Anda di halaman 1dari 46

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Evaluasi Program Pendidikan
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. H. Bambang Budi Wiyono, M.Pd
dan Bapak Imam Gunawan, M.Pd

oleh

Avinda Deviana Wahyuni (140131603920)


Icmi Noorwihenrita Widya W. (140131603088)
Sinta Septia Anggra C. (140131602788)
Vircan Bagus Ariesta Dani (140131603701)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Februari 2016

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL . i
DAFTAR ISI . ii
DAFTAR TABEL . iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Jenis Perilaku Yang Dapat Diukur .. 3
B. Penentuan Perilaku Yang Akan Diukur 9
C. Penentuan Dan Penyebaran Soal . 10
D. Penyusunan Kisi-Kisi .. 10
E. Perumusan Indikator Soal 11
F. Langkah-Langkah Penyusunan Butir Soal .. 12
G. Penyusunan Butir Soal Tes Tulis 12
H. Penulisan Soal Bentuk Uraian . 16
I. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda . 18
J. Penulisan Butir Soal Untuk Tes Praktik .. 22
K. Kaidah Penulisan Butir Soal Tes Praktik 22
L. Penulisan Soal Penilaian Kinerja (Performance Assessment) 24
M. Penulisan Soal Penilaian Penugasan (Project) 24
N. Penulisan Soal Penilaian Hasil Karya (Product) 24
O. Penyusunan Soal Tes Esai .. 24
P. Tes melengkapi (Completion Test) . 32
Q. Tes pilihan ganda ( Multiple Choice) .. 33
R. Komponen-Komponen Tes . 36
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan .. 37
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................ 38

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Contoh Penyebaran Butir Soal 10


Tabel 2.2 Format Kisi-kisi Penulisan Soal .. 10
Tabel 2.3 Contoh Format Kartu Soal 17
Tabel 2.4 Contoh Format Pedoman Penskoran 17
Tabel 2.5 Contoh Format Kartu Soal Pilihan Ganda 19
Tabel 2.6 Contoh skema Tingkat Kemudahan Kesulitan Ranah Kognitif.. 29
Tabel 2.7 Contoh Soal/tugas esai . 30
Tabel 2.8 Contoh skema penilaian (marking scheme) . 31
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Evaluasi merupakan komponen yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Dengan sistem evaluasi yang baik, maka kualitas
pembelajaran diharapkan dapat meningkat. Untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran tersebut, evaluasi sebaiknya memperhatikan komponen-komponen
yang ada.
Namun, evaluasi pendidikan yang dilaksanakan selama ini dirasakan
belum memberikan distribusi yang cukup untuk peningkatan kualitas pendidikan.
Hal ini disebabkan oleh sistem evaluasi yang digunakan belum tepat atau
pelaksanaanya belum seperti yang diharapkan. Dengan sistem evaluasi yang baik
maka akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik
sehingga dapat memotivasi peserta didik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa jenis perilaku yang dapat diukur?
2. Apa saja penentuan perilaku yang akan diukur?
3. Bagaimana penentuan dan penyebaran soal?
4. Bagaimana penyusunan kisi-kisi?
5. Bagaimana perumusan indikator soal?
6. Apa saja langkah-langkah penyusunan butir soal?
7. Bagaimana penyusunan butir soal tes tulis?
8. Bagaimana penulisan soal bentuk uraian?
9. Bagaimana penulisan soal bentuk pilihan ganda?
10. Bagaimana penulisan butir soal untuk tes praktik?
11. Apa saja kaidah penulisan butir soal tes praktik?
12. Bagaimana penulisan soal penilaian kinerja (performance
assessment)?
13. Bagaimana penulisan soal penilaian penugasan (project)?
14. Bagaimana penulisan soal penilaian hasil karya (product)?
15. Apa saja komponen-komponen tes?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui jenis perilaku yang dapat diukur
2. Untuk mengetahui penentuan perilaku yang akan diukur
3. Untuk mengetahui penentuan dan penyebaran soal
4. Untuk mengetahui penyusunan kisi-kisi
5. Untuk mengetahui perumusan indikator soal
6. Untuk mengetahui langkah-langkah penyusunan butir soal
7. Untuk mengetahui penyusunan butir soal tes tulis
8. Untuk mengetahui penulisan soal bentuk uraian
9. Untuk mengetahui penulisan soal bentuk pilihan ganda
10. Untuk mengetahui penulisan butir soal untuk tes praktik
11. Untuk mengetahui kaidah penulisan butir soal tes praktik
12. Untuk mengetahui penulisan soal penilaian kinerja (performance
assessment)
13. Untuk mengetahui penulisan soal penilaian penugasan (project)
14. Untuk mengetahui penulisan soal penilaian hasil karya (product)
15. Untuk mengetahui komponen-komponen tes

BAB II
PEMBAHASAN

A. JENIS PERILAKU YANG DAPAT DIUKUR


Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, penulis soal dapat
mengambil atau memperhatikan jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para
ahli pendidikan, di antaranya seperti Benjamin S. Bloom, Quellmalz, R.J.
Marzano dkk., Robert M. Gagne, David Krathwohl, Norman E. Gronlund dan R.
W. de Maclay, Linn, dan Gronlund (Wahidmurni, dkk., 2010).
1. Ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom adalah: (1) Ingatan di
antaranya seperti: menyyebutkan, menentukan, menunjukkan, mengingat kembali,
mendefinisikan; (2) Pemahaman di antaranya seperti: membedakan, mengubah,
memberi contoh, memperkirakan, mengambil kesimpulan; (3) Penerapan di
antaranya seperti: menggunakan, menerapkan; (4) Analisis di antaranya seperti:
membandingkan, mengkalsifikasikan, mengkategorikan,menganalisis; (5) Sintesis
antaranya seperti: menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan,
menyusun; (6) Evaluasi di antaranya seperti: menafsirkan, menilai, memutuskan.
2. Jenis perilaku yang dikembangkan oleh Quellmalz adalah: (1) ingatan, (2)
analisis, (3) perbandingan, (4) penyimpulan, (5) evaluasi.
3. Jenis perilaku yang dikembangkan R. J. Mazano dkk. adalah: (1) keterampilan
memusat (focusing skills), seperti: mendefinisikan, merumuskan tujuan; (2)
keterampilan mengumpulkan informasi, seperti: mengamati, merumuskan
pertanyaan; (3) keterampilan mengingat, seperti: merekam, mengingat; (4)
keterampilan mengorganisasi, seperti: membandingkan, mengelompokkan,
menata, menyajikan; (5) keterampilan menganalisis, seperti mengenali: sifat dari
komponen, hubungan dan pola, ide pokok, kesalahan; (6) keterampilan
menghasilkan keterampilan baru, seperti: menyimpulkan, memprediksi, mengupas
atau mengurai; (7) keterampilan memadu (integreting skills), seperti: meringkas,
menyusun kembali; (8) keterampilan menilai, seperti: menetapkan kriteria,
membenarkan pembuktian.
4. Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne adalah: (1) kemampuan
intelektual: diskriminasi, identifikasi/konsep yang nyata, klasifikasi, demonstrasi,
generalisasi/menghasilkan sesuatu; (2) strategi kognitif: menghasilkan suatu
pemecahan; (3) informasi verbal: menyatakan sesuatu secara oral; (4)
keterampilan motorist melaksanakan/menjalankan sesuatu; (5) sikap: kemampuan
untuk memilih sesuatu. Domain afektif yang dikembangkan David Krathwohl
adalah: (1) menerima, (2) menjawab, (3) menilai.
5. Domain psikomotor yang dikembangkan Norman E. Gronlund dan R. W. de
Maclay adalah: (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) respon terpimpin, (4) mekanisme,
(5) respon yang kompleks, (6) organisasi, (7) karakterisasi dari nilai.
6. Keterampilan berpikir yang dikembangkan Linn dan Gronlund adalah seperti
berikut.
a. Membandingkan
1) Apa persamaan dan perbedaan antara dan
2) Bandingkan dua cara berikut tentang
b. Hubungan sebab-akibat
1) Apa penyebab utama
2) Apa akibat
c. Memberi alasan (justifying)
1) Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?
2) Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang
d. Meringkas
1) Tuliskan pernyataan penting yang termasuk
2) Ringkaslah dengan tepat isi
e. Menyimpulkan
1) Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data
2) Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa berikut
f. Berpendapat (inferring)
1) Berdasarkan , apa yang akan terjadi bila
2) Apa reaksi A terhadap
g. Mengelompokkan
1) Kelompokkan hal berikut berdasarkan
2) Apakah hal berikut memiliki
h. Menciptakan
1) Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang
2) Lengkapilah cerita tentang apa yang akan terjadi bila
i. Menerapkan
1) Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah
2) Tuliskan dengan menggunakan pedoman
j. Analisis
1) Manakah penulisan yang salah pada paragraf
2) Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama
k. Sintesis
1) Tuliskan satu rencana untuk pembuktian
2) Tuliskan sebuah laporan
l. Evaluasi
1) Apakah kelebihan dan kelemahan
2) Berdasarkan kriteria , tuliskanlah evaluasi tentang
Sedangkan menurut Arikunto (2009) pengukuran ranah kognitif yang
ditekankan guru meliputi:
a. Soal Ingatan

