Anda di halaman 1dari 11

MODEL-MODEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DISUSUN OLEH :

NAMA : RICO RIVALDO SITEPU

NPM : 1705030139

MATA KULIAH :PENELITIAN TINDAKAN KELAS

NAMA DOSEN : Drs. SEJAHTRA SEBAYANG,M.pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS

QUALITY MEDAN 2019/2010


BAB I
Pendahuluan

A.Latar Belakang
Untuk melakukan Penelitian Tindak Kelas (PTK),terlebih dahulu dikemukakan model-
model atau desain-desain penelitian tindakan yang selama ini digunakan. Hal ini dimaksudkan
agar wawasan kita menjadi lebih luas  dan dengan mengetahui berbagai design model penelitian
tindakan kelas, design yang dikebangkan akan menjadi lebih jelas dan terarah.
Pada prinsipnya diterapkan PTK  dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahan yang
terdapat didalam kelas. Ada  beberapa model atau design yang dapat diterapkan. Design-design
tersebut diantaranya : 1). Model Kurt Lewin, 2). Model Kemmis  Mc Taggart, 3). Model John
Elliot, 4). Model Dave Ebbutt
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada rumusan masalah sebagai berikut:
1Bagaimana model  PTK Kurt Lewin?
2.Bagaimana model  PTK  Kemmis dan Mc Taggart?
3.Bagaimana model  PTK John Elliott?
4. Bagaimana model  PTK Dave Ebbutt?
C.Tujuan Pembelajaran
1.Untuk mengetahui model  PTK Kurt Lewin.
2. Untuk mengetahui model  PTK Mcel Kemmis dan Mc Taggart.
3. Untuk mengetahui model  PTK John Elliott.
4. Untuk mengetahui model  PTK Dave Ebbutt
BAB II
Pembahasan

 A. Model PTK Kurt Lewin


Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model penelitian
tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian, karena dialah yang pertama kali
memperkenalkan Action Research atau penelitian tindakan.
Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu ;
a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi
(reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat
digambarkan sebagai berikut :

Pertama,menyusun perencanaan(planning),Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan


adalah membuat rpp,mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan
dikelas,mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan
hasil tindakan.
Kedua,melaksanakan tindakan(acting).Pada tahap ini peneliti melakukan tindakan
tindakan yang telah dirumuskan dalam rpp, dalam situasi yang actual,yang meliputi kegiatan
awal,inti dan penutup.
Ketiga melaksanakan pengamatan (observing)pada tahap ini yang harus dilaksanakan
adalah,mengamati perilaku siswa siswi yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran.Memantau
kegiatan diskusi atau kerja sama antar  kelompok mengamati pemahaman tiap tiap siswa dalam
penguasaan materi pembelajaran, yang telah dirancang sesuai dengan PTK.
Keempat melakukan refleksi (reflecting) pada tahap ini yang harus dilakukan adalah
mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi,menganalisis hasil
pembelajaran,mencatat kelemahan kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan
siklus berikutnya.sampai  tujuan PTK tercapai.

Contoh:

Bagaimana saya dapat membuat para mahasiswa speak up dalam matakuliah


1. speaking? Mungkin saya perlu memberikan penghargaan (reward) kepada
Perencanaan  : mahasiswa yang mau berbicara.
2. Tindakan       Saya memberikan penghargaan (yang berupa tambahan nilai) kepada setiap
: mahasiswa yang mau berbicara.
3. Bersamaan dengan itu,  saya mengamati apakah dengan penghargaan tersebut
Pengamatan   : para mahasiswa mau berbicara.
Para mahasiswa mulai mau berbicara. Namun, mereka tampak masih malu-
4. Refleksi       malu kucing. Saya perlu merencanakan suatu tindakan agar mahasiswa mau
: berbicara tanpa malu-malu lagi. 
Tahap-tahap di atas, yang membentuk satu siklus, dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan
rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi ulang berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus sebelumnya.
Dengan demikian, gambar 1 di atas dapat dikembangkan menjadi gambar 2 (McNiff, 1992: 23). Jumlah siklus
dalam suatu penelitian tindakan tergantung pada apakah masalah (utama) yang dihadapi telah terpecahkan.
Apabila masih ditemukan adanya masalah yang belum terpecahkan maka peneliti dapat
melangkah ke siklus kedua, dengan membuat rencana tindakan ulang berdasarkan hasil refleksi 
pada siklus  sebelumnya.  Dengan  demikian,  pada  siklus kedua ini terjadi revisi atau modifikasi
rencana tindakan pertama, sesuai dengan keadaan di lapangan.  Langkah-langkah selanjutnya
relatif sama dengan langkah-langkah yang telah dipaparkan  pada siklus pertama. Demikian
seterusnya hingga masalah yang dihadapi dapat terpecahkan. Untuk itu barangkali diperlukan
lebih dari tiga siklus; dan hal itu tidak menjadi masalah, karena jumlah siklus tidak ditentukan
oleh hal lain kecuali terpecahkannya masalah.

