Anda di halaman 1dari 36

MODEL DAN PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Mata Kuliah : Penelitian Tindakan Kelas


Dosen Pengampu : Dra. Siti Rohmi Y, M.Pd

KELOMPOK 1

1. Navy Revina Marini (NIM. 1107617181)


2. Juliandari Nur Fajri (NIM. 1107617183)
3. Leo Erlangga (NIM. 1107617185)
4. Faizah Sukoco (NIM. 1107617190)
5. Intan Wibianto Putri (NIM. 1107617203)
6. Anisa Asnawati (NIM. 1107617207)
7. Anisah (NIM. 1107617246)

KELAS F – 2017
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan Karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model dan Prosedur Penelitian
Tindakan Kelas” Adapun makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas dalam mata
kuliah "Penelitian Tindakan Kelas"

Kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak-pihak yang telah


berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran dan
tenaganya dalam pembuatan makalah ini

Kami menyadari penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena
itu, semua bentuk perbaikan, saran, kritik, masukan dari teman – teman mahasiswa dan
terutama dari dosen sangat kami hargai untuk peningkatan kualitas tulisan di kemudian
hari. Akhir kata, harapan besar kami adalah semoga makalah ini membawa manfaat
bagi kita semua.

Jakarta , 10 Maret 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN 5
A. Model Kurt Lewin Beserta Prosedurnya 5

D. Model Riel Beserta Prosedurnya 7

E. Model Kemmis dan Taggart Beserta Prosedurnya 11

F. Model DDAER Beserta Prosedurnya 15

G. Model John Elliot Beserta Prosedurnya 23

H. Model Dave Ebbutt Beserta Prosedurnya 24

I. Model Hopkins Beserta Prosedurnya 26

J. Model MC Kernan Beserta Prosedurnya 26

K. Model Cohen dkk Beserta Prosedurnya 28

BAB III PENUTUP 32


A. Kesimpulan 32

L. Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru memainkan peranan dalam menentukan pencapaian keberhasilan


proses pembelajaran dan pendidikan di sekolah. Guru menduduki posisi sentral
dalam menyukseskan keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Peserta didik
hanya bisa belajar jika tersedia lingkungan belajar yang kondusif dan gurulah yang
mempersiapkan semuanya. Berkenaan dengan peran guru, Brown (2000)
menyatakan bahwa guru bertugas membimbing dan memfasi-litasi peserta didik
dalam belajar. Untuk dapat menjalankan peranannya dengan baik, setiap guru
dituntut memiliki kemampuan sebagai seorang profesional dibidangnya.

Guru-guru yang profesional adalah guru-guru yang mampu mengantarkan


peserta didik untuk akses ke zona keberhasilan dalam belajar. Dalam kaitannya
dengan peranan guru sebagai profil sentral dalam proses pembelajaran, upaya
peningkatan profesionalisme guru merupakan hal penting yang tidak bisa di tawar-
tawar lagi. Banyak cara atau strategi yang bisa digunakan untuk meningkatkan
profesionalisme guru. Salah satu diantaranya yang akhir-akhir ini berkembang pesat
adalah melalui penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research.

Untuk melakukan Penelitian Tindak Kelas (PTK), terlebih dahulu di


kemukakan model-model atau desain-desain penelitian tindakan yang selama ini
digunakan. Hal ini dimaksudkan agar wawasan kita menjadi lebih luas dan dengan
mengetahui berbagai design model penelitian tindakan kelas, design yang
dikebangkan akan menjadi lebih jelas dan terarah. Pada prinsipnya diterapkan PTK
dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahan yang terdapat didalam kelas.
Ada beberapa model atau design yang dapat diterapkan. Design-design tersebut
diantaranya : Model Kurt Lewin, Model Riel, Model Kemmis dan Taggart, Model
DDAER, Model Jhon Elliot, Model Dave Ebbutt, Model Hopkins, Model MC Kernan,
dan Model Cohen.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan model Kurt Lewin dan bagaimana prosedur
penelitiannya?
2. Apa yang di maksud dengan model Riel dan bagaimana prosedur
penelitiannya?
3. Apa yang di maksud dengan model Kemmis dan Taggart dan bagaimana
prosedur penelitiannya?
4. Apa yang di maksud dengan model DDAER dan bagaimana prosedur
penelitiannya?
5. Apa yang di maksud dengan model Jhon Elliot dan bagaimana prosedur
penelitiannya?
6. Apa yang di maksud dengan model Dave Ebbutt dan bagaimana prosedur
penelitiannya?
7. Apa yang di maksud dengan model Kurt Hopkins dan bagaimana prosedur
penelitiannya?
8. Apa yang di maksud dengan model Mc Kernan dan bagaimana prosedur
penelitiannya?
9. Apa yang di maksud dengan model Cohen dan bagaimana prosedur
penelitiannya?

C. Tujuan

untuk mengetahui definisi dan prosedur dari Model Kurt Lewin, Model Riel,
Model Kemmis dan Taggart, Model DDAER, Model Jhon Elliot, Model Dave Ebbutt,
Model Hopkins, Model MC Kernan, dan Model Cohen.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Kurt Lewin Beserta Prosedurnya

Lewin mengembangkan model action research dalam sebuah sistem yang terdiri
dari subsistem input, transformation dan output. Pada tahap input dilakukan
diagnosis permasalahan awal yang tampak pada individu atau kelompok siswa. Data
identifikasi masalah dikumpulkan berdasarkan umpan balik hasil evaluasi kinerja
sehari-hari. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan sebelum menetapkan
tindakan penelitian atau menyusun proposal. Dengan demikian, orang yang paling
memahami masalah yang dihadapi subjek penelitian dan cara mengatasinya adalah
peneliti itu sendiri.

5
Pada tahap transformation, dilaksanakan tindakan yang telah dirancang. Apabila
penelitian tindakan diterapkan di kelas, maka pelaksanaan tindakan diintegrasikan
pada proses pembelajaran. Perubahan perilaku yang diharapkan diobservasi selama
pelaksanaan tindakan. Apabila perilaku yang diharapkan tidak tercapai, maka peneliti
dapat mengulangi proses yang terjadi pada input yaitu mengidentifikasi masalah dan
merencanakan tindakan baru yang sesuai untuk mengatasi masalah (Feedback
Loop A). Sebaliknya, apabila terjadi perubahan perilaku yang diinginkan, pada tahap
berikutnya dilakukan pengukuran hasil (melalui tes/ujian) untuk mengetahui
kemajuan yang sudah dicapai. Hasil pengukuran ini kemudian dievaluasi untuk
memutuskan perlu atau tidak perlu tindakan perbaikan berikutnya menggunakan
rencana baru (feedback loop C) atau memperbaiki tindakan yang sudah
direncanakan (feedback loop B).

Model Lewin tersebut dapat pula dikembangkan berbentuk spiral, seperti dibawah
ini :

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan penelitian


tindakan dimungkinkan munculnya problem. Kebutuhan tindakan baru mendukung
tercapainya hasil yang lebih baik. Misalnya dalam upaya peningkatan dan

6
pengembangan kecerdasan emosional dan religius pada anak usia dini diperlukan
tindakan-tindakan konkret oleh pihak guru. Untuk maksud ini penelitian mengajak
guru-guru SD (SD lokasi penelitian) duduk bersama kembali merancang tindakan
efektif yang dapat dilakukan guru dan apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik.
Dengan langkah ini akan dapat dicapai kemitraan penelitian yang
sesungguhsungguhnya bermanfaat bagi guru serta peneliti sendiri dalam
pengembangan model penelitian tindakan.

B. Model Riel Beserta Prosedurnya

Menurut Riel’s (2010 hlm. 1) dalam Dadang & Narsim (2015, hlm. 21)
“progressive problem solving through action research model takes the participant
through four steps in each cycle: planning, taking action, collecting evidence, and
reflecting”, artinya model pemecahan masalah progresif melalui penelitian tindakan
terdiri dari empat tahapan yaitu: (a) perencanaan (planning), (b) mengambil tindakan
(taking action), (c) mengumpulkan bukti (collecting evidence) dan refleksi (reflecting).
Riel mengemukakan bahwa untuk mengatasi masalah diperlukan studi dan
perencanaan. Masalah ditentukan berdasarkan pengalaman empiris yang ditemukan
sehari-hari. Setelah masalah teridentifikasi kemudian direncanakan tindakan yang
sesuai untuk mengatasi permasalahan dan mampu dilakukan oleh peneliti.
Perangkat pendukung tindakan (media, RPP) disiapkan pada tahap perencanaan.
Tahap berikutnya pelaksanaan tindakan, kemudian mengumpulkan data/informasi
dan menganalisis. Hasil evaluasi kemudian dianalisis, dievaluasi dan ditanggapi.
Kegiatan dilakukan sampai masalah bisa diatasi (Endang Mulyatiningsih, 2011:70).
Berikut adalah ilustrasi dari model penelitian kelas siklus Riel:

7
Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Spiral Menurut Riel (2007)
(Sumber: Riel M. 2007. Understanding Action Research.
Pepperdine University: Center for Collaborative Action Research.
http://cadres.pepperdine.edu/ccar/define.html)

Berikut adalah deskripsi dari prosedur penelitian tindakan kelas siklus Riel:

1. Perencanaan (planning)
Pada tahap pertama ini peneliti harus menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan dilakukan. Kegiatan-kegiatan
pada tahap perencanaan adalah penentuan titik atau fokus peristiwa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, membuat skenario, kemudian
pembuatan instrumen observasi berupa lembar observasi untuk merekam fakta
selama berlangsungnya tindakan, dan mendesain alat evaluasi.
Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan
sebagai berikut.
a. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa
rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai
alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling
menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.

8
b. Mentukan cara yang tepat untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan
indikator-indikator keberhasilan serta instrumen pengumpul data yang dapat
dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.
c. Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup;
(a) Bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya; (b) Merancang strategi dan
skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c)
Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.

2. Pelaksanaan (acting)
Tahap ini adalah waktu untuk melaksanakan isi perencanaan yaitu
melaksanakan tindakan di kelas. Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario
pembelajaran diterapkan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar
tampak berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan
umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut
dibutuhkan untuk dapat menyesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata
pelajaran tertentu. Berikut disajikan contoh aspek-aspek rencana (skenario) tindakan
yang akan dilakukan pada satu PTK.
1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk
pokok bahasan : A, B, C, dan D.
2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih
ketua, sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk
kelompok dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan.
3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok
bekerja/ belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam OHP untuk
persiapan presentasi.
4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil
kerjanya dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil
kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.
5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar OHP hasil kerja
kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan
sebelum (pretes) dan setelah (postes) tindakan dilaksanakan.

9
Menurut Arikunto (2010) dalam Dadang & Narsim (2015, hlm. 25) juga
memaparkan secara rinci hal-hal yang harus diperhatikan guru antara lain: (a)
apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, (b) apakah
proses tindakan dilakukan pada siswa cukup lancar, (c) bagaimanakah situasi proses
tindakan, (d) apakah siswa-siswa melaksanakan dengan bersemangat, dan (e)
bagaimana hasil keseluruhan dari tindakan itu.
Saat menyusun laporan penelitian, peneliti tidak lagi melaporkan perencanaan,
melainkan langsung pada pelaksanaan. Oleh sebab itu bentuk dan isi laporan harus
sudah dapat menggambarkan semua kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan
sampai dengan penyelesaian.

3. Pengamatan (observing)
Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan
(Arikunto, 2010) dalam Dadang & Narsim (2015, hlm. 25). Kegiatan ini merupakan
realisasi dari lembar observasi yang telah dibuat pada saat tahap perencanaan.
Artinya bahwa setiap pengamatan wajib menyertakan lembar observasi sebagai bukti
otentik.
Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksanaan
tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila ia
bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal
yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian
yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan
skenario tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil
belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil
kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang
menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan
lain-lain.

10
Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar
observasi; dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara
obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa
selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk
lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data seperti: (a) skor
tes essai; (b) skor kualitas (kualitatif) pelaksanaan diskusi dan jumlah pertanyaan
dan jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran; serta (c) hasil observasi dan
catatan lapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa.
Berdasarkan data-data yang akan dikumpulkan seperti di atas, maka akan
dipakai instrumen; (a) soal tes yang berbentuk essai; (b) pedoman dan kriteria
penilaian/skoring baik dari tes essai maupun untuk pertanyaan dari jawaban lisan
selama diskusi; (c) lembar observasi guna memperoleh data aktivitas diskusi yang
diskor dengan rubrik; dan (d) catatan lapangan.
Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya.
Berbagai teknik dapat dilakukan untuk tujuan ini, misalnya teknik triangulasi dengan
cara membandingkan data yang diperoleh dengan data lain, atau kriteria tertentu
yang telah baku, dan lain sebagainya. Data yang telah terkumpul memerlukan
analisis lebih lanjut untuk mempermudah penggunaan maupun dalam penarikan
kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik analisis statistika dapat digunakan.

4. Refleksi (reflecting)
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan
evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK
mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan
yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan
ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi
dapat teratasi.

11
C. Model Kemmis dan Taggart Beserta Prosedurnya
Model Kemmis dan Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar
yang diperkenalkan Kurt Lewin yang kemudian disesuaikan dengan beberapa
pertimbangan, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan
karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu
yang sama. Pakar ini secara ekslusif menerapkan buah pikirannya pada bidang
pendidikan. Pada tahun 1986 bersama dengan Wilf Carr menggalakkan istilan
“Penelitian Tindakan pendidikan”. Dalam perencanaannya, Kemmis menggunakan
sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), refleksi (reflecting), dan perencanaan kembali yang
merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan.
Komponen – komponen penelitian pada model Kemmis dan Mc Taggart merupakan
satu siklus tindakan yang dilaksanakan dalam satu kali pembelajaran.

Tahap atau Langkah-langkah Prosedur Model Kemmis dan Mc Taggart (1998) :

Menurut model Kemmis dan Mc Taggart dalam Arikunto (2006:97), alur


penelitian itu terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Sehingga penelitian ini merupakan proses siklus spiral,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan untuk modifikasi
perencanaan dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti terlibat secara langsung di
dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa
laporan (PTK partisipan). Pada hakekatnya langkah-langkah PTK model Kemmis dan
Taggart berupa siklus dengan setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu
perencanaan, pelaksanaan (tindakan), pengamatan (observasi), dan refleksi yang
dipandang sebagai satu siklus. 
Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rancangan dan menetukan focus
permasalahan kemudian membuat instrument pengamatan untuk merekam fakta
yang terjadi selama tindakan berlangsung. Tahap selanjutnya pelaksanaan tindakan
yang merupakan implementasi isi rancangan sekaligus tahap observasi atau
pengamatan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Untuk tahap

12
akhir diadakan refelksi terhadap implementasi tindakan yang telah dilaksanakan.
Keempat tahapan dalam penelitian tersebut adalah unsure untuk membuat siklus.
Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran
kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Untuk lebih jelasnya perhatikan siklus penelitian tindakan model Kemmis dan
Mc. Taggart berikut :

Penjelasan langkah- langkah prosedur model Kemmis dan Mc Taggart dari tahapan
diatas :
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, sebelum mengadakan penelitian. Peneliti menyusun rumusan
masalah, tujuan dan menyusun rancangan dari setiap siklus persiklus, setiap
siklus direncancanakan secara matang, dari segi kegiatan, waktu, tenaga,
material, dan dana. Hal-hal yang direncanakan diantaranya terkait dengan
pembuatan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), menentukan tujuan
pembelajaran, menyiapkan materi misal tentang materi (uang), menyiapkan
metode misal (metode make a match untuk memperlancar proses pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial kelas III), membuat lembar observasi untuk melihat
bagaimana kondisi belajar mengajar ketika metode tersebut diterapkan, serta

13
mempersiakan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai
proses dan hasil tindakan.

2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaaan dimaksudkan adalah melaksanakan, sesuai dengan
rancangan pembelajaran yang telah dibuat. Rencana tindakan dalam proses
pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
b. Mengadakan tes awal (pre test)
c. Pada akhir pembelajaran dilakukan evaluasi (soal sesuai dengan kemampuan
dasar yang terdapat direncana pembelajaran).
d. Melakukan analisis data.

3. Tahap Pengamatan
Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh peneliti sendiri. Pada saat melakukan
pengamatan yang diamati adalah perilaku siswa di dalam kelas, mengamati apa
yang terjadi di dalam proses pembelajaran, mencatat hal-hal atau pristiwa yang
terjadi di dalam kelas.

4. Tahap Refleksi
Tahap ini merupakan tahapan dimana peneliti melakukan instropeksi diri terhadap
tindakan pembelajaran dan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian refleksi
dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi.
Berdasarkan Refleksi inilah suatu perbaikan tindakan selanjutnya ditentukan.
Kegiatan dalam tahap ini adalah:
a. Menganalisis hasil pekerjaan siswa
b. Menganalisa hasil wawancara
c. Menganalisa lembar observasi siswa
d. menganalisa lembar observasi peneliti

14
Hasil analisa tersebut, peneliti melakukan refleksi yang akan digunakan sebagai
bahan pertimbangan apakah kriteria yang telah ditetapkan tercapai apa belum.
Jika sudah tercapai dan telah berhasil pada siklus tindakan tersebut, maka peneliti
mengulang siklus tindakan dengan memperbaiki kinerja pembelajaran pada
tindakan berikutnya sampai berhasil sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

5. Rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi pengamat membuat rencana


yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Siklus dalam tiap tindakan dapat berlangsung dalam satu siklus atau lebih.
Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus sangat bergantung pada
permasalahan yang perlu diselesaikan.

D. Model DDAER Beserta Prosedurnya

Model DDAER (diagnosis, design, action and observation, evaluation,


reflection) merupakan pengembangan dari Model Lewin, Model Riel, dan Model
Kemmis dan Taggart yang lazim digunakan dalam pembelajaran. Prosedur PTK
akan lebih lengkap apabila diawali dengan kegiatan diagnosis masalah dan
dilengkapi dengan evaluasi sebelum melakukan refleksi. Desain lengkap PTK
tersebut disingkat menjadi model DDAER (diagnosis, design, action and observation,
evaluation, reflection) dapat disimak pada gambar berikut.

15
Dalam model tersebut, penelitian tindakan dimulai dari diagnosis masalah
sebelum tindakan dipilih. Secara implisit, diagnosis masalah ini ditulis dalam latar
belakang masalah. Setelah masalah didiagnosis, peneliti mengidentifikasi tindakan
dan memilih salah satu tindakan yang layak untuk mengatasi masalah. Prosedur
penelitian berikutnya hampir sama dengan prosedur pada model PTK yang lain, yaitu
terdiri atas tahap diagnosis masalah – perancangan – tindakan – observasi –
interpretasi – analisis data – evaluasi dan refleksi. Untuk mengetahui lebih rinci
tentang desain lengkap dan prosedur PTK model DDAER dapat dilihat pada diagram
alur yang telah dikembangkan oleh penulis sebagai berikut :

Keterangan gambar :
A : masalah tidak terselesaikan namun terjadi peningkatan persentase indikator
penelitian.
B : masalah belum terselesaikan namun terjadi peningkatan persentase indikator
penelitian.
C : masalah terselesaikan dan indikator penelitian telah terpenuhi.
Berdasarkan gambar desain PTK di atas dapat diuraikan prosedur penelitian
yang akan dilakukan pada penelitian ini. Adapun prosedur tersebut adalah :

16
1. Diagnosis Masalah
Diagnosis masalah dilakukan paling awal, yaitu pada saat peneliti/ guru
melakukan pekerjaan sehari-hari. Peneliti mengamati komponen pembelajaran
yang belum optimal sehingga masih memungkinkan untuk diperbaiki lagi. Adapun
diagnosis masalah yang terjadi pada penelitian ini antara lain : dalam penyampaian
materi guru masih menggunakan metode ceramah yang menjadikan guru sebagai
pusat kegiatan belajar mengajar (teacher centered), masih rendahnya prestasi
belajar siswa, masih rendahnya tingkat partisipasi dan keaktifan siswa serta
rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi.

2. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti pembuatan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan, menyiapkan
metode, alat dan sumber pembelajaran serta merencanakan pula langkah-langkah
dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan. Dalam tahap ini ditetapkan seluruh rencana tindakan yang akan
dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran, perbaikan ini dilakukan dengan
menerapkan pembelajaran aktif metode demonstrasi berbasis discussion process.
Adapun langkah-langkah perencanaannya yaitu:
a. Permohonan izin kepada kepala sekolah dan guru wali kelas.
b. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
c. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar
mengajar yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
silabus.
d. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
e. Memilih bahan pelajaran yang akan dicapai.
f. Menentukan skenario pembelajaran dengan metode demonstrasi berbasis
discussion process :
1) Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok (tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa)
dengan karakteristik yang heterogen.
2) Guru mengkondisikan siswa supaya terkondisi dalam penyampaian materi.

17
3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran yang
mengacu pada metode demonstrasi berbasis discussion process dengan
memanfaatkan hand out yang telah dibagikan oleh guru.
4) Guru bersama siswa melakukan studi. Pada tahap ini guru memberikan
materi dengan melakukan demonstrasi secara langsung pada objek sesuai
dengan materi yang diajarkan. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat
melihat secara langsung bagian-bagian, cara kerja, dan pengoperasiannya.
5) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan apa yang telah
didemonstrasikan oleh guru.
6) Siswa diberi kesempatan untuk mencoba berapresasi diri dalam
demonstrasi berbasis discussion process dengan cara mencoba apa yang
telah dipelajari. Hal ini dapat terjadi karena pada proses demonstrasi akan
terjadi stimulant-stimulan yang akan merangsang siswa untuk mencoba
mempraktekkan apa yang telah dilihatnya.
7) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan diskusi dan menemukan
pemecahan masalah sehingga siswa terpacu untuk lebih aktif bertanya
maupun menjawab pertanyaan saat proses diskusi.
8) Siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah
mereka lakukan sebelumnya dengan melakukan demonstrasi. Siswa yang
tidak melakukan presentasi diwajibkan untuk memperhatikan secara
seksama dan memberikan pertanyaan kepada siswa yang melakukan
presentasi dan siswa yang melakukan presentasi menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh siswa yang lain maupun pertanyaan dari guru.
9) Setelah diadakan diskusi bersama / kelompok, guru melakukan evaluasi
kepada para siswa dengan melaksanakan tes formatif dengan sistem buku
tertutup.
Alur skenario pembelajaran demonstrasi berbasis discussion process secara lebih
jelas dapat dilihat pada bagan dibawah ini dengan contoh konsep pecahan
menggunakan media blok pecahan:

18
Media ajar power point dan hand out.
a. Blok pecahan yang digunakan untuk proses demonstrasi.
b. Bahan diskusi.
c. Soal tes formatif.
d. Mengembangkan format evaluasi.
e. Mengembangkan format observasi pembelajaran.
f. Melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran.

3. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada
perencanaan yang telah dibuat :
a. Tahap awal pembelajaran
1) Guru memimpin doa lalu mengucapkan salam.
2) Guru mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran.
3) Guru mengecek kehadiran siswa (presensi).
4) Guru melakukan apersepsi wacana materi pembelajaran.

19
b. Tahap inti pembelajaran
1) Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok (tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa)
dengan karakteristik yang heterogen.
2) Guru mengkondisikan siswa supaya terkondisi dalam penyampaian materi.
Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran yang
mengacu pada metode demontrasi berbasis discussion process dengan
memanfaatkan hand out yang telah dibagikan oleh guru.
3) Guru bersama siswa melakukan studi. Pada tahap ini guru memberikan
materi dengan melakukan demontrasi secara langsung pada blok pecahan
sesuai dengan materi yang diajarkan. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat
melihat secara langsung cara kerja dan pengoperasian pecahan
menggunakan blok pecahan.
4) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan apa yang telah
didemonstrasikan oleh guru.
5) Siswa diberi kesempatan untuk mencoba berapresiasi diri dalam
demonstrasi berbasis discussion process dengan cara mencoba apa yang
telah dipelajari. Hal ini dapat terjadi karena pada proses demonstrasi akan
terjadi stimulan-stimulan yang akan merangsang siswa untuk mencoba
mempraktekkan apa yang telah dicobanya.
6) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan diskusi dan menemukan
pemecahan masalah sehingga siswa terpacu untuk lebih aktif bertanya
maupun menjawab pertanyaan saat proses diskusi.
7) Siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah
mereka lakukan sebelumnya dengan melakukan demonstrasi pada blok
pecahana.
8) Siswa yang tidak melakukan presentasi diwajibkan untuk memperhatikan
secara seksama dan memberikan pertanyaan kepada siswa yang melakukan
presentasi menjawab pertanyaan yang diberikan oleh siswa yang lain
maupun pertanyaan dari guru.

20
9) Setelah diadakan diskusi bersama / kelompok, guru melakukan evaluasi
kepada para siswa dengan melaksanakan tes formatif dengan sistem buku
tertutup.
c. Tahap akhir pembelajaran
1) Guru dan siswa menyimpulkan materi dengan diskusi pada materi yang telah
dipelajari.
2) Melakukan pembandingan hasil pada siswa.
3) Guru melakukan refleksi, kesimpulan, evaluasi, dan tindak lanjut.

4. Observasi (Pengamatan/Pengumpulan Data)


Tahap observasi merupakan rangkaian dan proses pelaksanaan tindakan karena
dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini terdiri
dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas siswa pada saat
pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti yaitu
dengan mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran dari awal sampai akhir. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa sudah sesuai dengan
apa yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak. Sehingga hasil observasi
dapat diperbaiki pada siklus berikutnya sehingga nantinya akan didapatkan
peningkatan hasil observasi.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penemuan. Penyediaan data dan informasi untuk
menetapkan keputusan yang rasional dan objektif. Evaluasi digunakan untuk
mengklasifikasikan aspek yang dievaluasi (bias berupa objek atau situasi) menurut
indikator kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya.

6. Refeksi
Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat observasi
oleh peneliti, praktikan dan pembimbing. Refleksi berguna untuk memberikan
makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan. Hasil refleksi
yang ada dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan

21
dalam siklus selanjutnya yang berkelanjutan sampai pembelajaran dinyatakan
berhasil. Peneliti akan melakukan refleksi di akhir pembelajaran dengan
merenungkan kembali secara intensif kejadian atau peristiwa yang menyebabkan
sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. Refleksi merupakan bagian yang
sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan
hasil pembelajaran yang terjadi dan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Mengecek kelengkapan data pengumpulan yang terjaring selama proses
tindakan.
b. Mendiskusikan dan mengumpulkan data antara guru dan peneliti yang berupa
hasil nilai siswa, hasil pengamatan, catatan lapangan, dan lain-lain.
c. Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam skenario
pembelajaran dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam tindakan
sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan pada
siklus sekarang untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus
selanjutnya.

Setelah dilakukan refleksi maka nantinya akan didapatkan suatu hasil. Dari
hasil tersebut nantinya akan digunakan sebagai acuan selanjutnya dalam
menentukan tindakan selanjutnya. Adapun pertimbangan dalam tindakan tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Jika dalam serangkaian proses (siklus) tersebut tidak terdapat peningkatan
apapun atau justru malah mengalami penurunan maka siklus tersebut
dinyatakan gagal. Tindakan selanjutnya adalah mengikuti alur “A” pada bagan.
Yaitu penelitian dimulai lagi dari awal pertama mendiagnosis permasalahan dan
mencari kekurangan-kekurangan dari metode pembelajaran yang diterapkan
dan nantinya dapat dilakukan tindakan perbaikan metode, maupun perubahan
penerapan metode pembelajarannya.
b. Jika dalam serangkaian proses (siklus) tersebut belum tercapai indikator yang
diharapkan namun sudah terjadi peningkatan dibandingkan keadaan
sebelumnya, maka tindakan selanjutnya adalah mengikuti alur “B”. Pada alur
“B” peneliti hanya memberikan pembenahan pada metode yang diterapkan dan

22
tidak perlu dilakukan penggantian. Pembenahan-pembenahan yang dilakukan
didasarkan pada kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya.
c. Jika permasalahan sudah terselesaikan dan semua indikator sudah tercapai,
maka pembelajaran tersebut sudah dikatakan berhasil, dan penelitian dapat
dinyatakan selesai.

E. Model John Elliot Beserta Prosedurnya

Menurut Elliot tentang model PTK yang diajukan oleh Lewin bahwa apapun
masalah yang akan diangkat dalam penelitian hendaknya tetap berada dalam lingkup
permasalahan yang dihadapi oleh guru didalam pelaksanaan pembelajaran sehari-
hari di kelas dan itu merupakan sesuatu yang ingin diperbaiki atau diubah.
Penafsiran Elliot terhadap model PTK yang dikembangkan oleh Lewin, bahwa
kegiatan awal dalam bentuk identifikasi masalah pada hakikatnya adalah pernyataan
yang menghubungkan gagasan dengan ide dengan tindakan. Sedangkan penafsiran
Elliot pada bagian Reconnaissance adalah pemahaman tentang situasi kelas yang
ingin diubah atau diperbaiki.

23
Dari bagan di atas (tafsiran Elliot) dibandingkan dengan bagan PTK oleh
Lewin yang ditafsirkan sama Lewis ada perbedaan mendasar, tetapi pada dasarnya
tetap membentuk sebuah kegiatan berulang (siklus).

F. Model Dave Ebbutt Beserta Prosedurnya

Dilihat dari nama model penilitian tindakan kelas ini, model ini dikembangkan
oleh Dave Ebbutt. Model ini terinspirasi oleh hasil pemikiran model penilitian kelas
menurut Kemmis dan Elliot. Dalam pengembangannya, Ebbutt kurang sependapat
dengan interpretasi Elliot tentang karya Kemmis. Ketidaksependapatan Ebbutt (1983)
disebabkan karena Kemmis menyamakan penelitiannya dengan hanya temuan fakta.
Sedangkan kenyataannya, Kemmis dengan jelas menunjukan bahwa penelitian
terdiri atas diskusi, negosiasi, menyelidiki dan menelaah kendala-kendala yang ada.
Jadi sudah jelas ada elemen-elemen analisisnya dalam model Kemmis.

Selanjutnya, Ebbut berpendapat bahwa langkah-langkah yang dikembangkan


oleh Kemmis (“Spiral Kemmis”) bukanlah yang paling baik untuk mendeskripsikan
adanya proses tindakan dan refleksi. Memang pada kenyataannya, Ebbutt sangat
memperhatikan alur logika penelitian tindakan dan beliau juga berusaha
memperlihatkan adanya perbedaan antara teori sistem dan membuat sistem-sistem
tersebut ke dalam bentuk kegiatan operasional. Secara rinci alur penelitian tindakan
kelas Ebbutt ditunjukan pada gambar berikut.

24
Model Dave Ebbutt, mempunyai langkah yang berbeda dengan model yang
lain, yakni: gagasan umum menelusuri kemungkinan gagasan atau pemikiran yang
tepat untuk dilaksanakan, rencana tindakan, monitoring (dari hasil monitoring
memerlukan perbaikan atau dilanjutkan pada tindakan berikutnya atau memilih salah
satu dari dua alternatif, dilanjutkan dengan tindakan 2 dan seterusnya).

Model ini menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian. Dimulai dengan


pemikiran awal penelitian yang berupa pemikiran tentang masalah yang dihadapi di
dalam kelas, penentuan fokus permasalahan berada pada bagian ini. Dari pemikiran
awal dilanjutkan dengan reconnaissance (pemantauan), pada bagian
reconnaissance ini Ebbutt berpendapat berbeda dengan penafsiran Elliot mengenai
reconnaissance-nya Kemmis, yang seakan-akan hanya berkaitan dengan penemuan
fakta saja (fact finding only). Padahal, menurut Ebbutt reconnaissance mencakup
kegiatan-kegiatan diskusi, negosiasi, menyelidiki kesempatan, mengakses
kemungkinan dan kendala atau mencakup secara keseluruhan analisis yang
dilakukan.

Berdasarkan pemikiran awal dan reconnaissance kemudian dilanjutkan


dengan menyusun perencanaan dan berturut-turut dengan kegiatan pelaksanaan
tindakan yang pertama, pengawasan dan pelaksanaan reconnaissance, dan
melanjutkan pelaksanaan tindakan kedua. Pada siklus yang digambarkan oleh
Ebbutt, dia memberikan pemikiran bahwa jika dalam pelaksanaan dan
reconnaissance setelah tindakan ada masalah mendasar yang dialami, maka perlu
perubahan perencanaan dan kembali melaksanakan bagian siklus tertentu yang
telah dijalani. Bahkan tidak menutup kemungkinan pada pelaksanaan pengawasan
dan reconnaissance dilakukan perubahan pemikiran yang mengakibatkan seorang
peneliti kembali mengevaluasi pemikiran awal dan fokus penelitian yang dijalankan.
Menurut Ebbutt, cara yang tepat untuk memahami proses penelitian tindakan ialah
dengan memikirkannya sebagai suatu seri dari siklus yang berturut-turut, dengan
setiap siklus mencakup kemungkinan masukan balik informasi di dalam dan di antara
siklus. Deskripsi ini mungkin tidak begitu rapih dibandingkan dengan membayangkan
proses itu sebagai spiral, atau dengan bagan representasi. Ebbutt percaya bahwa

25
proses penelitian tindakan pendidikan yang ideal adalah seperti yang
digambarkannya di atas.

G. Model Hopkins Beserta Prosedurnya

Desain ini berpijak pada desain model PTK pendahulunya yaitu berdasarkan
model-model Penelitian Tindakan Kelas dari Kurt Lewin, Kemmis & Mc. Taggart.
Selanjutnya Hopkins (1993: 191) menyususn desain tersendiri sebagai berikut:
mengambil start – audit – perencanaan konstruk – perencanaan tindakan (target,
tugas, kriteria keberhasilan) – implementasi dan evaluasi: implementasi (menopang
komitmen: cek kemajuan; mengatasi problem) – cek hasil – pengambilan stok – audit
dan pelaporan.  

H. Model MC Kernan Beserta Prosedurnya

Sebuah model lain yang juga dikembangkan atas dasar ide Lewin atau yang
diinterpretasikan oleh Kemmis adalah model penelitian tindakan Mc Kernan. Model
ini juga dinamakan proses waktu (a time process model). Menurut Mc Kernan
sangatlah penting untuk mengingat bahwa kita tidak perlu selalu terikat oleh waktu,
terutama untuk pemecahan permasalahan hendaknya pemecahan masalah atau
tindakan dilakukan secara rasional dan demokratis.

26
Menurut Mc. Kernan ada tujuh langkah yang harus dicermati dalam PTK, yaitu:
1. Analisis situasi (reconnaisissance) atau kenal medan.
2. Perumusan dan klarifikasi permasalahan.
3. Hipotesis tindakan.
4. Perencanaan tindakan.
5. Penerapan tindakan dengan memonitoringnya.
6. Evaluasi hasil tindakan.
7. Refleksi dan pengambilan keputusan untuk pengembangan selanjutnya.
Pada model PTK McKernan, kita dapat melihat bahwa permulaan siklus I
dimulai dari adanya situasi atau masalah sehingga diperlukan adanya suatu tindakan
perbaikan. Setelah guru peneliti menyadari adanya kebutuhan untuk memperbaiki
tindakan ini berdasarkan situasi yang dilihatnya secara nyata, maka mulailah proses
perumusan masalah, selanjutnya dilakukan need assessment (asesmen yang
ditujukan untuk menemukan apa sebenarnya kebutuhan yang harus dipenuhi agar
situasi yang yang menjadi masalah tadi daat dipecahkan).
Berdasarkan penelusuran berbagai literatur dan kepustakaan, atau berbekal
pengetahuan yang dimiliki oleh guru peneliti, maka diperoleh suatu hipotesis ide,
yang kemudian dikembangkan dalam bentuk rencana pembelajaran untuk perbaikan
situasi tersebut. Setelah perencanaan dilakukan implementasi perubahan tindakan

27
berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun secara seksama. Jika
tindakan sudah dilakukan maka kemudian dilakukan lagi tahapan berikutnya (yang
merupakan tahapan terakhir pada siklus I), yaitu mengevaluasi tindakan yang sudah
diimplementasikan tadi.

Gambar Siklus PTK Menurut MC Kernan

Jika ternyata situasi dan masalah masih belum membaik, atau mulai membaik
tetapi belum sampai pada target yang ingin dicapai oleh guru peneliti, maka
dilakukanlah siklus II.

28
I. Model Cohen dkk Beserta Prosedurnya

Saat melaksanakan PTK, peneliti harus mengikuti langkah-langkah tertentu


agar proses yang ditempuh tepat, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Model Cohen dikembangkan oleh beberapa ahli penelitian yaitu (1) Cohen dan
Manion (1980), Taba dan Noel (1982), serta Winter (1989). Berikut ini beberapa
langkah yang hendaknya diikuti dalam melakukan PTK (disarikan dari Marzuki: 1997
dalam Sukayat: 2008). Beberapa langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dianggap penting dan kritis
yang harus segera dicarikan penyelesaian dalam pembelajaran seharihari,
antara lain meliputi ruang lingkup masalah, identifikasi masalah dan perumusan
masalah.
a. Ruang lingkup masalah
Di bidang pendidikan, PTK telah digunakan untuk pengembangan kurikulum
dan program perbaikan sekolah. Contoh PTK dalam pembelajaran berkaitan
dengan: 1) metode/strategi pembelajaran; 2) media pembelajaran.
b. Identifikasi masalah
Masalah yang akan diteliti memang ada dan sering muncul selama proses
pembelajaran sehari-hari sehingga perlu dicarikan penyelesaian. Ada
beberapa kriteria dalam menentukan masalah yaitu: 1) masalahnya memang
penting dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan kelas dan
sekolah; 2) masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan; 3)
pernyataan masalahnya harus mengungkap beberapa dimensi fundamental
mengenai penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan
berdasar hal-hal fundamental ini dari pada berdasarkan fenomena dangkal.
c. Perumusan Masalah
Pada intinya, rumusan masalah seharusnya mengandung deskripsi tentang
kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Dalam merumuskan
masalah PTK, ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan
yang disarikan dari Suyanto (1997) Beberapa petunjuk tersebut antara lain:

29
1) masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai
makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan dalam kalimat tanya; 2)
rumusan masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan
dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain; 3) rumusan masalah
hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya dengan rumusan masalah itu
memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut.
2. Analisis masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-dimensi problem
yang ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek pentingnya sehingga dapat
memberikan penekanan tindakan.
3. Merumuskan hipotesis tindakan
Hipotesis dalam PTK bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, melainkan
hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat jawaban sementara
terhadap persoalan yang diajukan dalam PTK. Jawaban itu masih bersifat teoritik
dan dianggap benar sebelum terbukti salah melalui pembuktian dengan
menggunakan data dari PTK.
4    Membuat rencana tindakan dan pemantauan
Rencana tindakan memuat informasi-informasi tentang hal-hal sebagai
berikut: 1) apa yang diperlukan untuk menentukan kemungkinan pemecahan
masalah yang telah dirumuskan; 2) alat-alat dan teknik yang diperlukan untuk
mengumpulkan data; 3) rencana pencatatan data dan pengolahannya; 4)
rencana untuk melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil.
5. Pelaksanaan tindakan dan pencatatan
Pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan hendaknya cukup fleksibel
untuk mencapai perbaikan yang diinginkan. Dalam hal ini jika sesuatu terjadi dan
memerlukan perubahan karena tuntutan situasi (pada saat pelaksanaan
tindakan), maka peneliti hendaknya siap melakukan perubahan asal perubahan
tersebut mendukung tercapainya tujuan PTK. Pada saat pelaksanaan tindakan
berarti pengumpulan data mulai dilakukan. Data yang dikumpulkan mencakup
semua yang dilakukan oleh tim peneliti yang terkait dalam PTK, antara lain
melalui angket, catatan lapangan, wawancara, rekaman video, foto, dan slide.

30
6. Mengolah dan menafsirkan data
Isi semua catatan hendaknya dilihat dan dijadikan landasan untuk refleksi.
Dalam hal ini peneliti harus membandingkan isi catatan yang dilakukan tim untuk
menentukan hasil temuan. Semua yang terjadi baik yang direncanakan maupun
yang tidak direncanakan perlu dianalisis untuk menentukan apakah ada
perubahan yang signifikan ke arah perbaikan.
7. Pelaporan hasil
Hasil dari analisis data dilaporkan secara lengkap tentang pelaksanaan
tindakan yang telah direncanakan maupun perubahan yang mungkin terjadi.

31
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk meningkatkan keahlian dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
guru wajib belajar terus menerus melalui berbagai cara, termasuk melakukan
penelitian, khususnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model-model Penelitian
Tindakan Kelas yang bisa diterapkan oleh guru, diantaranya: Model Kurt Lewin,
Model Riel, Model Kemmis dan Taggart, Model DDAER, Model Jhon Elliot, Model
Dave Ebbutt, Model Hopkins, Model MC Kernan, dan Model Cohen.

B. Saran
Guru yang akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas harus memahami
model Penelitian Tindakan Kelas yang akan digunakan. Guru juga harus
memerhatikan prosedur dari setiap model Penelitian Tindakan Kelas, dan harus
memaksimalkan waktu penelitian.

32
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Yrama Widya, 2007.

Mulyatiningsih, Endang. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung:

Alfabeta, 2014.

Priansa, Donni Juni. Kinerja dan Profesionalisme Guru: Fokus Pada Peningkatan

Kualitas Pendidikan, Sekolah, dan Pembelajaran. Bndung: CV Alfabeta, 2014.

Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2013.

Nugroho, Heru Santoso Wahito. 2017. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas (Ptk)
Dalam Pendidikan Kesehatan (Pedoman Praktis bagi Pendidik Tenaga
Kesehatan). Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan.

Iskandar, Dadang dan Narsim. 2015. Penelitian Tindakan Kelas dan Publikasinya
Untuk Kenaikan Pangkat dan Golongan Guru & Pedoman Penulisan PTK bagi
Mahasiswa. Cilacap: Ihya Media.

Mulyatiningsih, E. 2011. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Yogyakarta:


Alfabeta.

Wijaya, Chandra dan Syahrum. 2013. PENELITIAN TINDAKAN KELAS: Melejitkan


Kemampuan Peneliti untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Guru.
Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2009) hal.16

33
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani (JPMM) E-ISSN: 2580-4332 Vol.1 No. 2
Desember 2017 DOI: doi.org/10.21009/JPMM.001.2.02

Kasbolah Kasihani. Penelitian Tindakan kelas (PTK). Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/1676/3/BAB%20III.pdf

https://pdfs.semanticscholar.org/da9e/450bc7ce99bf28c6fa5b8f8bd10f80ac6a6d.pdf

http://digilib.unila.ac.id/20627/16/BAB%20III.pdf

Mulyatiningsih, Endang. 2011. MODUL PELATIHAN PENDIDIKAN PROFESI GURU


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA: Metode
Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Santoso, Agus. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
Wulandari, Lia. 2020. Resume Desain Model Penelitian DDAER. Diakses dari :
https://www.scribd.com/document/447166180/DDAER. Pada tanggal : 5 Maret
2020 pukul 10:37 WIB.
http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-2-model-lewin-menurut-
elliot.html

Mahdalena. 2014. PENERAPAN METODE BERMAIN KARTU ANGKA UNTUK


MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP ANGKA DI KELOMPOK B2 TK
GROW CURUP. Skripsi. Bengkulu: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Bengkulu.

Siti Nurhasanah. 2016. PENINGKATAN KARAKTER TOLERANSI SISWA


TERHADAP WARGA KELAS MELALUI PENERAPAN BELAJAR BERMAKNA
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Skripsi. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.

Soesatyo, Yoyok, dkk. Desember 2017. “PELATIHAN PENULISAN PROPOSAL


PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) BAGI GURU EKONOMI KABUPATEN
SIDOARJO”. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani (JPMM). H. 167-168.

34
Nn. 2014. Model-Model Peneitian Tindakan Kelas Menurut Para Ahli. Diakses dari :
http://gurukumiisjtg.blogspot.com/2014/04/model-model-penelitian-tindakan-
kelas.html. Pada tanggal : 8 Maret 2020 Pukul : 23.04 WIB.
Sumini, Th. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Dan Pengembangan Profesi Guru Vol.
24 No. 1. Depok : Universitas Sanata Dharma.
Martagalasa, Aloisius Rabata Taburarusta. Model-Model PTK. Diakses dari :
https://artmlab.wordpress.com/artikel-ptk/mode-model-ptk/. Pada tanggal : 8
Maret 2020 Pukul : 23.05 WIB.
Munir, Edriati. 2016. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas Diakses dari :
http://edriati.blogspot.com/2016/03/model-model-penelitian-tindakan-
kelas_23.html. Pada tanggal : 8 Maret 2020 Pukul : 23.15 WIB.
Hasanah, Nove. 2016. Model-Model Penleitian Tindakan Kelas (PTK). Diakses dari :
http://novehasanah.blogspot.com/2016/12/model-model-penelitian-tindakan-
kelas.html. Pada tanggal : 8 Maret 2020 Pukul : 23.17 WIB.
Nn. 2014. Model-Model Peneitian Tindakan Kelas Menurut Para Ahli. Diakses dari :
http://gurukumiisjtg.blogspot.com/2014/04/model-model-penelitian-tindakan-
kelas.html. Pada tanggal : 8 Maret 2020 Pukul : 23.04 WIB.

35

Anda mungkin juga menyukai