3
4
Dari kedua contoh tersebut kita bisa lihat perbedaannya yaitu anak
yang bersungguh-sungguh belajar dengan kemauan sendiri bisa disebut
dengan motivasi internal atau intrinsik dan anak yang bersungguh-
sungguh belajar karena menginginka hadiah bisa disebut dengan motivasi
eksternal atau ekstrinsik . akan tetapi, kedua contoh tersebut memiliki
persamaan yaitu semua siswa memiliki dorongan belajar walaupun
kadarnya berbeda.
Motivasi intrinsik disebut pula motivasi murni,karena berkaitan
langsung dengan tujuan pembelajaran. oleh karena itu, sedapat mungkin
guru harus berusaha memunculkan motivasi intrinsik pada diri siswa
diawal kegiatan pembelajaran terpadu,umpamanya dengan cara
menjelaskan kaitan tujuan pembelajaran dengan kepentingan atau
kebutuhan siswa.
Motivasi ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara
memberikan penguatan seperti member pujian atau hadiah,menciptakan
situasi belajar yang menyenangkan,atau memberi nasihat. Kegiatan-
kegiatan seperti itu sangat penting untuk dipertimbangkan guru pada awal
kegiatan.
5) Membangkitkan perhatian siswa
Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat
dipisahkan. Perhatian ialah pemusatan energy psikis (pikiran dan
perasaan) terhadap suatu objek yang dipelajari. Makin terpusat perhatian
pada pelajaran,proses belajar makin baik,dan hasilnya akan makin baik
pula. Oleh karena itu,sejak awal pembelajaran terpadu guru harus selalu
berusaha supaya perhatian siswa terpusat kepada pelajaran.
9
b. Memberi Acuan
Dalam kaitannya dengan kegiatan awal pembelajaran memberi acuan
adalah upaya guru dalam menyampaikan secara spesifik dan singkat
gambaran umum tentang hal-hal yang akan dipelajari dan kegiatan yang akan
ditempuh selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dapat dilakukan
dalam kegiatan memberi acuan adalah sebagai berikut
1) Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar
materi yang akan dilelajari
Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, kegiatan paling awal yang
harus dilakukana dalah memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar
yang diharapkan dikuasai siswa setelah pembelajaran dilakuakn atau
secara garis besar materi yang akan dipelajari untuk mencapai tujuan atau
kompetensi tersebut. hal ini perlu dilakukan agar siswa mengetahui sejak
awal kemampuan-kemampuan apa saja yang akan diperolehnya setelah
proses pembelajaran berakhir. Informasi mengenai tujuan ini akan dapat
memberikan dorongan kepada siswa untuk bersungguh-sungguh dalam
belajar. Tentu saja dalam menyampaiakan tujuan tersebut harus
menggunakan bahasa yang sederhana dan dapat dengan mudah
dimengerti oleh siswa. Penyampaian tujuan ini dapat dilakuakan secara
lisan atau tulisan dengan memberikan penjelasan atas tujuan tersebut.
2) Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
Kegiatan lain diawal pembelajaran adalah menjelaskan alternatif
kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. Dalam hal ini guru harus
mampu menyampaikan bagaimana kegiatan belajar tersebut ditempuh.
Jika pembelajaran dilakukan dengan metode diskusi maka guru harus
menjelaskan teknik dan prosedur pelaksanaannya. Jiak akan melakukan
10
pada diri siswa merupakan hasil perpaduan antara bahan apersepsi dengan
bahan baru tersebut.
Kegiatan membuat kaitan pada awala pembelajaran biasanya dikenal
dengan melakukan apesepsi. Apersepsi pada dasarnya yaitu menumbuhkan
tanggapan-tanggapan lama yang telah dimiliki siswa sebelum memberikan
bahan baru, atau menerima tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan
tanggapan-tanggapan lama. Dengan kata lain apersepsi menekankan pada
upaya guru dalam menghubungkan materi pelajaran yang sudah dimiliki oleh
siswa dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa.
Apersepsi berfungsi untuk mempersiapkan kondisi awal belajar pada diri
siswa terutama kesiapan mental siswa menghadapi pelajaran. Dengan
apersepsi, diharapkan materi yang akan dibahas dapat diterima atau dipahami
dengan lebih mudah. Proses asimilasi dan integrasi pengetahuan pada diri
siswa merupakan hasil perpaduan antara bahan apersepsi dengan bahan baru
tersebut.
Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakuka guru dalam membuat
kaitan atau melakukan apersepsi, diantaranya:
1) Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari
sebelumnya
Apabila materi yang akan dibahas memiliki kaitan langsung atau
menuntut penguasaan siswa terhadap materi sebelumnya maka kegiatan
awal pembelajaran dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari siswa, melalui pertanyaan
tersebut siswa dibimbing untuk mengingat kembali bahan pelajaran yang
sudah dipelajari. Dengan menunjukkan hubungan antara apa yang telah
dipelajari siswa dengan materi yang akan dipelajari, siswa akan
memperoleh gambaran yang utuh tentang materi dan siswa melihat bahwa
materi yang dipelajarinya tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan.
2) Menunjukkan manfaat materi yang dipelajari
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Proses pembelajaran terpadu akan berhasil dengan baik apabila guru sejak
awal dapat mengkondisikan kegiatan belajar secara efektif. Upaya yang perlu
dilakukan untuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran adalah memberikan
acuan dan memberikan apersepsi. Mengecek atau memeriksa kehadiran siswa
(presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readdiness),
menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar
siswa, membangkitkan perhatian siswa, memberi acuan, membuat kaitan
(melaksanakan apersepsi)
Kegiatan awal sangat berpengaruh terhadap kegiatan inti pembelajaran yang
pada prinsipnya kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses
pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang
dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu tujuan, materi, siswa, guru, serta
fasilitas, ruang, dan waktu.
Proses pembelajaran yang telah dilakukan dikuatkn dalam kegiatan penutup
bentuk kegiatannya seperti: meninjau kembali penguasaan siswa, melaksanakan
penilaian, melaksanakan tindak lanjut pembelajaran.
KELOMPOK 2 – PROSEDUR UMUM PT
C. Model Sequenced
1. Pengertian Model Sequenced
Kata sequence dalam bahasa Indonesia, berarti: (1) urutan, (2) rangkaian,
atau (3) rentetan, sehingga model sequenced dapat diartikan sebagai model
urutan/rangkaian. Dengan artikulasi yang terbatas lintas/antar disiplin ilmu,
guru dapat mengatur ulang urutan topik sehingga unit-unit yang mirip dapat
bersinggungan satu sama lain. Dua disiplin ilmu yang berhubungan dapat
diurutkan sehingga isi materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara
paralel. Dengan mengurutkan topik yang akan diajarkan, kegiatan masing-
masing displin ilmu ini dapat saling meningkatkan satu sama lain. Pada intinya,
satu subjek mengusung yang lainnya dan sebaliknya. Berikut ini adalah
gambar model sequenced.
30
mata, lensa terbagi dalam dua bagian, namun terhubung oleh sebuah bingkai
atau frame. Topik atau mata pelajaran terpisah, namun dapat dihubungkan
dengan sebuah konsep yang menaungi topik atau mata pelajaran tersebut.
Jadi model squenced adalah model pembelajaran terpadu yang
menekankan pada urutan karena adanya persamaan-persamaan konsep,
walaupun mata pelajarannya berbeda. Beberapa beberapa konsep yang hampir
sama diajarkan secara bersamaan (konsepnya) , sementara salah satu konsep
tersebut tetap diajarkan dalam mata pelajaran yang terpisah.
2. Penggunaan Model Squenced
Model squenced digunakan saat terdapat konsep-konsep yang sama
pada mata pelajaran.
Ketika susunan itu dipadukan dengan yang lain akan terparalelkan dan
saling bersinggungan , sehingga akan mempermudah siswa dalam belajar.
c. Dari sisi siswa , pengurutan yang sengaja dari disiplin-disiplin membantu
mereka membuat pemahaman.
d. Menambah kreatif guru menganalisis urutan suatu pokok bahasan
e. Mempererat hubungan antarguru mata pelajaran yang berbeda.
5. Kekurangan
a. Dibutuhkannya kompromi dari beberapa guru mata pelajaran yang berbeda
untuk membentuk model.
b. Untuk membuat urutan sesuai dengan apa yang terjadi membutuhkan
kolaborasi dan fleksibilitas dari semua orang yang terlibat
5. Siswa lebih bersemangat belajar karena siswa merasa lebih akrab dengan
guru, sehingga siswa lebih berani untuk mengemukakan pendapat dan
bertanya.
4. Kekurangan Model Shared
Shared model (terbagi model) memilki beberapa kekurangan
diantaranya sebagai berikut:
1. Antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen pasangan untuk
bekerjasama dalam fase awal, untuk menemukan konsep kurikulum yang
tumpang tindih secara nyata diperlukan dialog dan percakapan yang
mendalam.
2. Untuk menyusun rencana model pembelajaran ini diperlukan kerjasama
guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk
mendiskusikannya.
3. Sulitnya mencari partner/ tim yang dapat saling percaya dalam bekerja
untuk menciptakan waktu yang bersifat fleksibel dan kompromi.
4. Sulitnya mencari partner atau tim yang memiliki komitmen sama untuk
bekerja melalui fase awal.
5. Pembelajaran terpadu model shared bukan merupakan satu-satunya
pendekatan yang paling tepat sebagai upaya meningkatkan kreativitas
belajar siswa, karena model pembelajaran terpadu harus disesuaikan
dengan kondisi yang ada.
(Prabowo 2006; 4). Hanya saja meperhatikan hakikat dari model pembelajaran
immersed ini sebagaimana telah dijelaskan di atas. Berikut penjelasannya :
Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan terdiri dari :
Menentukan jenis mata pelajaran yang dipadukan.
Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator. Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub-
keterampilan dari masing-masing keterampilan dalam satu unit
pelajaran.
Menentukan sub-keterampilan yang dipadukan. Secara umum,
keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi keterampilan
berpikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan
keterampilan mengorganisasi (organizing skill) yang masing-masing
terdiri atas sub-sub keterampilan.
Merumuskan indikator hasil belajar. Berdasarkan kompetensi dasar dan
sub-keterampilan yang telah dipilih, dirumuskan indikator. Setiap
indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan yang meliputi:
audience, behaviour, condition, dan degree.
Menentukan langkah-langkah pembelajaran. Langkah ini diperlukan
sebagai strategi guru untuk memadukan setiap sub-keterampilan yang
telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran
Tahap pelaksanaan
Tahap ini meliputi skenario langkah-langkah pembelajaran. Menurut
Samani (dalam Lutfiana, 2006; 32) tidak ada model pembelajaran tunggal
yang cocok untuk suatu topik dalam pembelajaran terpadu. Dalam
Depdiknas (1996; 6) prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu
meliputi:
Guru hendaknya jangan menjadi aktor tunggal yang mendominasi
pembicaraan dalam proses pembelajaran.
38
Tahap evaluasi.
Tahap ini dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil
pembelajaran. Tahap evaluasi sebagaimana termuat pada Depdiknas (dalam
Lutfiana, 2006; 32) hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi
pembelajaran terpadu.
a. Tahap Perencanaan
1) Menentukan Kompetensi Dasar
2) Menentukan Indikator Menentukan Tujuan Pembelajaran
b. Langkah-Langkah yang ditempuh guru
1) Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai peserta didik.
(materi prasyarat)
2) Menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai peserta didik
3) Menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan.
4) Menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan / dibutuhkan.
5) Menyampaikan pertanyaan kunci
6) Tahap Pelaksanaan, meliputi
7) Pengelolaan kelas dengan membangi kelas kedalam beberapa
kelompok.
c. Kegiatan proses
1) Kegiatan pencatatan data.
2) Diskusi secara klasikal
d. Tahap Evaluasi, meliputi :
1) Evaluasi Proses, berupa :
a) Ketepatan hasil pengamatan
b) Ketepatan dalam menyusun alat dan bahan
c) Ketepatan peserta didik saat menganalisis data.
2) Evaluasi Produk
Penguasaan peserta didik terhadap konsep-konsep / materi sesuai
dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
3) Evaluasi Psikomotor
Kemampuan penguasaan peserta didik terhadap penggunaan alat
ukur.
e. Bersifat Fleksibel,- Guru dapat mengkaitkan bahan ajar dari satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lain, bahkan mengkaitkan mata pelajaran
dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah dimana meraka
berada.
f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain yang menyenangkan.
3. Langkah-Langkah Penyusunan Model Pembelajara Webbed
Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran jaring
laba-laba sebagai berikut :
a. Guru menyiapkan tema utama dan sub-tema yang telah dipilih dari
beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran/ bidang Studi.
b. Mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan
melalui tema dan sub-tema.
c. Guru menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih luas.
d. Guru memilih konsep, kegiatan atau informasi yang bisa mendorong
belajar siswa.
4. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Webbed
a. Kelebihan ketika melaksanakan pembelajaran terpadu model jaring laba-
laba antara lain :
1) Faktor motivasi yang dihasilkan dari penyeleksi tema yang diminati.
2) Model webbed atau jaring laba-laba relatif lebih mudah dilakukan
guru yang belum berpengalaman mengajar.
3) Model ini memudahkan perencanaan kerja tim untuk
mengembangkan tema kesemua bidang isi pelajaran.
4) Memberi kemudahan bagi peserta didik dalam melihat kegiatan-
kegiatan yang saling terikat.
5) Siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda
dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan.
b. Kelemahan ketika melaksanakan pembelajaran terpadu model jaring
laba-laba antara lain :
46
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa matapelajaran untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Ditinjau dari cara memadukan
konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, menurut seorang ahli yang
bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model dalam
merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah:
(1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed,
(7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Model
pembelajaran terpadu yang tepat dikembangkan di sekolah dasar yaitu model
jaring laba-laba (webbed), model keterhubungan (connected), dan model
keterpaduan (integrated). Model jaring laba-laba yaitu model pembelajaran
terpadu yang menggunakan pendekatan tematik; model keterhubungan, yaitu
model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk
menghubungkan konsep, topik, keterampilan, tugas, bahkan ide-ide yang
dipelajari di dalam satu bidang studi; sedangkan model keterpaduan merupakan
model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antarmata pelajaran.
B. Saran
Pendidikan sangatlah berperan penting dalam kehidupan manusia, pendidikan
akan mencetak generasi muda yang berprestasi, mandiri dan unggul. Oleh karena
itu, pendidikan diharapkan memiliki pembaruan agar peserta didik dapat menuntut
ilmu sebaik mungkin dan tidak jenuh, bosan bahkan malas. Para pendidik
seharusnya selalu berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai model-model pembelajaran yang menyenangkan dan
bermakna bagi kehidupan peserta didik kelak.
49
DAFTAR PUSTAKA
Asep, Novi, dkk. (2016). Pembelajaran Terpadu di SD. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Halida. (2011). Penerapan Model Networked (Jejaring) dalam Pembelajaran Terpadu Pendidikan
Anak Usia Dini. Vol 5, No 2 :Jurnal Visi Ilmu Pendidikan.
https://www.eurekapendidikan.com/2015/09/pengertian-kurikulum-model-webbed.html
PEMBAHASAN
A. Keterampilan Membuka Pembelajaran
1. Hakikat Membuka Pembelajaran
Membuka Pembelajaran (Set Induction), adalah kegiatan untuk memulai
pembelajaran. Seperti lazimnya dalam setiap kegiatan, kita sering mendengar adanya
acara pembukaan, yaitu kegiatan mengawali sebelum memasuki kegaiatan pokok.
Demikian halnya dalam pembelajaran, kegiatan pembukaan adalah kegiatan
mengawali sebelum memasuki kegiatan inti pembelajaran.
Pembukaan dalam berbagai kegiatan dianggap cukup penting mengingat sangat
mempengaruhi dan menentukan kelancaran kegiatan berikutnya. Pembukaan yang baik
akan mampu mengantarkan atau mengkondisikan kegiatan tahap berikutnya dengan
lebih lancer dan berkualitas. Sebaliknya bila pada saat pembukaan tidak mampu
memberikan gambaran yang utuh dan mengkondisikan suasana, maka akan mengalami
kesulitan untuk tahap kegiatan berikutnya.
a. Pengertian Kegiatan membuka pembelajaran
Keterampilan membuka pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan,
aktivitas atau usaha yang dilakukan guru untuk memulai pembelajaran. Menurut
Soli Abimanyu, 1984 “Membuka Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan
oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian
siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari”.
Membuka pembelajaran (Set induction) adalah aktivitas yang dilakukan
guru untuk menciptakan kondisi siap mental; menumbuhkan perhatian serta
meningkatkan motivasi siswa agar terpusat pada kegiatan belajar yang akan
dilakukan. Kegiatan membuka pembelajaran bukanlah kegiatan basa-basi tanpa
arah yang jelas. Dengan membuka pembelajaran dimaksudkan untuk
mengkondisikan siap mental bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Oleh
karena itu setiap guru dituntut melatih diri agar memiliki keterampilan membuka
pembelajaran dengan baik dan tepat.
51
Jika siswa sejak awak sudah memiliki kesiapan untuk belajar, maka tidak
terlalu sulit bagi guru untuk mengaktipkan siswa dalam langkah pembelajaran
selanjutnya (kegiatan inti pembelajaran). Dengan demikian kesiapan mental yang
tercipta sejak awal pembelajaran bisa menjadi pra-syarat ntuk mengikuti kegiatan
pembelajaran pada tahap berikutnya. Oleh karena itu guru perlu mesiasati dan
menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar.
Kegiatan membuka pembelajaran, walaupun diartikan sebagai suatu
aktivitas atau uasaha yang dilakukan guru untuk memulai pembelajaran pada tahap
berikutnya. Dalam penerapannya tidak hanya dilakukan satu kali ketika mengawali
pembelajaran saja. Membuka pemebelajaran dapat dilakukan pada setiap penggal
kegiatan inti selama pembelajaran berlangsung.
Mislanya, jika dalam satu kegiatan pembelajaran ada tiga tujuan
pembelajaran (kompetensi) yang harus diacapai siswa, dan untuk mencapai ketiga
kompetensi tersebut ada tiga penggal materi pembelajaran. Setelah selesai
mempelajari satu penggal materi dan menyimpulkannya, untuk memasuki
penggalan materi berikutnya guru membuka kembali pembelajaran, yaitu mengajak
siswa untuk memusatkan kembali perhatian dan membangkitkan motivasinya
untuk mempelajari penggal materi kedua dan begitu seterusnya.
Dengan demikian secara teknis kegiatan membuka pembelajaran dapat
dilakukan beberapa kali selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk lebih
jelasnya mari kita lihat bagan berikut ini:
mislanya menvariasikan suara, posisi guru, gerak tubuh dan penampilan lain
yang sesuai dengan tuntutan sebagai pendidik.
2) Menggunkaan multi metoda,
media dan sumber pembelajaran, yaitu penggunaan metoda, media dan sumber
pembelajaran secara lebih luas dan bervariasi yang sesuai dengan tujuan atau
kompetensi yang harus dicapai dan modalitas siswa (visual, audio, atau
gabungan ausio+visual)
3) Pola interaksi pembelajaran yang bervariasi
Pembelajaran adalah suatu proses komunikasi, komunikasi pembelajaran yang
dikembangkan secara interaktif akan menarik perhataian siswa, karena suasana
pembelajaran tidak monoton. Variasi komunikasi pembelajaran, mislanya
kapan saat yang tepat untuk klasikan, individu, kelompok.