B. Model PTK Kemmis dan Mc. Taggart


 Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggart  tidak terlalu
berbeda dengan model Kurt Lewin. Dikatakan demikian karena di dalam satu siklus atau putaran
terdiri atas empat komponen seperti yang dilaksanakan Lewin.
Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi, diikuti
dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian
seterusnya atau dengan beberapa kali siklus.

Secara keseluruhan,empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang
digambarkan dalam bentuk spiral.  Pada hakekatnya langkah-langkah PTK model Kemmis dan
Taggart berupa siklus dengan setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan,
pelaksanaan (tindakan), pengamatan (observasi), dan refleksi yang dipandang sebagai satu
siklus. Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu
dipecahkan. Pada umumnya terjadi lebih dari satu siklus. PTK yang dikembangkan dan
dilaksanakan oleh para guru di sekolah saat ini pada umumnya berdasarkan model PTK Kemmis
dan McTaggart ini.

C. Model PTK John Elliot


Apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin
dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan
demikian, karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5
aksi (tindakan).

Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang  terealisasi
dalam  bentuk  kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model
John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran  yang  lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam
pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.
 Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga
menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan
atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan  praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya
tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa  hal
tersebut  itulah  yang  menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda  secara
skematis  dengan  kedua  model sebelumnya.

Penjelasan tahapan PTK John Elliot

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat dan menemukan
masalah-masalah apa aja yang terjadi disekolah. Lebih khususnya lagi dalam proses
pembelajaran di kelas. Identifikasi masalah ini sangat penting posisinya karena tahapan ini
merupakan pondasi awal atau acuan awal kegiatan penelitian kedepannya. Seorang peneliti yang
baik tentunya akan bisa melihat masalah-masalah apa aja yang patut untuk dipecahkan dengan
segera dan urgent bagi sekolah tersebut.
2. Penyelidikan

Penyelidikan dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang masalah


yang ditemukan oleh seorang peneliti disekolah. Berdasarkan hasil penyelidikan dapat dilakukan
pemfokusan masalah yang kemudian dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasarkan
rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian.

3. Rencana Umum

Rencana umum merupakan seperangkat rencana awal tentang kegiatan yang akan dilakukan oleh
seorang peneliti untuk menjawab masalah penelitian yang ditemukan dikelas atau disekolah.
Pada tahapan ini, seorang peneliti akan memberikan perlakuan kepada sampel agar bisa terlihat
perubahan prilaku sesuai yang diharapkan oleh peneliti. Dalam model PTK dari John Elliot,
terdapat beberapa langkah tindakan yang direncanakan oleh peneliti. Bagian inilah yang
membedakan model PTK John Elliot dengan model-model PTK yang lainnya.

4. Implementasi Langkah Tindakan 1

Pada tahap ini, seorang peneliti akan menerapkan atau melakukan perlakuan pada kelas sampel
dengan tujuan meningkatkan, merubah atau memperbaiki masalah-masalah penelitian yang
ditemukan oleh peneliti dikelas. Tentunya dalam tahap ini, seorang peneliti akan melakukan
perlakuannya didasarkan pada langkah-langkah tindakan yang direncanakan pada tahap rencana
umum.

5. Memonitor Implementasi

Tahap ini bagi seorang peneliti akan melihat dan memantau hasil pemberian perilaku pada kelas
sampel. Peneliti akan mendata dan mencatat hasil-hasil dari implementasi pada tahap
selanjutnya. Apakah menunjukkan hasil peningkatan (positif) ataupun malah menunjukkan
peningkatan yang sebaliknya (negatif). Sudah benarkah atau belum implementasi yang
diterapkan oleh peneliti.

6. Penyelidikan
Pada tahapan ini, peneliti akan berusaha untuk mengungkap dan menjelaskan tentang kegagalan-
kegagalan pengaruh. Faktor-faktor apa aja yang bisa menyebabkan hal tersebut gagal. Tentunya
seorang peneliti akan belajar dari kegagalan dan ketidakberhasilan implementasi pada tahapan
sebelumnya.