Pertanyaan ingatan adalah pertanyaan yang jawabannya dapat dicari dengan


mudah pada cacatan atau buku. Pertanyaan ingatan biasanya dimulai dengan kata-
kata: mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftar,
menjodohkan, menyebutkan, menyatakan, mereproduksikan. Pertanyaan ingatan
biasanya digunakan untuk penguasaan materi yang berupa fakta, istilah, definisi,
klasifikasi atau kategori, urutan maupun kriteria.
Contoh-contoh pertanyaan ingatan
Uraian
1) Apa sebab Indonesia dapat mencapai kemerdekaan?

2) Jelaskan bagaimana terlaksananya proklamasi kemerdekaan?

3) Sebutkan satuan yang dipakai dalam sistem MKS untuk besaran massa,
panjang, waktu, kecepatan, dan percepatan?

Pilihan ganda
1) Ketahanan nasional Indonesia mencakup kebulatan aspek social dan aspek
ilmiah. Kedua aspek tadi disebut:

a) Dwi Gatra.

b) Panca gatra

c) Catur gatra
d) Tri gatra

b. Soal pemahaman

Untuk menjawab soal pemahaman siswa dituntut hafal sesuatu pengertian


kemudian menjelaskan dengan kalimat sendiri. Atau siswa memahami dua
pengertian atau lebih kemudian memahami dan menyebutkan hubungannya. Jadi
dalam menjawab pertanyaan pemahaman siswa selain harus mengingat juga
berfikir. Oleh karena itu, soal pemahaman lebih tinggi daripada ingatan.
Pertanyaan pemahaman biasanya menggunakan kata-kata perbedaan,
perbandingan, menduga, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan
kembali, memperkirakan.
Contoh:
Adanya taifun di kepulauan Filipina selalu diikuti oleh curah hujan cukup besar
dipulau jawa. SEBAB angina pasat tenggara tertarik ke Utara katulistiwa melalui
pulau jawa yang menambah banyaknya hujan.

c. Soal aplikasi

Soal aplikasi adalah soal yang mengukur kemampuan siswa dalam


mengaplikasikan (menerapkan) pengetahuannya untuk memecahkan masalah
sehari-hari atau persoalan yang dikemukakan oleh pembuat soal. Oleh karena itu
soal aplikasi selalu dimualai dengan kasus atau persoalan yang dikarang oleh
penyusun soal, bukan keterangan yang terdapat dalam buku atau pelajaran yang
dicatat. Kata-kata yang digunakan dalam soal aplikasi, atau kemampuan yang
dituntut antara lain mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menemukan,
memanipulasi, memodifikasi, menghubungkan, menunjukkan, menggunakan.
Contoh:
Sebuah benda terletak di muka sebuah lensa yang mempunyai jarak fokus 10 cm.
bayangan yang terjadi ternyata tegak, dan tingginya dua kali tinggi benda itu.
Jarak antar benda dengan lensa yaitu.
a) 3.3 cm

b) 5 cm

c) 10 cm

d) 15 cm

e) 30 cm

d. Soal analisis

Soal analisis adalah soal yang menuntut kemampuan siswa untuk menganalisis
atau menguraikan suatu persoalan untuk diketahui bagian-bagiannya. Soal analisis
harus dimulai dengan kasus yang dikarang sendiri oleh guru, bukan mengambil
uraian dari buku atau catatan pelajaran. Kata-kata yang digunakan atau
kemampuan yang dituntut antara lain meliputi: memerinci, menyusun diagram,
membedakan, mengilustrasikan, menyimpulkan, memilih, memisahkan, membagi.

Contoh:
Kisah Bendungan Aswan
Bendungan Aswan selesai dibangun tahun 1970, setelah memakan waktu 11 tahun
dan menelan biaya satu miliar dollar AS. Maksud dibuat bendungan ini adalah
untuk menyimpan 163 juta m air, cukup untuk mengairi tanah-tanah pertanian
selama 12 tahun dan dapat menghasilkan tenaga listrik sebesar 10.000 juta
kilowatt/tahun dan seterusnya.
Soal:
Karena adanya bendungan Aswan maka daerah pertanian dihilir bendungan
menjadi tidak subur.
SEBAB
Air irigasi daerah dibagian hilir bendungan aswan tidak banyak membawa lumpur
yang mengandung bahan organic.
e. Soal sintesis

Kemampuan untuk menganalisis adalah kemampuan untuk mengadakan sintesis.


Oleh karena itu soal sintesis juga harus dimulai dengan suatu kasus. Berdasarkan
atas penelaahan kasus tersebut siswa diminta untuk mengadakan sintesis, yaitu
menyimpulkan, mengategorikan, mengkombinasikan, mengarang, membuat
desain, mengorganisasikan, menghubungkan, menuliskan kembali, membuat
rencana, menyusun, menciptakan.
Contoh kasus seperti yang dicontohkan pada soal analisis dapat digunakan untuk
soal sintesis, tergantung bagaimana permintaan pembuat soal.
f. Soal evaluasi

Soal evaluasi adalah soal yang menghubungakn dengan memiliki, mengambil


kesimpulan, membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan,
membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan. Soal evaluasi selalu
didahului dengan kasus yang ditelaah oleh siswa dengan teropong hukum, dalil,
prinsip, kemudian mereka mengadakan penilaian baik atau didasarkan atas benar
atau salah.