4) Tempat belajar
Misalnya selain belajar di dalam kelas, juga untuk menarik perhatian siswa,
guru dapat merancang kapan pembelajaran dilakukan di luar kelas,
laboratorium, perpustakaan atau ditempat belajar lainnya yang memungkinkan
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
b. Menumbuhkan motivasi siswa
Motivasi adalah suatu kekuatan (energi) yang mendorong seseorang untuk
beraktivitas. Motivasi sangat penting dimiliki, dipelihara serta ditingkatkan pada
setiap siswa. Oleh karena itu guru harus berusaha membangkitkan motivasi belajar
siswa, sehingga siswa dapat berbuat, bekerja dan melakukan aktivitas belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Sebagai alternative untuk mensiasati menumbuhkan motivasi siswa dalam
pembelajaran anatara lain:
1) Kehangatan dan antusias
Sikap bersahabat dan mendidik yang ditunjukkan guru terhadap
siswanya, akan mendorong semanagat (motivasi) belajar siswa.
Kehangatan dan antusias, rasa memiliki dan tanggung jawan terhadap
profesi yang direfleksikan dalam setiap bertindak, akan berdampak pada
semangat belajar siswa. Oleh karena itu untuk membangkitkan motivasi
54
siswa, harus diawali oleh semangat serta sikap positif yang ditunjukkan
oleh guru itu sendiri.
2) Menimbulkan rasa ingin tahu
Rasa penasaran yang menghinggapi seseorang, biasanya akan
mendorong orang itu untuk melakukan aktivitas. Seorang siswa yang
memiliki rasa ingin tahu cara kerja jantung pada tubuh manusia misalnya,
maka ia akan mencari sumber-sumber pembelajaran yang dapat memenuhi
keingintahuan itu.
Oleh karena itu untuk membangkitkan motivasi siswa, hendaknya guru
banyak memberikan stimulus (rangsangan) pembelajaran yang dapat
memunculkan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan kehidupan
nyata, dimasa siswa merasa tertantang untuk memcahkannya.
3) Membuat ide yang bertentangan
Siswa akan terdorong untuk mengemukakan pertanyaan atau
pendapatnya terhadap sesuatu ide atau topic yang mengandung unsur
bertentangan “pro dan kontra”, apalagi terkait dengan kehidupan nyata
sehari-hari. Selama untuk kepentingan pembelajaran, terkait dengan
kehidupan nyata sehari-hari. Selama untuk kepentingan pembelajaran, guru
harus kreatif memunculkan permasalahan yang dikemas dalam suatu ide
atau topik yang mengandung unsur “pro dan kontra” sehingga menggugah
semnagat belahar siswa.
4) Perbedaan Individual
Setiap siswa memiliki karakteristik, minat yang berbeda antara yang
satu dengan siswa lainnya. Motivasi siswa akan muncul apabila
pembelajaran yang akan diikutinya sesuai dengan minatnya. Minta siswa
banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana ia hidup dengan cita-
citanya. Oleh karena itu untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru
hendaknya memperhatikan individu siswa dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
c. Memberi acuan
55
a. Untuk memberikan pemahaman yang utuh terhadap materi pokok atau kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
b. memantapkan pemahaman siswa terhadap materi pokok atau kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.
c. Untuk mengetahui tingkat hasil pencapaian pembelajaran yang telah diperoleh siswa,
sekaligus berfungsi sebagai umpan balik bagi guru.
d. Untuk memmberikan tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan proses dan hasil
pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa.
(2012, hlm. 241) Membuat kesimpulan sebagai sebagai salah satu bentuk mengakhiri
kegiatan pembelajaran alternatifnya: 1) dibuat oleh guru, 2) dibuat oleh siswa, 3)
dirumuskan bersam oleh siswa dengan bimbingan guru.
d. Tindak lanjut
Kegiatan tindak lanjut merupakan upaya untuk menindaklanjuti kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan dengan maksud untuk lebih memantapkan
pemahaman siswa baik berkenaan dengan konsep-konsep yang dipelajari maupun
dalam rangka mengaplikasikan pemahaman konsep terhadap pemecahan-pemecahan
masalah praktis.
Jenis kegatan tindak lanjut dapat berupa tugas pekerjaan rumah (PR), mengerjakan
tugas-tugas tertentu (proyek), melakukan observasi atau pengamatan, wawancara
sederhana, atau keegiatan lain yang sejenis.
4. Prinsip-Prinsip Penggunaan
Mengingat pentingnya kegiatan menutup pembelajaran sebagai bagian dari proses
kegiatan pembelajaran, maka dalam memilih dan menentukan kegiatan dalam menutup
pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam kegiatan menutup pembelajaran.
Adapun prinsip-prinsip dalam kegiatan menutup pembelajaran menurut Sukirman &
Kasmad (2006, hlm. 153) adalah sebagai berikut:
a. Kebermaknaan, artinya kegiatan menutup pembejaran harus sesuai dengan tujuan atau
kompetensi pembelajaran, sifat materi, karakteristik siswa, serta disesuaikan dengan
situasi dan kondisi.
b. Berurutan dan berkesinambungan, yaitu penerapan setiap unsur dalam menutup
pembelajaran harus terencana sehingga tidak terkesan sebagai kegiatan basa-basi atau
hanya bersifat rutinitas tanpa maksud yang jelas.
C. Keterampilan Menjelaskan
1. Pengertian Keterampilan Menjelaskan
Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung kadang-kadang secara spontan ada
siswa mengacungkan tangan dan berkata “pak atau bu Guru, map saya belum mengerti
tentang apa yang dijelaskan oleh Bapa/Ibu, tolong Bapa/Ibu dapat menjelaskan lagi
kepada kami?”.
59
Dari ilustrasi tadi kita dapat menangkap pesan bahwa materi yang dijelaskan belum
sepenuhnya dipahami atau dimengerti oleh siswa. Kalaupun sudah menerima
penjelasan mungkin masih samar-samar diterima oleh siswa, sehinggga menuntut guru
untuk mengulangi menjelaskannya. Kalau begitu secara sederhana dapat dikatakan
bahwa Keterampilan menjelaskan adalah upaya untuk memperjelas atau membuat
sesuatu menjadi lebih jelas.
Secara etimologis kata “menjelaskan” bermakna membuat sesuatu menjadi jelas.
Menurut Raflis Kosasi (1985) menjelaskan berarti mengorganisasikan isi pelajaran
dalam urutan yang terencana sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Lebih
lanjut ia mengatakan penjelasan adalah penyajian informasi lisan yang diorganisasikan
secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, sebab akibat, atau
antara yang diketahui dengan yang belum diketahui.
Menyimak pengertian “menjelaskan: baik dilihat dari segi etimologis maupun
secara istilah yang dikemukakan di atas, kita dapat menangkap inti pesan dari
menjelaskan yaitu “membuat sesuatu menjadi jelas”.
Dalam kegiatan pembelajaran untuk mengetahui apakah materi yang dijelaskan
telah dipahami oleh siswa, atau membuat “menjadi jelas” bagi siswa. Tentu saja untuk
meyakinkannya, tidak cukup hanya dengan kemampuan siswa mengungkapkan
kembali secara lisan konsep-konsep atau yang bersifat teori saja. Akan tetapi
bagaimana siswa itu mampu menghubungkan antara teori dan praktek, atau dalil-dalil
dengan contoh pemecahannya.
2. Tujuan, Manfaat dan Pentingnya Keterampilan Menjelaskan
Tujuan dari keterampilan menjelaskan adalah sebagai berikut:
a. Untuk membimbng siswa memahami dengan jelas terhadap sesuatu yang dipelajari
b. Untuk membimbing siswa memahami konsep, hukum, dalil, dan unsur-unsur yang
terkait dengan sesuatu yang dijelaskan secara objektif dan bernalar
c. Untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam memcahkan masalah
melalui penerapan cara berpikir secara kritis, analitis, logis dan sistematis
d. Untuk membantu memenuhi rasa ingin tahu siswa (guriousity) terhadap sesuatu
permasalahan yang dipelajari/dihadapi
60
a. Tidak semua siswa dapat menggali sendiri pengetahuan dari buku atau sumber
lainnya. Untuk menanggulangi hal tersebut guru membantu mereka dengan
menjelaskan hal-hal yang diperlukan.
b. Penjelasan yang diberikan oleh guru kadang-kadang “tidak jelas” bagi siswa, tetapi
hanya jelas bagi guru sendiri. Dalam hal ini kemampuan mengenal tingkat
pemahaman siswa amat penting dalam menyajikan suatu penjelasan.
c. Kebiasaan yang masih sering dilakukan dalam pembelajaran di kita yaitu guru
cenderung lebih mendominasi kelas, dan sebagian besar kegiatan guru adalah
memberikan informasi lisan atau menjelaskan. Maka sangatlah penting bagi setiap
guru untuk meningkatkan efektiivitas pembicaraan sehingga benar-benar dapat
memberikan penjelasan yang bermakna bagi siswa.
d. Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan siswa dalam proses
belajar. Guru perlu membantu siswa dengan cara memberikan informasi lisan
berupa penjelasan yang cocok dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Unsur-Unsur Keterampilan Menjelaskan
Pada garis besarnya ada dua unsur pokok yang harus dikuasai oleh guru untuk
melaksanakan keterampilan menjelaskan yaitu : pertama, keterampilan merencanakan
penjelasan, dan kedua keterampilan menyajikan penjelasan itu sendiri.
a. Keterampilan merencanakan penjelasan
61
pada pokok materi yang dibahas, atau dengan dibantu media seperti menulis
kata-kata tertentu terkait dengan substansi materi yang dibahas, dan lain
sebagainya.
