Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN PRASEJARAH INDONESIA

MODEL-MODEL TAHAPAN PTK

MEMBEDAKAN MODEL-MODEL PTK DAN

MENEKAAH TAHAPAN PELAKSANAAN PTK

Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Penelitian tindakan kelas

Dosen pengampu : Nurjanah, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 1

1. Nurlia DewiAmbarwati (1901416


2. Riska Anggraini (1901416
3. Ratna Kusari (1901416
4. Maradona (1901416
5. Marpiandi (1901416
6. Septia Prihandini (190141630)

FAKULTAS PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur terhadap Allah swt yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya
sehingga

Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’Model Tahapan PTK, Membedakan
Model-Model PTK dan Menelaah tahapan pelaksanaan PTK.’’

yang ditentukan .

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah ‘’Penelitian Tindakan kelas’’
Penelitin tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas dengan menggunakan
suatu tindakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar agar memperoleh hasil yang
lebih baik dari sebelumnya.
Terima kasih kepada ibu Nurjanah,M.Pd selaku dosen Mata Kuliah penelitian tindakan kelas
Dan dosen pembimbing. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulisan
dalam
Makalh ini.
Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
Oleh karena itu penulis menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah ini lebih baik
Lagi . semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Pangkal Pinang,11 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Untuk melakukan Penelitian Tindak Kelas (PTK),terlebih dahulu dikemukakan
model-model atau desain-desain penelitian tindakan yang selama ini digunakan. Hal ini
dimaksudkan agar wawasan kita menjadi lebih luas  dan dengan mengetahui berbagai
design model penelitian tindakan kelas, design yang dikebangkan akan menjadi lebih
jelas dan terarah. Pada prinsipnya peerapan PTK dimaksudkan untuk mengatasi
permasalahan yang terdapat di dalam kelas.
Ada  beberapa model atau design yang dapat diterapkan. Design-design tersebut
diantaranya Model Kurt Lewin, Model Kemmis  Mc Taggart, Model John Elliot, Model
Jhon Elliot, Model Cohen dkk, Model Hopkins, dan Model McKernan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana identifikasi model Kurt Lewin?
2. Bagaimana identifikasi model Kemmis Mc Taggart?
3. Bagaimana identifikasi model John Elliot?
4. Bagaimana identifikasi model Cohen dkk?
5. Bagaimana identifikasi model Hopkins?
6. Bagaimana identifikasi model Mc Kernan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi model Kurt Lewin
2. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi model Kemmis Mc Taggart
3. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi model John Elliot
4. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi model Cohen dkk
5. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi model Hopkins
6. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi model Mc Kernan
BAB II
PEMBAHASAN
MODEL-MODEL TAHAPAN PTK

A. Model Kurt Lewin


PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. Model Kurt
Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model penelitian tindakan
yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian, karena dialah yang pertama kali
memperkenalkan Action Research atau penelitian tindakan. Pelaksanaan penelitian
tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus-menerus. Ia
menggambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk
spiral.
Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat
komponen, yaitu; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c)pengamatan
(observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut
dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Acting

Planning Observing

Reflecting

Siklus PTK menurut Kurt Lewis

1. Menyusun perencanaan (planning)


Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat RPP,
mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan
dikelas,mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai
proses dan hasil tindakan.

2. Melaksanakan tindakan (acting).


Pada tahap ini peneliti melakukan tindakan tindakan yang telah dirumuskan
dalam RPP, dalam situasi yang actual, yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup.

3. Melaksanakan pengamatan (observing)


Pada tahap ini yang harus dilaksanakan adalah mengamati perilaku siswa
siswi yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran. Memantau kegiatan diskusi atau
kerja sama antar  kelompok mengamati pemahaman tiap tiap siswa dalam
penguasaan materi pembelajaran, yang telah dirancang sesuai dengan PTK.

4. Melakukan refleksi (reflecting)


Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mencatat hasil observasi,
mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat kelemahan-
kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya sampai 
tujuan PTK tercapai.

