MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Evaluasi Program Pendidikan
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. H. Bambang Budi Wiyono, M.Pd
dan Bapak Imam Gunawan, M.Pd
oleh
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL . i
DAFTAR ISI . ii
DAFTAR TABEL . iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Jenis Perilaku Yang Dapat Diukur .. 3
B. Penentuan Perilaku Yang Akan Diukur 9
C. Penentuan Dan Penyebaran Soal . 10
D. Penyusunan Kisi-Kisi .. 10
E. Perumusan Indikator Soal 11
F. Langkah-Langkah Penyusunan Butir Soal .. 12
G. Penyusunan Butir Soal Tes Tulis 12
H. Penulisan Soal Bentuk Uraian . 16
I. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda . 18
J. Penulisan Butir Soal Untuk Tes Praktik .. 22
K. Kaidah Penulisan Butir Soal Tes Praktik 22
L. Penulisan Soal Penilaian Kinerja (Performance Assessment) 24
M. Penulisan Soal Penilaian Penugasan (Project) 24
N. Penulisan Soal Penilaian Hasil Karya (Product) 24
O. Penyusunan Soal Tes Esai .. 24
P. Tes melengkapi (Completion Test) . 32
Q. Tes pilihan ganda ( Multiple Choice) .. 33
R. Komponen-Komponen Tes . 36
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan .. 37
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................ 38
DAFTAR TABEL
Halaman
A. LATAR BELAKANG
Evaluasi merupakan komponen yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Dengan sistem evaluasi yang baik, maka kualitas
pembelajaran diharapkan dapat meningkat. Untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran tersebut, evaluasi sebaiknya memperhatikan komponen-komponen
yang ada.
Namun, evaluasi pendidikan yang dilaksanakan selama ini dirasakan
belum memberikan distribusi yang cukup untuk peningkatan kualitas pendidikan.
Hal ini disebabkan oleh sistem evaluasi yang digunakan belum tepat atau
pelaksanaanya belum seperti yang diharapkan. Dengan sistem evaluasi yang baik
maka akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik
sehingga dapat memotivasi peserta didik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa jenis perilaku yang dapat diukur?
2. Apa saja penentuan perilaku yang akan diukur?
3. Bagaimana penentuan dan penyebaran soal?
4. Bagaimana penyusunan kisi-kisi?
5. Bagaimana perumusan indikator soal?
6. Apa saja langkah-langkah penyusunan butir soal?
7. Bagaimana penyusunan butir soal tes tulis?
8. Bagaimana penulisan soal bentuk uraian?
9. Bagaimana penulisan soal bentuk pilihan ganda?
10. Bagaimana penulisan butir soal untuk tes praktik?
11. Apa saja kaidah penulisan butir soal tes praktik?
12. Bagaimana penulisan soal penilaian kinerja (performance
assessment)?
13. Bagaimana penulisan soal penilaian penugasan (project)?
14. Bagaimana penulisan soal penilaian hasil karya (product)?
15. Apa saja komponen-komponen tes?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui jenis perilaku yang dapat diukur
2. Untuk mengetahui penentuan perilaku yang akan diukur
3. Untuk mengetahui penentuan dan penyebaran soal
4. Untuk mengetahui penyusunan kisi-kisi
5. Untuk mengetahui perumusan indikator soal
6. Untuk mengetahui langkah-langkah penyusunan butir soal
7. Untuk mengetahui penyusunan butir soal tes tulis
8. Untuk mengetahui penulisan soal bentuk uraian
9. Untuk mengetahui penulisan soal bentuk pilihan ganda
10. Untuk mengetahui penulisan butir soal untuk tes praktik
11. Untuk mengetahui kaidah penulisan butir soal tes praktik
12. Untuk mengetahui penulisan soal penilaian kinerja (performance
assessment)
13. Untuk mengetahui penulisan soal penilaian penugasan (project)
14. Untuk mengetahui penulisan soal penilaian hasil karya (product)
15. Untuk mengetahui komponen-komponen tes
BAB II
PEMBAHASAN
3) Sebutkan satuan yang dipakai dalam sistem MKS untuk besaran massa,
panjang, waktu, kecepatan, dan percepatan?
Pilihan ganda
1) Ketahanan nasional Indonesia mencakup kebulatan aspek social dan aspek
ilmiah. Kedua aspek tadi disebut:
a) Dwi Gatra.
b) Panca gatra
c) Catur gatra
d) Tri gatra
b. Soal pemahaman
c. Soal aplikasi
b) 5 cm
c) 10 cm
d) 15 cm
e) 30 cm
d. Soal analisis
Soal analisis adalah soal yang menuntut kemampuan siswa untuk menganalisis
atau menguraikan suatu persoalan untuk diketahui bagian-bagiannya. Soal analisis
harus dimulai dengan kasus yang dikarang sendiri oleh guru, bukan mengambil
uraian dari buku atau catatan pelajaran. Kata-kata yang digunakan atau
kemampuan yang dituntut antara lain meliputi: memerinci, menyusun diagram,
membedakan, mengilustrasikan, menyimpulkan, memilih, memisahkan, membagi.
Contoh:
Kisah Bendungan Aswan
Bendungan Aswan selesai dibangun tahun 1970, setelah memakan waktu 11 tahun
dan menelan biaya satu miliar dollar AS. Maksud dibuat bendungan ini adalah
untuk menyimpan 163 juta m air, cukup untuk mengairi tanah-tanah pertanian
selama 12 tahun dan dapat menghasilkan tenaga listrik sebesar 10.000 juta
kilowatt/tahun dan seterusnya.
Soal:
Karena adanya bendungan Aswan maka daerah pertanian dihilir bendungan
menjadi tidak subur.
SEBAB
Air irigasi daerah dibagian hilir bendungan aswan tidak banyak membawa lumpur
yang mengandung bahan organic.
e. Soal sintesis
Contoh:
Kasus dapat diambil dari kisah bendungan aswan
Soal:
Bagaimana kesuburan tanah disekitar bendungan aswan? Bedakan keadaan
dibagian hulu dan hilir dengan kemungkinan lumpur yang terbawa arus air dan
sebagainya.
B. PENENTUAN PERILAKU YANG AKAN DIUKUR
Setelah kegiatan penentuan materi yang akan ditanyakan selesai
dikerjakan, maka kegiatan berikutnya adalah menentukan secara tepat perilaku
yang akan diukur. Perilaku yang akan diukur tergantung pada tuntutan kompetensi
yang ingin dicapai, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya. Setiap
kompetensi di dalam kurikulum memiliki tingkat keluasan dan kedalaman
kemampuan yang berbeda. Semakin tinggi kemampuan/perilaku yang diukur
sesuai dengan target kompetensi, maka semakin sulit soal dan semakin sulit pula
menyusunnya. Dalam Standar Isi, perilaku yang akan diukur dapat dilihat pada
perilaku yang terdapat pada rumusan kompetensi dasar atau pada standar
kompetensi.
Bila ingin mengukur perilaku yang lebih tinggi, pendidik dapat mendaftar
terlebih dahulu semua perilaku yang dapat diukur, mulai dari perilaku yang sangat
sederhana/mudah sampai dengan perilaku yang paling sulit/tinggi, berdasarkan
rumusan kompetensinya (baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar).
Dari susunan perilaku itu, dipilih satu perilaku yang tepat diujikan kepada peserta
didik, yaitu perilaku yang sesuai dengan kemampuan peserta didik di kelas
(Wahidmurni, dkk., 2010).
D. PENYUSUNAN KISI-KISI
Kisi-kisi tes merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan
diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup
dan sebagai petunjuk dalam menulis soal (Wahidmurni, dkk., 2010). Kisi-kisi
dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini.
Jawaban singkat yang diminta dapat berupa sebuah alinea, sebuah kalimat, kata-
kata, simbol-simbol, maupun bilangan. Beda antara bentuk jawaban singkat dan
melengkapi sederhana sekali, yaitu pada soal jawaban singkat yang dihadapi teste
berupa pernyataan (kalimat tanya), sedangkan dalam soal melengkapi berupa
pernyataan yang belum selesai (kalimat berita yang belum selesai).
2. Soal benar salah atau soal dua alternatif konstan
Bentuk soal tes benar salah menuntut siswa untuk memilih dua alternatif. Isi
jawabannya hanya salah, atau ya dan bukan atau tidak, atau yang lain
yang semacam itu. Jawaban yang diberikan siswa hanya merupakan pendapat atas
suatu pertanyaan.
3. Soal latihan memasangkan atau menjodohkan (matching exercise)
Soal initerdiri dari kelompok kata-kata, bilangan, atau simbol-simbol yang harus
dipasangkan atau dijodohkan, dengan prnyataan yang tersedia. Soal pada
kelompok yang tersedia untuk diberi pasangan biasanya disebut premises,
sedangkan kelompok pilihan yang harus dijodohkan dengan responses.
Tes menjodohkan adalah butir soal atau tugas yang jawabannya
dijodohkan dengan seri jawaban. Dengan kata lain, tugas peserta tes hanya
menjodohkan premis dengan salah satu seri jawaban. Tes menjodohkan terdiri
atas dua bagian (kolom) menurut Munthe (2014), yaitu:
1. Bagian pertama disebut seri stem, atau premis, atau pokok soal yang dapat
berbentuk pernyataan atau pertanyaan.
2. Bagian kedua disebut seri jawaban.
Format tes menjodohkan menurut Munthe (2014) dapat berbentuk:
1. Kolom pertama atau lajur kiri untuk stem atau pokok soal.
2. Kolom kedua atau lajur kanan untuk seri jawaban.
Kelebihan tes pilihan ganda menurut Munthe (2014):
1. Sangat baik untuk menguji hasil belajar tentang istilah, definisi, peristiwa, dan
penanggalan.
2. Sangat baik untuk menguji kemampuan menghubungkan dua hal yang
berhubungan langsung dan tidak langsung.
3. Relatif mudah dikonstruksi, khususnya dalam satu pokok bahasan tertentu.
4. Relatif dapat menguji banyak bahan ajar yang lebih luas.
5. Mudah diskor oleh dosen/guru secara langsung atau oleh orang lain, karena
sudah ada kunci jawaban.
6. Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dikerjakan secara objektif.
Kelemahan tes pilihan ganda menurut Munthe (2014):
1. Ada kecenderungan terlalu menguji kemampuan aspek ingatan.
2. Kurang cocok untuk mengukur hasil belajar secara menyeluruh.
3. Tidak dapat mengukur semua tujuan pembelajaran/kompetensi yang lebih
menekankan pada pendemonstrasian keterampilan dan pengungkapan sesuatu
yang ekspresif.
4. Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, baik dari segi domain
maupun dari segi tingkat kesulitan, khususnya domain afeksi dan motorik.
5. Tidak dapat mengukur hasil belajar yang mengintegrasikan berbagai konsep
atau ide dari berbagai sumber ke dalam satu pikiran utama.
6. Tidak cocok untuk mengukur hasil belajar yang mengungkapkan pikiran dalam
bentuk tulis sesuai dengan gaya pikir dan gaya bahasa seseorang.
Beberapa prinsip dalam membuat tes menjodohkan menurut Munthe (2014):
1. Pastikan seri pernyataan atau pertanyaan (kolom pertama/jalur kiri) dan seri
jawaban (kolom kedua/jalur kanan) bersifat homogen, agar salah satu dari semua
seri jawaban ada kemungkinan sebagai jawaban yang benar.
2. Pastikan petunjuk mengerjakan tes jelas.
3. Seyogianya seri pernyataan atau pertanyaan tidak lebih dari lima item, karena
kalau lebih akan membingungkan dan mengurangi homogenitas.
4. Seyogianya seri jawaban lebih banyak dari seri pernyataan atau pertanyaan
untuk mendorong peserta tes lebih cermat.
5. Seyogianya seri pernyataan (stem) diberi urut dengan menggunakan huruf.
6. Seyogianya tes ditulis dalam halaman yang sama.
4. Soal tes untuk pilihan ganda atau multiple choice
Soal ini memiliki dua bagian yaitu bagian permasalahan yang dapat berbentuk
pernyataan langsung atau pernyataan yang belum lengkap dan bagian yang
merupakan alternatif-alternatif jawaban.pada tes bentuk ini siswa diminta untuk
membaca soal dan alternati-alternatif pilihan jawaban yang sebenarnya dipilih
(benar) disebut jawaban. Tes ini (pada bagian stem) berupa pertanyaan langsung
mrupakan bentuk yang biasa dikenal siswa namun demikian pertanyaan langsung
yang kurang baik menyebabkan siswa bingung menentukan pilihan yang benar.
Jadi pertanyaan langsung dapat dipakai bila memang dapat memperjelas
permasalahan dan hanya da satu jawaban yang betul dan meyakinkan. Jadi
bersifat diskrit.
5. Tes essai
Tes essai harus mampu mengukur hasil-hasil belajar yang tidak dapat diukur
dengan tes objektif. Tes essai dapat mengukur aspek-aspek kemampuan sebagai
hasil belajar yang meliputi kemampuan untuk menjawab (bukan memilih)
daripada hanya sekedar mengidentifikasi interpretasi-interpretasi dan aplikasi-
aplikasi dari data yang disajikan kepada siswa.
KARTU SOAL
Jenis Penyusunan
1. ..
Sekolah : :
Mata
2. .
Pelajaran :
Bahan
3. .
Kls/Smt :
Bentuk Tahun ...
Soal : Ajaran:
Aspek yang
diukur:
MATERI
NO. SOAL:
INDIKATOR
SOAL
KETERANGAN SOAL
JUMLA
DIGUNAKA TGL H
NO. KETERANGAN
N UNTUK . PESERT
A DIDIK
Jenis
1.
Sekolah Penyusunan :
..
:
Mata
2.
Pelajaran
.
:
Bahan 3.
Kls/Smt : .
Bentuk
Soal :
Tahun
Ajaran :
Aspek yang
diukur:
KOMPETENSI BUKU
DASAR SUMBER:
MATERI
NO. SOAL:
KUNCI :
INDIKATOR
SOAL
KETERANGAN SOAL
JUMLA
H
NO DIGUNAKA TG T D KE
PESERT PROPORSI PEMILIH
. N UNTUK L. K P T.
A
DIDIK
OMI
A D E
B C T
Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan
jawabannya. Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban
yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar
pertanyaan/stimulus bila ada, (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang
terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh. Kaidah penulisan soal pilihan ganda
adalah seperti berikut ini (Wahidmurni, dkk., 2010).
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku
dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b. Pengecoh harus berfungsi.
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya
mempunyai satu kunci jawaban.
2. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Kemampuan/materi yang
hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau
penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya
mengandung satu persoalan/gagasan.
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja. Apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak
diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Pada pokok
soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat
memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Pada
pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti
negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik
terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan
negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang
negatif ganda itu sendiri.
e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Semua
pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh
pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus
berfungsi.
f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan
karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang
karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lengkap dan merupakan kunci
jawaban.
g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan Semua pilihan jawaban di
atas adalah salah atau Semua pilihan jawaban di atas adalah benar. Dengan
adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang
satu karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan
pernyataan itu menjadi tidak homogen.
h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Pilihan jawaban yang berbentuk
angka harus disusun dari nilai angka yang paling kecil berurutan sampai nilai
angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang
menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit
dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.
i. Gsmbar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi.
j. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna
tidak pasti seperti: sebaikanya, umumnya, kadang-kadang.
k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan
pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab
benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.
3. Bahasa/Budaya
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi:
a)pemakaian kalimat: (1) unsur subjek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b)
pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata; dan c) pemakaian ejaan: (1)
penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.
b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah
dimengerti warga belajar/peserta didik.
c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu
kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.
Tes esai adalah butir soal atau tugas yang jawabannya diisi oleh peserta tes
dengan gagasan-gagasan deskriptif dan argumentatif.
1. Kelebihan Tes Esai
a. Cocok untuk mengukur hasil belajaryang kompleks, baik dari segi domain
maupun dari segi tingkat kesulitan, khususnya domain afektif dan kognitif.
d. Cocok untuk mendorong siswa atau mahasiswa supaya lebih giat belajar dalam
mempersiapkan diri untuk mengisi jawaban.
e. Cocok untuk tidak memberikan kesempatan kepada siswa/ mahasiswa
berspekulasi, karena mereka tidak bisa memilih jawaban tes seperti dalam tes
objektif.
f. Cocok bsgi guru atau dosen yang memiliki waktu sangat terbatas dalam hal
pembuatan tes, karena mudah disiapkan dan disusun serta tidak banyak butir tes.
h. Cocok untuk mengetahui secara tidak langsung tentang sikap, nilai, atau
pandangan siswa/mahasiswa yang terkandung dalam jawaban.
b. Kadar realibilitas rendah. Skor yang diproleh peserta tes tidak konsisten bila tes
yang sama/ parallel diuji ulang beberapa kali. Hal tersebut dikarenakan
keterbatasan sampel bahan yang tertuang dalam tes atau tugas, batas-batas tugas
longgar, dan subjektifitas penskoran.
c. Kadar validitas rendah karena sukar diketahui bidang materi yang telah dikuasai
siswa atau mahasiswa.
d. Kurang dapat mewakili seluruh skor bahan pelajaran atau kuliah, karena tes atau
tugas sangat terbatas atau hanya beberapa saja.
f. Pemeriksaan jawaban soal atau tugas membutuhkan waktu yang sangat banyak,
apalagi jika tidak dibantu dengan skema penilaian (marking scheme).
g. Pemeriksaan jawaban soal atau tugas tidak dapat diwakilkan kepada orang yang
bukan disiplinnya.
h. Memerlukan waktu yang cukup banyak untuk menyelesaikan soal atau tugas
dengan baik oleh siswa atau mahasiswa.
i. Jawaban soal atau tugas oleh siswa atau mahasiswa terkadang tidak fokus,
bahkan melantur karena tidak menguasai materi.
3) Pastikan waktu yang tersedia sesuai dengan cakupan materi tes atau tugas.
4) Pastikan panduan umum, petunjuk awal, dan petunjuk setiap butir tugas atau
soal ditulis dengan rinci dan mudah dipahami peserta tes.
5) Pastikan waktu yang tersedia sesuai dengan kemampuan rata-rata siswa atau
mahasiswa yang pandai dan kurang pandai.
6) Pastikan tes atau tugas sesuai dengan tingkat berpikir siswa atau mahasiswa.
7) Pastikan ruang lingkup tes atau tugas agar peserta tes tahu apa yang harus
dipelajari.
8) Pastikan tes atau tugas tidak menggunakan kata atau ungkapan yang
menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian (dari segi bahasa).
9) Pastikan tes atau tugas tidak mengandung kata atau ungkapan yang tabu yang
dapat menyinggung perasaan siswa atau mahasiswa (dari segi budaya).
1) Seyogianya setiap tes atau tugas memiliki skor maksimal yang tertulis di
belakang pernyataan.
2) Seyogianya setiap tes atau tugas memiliki karakteristik yang jelas apakah uraian
bebas atau uraian terbatas.
5) Seyogianya menghindari soal atau tugas yang dapat dipilih, seperti pilihlah dua
dari tiga soal atau tugas, atau seperti soal no. 1 dan 2 wajib dikerjakan, dan
silahkan pilih satu dari soal atau tugas no. 3 dan 4.
6) Seyogianya butir soal atau tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.
Bersifat terbuka
Fleksibel
Tidak terstruktur
Lumpur lapindo sudah hampir tiga tahun meluap (2006), tetapi belum kunjung
berhenti. Ia telah banyak memengaruhi kehidupan masyarakat sekitar. Uraikan
pendapat anda tentang pengaruh lumpur Lapindo terhadap sistem keimanan
masyarakat kepada Tuhan.
Novel Ayat-Ayat Cinta menjadi salah satu novel best seller. Karya itu terbukti
diterbitkan berulang kali. Uraikan kritik Anda tentang keindahan novel itu.
Dibatasi isi, jumlah butir dan atau ruang lingkup, jawaban yang diinginkan.
Lumpur lapindo sudah hampir tiga tahun meluap (2006), tetapi belum kunjung
berhenti. Ia telah banyak memengaruhi kehidupan masyarakat sekitar. Uraikan
pendapat anda tentang pengaruh lumpur Lapindo terhadap sistem keimanan
masyarakat kepada Tuhan dari perspektif determenisme atau jabariyah dalam dua
paragraf.
Novel Ayat-Ayat Cinta menjadi salah satu novel best seller. Karya itu terbukti
diterbitkan berulang kali. Uraikan kritik Anda tentang keindahan novel itu dari
perspektif teori strukturalisme murni dalam tiga paragraf.
Tabel di bawah ini mungkin dapat membantu Anda mendesain pernyataan atau
tugas esai yang sesuai dengan tujuan pembelajaran/kompetensi yang diinginkan.
CONTOH KATA atau FRASA PERTANYAAN atau PERINTAH
(Tingkat Kemudahan Kesulitan Ranah Kognitif)
Tabel 2.6 Contoh skema Tingkat Kemudahan Kesulitan Ranah Kognitif
Paling tidak ada tiga langkah yang harus dilakukan seseorang guru atau dosen
agar berlaku objektif dalam memeriksa, menilai, atau mengoreksi jawaban esai
siswa/ mahasiswa yang cenderung bersifat subjektif karena cara dan gata berfikir,
yaitu:
a. Langkah pertama. Dosen atau guru mencoba menjawab soal atau tugas sebelum
dipromosikan kepada siswa atau mahasiswa, sehingga guru atau dosen dapat
mengetahui beberapa kemungkinan, yaitu:
1) Tingkat kesulitan
Catatan:
Pastikan tulisan anda dibaca oranglain
1. Bait-bait lagu atas nama cinta yang dilantunkan oleh Rossa membawa pesan
tertentu. Uraikan arti, bentuk, dan fungsi cinta dari lirik lagu tersebut ditinjau dari
perspektif teori strukturalisme murni dalam satu paragraph. (20)
3. Novel lascar pelangi (2005) karya Andrea Hirata juga mendapat respons
pembaca yang
Contoh skema penilaian (marking scheme) soal mata kuliah kritik sastra
Bobot
No Kata kunci atau keywords Kt. kunci
Soal
1. Tema: inti atau kristalisasi
pandangan pengalaman
Apa arti cinta? 5
7,5 20
Apa bentuk cinta?
7,5
Apa fungsi cinta?
3. Deskripsi intrinsik 10
Latar belakang pengarang sebagai 10
bagian kelompok 10 45
Latar belakang social 15
Abstraksi pandangan dunia
pengarang
Total perolehan
Tabel 2.8 Contoh skema penilaian (marking scheme)
c. Langkah ketiga, setelah jawaban mahasiswa di tangan, dosen atau guru
memeriksa setiap jawaban tugas atau soal peserta tes berdasarkan skema penilaian
(marking scheme) atau rubric yang sudah dibuat.
Tes melengkapi adalah butir soal atau tugas yang jawabannya diisi oleh
peserta tes dengan melengkapi satu kata, satu frasa, satu angka, satu rumus, atau
satu formula.
2. Mengapa menggunakan atau tidak menggunakan tes melengkapi?
Mampu menguji sebagian besar poko bahasan dalam waktu relatif singkat.
Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, baik dari segi domain
maupun dari segi tingkat kesulitan, khususnya domain kognisi dan afeksi
Alternatif bukan kunci disebut dengan pengecoh atau distractor atau foils
Dapat menggunakan butir tes yang relatif banyak yang mewakili bahan ajar
yang lebih luas.
Pensokran hasil kerja peserta tes dapat dikerjakan oleh mesin atau orang lain
secara objektif, karena sudah ada kunci jawaban.
Tingkat kesukaran butir tes relatif dapat dikendalikan dengan mengubah tingkat
homogenitas alternatif jawaban.
Kurang cocok untuk menguji hasil belajar yang menyeluruh atau total.
Testwise mempunyai pengaruh pada hasil tes peserta karena faktor kebiasaan.
Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, baik dari segi domain
maupun dari segi ringan kesulitan, khususnya domain afeksi dan motorik.
Pastikan alternatif jawaban bersifat homogen, agar salah satu dari semua
alternatif jawaban ada kemungkingn sebagai jawaban yang benar.
Pastikan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata kebanyakan, sering
kali, kadang-kadang, dan sejenisnya.
Seyogyanya alternatif jawaban teratur dan seimbang, baik jumlah kata maupun
panjang frasa
Seyogyanya tidak menggunakan semua yang diatas benar atau tidak satupun
yang diatas benar
Seyogyana alternatif jawaban terdiri atas tiga buah atau lebih dan maksimal
lima
Seyogyanya stem dalam kalimat adalah positif, bukan negatif. Jika stem adalah
kalimat negatif, maka kata negatif
Seyogyanya bagian stem yang kosong diletakkan di ujung pertanyaan, bukan di
tengah-tengah kalimat untuk melengkapi peryataan
A. Semantic
B. Semiotic
C. Strukturalisme
D. strukturalime genetik
A. E. M. Foster
B. M. H. Abrams
C. Simone de Beauvoir
D. Susan Gubar
R. KOMPONEN-KOMPONEN TES
Menurut Arikunto (2009) Komponen atau kelengkapan sebuah tes terdiri atas:
a. Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus
dikerjakan oleh siswa.
b. Lembar jawaban tes yaitu lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi testee
untuk mengerjakan tes. Untuk soal bentuk pilihan ganda biasanya dibuatkan
lembaran nomor dan huruf a, b, c, d dan menurut banyaknya alternative yang
disediakan.
2) Pemeriksaannya betul.
Jumlah skor: 1 x 10 = 10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, penulis soal dapat mengambil
atau memperhatikan jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para ahli
pendidikan, di antaranya seperti Ranah kognitif, Jenis perilaku yang
dikembangkan oleh Quellmalz, Jenis perilaku yang dikembangkan R. J. Mazano
dkk, Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne, Domain afektif yang
dikembangkan David Krathwohl, Domain psikomotor yang dikembangkan
Norman E. Gronlund dan R. W. de Maclay, dan Keterampilan berpikir yang
dikembangkan Linn dan Gronlund.
Setelah kegiatan penentuan materi yang akan ditanyakan selesai
dikerjakan, maka kegiatan berikutnya adalah menentukan secara tepat perilaku
yang akan diukur. Perilaku yang akan diukur tergantung pada tuntutan kompetensi
yang ingin dicapai, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya.
Langkah berikutnya meliputi penentuan dan penyebaran soal, penyusunan kisi-
kisi, perumusan indikator soal,penyusunan butir soal dan penulisan soal. Dalam
penulisan soal terdapat cara-cara ataupun langkah-langkah tersendiri sesuai
dengan jenis soal tesnya.
DAFTAR RUJUKAN