4) Balikan
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru harus memonitor apakah
penjelasan yang dilakukan dapat dipahami oleh siswa. Pemahaman bukan
hanya dibatasi pada segi kemampuan pengetahuan, akan tetapi kemampuan
merefleksikan dalam kebiasaan berpikir, bersikap dan bertindak.
Melalui menyampaikan pertanyaan kepada siswa, siswa diberi kesempatan
untuk mengungkapkan kembali pokok-pokok materi, memperhatikan ekspresi
siswa, melakukan unjuk kerja, maupun bentk-bentuk kegiatan lain yang sejenis,
dapat dijadikan alternative untuk mengecek tingkat pemahaman siswa
perlu dipahami agar dalam proses pelaksanaannya bisa seiring dan saling
menunjang untuk lancarnya proses penjelasan pembelajaran.
c. Kebermaknaan
Penjelasan yang dilakukan oleh guru harus memiliki nilai kebermaknaan
terutama untuk memfasilitasi siswa mencapai tujuan pembelajaran seperti
dijelaskan pada poin (a) di atas. Kebermaknaan tidak dibatasi hanya pada segi
penguasaan materi, akan tetapi secara aplikatif dirasakn manfaatnya oleh siswa
terutama dalam menunjang kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan nyata sehari-hari.
d. Dinamis
Jenis atau bentuk maupun strategi yang dipilij dalam kegiatan menjelaskan
harus bersifat pleksibel. Pada saat memberikan penjelasan, guru harus terus
memonitor seperti melalui balikan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas
penjelasan yang dilakukan mencapai csasaran yang diharapkan. Apabila diketahui
bahwa dengan kegiatan menjelaskan yang dilakukan itu ternyata kurang membawa
hasil yang baik, maka pada saat itu pula guru harus melakukan penyesuaian baik
jenis atau bentuk, waktu, maupun strateginya sehingga membuahkan hasil yang
optimal.
e. Penjelasan dapat dilakukan di awal, di tengah, ataupun di akhir jam pertemuan,
tergantung pada keperluannya.
Menurut John. I. Bolla dalam proses pembalajaran setiap pertanyaan baik berupa
kalimat tanya atau suruhan, yang menuntut respon siswa, sehingga siswa memperoleh
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir, dimasukkan pertanyaan.
Pendapat serupa dikemukakan oleh G.A. Brown dan R.Edmonson dalam Siti Julaeha,
pertanyaan adalah segala pertanyaan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan).
Merujuk pada dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang
diajukan tidak selalu dalam rumusan kalimat tanya, melainkan dalam bentuk suruhan
atas pertanyaan, selain itu dimaksudkan adanya respon siswa.
2. Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya Dasar
Keterampilan bertanya dasar terdiri atas beberapa komponen yang perlu diterapkan
oleh guru dalam mengajukan berbagai jenis pertanyaan. Selanjutnya Wardani
mengemukakan tentang komponen-komponen keterampilan bertanya dasar, sebagai
berikut:
a. Mengajukan pertanyaan secara jelas dan singkat. Pertanyaan yang jelas dan singkat
akan membantu mempermudah siswa dalam memahami pertanyaan yang diajukan.
Guru dapat membuat pertanyaan dengan struktur kalimat yang sederhana dan
mudah dipahami oleh siswa.
b. Memberi acuan. Sebelum bertanya guru hendaknya memberikan acuan berupa
informasi yang berkaitan dengan isi pertanyaan kepada siswa. Dengan demikian
siswa akan dapat menjawab pertanyaan guru setelah mengolah informasi yang
diberikan.
c. Pemusatan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan guru hendaknya jangan terlalu
luas sehingga membutuhkan jawaban yang luas juga. Pertanyaan yang lebih
spesifik dan sempit akan menuntut pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang
lebih khusus. Jika yang diajukan adalah pertanyaan yang umum maka usahakan
diiringi dengan pertanyaan yang lebih spesifik.
d. Pemindahan giliran. Pertanyaan yang rumit kadang-kadang tidak mampu dijawab
oleh seorang siswa secara lengkap. Untuk itu guru perlu memberikan kesempatan
kepada siswa lain untuk melengkapinya. Dengan memindah giliran, siswa akan
termotivasi untuk memperhatikan jawaban yang diberikan temannya dan
memungkinkan timbulnya interaksi antar siswa.
65
bagaimana pertanyaan yang diajukan memiliiki nuansa psikologis yang hangat dan
mendorong semangat belajar yang tinggi.
b. Memberikan waktu berfikir
Setelah guru mengajukan pertanyaan hendaknya tidak langsung menunjuk
salah seorang dari siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukannya tetapi
memberikan kelonggaran (waktu) kepada siswa untuk memikirkan atau
menemukan jawaban atas pertanyaannya.
atau proses pada suatu masalah dan menemukan satu jawaban yang benar terhadap
masalah itu. Kata-kata yang sering digunakan dalam mengembangkan pertanyaan
jenis ini pada umumnya seperti: terapkan, klasifikasikan, gunakan, pilih,
manfaatkan, tulis suatu contoh, pecahkan, dan lain sebagainya yang sama jenis.
d. Pertanyaan analisis (analysis)
Pertanyaan lanjut untuk mengembangkan kemampua berpikir siswa secara
lebih rinci, kritis dan mendalam yaitu pertanyaan analisis. Pertanyaan jenis ini
biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi, mempertimbangkan, menganlisis dan
lain sebagainya. Adapun kata-kata yang sering digunakan untuk pertanyaan analisis
ini adalah: identifikasi motif-motif atau sebab-sebab, membuat kesimpulan,
menemukan kejadian, dukungan, analisis, mengapa, dan lain sebagainya.
e. Pertanyaan sintesis (sintesis)
Pertanyaan sintesis digolongkan kedalam pertanyaan tingkat tinggi yang
meminta siswa menampilkan pikiran yang original dan kreatif. Melalui pertanyaan
sistesis hasil yang diharapkan antara lain: menghasilkan komunikasi-komunikasi
yang asli, membuat ramalan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya.
Contoh kata-kata yang sering digunakan dalam pertanyaan jenis ini antara lain
: memperkirakan, menghasilkan, mengembangkan, bagaimana kita bisa
meningkatkan, bagaimana kita bisa memecahkan dan lain sebagainya.
f. Pertanyaan evaluasi (evaluation)
Pertanyaan evaluasi digolongkan kedalam jenis pertanyaan tinggi bahkan
merupakan puncaknya. Pertnyaan evaluasi menuntut kemampuan berpikir dan
proses mental yang tinggi pula dari siswa. Kata-kata yang sering digunakan untuk
menerapkan pertanyaan jenis evaluasi misalnya: putusan, argumentasi, beri
pendapatmu, yang mana gambar yang paling baik, dan sebagainya.
Ada dua cara yang dapat ditempuh untuk mengembangkan interaksi melalui
penerapan keterampilan, yaitu: guru membatasi yang diajukannya hanya dijawab
oleh seorang siswa, apalagi hanya siswa yang itu-itu saja. Semua siswa diberikan
kesempatan yang sama untuk mendiskusikan jawabannya bersama-sama. Cara
kedua, jika siswa mengajukan pertanyaan, maka guru tidak langsung menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh siswa tersebut, melainkan guru melontarkan kembali
pertanyaan tersebut kepada siswa untuk didiskusikan. Melalui cara seperti ini setiap
siswa dirangsang untuk belajar secara aktif dan demokratis.
F. Keterampilan Penguatan
1. Pengertian Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan pada dasarnya merupakan suatu respon yang diberikan oleh guru
terhadap perilaku atau perbuatan siswa yang dianggap positif, dan menyebabkan
kemungkinan berulangnya kembali atau meningkatnya perilaku tersebut.
2. Manfaat Keterampilan Memberi Penguatan
Secara spesifik manfaat yang dapat diperoleh guru dengan menguasai keterampilan
memberi penguatan dalam pembelajaran terpadu diantaranya untuk:
a. Membangkitkan dan memelihara perhatian dan motivasi belajar siswa terhadap
tema-tema yang disajikan dalam pembelajaran
b. Memberikan kemudahan kepada siswa untuk mempelajari isi tema
c. Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa
d. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa
e. Memelihara iklim kelas yang kondusif
3. Komponen Keterampilan Memberi Penguatan
Keterampilan memberi penguatan bisa dilakukan dalam bentuk verbal dan non-
verbal. Penguatan verbal maksudnya adalah penguatan yang dilakukan secara verbal
melalui kata-kata atau kalimat, sebaliknya penguatan non-verbal tidak dilakukan
melalui kata-kata atau kalimat.
a. Penguatan verbal
Penguatan yang dilakukan secara verbal merupakan penguatan yang dilakukan
paling sederhana digunakan dalam kegiatan pembelajaran tepadu. Dikatakan
72
diubah di sesuaikan dengan situasi, kondisi dan tuntutan yang terjadi secara spontan
pada saat terjadinya pembelajaran tanpa harus mengganggu keutuhan proses
pembelajaran yang sedang dilaksanakan
c. Kelancaran dan berkesinambungan
Setiap variasi yang dikembangkan dalam pembelajaran harus berjalan lancar.