7. Merevisi Ide Umum

Pada tahap ini, peneliti berbekal dari data-data yang sudah didapat pada tahap-tahap sebelumnya
akan kembali membuat rencana penelitian. Tentunya tahapan ini hanya akan dilakukan jika
implementasi telah mengalami kegagalan dan tidak memenuhi harapan serta tujuan penelitian
dari peneliti. Makanya dianggap perlu untuk melakukan siklus kedua yang diawali dengan
merevisi rencana awal.

D.Model PTK Dave Ebbutt


Dave Ebbutt  berpendapat bahwa model-model PTK yang ada seperti yang diperkenalkan
oleh John Elliot, Kemmis dan Mc Taggart, dan sebagainya dipandang sudah cukup bagus. Akan
tetapi, dalam model-model tersebut masih ada beberapa hal atau bagian yang belum tepat
sehingga masih perlu dibenahi.
Pada dasarnya  Ebbutt  setujuh  dengan  gagasan-gagasan yang diutarakan oleh Kemmis
dan Elliot tetapi tidak setuju mengenai beberapa interprestasi Elliot mengenai karya Kemmis.
Selanjutnya Ebbutt  mengatakan bahwa bentuk spiral yang  dilakukan  oleh Kemmis dan Mc
Taggart bukan merupakan cara  yang terbaik untuk menggambarkan proses aksi refleksi
(actionreflection).
Dimulai dengan pemikiran awal penelitian yang berupa pemikiran tentang  masalah yang
dihadapi di dalam kelas, penentuan fokus permasalahan
Dari pemikiran  awal dilanjutkan dengan  reconnaissance (pemantauan), pada bagian
reconnaissance ini Ebbutt berpendapat berbeda dengan penafsiran  Elliot mengenai
reconnaissance-nya Kemmis, yang seakan-akan hanya berkaitan dengan penemuan fakta
saja(fact finding only). Padahal, menurut Ebbutt reconnaissance mencakup kegiatan-kegiatan
diskusi, negosiasi, menyelidiki kesempatan, mengakses kemungkinan dan  kendala atau
mencakup secara keseluruhan analisis yang dilakukan.

Berdasarkan pemikiran awal dan reconnaissance kemudian dilanjutkan dengan menyusun


perencanaan dan berturut-turut dengan kegiatan  pelaksanaan tindakan yang pertama,
pengawasan dan pelaksanaan reconnaissance, dan melanjutkan pelaksanaan tindakan kedua.
 Pada siklus yang digambarkan oleh Ebbutt, dia memberikan pemikiran bahwa jika dalam
reconnaissance setelah  tindakan ada masalah mendasar yang dialami, maka perlu perubahan
perencanaan pelaksanaan  dan kembali melaksanakan bagian siklus tertentu yang telah dijalani.
Bahkan tidak menutup kemungkinan pada pelaksanaan pengawasan dan reconnaissance
dilakukan perubahan pemikiran yang mengakibatkan seorang peneliti kembali mengevaluasi
pemikiran awal dan fokus penelitian yang dijalankan. 
[3]Menurut  Ebbutt, cara yang tepat untuk memahami proses penelitian tindakan ialah
dengan memikirkannya sebagai suatu seri dari siklus yang berturut-turut, dengan setiap siklus
mencakup kemungkinan masukan balik informasi di dalam dan di antara siklus. Deskripsi ini
mungkin tidak begitu rapih dibandingkan dengan membayangkan proses itu sebagai spiral.
BAB III
Penutup

A.Kesimpulan
Dari desain yang dilukiskan di atas tampak bahwa penelitian kelas merupakan proses
perbaikan secara terus menerus dari suatu tindakan yang masih mengandung kelemahan
sebagaimana hasil refleksi menuju ke arah yang semakin sempurna.
(1) perencanaan,
 (2) pelaksanaan,
 (3) pengamatan (observasi), dan
(4).refleksi
Untuk mengatasi suatu masalah,mungkin diperlukan lebih dari satu siklus.Siklus siklus
tersebut saling terkait dan berkelanjutan.Siklus kedua dilakukan apa bila masih ada hal hal yang
kurang berhasil pada siklus pertama.Siklus ketiga dilakukan karena siklus kedua belum
mengatasi masalah,begitu juga siklus siklus berikutnya.
Daftar Pustaka
Modul Penelitian Tindak Kelas,Paket 5.
Suladin,Bosrowi,Suranto,Manajemen Penelitian Tindak Kelas.Insan cendekia,2002.
Wiriaatmadja,Rochiati,Metode Penelitian Tindakan  Kelas.PT Remaja Rosdakarya,2005.
http://suhadinet.wordpress.com/2009/06/08/langkah-langkah-ptk-menurut-kemmis-dan-
mctaggart/
http://www.duniaedukasi.net/2010/10/model-model-desain-penelitian-tindakan.html

Anda mungkin juga menyukai