Oleh:
NURUL RINDAWATI
120210102080
KELAS A
b) Analisis masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-dimensi
problem yang ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek pentingnya sehingga
dapat memberikan penekanan tindakan.
g) Pelaporan hasil
Hasil dari analisis data dilaporkan secara lengkap tentang pelaksanaan
tindakan yang telah direncanakan maupun perubahan yang mungkin terjadi.
DESAIN PENELITIAN EKSPERIMEN
A. Pra-eksperimental
Disebut pra-experimental karena desain ini belum merupakan desain sungguh
sungguh. Masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel dependen. Hasil eksperimen yang merupakan variabel
dependen itu ukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini
dikarenakan tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.
Desain penelitian pra-eksperimental ini adalah sebagai berikut,
Dengan X adalah kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O
adalah kejadian pengukuran atau pengamatan. Bagan tersebut dapat dibaca
sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan, dan
selanjutnya diobservasi hasilnya. Contoh: Pengaruh penggunaan Komputer dan
LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O).
Uji statistik atau pengambilan kesimpulan dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Menghitung mean (rata-rata) hasil postes lalu dibandingkan dengan
standar yang diinginkan.
b. Membandingkan dengan rata-rata test sebelum perlakukan dengan rumus:
Keterangan:
T = harga t
X1 = rata-rata kelompok sebelum perlakuan
X1 = rata-rata kelompok setelah perlakuan
SX1= Standar Deviasi sebelum perlakuan
SX2 = Standar Deviasi setelah perlakuan
Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk the one group pretest-
posttest design, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, hasil perlakuan
dapat diketahui dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum diberi perlakuan.
Uji statistik atau pengambilan kesimpulan dapat dilakukan dengan:
a. Menghitung gain (perolehan), lalu dibandingkan dengan standar yang
diinginkan
b. Belajar tuntas
Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji t. Dengan menempatkan masing-
masing kelompok secara random, peneliti menyatakan bahwa kedua kelompok
tersebut pada awal penelitian setara atau homogen. Dengan cara itu, beberapa
faktor pengganggu dapat dikontrol meskipun tidak dapat diperhitungkan efeknya,
di antaranya:
a. Histori
b. Kematangan (maturation)
c. Testing
d. Instrumentasi
Rancangan ini terutama bermanfaat apabila pretest tidak dapat dilakukan karena
mahal, dll. juga sangat berguna kalau anonymity perlu dipertahankan, atau kalau
diperkirakan pretsest dengan perlakuan (treatment) variabel X dapat diabaikan.
Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji t. Design tersebut dapat diperluas,
apabila peneliti memiliki kelompok perlakuan lebih dari satu, misalnya, mau
membandingkan dua metode A dan B.
Perbedaan antara skor rata-rata (mean score) pada T1 dan T2 mencerminkan efek
berbagai variabel dan kombinasinya, seperti pretes (T1), variabel bebas
(X),history (H), dan maturasi (M).Untuk mendapatkan efek X: kurangkan 4D dari
3D Untuk mendapatkan efek pretes: kurangkan 4D dari 2D Untuk mendapatkan
efek interaksi antara pretes dengan X: tambahkan 2D dan 3D, lalu kurangi jumlah
ini dengan 1D. Rancangan ini mensyaratkan bahwa subyek ditempatkan secara
random ke dalam empat kelompok, sehingga memungkin peneliti membuat
asumsi bahwa skor pretes untuk kelompok 3 dan 4 (jika mereka mengambil pretes
akan sama hasilnya dengan hasil yang dicapai kelompok 1 dan 2). Akan tetapi
karena kelompok 3 dan 4 tidak diberi pretes maka tidak akan terjadi interaksi
antara pretes dengan perlakuan X yang direfleksikan pada skor T1. Rancangan ini
memungkinkan pula untuk mengontrol dan mengukur: efek utama pretes dan efek
interaksi antara pretes dengan perlakuan. Selanjutnya efek kombinasi antara
histori dan maturasi dapat diukur apabila rata-rata kelompok 4 pada T2
dibandingkan dengan rata-rata pada T1. Sebenarnya rancangan ini merupakan
penggabungan dari dua jenis eksperimen menjadi satu, yaitu yang satu dengan
eksperimen yang lainnya tanpa pretes.
Pengertian
Menurut Sugiyono (2009: 407), metode penelitian dan pengembangan
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu,
dan menguji keektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu
digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan (digunakan metode survey
atau kualitatif) dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat
berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keektifan
produk tersebut (digunakan metode eksperimen). Lebih lanjut Borg and Gall
(dalam Sugiyono. 2009: 11) menyatakan bahwa untuk penelitian analisis
kebutuhan sehingga mampu dihasilkan produk yang bersifat hipotetik sering
digunakan metode penelitian dasar (basic research).
Selanjutnya untuk menguji produk yang masih bersifat hipotetik tersebut,
digunakan eksperimen atau action research. Setelah produk teruji, maka dapat
diaplikasikan. Proses pengujian produk dengan eksperimen tersebut dinamakan
penelitian terapan (applied research). Penelitian dan pengembangan bertujuan
untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk.Jadi
penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bisa multy years).
Penelitian Hibah Bersaing (didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi),
adalah penelitian yang menghasilkan produk, sehingga metode yang digunakan
adalah metode penelitian dan pengembangan.
Produk yang ditemukan bisa berupa model, pola, prosedur, sistem. Dalam
bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R&D
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang
jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk
pendidikan yang dihasilkan dapat berupa kurikulum yang spesifik untuk
keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar,
modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi,
penataan ruang kelas untuk model pembelajar tertentu, model unit produksi,
model manajemen, sistem pembinaan pegawai, sistem penggajian dan lain-lain
(Sugiyono. 2009: 412). Sukmadinata (2008:190), mengemukakan penelitian dan
pengembangan merupakan pendekatan penelitian untuk menghasilkan produk
baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Produk yangdihasilkan bisa
berbentuk software, ataupun hardware seperti buku, modul, paket, program
pembelajaran ataupun alat bantu belajar. Penelitian dan pengembangan berbeda
dengan penelitian biasa yang hanya menghasilkan saran-saran bagi perbaikan,
penelitian dan pengembangan menghasilkan produk yang langsung bisa
digunakan.
Tujuan
1. Menghasilkan rancangan produk digunakan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, dilakukan melalui uji-ahli.
2. Menguji keefektifan produk sebagai fungsi validasi, dilakukan melalui uji
coba terbatas, pada target di mana produk akan digunakan untuk
pembelajaran.
3. Menguji efisiensi, kemenarikan, dan kemudahan produk, di ujicoba
lapangan, pada target yang lebih luas dimana produk akan digunakan untuk
pembelajaran.
Langkah-langkah
Borg & Gall (1983: 775) mengembangkan 10 tahapan dalam
mengembangkan model, yaitu:
1) Research and information collecting, termasuk dalam langkah ini antara lain
studi literatur yang berkaitan denganpermasalahan yang dikaji, pengukuran
kebutuhan, penelitian dalam skala kecil, dan persiapan untuk merumuskan
kerangka kerja penelitian;
2) Planning, termasuk dalam langkah ini menyusun rencana penelitian yang
meliputi merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan
permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan,
desain atau langkah-langkah penelitian dan jika mungkin/diperlukan
melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;
3) Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk
permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini
adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku
petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung.
Contoh pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan
instrumen evaluasi;
4) Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam
skala terbatas, dengan melibatkan 1 sampai dengan 3 sekolah, dengan jumlah
6-12 subyek. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan
dengan cara wawancara, observasi atau angket;
5) Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal
yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat mungkin
dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam
ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk (model) utama yang siap
diuji coba lebih luas.