Perpindahan dari satu bentuk stimulus ke stimulus pembelajaran lainnya dalam
rangka menerapkan stimulus pembelajaran yang bervariasi, semuanya harus
merupakan suatu kesatuan yang utuh, sehingga pesan pembelajaran dapat diterima
oleh siswa
d. Kewajaran/ tidak dibuat-buat
Variasi stimulus dalam pembelajaran tidak dibuat-buat sehingga tidak terkesan
seperti dipaksakan. Oleh karena itu itu setiap jenis atau bentuk stimulus yang
dikembangkan sebaiknya berjalan secara wajar, alamiah dan terkait langsung
dengan konteks pembelajaran yang sedang dibahas.
e. Pengelolaan yang matang
Adakalanya jenis atau bentuk stimulus yang akab diterapkan dalam
pembelajaran itu bersifat rumit dan komplek, membutuhkan beberapa tenaga atau
personil. Penerapan variasi yang seperti itu tentu saja harus direncanakan dan
dikelola secara lebih matang, agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan
efektif mendukung proses pembelajaran yang lebih bermakna
Hasil pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai melalui kegiatan diskusi terutama
setiap individu dapat membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda dengan
temannya yang lain, membandingkan interpretasi maupun informasi yang diperoleh.
Dengan demikian melalui kegiatan diskusi yang dikembanghkan dalam pembelajaran
setiap individu siswa dapat saling melengkapi, memperbaiki, sehingga kekurangan-
kekurangan dapat dipecahkan.
Proses dan hasil diskusi harus mencerminkan dari hasil kerja kolektif antar
sesama peserta diskusi. Oleh karena itu setiap anggota diskusi harus memiliki
kesempatan yang sama untuk menyampaikan ide, pendapat, atau memberikan
komentar. Kegiatan diskusi merupakan salah satu contoh penerapan demokrasi
dalam pembelajaran, karenanya pimpinan diskusi atau guru harus mampu
mengendalikan kegiatan diskusi agar pembicara tidak didominasi oleh sekelompok
atau orang-orang tertentu saja.
Apabila pembicaraan dalam diskusi hanya dimonopoli oleh peserta tentu saja,
maka proses diskusi tidak akan berjalan secara efektif dan efisien. Demikian juga
kesimpulan dari diskusi tersebut tidak mencerminkan hasil diskusi yang baik,
melainkan kesimpulan dari sekelompok orang tertentu saja. Oleh karena itu untuk
mendorong partisipasi secara aktif dari setiap anggota kelompok, dapat dilakukan
hal-hal sebagai berikut:
1) Memberi stimulus yang ditujukan kepada siswa tertentu yang belum
berkesempatan menyampaikan pendapatnya, sehingga siswa tersebut
terdorong untuk mengeluarkan buah fikirannya.
2) Mencegah monopoli pembicaraan hanya kepada orang-orang tertentu saja,
dengan cara terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa yang dianggap
pendiam untuk berbicara.
3) Mendorong siswa untuk merespon pembicaraan dari temannya yang lain,
sehingga terjadi komunikasi interaksi antar semua pserta diskusi.
4) Menghindari respon siswa yang secara serentak, agar setiap siswa secara
individu dapat mengemukakan pikirannya secara bebas berdasarkan
pemahaman yang dimilikinya.
f. Menutup diskusi
Kegiatan terakhir dari pelaksanaan diskusi adalah ,menutup diskusi. Diskusi
dikatakan efektif dan efisien apabila semua peserta diskusi berkesempatan
mengemukakan ide atau pikirannya, sehingga setelah berakhirnya dikusi diperoleh
kesimpulan sebagai hasil berpikir bersama. Adapun kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru atau pimpinan diskusi dalam menutup diskusi antara lain
adalah:
82
Semua kekurangan tersebut dapat ditekan dengan rencana yang matang dan
keterampilan guru mengarahkan, memberi petunjuk yang jelas, memahami kesulitan
siswa, dan membagi perhatian pada semua kelompok.
Diskusi kelompok bermanfaat ganda. Tidak hanya pengetahuan siswa yang
bertambah. Diskusi kelompok kecil juga memupuk rasa kebersamaan dan berbagi
sesama siswa. Untuk mendapatkan hasil maksimal di dalam diskusi kelompok kecil,
ada hal-hal yang harus dihindari oleh guru dalam memimpin diskusi kelompok. Hal-
hal yang harus dihindari tersebut adalah :
a. Topik diskusi yang tidak sesuai dengan minat siswa.
b. Terlalu mendominasi diskusi dengan cara mengajukan pertanyaan atau
memberikan jawaban yang terlalu banyak.
c. Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi kelompok.
d. Membiarkan terjadinya pembicaraan yang menyimpang dari topik diskusi atau
tidak relevan dengan apa yang sedang dibicarakan.
e. Terlalu sering menginterfensi siswa dengan pertanyaan atau pernyataan yang
sebetulnya tidak penting.
f. Tidak memberi waktu yang cukup untuk menyelesaikan masalah dalam rangka
mencapai tujuan diskusi.
g. Tidak memperjelas atau tidak mendukung pendapat siswa.
h. Gagal menutup diskusi dengan efektif.
Perbedaan ini juga pasti terdapat dalam pembelajaran. seperti ada siswa yang memiliki
kecerdasan tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang memiliki kecerdasan tinggi pasti akan cepat
menerima dan memahami materi pembelajaran yang sedang disampaikan, sementara bagi yang
84
siswa memiliki kecerdasan sedang tergolong biasa, dan untuk siswa yang rendah akan
mengalami keterlambatan dalam segi memahami materi yang sedang diajarkan oleh guru.
Bahkan tidak hanya itu saja bahwa kenyataan siswa yang heterogen ini, mendorong guru
untuk bisa menguasai keterampilan mengajar dalam kelompok kecil dan perorangan. Sebab
pada dasarnya belajar adalah bersifat individu, walaupun secara klasikal sekalipun. Hal ini
mengingat antara siswa yang satu dengan yang lainnya, selain memiliki tingkat kecerdasan
yang berbeda, juga memiliki cara tersendiri dalam proses pembelajarannya.
Cara atau gaya belajar siswa juga sangat berbeda-beda, baik itu anak termasuk tipe auditif,
bertipe visual, atau bertipe kinestetik. Hal inilah yang mau tidak mau guru harus
mengembangkan keterampilan mengajar dalam kelompok kecil dan perorangan untuk bisa
mencapai tujuan dalam pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Memang bukan
pekerjaan yang mudah untuk dapat mengajar dengan menyesuaikan karakteristik setiap siswa
yang berbeda-beda itu karena guru sebagai manusia yang tidak luput dari kelebihan dan
kekurangan. Paling tidak dengan profesionalismenya guru harus berusaha dalam mengajar
harus memperhatikan perbedaan siswa secara individu. Disinilah keterampilan kelompok kecil
dan perorangan sebagai solusinya.
a. Peran Guru
1) Sebagai motivator, yaitu guru memfosisikan diri sebagai penggerak, yang
menumbuhkan semangat dan kekuatan belajar bagi siswa. Dengan cara itu
siswa dirangsang dan didorong untuk melakukan aktivitas belajar sesuai dengan
kemampuan maupun gayanya masing-masing
2) Sebagai fasilitator, yaitu guru yang menciptakan lingkungan pembelajaran
untuk kelancaran dan bagi terjadinya kemudahan belajar bagi siswa
85
87
2. Bagi ketua sekolah diharapkan dapat memfasilitasi para guru agar dapat
mengasah keterampilan dasar mengajar pada pembelajaran terpadu
dengan mengadakan pelatihan atau seminar
3. Orangtua siswa agar mendukung para guru dengan tetap memantau
perkembangan anaknya ketika di rumah dan dapat konsultasi dengan
guru terkait keadaan siswa
DAFTAR PUSTAKA
88
KELOMPOK 4 – RANCANGAN PEMBELAJARAN TERPADU
PEMBAHASAN
Pelajari kompetensi
Pelajari hasil belajari dan
Tetapkan mata pelajaran dasar pada kelas dan
indikator hasil belajar
yang akan dipadukan semester yang sama
dalam setiap mata
dalam setiap mata
pelajaran
pelajaran
Susun satuan
pembelajaran terpadu
Saud, dkk (2009, hlm. 72).
89
4
4
5
4. Penetapan Tema
Setelah ketiga tahap di atas dilakukan, selanjutnya ditetapkan tema
yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar setiap mata
pelajaran yang akan dipadukan dengan jenjang kelas dan semester yang sama.
Dalam pembelajaran terpadu peran tema ini sangat penting terutama untuk
menciptakan situasi belajar yang kondusif yang dapat diwujudkan antara lain
dalam beberapa hal berikut:
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan beberapa
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi dasar bisa dikembangkan secara lebih baik dengan
mengkaitkan mata pelajaran satu dengan pelajaran lainnya dan
pengalaman pribadi siswa.
e. Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6
Materi 1
Sub Tema 3
tampak juga hubungan tema pemersatu dengan hasil belajar yang harus
dicapai siswa berikut indikator pencapaiannya. Contoh pemetaan
keterhubungan kompetensi dasar dengan tema pemersatu “BINATANG”
dalam bagan dan matriks di bawah ini.
KERAJINAN TANGAN
DAN KESENIAN :
Menanggapi
beerbagai unsur rupa:
bintik, garis, bidang,
warna, bentuk.
PENGETAHUAN
ALAM :
B.INDONESIA TEMA Mendeskripsikan
bagian-bagian yang
Mendeskripsikan tampak pada hewan
binatang di sekitar BINATANG di sekitar rumah dan
sekolah.
MATEMATIKA :
Memahami konsep
urutan bilangan cacah
suaranya,
dimana
hidupnya)
dengan pilihan
kata dan
kalimat yang
runtut.
- Membaca dan
melengkapi
teks pendek
yang
dilengkapi
gambar.
Pengetahua Mendeskripsika Mendeskripsikan - Membuat
n Alam n bagian-bagian bagian-bagian daftar bagian-
yang tampak uatama tubuh bagian utama
pada hewan di hewan dan tubuh hewan
sekitar rumah kegunaannya. (kucing,
dan sekolah. burung, ikan)
dan
Kegunaannya
dari hasil
pengamatan
- Menirukan
berbagai suara
hewan yang ada
di lingkungan
sekitar
- Menggambar
sederhana
hewan dan
menamai
10
bagian-bagian
utama tubuh
hewan.
- Menceritakan
cara hewan
bergerak
berdasarkan
pengamatan.
Misalnya:
menggunakan
kaki, perut,
sayap dan sirip.
Matematika Memahami Membilang - Menyebutkan
konsep urutan bilangan dan banyaknya
bilangan cacah membandingkan benda
bilangan - Membaca dan
menulis
lambang
bilangan dalam
kata-kata dan
angka.
- Menentukan
bahwa
kumpulan
benda lebih
banyak, lebih
sedikit,atau
sama dengan
kumpulan lain.
Kerajinan Menanggapi Mengkomunikasika - Mengungkapka
Tangan dan berbagai unsur n gagasan imajinatif n perasaan
Kesenian rupa: bintik, hasil pengamatan ketertarikan
11
f. Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam
pembelajaran terpadu disusun dalam silabus tersendiri
beda, akan tetapi isi dan prinsipnya harus sama. Adapun unsur-unsur pokok yang
terkandung dalam satuan pembelajaran terpadu (Saud, dkk., 2009, hlm. 90), antara
lain :
a. Identitas mata pelajaran.
b. Kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang akan dipadukan.
c. Pokok-pokok materi yang akan disajikan.
d. Kegiatan belajar-mengajar yang akan dilaksanakan.
e. Alat, media dan sumber bahan yang digunakan.
f. Cara penilaian yang akan ditempun dilengkapi dengan alat evaluasi.
Adapun contoh format satuan pembelajaran terpadu (Saud, dkk., 2009, hlm. 91),
sebagai berikut :
CONTOH FORMAT
SATUAN PEMBELAJARAN TERPADU
A. Kesimpulan
Pada saat membuat rancangan pembelajaran terpadu di sekolah dasar, kita
dituntut untuk memahami mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
merancang pembelajaran terpadu di SD, pemilihan tema-tema pemersatu yang
dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, pemetaan
keterhubungan kompetensi dasar setiap mata pelajaran dengan tema pemersatu
pembelajaran terpadu, penyusunan silabus pembelajaran terpadu berdasarkan hasil
pemetaan keterhubungan kompetensi dasar setiap mata pelajaran dengan tema
pemersatu, dan penyusunan satuan pembelajaran terpadu berdasarkan silabus yang
telah dikembangkan.
Tahapan penyusunan rencana pembelajaran terpadu memiliki tujuh langkah
yang harus dilakukan, yaitu menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan,
mempelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dalam setiap
mata pelajaran, mempelajari hasil belajar dan indikator hasil belajar dalam setiap
mata pelajaran, memilih dan menetapkan tema pemersatu, membuat pemetaan
keterhubungan kompetensi dasar setiap mata pelajaran dengan tema pemersatu,
menyusun silabus pembelajaran terpadu dengan mengaitkan topik dan kompetensi
dasar setiap mata pelajaran, dan menyusun satuan pembelajaran terpadu.
Menyusun silabus berarti kita perlu memahami apa saja yang perlu
dilakukan dalam mengembangkan silabus pembelajaran terpadu, seperti
mengidentifikasi mata pelajaran yang akan dipadukan, menentukan kompetensi
dasar, hasil belajar, dan indikator, menentukan materi pokok, menentukan alternatif
strategi pembelajaran, dan menentuan alokasi waktu. Begitupun dalam menyusun
satuan pembelajaran terpadu berarti kita perlu mengembangan komponen-
komponen satuan pembelajaran terpadu, antara lain identitas mata pelajaran,
kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang akan dipadukan, pokok-pokok
materi yang akan disajikan, kegiatan belajar mengajar yang akan
21
dilaksanakan, alat, media dan sumber bahan yang digunakan, dan cara penilaian
yang akan ditempuh dilengkapi dengan alat evaluasi.
B. Saran
Bagi pembaca :
1. Pembaca dapat memanfaatkan makalah ini untuk menjadi referensi dalam
memahami mengenai penyusunan rencana pembelajaran terpadu, akan tetapi
disarankan untuk membaca referensi lain karena penulis merasa dalam
makalah ini masih banyak kekurangan.
Bagi penulis :
1. Penulis disarankan untuk mengkaji lebih mendalam lagi untuk karya tulis
kedepannya.
2. Perbanyak sumber yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
22
KELOMPOK 5 – PENILAIAN PEMBELAJARAN TERPADU
A. Konsep Penilaian Pembelajaran Terpadu
Penilaian dalam pembelajaran terpadu merupakan program penilaian
yang dilakukan secara berkesinambungan untuk menentukan keberhasilan
pembelajaran yang telah dilakukan. Secara umum, tujuan penilaian adalah
untuk menilai pembelajaran di kelas dan untuk meningkatkan pembelajaran dan
kualitas belajar siswa dan bukan sekadar menentukan skor. Oleh karena itu,
penilaian merupakan suatu strategi pengumpulan dan penganalisisan infomasi
yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan berkaitan dengan semua
aspek pembelajaran (Morrow, 1990). Dengan demikian, menilai perkembangan
hasil belajar anak bukanlah satu-satunya aspek penilaian yang harus
diperhatikan. Guru juga harus memperhatikan aspek (1) kesesuaian isi
kurikulum dengan kebutuhan anak, (2) keefektifan strategi belajar mengajar
yang dipilih guru, dan (3) kesesuaian serta keefektifan pengorganisasian kelas
yang dilakukan guru. Hasil penilaian dapat memenuhi banyak tujuan di
antaranya adalah placement untuk memenuhi kebutuhan siswa secara tepat,
instruction untuk membantu agar pembelajaran lebih terfokus, dan
communication untuk memberikan informasi kepada siswa, guru, orang tua,
dan sebagainya.
Sampai saat ini sistem penilaian di sekolah umumnya menggunakan
teknik tes. Penilaian dengan menggunakan teknik ini kita sebut penilaian
konvensional. Teknik tes ini tidak selengkapnya dapat menggambarkan
kemajuan belajar siswa secara menyeluruh, sebab laporan itu berupa angka-
angka atau huruf-huruf dan gambaran maknanya sangat abstrak. Untuk
melengkapi gambaran kemajuan belajar siswa, guru dapat menggunakan teknik
lain yang sudah kita kenal sebagai teknik non tes. Penilaian dengan teknik non
tes ini kin sebut penilaian alternatif:
Penilaian alternatif dipakai sebagai penunjang dalam memberikan
gambaran pengalaman dan kemajuan belajar siswa secara menyeluruh. Melalui
penggunaan penilaian alternatif ini, guru, orang tua, dan bahkan siswa
23
dapat mengetahui kemajuan dan kemampuan belajarnya. Hal ini sesuai dengan
tuntutan penilaian berbasis keias bahwa penilaian dilakukan secara terpadu
dalam kegiatan KBM melalui portofolio, hasil karya (produk), penugasan
(proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis. Dengan demikian, penilaian
harus dirancang guru dan dilaksanakan guru sehingga diperoleh infomasi
tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa dan mengefektifkan
penggunaan informasi tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan perangkat penilaian sebagaimana terlihat dalam bagan berikut :
PENILAIAN
Kognitif
Non Tes Tes
Afektif
Psikomotor
Skala sikap
Daftar Periksa Tes lisan Tes tulis Tes
Check-List Perbuatan
Kuisioner
Catatan Anekdotal
Jurnal
Cuplikan kerja
Tes Tulis Uraian : Tes Tertulis Objektif :
Bagan 1.1
Teknik Pengumpulan Informasi
B. Bentuk-Bentuk Penilaian
Berdasarkan Permendikbud nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian
Hasil Belajar, bentuk penilaian adalah cara yang dilakukan dalam menilai
capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: penilaian unjuk kerja, penilaian
projek, dan penilaian tertulis. Penilaian dalam pembelajran terpadu bersifat
autentik yakni penilaian yang menilai proses dan hasil dari pembelajaran.
24
Penilaian dapat lebih mudah dilakukan dengan bantuan instrumen
penilaian. Terdapat dua jenis instrumen penilaian, yaitu tes dan non tes. Pada
penilaian proses, instrumen penilaian non tes akan lebih banyak digunakan.
Dalam pemilihan instrumen penilaian, harus diperhatikan tujuan dari
penilaiannya, apakah dari segi pengetahuan, kemampuan berpikir, produk atau
afeksi.
1. Tes, merupakan bentuk penilaian konvensional yang seringkali dianggap
kurang mampu menggambar kemampuan siswa secara menyeluruh.
a. Tes Lisan
b. Tes Tertulis, dilakukan dengan pemberian soal-soal yang sesuai dengan
materi yang dipelajari siswa. Tes tertulis ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu ter tertulis uraian dan tes tertulis objektif. Tes tertulis uraian
bersifat terbatas, tertutup, terstuktur dan bebas terbuka sehingga disebut
juga sebagai penilaian subjektif. Penialaian tertulis objektif dilakukan
dengan memilih jawaban atau mengisi jawaban yang spesifik, seperti
pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, isian singkar, isian panjang
dan isian klosur.
c. Tes Keterampilan
2. Non tes, merupakan bentuk penilaian yang digunakan untuk melengkapi
gambaran kemajuan belajar siswa, karena itu disebut juga sebagai bentuk
penilaian alternaif. Berikut ini merupakan beberapa bentuk penilaian
alternative menurut Hernawan (2007):
a. Catatan sekolah, berupa laporan deskripsi mengenai kemajuan belajar
siswa.
b. Cuplikan kerja, penilaian dilakukan dengan melihat tugas atau produk
yang dibuat siswa, kemudia dinilai proses dan produk tersebut untk
menentukan tingkat pengetahuan atau skill mereka. Dapat disebut juga
sebagai penilaian kinerja.
c. Portofolio, digunakan untukmenilai kemajuan siswa dalam suatu
periode. Penilaian ini didasarkan pada berbagai tugas yang dapat
menunjukkan pemahaman siswa tentang suatu konsep. Portofolio
bersifat terbuka bagi siswa sehingga siswa dapat menilai diri sendiri dan
juga bias member informasi tambahan untuk menilai kompetensi siswa.