Contoh:
Bagaimana saya dapat membuat para mahasiswa speak
1. up dalam matakuliah speaking? Mungkin saya perlu
Perencanaan  : memberikan penghargaan (reward) kepada mahasiswa
yang mau berbicara.
2. Tindakan     Saya
  memberikan penghargaan (yang berupa tambahan
: nilai) kepada setiap mahasiswa yang mau berbicara.
3. Bersamaan dengan itu,  saya mengamati apakah dengan
Pengamatan   :penghargaan tersebut para mahasiswa mau berbicara.
Para mahasiswa mulai mau berbicara. Namun, mereka
4. Refleksi       tampak
  masih malu-malu kucing. Saya perlu
: merencanakan suatu tindakan agar mahasiswa mau
berbicara tanpa malu-malu lagi. 

A. Model Kemmis dan McTaggart


Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang
diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana yang diutarakan di atas. Hanya saja,
komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu
kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan
bahwa antara implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak
terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan
waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga harus
dilaksanakan. Untuk lebih tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk designnya
(Kemmis & McTaggart, 1990:14).

Siklus PTK menurut Kemmis & McTaggart

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart pada
hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat
terdiri dari empat komponen, yaitu ; perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus.

Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran
kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Pada gambar diatas, tampak bahwa didalamnya terdiri dari dua perangkat komponen
yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus
sangat bergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan.
Berikut langkah-langkahnya secara lebih jelas:
1. Refleksi Awal
Refleksi awal merupakan kegiatan penjajakan yang dimanfaatkan untuk
mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema penelitian.
Peneliti bersama timnya melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan
mengetahui situasi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil refleksi awal dapat dilakukan
pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian.
Berdasar rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian. Sewaktu
melaksanakan refleksi awal, paling tidak calon peneliti sudah menelaah teori-teori
yang relevan dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah
rumusan masalah selesai dilakukan, selanjutnya perlu dirumuskan kerangka
konseptual dari penelitian.

2. Penyusunan Perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal.
Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai
solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat
fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
3. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana
tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada
pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan
kinerja dan hasil program yang optimal.

4. Observasi (Pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati
hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.
5. Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis,
interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam
kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau
dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang
satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada
dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap
dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk
memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai
akibat dari tindakan yang dilakukan.
Pada hakekatnya langkah-langkah PTK model Kemmis dan Taggart berupa siklus dengan
setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan (tindakan),
pengamatan (observasi), dan refleksi yang dipandang sebagai satu siklus. Banyaknya siklus
dalam PTK
tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan. Pada
umumnya terjadi lebih dari satu siklus. PTK yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh
para guru di sekolah saat ini pada umumnya berdasarkan model PTK Kemmis dan
McTaggart ini.
B. Model John Elliot
Jika diperhatikan desain PTK John Illiot seperti yang terpampang di bawah,
tampak bahwa di dalam satu tindakan (acting) terdiri dari beberapa step atau langkah
tindakan, yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2, dan langkah tindakan 3. Adanya
langkah-lamgkah untuk setiap tindakan ini dengan dasar pemikiran bahwa di dalam mata
pelajaran terdiri dari beberapa pokok bahasan, dan setiap pokok bahasan terdiri dari
beberapa materi yang tidak diselesaikan dalam satu kali tindakan.
Oleh karenanya, untuk menyelesaikan satu pokok bahasan tertentu diperlukan
beberapa kali langkah tindakan yang terealisasi di dalam kegiatan belajar-mengajar. Apa
pun masalah yang akan diangkat dalam penelitian, hendaknya tetap berada dalam lingkup
permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam praktik kesehariannya di kelas dan
merupakan sesuatu yanng ingin dirubah atau diperbaiki. Semuanya itu harus dimulai dari
ide awal, sampai monitoring pelaksanaan dan efeknya, sesuai dengan bagan dibawah ini,
semuanya tetap dalam bentuk spiral.
Model ini sebenarnya bagus untuk diterapkan di sekolah, namun dalan
kenyataannya belum banyak guru yang memakai model ini. Hal ini dikarenakan model
ini kurang dikenal oleh guru dan sangat sulit penerapannya di lapangan. Mungkin karena
belum terbiasa dan belum banyak dosen yang membantu menerapkannya dalam
melaksanakan PTK disekolah.
Siklus 1 siklus 2 siklus 3

Ide Awal

Temuan dan Analisis

Perencanaan umum
langkah tindakan 1,2,3

Implementasu
langkah tindakan

Monitoring
implementasi dan
efeknya .