6) Main field testing, biasanya disebut ujicoba utama yang melibatkan khalayak
lebih luas, yaitu 5 sampai 15 sekolah, dengan jumlah subyek 30 sampai
dengan 100 orang. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif, terutama
dilakukan terhadap kinerja sebelum dan sesudah penerapan ujicoba. Hasil
yang diperoleh dari ujicoba ini dalam bentuk evaluasi terhadap pencapaian
hasil ujicoba (desain model) yang dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Dengan demikian pada umumnya langkah ini menggunakan rancangan
penelitian eksperimen;
7) Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan/penyempurnaan
terhadap hasil ujicoba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah
merupakan desain model operasional yang siap divalidasi;
8) Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model
operasional yang telah dihasilkan. Dilaksanakan pada 10 sampai dengan 30
sekolah melibatkan 40 samapi dengan 200 subyek. Pengujian dilakukan
melalui angket, wawancara, dan observasi dan analisis hasilnya. Tujuan
langkah ini adalah untuk menentukan apakah suatu model yang
dikembangkan benar-benar siap dipakai di sekolah tanpa harus dilakukan
pengarahan atau pendampingan oleh peneliti/pengembang model;
9) Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang
dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);
10) Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan
produk/model yang dikembangkan kepada khalayak/masyarakat luas,
terutama dalam kancah pendidikan. Langkah pokok dalam fase ini adalah
mengkomunikasikan dan mensosialisasikan temuan/model, baik dalam
bentuk seminar hasil penelitian, publikasi pada jurnal, maupun pemaparan
kepada skakeholders yang terkait dengan temuan penelitian.
Model
1. Model Pengembangan Perangkat menurut Kemp
Menurut Kemp (dalam, Trianto, 2007: 53) Pengembangan perangkat
merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah
pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi.
Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam
siklus tersebut. Pengembangan perangkat model Kemp memberi
kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari
komponen manapun. Namun karena kurikulum yang berlaku secara
nasional di Indonesia dan berorientasi pada tujuan, maka seyogyanya
proses pengembangan itu dimulai dari tujuan.
Model pengembangan sistem pembelajaran ini memuat pengembangan
perangkat pembelajaran. Terdapat sepuluh unsur rencana perancangan
pembelajaran. Kesepuluh unsur tersebut adalah:
1) Identifikasi masalah pembelajaran, tujuan dari tahapan ini adalah
mengidentifikasi antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku
dengan fakta yang terjadi di lapangan baik yang menyangkut model,
pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang digunakan guru.
2) Analisis Siswa, analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku
awal dan karateristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan dan
pengalaan baik individu maupun kelompok.
3) Analisis Tugas, analisis ini adalah kumpulan prosedur untuk
menentukan isi suatu pengajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan
informasi, dan analisis prosedural yang digunakan untuk
memudahkan pemahaman dan penguasaan tentang tugas-tugas belajar
dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana
Program Pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS)
4) Merumuskan Indikator, Analisis ini berfungsi sebagai (a) alat untuk
mendesain kegiatan pembelajaran, (b) kerangka kerja dalam
merencanakan mengevaluasi hasil belajar siswa, dan (c) panduan
siswa dalam belajar.
5) Penyusunan Instrumen Evaluasi, Bertujuan untuk menilai hasil
belajar, kriteria penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan
patokan, hal ini dimaksudkan untuk mengukur ketuntasan pencapaian
kompetensi dasar yang telah dirumuskan.
6) Strategi Pembelajaran, Pada tahap ini pemilihan strategi belajar
mengajar yang sesuai dengan tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan
model, pendekatan, metode, pemilihan format, yang dipandang
mampu memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
7) Pemilihan media atau sumber belajar, Keberhasilan pembelajaran
sangat tergantung pada penggunaan sumber pembelajaran atau media
yang dipilih, jika sumber-sumber pembelajaran dipilih dan disiapkan
dengan hati-hati, maka dapat memenuhi tujuan pembelajaran.
8) Merinci pelayanan penunjang yang diperlukan untuk
mengembangkan dan melaksanakan dan melaksanakan semua
kegiatan dan untuk memperoleh atau membuat bahan.
10) Menyiapkan evaluasi hasil belajar dan hasil program.
11) Melakukan kegiatan revisi perangkat pembelajaran, setiap langkah
rancangan pembelajaran selalu dihubungkan dengan revisi. Kegiatan
ini dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan
yang dibuat.