25
d. Wawancara, teknik penilaian yang dilakukan secara lisan dan digunakan
untuk memperoleh jawaban dari siswa mengenai sesuatu yang telah
dipelajari. Teknik ini dapat digunakan untuk melengkapi penilaian jika
penilaian dengan cara lain belum dapat member gambaran yang jelas
mengenai siswa. Pemberian rasa aman pada siswa sangant penting untuk
diperhatikan, karena dengan begitu siswa dapat mengungkapkan
informasi yang dibutuhkan tanpa merasa tertekan.
e. Observasi, dilakukan dengan cara mengamati siswa secara teliti dan
sistematis. Observasi bertujuan untuk mendapatkan data mengenai
perilaku non verbal dan terfokus pada aspek-aspek terkait. Prosedur
penilaian observasi harus memperhatikan:
1) Spesifikasi tingkah laku yang akan dinilai
2) Konteks dan metode yang akan digunakan
3) Alat perekam dan penyimpan hasil yang akan digunakan
f. Jurnal, merupakan catatan harian siswa yang berisikan kegiatan siswa
didalam kelas maupun di luar jam sekolah setiap harinya. Jurnal dapat
digunakan guru untuk member pertimbangan, motivasi dan penguatan
kepada siswa.
g. Rubrik, hal ini dapat dilakukan dengan menyusun kriteria penilaian
bersama antara guru dan siswa. Dengan melibatkan anak dalam proses
pembelajaran dan penilaian, diharapkan siswa dapat mengetahui
perkembangannya dan hal itu dimanfaatkan untuk meningkatkan proses
belajar mengajar.
h. Catatan anektotal (file card), merupakan catatan pengamatan informasi
yang menggambarkan perkembangan bahasa maupun perkembangan
sosial, kebutuhan, kelebihan, kekurangan, kemajuan, gaya belajar,
keterampulan dan strategi yang digunakan peserta didik atau yang
berkaitan dengan hal apa saja yang tampak bermakna ketika melakukan
pengamatan. Catatan ini berisi kmentas singkat yang spesifik mengenai
sesuatu yang dikerjakan dan yang perlu dikerjakan siswa,
didokumenatsikan secara terus menerus sehingga menggambarkan
kemampuan anak.
26
Dari sekian bentukpenilaian di atas, untuk mengukur kompetensi yang ingin
dicapai kriteria yang harus dinilai meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Oleh karena itu, dalam penilaian pembelajaran terpadu, penilaian dilakukan
berkaitan dengan ketiga ranah tersebut, antara lain:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif ialah kemampuan yang berkaitan dengan hasil belajar
intelektual peserta didik (tasonomi bloom) mulai dari tingkat sederhana sampai
ke tingkat yang kompleks meliputi mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), mengkreasi
(C6) yang diperoleh melalui berbagai teknik penilaian berupa tes tertulis dan
lisan (wawancara / presentasi dll), observasi atau pengamatan, penugasan
perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran. Nilai kognitif peserta didik setiap mata pelajaran dan muatan local
diakumulasikan per semester sebagai laporan hasil pembelajaran siswa selama
satu semester. Nilai kognitif harus sesuai tuntutan kompetensi dasar yang harus
dikuasai oleh peserta didik. Nilai kognitif ditulis secara kuantitatif dalam
bentuk bilangan bulat dan huruf, dengan menggunakan skala 0 ‐ 100. Contoh:
dalam angka : 75 dalam huruf Tujuh Lima.
2. Ranah Afektif
Afektif berkaitan dengan emosi (inward emotions), kecenderungan
(disposition), sikap (attitudes), keinginan (desires), nilai (value), minat
(interest), dan perasaan (feeling). Berkenaan dengan ranah afektif, ada dua hal
yang perludinilai, yaitu pertama, kompetensi afektif dan kedua, sikap dan
minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Kompetensi
afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkatan pemberian
respon, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
Kriteria penilaian sikap peserta didik ditunjukkan dalam bentuk antara lain:
motivasi dan minat belajar, kerjasama, disiplin, ketekunan, ulet (tidak mudah
menyerah), sportif, percayadiri (kemandirian), ketelitian, kemampuan
memecahkan masalah, kritis, berfikir logis dan ilmiah, kreatifitas, santun
dalam berkomunikasi, responsive dalam mendengarkan dan mampu
menyampaikan pendapat/ pertanyaan sesuai dengan kaidah berbahasa yang
baik dan benar (dalam B. Indonesia dan B. Asing), antusias dalam membaca,
memiliki kepedulian dengan lingkungan (sosial, budaya, ekonomi dan politik),
suka menolong, suka beramal, menghargai dan menghormati orang lain,
santun dalam bersikap, berlaku jujur, memiliki jiwa kewirausahaan, atau
bentuk lainnya sesuai dengan karakteristik masing‐masing mata pelajaran.
Nilai afektif dapat dikategorikan dalam predikat, dengan klasifikasi
tinggi, sedang, dan rendah, atau amat baik, baik, cukup, perlu bimbingan.
Penilaian ranah afektif ini bertujuan untuk mendapatkan data siswa, nantinya
dapat menjadi pengukur sejauh mana sikap dan moral siswa, dapat juga
menjadi perbaikan dalam mata pelajaran Agama danPKn.
3. Ranah Psikomotor
27
Berkenaan dengan ranah psikomotor, kompetensi yang dicapai meliputi
tingkatan gerakan awal, dan gerakan rutin. Penilaian terhadap pencapaian
kompetensi tersebut adalah sebagai berikut.
1) Tigkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan siswa dalan
menggerakan sebagian anggota badan.
2) Tingkatan gerakan semi rutin meliputi kemampuan melakukan atau
menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan.
3) Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara
menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkat otomatis.
28
sehingga dapat menggambarkan dengan tepat kemampuan yang diukur.
Untuk memenuhi prinsip ini, kegiatan harus dilakukan secara objektif
dengan menggunakan alat ukur yang tepat.
Prinsip penilaian pembelajaran terpadu menurut Mathews (1989) adalah:
1. Penilaian hendaknya berbasis unjuk kerja siswa sehingga selain
memanfaatkan penilaian produk, penilaian terhadap proses perlu mendapat
perhatian yang lebih besar.
2. Pada setiap langkah penilaian hendaknya siswa dilibatkan.
3. Penilaian hendaknya, memberikan perhatian pula pada refleksi diri siswa
(self reflection).
4. Penilaian alternatif (portofolio, catatan anectodal, unuk kerja, jurnal,dan
lainnya) hendaknya lebih dimanfaatkan karena kompleksnya aspek yang
harus dinilai.
5. Umpan-balik hendaknya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
pengembangan anak baik secara individual maupun sosial.
6. Dengan demikian, penilaian pembelajaran terpadu hendaknya
mengutamakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan tetap
memanfaatkan Penilaian Acuan Normatif (PAN).
7. Penilaian pembelajaran terpadu perlu memberikan perhatian yang cukup
banyak pada penilaian nurturant effect (Dampak Pengiring) seperti
kemampuan kerja sama, tenggang rasa,saling tergantung,disamping
keterpaduan persepsi siswa.
8. Penilaian pembelajaran terpadu hendaknya dilakukan dalam proses yang
terus menerus (egoing process), bukan kegiatan penilaian yang dilakukan
diawal atau diakhir program pembelajaran saja.
9. Penilaian juga harus bersifat multi dimensional, komprehensif, dan
sistematis.
Penilaian pembelajaran terpadu sebagai mana dikemukakan diatas
mencakup penilaian terhadap proses dan produk dengan sasaran peserta didik
dan guru berkaitan dengan program pengajarannya. Penilaian ini harus
dilakukan secara informal, rasional, dan tidak rancu sebagai mana dikemukakan
Mathews (1989) berikut ini.
1. Penilaian Proses
29
Sasaran yang dinilai dalam penilaian proses adalah tingkat efektivitas
kegitan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.
Penilaian proses merupakan upaya mengumpulkan informasi tentang
kemajuan belajar siswa yang selanjutnya digunakan untuk keperluan
perbaiakan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Penilaian proses terdiri
dari:
a. Penilaian terhadap siswa
1) Perkembangan konseptual anak;
2) Tingkat kemampuan menghadapi tantangan;
3) Interaksi siswa dengan siswa lainnya
4) Kemampuan anak berkomunikasi
5) Kerasionalan argument/alas an
6) Kerja sama dan kekompakan serta produktivitas kegiatan
kelompok;
7) Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok;
8) Penggunaan bahasa dengan baik dan benar sesuai tingkat
kemampuan siswa.
b. Penilaian terhadap guru
1) Proses pembelajaran
2) Pendekatan dan metode yang digunakan
3) Kelengkapan pembelajaran yang disesuaikan guru
2. Penilaian terhadap produk kegiatan
Penilaian hasil belajar. Penilaian ini berfungsi untuk menilai pemahaman
siswa mengenai apa yang telah dipelajarinya dan untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan yang dimiliki siswa. Penilaian hasil belajar dilakukan
setiap akhir pembelajaran. Terdapat beberapa hal yang perlu dinilai dalam
penilaian ini, yaitu :
a. Penilaian terhadap siswa dilakukan dengan melihat hasil belajar anak
yang tergambarkan melalui:
1) Kemampuan menulis laporan;
2) Kemampuan menyatakan gagasan dalam bentuk gambar, diagram,
grafik dan simboll lainnya;
3) Rekaman, video dan kaset hasil unjuk kerja siswa.
b. Penilaian terhadap guru dilakukan berdasarkan hasil :
30
1) Daftar cek yang dilakukan oleh rekan guru lainnya terhadap strategi
dan pengelolaan belajar mengajar yang telah dilakukan;
2) Masukan dari anak, orang tua dan rekan guru lainnya berkaitan
dengan strategi dan proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Berkaitan dengan paparan diatas, penilaian yang dilakukan hendaknya
valid mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka dan
berkesinambungan sebagaimana disarankan dalam Penilaian Berbasis Kelas
(PBK). Kuswari (2004) mengemukakan bahwa PBK merupakan suatu
penilaian berdasarkan suatu pengumpulan, pelaporan dan pengunaan
informasi tentang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pengukuran
dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan,
bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. PBK secara
umum bertujuan untuk memberikan penghargaan terhadap pencapaian
belajar siswa dan memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran.
Sedangkan secara khusus, PBK bertujuan untuk memberikan (1) informasi
tentang kemajuan belajar siswa, (2) informasi yang dapat digunakan untuk
membina kemajuan belajar lebih lanjut, (3) motivasi belajar siswa dan
melakukan pemberian bimbingan yang lebih tepat.
Fungsi PBK bagi siswa dan guru adalah untuk membantu siswa, (1)
dalam mewujudkan dirinya dengan mengubah atau mengembangkan
perilakunya kearah yang lebih baik dan maju, (2) siswa mendapat kepuasan
atas apa yang dikerjakannya, (3) membantu guru untuk menetapkan apakah
metode mengajar yang digunakan telah memadai atau tidak dan (4)
membantu guru membuat pertimbangan dan keputusan administrasi.
Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran terpadu diharapkan
dapat mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang harus
dikuasai anak secara seimbang dalam ketiga ranah yakni kognitif, afektif,
dan psikomotor dengan menggunakan berbagai bentuk model alat penilaian
yang tepat.
31
a. Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai suatu
kompetensi.
b. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta
didik memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian
maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
c. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu
pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau
pengayaan.
d. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan
perkembangan peserta didik.
Selain fungsi tersebut diatas, penilaian ini berfungsi juga sebagai umpan
balik bagi perbaikan atau penyempurnaan proses pembalajaran dan sebagai
dasar dalam penyusunan laporan kemajuan belajar siswa kepada orangtuanya
32
1. Perencanaan
a. Merumuskan tujuan penilaian yang ingin dicapai baik tujuan yang ingin
dicapai oleh guru maupun oleh siswa. Pada dasarnya tujuan ini untuk
membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya, tetapi bagi
guru melalui penilaian dapat melakukan:
1) Identifikasi kekuatan dan kelemahan siswa dan memonitor tahap
perkembangannya
2) Melihat sampai sejauh mana aktivitas pembelajaran telah
mencapai tujuan yang ditetapkan
3) Memilih aktivitas-aktivitas yang tepat dan memilih stratgei
mengajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa
4) Memberikan umpan balik kepada siswa dalam bentuk pemberian
penghargaan, saran dan kritik yang membangun
5) Memilih informasi yang cukup sebagai dasar untuk pelaporan
hasil belajar siswa kepada orang tua
6) Menyediakan informasi yang berharga bagi guru, pimpinan dan
siswa baru periode berikutnya.
b. Menentukan kriteria keberhasilan yang ingin dicapai baik oleh siswa
maupun oleh guru
c. Menentukan teknik dan instrument yang akan digunakan dalam proses
penilaian.
2. Pelaksanaan
Dalam proses pelaksanaan penilaian haruslah disadari bahwa:
a. Penilaian berlangsung sejak awal sampai akhir proses pembelajaran
b. Penilaian harus dilihat sebagai proses yang berkelanjutan. Bukan hanya
sekedar salah satu aspek belajar yang harus dicapai sebagai bagian suatu
program.
c. Penilaian dapat diarahkan pada proses maupun produk serta program
3. Penyusunan dan Penyajian Laporan
Laporan hasil penilaian disusun dengan jalan memperhitungkan seluruh
informasi yang terkumpul berikut teknik pengolahannya. Penyusunan
laporan tersebut dilakukan secara logis, sistematis, komprehensif dan
diakhiri dengan sejumlah rekomendasi dan saran-saran yang disampaikan
33
kepada semua pihak terkait.Berdasarkan Keputusan Dirjen Mandikdasmen
Nomor : 12/C/KEP/TU/2008 tentang Bentuk dan Tata Cara Penyusunan
Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah (SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB, dan
SMA/MA/SMK/SMALB), menyatakan bahwa:
1. Laporan hasil belajar peserta didik harus dapat menggambarkan
pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran.
2. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 25 ayat (4):
Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan, oleh karena itu penilaian hasil belajar harus
mencerminkan ketiga aspek kompetensi dimaksud dengan
mempertimbangkan karakteristik masing- masing mata pelajaran.
3. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan
dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran untuk
masing-masing nilai pengetahuan dan nilai praktik sesuai dengan
karakteristik kompetensi mata pelajaran yang bersangkutan, serta
kualifikasi untuk kondisi afektif/sikap, disertai dengan deskripsi
kemajuan belajar/ketercapaian kompetensi peserta didik sebagai
pencerminan kompetensi secara utuh.
4. Setiap akhir semester, satuan pendidikan melaporkan hasil belajar
peserta didik kepada orangtua/wali peserta didik.
5. Laporan Hasil Belajar (LHB) peserta didik dapat berbentuk buku
atau lembaran, dapat ditulis secara manual atau komputerisasi.
6. Menjawab keingintahuan orangtua seperti:
a. Bagaimana peserta didik belajar di sekolah secara akademik,
fisik, sosial maupun emosional.
b. Sejauhmana partisipasi anaknya dalam kegiatan di sekolah
Kemampuan apa yang dicapai peserta didik selama kurun
waktu belajar tertentu.
c. Apa yang harus dilakukan orangtua untuk membantu
mengembangkan potensi anaknya lebih lanjut.
4. Tindak Lanjut
Hasil pengolahan informasi dan saran-saran tersebut diatas harus ditindak
lanjuti secara operasional. Tindak lanjut ini bukan merupakan kegiatan
34
akhir dari proses penilaian, sebab dalam pembelajaran tematik penilaian
dilakukan secara terus menerus. Umpan balik penilaian harus dimanfaatkan
untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajardan sebagai data untuk
mengambil keputusan atau menentukan kebijakan.
2. Pengetahuan
Perlu
Sangat baik Baik Cukup
No Kriteria pendampingan
(4) (3) (2)
(1)
1 Kemampuan Mengidentifi Mengidentifik Hanya bisa Belum mampu
siswa kasi semua asi beberapa mengidentif mengidentifik
mengidentifi aturan yang aturan yang ikasiaturan asi aturan
35
kasiaturan berlaku berlaku yang yang berlaku
yang berlaku dirumah dirumah berlaku dirumah
dirumah dirumah 1
gambar saja
2 Antusias Ikut terlibat Ikut terlibat, Memperhati Tidak ikut
siswa dalam aktif dalam namun kan mengerjakan
mengerjakan mengerjakan cenderung temannya
kuis secara diam saja dan diam
kelompok berkelompok saja
Mengidentifikasi contoh perilaku tertib di dalam kelas
3. Keterampilan
Membuat yel-yel
Perlu
Sangat Baik Cukup
No Kriteria pendampinga
baik (4) (3) (2)
n (1)
1 Berani Mampu Suara jelas, Suara hanya Suara sangat
menyanyika namun tidak terdengar oleh pelan dan
n yel-yel unik dan teman yang duduk tidak unik
dengan kreatif. di depan saja, dan serta kreatif
keras, unik tidak unik dan
dan kreatif. kreatif.
36
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penilaian merupakan suatu kegiatan proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Penilaian tidak terlepas dari beberapa aspek
penting yang harus diperhatikan oleh seorang guru, penilaian juga harus
dirancang oleh guru sedemikian rupa agar mengefektifkan dalam penggunaan
informasi tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan dengan menggunakan perangkat penilaian. Penerapan
penilaian dalam pembelajaran menggunakan berbagai cara dalam memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajarsiswa, yaitu dengan bentuk penialain
yang berupa tes maupun non tes.
Penilaian dalam pembelajaran terpadu ini merupakan program penilaian
yang dilakukan secara berkesinambungan untuk menentukan keberhasilan
pembelajaran. Penilaian dilakukan secara menyeluruh selama proses
pembelajaran, penilaian tidak hanya dilakukan diakhir pembelajaran saja.
Adapun aspek yang di nilai yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan
berbagai aspek yang dinilai dalam pembelajaran terpadu maka penlaian akan
berisifat multi dimensional, berlangsung dalam konteks otentik atau nyata dan
berorientasi pada perkembangan dan lingkungan budaya siswa.
B. Saran
Sebagai tenaga pendidik harus memanfaatkan data atau informasi hasil
penilaian semaksimal mungkin agar dapat meningkatkan dampak positif
terhadap hasil belajar siswa. Sebagai mahasiswa calon pendidik juga harus bias
memahami bagaimana cara melaporkan penilaian agar hasil penilaian tersebut
dapat difungsikan untuk kemajuan kualitas pendidikan di lembaga pendidikan
tempat bekerja nanti. Sebagai siswa haruslah memiliki keinginan untuk terus
belajar agar hasil belajar dapat terus meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Saud, Udin Saefuddin, dkk. 2006. Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI PRESS
Hernawan, Herry, dkk. 2007. Pembelajaran Terpadu di SD. Tanggerang
Selatan:Universitas Terbuka
37
38
39
40
41