak
diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkakan
isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman luas.
Karakteristik tahap ini adalah:
a. Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
b. Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
c. Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar.

3. Periode opersional konkret ( 7 atau 8-11 tahun )


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah
memiliki kecakapan berfikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat
konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang
ada didalam dirinya.
2

4. Periode operasional formal ( 11/12 - 18 tahun)


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak
dan logis dengan menggunakan pola berpikir ''kemungkinan''. Model berpikir ilmiah dengan
tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan
menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.
Pada tahap ini kondisi bepikir anak yaitu sudah dapat:
a. Bekerja secara efektif dan sistematis.
b. Menganalisis secara kombinasi.
c. Berpikir secara proposional.
d. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam sisi
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensori-motorik akan berbeda
dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap pra-operasional, dan akan
berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional konkret, begitupun
dengan yang lain.
Piaget memperoleh gelar ph.D dalam biologi pada umur ke-21, ia kemudian tertarik
pada psikologi dan mempelajari anak-anak abnormal di salah satu rumah sakit di Paris. Pada
periode hidupnya, Piaget semakin tertarik pada logika anak dan metode berfikir yang
berbeda-beda yang digunakan anak dalam menjawab pertanyaan pada usia yang berbeda
pula. Selanjutnya Piaget bekerja melakukan penelitian selama kurang lebih 40 tahun.
Studinya dipusatkan pada persepsianak dalam pemahamannya mengenai alam/benda, jumlah,
waktu, perpindahan, ruang , dan geometri. Ia menganalisis operasi-operasi mental yang
digunakan oleh anak, cara berpikir simbolis dan logika mereka.
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem
makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
2. Implikasi Terhadap Pendidikan
Teori Piaget membahas kognitif atau intelektual. Perkembangan intelektual erat
hubungannya dengan belajar, sehingga perkembangan intelektual ini dapat dijadikan landasan
untuk memahami belajar.
Implikasi teori penrkembangan kognitif Pieget dalam pembelajaran adalah :
a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
3

Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temannya.
Aplikasi Teori Kognitif Dalam Kegiatan Pembelajaran
Hakikat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi, perceptual, dan proses internal.
Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak
digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan
pembelajaran tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan
behaviouristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat
diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan
pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berfikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra-sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama
jika menggunakan benda-benda konkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya proses
asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman
atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki anak.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pembelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna,
informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Penerapan teori Piaget dalam pelajaran IPA


a. belajar melalui perbuatan, misalnya guru mengenalkan secara langsung kepada siswa
yang akan dipelajari.
b. perlu berbagai variasi kegiatan dalam proses belajar mengajar. Misalnya guru harus bisa
menampilkan berbagai variasi metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar agar
pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai tingkat kognitif siswa.
c. Guru perlu mengenal tingkat perkembangan siswanya. Guru tidak hanya mengenal
tingkat intelektual siswa secara kelompok tetapi guru harus mengetahui perkembangan
pribadi siswa-siswanya.
d. Perlu latihan yang berulang kali untuk pengembangan berpikir operasional. Guru perlu
memberikan latihan kepada siswa, untuk memberikan pendapat mengena apa yang
diketahuinya.
B. Teori Bruner
Jerome Bruner (1996) adalah seorang pengikut setia teori kognitif khususnya dalam
studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan kognitif manusia sebagai
berikut:
a. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu
rangsangan.
b. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpangan
informasisecara realis.
c. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri
sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa yang telah
dilakukan.
d. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak
diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
e. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi
antara manusia.
f. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa
alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang
berurutan dalam berbagai situasi.
5

Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan


terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, ia
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner
menyatakan bahwa perkembangan bahasa benar pengaruhnya terhadap perkembangan
kognitif.
Menurut bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu: enactive, ikonik, dan symbolic.
1) Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami
lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan
pengetahuan motorik. Misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
2) Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar
dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia dan sekitarnya anak belajar
melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
3. Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak
yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam
memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika,
dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin
matang seseorang dalam proses berfikirnya, semakin dominan sistem simbolnya.
Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik.
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih
diberlakukannya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar. Menurut Bruner,
perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi
pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut. Model
pemahaman konsep dari Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman
konsep merupakan dua kegiatan mengkategori berbeda yang menuntut proses berpikir
berbeda pula. Kegiatan mengkategori memiliki dua komponen yaitu:
* Tindakan pembentukan konsep
* Tindakan pemahaman konsep
Bruner menjelaskan bahwa pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah lebih
banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan
kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting bagi mereka yang
menggeluti bidang MIPA. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan. Melalui cara tersebut dan proses intuitif untuk sampai pada suatu kesimpulan.
6

Aplikasi Teori Bruner pada Pembelajaran IPA


1. Metode dan Tujuan
Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriringan. Tujuan belajar
bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja, tujuan belajar sepenuhnya ialah untuk
memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual
siswa dan merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka. Inilah
yang dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui belajar penemuan.
Jadi, kalau kita mengajar sains(IPA) misalnya, kita bukan akan menghasilkan perpustakaanperpustakaan hidup kecil tentang sains, melainkan kita ingin membuat anak-anak kita
berpikir secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan serta dalam proses pengetahuan.
Mengetahui itu adalah suatu proses, bukan suatu produk.
2. Peran Guru
Langkah guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam belajar penemuan adalah:
a) Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalahmasalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b) Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Guru hendaknya memulai dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa.
Kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan demikian terjadi konflik
dengan pengalaman siswa, akibatnya timbul masalah. Dalam keadaan yang ideal, hal yang
berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang para siswa untuk
menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis dan mencoba menemukan konsep atau
prinsip yang mendasari masalah itu.
c) Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik, dan simbolik. Enaktif adalah melaui
tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan (learning by doing) . Ikonok adalah
didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan melalui gambar-gambar yang
mewakili suatu konsep. Simbolik adalah kata-kata atau bahasa-bahasa.
d) Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis , guru hendaknya
berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan
terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi hendaknya memberikan umpan
balik pada waktu yang tepat.
e) Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis besar
belajar penemuan adalah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan sendiri
konsep-konsep itu kedalam situasi baru dan kehidupan nyata sehari-hari pada siswa.

f) Jadi dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses pembelajaran . Guru
hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan masalah. Penilaian hasil
belajar meliputi tentang dasar dan penerapannya pada situasi yang baru.
Penutup
A. Kesimpulan
- Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan
umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.
- Sedangkan menurut Bruner ia mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara
seorang mengatur pesan atau informasi. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap
enaktif, ikonik, dan simbolik.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

Daftar pustaka
- Bruner, J. (1990). Acts of Meaning . Cambridge: Havard Univesity press.
- Cameron. (2001). Teaching Languages to Young Learnes. Uk: Cambridge University press.
- Ee Ah Meng. (2002). Psikologi Pendidikan 111, Penerbit Fajar Bakti.
- http://www.scribd.com//diakses pada 25 September 2015/
- http://asnaldi.multiply.com/journal/item/5[25 September 2015]
- http://www.psikologizone.com/teori-kognitif-psikologi-perkembangan-jean-piaget
September 2015]
- http://irwantop.blogspot.com/teori-piaget/[24 September 2015]
- Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

[23

Anda mungkin juga menyukai