Contoh:
Kasus dapat diambil dari kisah bendungan aswan
Soal:
Bagaimana kesuburan tanah disekitar bendungan aswan? Bedakan keadaan
dibagian hulu dan hilir dengan kemungkinan lumpur yang terbawa arus air dan
sebagainya.
B. PENENTUAN PERILAKU YANG AKAN DIUKUR
Setelah kegiatan penentuan materi yang akan ditanyakan selesai
dikerjakan, maka kegiatan berikutnya adalah menentukan secara tepat perilaku
yang akan diukur. Perilaku yang akan diukur tergantung pada tuntutan kompetensi
yang ingin dicapai, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya. Setiap
kompetensi di dalam kurikulum memiliki tingkat keluasan dan kedalaman
kemampuan yang berbeda. Semakin tinggi kemampuan/perilaku yang diukur
sesuai dengan target kompetensi, maka semakin sulit soal dan semakin sulit pula
menyusunnya. Dalam Standar Isi, perilaku yang akan diukur dapat dilihat pada
perilaku yang terdapat pada rumusan kompetensi dasar atau pada standar
kompetensi.
Bila ingin mengukur perilaku yang lebih tinggi, pendidik dapat mendaftar
terlebih dahulu semua perilaku yang dapat diukur, mulai dari perilaku yang sangat
sederhana/mudah sampai dengan perilaku yang paling sulit/tinggi, berdasarkan
rumusan kompetensinya (baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar).
Dari susunan perilaku itu, dipilih satu perilaku yang tepat diujikan kepada peserta
didik, yaitu perilaku yang sesuai dengan kemampuan peserta didik di kelas
(Wahidmurni, dkk., 2010).

C. PENENTUAN DAN PENYEBARAN SOAL


Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal
setiap kompetensi dasar dan penyebaran soalnya (Wahidmurni, dkk., 2010).
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penilaian akhir semester berikut ini.
Jumlah Soal Tes
Kompetensi Jumlah Soal
No. Materi Tulis
Dasar Praktik
PG Uraian
1 1.1 .. 6 ~ ~
2 1.2 .. 3 1 ~
3 1.3 .. 4 ~ 1
4 1.4 .. 5 1 ~
5 1.5 .. 8 1 ~
6 1.6 .. 6 ~ 1
7 1.7 .. ~ 2 ~
8 1.8 .. 8 ~ ~
Jumlah Soal 40 5 2
Tabel 2.1 Contoh Penyebaran Butir Soal

D. PENYUSUNAN KISI-KISI
Kisi-kisi tes merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan
diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup
dan sebagai petunjuk dalam menulis soal (Wahidmurni, dkk., 2010). Kisi-kisi
dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini.

FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL

Jenis sekolah : Jumlah soal :


Mata pelajaran: Bentuk soal/tes:
Kurikulum : Penyusun :1. .......
Alokasi waktu: 2. ....

Standar Kompetensi Materi Indikator Nomor


No. Kls/smt
Kompetensi Dasar pokok soal soal

Tabel 2.2 Format Kisi-kisi Penulisan Soal


Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3, 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di
dalam silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang
sendiri, kecuali pada kolom 6.
Kisi-kisi yang baik (Wahidmurni, dkk., 2010) harus memenuhi persyaratan
berikut ini.
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah
diajarkan secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.
E. PERUMUSAN INDIKATOR SOAL
Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal
yang dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari
kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat,
pendidik harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran,
kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara
singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik (Wahidmurni, dkk., 2010):
1. Menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,
2. Menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih
kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,
3. Dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).
Penulisan indikator yang lengkap mencakup A= audience (peserta didik),
B= behaviour (perilaku yang harus ditampilkan), C=condition (kondisi yang
diberikan), dan D= degree (tingkatan yang diharapkan). Ada dua model penulisan
indikator (Wahidmurni, dkk., 2010). Model pertama adalah menempatkan
kondisinya di awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai
dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf,
gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan model yang kedua adalah
menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat.
Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar
pertanyaan (stimulus).
F. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN BUTIR SOAL
Agar soal yang disiapkan oleh setiap pendidik menghasilkan bahan
ulangan/ujian yang sahih dan handal, maka harus dilakukan langkah-langkah
berikut (Wahidmurni, dkk., 2010), yaitu: (1) menentukan tujuan tes, (2)
menentukan kompetensi yang akan diujikan, (3) menentukan materi yang
diujikan, (4) menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi,
dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes
praktik), (5) menyusun kisi-kisinya, (6) menulis butir soal, (7) memvalidasi butir
soal atau menelaah secara kualitatif, (8) merakit soal menjadi perangkat tes, (9)
menyusun pedoman penskorannya, (10) uji coba butir soal, (11) analisis butir soal
secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba, dan (12) perbaikan soal
berdasarkan hasil analisis.

G. PENYUSUNAN BUTIR SOAL TES TULIS


Penulisan butir soal tes tulis merupakan suatu kegiatan yang sangat
penting dalam penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus
berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan
berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk objektif dan kaidah penulisan soal
uraian (Wahidmurni, dkk., 2010).
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tulis sangat tergantung pada
perilaku /kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat
diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tulis dengan bentuk soal uraian, ada
pula yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tulis dengan bentuk
objektif. Bentuk tes tulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan
kelemahan satu sama lain (Wahidmurni, dkk., 2010).
Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat
mengukur kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal uraian di
antaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan
menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahan soal
bentuk pilihan ganda di antaranya adalah sulit menyusun pengecohnya, sedangkan
untuk soal uraian di antaranya adalah sulit menyusun pedoman penskorannya
(Wahidmurni, dkk., 2010).
Penyusunan tes hasil belajar menurut Wiyono & Sunarni (2009),
dipandang dari cara pengerjaannya bentuk butir soal objektif dibedakan mnjadi
dua, melengkapi dan memilih jawaban. Secara lebih khusus butir soal tes objektif
terdiri dari.
1. Butir soal jawaban singkat dan melengkapi

Jawaban singkat yang diminta dapat berupa sebuah alinea, sebuah kalimat, kata-
kata, simbol-simbol, maupun bilangan. Beda antara bentuk jawaban singkat dan
melengkapi sederhana sekali, yaitu pada soal jawaban singkat yang dihadapi teste
berupa pernyataan (kalimat tanya), sedangkan dalam soal melengkapi berupa
pernyataan yang belum selesai (kalimat berita yang belum selesai).
2. Soal benar salah atau soal dua alternatif konstan

Bentuk soal tes benar salah menuntut siswa untuk memilih dua alternatif. Isi
jawabannya hanya salah, atau ya dan bukan atau tidak, atau yang lain
yang semacam itu. Jawaban yang diberikan siswa hanya merupakan pendapat atas
suatu pertanyaan.
3. Soal latihan memasangkan atau menjodohkan (matching exercise)