Penjelasan kegagalan Revisi perencanaan


umum
Tentang
implementasinya

Perbaikan
perencanan langkah
tindakan1,2,3

Implementasi
Monitoring implementasi langkah berikutnya.
dan efek

Penjelasan kegagalan Revisi ide umu


dan efek.
Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model Kurt
Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan demikian, karena di dalam setiap
siklus terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara
itu, setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam
bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model
John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran  yang  lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam
pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.
Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan
sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa
subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan  praktik di lapangan setiap
pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan
diselesaikan dalam beberapa  hal tersebut  itulah  yang  menyebabkan John Elliot
menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua  model sebelumnya.

Penjelasan tahapan PTK John Elliot


1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat dan
menemukan masalah-masalah apa aja yang terjadi disekolah. Lebih khususnya lagi dalam
proses pembelajaran di kelas. Identifikasi masalah ini sangat penting posisinya karena
tahapan ini merupakan pondasi awal atau acuan awal kegiatan penelitian kedepannya.
Seorang peneliti yang baik tentunya akan bisa melihat masalah-masalah apa aja yang
patut untuk dipecahkan dengan segera dan urgent bagi sekolah tersebut.
2. Penyelidikan
Penyelidikan dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang masalah yang ditemukan oleh seorang peneliti disekolah. Berdasarkan hasil
penyelidikan dapat dilakukan pemfokusan masalah yang kemudian dirumuskan menjadi
masalah penelitian. Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan
penelitian.

3. Rencana Umum
Rencana umum merupakan seperangkat rencana awal tentang kegiatan yang akan
dilakukan oleh seorang peneliti untuk menjawab masalah penelitian yang ditemukan
dikelas atau disekolah. Pada tahapan ini, seorang peneliti akan memberikan perlakuan
kepada sampel agar bisa terlihat perubahan prilaku sesuai yang diharapkan oleh peneliti.
Dalam model PTK dari John Elliot, terdapat beberapa langkah tindakan yang
direncanakan oleh peneliti. Bagian inilah yang membedakan model PTK John Elliot
dengan model-model PTK yang lainnya.
4. Implementasi Langkah Tindakan 1
Pada tahap ini, seorang peneliti akan menerapkan atau melakukan perlakuan pada
kelas sampel dengan tujuan meningkatkan, merubah atau memperbaiki masalah-masalah
penelitian yang ditemukan oleh peneliti dikelas. Tentunya dalam tahap ini, seorang
peneliti akan melakukan perlakuannya didasarkan pada langkah-langkah tindakan yang
direncanakan pada tahap rencana umum.
5. Memonitor Implementasi
Tahap ini bagi seorang peneliti akan melihat dan memantau hasil pemberian
perilaku pada kelas sampel. Peneliti akan mendata dan mencatat hasil-hasil dari
implementasi pada tahap selanjutnya. Apakah menunjukkan hasil peningkatan (positif)
ataupun malah menunjukkan peningkatan yang sebaliknya (negatif). Sudah benarkah atau
belum implementasi yang diterapkan oleh peneliti.

6. Penyelidikan
Pada tahapan ini, peneliti akan berusaha untuk mengungkap dan menjelaskan
tentang kegagalan-kegagalan pengaruh. Faktor-faktor apa aja yang bisa menyebabkan hal
tersebut gagal. Tentunya seorang peneliti akan belajar dari kegagalan dan
ketidakberhasilan implementasi pada tahapan sebelumnya.

7. Merevisi Ide Umum


Pada tahap ini, peneliti berbekal dari data-data yang sudah didapat pada tahap-
tahap sebelumnya akan kembali membuat rencana penelitian. Tentunya tahapan ini hanya
akan dilakukan jika implementasi telah mengalami kegagalan dan tidak memenuhi
harapan serta tujuan penelitian dari peneliti. Makanya dianggap perlu untuk melakukan
siklus kedua yang diawali dengan merevisi rencana awal.

d. Model Cohen dkk


Saat melaksanakan PTK, peneliti harus mengikuti langkah-langkah tertentu agar
proses yang ditempuh tepat, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Model
Cohen dikembangkan oleh beberapa ahli penelitian yaitu (1) Cohen dan Manion (1980),
Taba dan Noel (1982), serta Winter (1989). Berikut ini beberapa langkah yang hendaknya
diikuti dalam melakukan PTK (disarikan dari Marzuki: 1997 dalam Sukayat: 2008).
Beberapa langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dianggap  penting dan kritis
yang harus segera dicarikan penyelesaian dalam pembelajaran seharihari, antara lain
meliputi ruang lingkup masalah, identifikasi masalah dan perumusan masalah.
a. Ruang lingkup masalah
Di bidang pendidikan, PTK telah digunakan untuk pengembangan
kurikulum dan program perbaikan sekolah. Contoh PTK dalam pembelajaran
berkaitan dengan:
1)      metode/strategi pembelajaran;
2)      media pembelajaran.

b. Identifikasi masalah
Masalah yang akan diteliti memang ada dan sering muncul selama proses
pembelajaran sehari-hari sehingga perlu dicarikan penyelesaian. Ada beberapa
kriteria dalam menentukan masalah yaitu:
1)   masalahnya memang penting dan sekaligus signifikan dilihat dari segi
pengembangan kelas dan sekolah;
2)      masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan;
3)  pernyataan masalahnya harus mengungkap beberapa dimensi fundamental
mengenai penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasar
hal-hal fundamental ini dari pada berdasarkan fenomena dangkal.

c. Perumusan Masalah
Pada intinya, rumusan masalah seharusnya mengandung deskripsi tentang
kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Dalam merumuskan masalah
PTK, ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan yang disarikan
dari Suyanto (1997) Beberapa petunjuk tersebut antara lain:
1)    masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai
makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan dalam kalimat tanya;
2) rumusan masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan
dan hubungannya dengan variabel lain;
3)    rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya dengan
rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
2.  Analisis masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-dimensi problem
yang ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek pentingnya sehingga dapat memberikan
penekanan tindakan.

3.      Merumuskan hipotesis tindakan


Hipotesis dalam PTK bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, melainkan
hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat jawaban sementara terhadap
persoalan yang diajukan dalam PTK. Jawaban itu masih bersifat teoritik dan dianggap
benar sebelum terbukti salah melalui pembuktian dengan menggunakan data dari PTK.
4. Membuat rencana tindakan dan pemantauan
Rencana tindakan memuat informasi-informasi tentang hal-hal sebagai berikut:
1) apa yang diperlukan untuk menentukan kemungkinan pemecahan masalah yang telah
dirumuskan;
2)     alat-alat dan teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan data;
3)      rencana pencatatan data dan pengolahannya;
4)      rencana untuk melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil.

5.      Pelaksanaan tindakan dan pencatatan


Pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan hendaknya cukup fleksibel untuk
mencapai perbaikan yang diinginkan. Dalam hal ini jika sesuatu terjadi dan memerlukan
perubahan karena tuntutan situasi (pada saat pelaksanaan tindakan), maka peneliti
hendaknya siap melakukan perubahan asal perubahan tersebut mendukung tercapainya
tujuan PTK.
Pada saat pelaksanaan tindakan berarti pengumpulan data mulai dilakukan. Data
yang dikumpulkan mencakup semua yang dilakukan oleh tim peneliti yang terkait dalam
PTK, antara lain melalui angket, catatan lapangan, wawancara, rekaman video, foto, dan
slide.

6. Mengolah dan menafsirkan data


Isi semua catatan hendaknya dilihat dan dijadikan landasan untuk refleksi. Dalam
hal ini peneliti harus membandingkan isi catatan yang dilakukan tim untuk menentukan
hasil temuan. Semua yang terjadi baik yang direncanakan maupun yang tidak
direncanakan perlu dianalisis untuk menentukan apakah ada perubahan yang signifikan
ke arah perbaikan.

7. Pelaporan hasil
Hasil dari analisis data dilaporkan secara lengkap tentang pelaksanaan tindakan
yang telah direncanakan maupun perubahan yang mungkin terjadi
E. Model McKernan
Menurut Mc. Kernan ada tujuh langkah yang harus dicermati dalam PTK, yaitu:
1. Analisis situasi (reconnaisissance) atau kenal medan.
2. Perumusan dan klarifikasi permasalahan.
3. Hipotesis tindakan.
4. Perencanaan tindakan.
5. Penerapan tindakan dengan memonitoringnya.
6. Evaluasi hasil tindakan.
7. Refleksi dan pengambilan keputusan untuk pengembangan selanjutnya.

Siklus PTK menurut Mc. Kernan


Melihat bagan diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Definisi Masalah
Guru/peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi masalah yang memerlukan
tindakan untuk mengatasinya.
2. Assesmen Kebutuhan
Setelah masalah ditetapkan dilakukan analisis kebutuhan untuk menetapkan
tindakan yang digunakan dan perangkat-perangkat yang diperlukan untuk memecahkan
masalah termasuk juga pemahaman peneliti terhadap teori/filosofi/langkah-langkah
penerapan tindakan.

3. Hipotesis
Setelah kebutuhan pemecahan tindakan teridentifikasi peneliti membuat hipotesis
tindakan agar upaya pemecahan tindakan dapat dilakukan. Hipotesis tindakan dapat
dalam bentuk: “jika……maka……” misalnya “jika pembelajaran matematika
dilaksankan dengan metode pemecahan masalah maka hasil belajar siswa akan lebih
baik”. Hipotesis dapat juga dinyatakan dengan rumusan lain seperti: “Bagaimana
pelaksanaan metode pemecahan masalah agar dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas V SD?”
4. Implementasi
Pada tahap implementasi ini guru  melaksanakan apa yang telah direncanakan
dalam bentuk tindakan pada proses pembelajaran.

5. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan sebelum mengambil keputusan terhadap pelaksanaan siklus
yang telah berlangsung.

6. Pengambilan Keputusan
Dari pengambilan keputusan yang dilakukan dapat menjurus pada kesimpulan
“apakah melanjutkan pada pelaksanaan siklus selanjutnya? Atau, kembali untuk
mengevaluasi kegiatan awal siklus yang dilakukan yaitu mendefinisikan masalah?”
Kegiatan ini mungkin disebabkan pelaksanaan siklus yang telah dilalui tidak terlaksana
sebagaimana yang telah direncanakan.

C. Model Hopknis
Berpatokan pada desain-desain model PTK para ahli pendahulunya, selanjutnya
Hopkins (1993) menyusun desain yang dikenal Model Ebbutt (Hopkins, 1993). Model ini
menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian dimulai dari pemikiran awal penelitian yang
selanjutnya dikenal dengan reconnaissance. Bagian ini, Ebbutt berpendapat yang berbeda
dengan penafsiran Elliott mengenai reconnaissancenya Kemmis, yang seakan-akan hanya
berkaitan dengan penemuan fakta saja. Padahal menurutnya reconnaisance mencakup
kegiatan-kegiatan diskusi, negoisasi, menyelidiki kesempatan, mengakses kemungkinan
dan kendala atau dengan singkat mencakup keseluruhan analisis.
Menurut Ebbutt, cara yang tepat untuk memahami proses penelitian tindakan adalah dengan
memikirkannya sebagai suatu seri dari siklus yang berturut-turut, dengan setiap siklus mencakup
kemungkinan masukan balik informasi di dalam dan diantara siklus. Ebbutt mengakui bahwa
deskripsi penelitian tindakan ini tidak begitu rapih dibandingkan dengan para pendahulunya
dimana proses penelitian tindakan pendidikan yang ideal seperti digambarkan oleh Hopkins
(l993) sebagai berikut ;
Perencanaan tindakan
target,tugas,kritria dan

Keberhasilan.
implementasi Evaluasi

Menompang
komitmen

Cek kemajuan

Mengatasi
problem

Cek hasil

Perencanaan

kontruksi

Pengambilan
stock
Desain Model Hopkins

Setelah membaca desain model PTK yang dikembangkan oleh beberapa ahli,
silahkan kalian memilih desain model siapa yang akan dijadikan desain penelitian pada
proses pembelajaran. Semua desain model penelitian diatas dapat dikembangkan kembali
sesuai situasi dan kondisi sekolah yang akan dijadikan objek penelitian.
BAB III
MEMBEDAKAN MODEL-MODEL PTK
A. Definisi Model
Menurut Wina Sanjaya (2009:48) model yaitu abstraksi atau representasi suatu peristiwa
yang kompleks dari suatu sistem dalam bentuk naratif,matematis,grafis dan lambang.
B. Definisi penelitian tindakan kelas
Sedangkan penelitian tindakan kelas kardi (2000) yaitu penelitian yang dilakukan oleh
guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,dengan tujuan unuk memperbaiki
kinerja sebagai guru sehingga hasil belajar menjadi meningkat.
Terdapat 3 tujuan penelitian tindakan kelas yaitu :
1.penelitian tindakan kelas diarahkan untuk memperbaiki kinerja guru.
2.menumbuhkan sikap professional guru,dan
3.peningkatan situasi tempat praktik langsung.
Ragam Model Penelitian tindakan kelas yaitu :
1.    Model Kurt Lewin
Penelitian tindakan kelas pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang menyatakan
bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:
a.       Perencanaan (planning)
b.      Aksi atau tindakan (acting)
c.       Observasi (observing)
d.      Refleksi (reflecting)
Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin
tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi sebagai berikut:
a.       Perencanaan (planning)
b.      Pelaksanaan (implementing)
c.       Penelitian (evaluating)[7]
Berdasarkan langkah-langkah diatas, selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi
beberapa siklus, yang akhirnya menjadi kumpulan dari beberapa siklus.
2.      Model Kemmis dan Mc Taggart
Inti konsep yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin seperti yang sudah dikemukakan itulah
yang selanjutnya dikembangkan oleh para ahli PTK yang hadir kemudian, seperti Stephen
Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliott, dan Dave Ebbutt.
Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart pada tahun
1988. Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart tampak masih
begitu dekat dengan model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena dalam satu siklus atau
putaran terdiri dari empat komponen seperti halnya  model Kurt Lewin. Keempat komponen
tersebut meliputi: perencanaan (planning), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing),
refleksi (reflecting) dalam suatu sistem spiral yang saling terkait antara langkah satu dengan
langkah berikutnya.
Sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya setelah refleksi, kemudian
diikuti dengan adanya perencanan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.
Demikian seterusnya, atau dengan beberapa kali siklus.
3.      Model John Elliot
Model ini dikembangkan oleh Elliot dan Edelman. Mereka mengembangkan dari model
Kemmis, yang dibuat dengan lebih rinci pada setiap tingkatannya. Pengembangan secara rinci ini
bertujuan agar lebih memudahkan peneliti dalam melakukan tindakan penelitian. Proses yang
telah dilaksanakan dalam semua tingkatan tersebut, kemudian digunakan untuk menyusun
laporan penelitian.
Dalam penelitian tindakan model Elliot ini, setelah ditemukan ide dan permasalahan yang
menyangkut upaya peningkatan di kelas secara praktis, kemudian dilakukan
tahapan reconaissance (peninjauan) ke lapangan. Tujuan peninjauan adalah untuk melakukan
semacam studi kelayakan guna menyamakan ide utama dan permasalahan yang sesuai dengan
kondisi lapangan, sehingga diperoleh perencanaan tindakan yang lebih efektif, selain juga
dibutuhkan oleh subyek atau siswa yang diteliti.
Seteleh diperoleh perencanaan yang baik dan sesuai dengan keadaan lapangan,
selanjutnya tindakan yang terencana dan sistematis dapat diberikan kepada subyek. Di akhir
tindakan, peneliti melakukan kegiatan monitoring yang difokuskan pada efek tindakan berupa
faktor-faktor yang memungkinkan keberhasilan dan juga macam-macam hambatan disertai
analisis penyebabnya.
Atas dasar hasil monitoring tersebut, peneliti kemudian dapat menggunakannya sebagai
bahan perbaikan yang dapat diterapkan pada langkah tindakan kedua dan seterusnya. Hingga
diperoleh informasi atau kesimpulan, tentang apakah tujuan telah tercapai dan permasalahan
yang dirumuskan dapat dipecahkan.
4.      Model Dave Ebbutt
Setelah Dave Ebbut mempelajari model PTK yang dikemukakan para ahli PTK
sebelumnya, dia berpendapat bahwa model PTK yang diperkenalkan John Elliot, Kemmis dan
Mc Taggart sudah cukup bagus. Pada dasarnya, Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan yang
diutarakan Kemmis dan Elliot tetapi tidak setuju mengenai beberapa interpretasi Elliot mengenai
karya Kemmis. Ebbutt menyatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc
Taggart bukan merupakan cara yang terbaik untuk menggambarkan proses aksi refleksi.[11]
Karena Dave Ebbutt tidak puas dengan adanya model-model PTK yang hadir sebelumnya
, kemudian ia memperkenalkan model PTK yang disusunnya. Model ini terdiri dari tiga
tingkatan atau daur. Pada tingkat pertama, ide awal dikembangkan menjadi langkah tindakan
pertama, kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor implementasi pengaruhnya terhadap
subyek yang diteliti. Semua akibatnya dicatat secara sistematis termasuk keberhasilan dan
kegagalan yang terjadi. Catatan monitoring tersebut digunakan sebagai bahan revisi rencana
umum tahap kedua.
Pada tingkat kedua ini, rencana umum hasil revisi dibuat langkah tindakannya,
dilaksanakan, monitoring efek tindakan yang terjadi pada subyek yang diteliti, dokumentasikan
efek tindakan tersebut secara detail dan digunakan sebagai bahan untuk masuk ke tingkat  ketiga.
Pada tingkatan ini, tindakan seperti yang dilakukan pada tingkat sebelumya, dilakukan,
didokumentasi efek tindakan, kemudian kembali ke tujuan umum penelitian tindakan kelas untuk
mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapat terpecahkan dan tujuan dapat
dicapai.

BAB IV
MENELAAAH TAHAPAN PELAKSANAAN PTK
1 . PERENCANAAN PTK
Perencanaan dalam setiap siklus disusun melalui pembelajaran utk perbaikan pembelajaran.
Dengan demikian dalam perencanaan bukan hanya berisi tentang tujuan dan kompetensi yang
harus dicapai akan tetapi juga harus lebih ditonjolkan perlakuan khususnya guru dalam proses
pembelajaran. Ini berarti perencanaan disusun oleh peneliti yakni perencanaan awal dan lanjutan.
Perencanaan awal diturunkan dari berbagai asumsi perbaikan hasil dari kajian studi
pendahuluan,sedangkan perencanaan lanjutan dengan berdasarkan hasil refleksi setelah peneliti
mempelajari berbagai kelemahan yang harus diperbaiki.

2 . melaksanakan tindakan yaitu perlakuan yang dilaksanakan guru berasarkan perencanaan yang
telah disusun.

3 . observasi atau pemantauan


Dilakukan utk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru
sesuai dengan tindakan yang disusun.

4 . Refleksi
Yaitu aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan. Dilakukan
dengan observer yang biasanya dilakukan oleh teman sejawat atau mitra dari LPTK. Dari
hasilnya guru dpt mencatat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan
dasar dalam penyusunan rencana ulang.

BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari desain yang dilukiskan di atas tampak bahwa penelitian kelas merupakan proses
perbaikan secara terus menerus dari suatu tindakan yang masih mengandung kelemahan
sebagaimana hasil refleksi menuju ke arah yang semakin sempurna.
Untuk mengatasi suatu masalah,mungkin diperlukan lebih dari satu siklus.Siklus siklus
tersebut saling terkait dan berkelanjutan.Siklus kedua dilakukan apa bila masih ada hal hal yang
kurang berhasil pada siklus pertama.Siklus ketiga dilakukan karena siklus kedua belum
mengatasi masalah,begitu juga siklus siklus berikutnya.
Ada  beberapa model atau design yang dapat diterapkan. Design-design tersebut
diantaranya Model Kurt Lewin, Model Kemmis  Mc Taggart, Model John Elliot, Model Jhon
Elliot, Model Hopkins, dan Model McKernan.

DAFTAR
PUSTAKA

Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya, 2006.


Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.
Ghony, Djunaidy. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN-Malang Press, 2008.
Sukardi. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai