Anda di halaman 1dari 125

KELOMPOK 1 – PROSEDUR UMUM PEMBELAJARAN TERPADU

A. Kegiatan Pendahuluan dalam Pembelajaran Terpadu


1. Makna Kegiatan Pendahuluan
Proses pembelajaran terpadu secara keseluruhan dari awal sampai akhir
kegiatan harus dapat membangkitkan aktivitas siswa sebagai objek dan subjek
pembelajaran. Kegiatan pendahuluan merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya. Oleh sebab itu,
kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran terpadu harus direncanakan dan
dilaksanakan secara sistematis, fleksibel, efektif, dan efisien.
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan yang harus ditempuh guru dan
siswa pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran. Fungsi dari kegiatan
pendahuluan adalah untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif
yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Karena waktu yang tersedia dalam kegiatan pendahuluan di pembelajaran terpadu
realtif singkat, maka guru harus dapat mengefisienkan waktu untuk dapat
menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga dalam kegiatan inti
pembelajaran terpadu siswa sudah siap untuk mengikuti pembelajaran dengan
seksama. Selain itu, pada kegiatan pendahuluan guru juga memberitahukan
gambaran umum materi yang akan dipelajari, memancing siswa dengan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi. Melalui kegiatan
pendahuluan siswa akan tergiring pada kegiatan inti baik yang berkaitan dengan
tujuan belajar yang harus dilakukannya maupun berkaiatan dengan materi yang
harus dipahaminya.

2. Bentuk Kegiatan Pendahuluan

3
4

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa kegiatan pendahuluan memiliki


peranan penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran terpadu di
sekolah dasar. Maka dari itu guru juga harus merencanakan kegiatan inti dengan baik
dan melaksanakannya sesuai prosedur. Dalam menyiapkan siswa untuk mengikuti
pelajaran di kegiatan pendahuluan ada yang langsung berkaitan dengan kompetensi
atau materi yang akan dibahas dalam kegiatan inti dan ada juga yang tidak berkaitan
langsung. Kegiatan menyiapkan siswa yang langsung berkaitan dengan kompetensi
atau materi yang akan dibahas disebut kegiatan awal pembelajaran. Sementara untuk
kegiatan yang tidak langsung berkaitan dengan kompetensi atau materi yang akan
dibahas disebut kegiatan pra pembelajaran. Kegiatan utama yang perlu dilaksanakan
dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran yaitu menciptakan kondisi-kondisi awal
pembelajaran yang kondusif, memberikan acuan, melaksanakan kegiatan apersepsi dan
penilaian awal.
a. Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran
Proses pembelajaran terpadu akan berhasil dengan baik apabila guru sejak
awal dapat mengkondisikan kegiatan belajar secara efektif. Upaya yang perlu
dilakukan untuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang efektif ialah
sebagai berikut.
1) Mengecek atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance)
Frekuensi kehadiran siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah
menjadi salah satu penentu keberhasilan siswa dalam belajar. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang tingkat kehadirannya
relatif tinggi (kehadiran 90% ke atas) memiliki prestasi belajar yang lebih
baik dibandingkan dengan siswa dengan tingkat kehadiran yang rendah.
Hal ini menunjukkan frekuensi kehadiran siswa ke sekolah berbanding
lurus dengan hasil belajar siswa. Semakin tinggi tingkat kehadiran siswa
dalam pembelajaran di sekolah maka semakin besar pula intensitas siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar yang nantinya akan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
5

Menanggapi hasil penelitian di atas, sebelum kegiatan inti


pembelajaran dimulai sebaiknya guru mengecek atau memeriksa terlebih
dahulu kehadiran siswa yang dimaksudkan untuk penciptaan kondisi awal
pembelajaran. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terhitung banyak maka
perlu cara yang lebih efektif agar tidak terlalu menyita atau menghabiskan
waktu. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan
menanyakan atau meminta siswa yang hadir di kelas untuk menyebutkan
siswa yang tidak hadir, kemudian guru menanyakan alasan kehadiran
siswa yang tidak hadir tersebut.
Dengan melakukan pengecekan kehadiran siswa setiap saat, secara
tidak langsung guru telah memberikan motivasi terhadap siswa untuk
selalu hadir dalam proses pembelajaran jika tidak ada halangan yang tidak
dapat ditinggalkan (sakit, ada keperluan keluarga, dan sebagainya). Selain
itu, cara ini juga dapat menanamkan kedisiplinan pada diri siswa dalam
mengikuti pembelajaran, serta membiasakan diri memberitahukan
terlebih dahulu secara tertulis atau lisan melalui temannya atau guru
apabila tidak dapat hadir di sekolah.
2) Menumbuhkan kesiapan belajar siswa (Readdiness)
Kegiatan pembelajaran perlu didasari oleh kesiapan belajar dari diri
siswa. Dalam teori Koneksionisme atau teori Asosiasi, dengan tokohnya,
yaitu Edward L. Thorndike, mengemukakan bahwa kehidupan itu tunduk
kepada hukum stimulus-respons atau aksi-reaksi. Belajar merupakan
upaya untuk membentuk hubungan stimulus-respons sebanyak-
banyaknya. Dalam teori ini dikemukakan tiga hukum belajar (law of
learning), yaitu hukum kesiapan (law of readiness), hukum pentingnya
latihan (law of exercise) dan penguatan (law of effect). Menurut hukum
kesiapan, hubungan antara stimulus dengan respons akan mudah
terbentuk apabila telah ada kesiapan pada sistem syaraf individu. Dengan
adanya hukum kesiapan dalam belajar tersebut maka pada awal
6

pembelajaran terpadu, guru perlu mencari cara yang efektif untuk


menumbuhkan kesiapan belajar siswa.
Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan guru dalam
menciptakan kesiapan belajar siswa, khususnya yang dilakukan pada
awal pembelajaran, di antaranya:
a) membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas
dan sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar.
b) menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan konstruktif dalam
kelas.
c) menunjukkan sikap penuh semangat (antusiasme) dan minat
mengajar yang tinggi.
d) mengontrol (mengelola) seluruh siswa mulai dari awal pembelajaran
.
e) menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta minat dan perhatian siswa.
f) menentukan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa dapat
melakukannya.
3) Menciptakan suasana belajar yang demokratis
Sejak saat awal pembelajaran,siswa harus sudah mulai diarahkan
pada suatu kondisi atau suasana belajar yang demokratis dalam rangka
menumbuhkan keaktifan siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan cirri
pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada keaktifan siswa
(student centered). Suasana yang demokratis dalam pembelajaran terpadu
akan menumbuhkan keberanian siswa dalam menjawab
pertanyaan,keberanian untuk bertanya,keberanian berpendapat atau
mengeluarkan idea tau gagasan,dan keberanian memperlihatkan unjuk
kerja (performance). Untuk itu,guru hendaknya mengembangkan
kegiatan awal pembelajaran yang memungkinkan siswa merasa
bebas,sukarela,tidak merasa ditekan atau dipaksa dalam belajar.
7

Alternatif yang dapat dilakukan oleh guru pada awal pembelajaran


terpadu ini di antaranya dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
awal yang berkaitan dengan topic atau tema yang akan di bahas.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru adalah pertanyaan yang dapat
merangsang siswa untuk menjawab atau member pendapat. Untuk
itu,pertanyaan yang diajukan hendaknya berkaitan dengan sesuatu yang
diperkirakan pernah dialami siswa dalam kehidupannya. Dalam hal
ini,guru dituntut untuk memilih jenis-jenis pertanyaan secara kreatif.
4) Membangkitkan motivasi belajar siswa
Pada tahap awal pembelajaran terpadu,siswa perlu ditumbuhkan
motivasi belajarnya. Kenapa? Sebab motivasi ini merupakan motor
penggerak aktivitas belajar. Bila motornya tidak ada maka aktivitas
belajar tidak akan terjadi. Apabila motornya lemah maka aktivitas belajar
yang terjadi akan lemah pula. Motivasi belajar siswa berkaitan erat
dengan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa. Bila siswa yang sedang
belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau
bermanfaat baginya maka motivasi belajarnyaakan muncul dengan kuat.
Motivasi belajar seperti itu disebut motivasi intrinsik atau motivasi
internal. Munculnya motivasi intrinsic dalam belajar disebabkan
keinginan siswa untuk menguasai kemampuan yang terkandung di dalam
tujuan pembelajaran.
Perhatikan beberapa contoh di bawah ini
a) Rahma siswa kelas V sekolah dasar,sejak awal pembelajaran
bersungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru yang akan
mengajarkan menengenai matematika,karena ia menyadari bahwa
kemampuan dalam bidang matematika bermanfaat sekali di dalam
kehidupan sehari-hari.
8

b) Dodi siswa kelas III,selalu bersungguh-sungguh belajar karena


ayahnya menjanjikan sepeda mini apabila ia menjadi siswa terbaik.
gurunya

Dari kedua contoh tersebut kita bisa lihat perbedaannya yaitu anak
yang bersungguh-sungguh belajar dengan kemauan sendiri bisa disebut
dengan motivasi internal atau intrinsik dan anak yang bersungguh-
sungguh belajar karena menginginka hadiah bisa disebut dengan motivasi
eksternal atau ekstrinsik . akan tetapi, kedua contoh tersebut memiliki
persamaan yaitu semua siswa memiliki dorongan belajar walaupun
kadarnya berbeda.
Motivasi intrinsik disebut pula motivasi murni,karena berkaitan
langsung dengan tujuan pembelajaran. oleh karena itu, sedapat mungkin
guru harus berusaha memunculkan motivasi intrinsik pada diri siswa
diawal kegiatan pembelajaran terpadu,umpamanya dengan cara
menjelaskan kaitan tujuan pembelajaran dengan kepentingan atau
kebutuhan siswa.
Motivasi ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara
memberikan penguatan seperti member pujian atau hadiah,menciptakan
situasi belajar yang menyenangkan,atau memberi nasihat. Kegiatan-
kegiatan seperti itu sangat penting untuk dipertimbangkan guru pada awal
kegiatan.
5) Membangkitkan perhatian siswa
Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat
dipisahkan. Perhatian ialah pemusatan energy psikis (pikiran dan
perasaan) terhadap suatu objek yang dipelajari. Makin terpusat perhatian
pada pelajaran,proses belajar makin baik,dan hasilnya akan makin baik
pula. Oleh karena itu,sejak awal pembelajaran terpadu guru harus selalu
berusaha supaya perhatian siswa terpusat kepada pelajaran.
9

Memunculkan perhatian siswa pada suatu objek dapat diakibatkan oleh


dua hal yaitu : Pertama, siswa merasa bahwa

b. Memberi Acuan
Dalam kaitannya dengan kegiatan awal pembelajaran memberi acuan
adalah upaya guru dalam menyampaikan secara spesifik dan singkat
gambaran umum tentang hal-hal yang akan dipelajari dan kegiatan yang akan
ditempuh selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dapat dilakukan
dalam kegiatan memberi acuan adalah sebagai berikut
1) Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar
materi yang akan dilelajari
Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, kegiatan paling awal yang
harus dilakukana dalah memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar
yang diharapkan dikuasai siswa setelah pembelajaran dilakuakn atau
secara garis besar materi yang akan dipelajari untuk mencapai tujuan atau
kompetensi tersebut. hal ini perlu dilakukan agar siswa mengetahui sejak
awal kemampuan-kemampuan apa saja yang akan diperolehnya setelah
proses pembelajaran berakhir. Informasi mengenai tujuan ini akan dapat
memberikan dorongan kepada siswa untuk bersungguh-sungguh dalam
belajar. Tentu saja dalam menyampaiakan tujuan tersebut harus
menggunakan bahasa yang sederhana dan dapat dengan mudah
dimengerti oleh siswa. Penyampaian tujuan ini dapat dilakuakan secara
lisan atau tulisan dengan memberikan penjelasan atas tujuan tersebut.
2) Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
Kegiatan lain diawal pembelajaran adalah menjelaskan alternatif
kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. Dalam hal ini guru harus
mampu menyampaikan bagaimana kegiatan belajar tersebut ditempuh.
Jika pembelajaran dilakukan dengan metode diskusi maka guru harus
menjelaskan teknik dan prosedur pelaksanaannya. Jiak akan melakukan
10

eksperimen guru harus menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan


dilakukan dalam kegiatan eksperimen. Begitu juga dengan metode,
model, strategi yang akan dilakasanakan. Selain itu guru juga harus
memberikan arahan sumber belajar yang dapat siswa peroleh, mislanya
dari perpusatakaan, lingkungan sekitar, media cetak, media elektronik,
atau internet. Hal ini akan memberikan alternatif sumber belajar sehingga
siswa dapat dengan mudah dalam mencapai tujuan pemelajaran yang
telah dirumuskan.
Dalam proses pemberian acuan Sukirman dan Kasmad (2006, hal.
147) menambahkan kegiatan yang dapat dilakukan guru antara lain:
mengemukakan tujuan atau kompetensi yang harus dicapai siswa,
menginformasikan tahan-tahap kegaitan yang harus dilalui siswa dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari, mengingatkan
siswa terhadap pokok-pokok atau substansi meteri yang akan dipelajari.

c. Membuat Kaitan (Melaksanakan Apersepsi)


Siswa akan lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran ketika guru
mampu mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman yang siswa
miliki sebelumnya. Oleh karena itu alternatif agar siswa antusias dalam
pembelajaran guru harus membuat kaitan anatara materi pembelajaran dengan
pengalaman atau permasalahan yang dekat dengan lingkungan siswa. Selain
itu kegiatan apersepsi atau membuat kaitan dapat dilakuakan dengan
mengaitkan kembali pembelajaran yang telah dilaksanakan siswa dengan
pembelajaran yang akan dilaksanankan.
Apersepsi sangatlah penting untuk mempersiapkan kondisi awal belajar
pada diri siswa terutama kesiapan mental siswa menghadapai pelajaran.
Melalui apersepsi diharapkan materi yang akan dibahas dapat diterima atau
diapahami dengan lebih mudah. proses asimilasi dan integrasi pengetahuan
11

pada diri siswa merupakan hasil perpaduan antara bahan apersepsi dengan
bahan baru tersebut.
Kegiatan membuat kaitan pada awala pembelajaran biasanya dikenal
dengan melakukan apesepsi. Apersepsi pada dasarnya yaitu menumbuhkan
tanggapan-tanggapan lama yang telah dimiliki siswa sebelum memberikan
bahan baru, atau menerima tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan
tanggapan-tanggapan lama. Dengan kata lain apersepsi menekankan pada
upaya guru dalam menghubungkan materi pelajaran yang sudah dimiliki oleh
siswa dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa.
Apersepsi berfungsi untuk mempersiapkan kondisi awal belajar pada diri
siswa terutama kesiapan mental siswa menghadapi pelajaran. Dengan
apersepsi, diharapkan materi yang akan dibahas dapat diterima atau dipahami
dengan lebih mudah. Proses asimilasi dan integrasi pengetahuan pada diri
siswa merupakan hasil perpaduan antara bahan apersepsi dengan bahan baru
tersebut.
Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakuka guru dalam membuat
kaitan atau melakukan apersepsi, diantaranya:
1) Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari
sebelumnya
Apabila materi yang akan dibahas memiliki kaitan langsung atau
menuntut penguasaan siswa terhadap materi sebelumnya maka kegiatan
awal pembelajaran dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari siswa, melalui pertanyaan
tersebut siswa dibimbing untuk mengingat kembali bahan pelajaran yang
sudah dipelajari. Dengan menunjukkan hubungan antara apa yang telah
dipelajari siswa dengan materi yang akan dipelajari, siswa akan
memperoleh gambaran yang utuh tentang materi dan siswa melihat bahwa
materi yang dipelajarinya tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan.
2) Menunjukkan manfaat materi yang dipelajari
12

Siswa akan termotivasi untuk mengikuti pelajaran apabila mereka


melihat manfaat yang akan diperoleh apabila mereka menguasai materi
tersebut. Untuk itu, pada kegiatan awal pembelajaran guru hendaknya
menunjukkan kaitan antara penguasaan kompetensi atau materi yang
dipelajari dengan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
3) Meminta siswa mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan
materi yang akan dibahas
Untuk membangkitkan perhatian dan motivasi belajar siswa, pada
kegiatan awal pembelajaran guru dapat meminta siswa untuk
mengemukakan pengalamannya yang berkaitan dengan materi yang akan
dibahas. Dengan melihat kaitan antara apa yang dipelajari dengan
pengalaman yang dimiliki, diharapkan siswa akan termotivasi dan
memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang akan berlangsung.

d. Melaksanakan Tes Awal


Tes awal dilakukan apabila materi yang akan dibahas merupakan materi
baru dan guru ingin mengetahui seberapa banyak siswa telah menguasai
materi yang akan dibahas tersebut. Tes awal atau pre-test dilaksanakan untuk
mengukur dan mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang
akan dipelajari sudah dikuasai oleh siswa. Informasi ini akan digunakan oleh
guru untuk menentukan dari mana pembahasan materi baru akan dimulai.
Perbedaan yang mendasar antara apersepsi dengan penilaian awala
terletak pada materi atau bahan yang diberikan. Pada apersepsi, bahan yang
diberikan adalah yang telah dipelajari sebelumnya, sedangakan pada penilaian
awal bahan yang diberikan adalah bahan yang akan diajarkan.
Melaksanakan penilaian awal perlu memperhatikan waktu yang tersedia,
agar dalam prosesnya tidak mengganggu waktu untuk kegiatan inti dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian awal ini dapat dilakukan dengan cara
lisan pada beberapa siswa yang dianggap mewakili seluruh siswa.
13

B. Kegiatan Inti dalam Pembelajaran Terpadu


1. Makna Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan inti sering juga disebut kegiatan instruksional. Pada dasarnya
kegiatan inti merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
pembentukan pengalaman belajar siswa (learning experiences). Kegiatan inti
dalam pembelajaran terpadu merupakan kegiatan yang kompleks terutama dalam
proses penguasaan pengalaman belajar siswa terhadap kemampuan yang telah
dirumuskan secara terpadu. Dengan demikian, untuk menumbuhkan pengalaman
belajar siswa secara terpadu perlu ditempuh melalui proses pembelajaran yang
direncanakan secara matang.
Pada prinsipnya kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses
pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang
dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Guru perlu mengupayakan bagaimana
caranya agar siswa dapat mengoptimalkan kegiatan belajarnya. Melalui kegiatan
inti pembelajaran siswa tidak hanya diharapkan memiliki kemampuan yang
merupakan dampak instruksional (langsung berkaitan dengan tujuan pembelajaran
yang dirancang sesuai dengan kurikulum) tetapi memiliki juga sikap positif
terhadap bahan pelajaran (sebagai dampak pengiring dari kegiatan pembelajaran).
Disamping itu, untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran
hendaknya melibatkan siswa sebanyak mungkin, memberikan kesempatan kepada
siswa baik individual maupun kelompok. Untuk itu, kegiatan inti pembelajaran
hendaknya kegiatan yang bervariasi.

2. Bentuk Kegiatan Inti Pembelajaran


Pada prinsipnya, kegiatan inti dalam pembelajaran terpadu berkaitan dengan
bagaimana melaksanakan kegiatan pembelajaran secara terpadu setelah kegiatan
14

awal tersebut dilakukan maka selanjutnya guru mengorganisasikan atau mengatur


proses pembelajaran dengan menggunakan cara/ teknik/ metode/ pendekatan yang
bervariasi yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar berkadar
aktivitas tinggi. Hal tersebut menjadi sangat penting karena melalui pengaturan
proses pembelajaran tersebut diharapkan terjadi suatu proses perubahan tingkah
laku siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan, misalnya dari tidak
memahmi menjadi memahami. Siswa akan mampu menerapkan bahan pelajaran,
dan siswa akan memiliki sikap positif terhadap bahan pelajaran jika proses
pengorganisasian atau pengaturan pembelajaran dilakukan secara efektif dan
efisien. Efektif dalam pengertian dapat mencapai sasaran yang diharapkan,
sedangkan efisien dalam pengertian dapat dilakukan dengan menggunakan sarana,
waktu, tenaga yang dimiliki.
Bagaimana seorang guru sekolah dasar dapat mengorganisasikan kegiatan inti
pembelajaran terpadu secara efektif dan efisien? Ada beberapa hal yang perlu
dipahami untuk menjawab pertanyaan tersebut, yaitu :
Pertama, penyajian bahan pembelajaran harus dilakukan secara terpadu
melalui penghubungan konsep dari mata pelajaran satu dengan konsep dari mata
pelajaran lainnya.
Kedua, guru harus berupaya menyajikan bahan pembelajaran terpadu dengan
menggunakan strategi dan media pembelajaran yang bervariasi, yang mampu
mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam upaya penemuan pengetahuan baru.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa kegiatan inti pembelajaran
hendaknya melibatkan siswa sebanyak mungkin, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berbuat langsung, dan memenuhi kebutuhan siswa baik individual
maupun kelompok.
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang guru agar terjadi
proses belajar pada diri siswa. Proses belajar akan terjadi pada diri siswa apabila
siswa terlibat aktif secara intelektual dan emosional (termasuk keterlibatan fisik)
dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti kegiatan pembelajaran harus terfokus
15

pada siswa (student centered). Kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada


siswa akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi.
Kegiatan yang demikian akan memenuhi keingintahuan siswa dan
mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Kegiatan pembelajaran semacam ini
akan menjadi sarana pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
seperti menganalisis dan menanggulangi, memberikan kesempatan kepada siswa
tidak hanya sekedar mengulang informasi yang disampaikan guru, tetapi lebih
pada kegiatan siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah.
Seperti yang kita ketahui, bahwa belajar terjadi melalui proses pengalaman.
Pengalaman tersebut dapat berasal dari mengerjakan sesuatu atau mengamati
orang lain melakukan sesuatu. Pengalaman yang diperoleh dari mengerjakan
sesuatu dapat dirancang oleh guru dengan meminta siswa melakukan percobaan,
berlatih, mengerjakan soal, berdiskusi, membuat karangan, melakukan
wawancara, dan sebagainya. Sementara itu, pengalaman yang diperoleh dari
pengamatan dapat dikembangkan guru melalui kegiatan demonstrasi yang
dilakukan guru, mengamati teman lain melakukan suatu keterampilan, pemberian
penjelasan tentang materi, pemutaran program video atau audio, dan sebagainya.
Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam
pembentukan pengetahuan pembelajaran yang dilaksanakan guru, akan
memberikan makna bagi siswa terhadap apa yang dipelajari.
Kegiatan inti pembelajaran baik dalam pembelajaran terpadu maupun
pembelajaran biasa, menggambarkan penggunaan strategi dan media
pembelajaran serta metode mengajar dalam upaya membantu siswa mencapai
kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai
siswa yang mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan
nilai, kegiatan pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengkaji, berlatih, dan menghayati.
16

Berkenaan dengan penggunaan strategi pembelajaran, terdapat beberapa


faktor yang perlu dipertimbangkan guru. Faktor- faktor tersebut adalah, tujuan,
materi, siswa, guru, serta fasilitas, ruang, dan waktu ( Wardani, 2002).
a. Tujuan
Tujuan pembelajaran merupakan kemampuan yang harus dikuasai siswa
yang meliputi penguasaan pengetahuan, keterampilan serta sikap dan nilai.
Setiap jenis kemampuan menuntut kegiatan pembelajaran yang berbeda.
Maka dari itu, tujuan pembelajaran menentukan kegiatan pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan guru.
b. Materi
Jenis dan tingkat kesulitan materi pelajaran menentukan bagaimana
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Guru hendaknya memperhatikan jenis
dan tingkat kesulitan materi pelajaran yang akan dibahas.
c. Siswa
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru perlu memperhatikan jumlah
siswa dan karakteristik siswa. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses
pelaksanaan pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif.
d. Guru
Kemampuan seorang guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran juga
menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru
harus dapat melakukan kegiatan pembelajaran semaksimal mungkin agar apa
yang diharapkan dapat tercapai.
e. Fasilitas, Ruang, dan Waktu
Faktor yang juga perlu diperhatikan dalam menentukan kegiatan
pembelajaran adalah fasilitas, ruang, dan waktu yang tersedia. Fasilitas yang
ada dapat dimanfaatkan serta disesuaikan dengan kondisi siswa. Begitu pula
dengan waktu, waktu yang tersedia harus dimanfaatkan dengan efektif dan
efisien dengan memilih strategi yang sesuai.
17

Dalam kegiatan inti juga diperlukan penggunaan media pembelajaran.


Media pembelajaran sendiri merupakan salah satu komponen pembelajaran
yang berkaitan dengan komponen lainnya dalam pembelajaran dalam rangka
membantu siswa belajar. Tanpa media pembelajaran yang bervariasi maka
kegiatan inti pembelajaran terpadu tidak akan berjalan dengan efektif. Berikut
manfaat media pembelajaran dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu :
a. Media dapat mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak. Konsep-
konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara
langsung kepada siswa disederhanakan melalui pemanfaatan media
pembelajaran.
b. Media dapat menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau
sukar didapat ke dalam lingkungan belajar.
c. Media dapat menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil.
d. Media dapat memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

Selain penjabaran manfaat diatas, penggunaan media pembelajaran juga


memiliki keuntungan sebagai berikut :
a. Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkunganya

b. Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar


pada masing-masing siswa.
c. Membangkitkan motivasi belajar siswa.
d. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun
disimpan menurut kebutuhan.
e. Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak bagi seluruh
siswa.
f. Mengatasi keterbatan waktu dan ruang.
g. Mengontrol arah dan kecepatan belajar siswa.
18

Dengan memperhatikan nilai dan kekuatan yang dimiliki media


pembelajaran dalam mengoptimalkan pembelajaran, penggunaan media
pembelajaran memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tercapainya
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Berikut ini beberapa hal yang
perlu anda perhatikan dalam pemanfaatan media dalam kegiatan inti
pembelajaran terpadu :
a. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan,
tetapi memiliki fungsi tersendiri, yaitu mewujudkan situasi pembelajaran
yang lebih efektif.
b. Media pembelajaran merupakan bagian itegral dari keseluruhan
prosespembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media
pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri
tetapi saling berhubungan dengan komponen lainya dalam rangka
menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
c. Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan
kompetensi dasar, indikator, dan isi/bahan pembelajaran terpadu. Hal ini
mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran
terpadu harus selalu memperhatikan kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa dan karakteristik bahan pembelajaran.
d. Media pembelajaran berfungsi mempercepat proses belajar. Hal ini
mengandung arti bahwa dengan menggunakan media pembelajan siswa
dapat menguasai kompetensi dasar dan bahan pembelajaran secara lebih
mudah dan lebih cepat.
e. Media pembelajaran terutama berfungsi untuk meningkatkan kualitan
proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa akan lebih tahan lama
mengendap dalam pikirannya.
f. Media pembelajaran dapat meletakkan dasar-dasar yang konkret
untukberpikir sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme.
19

Penggunaan startegi dan metode mengajar serta media pembelajaran


tidak akan memberikan hasil yang optimal dalam kegiatan inti pembelajaran
apabila dilakukan tanpa memperhatikan faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan untuk itu, dalam penetapan strategi dan metode mengajar
serta media pembelajaran guru perlu mempertimbangkan faktor-faktor
tersebut agar kegiatan inti pembelajaran berlangsung optimal.

C. Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut dalam Pembelajaran Terpadu


1. Makna Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut
Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai
kegiatan untuk menutup semua rangkaian kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini
juga mengandung makna sebagai kegiatan untuk memantapkan pemahaman siswa
terhadap kompetensi dasar dan bahan pembelajaran yang telah dipelajarinya,
sertamengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatann pembelajaran yang telah
berlangsung dan dijalani oleh siswa dan guru. Dengan melakukan kegiatan akhir
pelajaran, guru akan mengetahui kompetensi yang sudah dan belum dikuasai
siswa. Kegiatan yang biasa dilakukan guru dalam kegiatan akhir ini adalah
memberikan tes baik lisan maupun tertulis. Selain itu, guru hendaknya melakukan
kegiatan akhir pembelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang
pokok-pokok materi yang sudah dipelajarinya. Kegiatan tersebut berupa kegiatan
meninjau kembali penguasaan siswa.
Berdasarkan hasil kegiatan akhir (meninjau kembali penguasaan siswa dan
melaksanakan penilaian), guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari hasil tes, guru akan mengetahui
ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa baik secara individu maupun kelas.
Dengan memperhatikan tingkat penguasaan siswa, guru perlu melakukan kegiatan
tindak lanjut. Hal ini berarti bahwa kegiatan tindak lanjut pembelajaran merupakan
kegiatan lanjutan yang ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar yang
telah dicapai siswa, misalnya melalui kegiatan pemberian tugas atau latihan yang
20

harus dikerjakan siswa dirumah, menjelaskan kembali bahan pembelajaran yang


dianggap sulit oleh siswa, meminta siswa membaca bahan pembelajaran dari
sumber tertentu dan memberikan motivasi atau bimbingan belajar. Kegiatan tindak
lanjut pembelajaran dapat dilaksanakan diluar jam pelajaran, sesuai dengan
alokasi waktu yang tersedia. Pada prinsipnya, kegiatan tindak lanjut pembelajaran
dilaksanakan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa.

2. Bentuk Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut


Banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam dalam kegiatan akhir dan
tindak lanjut. Sebenarnya guru dapat berkreasi sendiri dalam menentukan cara
yang terbaik berdasarkan situasi pembelajaran yang terjadi. Berikut ini beberapa
alternatif bentuk kegiatan yang dapat diterapkan dalam kegiatan akhir dan tindak
lanjut pembelajaran terpadu di sekolah dasar
a. Kegiatan Akhir Pembelajaran
Kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk meyakinkan bahwa kompetensi
yang ditetapkan dikuasasi siswa diantaranya adalah meninjau kembali
penguasaan siswa dan melakukan penilaian.
1) Meninjau kembali penguasaan siswa
Untuk meninjau kembali penguasaan siswa terhadap materi yang
telah dipelajari siswa, guru dapat melakukan dua cara yaitu
merangkum pokok materi atau membuat ringkasan materi pelajaran
yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Dalam
melaksanakan kegiatan membuat rangkuman/ kesimpulan/ ringkasan,
hendaknya memperhatikan kriteria berikut:
a) Berorientasi pada pada acuan hasil belajar dan kompetensi dasar.
b) Singkat, jelas dan bahasanya mudah dipahami.
c) Rangkuman tidak keluar dari topik yang dibahas.
d) Dapat menggunakan waktu sesingkat mungkin.
2) Melaksanakan penilaian
21

Pengecekan atau penilaian terhadap pemahaman siswa sangat


penting dilakukan guru dengan maksud untuk melihat apakah siswa telah
mencapai kompetensi dasar yang telah diharapkan , atau belum. Oleh
karena itu guru perlu memiliki kemampuan dalam menilai hasil belajar
siswa.
Memberikan tes merupakan salah satu kegiatan akhir yang sering
dilakukan guru, oleh sebab itu guru perlu memiliki kemampuan dalam
mengembangakn alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes
yang dilakukan pada akhir ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
Melaksanakan penilaian disini dapat dilakukan secara lisan maupun
tertulis. Namun pada saat melakukan penilaian kita harus memahami
kondisi yang terjadi pada waktu itu, khususnya dalam dimensi waktu.
Apabila guru memiliki cukup waktu dalam melakukan penilaian, guru
dapat melakukan tes tertulis untuk mengetahui keberhasilan suatu
pembelajaran. Namun apabila waktu yang dimiliki sempit guru dapat
melakukan penilaian dengan cara lisan dengan memilih sebagaian siswa
khususnya yang memiliki slow learner dengan bentuk memberikan
pertanyaan atau membuat kesimpulan. Guru haruslah memiliki kreatifitas
yang tinggi dalam menilai hasil belajar siswa agar pelaksanaan penilaian
akhir tersebut efektif dan efesien

b. Melaksanakan Tindak Lanjut Pembelajaran


Setelah melaksanakan kegiatan akhir pembelajaran berupa tes, guru dapat
mengetahui sejauh mana pencapaian siswa, guru juga dapat mengetahui
apakah tujuan pembelajaran telah tercapai atau belum. Dengan
memperhatikan tingkat penguasaan siswa, guru perlu melakukan kegiatan
tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut bisa dilaksanakan di luar waktu
pembelajaran. Kegiatan tindak lanjut dilaksanakan untuk mengoptimalkan
22

hasil belajar siswa baik melalui kegiatan pengayaan (enrichment) maupun


perbaikan (remedial). Berikut merupakan beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan untuk tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu.
1. Memberikan pekerjaan rumah
Setelah melakukan kegiatan evaluasi, guru dapat mengetahui
gambaran mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi yang
diharapkan tercapai. Berdasarkan hasil evaluasi, guru dapat memberikan
tugas kepada siswa untuk meningkatkan atau memantapkan kompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa. Pekerjaan rumah merupakan kegiatan
yang ditempuh guru untuk meningkatkan dan memantapkan siswa
terhadap materi yang telah dipelajari di kelas.
Dalam memberikan tugas atau pekerjaan rumah guru haruslah
memperhatikan waktu yang tersedia dan kemampuan yang dimiliki siswa.
Pemberian tugas atau pekerjaan rumah juga harus berdasarkan pada
perencanaan yang jelas, efektif, fleksibel, dan terpadu. Jadi guru harus
memperhatikan bahwa tugas yang diberikan haruslah sesuai dengan
kompetensi yang harus dicapai dan bermanfaat bagi siswa. Tugas yang
diberikan baiknya bersifat terpadu dengan mata pelajaran lainnya.
Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan guru pada saat
memberikan tugas atau latihan yang harus dikerjakan siswa di rumah.
a) Guru hendaknya menentukan dan menjelaskan secara singkat tentang
topik atau tema tugas dan latihan yang harus dikerjakan siswa.
b) Guru perlu menjelaskan tahapan tugas-tugas yang harus dikerjakan
berdasarkan lembaran tugas. Guru hendaknya memberikan gambaran
alternatif penyelesaian tugas tersebut.
c) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
tugas yang belum dipahaminya. Guru hendaknya menegaskan
tentang kriteria dan batas waktu penyelesaiannya.
23

d) Guru menjelaskan tentang proses penyelesaian tugas, apakah tugas


dapat dilaksanakan di rumah atau di sekolah, sesuai dengan
karakteristik tugas yang bersangkutan.
e) Guru hendaknya meminta untuk menyerahkan dan mengerjakan
tugas sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
f) Guru harus memeriksa dan membahas setiap tugas yang diberikan.
Hal ini penting karena dengan guru membahas tugas yang diberikan
siswa akan mengetahui keberhasilan tugas yang telah dilakukan atau
kesalahan yang harus siswa perbaiki.
2. Membahas kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit
Ketika guru membahas kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit,
guru haruslah mempertimbangkan jumlah waktu yang tersedia. Jika
waktu memungkinkan maka guru dapat membahas bahan pelajaran yang
dianggap sulit pada akhir kegiatan sebelum pembelajaran berakhir.
Namun, jika waktu tidak memungkinkan untuk diadakan pembahasan
kembali maka guru perlu mencari alternatif lain, seperti mencari waktu di
luar jam pelajaran. Untuk pembahasan kembali pada pertemuan
berikutnya, guru hendaknya membuat desain tindak lanjut pembelajaran
yang mencangkup tujuan pembelajaran, kegiatan belajar, evaluasi serta
sumber belajar yang diperlukan.
3. Menugaskan membaca materi pelajaran selanjutnya
Kegiatan tindak lanjut lainnya yang dapat dilakukan guru adalah
menugaskan siswa untuk membaca topik tertentu yang sesuai dengan
pokok materi yang telah dipelajari dari sumber yang telah ditentukan.
Sebaiknya guru memberikan pertanyaan-pertanyaan pengarah sebagai
pedoman siswa dalam membaca topik tersebut. Siswa juga diminta untuk
menuliskan laporan hasil bacaannya.
4. Memberikan motivasi atau bimbingan belajar
24

Pada akhir kegiatan pembelajaran dan tindak lanjut, guru perlu


memberikan balikan dan bimbingan baik kepada siswa yang sudah
menguasai kompetensi maupun siswa yang belum menguasainya. Bentuk
balikan yang dapat dilakukan dengan memberikan penguatan
(reinforcement) baik verbal maupun nonverbal.
Guru juga hendaknya memberikan bimbingan kepada siswa agar
siswa memperbaiki kekurangannya atau meningkatkan prestasinya.
Balikan dan bimbingan ini dapat menumbuhkan semangat belajar pada
diri siswa.
5. Mengemukakan topik untuk pertemuan berikutnya
Kegiatan tindak lanjut lainnya yang dapat dilakukan guru adalah
dengan mengemukakan topik untuk pertemuan selanjutnya. Hal ini
dilakukan untuk membimbing dan mengarahkan siswa dalam kegiatan
belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran. Dengan adanya
pemberitahuan mengenai topik yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya, siswa diharapkan mempelajarinya terlebih dahulu. Sehingga
materi yang akan dibahas lebih mudah untuk dipahami.
25

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Proses pembelajaran terpadu akan berhasil dengan baik apabila guru sejak
awal dapat mengkondisikan kegiatan belajar secara efektif. Upaya yang perlu
dilakukan untuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran adalah memberikan
acuan dan memberikan apersepsi. Mengecek atau memeriksa kehadiran siswa
(presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readdiness),
menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar
siswa, membangkitkan perhatian siswa, memberi acuan, membuat kaitan
(melaksanakan apersepsi)
Kegiatan awal sangat berpengaruh terhadap kegiatan inti pembelajaran yang
pada prinsipnya kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses
pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang
dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu tujuan, materi, siswa, guru, serta
fasilitas, ruang, dan waktu.
Proses pembelajaran yang telah dilakukan dikuatkn dalam kegiatan penutup
bentuk kegiatannya seperti: meninjau kembali penguasaan siswa, melaksanakan
penilaian, melaksanakan tindak lanjut pembelajaran.
KELOMPOK 2 – PROSEDUR UMUM PT

Model-Model Pembelajaran Terpadu

A. Model Connected (Keterhubungan)


1. Pengertian model connected
Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir
pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-
butir pembelajaran seperti: kosakata, struktur, membaca, dan mengarang
misalnya, dapat dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan
26

dalam membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja


pembentukan pemahaman, keterampilan, dan pengalaman secara utuh
tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata
butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu. Untuk
membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi
di bawah ini.

Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang secara


sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain,
satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain,
tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang
dilakukan di hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu
semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di
dalam satu mata pelajaran.
Pembelajaran terpadu dengan menggunakan metode conected menuntut
pemahaman dan kreatifitas guru dan siswa dalam menuangkan ide-ide ke
dalam suatu pembelajaran yang efektif. Dalam hal ini, fokus utama tetap
berada pada siswa (student oriented) sebagai pelaku utama pembelajaran.
Guru dapat mengajak siswa bermusyawarah dalam menentukan materi-materi
yang sekiranya memiliki keterkaitan untuk dipadukan dalam suatu aktifitas
belajar mengajar. Selanjutnya guru membuat rencana pembelajaran yang
mengakomodir materi-materi secara terintegrasi dengan tetap mengacu pada
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Langkah-Langkah (Sintaks) Pembelajaran Terpadu Model
Keterhubungan (Connected)
27

Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu model


keterhubungan mengikuti tahap-tahap pembelajaran yang sudah biasa, yaitu
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Oleh karena itu,
sintaks model pembelajaran ini bisa direduksi dari berbagai model
pembelajaran. Dengan demikian, sintaks pembelajaran terpadu bersifat
fleksibel dan luwes. Karena dalam pembelajaran terpadu, sintaksnya dapat
diakomodasi dari berbagai model pembelajaran.
Langkah-langkah dari model pembelajaran terpadu tipe connected
(terhubung) menurut Prabowo (2000:11 – 14) sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan:
1) menentukan tujuan pembelajaran umum
2) menentukan tujuan pembelajaran khusus
b. Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru:
1) menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa (materi
prasyarat)
2) menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai oleh siswa
3) menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan
4) menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan / dibutuhkan
5) menyampaikan pertanyaan kunci
c. Tahap Pelaksanaan:
1) pengelolaan kelas; dengan membagi kelas kedalam beberapa
kelompok
2) kegiatan proses
3) kegiatan pencatatan data
4) diskusi secara klasikal
d. Evaluasi:
1) evaluasi proses
2) evaluasi produk

3. Kelebihan pembelajaran terpadu model keterhubungan adalah:


28

a. Dengan mengaitkan ide-ide dalam satu mata pelajaran, siswa memiliki


keuntungan gambaran yang besar seperti halnya suatu mata pelajaran
yang terfokus pada satu aspek.
b. Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus-menerus
sehingga terjadi internalisasi.
c. Mengaitkan ide-ide dalam suatu mata pelajaran memungkinkan siswa
mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, dan mengasimilasi ide
secara berangsur-angsur dan memudahkan transfer atau pemindahan ide-
ide tersebut dalam memecahkan masalah.
4. Kelemahan model pembelajaran keterhubungan adalah:
a. Berbagai mata pelajaran di dalam model ini tetap terpisah dan nampak
tidak terkait, walaupun hubungan dibuat secara eksplisit antara mata
pelajaran (interdisiplin).
b. Guru tidak didorong untuk bekerja secara bersama-sama sehingga isi
pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide
antara mata pelajaran.
c. Usaha-usaha yang terkonsentrasi untuk mengintregrasikan ide-ide dalam
suatu mata pelajaran dapat mengabaikan kesempatan untuk
mengembangkan hubungan yang lebih global dengan mata pelajaran lain.

B. Model Keterpaduan (integrated)


1. Pengertian model keterpaduan
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan antar mata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara
menggabungkan mata pelajaran dengan cara menetapkan prioritas kurikuler
dan menentukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih
di dalam beberapa mata pelajaran. Berbeda dengan model jaring laba-laba yang
menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, maka
dalam model keterpaduan tema yang terkait dan bertumpang tindih merupakan
hal yang terakhir yang ingn dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap
29

perencanaan program. Pertama guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan


dan sikap yang diajarkan dalan satu semester dari beberapa mata pelajaran,
selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang memiliki
keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai mata pelajaran.
2. Kekuatan model keterpaduan antara lain:
a. Memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di
antara berbagai mata pelajaran.
b. Memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran dan memberikan
penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian.
c. Mampu membangun motivasi.
3. Kelemahan model ketepaduan antara lain:
a. Model ini model yang sangat sulit diterapkan secara penuh.
b. Model ini menghendaki guru yang trampil, percaya diri dan menguasai
konsep, sikap dan keterampilan yang sangat diprioritaskan.
c. Model ini menghendaki tim antar Mata pelajaran yang terkadang sulit
dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.

C. Model Sequenced
1. Pengertian Model Sequenced
Kata sequence dalam bahasa Indonesia, berarti: (1) urutan, (2) rangkaian,
atau (3) rentetan, sehingga model sequenced dapat diartikan sebagai model
urutan/rangkaian. Dengan artikulasi yang terbatas lintas/antar disiplin ilmu,
guru dapat mengatur ulang urutan topik sehingga unit-unit yang mirip dapat
bersinggungan satu sama lain. Dua disiplin ilmu yang berhubungan dapat
diurutkan sehingga isi materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara
paralel. Dengan mengurutkan topik yang akan diajarkan, kegiatan masing-
masing displin ilmu ini dapat saling meningkatkan satu sama lain. Pada intinya,
satu subjek mengusung yang lainnya dan sebaliknya. Berikut ini adalah
gambar model sequenced.
30

Gambar 1 menunjukkan bahwa model sequenced diibaratkan seperti


eyeglasses (kaca mata), yang berarti konten internal yang bervariasi dibingkai
oleh konsep yang berkaitan. Lensa menggambarkan dua materi pelajaran yang
berbeda. Kedua lensa sejajar karena kedua materi pelajaran ini akan diajarkan
secara paralel, dimana isi materi pelajaran tersebut telah diurutkan terlebih
dahulu. Mata pelajaran yang terpisah ini dibingkai oleh konsep yang berkaitan
yang menaungi topik atau mata pelajaran tersebut. Untuk lebih jelasnya
Gambar 2 menunjukkan contoh dua guru dari disiplin ilmu yang berbeda
membuat masing-masing lima daftar topik yang akan diajarkan oleh keduanya.
Kemudian kedua guru ini mengurutkan topik-topik ini untuk diajarkan secara
paralel. Pengurutan topik-topik dengan guru yang lain akan memudahkan
siswa-siswa membuat hubungan (connections) antara kedua materi pelajaran
tersebut.

2. Langkah-langkah Model Sequenced


Langkah-langkah Model Sequenced diantaraya :
1. Tahap awal proses integrasi ( pembauran ), yang menggunakan dua bidang
disiplin yang secara mudah dikaitkan dengan yang lainnya.
2. Guru, bekerja dengan seorang partner, mulai membuat daftar isi kurikuler
secara terpisah.
3. Kemudian, menyatukan isi yang terpisah sampai keduanya dapat “match
up”.
4. Menyamakan isi kurikulum yang berbeda guna membuat pemahaman yang
lebih baik bagi siswa yang belajar dari keduanya.
31

3. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan model sequenced diantaranya :
a. Guru dapat membuat prioritas kurikuler, tidak sekedar mengikuti urutan
dibuku.
b. Membantu siswa mempermudah pemahaman terhadap materi yang
disampaikan oleh guru.
c. Menambah kreatif guru untuk menganalisis urutan suatu pokok bahasan.
d. Mempererat hubungan antarguru mata pelajaran yang berbeda.
Kekurangan model sequenced diantaranya :
a. Dibutuhkannya kompromi dari beberapa guru mata pelajaran yang berbeda
untuk membentuk model. Tidak mudah tentunya, mengkolaborasikan
urutan pokok bahasan dari masing – masing guru
b. Guru harus mengalah pada otonomi dalam membuat urutan kurikulum
karena guru bermitra dengan yang lain, artinya guru tidak boleh menang
sendiri atau mementingkan diri sendiri namun guru harus banyak mengalah
karena dalam penggunaan model ini melibatkan dua guru yang bermitra.

D. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)


1. Pengertian Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)
Model Squenced merupakan model pemaduan topik-topik pelajaran
yang berbeda secara paralel. Misalnya pada isi cerita roman sejarah, topik
pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan
dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial
masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan
makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada
alokasi jam yang sama.
Menurut Robin Fogarty ( 1991, hlm. 34) pembelajaran terpadu model
urutan adalah beberapa topik dari satu mata pelajaran diorganisasikan kembali
dan diurutkan agar dapat bertepata dan serupa. Fogarty mengibaratkan Model
Terurut seperti kacamata , maksudnya melihat kurikulum menggunakan kaca
32

mata, lensa terbagi dalam dua bagian, namun terhubung oleh sebuah bingkai
atau frame. Topik atau mata pelajaran terpisah, namun dapat dihubungkan
dengan sebuah konsep yang menaungi topik atau mata pelajaran tersebut.
Jadi model squenced adalah model pembelajaran terpadu yang
menekankan pada urutan karena adanya persamaan-persamaan konsep,
walaupun mata pelajarannya berbeda. Beberapa beberapa konsep yang hampir
sama diajarkan secara bersamaan (konsepnya) , sementara salah satu konsep
tersebut tetap diajarkan dalam mata pelajaran yang terpisah.
2. Penggunaan Model Squenced
Model squenced digunakan saat terdapat konsep-konsep yang sama
pada mata pelajaran.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Terpadu Model Squenced


a. Menganalisi isi kurikulum
1) Think Back (Re-design) : memilih dua mata pelajaran sejenis dan
mengurutkan topik atau konsep dari masing-masing mata pelajaran
dengan periode waktu yang sejajar.
2) Think Ahead (Design) : memikirkan urutan yang logis dari kedua mata
pelajaran yang secara logis dapat diajarkan dengan periode waktu yang
sejajar.
b. Memilih dua mata pelajaran yang sejenis
c. Mengurutkan kembali urutan perubahan masing-masing dengan periode
waktu yang sejajar.
4. Kelebihan
a. Dengan mengatur urutan topik, bab, dan unit, guru dapat membuat prioitas
kurikuler, tidak sekedar mengikuti urutan yang sudah dibuat oleh buku
teks.
b. Dengan membuat urutan yang baru, mungkin akan menghasilkan urutan
konsep yang lebih logis dibandingkan dengan susunan yang ada di buku.
33

Ketika susunan itu dipadukan dengan yang lain akan terparalelkan dan
saling bersinggungan , sehingga akan mempermudah siswa dalam belajar.
c. Dari sisi siswa , pengurutan yang sengaja dari disiplin-disiplin membantu
mereka membuat pemahaman.
d. Menambah kreatif guru menganalisis urutan suatu pokok bahasan
e. Mempererat hubungan antarguru mata pelajaran yang berbeda.
5. Kekurangan
a. Dibutuhkannya kompromi dari beberapa guru mata pelajaran yang berbeda
untuk membentuk model.
b. Untuk membuat urutan sesuai dengan apa yang terjadi membutuhkan
kolaborasi dan fleksibilitas dari semua orang yang terlibat

E. Model Shared (terbagi)


1. Pengertian model shared
Model pembelajaran terpadu tipe shared didasarkan pada ide-ide
pembagian yang berasal dari dalam ilmu tersebut. Untuk menggunakan model
pembelajaran terpadu tipe shared dari gabungan kurikulum, guru perlu
mempelajari dua ilmu berdasarkan hubungan konsep, sikap dan ketrampilan
yang sama. (Fogarty, 1991: 44-46).
Model shared adalah suatu model pembelajaran terpadu dimana
pengembangan disiplin ilmu yang memayungi antar mata pelajaran (kurikulum
silang). Contohnya butir-butir pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam
PKn misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran dalam Tata
Negara, PSPB, matematika dan ipa disejajarkan sebagai ilmu pengetahuan.
Kesusastraan dan sejarah digabung pada label kemanusiaan, seni, musik,
menari, dan drama. Dibawah payung kesenian yang pokok, teknologi komputer
dan industri rumah tangga sebagai kesenian yang perlu dipraktekkan.
Pembelajaran model terbagi (shared) adalah suatu pendekatan belajar
mengajar yang menggabungkan dua atau lebih mata pelajaran yang melihat
34

konsep, sikap dan ketrampilan yang sama. Penggabungan antara konsep


pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya dipayungi dalam satu tema, sehingga dapat memberikan pengalaman
yang bermakna bagi siswa.
2. Karakteristik Model Shared
Shared model mempunyai beberapa karakteristik yang menjadi ciri khas
pembelajaran terpadu diantaranya sebagai berikut;
1. Memadukan dua disiplin ilmu yang memiliki konsep, sikap, dan
ketrampilan yang sama.
2. Memiliki disiplin komplementer

3. Kelebihan Model Shared


Shared model (terbagi model) memilki beberapa kelebihan diantaranya
sebagai berikut:
1. Untuk lebih mudah dalam menggunakannya sebagai langkah awal maju
secara penuh menuju model terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu,
dengan menggabungkan disiplin ilmu serupa yang saling tumpang tindih
akan memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalah
2. Dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih
mudah melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk
menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam waktu yang
bersamaan.
3. Guru dapat meletakkan kegiatan mereka bersama untuk menciptakan blok
waktu yang lebih besar untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa.
4. Meningkatkan aktifitas belajar siswa, melalui keaktifan mendengarkan
penjelasan guru, merespon pertanyaan guru, mengajukan pertanyaan,
melakukan pengamatan, kerja sama dalam kelompok dan menyelesaikan
tugas.
35

5. Siswa lebih bersemangat belajar karena siswa merasa lebih akrab dengan
guru, sehingga siswa lebih berani untuk mengemukakan pendapat dan
bertanya.
4. Kekurangan Model Shared
Shared model (terbagi model) memilki beberapa kekurangan
diantaranya sebagai berikut:
1. Antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen pasangan untuk
bekerjasama dalam fase awal, untuk menemukan konsep kurikulum yang
tumpang tindih secara nyata diperlukan dialog dan percakapan yang
mendalam.
2. Untuk menyusun rencana model pembelajaran ini diperlukan kerjasama
guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk
mendiskusikannya.
3. Sulitnya mencari partner/ tim yang dapat saling percaya dalam bekerja
untuk menciptakan waktu yang bersifat fleksibel dan kompromi.
4. Sulitnya mencari partner atau tim yang memiliki komitmen sama untuk
bekerja melalui fase awal.
5. Pembelajaran terpadu model shared bukan merupakan satu-satunya
pendekatan yang paling tepat sebagai upaya meningkatkan kreativitas
belajar siswa, karena model pembelajaran terpadu harus disesuaikan
dengan kondisi yang ada.

F. Model Immersed (pencelupan atau pembenaman)


1. Hakikat model Immersed
Pembelajaran terpadu tipe immersed (pembenaman) yaitu suatu
pembelajaran yang menggunakan pendekatan antardisiplin ilmu, dimana siswa
dapat memadukan semua data dari setiap bidang ilmu dan menghasilkan
pemikiran sesuai bidang minatnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari (Fogarty, 1991). Fogarty (1991) mengemukakan tipe immersed, perpaduan
dilakukan oleh siswa, sedangkan guru hanya menyediakan fasilitas dan
36

mengarahkan proses perpaduan yang dilakukan siswa. Tipe Immersed hanya


sesuai untuk siswa dengan tingkat pemikiran yang sudah tinggi.
Menurut Suprayekti (2003; 69) arti harfiah dari kata immersed adalah
pencelupan atau pembenaman. Pada pembelajaran terpadu tipe ini, seluruh
mata pelajaran merupakan bagian dari sudut pandang keahlian para siswa
secara individu. Para siswa menyaring sendiri seluruh konsep yang
dipelajarinya menurut sudut pandang mereka sendiri dan meleburkan atau
membenamkan diri mereka dalam pengalaman melalui kegiatan yang
dijalaninya. Untuk membantu lebih memahami model ini, coba perhatikan
gambar atau ilustrasi di bawah.

Maka dapat di simpulkan bahwa, model immersed adalah model


pembelajaran terpadu yang berpusat untuk memadukan kebutuhan para siswa,
dimana mereka akan melihat apa yang dipelajarinya dari minat dan pengalaman
mereka sendiri. Jadi pelajar memadukan apa yang dipelajari dengan cara
memandang seluruh pengajaran melalui perspektif bidang yang disukai (area
of interest). Setiap individu memadukan semua data, ide-ide melalui bidang
yang sangat diminatinya.
2. Langkah-langkah model Immersed
Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu
tipe immersed mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran
terpadu yang meliputi tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
37

(Prabowo 2006; 4). Hanya saja meperhatikan hakikat dari model pembelajaran
immersed ini sebagaimana telah dijelaskan di atas. Berikut penjelasannya :
 Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan terdiri dari :
 Menentukan jenis mata pelajaran yang dipadukan.
 Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator. Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub-
keterampilan dari masing-masing keterampilan dalam satu unit
pelajaran.
 Menentukan sub-keterampilan yang dipadukan. Secara umum,
keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi keterampilan
berpikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan
keterampilan mengorganisasi (organizing skill) yang masing-masing
terdiri atas sub-sub keterampilan.
 Merumuskan indikator hasil belajar. Berdasarkan kompetensi dasar dan
sub-keterampilan yang telah dipilih, dirumuskan indikator. Setiap
indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan yang meliputi:
audience, behaviour, condition, dan degree.
 Menentukan langkah-langkah pembelajaran. Langkah ini diperlukan
sebagai strategi guru untuk memadukan setiap sub-keterampilan yang
telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran
 Tahap pelaksanaan
Tahap ini meliputi skenario langkah-langkah pembelajaran. Menurut
Samani (dalam Lutfiana, 2006; 32) tidak ada model pembelajaran tunggal
yang cocok untuk suatu topik dalam pembelajaran terpadu. Dalam
Depdiknas (1996; 6) prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu
meliputi:
 Guru hendaknya jangan menjadi aktor tunggal yang mendominasi
pembicaraan dalam proses pembelajaran.
38

 Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam


setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
 Guru perlu mengakomodasi ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam perencanaan.

 Tahap evaluasi.
Tahap ini dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil
pembelajaran. Tahap evaluasi sebagaimana termuat pada Depdiknas (dalam
Lutfiana, 2006; 32) hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi
pembelajaran terpadu.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Tipe Immersed (Terbenam)


Terdapat beberapa kelebihan dari pembelajaran terpadu tipe immersed
yakni sebagai berikut:
 Dampak positif dari membenamkan ide-ide dari beberapa bidang studi
adalah siswa dapat memadukan semua data dari setiap bidang ilmu dan
menghasilkan pemikiran sesuai dengan minatnya.
 Siswa mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus
sehingga terjadi proses internalisasi.
 Membenamkan ide-ide beberapa bidang studi memungkinkan siswa
mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide
secara terus menerus sehingga memudahkan terjadinya proses transfer ide-
ide bidang studi tersebut.

Dan berikut beberapa kelemahan yang mungkin dijumpai pada


pembelajaran terpadu tipe immersed diantaranya adalah:

 Agar dimensi sudut pandang siswa menjadi lebih dalam,


diperlukan pengalaman dan pengetahuan yang luas. Keadaan ini tentu
cukup sulit dipenuhi oleh siswa pada jenjang pendidikan dasar.
39

 Model pembelajaran terpadu tipe immersed, menekankan pada


penggabungan pengetahuan pada beberapa bidang studi berbeda untuk
membahas suatu masalah khusus. Keadaan ini berpotensi untuk
mempersempit cakupan pemikiran siswa terhadap bidang-bidang studi
tertentu.
 Pada jenjang pendidikan dasar, keluasan wawasan pemikiran siswa
merupakan hal semestinya ditekankan, tidak perlu terburu-buru untuk
mengkhususkannya.

G. Model Networked (Model jaringan)


1. Pengertian Model Jaringan
Menurut Asep, Novi, dkk (2016 hlm, 25.)Model Networked merupakan
model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan
konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan
baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun
konteks yang berbeda-beda.
Menurut Simaremare Rumasi (2010) Model Networked adalah
pembelajaran terpadu yang bersumber dari masukan eksternal yang
mengandung kebaruan, perluasan, ramalan terhadap kemungkinan yang terjadi
dan penyaringan gagasan. Pada proses pencarian pengetahuan pelajar menjadi
tergantung pada sebuah network atau jaringan kerja sama sebagai sumber
utama tentang informasi yang mereka harus dapatkan dari pandangan mata
yang dilihat secara langsung.
Menurut Jacobs dalam (Asep, Novi, dkk 2016, hlm, 25.) mengemukakan
lima pilihan bentuk keterpaduan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: (a)
discipline based, (b) parallel, (c) multidisciplinary, (d) interdisciplinary, dan (e)
integrated. Secara ringkas kelima model tersebut dapat diuraikan sebagai
40

berikut. 1. Bentuk discipline based adalah bentuk keterpaduan yang bertolak


dari mata pelajaran tertentu. Sebuah topik ekonomi misalnya dapat
dihubungkan dengan masalah sosial politik dan ilmiah. 2. Bentuk parallel
memadukan tema-tema yang sama dalam beberapa mata pelajaran. Bentuk ini
mengkondisikan tingkat keterpaduan yang kurang mendalam. 3. Bentuk
multidisciplinary adalah bentuk pembelajaran sejumlah mata pelajaran secara
terpisah melalui sebuah tema. 4. Bentuk interdisciplinary adalah bentuk
pembelajaran yang menggabungkan sejumlah mata pelajaran dalam sebuah
tema. Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam waktu yang bersamaan. 5.
Bentuk integrated merupakan bentuk pembelajaran yang memadukan sebuah
konsep dari sejumlah mata pelajaran melalui hubungan tujuantujuan, isi,
keterampilan, aktivitas, dan sikap. Dengan kata lain, bentuk pembelajaran
integrated merupakan pembelajaran antarmata pelajaran yang ditandai oleh
adanya pemaduan tujuan, kemampuan, sikap dari pelbagai mata pelajaran
dalam topik tertentu secara utuh.
2. Keunggulan dan kelemahan model networked
Menurut Simaremare Rumasi (2010) keunggulan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Networked Adapun keunggulan dari model pembelajaran
networked adalah sebagai berikut:
1. sangat proaktif dan berjalan secara alami dari pelajar sendiri, yang aktif
mencari dan mengikuti sesuatu yang baru saja muncul sebagai alur atau
arahannya,
2. pelajar dirangsang dengan informasi yang relevan, keterampilan atau
konsep pelajaran yang mempunyai sesuatu nilai yang lebih sepanjang
masa,
3. siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran
secara mendalam san sempit. Hal ini umumnya muncul secara tidak
sengaja selama proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung,
4. model pembelajaran tersebut mengembangkan keterampilan berfikir anak,
41

5. mengembangkan keterampilan sosial anak seperti, kerjasama, toleransi,


komunikasi dan menghargai gagasan orang lain.
Adapun kelemahan dari model pembelajaran networked adalah motivasi
anak akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal
secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber
3. Langkah – langkah pengembangan model networked
Menurut Halida (2011 hlm,527.)Langkah-langkah pengembangan model
jaringan adalah sebagai berikut:
a. Analisis perkembangan anak.
b. Tentukan konten kurikulum berdasarkan perkembangan anak dengan
membuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan hasil
belajar.
c. Buat rancangan kegiatan mingguan (RKM).
d. Tentukan tema dan subtemanya, kaitkan dengan aspek-aspek
perkembangan anak.
e. Kemudian tentukan indikator yang akan dikembangkan disetiap aspek
kemampuan.
f. Desain model networked, lalu masukkan minat-minat anak sesuai dengan
aspek perkembangan anak.
g. Hasil dari rancangan model jaringan (networked) dimasukkan dalam
Rancangan Kegiatan Harian dengan berpijak pada tema dan subtema.
h. Tentukan media, fasilitas, strategi, pendekatan maupun metode langkah-
langkah kegiatan dalam pelaksanaan (pembukaan, kegiatan inti, dan
penutup).
i. Langkah evaluasi terhadap kegiatan tersebut dengan menggunakan RKH
yang telah dibuat

H. Model Pembelajaran Fragmented (Penggalan)


1. Pengertian Model Penggalan (Fragmented)
42

Pengertian Model Penggalan (Fragmented) adalah model pembelajaran


konvensional (umumnya) yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari
siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu
pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru
yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran
memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya.
Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara
mengajar yang berbeda dari setiap guru. Contoh: dalam satu pelajaran, terdapat
materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking skill), dan peta konsep
(organizing skill). Yang merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan
konsep ketrampilan berpikir, dan ketramplan mengorganisir.

2. Kelebihan Model Pembelajaran Fragmented (Penggalan)


a. Guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan
dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan
dalam setiap pengajaran.
b. Kurikulum model ini memisahkan setiap mata pelajaran yang lain sehingga
siswa tidak mampu mengintegrasikan sebagian konsep, sikap, keahlian
yang ada antar disiplin ilmu
c. Tidak adanya pengintegrasian antar disiplin ilmu akan menyebabkan
pelimpahan dan penimbunanmateri pada siswa
3. Kelemahan Model Pembelajaran Fragmented (Penggalan)
a. Siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama,
keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
b. Materi pelajaran merupakan bentuk yang murni dari setiap ilmu
c. Menyediakan guru yang ahli dibidangnya serta dapat mengembangkan
ilmunya secara luas
d. Siswa mempunyai kebebasan untuk memilih topic
e.
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Fragmented (Penggalan)
43

a. Tahap Perencanaan
1) Menentukan Kompetensi Dasar
2) Menentukan Indikator Menentukan Tujuan Pembelajaran
b. Langkah-Langkah yang ditempuh guru
1) Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai peserta didik.
(materi prasyarat)
2) Menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai peserta didik
3) Menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan.
4) Menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan / dibutuhkan.
5) Menyampaikan pertanyaan kunci
6) Tahap Pelaksanaan, meliputi
7) Pengelolaan kelas dengan membangi kelas kedalam beberapa
kelompok.
c. Kegiatan proses
1) Kegiatan pencatatan data.
2) Diskusi secara klasikal
d. Tahap Evaluasi, meliputi :
1) Evaluasi Proses, berupa :
a) Ketepatan hasil pengamatan
b) Ketepatan dalam menyusun alat dan bahan
c) Ketepatan peserta didik saat menganalisis data.
2) Evaluasi Produk
Penguasaan peserta didik terhadap konsep-konsep / materi sesuai
dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
3) Evaluasi Psikomotor
Kemampuan penguasaan peserta didik terhadap penggunaan alat
ukur.

I. The Webbed Model (Model Jaring Laba-Laba)


1. Pengertian Model Pembelajaran Webbed
44

Model webbed merupakan model pembelajaran terpadu yang


menggunakan tema sebagai dasar pembelajaran. Model pembelajaran ini
memadukan multi disiplin ilmu atau berbagai mata pelajaran yang diikat oleh
satu tema (Fogarty. 1991). Model webbed lebih menekankan pada keterlibatan
siswa dalam pembelajaran sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman
langsung. Melalui pengalaman langsung akhirnya siswa akan memahami
konsep-konsep yang telah mereka pelajari dan dapat menguhungkan dengan
konsep lainnya.
Padmono menyatakan, ”webbed menyajikan pendekatan tematik untuk
mengintegrasikan mata pelajaran. Satu tema yang subur dijaring laba labakan
untuk isi kurikulum dan mata pelajaran. Mata pelajaran menggunakan tema
untuk menyelidiki keseuaian konsep, topik, dan ide-ide”. Berdasarkan
pernyataan tersebut, model webbed (Model Jaring Laba-laba) merupakan
model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik dan
memadukan multi disiplin ilmu.
2. Karakteristik Model Pembelajaran Webbed
a. Model ini menekankan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru
lebih berperan sebagai fasilitator dengan memberikan kemudahan-
kemudahan kepada siswa untuk melakuakan aktivitas belajar.
b. Memberi pengalaman langsung. Siswa dihadapkan pada sesuatu yang
nyata/ konkrit sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c. Pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas fokus pembelajaran
diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, Menyajikan konsep-
konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
Dengan demikian siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut
secara utuh. Hal ini deperlukan untuk membantu siswa dalam
memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.
45

e. Bersifat Fleksibel,- Guru dapat mengkaitkan bahan ajar dari satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lain, bahkan mengkaitkan mata pelajaran
dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah dimana meraka
berada.
f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain yang menyenangkan.
3. Langkah-Langkah Penyusunan Model Pembelajara Webbed
Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran jaring
laba-laba sebagai berikut :
a. Guru menyiapkan tema utama dan sub-tema yang telah dipilih dari
beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran/ bidang Studi.
b. Mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan
melalui tema dan sub-tema.
c. Guru menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih luas.
d. Guru memilih konsep, kegiatan atau informasi yang bisa mendorong
belajar siswa.
4. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Webbed
a. Kelebihan ketika melaksanakan pembelajaran terpadu model jaring laba-
laba antara lain :
1) Faktor motivasi yang dihasilkan dari penyeleksi tema yang diminati.
2) Model webbed atau jaring laba-laba relatif lebih mudah dilakukan
guru yang belum berpengalaman mengajar.
3) Model ini memudahkan perencanaan kerja tim untuk
mengembangkan tema kesemua bidang isi pelajaran.
4) Memberi kemudahan bagi peserta didik dalam melihat kegiatan-
kegiatan yang saling terikat.
5) Siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda
dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan.
b. Kelemahan ketika melaksanakan pembelajaran terpadu model jaring
laba-laba antara lain :
46

1) Kesulitan yang paling serius dengan model webbed terletak pada


pemilihan satu tema. Tema yang digunakan harus dipilih baik-baik
secara selektif agar relevan dengan materi dan tidak merumuskan
tema yang dangkal.
2) Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan
daripada pengembangan konsep.
1. Penerapan Model Pembelajaran Webbed
Pembelajaran terpadu model webbed dimulai dengan menentukan tema.
Sebagai contoh tema yang ditentukan adalah “Lingkungan”. Dari tema ini
dikembangkan dan dipadukan menjadi sub-sub tema yang ada pada beberapa
mata pelajaran, misalnya:
a. IPA
Sub tema : Mengenal berbagai bentuk energi dan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa diajarkan tentang macam-macam bentuk
energi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya : energi
cahaya kita manfaatkan sebagai penerangan saat kita belajar.
b. Matematika
Sub tema : mengenal bangun datar. Siswa diajarkan tentang bentuk-
bentuk bangun datar misalnya, misalnya : ban sepedah kita berbentuk
lingkaran, buku tulis berbentuk persegi, penggaris berbentuk persegi
panjang.
c. Pkn
Sub tema : tenggang rasa, kedisiplinan. Siswa diajarkan tentang
bagaimana cara manusia bersikap dan bertingkah laku sebagai makhluk
sosial separti sikap tenggang rasa dan bekerja sama dengan orang lain.
d. Bahasa Indonesia
Sub tema : membuat ringkasan. Siswa menceritakan dengan kata-katanya
sendiri tentang bentuk-bentuk energi, dan bentuk bangun datar yang kita
jumpai di lingkungan sekitar.
47

J. MATERI YANG BELUM PUNYA


SIAPA ???
1. Materi siapa yang belum?
2. Ini punya siapa ya?
3. Hmmmmmmmm......
48

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa matapelajaran untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Ditinjau dari cara memadukan
konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, menurut seorang ahli yang
bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model dalam
merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah:
(1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed,
(7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Model
pembelajaran terpadu yang tepat dikembangkan di sekolah dasar yaitu model
jaring laba-laba (webbed), model keterhubungan (connected), dan model
keterpaduan (integrated). Model jaring laba-laba yaitu model pembelajaran
terpadu yang menggunakan pendekatan tematik; model keterhubungan, yaitu
model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk
menghubungkan konsep, topik, keterampilan, tugas, bahkan ide-ide yang
dipelajari di dalam satu bidang studi; sedangkan model keterpaduan merupakan
model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antarmata pelajaran.

B. Saran
Pendidikan sangatlah berperan penting dalam kehidupan manusia, pendidikan
akan mencetak generasi muda yang berprestasi, mandiri dan unggul. Oleh karena
itu, pendidikan diharapkan memiliki pembaruan agar peserta didik dapat menuntut
ilmu sebaik mungkin dan tidak jenuh, bosan bahkan malas. Para pendidik
seharusnya selalu berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai model-model pembelajaran yang menyenangkan dan
bermakna bagi kehidupan peserta didik kelak.
49

DAFTAR PUSTAKA

Asep, Novi, dkk. (2016). Pembelajaran Terpadu di SD. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.

Fogarty, Robin. (1991). How to Integrate The Curricula. IRI/Skylight.

Halida. (2011). Penerapan Model Networked (Jejaring) dalam Pembelajaran Terpadu Pendidikan
Anak Usia Dini. Vol 5, No 2 :Jurnal Visi Ilmu Pendidikan.

https://www.eurekapendidikan.com/2015/09/pengertian-kurikulum-model-webbed.html

Lutfiana, A. F. (2006). Implementasi Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Minyak Bumi


Berorientasi Pembelajaran Terpadu Tipe Immersed, Makalah Komprehensif Universitas
Negeri Surabaya. Surabaya: Program Studi Sains, PPS Unesa.

Prabowo. (2000). Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Terpadu Dalam Menghadapi


Perkembangan IPTEK Millenium III. Makalah disampaikan pada seminar dan lokakarya
Jurusan Fisika FMIPA UNESA bekerjasama dengan Himpunan Fisika Indonesia (HFI).

Rahmawati, Resa. (2015). Model-shared- model terbagi. Diakses dari:


http://resaramti.blogspot.com/2015/05/model-shared-model-terbagi_18.html (Di akses pada
tanggal 18 mei 2015).

Simaremare, Rumasi. (2010). Model pembelajaran networked terhadap kemampuan menulis


naskah pidato siswa. di http://digilib.unimed.ac.id/484/1/Fulltext.pdf . (Di akses pada
tanggal : 22-09-2018).

Suprayekti, dkk. (2003). Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.


50

KELOMPOK 3 – KETERAMPILAN DASAR PT

PEMBAHASAN
A. Keterampilan Membuka Pembelajaran
1. Hakikat Membuka Pembelajaran
Membuka Pembelajaran (Set Induction), adalah kegiatan untuk memulai
pembelajaran. Seperti lazimnya dalam setiap kegiatan, kita sering mendengar adanya
acara pembukaan, yaitu kegiatan mengawali sebelum memasuki kegaiatan pokok.
Demikian halnya dalam pembelajaran, kegiatan pembukaan adalah kegiatan
mengawali sebelum memasuki kegiatan inti pembelajaran.
Pembukaan dalam berbagai kegiatan dianggap cukup penting mengingat sangat
mempengaruhi dan menentukan kelancaran kegiatan berikutnya. Pembukaan yang baik
akan mampu mengantarkan atau mengkondisikan kegiatan tahap berikutnya dengan
lebih lancer dan berkualitas. Sebaliknya bila pada saat pembukaan tidak mampu
memberikan gambaran yang utuh dan mengkondisikan suasana, maka akan mengalami
kesulitan untuk tahap kegiatan berikutnya.
a. Pengertian Kegiatan membuka pembelajaran
Keterampilan membuka pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan,
aktivitas atau usaha yang dilakukan guru untuk memulai pembelajaran. Menurut
Soli Abimanyu, 1984 “Membuka Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan
oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian
siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari”.
Membuka pembelajaran (Set induction) adalah aktivitas yang dilakukan
guru untuk menciptakan kondisi siap mental; menumbuhkan perhatian serta
meningkatkan motivasi siswa agar terpusat pada kegiatan belajar yang akan
dilakukan. Kegiatan membuka pembelajaran bukanlah kegiatan basa-basi tanpa
arah yang jelas. Dengan membuka pembelajaran dimaksudkan untuk
mengkondisikan siap mental bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Oleh
karena itu setiap guru dituntut melatih diri agar memiliki keterampilan membuka
pembelajaran dengan baik dan tepat.
51

Jika siswa sejak awak sudah memiliki kesiapan untuk belajar, maka tidak
terlalu sulit bagi guru untuk mengaktipkan siswa dalam langkah pembelajaran
selanjutnya (kegiatan inti pembelajaran). Dengan demikian kesiapan mental yang
tercipta sejak awal pembelajaran bisa menjadi pra-syarat ntuk mengikuti kegiatan
pembelajaran pada tahap berikutnya. Oleh karena itu guru perlu mesiasati dan
menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar.
Kegiatan membuka pembelajaran, walaupun diartikan sebagai suatu
aktivitas atau uasaha yang dilakukan guru untuk memulai pembelajaran pada tahap
berikutnya. Dalam penerapannya tidak hanya dilakukan satu kali ketika mengawali
pembelajaran saja. Membuka pemebelajaran dapat dilakukan pada setiap penggal
kegiatan inti selama pembelajaran berlangsung.
Mislanya, jika dalam satu kegiatan pembelajaran ada tiga tujuan
pembelajaran (kompetensi) yang harus diacapai siswa, dan untuk mencapai ketiga
kompetensi tersebut ada tiga penggal materi pembelajaran. Setelah selesai
mempelajari satu penggal materi dan menyimpulkannya, untuk memasuki
penggalan materi berikutnya guru membuka kembali pembelajaran, yaitu mengajak
siswa untuk memusatkan kembali perhatian dan membangkitkan motivasinya
untuk mempelajari penggal materi kedua dan begitu seterusnya.
Dengan demikian secara teknis kegiatan membuka pembelajaran dapat
dilakukan beberapa kali selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk lebih
jelasnya mari kita lihat bagan berikut ini:

2. Tujuan dan Manfaat Membuka Pembelajaran


Untuk menciptakan kondisi kesiapan metal siswa dalam mengikuti pembelajaran,
maka kegiatan membuka pembelajaran tidak cukup hanya dengan melakukan kegiatan
52

yang bersifat administrasi seperti: mengecek kehadiran siswa, menyiapkan alat-alat


pelajaran, mempersiapkan buku sumber dan kegiatan administrasi lainnya. Kegiatan
atau pemeriksaan yang bersifat administrasi saja pada mengawali pembelajaran, belum
tentu akan mencapai sasaran menumbuhkan kesiapan mental siswa secara optimal.
Dengan demikian kegiatan membuka pembelajaran sealain untuk mempersiapkan hal-
hal yang bersifat teknis administrative, terutama harus memfokuskan pada upaya
mengkondisikan kesiapan baik fisik dan mental, perhatian dan motivasi siswa untuk
mengikuti kegiatan inti pembelajaran.
Mengacu pada batasan-batasan kegaitan membuka pembelejaran seperti dijelaskan
di atas, maka tujuan dari keterampilan membuka pembelajaran adalah:
a. Menciptakan kondisi kesiapan mental siswa untuk mengikuti pembelajaran.
b. Membangkitkan perhatian dan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran
c. Memberikan gambaran yang jelas batas-batas tugas atau kegiatan yang harus
dilakukan siswa
d. Memberikan gambaran yang jelas tujuan atau kompetensi yang harus dicapai oleh
siswa
e. Memberikan gambaran yang jelas pengalaman atau kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan atau kompetensi
yang diharapkan.
f. Menyadarkan siswa pentingnya mencapai tujuan atau kompetensi yang ditetapkan
dan hubungannya dengan kehidupan sehari-hari.
3. Komponen-komponen dalam Membuka Pembelajaran
Sesuai dengan pengertian dan tujuan keterampilan membuka pembelajaran yaitu
untuk menciptakan kondisi kesiapan mental siswa untuk belajar, maka unsur-unsur
berikut dapat dijadikan alternative dalam kegiatan membuka pembelejaran.
a. Menarik perhataian siswa
Perhatian dalam pembelajaran adalah kesanggupan untuk memusatkan seluruh
aktivitas siswa agar tertuju kepada kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
Upaya untuk mengkondisikan perhatian siswa agar tertuju kepada pembelajaran,
antara lain dpat disiasati dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Gaya mengajar guru,
53

mislanya menvariasikan suara, posisi guru, gerak tubuh dan penampilan lain
yang sesuai dengan tuntutan sebagai pendidik.
2) Menggunkaan multi metoda,
media dan sumber pembelajaran, yaitu penggunaan metoda, media dan sumber
pembelajaran secara lebih luas dan bervariasi yang sesuai dengan tujuan atau
kompetensi yang harus dicapai dan modalitas siswa (visual, audio, atau
gabungan ausio+visual)
3) Pola interaksi pembelajaran yang bervariasi
Pembelajaran adalah suatu proses komunikasi, komunikasi pembelajaran yang
dikembangkan secara interaktif akan menarik perhataian siswa, karena suasana
pembelajaran tidak monoton. Variasi komunikasi pembelajaran, mislanya
kapan saat yang tepat untuk klasikan, individu, kelompok.
4) Tempat belajar
Misalnya selain belajar di dalam kelas, juga untuk menarik perhatian siswa,
guru dapat merancang kapan pembelajaran dilakukan di luar kelas,
laboratorium, perpustakaan atau ditempat belajar lainnya yang memungkinkan
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
b. Menumbuhkan motivasi siswa
Motivasi adalah suatu kekuatan (energi) yang mendorong seseorang untuk
beraktivitas. Motivasi sangat penting dimiliki, dipelihara serta ditingkatkan pada
setiap siswa. Oleh karena itu guru harus berusaha membangkitkan motivasi belajar
siswa, sehingga siswa dapat berbuat, bekerja dan melakukan aktivitas belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Sebagai alternative untuk mensiasati menumbuhkan motivasi siswa dalam
pembelajaran anatara lain:
1) Kehangatan dan antusias
Sikap bersahabat dan mendidik yang ditunjukkan guru terhadap
siswanya, akan mendorong semanagat (motivasi) belajar siswa.
Kehangatan dan antusias, rasa memiliki dan tanggung jawan terhadap
profesi yang direfleksikan dalam setiap bertindak, akan berdampak pada
semangat belajar siswa. Oleh karena itu untuk membangkitkan motivasi
54

siswa, harus diawali oleh semangat serta sikap positif yang ditunjukkan
oleh guru itu sendiri.
2) Menimbulkan rasa ingin tahu
Rasa penasaran yang menghinggapi seseorang, biasanya akan
mendorong orang itu untuk melakukan aktivitas. Seorang siswa yang
memiliki rasa ingin tahu cara kerja jantung pada tubuh manusia misalnya,
maka ia akan mencari sumber-sumber pembelajaran yang dapat memenuhi
keingintahuan itu.
Oleh karena itu untuk membangkitkan motivasi siswa, hendaknya guru
banyak memberikan stimulus (rangsangan) pembelajaran yang dapat
memunculkan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan kehidupan
nyata, dimasa siswa merasa tertantang untuk memcahkannya.
3) Membuat ide yang bertentangan
Siswa akan terdorong untuk mengemukakan pertanyaan atau
pendapatnya terhadap sesuatu ide atau topic yang mengandung unsur
bertentangan “pro dan kontra”, apalagi terkait dengan kehidupan nyata
sehari-hari. Selama untuk kepentingan pembelajaran, terkait dengan
kehidupan nyata sehari-hari. Selama untuk kepentingan pembelajaran, guru
harus kreatif memunculkan permasalahan yang dikemas dalam suatu ide
atau topik yang mengandung unsur “pro dan kontra” sehingga menggugah
semnagat belahar siswa.
4) Perbedaan Individual
Setiap siswa memiliki karakteristik, minat yang berbeda antara yang
satu dengan siswa lainnya. Motivasi siswa akan muncul apabila
pembelajaran yang akan diikutinya sesuai dengan minatnya. Minta siswa
banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana ia hidup dengan cita-
citanya. Oleh karena itu untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru
hendaknya memperhatikan individu siswa dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
c. Memberi acuan
55

Acuan dalam pembelajaran adalah gambaran singkat atau deskripsi yang


menginformasikan ruang lingkup materi dan kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan. Dalam membuka pembelejaran, memberikan acuan sangat penting,
karena dengan acuan yang dismapaikan guru, siswa sejak awal telah memiliki
gambaran singkat mengenai apa yang akan dipelajari, aktivitas apa yang harus
dilakukan untuk mempelajarinya.
Untuk memberikan acuan dalam mengawali pembelajaran, guru dapat
melakukannya antara lain dengan cara: mengemukakan tujuan atau kompetisi yang
harus dicapai siswa, menginformasikan tahap-tahap kegiatan yang harus dilalui
siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari, mengingatkan
siswa terhadap pokok-pokok atau substansi materi yang akan dipelajari, dan lain
sebagainya.
d. Membuat kaitan
Sejalan dengan pengertian kompetensi dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi, yaitu dimilikinya pengetahuan, sikap/nilai, keterampilan dan
kebiasaan yang direfleksikan dalam kegiatan berpikir dan bertindak. Maka ketika
mengawali pembelajaran, dengan membuat kaitan tidak hanya mengaitkan antara
tujuan atau materi yang akan dipelajarinya dengan materi-materi sebelumnya yang
telah dipelajari dan dikuasai siswa, akan tetapi keterkaitan dengan tugas-tugas atau
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi yang
akan dipelajari siswa memiliki nilai fungsional, yaitu bermanfaat dan terkait
dengan kehidupan yang dipelajari.
4. Prinsip Kegiatan Pembukaan
a. Kebermakanaan
Setiap kegiatan membuka pembelajaran seperti menarik perhatian,
membangkitkan motivasi, memberi acuan, membuat kaitan, gaya mengajar,
penggunaan multi metoda dan media pembelajaran, dalam penerapannya harus
memenuhi unsur kebermakanaan. Bermakna artinya setiap unsur yang digunakan
sesuai dengan upaya pencapaian tujuan atau kompetensi pembelajaran, sifat materi,
56

memperhatikan karakteristik siswa, maupun situasi dan kondisi pada saat


berlangsungnya proses pembelajaran
b. Berurutan dan berkesinambungan
Penerapan setiap unsur kegiatan membuka pembelajaran harus direncanakan.
Dengan perencanaan yang matang, maka penggunaan unsur-unsur membuka
pembelajaran tidak terkesan seperti dibuat-buat atau dipaksakan. Melalui
perencanaan yang matang, penerapan unsur-unsur pembelajaran akan berjalan
secara logis dan sistematis, sehingga akan mampu mengkondisikan siswa untuk
siap mengikuti pembelajaran.

B. Keterampilan Menutup Pembelajaran


1. Pengertian Menutup Pelajaran
Menurut Mukminan (2013, hlm. 211) bahwa kegiatan menutup pembelajaran
merupakan kegiatan memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang dipelajari
peserta didik, mengetahui pencapaian peserta didik, dan tingkat keberhasilan pengajar
dalam proses pembelajaran. Sedangkan menurut Sanjaya dalam Sukirman (2012, hlm. 238)
menutup pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
“mengakhiri pembelajaran dengan maksud memberikan gambaran menyeluruh tentang apa
yang telah dipelajari siswa”.
Dari kedua pengertian di atas terdapat dua hal penting yaitu “menutup pembelajaran”
dan “memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang dipelajari siswa. Sehingga yang
dimaksud dengan kegiatan menutup pembelajaran merupakan suatu aktivitas guru
mengarahkan siswa dengan memberikan gambaran secara menyeluruh tentang apa apa
yang telah dipelari dan dicapai oleh siswa sebagai bentuk mengakhiri kegaiatan
pembelajaran.
2. Tujuan dan Manfaat Menutup Pembelajaran
Kegiatan menutup pembelajaran bukan hanya sebatas kegiatan memberikan tugas,
memberikan pengumuman, berdo’a dan salam, akan tetapi kegiatan menutup pembelajaran
harus memiliki sasaran atau tujuan yang jelas. Adapun tujuan dan manfaat dari kegiatan
menutup pembelajaran menurut Sukirman & Kasmad (2006, hlm. 151) adalah sebagai
berikut:
57

a. Untuk memberikan pemahaman yang utuh terhadap materi pokok atau kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
b. memantapkan pemahaman siswa terhadap materi pokok atau kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.
c. Untuk mengetahui tingkat hasil pencapaian pembelajaran yang telah diperoleh siswa,
sekaligus berfungsi sebagai umpan balik bagi guru.
d. Untuk memmberikan tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan proses dan hasil
pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa.

3. Komponen-Komponen Menutup Pembelajaran


Menurut Sukirman dan Kasmad (2006, hlm. 151) kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan oleh guru dalam menutup pembelajaran anatara lain dengan cara:
a. Meninjau kembali (meriview)
Meninjau kembali pada dasarnya adalah upaya untuk melakukan kilas balik
terhadap penguasaan siswa dari pokok-pokok materi yang telah dipelajari. Kegiatan
meninjau kembali ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas pemahaman siswa
terhadap konteks materi yang dipelajarinya.
Kegiatan meninjau kembali dapat dilakukan dengan cara membuat ringkasan,
menyimpulkan intisari dari yang dibahas, menyampaikan pokok-pokok pikiran terkait
materi yang dipelajarinya, dan kegiatan lainnya yang sejenis. Dengan demikian
diharapkan siswa dapat memahami secara utuh terhadap apa yang dipelajarinya.
b. Menilai (mengevaluasi)
Kegiatan menilai (evaluasi) dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan
siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Kegiatan evaluasi dapat dilakukan dengan
beberapa cara anatara lain: bisa dilakukan dengan cara tanya jawab singkat seputar
materi yang dipelajari, meminta mendemonstrasikan keterampilan sesuai denagn
materi yang dipelajari, mengemukakan ide-ide pokok dari materi yang dipelajari, atau
mengerjakan tes tertulis.
c. Menyimpulkan
Dalam menutup pembelajaran kegiatan menyimpulkan dengan membuat rumusan
atau pokok-pokok pikiran atau kristalisasi dari materi yang dibahas. Menurut Sukirman
58

(2012, hlm. 241) Membuat kesimpulan sebagai sebagai salah satu bentuk mengakhiri
kegiatan pembelajaran alternatifnya: 1) dibuat oleh guru, 2) dibuat oleh siswa, 3)
dirumuskan bersam oleh siswa dengan bimbingan guru.
d. Tindak lanjut
Kegiatan tindak lanjut merupakan upaya untuk menindaklanjuti kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan dengan maksud untuk lebih memantapkan
pemahaman siswa baik berkenaan dengan konsep-konsep yang dipelajari maupun
dalam rangka mengaplikasikan pemahaman konsep terhadap pemecahan-pemecahan
masalah praktis.
Jenis kegatan tindak lanjut dapat berupa tugas pekerjaan rumah (PR), mengerjakan
tugas-tugas tertentu (proyek), melakukan observasi atau pengamatan, wawancara
sederhana, atau keegiatan lain yang sejenis.
4. Prinsip-Prinsip Penggunaan
Mengingat pentingnya kegiatan menutup pembelajaran sebagai bagian dari proses
kegiatan pembelajaran, maka dalam memilih dan menentukan kegiatan dalam menutup
pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam kegiatan menutup pembelajaran.
Adapun prinsip-prinsip dalam kegiatan menutup pembelajaran menurut Sukirman &
Kasmad (2006, hlm. 153) adalah sebagai berikut:
a. Kebermaknaan, artinya kegiatan menutup pembejaran harus sesuai dengan tujuan atau
kompetensi pembelajaran, sifat materi, karakteristik siswa, serta disesuaikan dengan
situasi dan kondisi.
b. Berurutan dan berkesinambungan, yaitu penerapan setiap unsur dalam menutup
pembelajaran harus terencana sehingga tidak terkesan sebagai kegiatan basa-basi atau
hanya bersifat rutinitas tanpa maksud yang jelas.

C. Keterampilan Menjelaskan
1. Pengertian Keterampilan Menjelaskan
Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung kadang-kadang secara spontan ada
siswa mengacungkan tangan dan berkata “pak atau bu Guru, map saya belum mengerti
tentang apa yang dijelaskan oleh Bapa/Ibu, tolong Bapa/Ibu dapat menjelaskan lagi
kepada kami?”.
59

Dari ilustrasi tadi kita dapat menangkap pesan bahwa materi yang dijelaskan belum
sepenuhnya dipahami atau dimengerti oleh siswa. Kalaupun sudah menerima
penjelasan mungkin masih samar-samar diterima oleh siswa, sehinggga menuntut guru
untuk mengulangi menjelaskannya. Kalau begitu secara sederhana dapat dikatakan
bahwa Keterampilan menjelaskan adalah upaya untuk memperjelas atau membuat
sesuatu menjadi lebih jelas.
Secara etimologis kata “menjelaskan” bermakna membuat sesuatu menjadi jelas.
Menurut Raflis Kosasi (1985) menjelaskan berarti mengorganisasikan isi pelajaran
dalam urutan yang terencana sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Lebih
lanjut ia mengatakan penjelasan adalah penyajian informasi lisan yang diorganisasikan
secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, sebab akibat, atau
antara yang diketahui dengan yang belum diketahui.
Menyimak pengertian “menjelaskan: baik dilihat dari segi etimologis maupun
secara istilah yang dikemukakan di atas, kita dapat menangkap inti pesan dari
menjelaskan yaitu “membuat sesuatu menjadi jelas”.
Dalam kegiatan pembelajaran untuk mengetahui apakah materi yang dijelaskan
telah dipahami oleh siswa, atau membuat “menjadi jelas” bagi siswa. Tentu saja untuk
meyakinkannya, tidak cukup hanya dengan kemampuan siswa mengungkapkan
kembali secara lisan konsep-konsep atau yang bersifat teori saja. Akan tetapi
bagaimana siswa itu mampu menghubungkan antara teori dan praktek, atau dalil-dalil
dengan contoh pemecahannya.
2. Tujuan, Manfaat dan Pentingnya Keterampilan Menjelaskan
Tujuan dari keterampilan menjelaskan adalah sebagai berikut:
a. Untuk membimbng siswa memahami dengan jelas terhadap sesuatu yang dipelajari
b. Untuk membimbing siswa memahami konsep, hukum, dalil, dan unsur-unsur yang
terkait dengan sesuatu yang dijelaskan secara objektif dan bernalar
c. Untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam memcahkan masalah
melalui penerapan cara berpikir secara kritis, analitis, logis dan sistematis
d. Untuk membantu memenuhi rasa ingin tahu siswa (guriousity) terhadap sesuatu
permasalahan yang dipelajari/dihadapi
60

e. Untuk mendapatkan balikan dari siswa tentang pemahamannya terhadap sesuatu


yang dijelaskan

Manfaat dari keterampilan menjelaskan akan diperoleh terutama dalam hal:

a. Meningkatkan efektivitas penjelasan atau pembicaraan yang dilakukan, sehingga


guru dapat memilih bantuk dan jenis penjelasan yang dapat memperjelas
permasalahan dan memiliki makna bagi pembelajaran
b. Memproyeksikan tingkat pemahaman yang telah dimiliki siswa melalui penjelasan
yang telah dilakukan
c. Memfasilitasi siswa memanfaatkan sumber pembelajaran secara luas dan bervariasi
d. Memecahkan kekurangan sumber pembelajaran yang dimiliki siswa

Pentingnya Keterampilan Menjelaskan :

a. Tidak semua siswa dapat menggali sendiri pengetahuan dari buku atau sumber
lainnya. Untuk menanggulangi hal tersebut guru membantu mereka dengan
menjelaskan hal-hal yang diperlukan.
b. Penjelasan yang diberikan oleh guru kadang-kadang “tidak jelas” bagi siswa, tetapi
hanya jelas bagi guru sendiri. Dalam hal ini kemampuan mengenal tingkat
pemahaman siswa amat penting dalam menyajikan suatu penjelasan.
c. Kebiasaan yang masih sering dilakukan dalam pembelajaran di kita yaitu guru
cenderung lebih mendominasi kelas, dan sebagian besar kegiatan guru adalah
memberikan informasi lisan atau menjelaskan. Maka sangatlah penting bagi setiap
guru untuk meningkatkan efektiivitas pembicaraan sehingga benar-benar dapat
memberikan penjelasan yang bermakna bagi siswa.
d. Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan siswa dalam proses
belajar. Guru perlu membantu siswa dengan cara memberikan informasi lisan
berupa penjelasan yang cocok dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Unsur-Unsur Keterampilan Menjelaskan
Pada garis besarnya ada dua unsur pokok yang harus dikuasai oleh guru untuk
melaksanakan keterampilan menjelaskan yaitu : pertama, keterampilan merencanakan
penjelasan, dan kedua keterampilan menyajikan penjelasan itu sendiri.
a. Keterampilan merencanakan penjelasan
61

Merencanakan penjelasana setidaknya mencakup ketiga unsur pokok berikut:


1) Merencanakan pesan yang akan dijelaskan
2) Merencanakan saluran, alat/media yang akan digunakan untuk menjelaskan
3) Menganalisis karakteristik siswa sebagai sasaran penerima pesan yang
dijelaskan
b. Keterampilan menyajikan penjelasan
1) Kejelasan
Jelas atau tidaknya materi yang dijelaskan banyak tergantung pada tingkat
kejelasan dari penyampaian pesan. Unsur-unsur yang akan memperjelas
penyampaian pesan atau materi antara lain: kepasihan berbicara, penggunaan
bahasa yang baik dan benar, susunan kalimat, penggunaan istilah yang sesuai
dengan perbedaan bahasa yang dimiliki siswa, dan unsur-unsur lain yang terkait
dengan bahasa lisan
2) Contoh dan ilustrasi
Contoh dan ilustrasi yang tepat harus digunakan untuk menunjang
penjelasan yang disampaikan kepada siswa. Pada setiap siswa ada kemampuan
untuk mempertautkan antara satu bahasan yang satu dengan bahasan atau
subjek yang lain di luar pembelajaran.
Materi yang masih samar-samar atau belum dimengerti melalui penjelasan
yang dilakukan guru, maka untuk membantu memperjelasnya yaitu dengan cara
membuat tautan atau keterkaitan melalui contoh atau ilustrasi yang terkait
sehingga dapat mencairkan kesulitan siswa.
3) Penekanan
Pemberian penekanan kadang-kadang diperlukan dengan maksud untuk
memperjelas pemahaman siswa. Ketika guru menjelaskan materi pembelajaran
secara panjang lebar, kadang-kadang berkaitan dengan substansi materi hanya
sedikit dan masih membingungkan bagi siswa. Dalam hal ini pemberian
penekanan sangat diperlukan untuk memfokuskan pemahaman siswa terhadap
pokok-pokok materi yang dijelaskan.
Penekanan bisa dilakukan melalui berbagai cara seperti, penerapan gaya
mengajar, gerakan-gerakan anggota tubuh yang mengisyaratkan penekanan
62

pada pokok materi yang dibahas, atau dengan dibantu media seperti menulis
kata-kata tertentu terkait dengan substansi materi yang dibahas, dan lain
sebagainya.
4) Balikan
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru harus memonitor apakah
penjelasan yang dilakukan dapat dipahami oleh siswa. Pemahaman bukan
hanya dibatasi pada segi kemampuan pengetahuan, akan tetapi kemampuan
merefleksikan dalam kebiasaan berpikir, bersikap dan bertindak.
Melalui menyampaikan pertanyaan kepada siswa, siswa diberi kesempatan
untuk mengungkapkan kembali pokok-pokok materi, memperhatikan ekspresi
siswa, melakukan unjuk kerja, maupun bentk-bentuk kegiatan lain yang sejenis,
dapat dijadikan alternative untuk mengecek tingkat pemahaman siswa

4. Prnsip-Prinsip Keterampilan Menjelaskan


Kegiatan memberikan penjelasan dimaksudkan agar siswa memperoleh
pemahaman yang jelas berkenaan dengan materi yang dijelaskan. Oleh karena itu
dalam memberikan penjelasan harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
a. Keterkaitan dengan tujuan/kompetensi
Pembelajaran adalah proses yang bertujuan, setiap tindakan yang dilakukan
dalam pembelajaran termasuk memberikan penjelasan senantiasa harus mengacu
pada upaya mencapai tujuan. Dengan demikian penerapan setiap komponen
penjelasan seperti melalui contoh dan ilustrasi, memberikan penekanan, balikan
maupun komponen kejelasan dalam memberikan penjelasan diorientasikan pada
upaya mencapai tujuan pembelajaran.
b. Relevan antara penjelasan dengan materi dan karakteristik siswa
Kegiatan menjelaskan akan berjalan dengan efektif apabila dalam
pelaksanannya ada kesesuaian antara ketiga unsur pokok yaitu: materi yang
dijelaskan, kegiatan menjelaskannya dan karakteristik siswa.
Materi yang dijelaskan, siswa yang akan menerima penjelasan maupun
kegiatan menjelaskannya itu sendiri masing-masing memiliki karakteristik yang
63

perlu dipahami agar dalam proses pelaksanaannya bisa seiring dan saling
menunjang untuk lancarnya proses penjelasan pembelajaran.
c. Kebermaknaan
Penjelasan yang dilakukan oleh guru harus memiliki nilai kebermaknaan
terutama untuk memfasilitasi siswa mencapai tujuan pembelajaran seperti
dijelaskan pada poin (a) di atas. Kebermaknaan tidak dibatasi hanya pada segi
penguasaan materi, akan tetapi secara aplikatif dirasakn manfaatnya oleh siswa
terutama dalam menunjang kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan nyata sehari-hari.
d. Dinamis
Jenis atau bentuk maupun strategi yang dipilij dalam kegiatan menjelaskan
harus bersifat pleksibel. Pada saat memberikan penjelasan, guru harus terus
memonitor seperti melalui balikan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas
penjelasan yang dilakukan mencapai csasaran yang diharapkan. Apabila diketahui
bahwa dengan kegiatan menjelaskan yang dilakukan itu ternyata kurang membawa
hasil yang baik, maka pada saat itu pula guru harus melakukan penyesuaian baik
jenis atau bentuk, waktu, maupun strateginya sehingga membuahkan hasil yang
optimal.
e. Penjelasan dapat dilakukan di awal, di tengah, ataupun di akhir jam pertemuan,
tergantung pada keperluannya.

D. Keterampilan Bertanya Dasar


1. Pengertian Keterampilan Bertanya Dasar
Pengertian keterampilan bertanya dasar secara etimologis diuraikan menjadi dua
suku kata yaitu “terampil dan tanya”. Menurut kamus bahasa Indonesia “bertanya”
berasal dari kata “tanya” yang berarti antara lain permintaan keterangan. Sedangkan
kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam penyelesaian tugas ataupun mampu dan
cekatan”. Dengan demikian keterampilan bertanya secara sederhana dapat diartikan
dengan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam meminta keterangan atau
penjelasan dari orang lain atau pihak yang menjadi lawan bicara.
64

Menurut John. I. Bolla dalam proses pembalajaran setiap pertanyaan baik berupa
kalimat tanya atau suruhan, yang menuntut respon siswa, sehingga siswa memperoleh
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir, dimasukkan pertanyaan.
Pendapat serupa dikemukakan oleh G.A. Brown dan R.Edmonson dalam Siti Julaeha,
pertanyaan adalah segala pertanyaan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan).
Merujuk pada dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang
diajukan tidak selalu dalam rumusan kalimat tanya, melainkan dalam bentuk suruhan
atas pertanyaan, selain itu dimaksudkan adanya respon siswa.
2. Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya Dasar
Keterampilan bertanya dasar terdiri atas beberapa komponen yang perlu diterapkan
oleh guru dalam mengajukan berbagai jenis pertanyaan. Selanjutnya Wardani
mengemukakan tentang komponen-komponen keterampilan bertanya dasar, sebagai
berikut:
a. Mengajukan pertanyaan secara jelas dan singkat. Pertanyaan yang jelas dan singkat
akan membantu mempermudah siswa dalam memahami pertanyaan yang diajukan.
Guru dapat membuat pertanyaan dengan struktur kalimat yang sederhana dan
mudah dipahami oleh siswa.
b. Memberi acuan. Sebelum bertanya guru hendaknya memberikan acuan berupa
informasi yang berkaitan dengan isi pertanyaan kepada siswa. Dengan demikian
siswa akan dapat menjawab pertanyaan guru setelah mengolah informasi yang
diberikan.
c. Pemusatan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan guru hendaknya jangan terlalu
luas sehingga membutuhkan jawaban yang luas juga. Pertanyaan yang lebih
spesifik dan sempit akan menuntut pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang
lebih khusus. Jika yang diajukan adalah pertanyaan yang umum maka usahakan
diiringi dengan pertanyaan yang lebih spesifik.
d. Pemindahan giliran. Pertanyaan yang rumit kadang-kadang tidak mampu dijawab
oleh seorang siswa secara lengkap. Untuk itu guru perlu memberikan kesempatan
kepada siswa lain untuk melengkapinya. Dengan memindah giliran, siswa akan
termotivasi untuk memperhatikan jawaban yang diberikan temannya dan
memungkinkan timbulnya interaksi antar siswa.
65

e. Penyebaran. Jika memungkinkan dan waktu mencukupi, setiap siswa sebaiknya


mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan guru. Tujuan penyebaran pertanyaan
hampir sama dengan pemindahan giliran yaitu meningkatkan perhatian dan
partisipasi siswa. Bedanya, pada pemindahan giliran pertanyaannya satu tetapi
rumit dan dijawab oleh siswa secara bergilir untuk saling melengkapi; sedangkan
pada penyebaran masing-masing siswa menjawab pertanyaan yang berbeda.
f. Memberi waktu berfikir. Dalam mengajukan pertanyaan, guru tidak perlu
menunjuk siswa terlebih dahulu. Seyogyanya ajukan pertanyaan, beri waktu kepada
siswa untuk berfikir kemudian tentukan atau tunjuk siswa yang akan menjawab
pertanyaan itu.
g. Memberikan tuntunan. Sering terjadi jawaban yang diberikan siswa terhadap
pertanyaan guru tidak sesuai harapan (jawaban salah). Jika terjadi hal seperti ini
guru jangan menunggu sampai ada siswa yang menjawab dengan benar karena akan
menyita waktu pembelajaran. Guru dapat memberikan gambaran yang bisa
menuntun siswa secara bertahap sehingga siswa mampu memberikan jawaban
sesuai yang diharapkan. Langkah-langkahnya seperti berikut:
1) Mengulang pertanyaan dengan cara lain yang lebih sederhana.
2) Mengajukan pertanyaan yang lebih sederhana dengan lebih jelas.
3) Menjelaskan kembali informasi yang berhubungan dengan pertanyaan.
Dalam proses pembelajaran, tujuan utama pertanyaan yang diajukan guru adalah agar
siswa belajar dengan harapan memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan
berpikirnya, oleh karena itu komponen-komponen keterampilan bertanya dasar di atas
seharusnya merupakan keterampilan bertanya yang wajib dikuasai/dimiliki oleh seorang
guru.

3. Prnsip-prinsip Keterampilan Bertanya Dasar


Prisip-prisip yang harus diperhatikan dalam menggunakan keterampilan bertanya
antara lain:
a. Kehangatan dan keantusiasan
Suasana pembelajaran harus diciptakan dalam kondisi yang menyenangkan,
sehingga merasa nyaman dan betah dalam belajar. Salah satu upaya
mengembangkan suasana pembelajarana yang menyenangkan antara lain yaitu
66

bagaimana pertanyaan yang diajukan memiliiki nuansa psikologis yang hangat dan
mendorong semangat belajar yang tinggi.
b. Memberikan waktu berfikir
Setelah guru mengajukan pertanyaan hendaknya tidak langsung menunjuk
salah seorang dari siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukannya tetapi
memberikan kelonggaran (waktu) kepada siswa untuk memikirkan atau
menemukan jawaban atas pertanyaannya.

4. Hal yang Perlu diperhatikan


a. Kehangatan Dan Keantusiasan
Baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun menerima jawaban siswa,
sikap dan gaya guru suara, ekpresi wajah, gerakan badan, dan sebagainya.
Menampilkan ada tidaknya kehangatan.
b. Kebiasaan Yang Harus Dihindari
1) Mengulangi Pertanyaan Sendiri
Contoh : Sebelum siswa dapat berpikir maksimal terhadap pertanyaan guru
mengulangi pertanyaan kembali akibatnya siswa tidak konsentrasi.
2) Mengulangi Jawaban Siswa
Menyebabkan waktu terbuang, siswa tidak mendengar jawaban dari
temanya yang lain karena guru akan mengulanginya.
3) Mejawab Pertanyaan Sendiri
Pertanyaan dijawab guru sebelum siswa mendapatkan kesempatan cukup
untuk memikirkan jawabanya sehingga anak beranggapan tidak perlu
memikirkan jawabanya karena guru akan memikirkan jawabanya.
4) Pertanyaan Yang Memancing Jawaban Serentak
Contoh : Apa ibu kota RI?
Akibatnya guru tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa yang benar dan
menutut kemungkinan terjadi interaksi selanjutnya.
5) Pertanyaan Ganda
Contoh : Siapa pemimpin orang belanda yang pertama datang ke Indonesia,
mengapa mereka datang, dan apa akibat mereka itu bagi bangsa Indonesia.
67

Hal ini akan mematahkan semangat siswa yang hanya sanggup.


menyelesaikan satu dari semua tugas itu.
6) Menentukan siswa tertentu untuk menjawabnya. Akibatnya anak yang
tidak ditunjuk tidak memikirkan jawabanya.

E. Keterampilan Bertanya Lanjut


1. Pengertian Keterampilan Bertanya Lanjut
Dalam kegiatan pembelajaran di atas telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
keterampilan bertanya dasar adalah pertanyaan pertama atau pembuka untuk
mendapatkan keterangan atau informasi dari siswa. Untuk menindaklanjuti pertanyaan
pertama diikuti oleh pertanyaan berikutnya atau disebut dengan pertanyaan lanjut.
Dengan demikian, pertanyaan lanjut adalah kelanjutan dari pertanyaan pertama
(dasar) yaitu mengorek atau mengungkapkan kemampuan berfikir yang lebih dalam
dan komperehensif dari pihak yang diberi pertanyaan (siswa). Keberhasilan
mengembangkan kemampuan berfikir yang dilakukan melalui bertanya lanjut banyak
dipengaruhi oleh hasil pembelajaran yang dikembangkan melalui pengggunaan
pertanyaan dasar.
Kemampuan bertanya lanjut sebagai kelanjutan dari bertanya dasar lebih
mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berfikir, memperbesar partisipasi
dan mendorong lawan bicara agar lebih aktif dan kritis mengembangkan kemampuan
berfikirnya.

2. Tujuan dan Manfaat Keterampilan Bertanya Lanjut


Tujuan dan manfaat dari pertanyaan lanjut yang dimaksud yaitu untuk
memungkinkan siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengatasi
masalah, atau mengembangkan kemampuan berpikir secara lebih tajam, analitis dan
komprehensif.
Secara spesifik tujuan dan manfaat bertanya lanjut adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa untuk menemukan, mengorganisasi,
atau menilai atas informasi yang diperoleh
68

b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk dan mengungkapkan


pertanyaan-pertanyaan yang di dasarkan atas informasi yang lebih lengkap dan
relevan
c. Mendorong siswa untuk mengembangkan dan memunculkan ide-ide yang lebih
kreatif dan inovatif
d. Memberikan kesempatan untuk melakukan proses pembelajaran kepada hal-hal
yang lebis analitis, rumit dan kompleks.

3. Penggolongan Pertanyaan Lanjut


Berdasarkan Taksonomi dari Bloom, pertanyaan dapat digolongkan kedalam enam
kelompok atau jenis, yaitu:
a. Pertanyaan ingatan (knowledge)
Pertanyaan ingatan adalah jenis pertanyaan yang mengharapkan siswa dapat
mengenal atau mengingat informasi. Kata-kata yang sering digunakan untuk jenis
pertanyaan ini, seperti apa, siapa, dimana, kapan, definisi, ingat, kenal, dan lain
sebagainya yang sejenis.
b. Pertanyaan pemahaman (comprehension)
Pertanyaan yang diarahkan untuk membuktikan bahwa siswa telah mempunyai
pengertian yang cukup untuk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi
yang telah diketahui sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan ini siswa harus
mampu memilih fakta-fakta yang cocok, sehingga dalam menyampaikan jawaban
harus berpikir lebih dari sekedar mengingat kembali informasi-informasi.
Contoh kata-kata yang sering digunakan untuk pertanyaan pemahaman:
deskripsikan, uraikan bandingkan, cari perbedaannya, sederhanakan, katakan
dengan bahasamu sendiri, jelaskan ide pokok dari tulisan tersebut, dan lain
sebagainya. Jawaban atas jenis pertayaan pemahaman seperti dalam contoh tersebut
adalah deskripsis dengan menggunakan kata-kata sendiri.
c. Pertanyaan penerapan (aplication)
Kemampuan mengingat atau mendeskripsikan diperlukan dan menjadi salah
satu indikator dari hasil pembelajaran. Pertanyaan penerapan menghendaki siswa
untuk menerapkan pengetahuan yang berupa suatu aturan, generalisasi, aksioma,
69

atau proses pada suatu masalah dan menemukan satu jawaban yang benar terhadap
masalah itu. Kata-kata yang sering digunakan dalam mengembangkan pertanyaan
jenis ini pada umumnya seperti: terapkan, klasifikasikan, gunakan, pilih,
manfaatkan, tulis suatu contoh, pecahkan, dan lain sebagainya yang sama jenis.
d. Pertanyaan analisis (analysis)
Pertanyaan lanjut untuk mengembangkan kemampua berpikir siswa secara
lebih rinci, kritis dan mendalam yaitu pertanyaan analisis. Pertanyaan jenis ini
biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi, mempertimbangkan, menganlisis dan
lain sebagainya. Adapun kata-kata yang sering digunakan untuk pertanyaan analisis
ini adalah: identifikasi motif-motif atau sebab-sebab, membuat kesimpulan,
menemukan kejadian, dukungan, analisis, mengapa, dan lain sebagainya.
e. Pertanyaan sintesis (sintesis)
Pertanyaan sintesis digolongkan kedalam pertanyaan tingkat tinggi yang
meminta siswa menampilkan pikiran yang original dan kreatif. Melalui pertanyaan
sistesis hasil yang diharapkan antara lain: menghasilkan komunikasi-komunikasi
yang asli, membuat ramalan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya.
Contoh kata-kata yang sering digunakan dalam pertanyaan jenis ini antara lain
: memperkirakan, menghasilkan, mengembangkan, bagaimana kita bisa
meningkatkan, bagaimana kita bisa memecahkan dan lain sebagainya.
f. Pertanyaan evaluasi (evaluation)
Pertanyaan evaluasi digolongkan kedalam jenis pertanyaan tinggi bahkan
merupakan puncaknya. Pertnyaan evaluasi menuntut kemampuan berpikir dan
proses mental yang tinggi pula dari siswa. Kata-kata yang sering digunakan untuk
menerapkan pertanyaan jenis evaluasi misalnya: putusan, argumentasi, beri
pendapatmu, yang mana gambar yang paling baik, dan sebagainya.

4. Prinsip Keterampilan Bertanya Lanjut


Prinsip-prinsip yang berlaku pada keterampilan bertanya dasar berlaku pula sebagai
prinsip bertanya lanjut. Prinsip-prinsip tersebut yaitu antara lain: kehangatan,
keantusiasan, menghindari kebiasaan mengulangi pertanyaan sendiri, mengulangi
70

jawaban siswa, menjawab pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan ganda, dan


pertanyaan yang memancing jawaban serentak.
5. Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya Lanjut
a. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan.
Dalam mengajukan pertanyaan hendaknya gurudapat berusaha mengubah
tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan dari tingkat yang sekedar
mengingat kembali fakta-faktayang telah dipelajari siswa, ke berbagai tingkat
kognitif lainnya yang lebih tinggi, seperti tingkat pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan evaluasi.
b. Pengaturan urutan pertanyaan
Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya lebih rendah ke
yang lebih tinggi dan kompleks, guru hendaknya mengatur urutan pertanyaan yang
diajukan kepada siswa. Misalnya pertama mengajukan pertanyaan pemahaman,
setelah itu pertanyaan penerapan, analisis, sintesis dan terakhir pertanyaan evaluasi.
Dalam menyampaikan pertanyaan hendakanya dihindari cara bolak-balik yang
tidak menentu. Misalnya ketika telah sampai pada pengajuan pertanyaan sintesis,
kemudian mundur ke analisis, lalu ke evaluasi dan mundur lagi ke pemahaman.
Perpindahan yang tidak menentu, maju-mundur, bolak-balik tidak karua akan
menimbulkan kebingungan pada siswa, sehinggakemungkinan partisipasi siswa
dalam belajar akan menurun.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak
Pertanyaan pelacak digunakan untuk menindaklanjuti atas jawaban pertama
yang disampaikan siswa. Misalkan jika jawaban siswa yang pertama sudah benar,
namun masih bisa ditingkatkan atau lebih disempurnakan lagi, maka guru bisa
mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa.
Ada tujuh teknik yang dapat digunakan untuk pertanyaan pelacak, yaitu : a.
meminta klarifikasi, b. meminta siswa memberikan alasan, c. meminta kesepakatan
padangan, d. meminta ketepatan jawaban, e. meminta jawaban yang lebih relevan,
f. meminta contoh, g. meminta jawaban yang lebih kompleks.
d. peningkatan terjadinya evaluasi
71

Ada dua cara yang dapat ditempuh untuk mengembangkan interaksi melalui
penerapan keterampilan, yaitu: guru membatasi yang diajukannya hanya dijawab
oleh seorang siswa, apalagi hanya siswa yang itu-itu saja. Semua siswa diberikan
kesempatan yang sama untuk mendiskusikan jawabannya bersama-sama. Cara
kedua, jika siswa mengajukan pertanyaan, maka guru tidak langsung menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh siswa tersebut, melainkan guru melontarkan kembali
pertanyaan tersebut kepada siswa untuk didiskusikan. Melalui cara seperti ini setiap
siswa dirangsang untuk belajar secara aktif dan demokratis.

F. Keterampilan Penguatan
1. Pengertian Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan pada dasarnya merupakan suatu respon yang diberikan oleh guru
terhadap perilaku atau perbuatan siswa yang dianggap positif, dan menyebabkan
kemungkinan berulangnya kembali atau meningkatnya perilaku tersebut.
2. Manfaat Keterampilan Memberi Penguatan
Secara spesifik manfaat yang dapat diperoleh guru dengan menguasai keterampilan
memberi penguatan dalam pembelajaran terpadu diantaranya untuk:
a. Membangkitkan dan memelihara perhatian dan motivasi belajar siswa terhadap
tema-tema yang disajikan dalam pembelajaran
b. Memberikan kemudahan kepada siswa untuk mempelajari isi tema
c. Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa
d. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa
e. Memelihara iklim kelas yang kondusif
3. Komponen Keterampilan Memberi Penguatan
Keterampilan memberi penguatan bisa dilakukan dalam bentuk verbal dan non-
verbal. Penguatan verbal maksudnya adalah penguatan yang dilakukan secara verbal
melalui kata-kata atau kalimat, sebaliknya penguatan non-verbal tidak dilakukan
melalui kata-kata atau kalimat.
a. Penguatan verbal
Penguatan yang dilakukan secara verbal merupakan penguatan yang dilakukan
paling sederhana digunakan dalam kegiatan pembelajaran tepadu. Dikatakan
72

sederhana karena hanya menggunakan kata-kata atau kalimat saja. Namun


demikian jenis penguatan ini tidak bisa dianggap mudah, sebab jika salah dalam
penerapannya akan mengakibatkan efek yang kurang menguntungkan. Misalnya,
guru menyampaikannya pada situasi yang tidak tepat atau keliru dalam memilih
kata-kata atau kalimat. Bentuk penguatan verbal ini bisa berupa kata-kata atau
kalimat pujian, dukungan, pengakuan atau dorongan yang dapat menguatkan
tingkah laku dan penampilan siswa.
b. Penguatan Non Verbal
Penguatan Non Verbal dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bisa
ditunjukkan dengan cara-cara seperti : raut wajah atau mimik muka, gerakan atau
isyarat badan, gerak mendekati siswa, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan,
symbol atau tanda dan penguatan dengan benda-barang.
4. Prinsip Keterampilan Memberi Penguatan
Agar penguatan yang diberikan guru dapat berfungsi secara efektif dan dapat
memperlancar pencapaian kompetensi dasar oleh siswa maka dalam pelaksanaan
pembelajaran terpadu guru hendaknya memperhatikan enam prinsip sebagai berikut :
a. Pemberian penguatan harus disertai sikap kehangatan dan keantusiasan dari guru
yang dapat ditunjukkan raut muka berseri dan senyuman
b. Penguatan yang diberikan harus bermakna bagi siswa sehingga siswa termotivasi
untuk meningkatkan prestasi belajarnya
c. Penguatan yang diberikan harus menghindari segala jenis respon negatif seperti
kata-kata kasar, cercaan,, hukuman, hinaan atau ejekan
d. Penguatan yang diberikan harus memiliki sasaran yang jelas.
e. Penguatan harus diberikan dengan segera setelah siswa menunjukkan respon yang
diharapkan.
f. Penguatan yang diberikan harus bervariasi, tidak sebaliknya monoton dan
membosankan.

G. Keterampilan Mengadakan Variasi


1. Bagian Cidep

2. Unsur-Unsur Keterampilan Variasi Stimulus


73

Unsur-unsur pokok yang bisa ditempuh untuk mengembangkan variasi stimulus


dalam pembelajaran,secara garis besarnya dapat dikelompokan kedalam lima jenis
sebagai berikut :
a. Variasi dalam gaya belajar
Gaya mengajar adalah unsur-unsur yang terkait dengan perilaku atau aktivitas
yang dilakukan oleh guru ketika mengajar. Beberapa untuk perilaku yang mungkin
dapat dijadikan pilihan untuk memvarasikan gaya mengajar seperti : variasi suara,
yaitu terkait dengan pengaturan tinggi rendahnya (volume) suara, kecepatan,
kesenyapan (diam/berhenti sejenak) intonasi dan ekspresi maupun pemberian
penekanan.
Bentuk variasi terkait dengan gaya mengajar yang lain seperti geraka aggota
badan dan mimic muka, perubahan posisi tempat guru, kontrak pandang dan lain
sebaginya akan menambah suasana pembelajaran semakin hidup dan kondusif.
b. Variasi dalam pola interaksi pembelajaran
Komunikasi interaksi antara guru ke siswa, siswa ke guru, siswa dengan
siswa, belajar secara individu maupun kelompok, adalah bentuk-bentuk yang bisa
dikembangkan dalam menerapkan variasi interaksi pembelajaran
c. Variasi dalam penggunaan media pembelajaran
Penggunaan media secara bervariasi (multimedia) seperti jenis media layak
pandang, dengar raba, maupun jenis media yang dikategorikan media audio visual
lainnya merupakan alternatif yang bisa dipilih dan dikembangkan dalam
menunjang variasi stimulus
d. Variasi dalam penggunaan metoda pembelajaran
Guru harus menguasi jenis-jenis metode pembelajaran, agar banyak alternatif
yang dapat dipilih untuk digunakan disesuaikan dengan situasi dna kondisi
pembelajaran. Penggunaan metode secara bervariasi seperti ceramah, diskusi, tanya
jawab, pemecahan masalah (problem solving), penemuan, tugas, sosiodrama,
karyawisata, dan metode-metode pembelajaran lainnya.
Dengan penggunaan metode pembelajaran secara bervariasi, kemungkinan
pembelajaran akan dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa yang berbeda
sangat memungkinkan, sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
74

e. Variasi dalam penggunaan sumber pembelajaran


Kebiasaan hana menggunakan buku paket sebagai satu-satunya sumber
pembelajrana saat ini sudah harus mulai diubah, yaitu dengan memanfaatkan
sumber pembelajaran secara luas dan bervariasi. Dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi,
membuka peluang yang cukup luas bagi guru untuk memnfaatkannya.
Melalui pemnafaatan sumber pembelajaran yang bervariasi, memungkinkan
proses pembelajaram tidak hnaya cukup dilakukan didalam kelas dengan waktu
yang terbatas, akan tetepai siswa dapat belajar sesuai dengan keinginannya
disesuaikan dengan waktu dan kebutuhan informasi yangdiperlukannya. Misalnya
dengan akses informasi melalui jaringan komputer (internet), selain
memungkinkan pembelajaram lebih bervariasi, juga siswa akan terdorong
melakukan kegiatan pembelajaran diluar kelas dengan memanfaatkan waktu yang
seluas-luasnya.

3. Prinsip-prinsip Penggunaan Variasi Stimulus dalam Pembelajarannya


Dalam menerapkan variasi pembelajaran bukan hanya beraneka ragamnya jenis-
jenis stimulus pembelajaran yang dikembangkan, melaikan ditentukan pula oleh faktor
kualitasnya. Oleh karena itu agar penerapan variasi bisa mencapai sasaran
pembelajaran secara efektif, maka beberapa prinsip berikut ini harus menjadi
pertimbangan, yaitu:
a. Bertujuan
Variasi stimulus yang dikembangkan dalam pembelajaran harus memiliki
tujuan yang terarah dan jelas. Tujuan variasi harus sejalan dan diarahkan untuk
menunjang pencapaian tujuan pebelajaran. Oleh karen aitu variasi stimulus juga
harus memperlihatkan kesesuaiannya dengan sifat materi, karakteristik siswa
berrikut latar belakang sosial budayanya, dan faktor kemampuan guru untuk
melaksanakannya
b. Fleksibel
Variasi stimulus yang dikembangkan harus bersifat luwes dan tidka kaku
(dinamis). Sehingga setiap jenis variasi yang diterapkan memungkinkan dapat
75

diubah di sesuaikan dengan situasi, kondisi dan tuntutan yang terjadi secara spontan
pada saat terjadinya pembelajaran tanpa harus mengganggu keutuhan proses
pembelajaran yang sedang dilaksanakan
c. Kelancaran dan berkesinambungan
Setiap variasi yang dikembangkan dalam pembelajaran harus berjalan lancar.
Perpindahan dari satu bentuk stimulus ke stimulus pembelajaran lainnya dalam
rangka menerapkan stimulus pembelajaran yang bervariasi, semuanya harus
merupakan suatu kesatuan yang utuh, sehingga pesan pembelajaran dapat diterima
oleh siswa
d. Kewajaran/ tidak dibuat-buat
Variasi stimulus dalam pembelajaran tidak dibuat-buat sehingga tidak terkesan
seperti dipaksakan. Oleh karena itu itu setiap jenis atau bentuk stimulus yang
dikembangkan sebaiknya berjalan secara wajar, alamiah dan terkait langsung
dengan konteks pembelajaran yang sedang dibahas.
e. Pengelolaan yang matang
Adakalanya jenis atau bentuk stimulus yang akab diterapkan dalam
pembelajaran itu bersifat rumit dan komplek, membutuhkan beberapa tenaga atau
personil. Penerapan variasi yang seperti itu tentu saja harus direncanakan dan
dikelola secara lebih matang, agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan
efektif mendukung proses pembelajaran yang lebih bermakna

H. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil


1. Definisi Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:79), “diskusi kelompok adalah suatu
proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi
tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi informasi/pengalaman,
mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah”.
Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu
konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan
untuk berfikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian
76

diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan


berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
Diskusi kelompok kecil mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Melibatkan kelompok orang yang anggotanya antara 3-9 orang (idealnya 5-9
orang).
b. Berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan ) dan
langsung, artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk saling
beradu pandang dan saling mendengarkan serta saling berkomunikasi dengan yang
lain.
c. Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerjasama antar anggota
kelompok.
d. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis, menuju suatu kesimpulan.
Dengan memperhatikan keempat karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan diskusi kelompok adalah suatu proses pembicaraan yang teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan tujuan
untuk mengambil keputussan atau memecahakan suatu persoalan atau masalah.
Diskusi dalam kegiatan pembelajaran tidak jauh berbeda dengan karakteristik diskusi
pada umumnya, seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. Siswa dibagi kedalam
kelompok-kelompok kecil, ada pimpinan diskusi seperti guru atau salah seorang teman dari
siswa dalam kelompok tersebut. Setiap siswa dalam anggota kelompok masing-masing
bebas tanpa ada tekanan dari pihak manapun untuk urun rembung, menyumbang pendapat,
saran, berbagi pengalaman, untuk menghasilkan kesimpulan bersama atau terpecahkannya
masalah yang didiskusikan.
Membimbing kegiatan diskusi dalam pembelajaran merupakan salah satu keterampilan
mengajar yang harus dikuasai oleh guru, karena melalui diskusi siswa didorong untuk
belajara secara aktif, belajar mengemukakan pendapat, berinteraksi, saling menghargai,
dan berlatih bersikap positif. Melalui diskusi peran guru yang dikesankan terlalu
mendominasi pembicaraan dengan sendirinya akan hilang. Dengan diskusi siswa dan guru
sama-sama aktif, bahkan melalui diskusi dapat memfasilitasi terjadinya proses
pembelajaran aktif.
77

Hasil pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai melalui kegiatan diskusi terutama
setiap individu dapat membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda dengan
temannya yang lain, membandingkan interpretasi maupun informasi yang diperoleh.
Dengan demikian melalui kegiatan diskusi yang dikembanghkan dalam pembelajaran
setiap individu siswa dapat saling melengkapi, memperbaiki, sehingga kekurangan-
kekurangan dapat dipecahkan.

2. Tujuan dan Manfaat Diskusi


Kegiatan diskusi dalam pembelajaran dilakukan untuk memberi kesempatan
kepada siswa membahas suatu permasalahan atau topik dengan cara setiap siswa
menagjukan pendapat, saling tukar pemikiran untuk diperoleh kesimpulan bersama dari
diskusi yang dilakukannya. Adapun tujuan dan manfaat kegiatan diskusi anatara lain :
a. Memupuk sikap toleransi; yaitu setiap siswa saling menghargai terhadap pendapat
yang dikemukakan oleh setiap peserta didik.
b. Memupuk kehidupan demokrasi; yaitu setiap siswa secara bebas dan bertanggung
jawab terbiasa mengemukakan pendapat, bertukar fikiran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
c. Memndorong pembelajaran secara aktif; yaitu siswa dalam membahas suatu topik
pembelajaran tidak selalu menerima dari guru, akan tetapi melalui kerjasama dalam
kelompok diskusi siswa belajar mengembangkan kemmapuan berfikirnya.
d. Menumbuhkan rasa percaya diri; yaitu dengan kebiasaan untuk beragumentasi
yang dilakukan antar sesama teman dalam kelompok diskusi, akan mendorong
keberanian dan rasa percaya diri mengajukan pendapat maupun mencari solusi
pemecahan.

3. Tahap-tahap Kegiatan Diskusi


Diskusi dalam pembelajaran termasuk kedalam salah satu jenis metode
pwmbelajaran. Setiap metode pembelajaran termasuk diskusi diarahkan untuk
terjadinya proses pembelajaran secara aktif dan efektif dalam rangka mencapai tujuan
(kompetensi) pembelajaran. Oleh karena itu agar kegiatan diskusi dapat berjalan
78

dengan lancar, maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan beberapa


keterampilan dasar sebagai berikut:
a. Memusatkan perhatian
Selama kegiatan diskusi berlangsung guru senantiasa harus berusaha
memusatkan perhatian dan aktivitas pembelajaran siswa pada topik atau
permasalahan yang didiskusikan. Dengan demikian apabila terjadi pembicaraan
yang menyimpang dari sasaran diskusi, maka pada saat itu pula pimpinan diskusi
harus segera meluruskan dan mengingatkan peserta diskusi tentang topik dan
sasaran dari diskusi yang sedang dilakukan.
Diskusi sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran harus berjalan secara efektif
dan efisisen. Salah satu aspek untuk menunjang efektifitas diskusi yaitu apabila
kegiatan diskusi tidak terjadi pembicaraan yang menyimpang. Semua pembicaraan
harus terfokus pada permasalahan yang sedang dibahas. Oleh karena itu sebelum
dan selama proses diskusi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan diskusi; yaitu rumusan tujuan atau kompetensi secara jelas
dan terukur yang harus dimiliki atau dicapai oleh siswa dari kegiatan diskusi
yang akan dilakukan.
2) Menetapkan topik atau permasalahan; topik yang didiskusikan diusahakan
harus menarik minat, menantang dan memerhatikan tingkat perkembangan
siswa. Topik masih bisa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.
Melalui topik yang dirumuskan tersebut dapat mendorong dan menggugah rasa
ingin tahu siswa, sehingga siswa akan secara aktif mencari informasi, belajar,
dan memecahkannya.
3) Mengidentifikasi arah pembicaraan yang tidak relevan dan menyimpang dari
arah diskusi. Hasil dari identifikasi dapat dijadikan masukan bagi pimpinan
diskusi untuk meluruskan pembicaraan, pertanyaan, atau komentar lainnya,
sehingga kegiatan diskusi senantiasa terjaga dan terfokus pada masalah diskusi.
4) Merangkum hasil diskusi; rangkuman ini tidak hanya dilakukan pada ahir
diskusi, tapi selama proses berlangsung hasil pembicaraan yang inti segera
dirangkum, sehingga pada ahir diskusi akan dapat menyimpulkannya secara
lengkap dan akurat.
79

b. Memperjelas masalah atau urunan pendapat


Pada saat diskusi berjalan, kadang-kadang pertanyaan, komentar, pendapat,
atau gagasan yang disampaikan peserta diskusi ada kalanya kurang jelas, sehingga
jelas mengaburkan pada topik pembahasan kadang-kadang juga menimbulkan
ketegangan atau permasalahan baru dalam diskusi. Kejadian ini jangan dibiarkan
semakin berkembang, karena akan mengganggu proses dan hasil diskusi itu sendiri.
Oleh karena itu guru atau pimpinan diskusi, harus segera memperjelas terhadap
pendapat atau pembicaraan peserta diskusi yang kurang jelas ditangkap oleh peserta
diskusi lainnya. Dengan demikian melalui upaya guru atau pimpinan diskusi urun
rembug memberikan penjelasan yang diperlukan, maka setiap peserta diskusi akan
memiliki persepsi yang sama terhadap ide yang disampaikan oleh anggota
kelompok diskusi.
Untuk memperjelas setiap pembicaraan dari peserta diskusi, pimpinan diskusi
atau guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Menguraikan kembali pendapat atau ide yang kurang jelas, sehingga menjadi
jelas dipahami oleh seluruh peserta didik.
2) Mengajukan pertanyaan pelacak untuk meminta komentas siswa untuk lebih
memperjelas ide atau pendapat yang disampaikannya.
3) Memberikan informasi tambahan berkenaan dengan pendapat atau ide yang
disampaikannya, seperti melalui ilustrasi atau contoh, sehingga dapat lebih
memperjelas terhadap ide yang disampaikan itu.
c. Menganilisis pandangan siswa
Perbedaan pendapat dalam diskusi adalah sesuatu yang wajar dan sangat
mungkin terjadi. Namun yang harus diperhatikan oleh guru atau pimpinan diskusi
adalah bagaimana agar perbedaan tersebut menjadi pendorong dan membimbimng
setiap anggota kelompok untuk berpartisipasi secara aktif dan konstruktif
terpecahkannya masalah yang didiskusikan.
Disinilah pentingnya melakukan analisis terhadap pandangan yang berbeda
yang dimunculkan oleh setiap peserta diskusi. Analisis terutama ditujukan untuk
meminta klasifikasi atau alasan yang dijadikan dasar pemikiran terhadap pendapat
dari masing-masing anggota kelompok diskusi. Dengan demikian semua peserta
80

diskusi akan memahami dan menghargai terhadap perbedaan pendapat yang


dikemukakannya.
Setelah diperoleh informasi alasan-alasan dari masing-masing anggota
berkenaan dengan pendapat yang berbeda-beda itu, maka selanjutnya pimpinan
diskusi dapat menindaklanjutinya dengan mencapai kesepakatan terhadap hal-hal
mana saja yang disepakati bersama, sehingga dari diskusi tersebut membuahkan
kesimpulan bersama.
d. Meningkatkan kemampuan berfikir siswa
Diskusi dalam pembelajaran antara lain adalah untuk melatih kemampuan
berfikir siswa, yaitu melalui menyampaikan ide, pendapat, komentar, kritik, dan
lain sebagainya. Agar sasaran dari diskusi dapat tercapai yaitu dalam rangja
mengembangkan kemmapuan berfikir siswa secara opyimal, maka guru atau
pimpinan diskusi harus mendorong setiap anggota diskusi untuk berpikir dan
menyampaikan buah fikirannya dalm forum diskusi tersebut.
Untuk memfasilitasi keaktifam siswa ikut serta urun rembug dalam kegiatan
diskusi yang dilakukan, ada beberapa aspek yang ditempuh oleh guru atau pimpinan
diskusi, antara lain:
1) Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpendapat atau
mengajukan gagasannya.
2) Memberikan contoh atau ilustrasi baik bersifat verbal atau non-verbal, dimana
melalui contoh atau ilustrasi tersebut menggugah siswa untuk berfikir.
3) Mengahngatkan suasana diskusi dengan memunculkan pertanyaan yang
memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat diantara anggota sesama
kelompok.
4) Memberi waktu yang cukup bagi setiap anggota kelompok untuk berfikir dan
menyampaikan buah fikirannya.
5) Memberikan perhatian kepada setiap pembicara sehingga saling menghargai
dan dengan demikian dapat lebih mendorong siswa untuk berpartisipasi
memberikan sumbang pemikiran nelalui forum diskusi yang dilakukan.
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
81

Proses dan hasil diskusi harus mencerminkan dari hasil kerja kolektif antar
sesama peserta diskusi. Oleh karena itu setiap anggota diskusi harus memiliki
kesempatan yang sama untuk menyampaikan ide, pendapat, atau memberikan
komentar. Kegiatan diskusi merupakan salah satu contoh penerapan demokrasi
dalam pembelajaran, karenanya pimpinan diskusi atau guru harus mampu
mengendalikan kegiatan diskusi agar pembicara tidak didominasi oleh sekelompok
atau orang-orang tertentu saja.
Apabila pembicaraan dalam diskusi hanya dimonopoli oleh peserta tentu saja,
maka proses diskusi tidak akan berjalan secara efektif dan efisien. Demikian juga
kesimpulan dari diskusi tersebut tidak mencerminkan hasil diskusi yang baik,
melainkan kesimpulan dari sekelompok orang tertentu saja. Oleh karena itu untuk
mendorong partisipasi secara aktif dari setiap anggota kelompok, dapat dilakukan
hal-hal sebagai berikut:
1) Memberi stimulus yang ditujukan kepada siswa tertentu yang belum
berkesempatan menyampaikan pendapatnya, sehingga siswa tersebut
terdorong untuk mengeluarkan buah fikirannya.
2) Mencegah monopoli pembicaraan hanya kepada orang-orang tertentu saja,
dengan cara terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa yang dianggap
pendiam untuk berbicara.
3) Mendorong siswa untuk merespon pembicaraan dari temannya yang lain,
sehingga terjadi komunikasi interaksi antar semua pserta diskusi.
4) Menghindari respon siswa yang secara serentak, agar setiap siswa secara
individu dapat mengemukakan pikirannya secara bebas berdasarkan
pemahaman yang dimilikinya.
f. Menutup diskusi
Kegiatan terakhir dari pelaksanaan diskusi adalah ,menutup diskusi. Diskusi
dikatakan efektif dan efisien apabila semua peserta diskusi berkesempatan
mengemukakan ide atau pikirannya, sehingga setelah berakhirnya dikusi diperoleh
kesimpulan sebagai hasil berpikir bersama. Adapun kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru atau pimpinan diskusi dalam menutup diskusi antara lain
adalah:
82

1) Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran yang


dihasilkan dari kegiatan diskusi yang telah dilaksanakan.
2) Menyampaikan beberapa catatan tindak lanjut dari kegiatan diskusi yang telah
dilakukan, baik dalam bentuk aplikasi maupun rencana diskusi pada pertemuan
berikutnya.
3) Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diskusi yang telah dilakukan,
seperti melalui kegiatan observasi, wawancara, skala sikap dan sebagainya.
Penilaian ini berfungsi sebagai umpan balik untuk mengetahui dan memberi
pemahaman kepada siswa terhadap peran dan partisipasinya dalam kegiatan
diskusi tersebut. Hal ini penting untuk lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran melalui diskusi yang akan dilakukan pada kegiatan berikutnya.
4. Keunggualan Diskusi Kelompok Kecil
Beberapa keuntungan yang dapat diambil dari diskusi kelompok kecil :
a. Kelompok menjadi kaya dengan ide dan informasi untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik
b. Termotivasi oleh kehadiran teman
c. Mengurangi sifat pemalu
d. Anak merasa terikat untuk melaksanakan keputusan kelompok
e. Meningkatkan pemahaman diri anak
f. Melatih sisa untuk berfikir kritis
g. Melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya
h. Melatih dan mengembangkan jiwa social pada diri siswa
5. Kelemahan
a. Waktu belajar lebih panjang
b. Dapat terjadi pemborosan waktu
c. Anak yang pemalu dan pendiam menjadi kurang agresif
d. Dominasi siswa tertentu dalam diskusi
e. Tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran ketika siswa kurang siap mengikuti
kegiatan pembelajaran
83

Semua kekurangan tersebut dapat ditekan dengan rencana yang matang dan
keterampilan guru mengarahkan, memberi petunjuk yang jelas, memahami kesulitan
siswa, dan membagi perhatian pada semua kelompok.
Diskusi kelompok bermanfaat ganda. Tidak hanya pengetahuan siswa yang
bertambah. Diskusi kelompok kecil juga memupuk rasa kebersamaan dan berbagi
sesama siswa. Untuk mendapatkan hasil maksimal di dalam diskusi kelompok kecil,
ada hal-hal yang harus dihindari oleh guru dalam memimpin diskusi kelompok. Hal-
hal yang harus dihindari tersebut adalah :
a. Topik diskusi yang tidak sesuai dengan minat siswa.
b. Terlalu mendominasi diskusi dengan cara mengajukan pertanyaan atau
memberikan jawaban yang terlalu banyak.
c. Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi kelompok.
d. Membiarkan terjadinya pembicaraan yang menyimpang dari topik diskusi atau
tidak relevan dengan apa yang sedang dibicarakan.
e. Terlalu sering menginterfensi siswa dengan pertanyaan atau pernyataan yang
sebetulnya tidak penting.
f. Tidak memberi waktu yang cukup untuk menyelesaikan masalah dalam rangka
mencapai tujuan diskusi.
g. Tidak memperjelas atau tidak mendukung pendapat siswa.
h. Gagal menutup diskusi dengan efektif.

I. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan


Setiap siswa selain sebagai makhluk sosial juga sebagai mahluk individu yang unik.
Sebagai individu setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda pastinya baik itu dari segi
fisik maupun psikhisnya. Dari segi fisik misalnya ada yang bertumbuh tinggi, sedang, dan
pendek. Demikian juga dengan potensi, minat dan bakat antara siswa yang satu dengan yang
lainnya yang pasti memiliki perbedaan.

Perbedaan ini juga pasti terdapat dalam pembelajaran. seperti ada siswa yang memiliki
kecerdasan tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang memiliki kecerdasan tinggi pasti akan cepat
menerima dan memahami materi pembelajaran yang sedang disampaikan, sementara bagi yang
84

siswa memiliki kecerdasan sedang tergolong biasa, dan untuk siswa yang rendah akan
mengalami keterlambatan dalam segi memahami materi yang sedang diajarkan oleh guru.

Bahkan tidak hanya itu saja bahwa kenyataan siswa yang heterogen ini, mendorong guru
untuk bisa menguasai keterampilan mengajar dalam kelompok kecil dan perorangan. Sebab
pada dasarnya belajar adalah bersifat individu, walaupun secara klasikal sekalipun. Hal ini
mengingat antara siswa yang satu dengan yang lainnya, selain memiliki tingkat kecerdasan
yang berbeda, juga memiliki cara tersendiri dalam proses pembelajarannya.

Cara atau gaya belajar siswa juga sangat berbeda-beda, baik itu anak termasuk tipe auditif,
bertipe visual, atau bertipe kinestetik. Hal inilah yang mau tidak mau guru harus
mengembangkan keterampilan mengajar dalam kelompok kecil dan perorangan untuk bisa
mencapai tujuan dalam pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Memang bukan
pekerjaan yang mudah untuk dapat mengajar dengan menyesuaikan karakteristik setiap siswa
yang berbeda-beda itu karena guru sebagai manusia yang tidak luput dari kelebihan dan
kekurangan. Paling tidak dengan profesionalismenya guru harus berusaha dalam mengajar
harus memperhatikan perbedaan siswa secara individu. Disinilah keterampilan kelompok kecil
dan perorangan sebagai solusinya.

1. Unsur-Unsur Pembelajaran Kelompok Kecil dan Perorangan

Menurut Sukirman dan Kasmad (2006) terdapat beberapa aktivitas maupun


komponen-komponen yang dapat dilakukan oleh guru untuk memberi layanan
pembelajaran secara optimal melalui keterampilan dasar kelompok kecil dan
perorangan :

a. Peran Guru
1) Sebagai motivator, yaitu guru memfosisikan diri sebagai penggerak, yang
menumbuhkan semangat dan kekuatan belajar bagi siswa. Dengan cara itu
siswa dirangsang dan didorong untuk melakukan aktivitas belajar sesuai dengan
kemampuan maupun gayanya masing-masing
2) Sebagai fasilitator, yaitu guru yang menciptakan lingkungan pembelajaran
untuk kelancaran dan bagi terjadinya kemudahan belajar bagi siswa
85

3) Organisator pembelajaran, yaitu yang mengelola kegiatan pembelajaran


sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien
4) Multi metode dan media, yaitu guru dalam mengajar tidak hanya terpaku pada
satu jenis metode atau media tertentu saja, akan tetapi untuk memfasilitasi
terjadinya belajar bagi setiap siswa yang memiliki perbedaan. Guru
melayaninya melalui penggunaan metode dan media secara bervariasi
5) Pola interaksi pembelajaran, yaitu komunikasi pembelajaran hendaknya
dikembangkan dengan jalinan komunikasi interaktif. Melalui komunikasi
interaktif, siswa tidak hanya sebagai pendengar atau penerimaan informasi
pembelajaran yang disampaikan oleh guru, akan tetapi dilakukan melalui proses
komunikasi dari siswa ke guru, siswa dengan siswa lainnya, dan lingkungan
pembelajaran yang lebih luas lagi.
6) Pemanfaatan sumber pembelajaran secara luas dan bervariasi, yaitu bagaimana
dalam proses pembelajaran tersebut, siswa tidak hanya terpaku pada guru atau
satu buku saja sebagai sumbernya. Tetapi guru dapat memanfaatkan berbagai
hal sebagai sumber belajar yang bermanfaat bagi anak seperti internet
7) Mendiagnosis kesulitan belajar siswa, yaitu yang mencermati atau meneliti
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Melalui keterampilan
dasar kelompok kecil dan perorangan biasanya siswa akan mudah dan bebas
menyampaikan permasalahan-permasalahan sehingga guru akan dapat
menyimpulkan kesulitan yang dihadapi dan alternatif solusi pemecahannya.
b. Karakteristika Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Secara spesifik karakteristik model pembelajaran yang dilakukan pada
keterampilan dasar mengajar kelompok kecil dan perorangan antara lain ditandai
oleh adanya (Sukirman dan Kasmad, 2006):
1) Hubungan yang akrab antar personal (guru dengan siswa, siswa ke guru, dan
siswa dengan siswa lainnya)
2) Siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan cara, minat, dan
kecepatan masing-masing
3) Guru melakukan bimbingan terhadap siswa sesuai dengan potensi yang
dimilikinya
86

4) Siswa sejak awal pembelajaran diilibatkan dalam menentukan tujuan, materi


yang akan dipelajari maupun proses pembelajaran yang harus dilakukannya.
c. Keterampilan yang Dituntut
Adapaun beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh guru dalam
melakukan kegiatan pembelajaran dengan keterampilan dasar mengajar kelompok
kecil dan perorangan (Sukirman dan Kasmad, 2006), yaitu :
1) Mengidentifikasi topik pembelajaran; harus diingat setiap topik materi
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dalam hal ini ada topik materi yang
efektif dengan model pembelajaran secara klasikal dan ada pula model lainnya
2) Pengorganisasian, yaitu dituntut keterampilan mengorganisasian setiap unsur
atau komponen pembelajaran seperti siswa, sumber materi, waktu, media yang
dibutuhkan, pendekatan dan metode yang akan digunakan serta sistem evaluasi
3) Memberikan kulminasi, yaitu setiap kegiatan pembelajaran dengan
keterampilan dasar kelompok kecil dan perorangan harus diakhiri dengan
kegiatan kulminasi misalnya dalam bentuk membuat rangkuman, pemantapan,
laporan, dan lain sebagainya
4) Mengenal secara personal, yaitu guru untuk dapat mengajar melalui pendekatan
perorangan dengan efektif, harus mengenal pribadi karakteristik siswa secara
umum dan lebih baik secara lebih mendalam
Mengembangkan bahan belajar mandiri, yaitu untuk melayani kebutuhan belajar
secara perorangan guru harus terampil mengembangkan bahan pembelajaran untuk
individu, seperti dengan bahan belajar mandiri, paket-paket pembelajaran, dan lain
sebagainya yang memungkinkan siswa dapat belajar sesuai dengan cara masing-
masing.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Keterampilan Dasar dalam Mengajar pada Pembelajaran Terpadu
terdiri dari: 1) Keterampilan Membuka Pembelajaran; 2) Keterampilan
Menutup Pembelajaran; 3) Keterampilan Menjelaskan; 4) Keterampilan
Bertanya Dasar; 5) Keterampilan Bertanya Lanjut; 6) Keterampilan
Penguatan; 7) Keterampilan Mengadakan Variasi; 8) Keterampilan
Membimbing Diksusi Kelompok Kecil; 9) Keterampilan Mengajar
Kelompok Kecil dan Perorangan. Masing-masing keterampilan dasar ini
memiliki unsur-unsur maupun prinsip masing-masing ketika pelaksanaan
dalam pembelajaran terpadu.
Setiap keterampilan dasar dalam mengajar pada pembelajaran terpadu
memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran. Guru penting
untuk memperlajari dan mengasah keterampilan dasar mengajar pada
pembelajaran terpadu. Harapnnya dengan terampilnya guru dalam proses
pembelajaran dapat mengikatkan hasil belajar siswa dan menjadikan
sekolah maupun kelas menjadi tempat yang menyenangkan dan dirindukan
oleh siswa.
Cara mengaplikasikan keterampilan dasar dalam mengajar pada
pembelajaran terpadu adalah dengan memperhatikan karakteristik maupun
komponen-komponen pada setiap keterampilan dasar mengajar. Agar
pembelajaran dapat berjalan dengan optimal maka guru dituntut untuk
memahami kondisi psikologis perkembangan siswa di kelasnya untuk
kemudian dianalisis apa kelemahan dan kelebihan yang dimiliki siswa
sehingga dapat menentukan tindakan maupun stimulus yang tepat ketika
proses pembelajaran terpadu berlangsung.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa sebagai calon pendidik dan guru sebagai pendidik maka
perlu mempelajari dan menguasai keterampilan dasar mengajar pada
pembelajaran terpadu agar dapat menunjang keberhasilan pembelajaran.

87
2. Bagi ketua sekolah diharapkan dapat memfasilitasi para guru agar dapat
mengasah keterampilan dasar mengajar pada pembelajaran terpadu
dengan mengadakan pelatihan atau seminar
3. Orangtua siswa agar mendukung para guru dengan tetap memantau
perkembangan anaknya ketika di rumah dan dapat konsultasi dengan
guru terkait keadaan siswa

DAFTAR PUSTAKA

Mukminan, dkk. 2013. Modul Pelatihan Pengembangan Keterampilan Dasar


Teknik Instruksional (Pekerti). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sukirman, D. 2012. Pembelajaran Micro Teaching. Jakarta: Direktorat Jendral


Pendidikan Islam Kementrian Agama RI.

Sukirman, Dadang dan Mamad. (2006) Pembelajaran Mikro. Bandung: UPI


PRESS

88
KELOMPOK 4 – RANCANGAN PEMBELAJARAN TERPADU
PEMBAHASAN

A. Tahapan Penyusunan Rencana Pembelajaran Terpadu


Perancangan Pembelajaran Terpadu
Dalam merancang pembelajaran terpadu untuk sekolah dasar terdapat tujuh
langkah yang harus dilakukan. Alur langkah-langkah peranangan pembelajaran
terpadu adalah sebagai berikut:

Pelajari kompetensi
Pelajari hasil belajari dan
Tetapkan mata pelajaran dasar pada kelas dan
indikator hasil belajar
yang akan dipadukan semester yang sama
dalam setiap mata
dalam setiap mata
pelajaran
pelajaran

Susun silabus Buatlah pemetaan


pembelajaran dengan keterhubungan Pilih dan tetapkan tema
mengaitkan topik dan kompetensi dasar setiap pemersatu
kompetensi dasar setiap mata pelajaran dengan
mata pelajaran tema pemersatu

Susun satuan
pembelajaran terpadu
Saud, dkk (2009, hlm. 72).

1. Penetapan Mata Pelajaran


Sebelum menetapkan materi pelajaran sebaiknya kita membuat peta
kompetensi dasar secara menyeluruh pada semua mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah dasar dengan maksud supaya terjadi pemerataan
keterpaduan. Pada saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan
dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan yang berkaitan dengan
pencapaian kompetensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar.

89
4

2. Penetapan Kompetensi Dasar


Pada tahap ini dilakukan identifikasi kompetensi dasar pada jenjang
kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran yang memungkinkan
untuk diajarkan secara terpadu dengan sama dari setiap mata pelajaran yang
memungkinkan untuk diajarkan secara terpadu dengan menggunakan paying
sebuah tema pemersatu.
Namun sebelumnya, kita harus menetapkan terlebih dahulu aspek-
aspek dari setiap mata pelajaran yang dapat dipadukan. Setelah pemetaan
aspek dalam setiap mata pelajaran, maka selanjutnya dapat ditetapkan
kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel
berikut :
Kompetensi dasar mata pelajaran
Bahasa Indonesia Matematika Pengetahuan Alam Kerajinan
Tangan dan
Kesenian
Mendeskripsikan Memahami Mendeskripsikan Menanggapi
binatang di sekitar konsep umum bagian-bagian berbagai unsur
(secara lisan) bilangan cacah yang tampak pada rupa: bintik,
hewan sekitar garis, bidang,
rumah dan sekolah warna, dan
bentuk

3. Penetapan Hasil Belajar dan Indikator


Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mempelajari dan
menetapkan hasil belajar dari setiap mata pelajaran sehingga dapat diketahui
materi pokok yang bisa dibahas secara terpadu.
Hasil belajar
Bahasa Indonesia Matematika Pengetahuan Kerajinan Tangan
Alam dan Kesenian
Mendeskripsikan Membilang Mengidentifikasi Mengomunikasikan
binatang secara bilangan bagian- gagasan imajinatif
rinci sesuai bagianutama hasil pengamatan

4
5

dengan ciri- Membandingkan tubuh hewan dan benda-benda di alam


cirinya bilangan kegunaannya sekitar
menggunakan
kalimat yang
runtut dan pilihan
kata yang tepat
Materi pokok
Bahasa Indonesia Matematika Pengetahuan Kerajinan Tangan
Alam dan Kesenian
Gambar tentang Urutan bilangan Bagian-bagian Berbagai objek
binatang di tubuh hewan benda alam yang
sekitar memiliki unsur
dua dan tiga
dimensi.

4. Penetapan Tema
Setelah ketiga tahap di atas dilakukan, selanjutnya ditetapkan tema
yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar setiap mata
pelajaran yang akan dipadukan dengan jenjang kelas dan semester yang sama.
Dalam pembelajaran terpadu peran tema ini sangat penting terutama untuk
menciptakan situasi belajar yang kondusif yang dapat diwujudkan antara lain
dalam beberapa hal berikut:
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan beberapa
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi dasar bisa dikembangkan secara lebih baik dengan
mengkaitkan mata pelajaran satu dengan pelajaran lainnya dan
pengalaman pribadi siswa.
e. Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6

f. Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam


situasi yang nyata untuk mengambangkan keterampilan berfikir kritis dan
kreatif,misalnya bertanya, berdiskusi, bercerita, bermain peran, menulis
deskripsi dan sebagainya.
g. Guru dapat menghemat waktu karena matapelajaran yang disajikan secara
terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dalam dua atau tiga kali pertemuan.
Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan
atau pengayaan (enrichment).
Dalam mengembangkan tema-tema pembelajaran terpadu disekolah
dasar terdapat sejumlah aspek yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:
a. Tema yang dipilih memungkinkan terjadinya proses berfikir pada diri
siswa serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya.
b. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa,
termasuk minat dan kemapuannya.
c. Penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan siswa, dari
hal-hal termudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju hal
yang kompleks, dan dari hal yang konkrit menuju hal yang abstrak.
Beberapa contoh tema yang bisa dipertimbangkan pengembangannya
di sekolah dasar di antaranya:
Diri sendiri Permainan
Keluarga Alat komunikasi
Pengalaman Transportasi
Lingkungan Hewan dan tumbuhan
Kebersihan dan kesehatan Hiburan
Budi pekerti Rekreasi
Tempat umum Kegiatan
Kegiatan sehari-hari Kerajinan tangan
Peristiwa alam Olahraga
Kegemaran Keperluan
Kesehatan Binatang
Permainan Makanan
Kesenian Pahlawan dl
7

Sebenarnya kita bisa menetapkan sendiri tema-tema yang bisa dibahas


dalam pembelajaran terpadu, asalkan didasarkan atas pertimbangan-
pertimbangan sebagaimana telah diuraikan di atas.
Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau
sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema yang
dalam percakapan umum sering disebut topik yang sifatnya lebih spesifik dan
lebih konkret lagi. Anak tema atau subtema tersebut selanjutnya dapat
dikembangkan lagi menjadi suatu ”pembicaraan” sebagai materi
pembelajarannya. Materi pembelajaran tersebut bila berupa karangan biasanya
diberi nama atau judul. Bila digambarkan akan tampak seperti di bawah ini:

Materi 1

Sub Tema 1 Materi 2

Tema Sub Tema 2 Materi 3

Sub Tema 3

Dengan demikian, dalam menentukan tema sebagai landas tumpu


pembelajaran terpadu, guru dapat melakukan langkah-langkah: 1) menetapkan
tema, 2) mengembangkan tema, 3) memilih atau menetapkan anak tema, 4)
mengembangkan anak tema manjadi materi.bahan ajar yang akan dibicarakan
di kelas baik dalam bentuk wacana, dialog, atau bentuk lainnya.

5. Pemetaan Keterhubungan Kompetensi Dasar dengan Tema


Pemersatu
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar
masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu.
Pemetaan tersebut dapat dibuat dalam bentuk bagan atau matriks jaringan
topik yang memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi
dasar dari setiap mata pelajaran. Tidak hanya itu, dalam pmetaan ini akan
8

tampak juga hubungan tema pemersatu dengan hasil belajar yang harus
dicapai siswa berikut indikator pencapaiannya. Contoh pemetaan
keterhubungan kompetensi dasar dengan tema pemersatu “BINATANG”
dalam bagan dan matriks di bawah ini.

KERAJINAN TANGAN
DAN KESENIAN :
Menanggapi
beerbagai unsur rupa:
bintik, garis, bidang,
warna, bentuk.

PENGETAHUAN
ALAM :
B.INDONESIA TEMA Mendeskripsikan
bagian-bagian yang
Mendeskripsikan tampak pada hewan
binatang di sekitar BINATANG di sekitar rumah dan
sekolah.

MATEMATIKA :
Memahami konsep
urutan bilangan cacah

Dari bagan keterhubungan di atas dapat diuraikan secara lebih


lengkap dengan hasil belajar dan indikator-indikator nya sebagaimana
terlihat dalam contoh matriks berikut:
Mata Kompetensi Hasil Belajar Indikator
Pelajaran Dasar
B.Indonesia Mendeskripsika Mendeskripsikan - Menirukan
n binatang di binatang di sekitar gerak dan suara
sekitar secara rinci sesuai bianatang
dengan ciri-cirinya tertentu
dengan - Menjelaskan
menggunakan ciri-ciri
kalimat yang runtut binatang secara
dan pilihan kata rinci (nama,ciri
yang tepat. khasnya,
9

suaranya,
dimana
hidupnya)
dengan pilihan
kata dan
kalimat yang
runtut.
- Membaca dan
melengkapi
teks pendek
yang
dilengkapi
gambar.
Pengetahua Mendeskripsika Mendeskripsikan - Membuat
n Alam n bagian-bagian bagian-bagian daftar bagian-
yang tampak uatama tubuh bagian utama
pada hewan di hewan dan tubuh hewan
sekitar rumah kegunaannya. (kucing,
dan sekolah. burung, ikan)
dan
Kegunaannya
dari hasil
pengamatan
- Menirukan
berbagai suara
hewan yang ada
di lingkungan
sekitar
- Menggambar
sederhana
hewan dan
menamai
10

bagian-bagian
utama tubuh
hewan.
- Menceritakan
cara hewan
bergerak
berdasarkan
pengamatan.
Misalnya:
menggunakan
kaki, perut,
sayap dan sirip.
Matematika Memahami Membilang - Menyebutkan
konsep urutan bilangan dan banyaknya
bilangan cacah membandingkan benda
bilangan - Membaca dan
menulis
lambang
bilangan dalam
kata-kata dan
angka.
- Menentukan
bahwa
kumpulan
benda lebih
banyak, lebih
sedikit,atau
sama dengan
kumpulan lain.
Kerajinan Menanggapi Mengkomunikasika - Mengungkapka
Tangan dan berbagai unsur n gagasan imajinatif n perasaan
Kesenian rupa: bintik, hasil pengamatan ketertarikan
11

garis, bidang, benda-benda di pada objek


warna, bentuk.. alam sekitar yang diamati
dari berbagai
unsur rupa dan
perpaduannya.

Kerajinan tangan dan kesenian menanggapi berbagai unsur


rupa:bintik, garis, bidang, warna, bentuk. Mengkomunikasikan gagasan
imajinatif hasil pengamatan benda-benda di alam sekitar. Mengungkapkan
perasaan ketertarikan pada objek yang diamati dari berbagai unsur rupa dan
perpaduannya.

6. Penyusunan Silabus Pembelajaran Terpadu


Ruang lingkup dan urutan penyajian materi pembelajaran dalam
silabus, termasuk kedalaman dan tingkat kesulitannya, disesuaikan dengan
perkembangan dan kebutuhan siswa dan siswi, serta cukup memadai untuk
menunjang tercapainya penguasaan kompetensi dasar. Penyusunan silabus
dilakukan secara sistematis, artinya semua komponen yang ada dalam silabus
tersebut harus merupakan satu kesatuan yang saling terkait untuk mencapai
kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Pada tahap keenam ini, hasil seluruh proses yang telah dilaksanakan
pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus
pembelajaran terpadu. Secara umum, silabus ini diartikan sebagai garis-garis
besar, ringkasan, ikhtiar, atau pokok-pokok isi/materi pembelajaran terpadu.
Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi,
kompetensi dasar yang ingin dicapai dan pokok-pokok serta uraian materi
yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar tersebut.

7. Penyusunan Satuan Pembelajaran Terpadu


12

Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran terpadu di kelas perlu


disusun suatu satuan pembelajaran terpadu. Satuan pelajaran yang dikenal
sekarang dengan rencana mengajar atau persiapan mengajar adalah program
kegiatan belajar mengajar dalam satuan terkecil. Satuan pelajaran atau rencana
mengajar dapat tertuang dalam bentuk silabus dan RPP.
Penyusunan satuan pembelajaran terpadu merupakan realisasi dari
pengalaman belajar siswa yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran
terpadu. Komponen satuan pembelajaran terpadu meliputi:
a. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan,
kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dilokasikan).
b. Kompetensi yang hendak dicapai
c. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka
mencapai kompetensi dasar
d. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus
dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan
sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar)
e. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian
kompetensi dasar
f. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan
untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian)
g. Sumber dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran terpadu
sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.

B. Penyusunan Silabus dan Satuan Pembelajaran Terpadu


1. Pengembangan Silabus Pembelajaran Terpadu
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (BSNP, 2006,
hlm. 14).
13

Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan


Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola
pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan
dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (Kemendikbud, 2016).
Istilah silabus dalam pembelajaran terpadu diartikan sebagai garis besar,
ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi/materi pembelajaran terpadu. Silabus
digunakan sebagai penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi
dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu
dipelajari oleh siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang telah ditetapkan. Pengembangan silabus dalam pembelajaran terpadu
merupakan salah satu tahapan dalam pengembangan kurikulum yang bermanfaat
sebagai pedoman dalam penyusunan satuan pembelajaran terpadu. Selain itu,
silabus dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran (seperti
kegiatan belajar klasikal, kelompok kecil, dan individual), dan pengembangan
sistem penilaian.
Menurut Saud, dkk (2009, hlm. 84), terdapat beberapa prinsip yang harus
dipertimbangkan dalam pengembangan silabus pembelajaran terpadu, diantaranya
:
a. Disusun berdasarkan prinsip ilmiah, materi pembelajaran terpadu yang
disajikan dalam silabus harus memenuhi kebenaran dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah
b. Ruang lingkup dan urutan penyajian materi pembelajaran dalam silabus,
termasuk kedalaman tingkat kesulitannya, disesuaikan dengan
perkembangan dan kebutuhan siswa, serta cukup memadai untuk
menunjang tercapainya penguasaan kompetensi dasar
c. Penyusunan silabus dilakukan secara sistematis, semua komponen yang ada
dalam silabus harus merupakan satu kesatuan yang saling terkait untuk
mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan
d. Silabus disusun berdasarkan bagan keterhubungan kompetensi dasar dan
tema pemersatu yang telah dikembangkan
e. Dalam memilih aktivitas belajar siswa, ciptakan berbagai kegiatan yang
sesuai dengan kompetensi dasar dan tema pemersatu
14

f. Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam
pembelajaran terpadu disusun dalam silabus tersendiri

Sesuai dengan prinsip-prinsip diatas, silabus pembelajaran terpadu


dikembangkan dengan menggunakan pendekatan sistem, dimana komponen-
komponen yang ada didalamnya saling berhubungan satu sama lain agar mencapai
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Komponen silabus tersebut terdiri atas (a)
identifikasi mata pelajaran yang akan dipadukan, (b) kompetensi dasar, hasil
belajar, dan indikator yang harus dikuasi siswa, (c) materi pokok yang mengacu
pada suatu tema yang akan disajikan, (d) alternatif strategi pembelajaran yang akan
digunakan, dan (e) alokasi waktu yang diperlukan. Berikut ini penjelasan dari
komponen-komponen silabus tersebut.
a. Identifikasi mata pelajaran yang akan dipadukan
Pada bagian ini perlu dituliskan dengan jelas nama-nama mata
pelajaran yang akan dipadukan, ditunjukan untuk kelas berapa dan pada
semester mana. Perlu juga dituliskan judul tema pemersatu yang akan dibahas.
b. Penentuan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator
Kompetensi dasar berisi mengenai pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi
pada masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan. Kompetensi dasar,
hasil belajar dan indikator ini sudah tertulis dalam buku standar kompetensi
per mata pelajaran. Dalam hal ini anda hanya tinggal memindahkannya ke
dalam silabus pembelajaran terpadu.
c. Penentuan materi pokok
Materi pokok berisi materi mengenai pokok-pokok pembelajaran yang
harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar yang
telah ditetapkan. Materi pokok telah ditetapkan secara nasional dalam buku
Standar Kompetensi per mata pelajaran. Tugas guru adalah mengidentifikasi
dan menjabarkan materi pokok tersebut ke dalam materi pembelajaran terpadu
dengan mengacu pada tema yang akan disajikan.
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi
materi pokok:
15

1) Potensi peserta didik


2) Relevansi dengan karakteristik daerah
3) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual
peserta didik
4) Kebermanfaatan bagi peserta didik
5) Struktur keilmuan
6) Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran
7) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan
8) Alokasi waktu
Cara penulisannya ialah jika kompetensi dasar biasanya dirumuskan
dalam bentuk kerja, maka materi pembelajaran dirumuskan dalam bentuk
kata benda atau kata kerja yang dibendakan.
Contoh:
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Mendengarkan dongeng binatang Dongeng Binatang
(Bahasa Indonesia)
Mendeskripsikan bagian-bagian yang Bagian-bagian tubuh hewan
tampak pada hewan di sekitar rumah
dan sekolah (IPA)
Memahami konsep urutan bilangan Urutan bilangan cacah
cacah (Matematika)

Dalam penentuan materi pembelajaran terpadu tersbut perlu


diperhatikan apakah sifatnya berupa fakta, konsep, prinsip atau prosedur. Hal
ini akan berpengaruh terhadap strategi pembelajaran atau alat dan media
pembelajaran yang akan digunakan. Perlu juga diperhatikan keluasan cakupan
dan kedalaman dari materi pembelajaran tersebut. Keluasan cakupan materi
berkaitan dengan banyaknya materi yang dimasukkan sebagai materi
pembelajaran terpadu, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa
detail konsep-konsep yang terkandung dalam materi pembelajaran terpadu
tersebut harus dipelajari atau dikuasai oleh siswa.
d. Penentuan alternatif strategi pembelajaran
16

Strategi pembelajaran dalam hal ini dimaksudkan sebagai prosedur


umum kegiatan pembelajaran terpadu yang akan dilaksanakan, baik yang
menyangkut kegiatan tatap muka maupun pengalaman belajar non tatap muka.
Kegiatan tatap muka dilakukan dengan mengembangkan interaksi langsung
antara guru dengan siswa, misalnya dalam bentuk pemberian penjelasan
melalui metode ceramah, diksusi, kuis dan sebagainya. Pengalaman belajar
non tatap muka dilakukan dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang
bukan berbentuk interaksi guru-siswa, tetapi berupa interaksi siswa dengan
objek atau sumber kegiatan belajar lain untuk mencapai penguasaan KD,
bentuknya bisa berupa kegiatan mendemonstrasikan, mempraktikkan,
mensimulasikan, mengadakan eksperimen, menemukan, mengamati,
menelaah dan kegiatan sejenisanya. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
baik di dalam kelas maupun di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan
yang tersedia (fieldtrip).
Contoh:
Materi Pembelajaran Strategi Pembelajaran
Dongeng binatang Mendengarkan dongeng binatang yang
disampaikan guru tentang “Kancil
yang Cerdik”
Bagian-bagian tubuh hewan Mengamati bagian-bagian tubuh yang
tampak pada hewan jinak berkaki dua
yang ada di lingkungan siswa, seperti
ayam, itik, burung merpati dan
sebagainya.
Urutan bilangan cacah Mengamati gambar-gambar binatang
berkaki empat yang disediakan guru
dilanjutkan dengan menyebutkan
jumlah binatang tersebut dan
menuliskannya dalam kata-kata dan
angka.
17

Penentuan strategi dalam pembelajaran terpadu harus memungkinkan


terjadinya pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Untuk itu
diperlukan berbagai sumber belajar, baik berupa objek langsung maupun
objek yang tidak langsung dan hal kontekstual yang ada di sekitar siswa.
Contoh penggunaan objek langsung: siswa diajak mengunjungi kebun
binatang untuk mengamati jenis-jenis binatang berkaki empat atau siswa
diajak mengunjungi rumah di sekitar sekolah yang memiliki hewan peliharaan
seperti ayam dan itik. Contoh penggunaan objek tidak langsung: siswa diminta
untuk mengamati gambar hewan berkaki empat atau siswa diajak menonton
tayangan video tentang hewan berkaki empat.
e. Penentuan alokasi waktu
Alokasi waktu perlu diperhatikan pada tahap pengembangan silabus
dengan maksud untuk memperkirakan jumlah jam pelajaran yang diperlukan
dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu. Guru harus mampu memperkirakan
berapa lama siswa dapat mempelajari materi pembelajaran yang telah
ditemukan. Dalam penentuan alokasi waktu ini, guru perlu
mempertimbangkan tingkat kesulitan, ruang lingkup atau cakupan, serta
tingkat pentingnya materi pembelajaran yang dipelajari. Pertimbangan pula,
apakah penyajian materi itu bisa dilakukan guru secara langsung di dalam
kelas atau memerlukan kunjungan ke objek-objek tertentu di luar kelas.
Dalam mengalokasikan waktu, guru harus memperhatikan alokasi
waktu yang dibutuhkan untuk setiap semester. Dalam Kerangka dasar
Kurikulum 2006, minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester)
adalah sekitar 36 minggu. Untuk kelas awal sekolah dasar (kelas 1 dan 2)
alokasi waktu total yang disediakan adalah 30-31 jam pelajaran per minggu,
sedangkan untuk kelas tinggi (kelas 3-6) alokasi waktu total yang disediakan
adalah 32 jam untuk kelas 3 dan 36 jam pelajaran untuk kelas 4,5,6 per
minggu. Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 35 menit (kelas
awal) dan 40 menit (kels tinggi). Khusus untuk kelas awal, alokasi waktu
sebanyak 30-31 jam pelajaran pada dasarnya dapat diatur dengan bobot
berkisar: (a) 15% untuk agama; (b) 50% untuk Membaca dan Menulis
Permulaan serta Berhitung; dan (c) 35% untuk Pengetahuan Alam, Pendidikan
18

Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian,


dan Pendidikan Jasmani. Berdasarkan hal tersebut, Anda dapat mulai
mengatur pendistribusian kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dalam
silabus pembelajaran terpadu untuk setiap semester beserta waktu yang
dibutuhkannya dengan tetap berpedoman pada ketentuan tentang
pengalokasian waktu dia atas.
f. Contoh format silabus
Komponen-komponen silabus sebagaimana telah diuraikan di atas,
perlu disusun dalam bentuk format dan sistematika yang jelas. Format untuk
silabus pembelajaran terpadu bisa disusun dalam bentuk naratif maupun
matriks. Namun untuk memudahkan dalam melihat keterkaitan antarsatu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, silabus disarankan disusun dalam
format matriks untuk masing-masing tema yang telah dietapkan. Berikut ini
matriks contoh format silabus pembelajaran terpadu berikut (lampiran.1).

2. Pengembangan Satuan Pembelajaran Terpadu


Guru harus membuat program pembelajaran yang disebut satuan
pembelajaran terpadu untuk pegangan dalam jangka waktu yang lebih pendek dari
silabus. Satuan pembelajaran terpadu ini merupakan satuan atau unit program
pembelajaran terkecil untuk jangka waktu mingguan atau harian yang berisi
rencana penyampaian suatu pokok atau satuan bahasan tertentu dalam satu tema
pembelajaran terpadu yang akan dibahas.
Isi dan alokasi waktu setiap satuan pembelajaran terpadu ini tergantung
kepada luas dan sempitnya pokok atau satuan bahasan yang dicakupnya. Misalnya
suatu pokok/satuan bahasan yang membutuhkan waktu hanya 2 jam pelajaran,
mungkin bisa selesai diajarkan dalam satu kali pertemuan saja. Tetapi pokok atau
satuan bahasan yang membutuhkan waktu 4 jam pembelajaran perlu disampaikan
dalam dua kali pertemuan. Maka tidak perlu membuat satuan pembelajaran terpadu
untuk setiap kali pertemuan secara terpisah-pisah, akan tetapi dapat diatur untuk
satu satuan pembelajaran terpadu misalnya mencakup materu pembelajaran untuk
3-4 kali pertemuan.
Bentuk satuan pembelajaran terpadu yang dikembangkan bisa saja berbeda-
19

beda, akan tetapi isi dan prinsipnya harus sama. Adapun unsur-unsur pokok yang
terkandung dalam satuan pembelajaran terpadu (Saud, dkk., 2009, hlm. 90), antara
lain :
a. Identitas mata pelajaran.
b. Kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang akan dipadukan.
c. Pokok-pokok materi yang akan disajikan.
d. Kegiatan belajar-mengajar yang akan dilaksanakan.
e. Alat, media dan sumber bahan yang digunakan.
f. Cara penilaian yang akan ditempun dilengkapi dengan alat evaluasi.

Adapun contoh format satuan pembelajaran terpadu (Saud, dkk., 2009, hlm. 91),
sebagai berikut :
CONTOH FORMAT
SATUAN PEMBELAJARAN TERPADU

Mata Pelajaran . : 1. ....................................................


2. ....................................................
3. ....................................................
Sekolah Dasar : ........................................................
Kelas/Semester : ........................................................
Alokasi Waktu : .............. × pertemuan (@ ............ menit)

A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR


Tuliskan kompetensi dasar dan indikator yang dapat dipadukan yang hendak
dicapai atau dijadikan tujuan. Tuliskan juga nomor kompetensi dasarnya.
B. MATERI PEMBELAJARAN
Tuliskan materi pokok (beserta uraian singkat) yang perlu dipelajari siswa
dalam rangka mencapai kompetensi dasar.
C. STRATEGI PEMBELAJARAN
Tuliskan strategi pembelajaran berupa kegiatan pembelajaran secara konkret
yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan
20

sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar, mencakup kegiatan tatap


muka dan pengalaman belajar non-tatap muka.
D. ALAT, MEDIA, DAN SUMBER
Tuliskan berbagai alat dan media yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, serta sumber bahan/rujukan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Gunakan cara
penulisan yang sudah baku, tuliskan juga bagian/bab dan halamannya.
E. PENILAIAN PEMBELAJARAN
Tuliskan prosedur, jenis, bentuk, dan alat/instrumen yang digunakan untuk
menilai pencapaian belajar siswa, serta tindak lanjut hasil penilaian, seperti:
remedial, pengayaan, atau percepatan. Sesuaikan dengan teknik penilaian
berbasis kelas, seperti: penilaian portofolio, hasil karya (product), penugasan
(project), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper & pen).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada saat membuat rancangan pembelajaran terpadu di sekolah dasar, kita
dituntut untuk memahami mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
merancang pembelajaran terpadu di SD, pemilihan tema-tema pemersatu yang
dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, pemetaan
keterhubungan kompetensi dasar setiap mata pelajaran dengan tema pemersatu
pembelajaran terpadu, penyusunan silabus pembelajaran terpadu berdasarkan hasil
pemetaan keterhubungan kompetensi dasar setiap mata pelajaran dengan tema
pemersatu, dan penyusunan satuan pembelajaran terpadu berdasarkan silabus yang
telah dikembangkan.
Tahapan penyusunan rencana pembelajaran terpadu memiliki tujuh langkah
yang harus dilakukan, yaitu menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan,
mempelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dalam setiap
mata pelajaran, mempelajari hasil belajar dan indikator hasil belajar dalam setiap
mata pelajaran, memilih dan menetapkan tema pemersatu, membuat pemetaan
keterhubungan kompetensi dasar setiap mata pelajaran dengan tema pemersatu,
menyusun silabus pembelajaran terpadu dengan mengaitkan topik dan kompetensi
dasar setiap mata pelajaran, dan menyusun satuan pembelajaran terpadu.
Menyusun silabus berarti kita perlu memahami apa saja yang perlu
dilakukan dalam mengembangkan silabus pembelajaran terpadu, seperti
mengidentifikasi mata pelajaran yang akan dipadukan, menentukan kompetensi
dasar, hasil belajar, dan indikator, menentukan materi pokok, menentukan alternatif
strategi pembelajaran, dan menentuan alokasi waktu. Begitupun dalam menyusun
satuan pembelajaran terpadu berarti kita perlu mengembangan komponen-
komponen satuan pembelajaran terpadu, antara lain identitas mata pelajaran,
kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang akan dipadukan, pokok-pokok
materi yang akan disajikan, kegiatan belajar mengajar yang akan

21
dilaksanakan, alat, media dan sumber bahan yang digunakan, dan cara penilaian
yang akan ditempuh dilengkapi dengan alat evaluasi.

B. Saran
Bagi pembaca :
1. Pembaca dapat memanfaatkan makalah ini untuk menjadi referensi dalam
memahami mengenai penyusunan rencana pembelajaran terpadu, akan tetapi
disarankan untuk membaca referensi lain karena penulis merasa dalam
makalah ini masih banyak kekurangan.
Bagi penulis :
1. Penulis disarankan untuk mengkaji lebih mendalam lagi untuk karya tulis
kedepannya.
2. Perbanyak sumber yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Jakarta: BSNP.
Saud, U.S., dkk. (2009). Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI Press.
Kementerian Pendididikan dan Kebudayaan. (2016). Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Permendikbud No 22 Tahun 2016.

22
KELOMPOK 5 – PENILAIAN PEMBELAJARAN TERPADU
A. Konsep Penilaian Pembelajaran Terpadu
Penilaian dalam pembelajaran terpadu merupakan program penilaian
yang dilakukan secara berkesinambungan untuk menentukan keberhasilan
pembelajaran yang telah dilakukan. Secara umum, tujuan penilaian adalah
untuk menilai pembelajaran di kelas dan untuk meningkatkan pembelajaran dan
kualitas belajar siswa dan bukan sekadar menentukan skor. Oleh karena itu,
penilaian merupakan suatu strategi pengumpulan dan penganalisisan infomasi
yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan berkaitan dengan semua
aspek pembelajaran (Morrow, 1990). Dengan demikian, menilai perkembangan
hasil belajar anak bukanlah satu-satunya aspek penilaian yang harus
diperhatikan. Guru juga harus memperhatikan aspek (1) kesesuaian isi
kurikulum dengan kebutuhan anak, (2) keefektifan strategi belajar mengajar
yang dipilih guru, dan (3) kesesuaian serta keefektifan pengorganisasian kelas
yang dilakukan guru. Hasil penilaian dapat memenuhi banyak tujuan di
antaranya adalah placement untuk memenuhi kebutuhan siswa secara tepat,
instruction untuk membantu agar pembelajaran lebih terfokus, dan
communication untuk memberikan informasi kepada siswa, guru, orang tua,
dan sebagainya.
Sampai saat ini sistem penilaian di sekolah umumnya menggunakan
teknik tes. Penilaian dengan menggunakan teknik ini kita sebut penilaian
konvensional. Teknik tes ini tidak selengkapnya dapat menggambarkan
kemajuan belajar siswa secara menyeluruh, sebab laporan itu berupa angka-
angka atau huruf-huruf dan gambaran maknanya sangat abstrak. Untuk
melengkapi gambaran kemajuan belajar siswa, guru dapat menggunakan teknik
lain yang sudah kita kenal sebagai teknik non tes. Penilaian dengan teknik non
tes ini kin sebut penilaian alternatif:
Penilaian alternatif dipakai sebagai penunjang dalam memberikan
gambaran pengalaman dan kemajuan belajar siswa secara menyeluruh. Melalui
penggunaan penilaian alternatif ini, guru, orang tua, dan bahkan siswa

23
dapat mengetahui kemajuan dan kemampuan belajarnya. Hal ini sesuai dengan
tuntutan penilaian berbasis keias bahwa penilaian dilakukan secara terpadu
dalam kegiatan KBM melalui portofolio, hasil karya (produk), penugasan
(proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis. Dengan demikian, penilaian
harus dirancang guru dan dilaksanakan guru sehingga diperoleh infomasi
tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa dan mengefektifkan
penggunaan informasi tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan perangkat penilaian sebagaimana terlihat dalam bagan berikut :

PENILAIAN

Kognitif
Non Tes Tes
Afektif

Psikomotor

 Skala sikap
 Daftar Periksa Tes lisan Tes tulis Tes
 Check-List Perbuatan
 Kuisioner
 Catatan Anekdotal
 Jurnal
 Cuplikan kerja
Tes Tulis Uraian : Tes Tertulis Objektif :

 Terbatas/tertutup/  Pilihan ganda


terstruktur  Benar-Salah Memilih
 Bebas Terbuka  Menjodohkan
 Isian singkat
 Isian panjang Mengisi
 Isisan klosur

Bagan 1.1
Teknik Pengumpulan Informasi

B. Bentuk-Bentuk Penilaian
Berdasarkan Permendikbud nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian
Hasil Belajar, bentuk penilaian adalah cara yang dilakukan dalam menilai
capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: penilaian unjuk kerja, penilaian
projek, dan penilaian tertulis. Penilaian dalam pembelajran terpadu bersifat
autentik yakni penilaian yang menilai proses dan hasil dari pembelajaran.

24
Penilaian dapat lebih mudah dilakukan dengan bantuan instrumen
penilaian. Terdapat dua jenis instrumen penilaian, yaitu tes dan non tes. Pada
penilaian proses, instrumen penilaian non tes akan lebih banyak digunakan.
Dalam pemilihan instrumen penilaian, harus diperhatikan tujuan dari
penilaiannya, apakah dari segi pengetahuan, kemampuan berpikir, produk atau
afeksi.
1. Tes, merupakan bentuk penilaian konvensional yang seringkali dianggap
kurang mampu menggambar kemampuan siswa secara menyeluruh.
a. Tes Lisan
b. Tes Tertulis, dilakukan dengan pemberian soal-soal yang sesuai dengan
materi yang dipelajari siswa. Tes tertulis ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu ter tertulis uraian dan tes tertulis objektif. Tes tertulis uraian
bersifat terbatas, tertutup, terstuktur dan bebas terbuka sehingga disebut
juga sebagai penilaian subjektif. Penialaian tertulis objektif dilakukan
dengan memilih jawaban atau mengisi jawaban yang spesifik, seperti
pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, isian singkar, isian panjang
dan isian klosur.
c. Tes Keterampilan
2. Non tes, merupakan bentuk penilaian yang digunakan untuk melengkapi
gambaran kemajuan belajar siswa, karena itu disebut juga sebagai bentuk
penilaian alternaif. Berikut ini merupakan beberapa bentuk penilaian
alternative menurut Hernawan (2007):
a. Catatan sekolah, berupa laporan deskripsi mengenai kemajuan belajar
siswa.
b. Cuplikan kerja, penilaian dilakukan dengan melihat tugas atau produk
yang dibuat siswa, kemudia dinilai proses dan produk tersebut untk
menentukan tingkat pengetahuan atau skill mereka. Dapat disebut juga
sebagai penilaian kinerja.
c. Portofolio, digunakan untukmenilai kemajuan siswa dalam suatu
periode. Penilaian ini didasarkan pada berbagai tugas yang dapat
menunjukkan pemahaman siswa tentang suatu konsep. Portofolio
bersifat terbuka bagi siswa sehingga siswa dapat menilai diri sendiri dan
juga bias member informasi tambahan untuk menilai kompetensi siswa.

25
d. Wawancara, teknik penilaian yang dilakukan secara lisan dan digunakan
untuk memperoleh jawaban dari siswa mengenai sesuatu yang telah
dipelajari. Teknik ini dapat digunakan untuk melengkapi penilaian jika
penilaian dengan cara lain belum dapat member gambaran yang jelas
mengenai siswa. Pemberian rasa aman pada siswa sangant penting untuk
diperhatikan, karena dengan begitu siswa dapat mengungkapkan
informasi yang dibutuhkan tanpa merasa tertekan.
e. Observasi, dilakukan dengan cara mengamati siswa secara teliti dan
sistematis. Observasi bertujuan untuk mendapatkan data mengenai
perilaku non verbal dan terfokus pada aspek-aspek terkait. Prosedur
penilaian observasi harus memperhatikan:
1) Spesifikasi tingkah laku yang akan dinilai
2) Konteks dan metode yang akan digunakan
3) Alat perekam dan penyimpan hasil yang akan digunakan
f. Jurnal, merupakan catatan harian siswa yang berisikan kegiatan siswa
didalam kelas maupun di luar jam sekolah setiap harinya. Jurnal dapat
digunakan guru untuk member pertimbangan, motivasi dan penguatan
kepada siswa.
g. Rubrik, hal ini dapat dilakukan dengan menyusun kriteria penilaian
bersama antara guru dan siswa. Dengan melibatkan anak dalam proses
pembelajaran dan penilaian, diharapkan siswa dapat mengetahui
perkembangannya dan hal itu dimanfaatkan untuk meningkatkan proses
belajar mengajar.
h. Catatan anektotal (file card), merupakan catatan pengamatan informasi
yang menggambarkan perkembangan bahasa maupun perkembangan
sosial, kebutuhan, kelebihan, kekurangan, kemajuan, gaya belajar,
keterampulan dan strategi yang digunakan peserta didik atau yang
berkaitan dengan hal apa saja yang tampak bermakna ketika melakukan
pengamatan. Catatan ini berisi kmentas singkat yang spesifik mengenai
sesuatu yang dikerjakan dan yang perlu dikerjakan siswa,
didokumenatsikan secara terus menerus sehingga menggambarkan
kemampuan anak.

26
Dari sekian bentukpenilaian di atas, untuk mengukur kompetensi yang ingin
dicapai kriteria yang harus dinilai meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Oleh karena itu, dalam penilaian pembelajaran terpadu, penilaian dilakukan
berkaitan dengan ketiga ranah tersebut, antara lain:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif ialah kemampuan yang berkaitan dengan hasil belajar
intelektual peserta didik (tasonomi bloom) mulai dari tingkat sederhana sampai
ke tingkat yang kompleks meliputi mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), mengkreasi
(C6) yang diperoleh melalui berbagai teknik penilaian berupa tes tertulis dan
lisan (wawancara / presentasi dll), observasi atau pengamatan, penugasan
perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran. Nilai kognitif peserta didik setiap mata pelajaran dan muatan local
diakumulasikan per semester sebagai laporan hasil pembelajaran siswa selama
satu semester. Nilai kognitif harus sesuai tuntutan kompetensi dasar yang harus
dikuasai oleh peserta didik. Nilai kognitif ditulis secara kuantitatif dalam
bentuk bilangan bulat dan huruf, dengan menggunakan skala 0 ‐ 100. Contoh:
dalam angka : 75 dalam huruf Tujuh Lima.
2. Ranah Afektif
Afektif berkaitan dengan emosi (inward emotions), kecenderungan
(disposition), sikap (attitudes), keinginan (desires), nilai (value), minat
(interest), dan perasaan (feeling). Berkenaan dengan ranah afektif, ada dua hal
yang perludinilai, yaitu pertama, kompetensi afektif dan kedua, sikap dan
minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Kompetensi
afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkatan pemberian
respon, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
Kriteria penilaian sikap peserta didik ditunjukkan dalam bentuk antara lain:
motivasi dan minat belajar, kerjasama, disiplin, ketekunan, ulet (tidak mudah
menyerah), sportif, percayadiri (kemandirian), ketelitian, kemampuan
memecahkan masalah, kritis, berfikir logis dan ilmiah, kreatifitas, santun
dalam berkomunikasi, responsive dalam mendengarkan dan mampu
menyampaikan pendapat/ pertanyaan sesuai dengan kaidah berbahasa yang
baik dan benar (dalam B. Indonesia dan B. Asing), antusias dalam membaca,
memiliki kepedulian dengan lingkungan (sosial, budaya, ekonomi dan politik),
suka menolong, suka beramal, menghargai dan menghormati orang lain,
santun dalam bersikap, berlaku jujur, memiliki jiwa kewirausahaan, atau
bentuk lainnya sesuai dengan karakteristik masing‐masing mata pelajaran.
Nilai afektif dapat dikategorikan dalam predikat, dengan klasifikasi
tinggi, sedang, dan rendah, atau amat baik, baik, cukup, perlu bimbingan.
Penilaian ranah afektif ini bertujuan untuk mendapatkan data siswa, nantinya
dapat menjadi pengukur sejauh mana sikap dan moral siswa, dapat juga
menjadi perbaikan dalam mata pelajaran Agama danPKn.
3. Ranah Psikomotor

27
Berkenaan dengan ranah psikomotor, kompetensi yang dicapai meliputi
tingkatan gerakan awal, dan gerakan rutin. Penilaian terhadap pencapaian
kompetensi tersebut adalah sebagai berikut.
1) Tigkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan siswa dalan
menggerakan sebagian anggota badan.
2) Tingkatan gerakan semi rutin meliputi kemampuan melakukan atau
menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan.
3) Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara
menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkat otomatis.

C. Prinsip-Prinsip Penilaian Dalam Pembelajaran Terpadu


Pada dasarnya penilaian dalam pembelajaran terpadu tidak berbeda dari
penilaian dalam kegiatan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, semua
ketentuan yang terdapat pada penilaian pembelajaran konvensional berlaku pula
bagi pembelajaran terpadu dengan memperhatikan beberapa penekanan
penilaian terhadap efek pengiring (nurturant effects) seperti kemampuan kerja
sama dan tenggang rasa, disamping juga keutuhan persepsi yang menjadi ciri
khas dari pembelajaran terpadu.
Oleh karena itu, dalam melaksanakan penilaian pembelajaran terpadu
guru perlu memerhatikan prinsip-prinsip penilaian. Penilaian harus dilakukan
dengan sistematis baik melalui pengamatan, perekaman, maupun analisis.
Untuk memperoleh hasil penilaian yang akurat, kegiatan penilaian hendaknya
didasarkan pada prinsip integral atau komprehensif, prinsip kesinambungan,
dan prinsip objektif.
1. Prinsip integral atau komprehensif
Prinsip integral atau komprehensif yaitu penilaian pengajaran yang
dilakukan secara menyeluruh dan utuh, yang di dalamnya menyangkut
masalah sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian
penilaianpun dilakukan dalam lingkup, afektif, kognitif dan psikomotor.
2. Prinsip kesinambungan
Prinsip kesinambungan yaitu penilaian yang dilakukan secara berencana,
terus menerus dan bertahap untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan tingkah laku siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar. Untuk
memenuhi prinsip ini, kegiatan penilaian harus sudah direncanakan
bersamaan dengan kegiatan penyusunan program semester dan
dilaksanakan sesuai dengan program yang telah disusun.
3. Prinsip objektif
Prinsip objektif yaitu penilaian pengajaran yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur yang handal dan dilaksanakan secara objektif

28
sehingga dapat menggambarkan dengan tepat kemampuan yang diukur.
Untuk memenuhi prinsip ini, kegiatan harus dilakukan secara objektif
dengan menggunakan alat ukur yang tepat.
Prinsip penilaian pembelajaran terpadu menurut Mathews (1989) adalah:
1. Penilaian hendaknya berbasis unjuk kerja siswa sehingga selain
memanfaatkan penilaian produk, penilaian terhadap proses perlu mendapat
perhatian yang lebih besar.
2. Pada setiap langkah penilaian hendaknya siswa dilibatkan.
3. Penilaian hendaknya, memberikan perhatian pula pada refleksi diri siswa
(self reflection).
4. Penilaian alternatif (portofolio, catatan anectodal, unuk kerja, jurnal,dan
lainnya) hendaknya lebih dimanfaatkan karena kompleksnya aspek yang
harus dinilai.
5. Umpan-balik hendaknya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
pengembangan anak baik secara individual maupun sosial.
6. Dengan demikian, penilaian pembelajaran terpadu hendaknya
mengutamakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan tetap
memanfaatkan Penilaian Acuan Normatif (PAN).
7. Penilaian pembelajaran terpadu perlu memberikan perhatian yang cukup
banyak pada penilaian nurturant effect (Dampak Pengiring) seperti
kemampuan kerja sama, tenggang rasa,saling tergantung,disamping
keterpaduan persepsi siswa.
8. Penilaian pembelajaran terpadu hendaknya dilakukan dalam proses yang
terus menerus (egoing process), bukan kegiatan penilaian yang dilakukan
diawal atau diakhir program pembelajaran saja.
9. Penilaian juga harus bersifat multi dimensional, komprehensif, dan
sistematis.
Penilaian pembelajaran terpadu sebagai mana dikemukakan diatas
mencakup penilaian terhadap proses dan produk dengan sasaran peserta didik
dan guru berkaitan dengan program pengajarannya. Penilaian ini harus
dilakukan secara informal, rasional, dan tidak rancu sebagai mana dikemukakan
Mathews (1989) berikut ini.
1. Penilaian Proses

29
Sasaran yang dinilai dalam penilaian proses adalah tingkat efektivitas
kegitan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.
Penilaian proses merupakan upaya mengumpulkan informasi tentang
kemajuan belajar siswa yang selanjutnya digunakan untuk keperluan
perbaiakan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Penilaian proses terdiri
dari:
a. Penilaian terhadap siswa
1) Perkembangan konseptual anak;
2) Tingkat kemampuan menghadapi tantangan;
3) Interaksi siswa dengan siswa lainnya
4) Kemampuan anak berkomunikasi
5) Kerasionalan argument/alas an
6) Kerja sama dan kekompakan serta produktivitas kegiatan
kelompok;
7) Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok;
8) Penggunaan bahasa dengan baik dan benar sesuai tingkat
kemampuan siswa.
b. Penilaian terhadap guru
1) Proses pembelajaran
2) Pendekatan dan metode yang digunakan
3) Kelengkapan pembelajaran yang disesuaikan guru
2. Penilaian terhadap produk kegiatan
Penilaian hasil belajar. Penilaian ini berfungsi untuk menilai pemahaman
siswa mengenai apa yang telah dipelajarinya dan untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan yang dimiliki siswa. Penilaian hasil belajar dilakukan
setiap akhir pembelajaran. Terdapat beberapa hal yang perlu dinilai dalam
penilaian ini, yaitu :
a. Penilaian terhadap siswa dilakukan dengan melihat hasil belajar anak
yang tergambarkan melalui:
1) Kemampuan menulis laporan;
2) Kemampuan menyatakan gagasan dalam bentuk gambar, diagram,
grafik dan simboll lainnya;
3) Rekaman, video dan kaset hasil unjuk kerja siswa.
b. Penilaian terhadap guru dilakukan berdasarkan hasil :

30
1) Daftar cek yang dilakukan oleh rekan guru lainnya terhadap strategi
dan pengelolaan belajar mengajar yang telah dilakukan;
2) Masukan dari anak, orang tua dan rekan guru lainnya berkaitan
dengan strategi dan proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Berkaitan dengan paparan diatas, penilaian yang dilakukan hendaknya
valid mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka dan
berkesinambungan sebagaimana disarankan dalam Penilaian Berbasis Kelas
(PBK). Kuswari (2004) mengemukakan bahwa PBK merupakan suatu
penilaian berdasarkan suatu pengumpulan, pelaporan dan pengunaan
informasi tentang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pengukuran
dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan,
bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. PBK secara
umum bertujuan untuk memberikan penghargaan terhadap pencapaian
belajar siswa dan memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran.
Sedangkan secara khusus, PBK bertujuan untuk memberikan (1) informasi
tentang kemajuan belajar siswa, (2) informasi yang dapat digunakan untuk
membina kemajuan belajar lebih lanjut, (3) motivasi belajar siswa dan
melakukan pemberian bimbingan yang lebih tepat.
Fungsi PBK bagi siswa dan guru adalah untuk membantu siswa, (1)
dalam mewujudkan dirinya dengan mengubah atau mengembangkan
perilakunya kearah yang lebih baik dan maju, (2) siswa mendapat kepuasan
atas apa yang dikerjakannya, (3) membantu guru untuk menetapkan apakah
metode mengajar yang digunakan telah memadai atau tidak dan (4)
membantu guru membuat pertimbangan dan keputusan administrasi.
Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran terpadu diharapkan
dapat mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang harus
dikuasai anak secara seimbang dalam ketiga ranah yakni kognitif, afektif,
dan psikomotor dengan menggunakan berbagai bentuk model alat penilaian
yang tepat.

D. Fungsi Penilaian Dalam Pembelajaran Terpadu


Fungsi penilaian pada akhir satuan pelajaran itu ditekankan kepada
perbaikan proses belajar mengajar yang diselenggarakan berdasarkan satuan
pelajaran tersebut. Penilaian pada akhir program pengajaran mempunyai fungsi
yang berlainan. Fungsinya ditekankan pada penentuan keberhasilan belajar
setiap murid. Penentuan semacam itu biasanya dilakukan untuk keperluan
pemberian nilai rapor, penentuan kenaikan kelas, seleksi dan sebagainya.
Terdapat beberapa fungsi penilaian yaitu:

31
a. Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai suatu
kompetensi.
b. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta
didik memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian
maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
c. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu
pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau
pengayaan.
d. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan
perkembangan peserta didik.
Selain fungsi tersebut diatas, penilaian ini berfungsi juga sebagai umpan
balik bagi perbaikan atau penyempurnaan proses pembalajaran dan sebagai
dasar dalam penyusunan laporan kemajuan belajar siswa kepada orangtuanya

E. Tujuan Penilaian Dalam Pembelajaran Terpadu


Penilaian dalam pembelajaran terpadu merupakan program penilaian
yang dilakukan secara berkesinambungan untuk menentukan keberhasilan
pembelajaran yang telah dilakukan.Adapun tujuan penilaian secara umum,
adalah (1) untuk menilai pembelajaran di kelas (2) untuk meningkatkan
pembelajaran dan kualitas belajar siswa dan bukan sekedar menentukan skor.
Oleh karena itu, penilaian merupakan suatu strategi pengumpulan dan
penganalisisan informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
berkaitan dengan semua aspek pembelajaran. Untuk menilai perkembangan
hasil belajar siswa bukanlah satu-satunya aspek penilaian yang harus
diperhatikan, tetapi guru juga harus memperhatikan aspek-aspek seperti (1)
kesesuaian isi kurikulum dengan kebutuhan siswa, (2) keefektifan strategi
belajar mengajar yang dipilih guru, dan (3) kesesuaian serta keefektifan
pengorganisasian kelas yang dilakukan guru.
Dengan demikan, hasil penilaian dapat memenuhi semua tujuan
diantaranya adalah placement untuk memenuhi kebutuhan siswa secara tepat,
instruction untuk membantu agar pembelajaran lebih terfokus, dan
communication untuk memberikan informasi kepada siswa, guru, orang tua dan
sebagainya.

F. Langkah-Langkah Penilaian Dalam Pembelajaran Terpadu

32
1. Perencanaan
a. Merumuskan tujuan penilaian yang ingin dicapai baik tujuan yang ingin
dicapai oleh guru maupun oleh siswa. Pada dasarnya tujuan ini untuk
membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya, tetapi bagi
guru melalui penilaian dapat melakukan:
1) Identifikasi kekuatan dan kelemahan siswa dan memonitor tahap
perkembangannya
2) Melihat sampai sejauh mana aktivitas pembelajaran telah
mencapai tujuan yang ditetapkan
3) Memilih aktivitas-aktivitas yang tepat dan memilih stratgei
mengajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa
4) Memberikan umpan balik kepada siswa dalam bentuk pemberian
penghargaan, saran dan kritik yang membangun
5) Memilih informasi yang cukup sebagai dasar untuk pelaporan
hasil belajar siswa kepada orang tua
6) Menyediakan informasi yang berharga bagi guru, pimpinan dan
siswa baru periode berikutnya.
b. Menentukan kriteria keberhasilan yang ingin dicapai baik oleh siswa
maupun oleh guru
c. Menentukan teknik dan instrument yang akan digunakan dalam proses
penilaian.
2. Pelaksanaan
Dalam proses pelaksanaan penilaian haruslah disadari bahwa:
a. Penilaian berlangsung sejak awal sampai akhir proses pembelajaran
b. Penilaian harus dilihat sebagai proses yang berkelanjutan. Bukan hanya
sekedar salah satu aspek belajar yang harus dicapai sebagai bagian suatu
program.
c. Penilaian dapat diarahkan pada proses maupun produk serta program
3. Penyusunan dan Penyajian Laporan
Laporan hasil penilaian disusun dengan jalan memperhitungkan seluruh
informasi yang terkumpul berikut teknik pengolahannya. Penyusunan
laporan tersebut dilakukan secara logis, sistematis, komprehensif dan
diakhiri dengan sejumlah rekomendasi dan saran-saran yang disampaikan

33
kepada semua pihak terkait.Berdasarkan Keputusan Dirjen Mandikdasmen
Nomor : 12/C/KEP/TU/2008 tentang Bentuk dan Tata Cara Penyusunan
Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah (SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB, dan
SMA/MA/SMK/SMALB), menyatakan bahwa:
1. Laporan hasil belajar peserta didik harus dapat menggambarkan
pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran.
2. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 25 ayat (4):
Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan, oleh karena itu penilaian hasil belajar harus
mencerminkan ketiga aspek kompetensi dimaksud dengan
mempertimbangkan karakteristik masing- masing mata pelajaran.
3. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan
dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran untuk
masing-masing nilai pengetahuan dan nilai praktik sesuai dengan
karakteristik kompetensi mata pelajaran yang bersangkutan, serta
kualifikasi untuk kondisi afektif/sikap, disertai dengan deskripsi
kemajuan belajar/ketercapaian kompetensi peserta didik sebagai
pencerminan kompetensi secara utuh.
4. Setiap akhir semester, satuan pendidikan melaporkan hasil belajar
peserta didik kepada orangtua/wali peserta didik.
5. Laporan Hasil Belajar (LHB) peserta didik dapat berbentuk buku
atau lembaran, dapat ditulis secara manual atau komputerisasi.
6. Menjawab keingintahuan orangtua seperti:
a. Bagaimana peserta didik belajar di sekolah secara akademik,
fisik, sosial maupun emosional.
b. Sejauhmana partisipasi anaknya dalam kegiatan di sekolah
Kemampuan apa yang dicapai peserta didik selama kurun
waktu belajar tertentu.
c. Apa yang harus dilakukan orangtua untuk membantu
mengembangkan potensi anaknya lebih lanjut.
4. Tindak Lanjut
Hasil pengolahan informasi dan saran-saran tersebut diatas harus ditindak
lanjuti secara operasional. Tindak lanjut ini bukan merupakan kegiatan

34
akhir dari proses penilaian, sebab dalam pembelajaran tematik penilaian
dilakukan secara terus menerus. Umpan balik penilaian harus dimanfaatkan
untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajardan sebagai data untuk
mengambil keputusan atau menentukan kebijakan.

G. Contoh Penilaian Penilaian Dalam Pembelajaran Terpadu


1. Sikap
Format Penilaian
Nama Santun Kerjasama
No
Siswa BT MT MB SM BT MT MB SM
1
2
dst..
Catatan : Centang (√) pada bagian yang memenuhi kriteria
Mulai
Sudah Mulai terlihat Belum terlihat
Kriteria berkembang
membudaya (4) (2) (1)
(3)
Sikap Menunjukkan Menunjukkan Menunjukkan Perlu
kerjasama sikap sikap sikap dimotivasi
kerjasama kerjasama kerjasama untuk dapat
dengan semua dengan semua hanya dengan bekerjasama.
teman secara teman namun beberapa
konsisten. belum teman.
konsisten.
Sikap Menunjukkan Menunjukkan Menunjukkan Perlu
Santun sikap santun sikap santun sikap santun dimotivasi
. dengan semua dengan semua hanya dengan untuk bersikap
teman secara teman namun beberapa santun
konsisten. belum teman. dengan semua
konsisten. teman.

2. Pengetahuan

Perlu
Sangat baik Baik Cukup
No Kriteria pendampingan
(4) (3) (2)
(1)
1 Kemampuan Mengidentifi Mengidentifik Hanya bisa Belum mampu
siswa kasi semua asi beberapa mengidentif mengidentifik
mengidentifi aturan yang aturan yang ikasiaturan asi aturan

35
kasiaturan berlaku berlaku yang yang berlaku
yang berlaku dirumah dirumah berlaku dirumah
dirumah dirumah 1
gambar saja
2 Antusias Ikut terlibat Ikut terlibat, Memperhati Tidak ikut
siswa dalam aktif dalam namun kan mengerjakan
mengerjakan mengerjakan cenderung temannya
kuis secara diam saja dan diam
kelompok berkelompok saja
Mengidentifikasi contoh perilaku tertib di dalam kelas

3. Keterampilan
Membuat yel-yel
Perlu
Sangat Baik Cukup
No Kriteria pendampinga
baik (4) (3) (2)
n (1)
1 Berani Mampu Suara jelas, Suara hanya Suara sangat
menyanyika namun tidak terdengar oleh pelan dan
n yel-yel unik dan teman yang duduk tidak unik
dengan kreatif. di depan saja, dan serta kreatif
keras, unik tidak unik dan
dan kreatif. kreatif.

36
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Penilaian merupakan suatu kegiatan proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Penilaian tidak terlepas dari beberapa aspek
penting yang harus diperhatikan oleh seorang guru, penilaian juga harus
dirancang oleh guru sedemikian rupa agar mengefektifkan dalam penggunaan
informasi tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan dengan menggunakan perangkat penilaian. Penerapan
penilaian dalam pembelajaran menggunakan berbagai cara dalam memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajarsiswa, yaitu dengan bentuk penialain
yang berupa tes maupun non tes.
Penilaian dalam pembelajaran terpadu ini merupakan program penilaian
yang dilakukan secara berkesinambungan untuk menentukan keberhasilan
pembelajaran. Penilaian dilakukan secara menyeluruh selama proses
pembelajaran, penilaian tidak hanya dilakukan diakhir pembelajaran saja.
Adapun aspek yang di nilai yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan
berbagai aspek yang dinilai dalam pembelajaran terpadu maka penlaian akan
berisifat multi dimensional, berlangsung dalam konteks otentik atau nyata dan
berorientasi pada perkembangan dan lingkungan budaya siswa.

B. Saran
Sebagai tenaga pendidik harus memanfaatkan data atau informasi hasil
penilaian semaksimal mungkin agar dapat meningkatkan dampak positif
terhadap hasil belajar siswa. Sebagai mahasiswa calon pendidik juga harus bias
memahami bagaimana cara melaporkan penilaian agar hasil penilaian tersebut
dapat difungsikan untuk kemajuan kualitas pendidikan di lembaga pendidikan
tempat bekerja nanti. Sebagai siswa haruslah memiliki keinginan untuk terus
belajar agar hasil belajar dapat terus meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Saud, Udin Saefuddin, dkk. 2006. Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI PRESS
Hernawan, Herry, dkk. 2007. Pembelajaran Terpadu di SD. Tanggerang
Selatan:Universitas Terbuka

37
38
39
40
41

Anda mungkin juga menyukai