Soal initerdiri dari kelompok kata-kata, bilangan, atau simbol-simbol yang harus
dipasangkan atau dijodohkan, dengan prnyataan yang tersedia. Soal pada
kelompok yang tersedia untuk diberi pasangan biasanya disebut premises,
sedangkan kelompok pilihan yang harus dijodohkan dengan responses.
Tes menjodohkan adalah butir soal atau tugas yang jawabannya
dijodohkan dengan seri jawaban. Dengan kata lain, tugas peserta tes hanya
menjodohkan premis dengan salah satu seri jawaban. Tes menjodohkan terdiri
atas dua bagian (kolom) menurut Munthe (2014), yaitu:
1. Bagian pertama disebut seri stem, atau premis, atau pokok soal yang dapat
berbentuk pernyataan atau pertanyaan.
2. Bagian kedua disebut seri jawaban.
Format tes menjodohkan menurut Munthe (2014) dapat berbentuk:
1. Kolom pertama atau lajur kiri untuk stem atau pokok soal.
2. Kolom kedua atau lajur kanan untuk seri jawaban.
Kelebihan tes pilihan ganda menurut Munthe (2014):
1. Sangat baik untuk menguji hasil belajar tentang istilah, definisi, peristiwa, dan
penanggalan.
2. Sangat baik untuk menguji kemampuan menghubungkan dua hal yang
berhubungan langsung dan tidak langsung.
3. Relatif mudah dikonstruksi, khususnya dalam satu pokok bahasan tertentu.
4. Relatif dapat menguji banyak bahan ajar yang lebih luas.
5. Mudah diskor oleh dosen/guru secara langsung atau oleh orang lain, karena
sudah ada kunci jawaban.
6. Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dikerjakan secara objektif.
Kelemahan tes pilihan ganda menurut Munthe (2014):
1. Ada kecenderungan terlalu menguji kemampuan aspek ingatan.
2. Kurang cocok untuk mengukur hasil belajar secara menyeluruh.
3. Tidak dapat mengukur semua tujuan pembelajaran/kompetensi yang lebih
menekankan pada pendemonstrasian keterampilan dan pengungkapan sesuatu
yang ekspresif.
4. Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, baik dari segi domain
maupun dari segi tingkat kesulitan, khususnya domain afeksi dan motorik.
5. Tidak dapat mengukur hasil belajar yang mengintegrasikan berbagai konsep
atau ide dari berbagai sumber ke dalam satu pikiran utama.
6. Tidak cocok untuk mengukur hasil belajar yang mengungkapkan pikiran dalam
bentuk tulis sesuai dengan gaya pikir dan gaya bahasa seseorang.
Beberapa prinsip dalam membuat tes menjodohkan menurut Munthe (2014):
1. Pastikan seri pernyataan atau pertanyaan (kolom pertama/jalur kiri) dan seri
jawaban (kolom kedua/jalur kanan) bersifat homogen, agar salah satu dari semua
seri jawaban ada kemungkinan sebagai jawaban yang benar.
2. Pastikan petunjuk mengerjakan tes jelas.
3. Seyogianya seri pernyataan atau pertanyaan tidak lebih dari lima item, karena
kalau lebih akan membingungkan dan mengurangi homogenitas.
4. Seyogianya seri jawaban lebih banyak dari seri pernyataan atau pertanyaan
untuk mendorong peserta tes lebih cermat.
5. Seyogianya seri pernyataan (stem) diberi urut dengan menggunakan huruf.
6. Seyogianya tes ditulis dalam halaman yang sama.
4. Soal tes untuk pilihan ganda atau multiple choice

Soal ini memiliki dua bagian yaitu bagian permasalahan yang dapat berbentuk
pernyataan langsung atau pernyataan yang belum lengkap dan bagian yang
merupakan alternatif-alternatif jawaban.pada tes bentuk ini siswa diminta untuk
membaca soal dan alternati-alternatif pilihan jawaban yang sebenarnya dipilih
(benar) disebut jawaban. Tes ini (pada bagian stem) berupa pertanyaan langsung
mrupakan bentuk yang biasa dikenal siswa namun demikian pertanyaan langsung
yang kurang baik menyebabkan siswa bingung menentukan pilihan yang benar.
Jadi pertanyaan langsung dapat dipakai bila memang dapat memperjelas
permasalahan dan hanya da satu jawaban yang betul dan meyakinkan. Jadi
bersifat diskrit.
5. Tes essai

Tes essai harus mampu mengukur hasil-hasil belajar yang tidak dapat diukur
dengan tes objektif. Tes essai dapat mengukur aspek-aspek kemampuan sebagai
hasil belajar yang meliputi kemampuan untuk menjawab (bukan memilih)
daripada hanya sekedar mengidentifikasi interpretasi-interpretasi dan aplikasi-
aplikasi dari data yang disajikan kepada siswa.

H. PENULISAN SOAL BENTUK URAIAN


Penulisan soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam
merumuskannya (Wahidmurni, dkk., 2010). Ketepatan yang dimaksud adalah
bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu
menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah
kelengkapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk menetapkan aspek yang
dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit dalam penulisan soal
bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya. Penulis soal harus dapat
merumuskan setepat-tepatnya pedoman penskorannya karena kelemahan bentuk
soal uraian terletak pada tingkat subyektivitas penskorannya.
Berdasarkan metode penskorannya (Wahidmurni, dkk., 2010), bentuk
uraian diklasifikasikan menjadi 2, yaitu uraian objektif dan uraian non-objektif.
Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut
sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya
dapat dilakukan secara objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara
dikotomus (benar salah atau 1 0). Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal
yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep menurut pendapat
masing-masing peserta didik, sehingga penskorannya sukar untuk dilakukan
secara objektif.
Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus
memperhatikan kaidah penulisannya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan,
dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam satu format. Contoh format
soal bentuk uraian dan format penskorannya adalah seperti berikut ini
(Wahidmurni, dkk., 2010).

KARTU SOAL

Jenis Penyusunan
1. ..
Sekolah : :
Mata
2. .
Pelajaran :
Bahan
3. .
Kls/Smt :
Bentuk Tahun ...
Soal : Ajaran:
Aspek yang
diukur:

KOMPETENSI DASAR BUKU SUMBER:

RUMUSAN BUTIR SOAL

MATERI
NO. SOAL:

INDIKATOR
SOAL

KETERANGAN SOAL
JUMLA
DIGUNAKA TGL H
NO. KETERANGAN
N UNTUK . PESERT
A DIDIK

Tabel 2.3 Contoh Format Kartu Soal

FORMAT PEDOMAN PENSKORAN


NO. KUNCI/KRITERIA JAWABAN SKOR
SOAL

Tabel 2.4 Contoh Format Pedoman Penskoran


Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus bila
ada/diperlukan, (2) pertanyaan, dan (3) pedoman penskoran. Kaidah penulisan
soal uraian seperti berikut (Wahidmurni, dkk., 2010).
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis soal atau tingkat
kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca,
dan berfungsi.
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.

I. PENULISAN SOAL BENTUK PILIHAN GANDA


Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukanketerampilan dan
ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan
ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh
yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya
relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam
penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti
langkah-langkah berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya,
langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan
pengecohnya (Wahidmurni, dkk., 2010).
Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal,
maka soal ditulis di dalam format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu
format. Adapun formatnya seperti berikut ini (Wahidmurni, dkk., 2010).
KARTU SOAL

Jenis
1.
Sekolah Penyusunan :
..
:
Mata
2.
Pelajaran
.
:
Bahan 3.
Kls/Smt : .
Bentuk
Soal :
Tahun
Ajaran :
Aspek yang
diukur:

KOMPETENSI BUKU
DASAR SUMBER:

RUMUSAN BUTIR SOAL

MATERI
NO. SOAL:
KUNCI :
INDIKATOR
SOAL

KETERANGAN SOAL
JUMLA
H
NO DIGUNAKA TG T D KE
PESERT PROPORSI PEMILIH
. N UNTUK L. K P T.
A
DIDIK
OMI
A D E
B C T

Tabel 2.5 Contoh Format Kartu Soal Pilihan Ganda

Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan
jawabannya. Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban
yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar
pertanyaan/stimulus bila ada, (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang
terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh. Kaidah penulisan soal pilihan ganda
adalah seperti berikut ini (Wahidmurni, dkk., 2010).

1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku
dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b. Pengecoh harus berfungsi.
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya
mempunyai satu kunci jawaban.
2. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Kemampuan/materi yang
hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau
penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya
mengandung satu persoalan/gagasan.
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja. Apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak
diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Pada pokok
soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat
memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Pada
pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti
negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik
terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan
negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang
negatif ganda itu sendiri.
e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Semua
pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh
pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus
berfungsi.
f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan
karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang
karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lengkap dan merupakan kunci
jawaban.
g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan Semua pilihan jawaban di
atas adalah salah atau Semua pilihan jawaban di atas adalah benar. Dengan
adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang
satu karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan
pernyataan itu menjadi tidak homogen.
h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Pilihan jawaban yang berbentuk
angka harus disusun dari nilai angka yang paling kecil berurutan sampai nilai
angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang
menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit
dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.
i. Gsmbar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi.
j. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna
tidak pasti seperti: sebaikanya, umumnya, kadang-kadang.
k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan
pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab
benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.
3. Bahasa/Budaya
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi:
a)pemakaian kalimat: (1) unsur subjek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b)
pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata; dan c) pemakaian ejaan: (1)
penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.
b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah
dimengerti warga belajar/peserta didik.
c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu
kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.

J. PENULISAN BUTIR SOAL UNTUK TES PRAKTIK


Tes praktik merupakan suatu tes yang penilaiannya didasarkan pada
perbuatan/praktik peserta didik. Sebelum menulis butir soal untuk tes perbuatan,
pendidik dapat mengecek dengan pertanyaan berikut. Tepatkah kompetensi (yang
akan diujikan) diukur dengan tes tertulis? Jika jawabannya tepat, kompetensi yang
bersangkutan tidak tepat diujikan dengan tes perbuatan/praktik (Wahidmurni,
dkk., 2010).
Dalam menilai perbuatan/kegiatan/praktik peserta didik (Wahidmurni,
dkk., 2010) dapat digunakan beberapa jenis penilaian perbuatan diantaranya
adalah penilaian kinerja (performance), penugasan (project), dan hasil karya
(product).

K. KAIDAH PENULISAN BUTIR SOAL TES PRAKTIK


Dalam penulisan butir soal untuk praktik, penulis soal harus mengetahui
konsep dasar penilaian perbuatan/praktik. Maksudnya pernyataan dalam soal
harus disusun dengan pernyataan yang betul-betul menilai perbuatan/praktik,
bukan menilai lainnya (Wahidmurni, dkk., 2010).
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik
untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks
yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir soal, perhatikan
terlebih dahulu kompetensi dari materi yang akan ditanyakan (Wahidmurni, dkk.,
2010).
Penilaian penugasan merupakan penilaian tugas (meliputi: pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus diselesaikan
peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Aspek yang dinilai di
antaranya meliputi kemampuan (1) pengelolaan, (2) relevansi, dan (3) keaslian
(Wahidmurni, dkk., 2010).
Penilaian hasil karya merupakan penilaian keterampilan peserta didik
dalam membuat suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, misal
lukisan, gambar, patung, dll. aspek yang dinilai di antaranya meliputi: (1) tahap
persiapan: pemilihan dan cara penggunaan alat, (2) tahap proses/produksi:
prosedur kerja, dan (3) tahap akhir/hasil: kualitas serta estetika hasil karya.
Disamping itu, pendidik dapat memberikan penilaian pada pembuatan produk
rancang bangun/perekayasaan teknologi tepat guna misalnya melalui: (1) adopsi,
(2) modifikasi, atau (3) difusi (Wahidmurni, dkk., 2010).
Kaidah penulisan soal tes perbuatan adalah seperti berikut (Wahidmurni,
dkk., 2010).
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator (menuntut tes perbuatan: kinerja, hasil
karya, atau penugasan).
b. Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus sesuai.
c. Materi sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevansi, kontinuitas, keterpakaian
sehari-hari tinggi).
d. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat
kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban
perbuatan/praktik.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Disusun pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan
terbaca.
3. Bahasa/Budaya
a. Rumusan kalimat soal komunikatif.
b. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
c. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau
salah pengertian.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung
perasaan peserta didik.

L. PENULISAN SOAL PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE


ASSESSMENT)
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir soal, perhatikan
terlebih dahulu kompetensi dari materi yang akan ditanyakan (Wahidmurni, dkk.,
2010).
M. PENULISAN SOAL PENILAIAN PENUGASAN (PROJECT)
Penilaian penugasan merupakan penilaian tugas (meliputi: pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus diselesaikan
peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Adapun aspek yang
dinilai di antaranya meliputi kemampuan (1) pengelolaan, (2) relevansi, (3)
keaslian (Wahidmurni, dkk., 2010).

N. PENULISAN SOAL PENILAIAN HASIL KARYA (PRODUCT)


Penilaian hasil karya merupakan penilaian keterampilan peserta didik
dalam membuat suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, misal
lukisan, gambar, patung, dll. Aspek yang dinilai diantaranya meliputi: (1) tahap
persiapan: pemilihan dan cara penggunaan alat, (2) tahap proses/produksi:
prosedur kerja, dan (3) tahap akhir/hasil: kualitas serta estetika hasil karya.
Disamping itu pendidik dapat memberikan penilaian pada pembuatan produk
rancang bangun/perekayasaan teknologi tepat guna misalnya melalui: (1) adopsi,
(2) modifikasi, atau (3) difusi (Wahidmurni, dkk., 2010).

O. PENYUSUNAN SOAL TES ESAI

Tes esai adalah butir soal atau tugas yang jawabannya diisi oleh peserta tes
dengan gagasan-gagasan deskriptif dan argumentatif.
1. Kelebihan Tes Esai

a. Cocok untuk mengukur hasil belajaryang kompleks, baik dari segi domain
maupun dari segi tingkat kesulitan, khususnya domain afektif dan kognitif.

b. Cocok untuk mengukur hasil belajar yang mengintegrasikan berbagai konsep


/ide dari berbagai sumber ke dalam satu pikiran utama.

c. Cocok untuk mengukur hasil belajar yang mengungkapkan pikiran dalam


bentuk tulis sesuai dengan gaya pikirdan gaya bahasa sendiri.

d. Cocok untuk mendorong siswa atau mahasiswa supaya lebih giat belajar dalam
mempersiapkan diri untuk mengisi jawaban.
e. Cocok untuk tidak memberikan kesempatan kepada siswa/ mahasiswa
berspekulasi, karena mereka tidak bisa memilih jawaban tes seperti dalam tes
objektif.

f. Cocok bsgi guru atau dosen yang memiliki waktu sangat terbatas dalam hal
pembuatan tes, karena mudah disiapkan dan disusun serta tidak banyak butir tes.

g. Cocok untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa/mahasiswa tentang suatu


masalah tertentu.

h. Cocok untuk mengetahui secara tidak langsung tentang sikap, nilai, atau
pandangan siswa/mahasiswa yang terkandung dalam jawaban.

2. Kelemahan Tes Esai

a. Sangat kurang cocok untuk mengukur kompetensi ingatan atau hafalan.

b. Kadar realibilitas rendah. Skor yang diproleh peserta tes tidak konsisten bila tes
yang sama/ parallel diuji ulang beberapa kali. Hal tersebut dikarenakan
keterbatasan sampel bahan yang tertuang dalam tes atau tugas, batas-batas tugas
longgar, dan subjektifitas penskoran.

c. Kadar validitas rendah karena sukar diketahui bidang materi yang telah dikuasai
siswa atau mahasiswa.

d. Kurang dapat mewakili seluruh skor bahan pelajaran atau kuliah, karena tes atau
tugas sangat terbatas atau hanya beberapa saja.

e. Sikap subjektif mempengaruhi pemeriksaan jawaban soal atau tugas, atau


pemeriksaan jawaban soal atau tugas dipengaruhi pertimbangan individual.

f. Pemeriksaan jawaban soal atau tugas membutuhkan waktu yang sangat banyak,
apalagi jika tidak dibantu dengan skema penilaian (marking scheme).

g. Pemeriksaan jawaban soal atau tugas tidak dapat diwakilkan kepada orang yang
bukan disiplinnya.
h. Memerlukan waktu yang cukup banyak untuk menyelesaikan soal atau tugas
dengan baik oleh siswa atau mahasiswa.

i. Jawaban soal atau tugas oleh siswa atau mahasiswa terkadang tidak fokus,
bahkan melantur karena tidak menguasai materi.

3. Cara Membuat Tes Esai

a. Prinsip dalam membuat tes esai

1) Pastikan tes atau tugas sesuai dengan tujuan pembelajaran/kompetensi yang


dikembangkan.

2) Pastikan tes atau tugas sesuai dengan materi yang diajarkan.

3) Pastikan waktu yang tersedia sesuai dengan cakupan materi tes atau tugas.

4) Pastikan panduan umum, petunjuk awal, dan petunjuk setiap butir tugas atau
soal ditulis dengan rinci dan mudah dipahami peserta tes.

5) Pastikan waktu yang tersedia sesuai dengan kemampuan rata-rata siswa atau
mahasiswa yang pandai dan kurang pandai.

6) Pastikan tes atau tugas sesuai dengan tingkat berpikir siswa atau mahasiswa.

7) Pastikan ruang lingkup tes atau tugas agar peserta tes tahu apa yang harus
dipelajari.

8) Pastikan tes atau tugas tidak menggunakan kata atau ungkapan yang
menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian (dari segi bahasa).

9) Pastikan tes atau tugas tidak mengandung kata atau ungkapan yang tabu yang
dapat menyinggung perasaan siswa atau mahasiswa (dari segi budaya).

b. Anjuran Dalam Membuat Tes Esai

1) Seyogianya setiap tes atau tugas memiliki skor maksimal yang tertulis di
belakang pernyataan.
2) Seyogianya setiap tes atau tugas memiliki karakteristik yang jelas apakah uraian
bebas atau uraian terbatas.

3) Seyogianya diinformasikan sebelumnya bahwa tes yang digunakan tipe tes


uraian.

4) Seyogianya diinformasikan sebelumnya sumber dan materi tes (buku ajar,


catatan kuliah, hasil diskusi, bacaan tambahan, atau bacaan umum).

5) Seyogianya menghindari soal atau tugas yang dapat dipilih, seperti pilihlah dua
dari tiga soal atau tugas, atau seperti soal no. 1 dan 2 wajib dikerjakan, dan
silahkan pilih satu dari soal atau tugas no. 3 dan 4.

6) Seyogianya butir soal atau tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.

c. Membuat Tes Esai Bebas (extended response)

1) Ciri-ciri tes esai bebas (extended response)

Hampir tidak ada batasan

Bersifat terbuka

Fleksibel

Tidak terstruktur

2) Contoh tes esai bebas (extended response)

Lumpur lapindo sudah hampir tiga tahun meluap (2006), tetapi belum kunjung
berhenti. Ia telah banyak memengaruhi kehidupan masyarakat sekitar. Uraikan
pendapat anda tentang pengaruh lumpur Lapindo terhadap sistem keimanan
masyarakat kepada Tuhan.

Novel Ayat-Ayat Cinta menjadi salah satu novel best seller. Karya itu terbukti
diterbitkan berulang kali. Uraikan kritik Anda tentang keindahan novel itu.

d. Membuat tes esai terbatas (restricted response)

1) Ciri-ciri tes esai terbatas (restricted response)


Dibatasi format : jumlah paragraph dan atau jenis paragraph yang diinginkan.

Dibatasi isi, jumlah butir dan atau ruang lingkup, jawaban yang diinginkan.

Dibatasi konteks atas jawaban, perspektif yang diinginkan.

2) Contoh tes esai terbatas (restricted response)

Lumpur lapindo sudah hampir tiga tahun meluap (2006), tetapi belum kunjung
berhenti. Ia telah banyak memengaruhi kehidupan masyarakat sekitar. Uraikan
pendapat anda tentang pengaruh lumpur Lapindo terhadap sistem keimanan
masyarakat kepada Tuhan dari perspektif determenisme atau jabariyah dalam dua
paragraf.

Novel Ayat-Ayat Cinta menjadi salah satu novel best seller. Karya itu terbukti
diterbitkan berulang kali. Uraikan kritik Anda tentang keindahan novel itu dari
perspektif teori strukturalisme murni dalam tiga paragraf.

3) Tingkat berpikir tes esai

Tabel di bawah ini mungkin dapat membantu Anda mendesain pernyataan atau
tugas esai yang sesuai dengan tujuan pembelajaran/kompetensi yang diinginkan.
CONTOH KATA atau FRASA PERTANYAAN atau PERINTAH
(Tingkat Kemudahan Kesulitan Ranah Kognitif)
Tabel 2.6 Contoh skema Tingkat Kemudahan Kesulitan Ranah Kognitif

4. Bagaimana Bersikap Objektif Saat Mengoreksi (Menilai) Jawaban Tes Subjektif


Esai

Paling tidak ada tiga langkah yang harus dilakukan seseorang guru atau dosen
agar berlaku objektif dalam memeriksa, menilai, atau mengoreksi jawaban esai
siswa/ mahasiswa yang cenderung bersifat subjektif karena cara dan gata berfikir,
yaitu:
a. Langkah pertama. Dosen atau guru mencoba menjawab soal atau tugas sebelum
dipromosikan kepada siswa atau mahasiswa, sehingga guru atau dosen dapat
mengetahui beberapa kemungkinan, yaitu:

1) Tingkat kesulitan

2) Tingkat konsumsi waktu

3) Setting waktu yang lebih tepat

4) Kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga.


Contoh soal atau tugas yang akan dikerjakan mahasiswa

Mata kuliah : kritik Sastra


Bobot : 2 sks
Tgl/jam : Ruang:..
Sifat ujian : buku terbuka Dosen:..

Catatan:
Pastikan tulisan anda dibaca oranglain

Pastikan anda mengikuti rambu-rambu setiap soal atau tugas

Bacalah semua soal atau tugas terlebih dahulu dengan cermat.

1. Bait-bait lagu atas nama cinta yang dilantunkan oleh Rossa membawa pesan
tertentu. Uraikan arti, bentuk, dan fungsi cinta dari lirik lagu tersebut ditinjau dari
perspektif teori strukturalisme murni dalam satu paragraph. (20)

2. Novel ayat-ayat cinta karya Habiburrahman El-Shirazy menjadi salah satu


karya best seller. Terbukti buku itu diterbitkan berulang kali. Uraikan kritik anda
tentang keindahan novel itu berdasarkan teori strukturalisme murni Robert
Stanton dalam tiga paragraph. (35)

3. Novel lascar pelangi (2005) karya Andrea Hirata juga mendapat respons
pembaca yang

Tabel 2.7 Contoh Soal/tugas esai

4. Tabel 2.6 Contoh Skema Tingkat Berpikir Tes Esai


5. sangat luar biasa. Terbukti buku tersebut terbit beberapa kali dalam setahun.
Mungkin novel itu merupakan pengalaman hidup pengarang. Buktikan bahwa
novel itu merupakan gambaran realitas masyarakat tertentu berdasarkan teori
strukturalisme genetik dalam empat paragraph. (45)
b. Langkah kedua. Sebelum menilai hasil jawaban, dosen atau guru membuat satu
skema penilaian (marking scheme) yang memuat kata-kata kunci jawaban yang
harus dipenuhi berdasarjan soal ujian atau tes.

Contoh skema penilaian (marking scheme) soal mata kuliah kritik sastra
Bobot
No Kata kunci atau keywords Kt. kunci
Soal
1. Tema: inti atau kristalisasi
pandangan pengalaman
Apa arti cinta? 5
7,5 20
Apa bentuk cinta?
7,5
Apa fungsi cinta?

2. Unsur fakta cerita: alur, tokoh, dan


latar 10
10 35
Unsur sarana cerita: point of
15
view, gaya bahasa

Unsur tema : utama dan pendukung

3. Deskripsi intrinsik 10
Latar belakang pengarang sebagai 10
bagian kelompok 10 45
Latar belakang social 15
Abstraksi pandangan dunia
pengarang
Total perolehan
Tabel 2.8 Contoh skema penilaian (marking scheme)
c. Langkah ketiga, setelah jawaban mahasiswa di tangan, dosen atau guru
memeriksa setiap jawaban tugas atau soal peserta tes berdasarkan skema penilaian
(marking scheme) atau rubric yang sudah dibuat.

Skema penilaian/ marking scheme/ rubrik


Skema penilaian (marking scheme) atau rubric adalah satu pedoman/ petunjuk
nyata yang menunjukkan cara menilai pekerjaan mahasiswa atas tes atau tugas
yang diberikan.

Arti penting skema penilaian adalah sebagai penontrol dosen/guru dalam


mengoreksi atau menilai jawaban-jawaban mahasiswa /siswa karena respons
subjektif mereka yang bermacam-macam, baik terkait cara menjawab, gaya
menjawab, maupun semangat kejiwaan mereka ketika mengerjakan tes atau tugas.
Skema penilaian secara esensial berfungsi sebagai standar penilaian secara
esensial berfungsi sebagai standar penilaian secara objektif dosen/ guru dalam
kondisi seperti apapun, entah ia sedang sibuk atau longgar, sedang senang atau
sters, dan sebagainya. Skema penilaian (marking scheme) sebagai standar
penilaian merupakan usaha nyata untuk mewujudkan budi mulia dalam
pembelajaran di kalangan dosen.

P. Tes melengkapi (Completion Test)


1. Apa tes melengkapi itu?

Tes melengkapi adalah butir soal atau tugas yang jawabannya diisi oleh
peserta tes dengan melengkapi satu kata, satu frasa, satu angka, satu rumus, atau
satu formula.
2. Mengapa menggunakan atau tidak menggunakan tes melengkapi?

a. Kelebihan tes jawaban melengkapi

Relatif mudah dikonstruksi apabila jawabannya sudah pasti.


Lebih cocok untuk mengukur kemampuan mengingat fakta dan prinsip
sederhana

Mampu menguji sebagian besar poko bahasan dalam waktu relatif singkat.

Cocok untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah sederhana dalam


bidang matematika.

Peserta tes harus mengisi jawaban, bukan memilih jawaban.

b. Kelemahan tes jawaban melengkapi

Kurang dapat menguji semua tingkat kemampuan hasil belajar, karena


keterbatasan jawaban satu kata, frasa, angka, atau formula.

Lebih menekankan kemampuan mengingat.

Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, baik dari segi domain
maupun dari segi tingkat kesulitan, khususnya domain kognisi dan afeksi

Tidak dapat mengukur hasil belajar yang mengintregasikan berbegai konsep


atau ide dari berbagai sumber ke dalam satu pikiran utama.

Tidak cocok mengukur hasil belajar yang mengungkapkan pikiran dalam


bemtuk tulis sesuai dengan gaya pikir dan gaya bahasa sendiri.

3. Bagaimana membuat tes melengkapi?

a. beberapa prinsip dan anjuran dalam membuat tes melengkapi


Pastikan mengukur hasil belajar yang penting saja.

Pastikan butir tes atau tugas mengandung masalah yang spesifik.

Pastikan peserta dapat memberikan jawaban secara faktual dan benar.


Dalam menyatakan angka atau jumlah, pastikan menggunakan satuan yang
tepat.

Sebaiknya satu jawaban untuk satu pertanyaan.

Hindari mengutip langsung kalimat dari sumber bahan.

Pastikan semua tempat kosong sama panjangnya.

Pastikan semua es atau tugas tidak diletakkan di awal kalimat.

Pastikan setiap pernyataan tidak lebih dari satu tempat kosong.

b. Membuat tes melengkapi (contoh)


1. teori kritik sastra arab klasik disebut . . .
2. teori strukturalismu genetik dikembangkan oleh . . .
3. Karya agung Kahlil Gibran adalah . . .
Q. Tes pilihan ganda ( Multiple Choice)
1. Apa tes pilihan ganda itu?
Tes pilihan ganda adalah butir soal atau tugas yang jawabannya dipilih dari
alternatif yang lebih dari dua. Alternatif jawaban kebanyakan berkisar antara 4
(empat) dan 5 (lima). Pilihan ganda terdiri atas dua bagian, yaitu:
a. Bagian pertama disebut stem yang dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan.
b. Bagian kedua disebut opini atau alternatif jawaban. Alternatif jawaban terdiri atas
dua unsur, yaitu:
Kunci jawaban sebagai jawaban yang benar

Alternatif bukan kunci disebut dengan pengecoh atau distractor atau foils

Tes pilihan ganda ada beberapa macam, yaitu:


a. Pilihan ganda biasa
b. Pilihan ganda analisis hubungan antar hal
c. pilihan ganda analisis khusus
d. Pilihan ganda menggunakan gambar, grafik, atau tabel
2. Mengapa menggunakan atau tidak menggunakan tes pilihan ganda?
a. kelebihan tes pilihan ganda
Dapat mengukur semua tujuan pembelajaran/ kompetensi, khususnya domain
kognisi, dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

Dapat menggunakan butir tes yang relatif banyak yang mewakili bahan ajar
yang lebih luas.

Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dikerjakan secara objektif.

Pensokran hasil kerja peserta tes dapat dikerjakan oleh mesin atau orang lain
secara objektif, karena sudah ada kunci jawaban.

Menuntutkecermatan yang tinggi untuk membedakan jawaban yang paling


benar diantara jawaban yang benar.

Dapat mengurangi kesempatan menebak, karena obtion-nya lebih dari dua.

Tingkat kesukaran butir tes relatif dapat dikendalikan dengan mengubah tingkat
homogenitas alternatif jawaban.

b. kelemahan tes pilihan ganda


Sukar dikonstruksi, khususnya mencari alternatif jawaban yang homogen.

Ada kecenderungan hanya menguji kemampuan ingatan domain kognisi.

Kurang cocok untuk menguji hasil belajar yang menyeluruh atau total.

Testwise mempunyai pengaruh pada hasil tes peserta karena faktor kebiasaan.

Tidak dapat mengatur semua tujuan pembelajaran/kompetensi yang lebih


menekankan pada pendemonstrasian ketrampilan dan pengungkapan sesuatu yang
ekspresif.

Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, baik dari segi domain
maupun dari segi ringan kesulitan, khususnya domain afeksi dan motorik.

3. Bagaimana membuat tes pilihan ganda?


a. Beberapa prinsip dalam membuat tes pilihan ganda

Pastikan inti pokok ide ditempatkan pada pertanyaan atau pernyataan9stem)

Pastikan alternatif jawaban bersifat homogen, agar salah satu dari semua
alternatif jawaban ada kemungkingn sebagai jawaban yang benar.

Pastikan tidak ada pengulangan kata yang sama dalam pilihan

Pastikan redaksi kalimat padat, singkat, dan jelas

Pastikan susunan alternatif jawaban dibuat terarur(berderet dari atas ke bawah)


dan seragam

Pastikan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata kebanyakan, sering
kali, kadang-kadang, dan sejenisnya.

b. Beberapa anjuran dalam membuat tes pilihan ganda


Seyogyanya susunan alternatif jawaban teratur secara alfabetis (berderet dari
atas kebawah)

Seyogyanya susunan alternatif jawaban yang berupa angka atau bilangan


berderet dari yang kecil ke yang lebih besar atau sebaliknya (berderet dari atas ke
bawah)

Seyogyanya alternatif jawaban teratur dan seimbang, baik jumlah kata maupun
panjang frasa

Seyogyanya tidak menggunakan semua yang diatas benar atau tidak satupun
yang diatas benar

Seyogyana alternatif jawaban terdiri atas tiga buah atau lebih dan maksimal
lima

Seyogyanya stem dalam kalimat adalah positif, bukan negatif. Jika stem adalah
kalimat negatif, maka kata negatif
Seyogyanya bagian stem yang kosong diletakkan di ujung pertanyaan, bukan di
tengah-tengah kalimat untuk melengkapi peryataan

Seyogyanya susunan alternatif jawaban agak masuk ke dalam untuk


membedakan dari sistem

c. Membuat tes pilihan ganda (contoh)

1) Penelitian yang berusaha menghubungkan antara karya sastra dengan realitas


sosial disarankan menggunakan teori . . .

A. Semantic

B. Semiotic

C. Strukturalisme

D. strukturalime genetik

2) Salah stu pelopor kritik sastra feminis di Barat adalah . . .

A. E. M. Foster

B. M. H. Abrams

C. Simone de Beauvoir

D. Susan Gubar

R. KOMPONEN-KOMPONEN TES
Menurut Arikunto (2009) Komponen atau kelengkapan sebuah tes terdiri atas:
a. Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus
dikerjakan oleh siswa.

b. Lembar jawaban tes yaitu lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi testee
untuk mengerjakan tes. Untuk soal bentuk pilihan ganda biasanya dibuatkan
lembaran nomor dan huruf a, b, c, d dan menurut banyaknya alternative yang
disediakan.

c. Kunci jawaban tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban


ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata atau kalimat. Untuk tes
bentuk uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat
untuk memberikan ancar-ancar jawaban.

Ide daripada adanya kunci jawaban ini adalah agar:

1) Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain.

2) Pemeriksaannya betul.

3) Dilakukan dengan mudah.

4) Sesedikit memungkinkan masuknya unsur subjektif.

d. Pedoman penilaian atau pedoman skoring berisi keterangan perincian tentang


skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan.

Contoh pedoman penilaian


Tiap soal diberi skor 1.

Jumlah skor: 1 x 10 = 10

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, penulis soal dapat mengambil
atau memperhatikan jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para ahli
pendidikan, di antaranya seperti Ranah kognitif, Jenis perilaku yang
dikembangkan oleh Quellmalz, Jenis perilaku yang dikembangkan R. J. Mazano
dkk, Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne, Domain afektif yang
dikembangkan David Krathwohl, Domain psikomotor yang dikembangkan
Norman E. Gronlund dan R. W. de Maclay, dan Keterampilan berpikir yang
dikembangkan Linn dan Gronlund.
Setelah kegiatan penentuan materi yang akan ditanyakan selesai
dikerjakan, maka kegiatan berikutnya adalah menentukan secara tepat perilaku
yang akan diukur. Perilaku yang akan diukur tergantung pada tuntutan kompetensi
yang ingin dicapai, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya.
Langkah berikutnya meliputi penentuan dan penyebaran soal, penyusunan kisi-
kisi, perumusan indikator soal,penyusunan butir soal dan penulisan soal. Dalam
penulisan soal terdapat cara-cara ataupun langkah-langkah tersendiri sesuai
dengan jenis soal tesnya.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.


Munthe, B. 2014. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit PT Pustaka Insan Madani.
Wahidmurni, Mustikawan, A., & Ridho, A..2010. Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi
dan Praktik. Yogyakarta: Penerbit Nuha Litera.
Wiyono, B. B., & Sunarni. 2009. Evaluasi Program Pendidikan dan Pembelajaran.
Malang: Penerbit Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai