PERSPEKTIF AL QURAN
(TELAAH SURAH AL HUJURAT AYAT 9-13)
SKRIPSI
Oleh
SITI TAFWIROH
NIM : 111 09 031
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721
Wibsite : www.stainsalatiga.ac.id Email : administrasi@stainsalatiga.ac.id
M. Gufron, M.Ag
DOSEN STAIN SALATIGA
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 eksemplar
Hal
: Naskah skripsi
Saudari Siti Tafwiroh
Kepada:
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari :
Nama
: SITI TAFWIROH
NIM
: 11109031
Jurusan/ Progdi
: Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul
: PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
PERSPEKTIF AL QURAN (Telaah Surah al
Hujurat Ayat 9-13)
Dengan ini kami mohon skripsi saudari tersebut diatas supaya segera
dimunaqosahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 09 Januari 2014
Pembimbing
M. Gufron, M. Ag.
NIP. 19720814 200312 1 001
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721
Wibsite : www.stainsalatiga.ac.id Email : administrasi@stainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PERSPEKTIF AL QURAN
(TELAAH SURAH AL HUJURAT AYAT 9-13)
Disusun oleh :
SITI TAFWIROH
NIM : 11109031
Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan
Tarbiya h PAI, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada
tanggal 2 Maret 2014, dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh
gelar sarjana S1 kependidikan Islam.
Susuanan Panitia Ujian
Ketua penguji
: Dr. Imam Sutomo, M. Ag
Sekretaris penguji
Penguji I
: Drs. A. Bahrudin, M. Ag
Penguji II
Penguji III
DEKLARASI
SITI TAFWIROH
NIM: 11109031
MOTTO
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang
Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.
(Q.S. Maryam: 96)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah ala kulli hal wa nimah, dengan izin Allah skripsi ini selesai.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ibu dan Bapakku beserta seluruh keluarga yang telah mendukung penulis
sepenuhnya untuk belajar di STAIN Salatiga.
2. Dosen STAIN Salatiga yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga ilmu beliau menjadi ilmu yang bermanfaat.
3. Bapak KH. Masduq Chariri dan Abah Mansur Azizi beserta keluarga besar
yang senantiasa penulis nantikan berkah doa dan ilmunya.
4. Ibu Nyai Hj. Zulaicho beserta keluarga besar yang senantiasa penulis
nantikan fatwa dan barakahnya.
5. Teman-teman RUQ dan al Azhar yang tak pernah lelah memotivasi
penulis untuk tetap sabar dan tersenyum.
6. Sahabat-sahabatku, mb Pink, mb Retna, mb Accan, mb Bad, mb Bar, dan
mb Eny, terimakasih untuk kasih sayang dan semuanya.
7. Teman-teman se-bantal, mb Aida, de Nani, mb Ella, mb Ila, Nisa, mb
Uliq, mb Shofi, mb Hida, terimakasih atas tawa yang selalu kalian
ciptakan.
8. Teman-teman seperjuangan di kelas PAI A, FataSmart, khususnya
angkatan 2009, merekalah orang-orang luar biasa yang senantiasa ada di
sampingku.
9. Ade
KATA PENGANTAR
Asslamualaikum Wr. Wb
Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Atas
segala limpahan cinta dan kasih-Nya serta nimat yang tak pernah henti dari-Nya,
sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Imam Sutomo M. Ag. selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M. Si. selaku Ketua Program Studi PAI.
3. Bapak Dr. Sumarno Widjadipa selaku dosen pembimbing akademik.
4. Bapak M. Gufron, M. Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran, tenaganya, dan waktunya untuk
membimbing penulis menyusun karya ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan
dan mendukung penulis.
Semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan
mendapatkan ridho Allah SWT.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Salatiga, 09 Januari 2014
Penulis
SITI TAFWIROH
ABSTRAK
Siti Tafwiroh (NIM. 11109031). Pendidikan Multikultural Perspektif Al
Quran (Telaah Surah al Hujurat Ayat 9-13) Program Strata I Jurusan
Pendidikan Agama Islam (STAIN) Salatiga, 2014.
Kata kunci: Pendidikan Multikultural, Al Quran
Penelitian ini merupakan upaya untuk menemukan solusi mengenai
konflik yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. Solusi yang tidak terlepas dari Al
Quran sebagai pedoman hidup seluruh umat manusia. Pendidikan multicultural
dirasa relevan dengan al Quran yang mengandung nilai-nilai universal. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk; 1) Mengetahui nilai-nilai pendidikan
multikultural yang terkandung dalam Al Quran Surah Al Hujurat ayat 9-13, 2)
mengetahui implementasi pendidikan multicultural dalam pendidikan Islam.
Penelitian ini adalah library research, yaitu penelitian dimana objek
penelitiannya digali lewat berbagai sumber kepustakaan. Untuk membahas
permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan kajian tafsir maudlui. Metode ini penulis gunakan untuk
menganalisis ayat- ayat yang membicarakan tema yang sama, yang kemudian
penulis kaitkan dengan paparan mengenai pendidikan multikultral. Sehingga dapat
ditemukan titik temu, bahwa al Quran pun telah menjelaskan nilai-nilai
multikulturalisme yang terkristal di dalamnya.
Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa pendidikan multikultural
merupakan pndidikan yang berbasis keanekaragaman. Perbedaan suku, ras,
agama, sampai kepada perbedaan kelas ekonomi dan sosial, semuanya berhak
mendapatkan hak-haknya sebagai menusia, makhluk Allah paling sempurna.
Semuanya berhak mendapatkan penghormatan dan penghargaam yang sama.
Karena al Quran telah menjelaskan bahwa hanya orang-orang yang bertakwalah
yang paling mulia di sisi-Nya. Allah senantiasa memerintahkan untuk selalu
menghimpun persatuan, karena semua manuisa merupakan saudara, oleh sebab itu
manusia dilarang untuk melakukan hal-hal buruk yang mengakibatkan
perpecahan. Kemudian Allah menjelaskan prinsip dasar hubungan bersosial
kepada seluruh manusia. Nilai-nilai multikulturalisme yang terkandung dalam
lima ayat tersebut adalah; Memupuk Persaudaraan dalam Perbedaan, Saling
Menghargai dan Saling Menghormati, Menjauhkan Diri dari Prasangka, Bersikap
Terbuka, Menumbuhkembangkan Sikap Inklusif, Membangun Sikap Toleransi,
Meningkatkan Ketakwaan Terhadap Allah SWT. Dalam perwujudannya,
Pendidikan multikultural dapat disajikan dalam bentuk materi pembelajaran.
Diintegrasikan dengan pendidikan agama Islam dan pendidikan kewarganegaraan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv
DEKLARASI ................................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian.............................................................. 6
E. Metode Penelitian.................................................................. 6
F. Penegasan Istilah ................................................................... 8
G. Sistematika Pembahasan ....................................................... 10
BAB II
BAB III
ASBABUN
NUZUL
DAN
MUNASABAH
AYAT-AYAT
MULTIKULTURALISME 18
A. Asbabun Nuzul 18
B. Munasabah. 26
BAB IV
PEMBAHASAN ................................................................................ 32
A. Pendidikan Multikultural .. 32
B. Analisis Pendidikan Multikultural dalam Quran Surah al Hujurat
Ayat 9-13.. 62
BAB
PENUTUP
A. Kesimpulan 71
B. Saran .. 72
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wacana tentang pendidikan multikultural saat ini memang sering
diperbincangkan disetiap kalangan, baik dari kalangan politik, agama, sosial,
budaya, dan khususnya dikalangan para pemikir pendidikan. Fenomena
konflik etnis, sosial, budaya, yang kerap muncul di tengah-tengah masyarakat
yang berwajah plural menyebabkan limpungnya arah pendidikan dimasa
depan.
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.
Kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosial-kultural
maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Sekarang ini, jumlah pulau
yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sekitar tiga
belas ribu pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya berjumlah lebih dari
dua ratus juta jiwa, terdiri dari tiga ratus suku yang menggunakan hampir dua
ratus bahasa yang berbeda. Selain itu mereka juga menganut agama dan
kepercayaan yang beragam seperti Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu,
Budha, Konghucu, serta berbagai macam aliran kepercayaan. (Yaqin, 2005:34). Dari kasus di atas, sangat diperlukan sikap terbuka dan menerima setiap
perbedaan yang ada. Setiap manusia berkewajiban menumbuh kembangkan
sikap multikultural. Sikap multikultural merupakan sikap yang terbuka pada
perbedaan. Mereka yang memiliki sikap multikultural berkeyakinan:
perbedaan bila tidak dikelola dengan baik memang bisa menimbulkan
konflik, namun bila kita mampu mengelolanya dengan baik maka perbedaan
justru memperkaya dan bisa sangat produktif. Salah satu syarat agar sikap
mutikultural efektif adalah bila kita mau menerima kenyataan hakiki bahwa
manusia bukan makhluk sempurna, manusia adalah makhluk yang selalu
menjadi. Padahal agar dapat menjadi, manusia membutuhkan sesamanya.
Dengan perkataan lain, sikap yang seharusnya mendasari masyarakat
multikultural adalah sikap rendah hati (=mau menerima kenyataan), bahwa
tidak ada seorang pun yang mampu memiliki kebenaran absolut, karena
kebenaran absolut melampaui ruang dan waktu, padahal manusia adalah
makhluk yang terikat pada ruang dan waktu. Kita merupakan makhluk yang
berjalan bersama menuju kebenaran absolut tersebut. Untuk itu kita perlu
mengembangkan sikap hormat akan keunikan masing-masing pribadi atau
kelompok tanpa membeda-bedakan entah atas dasar gender, agama dan etnis.
(Molan, Putranto, dkk, 2009:16-17). Allah SWT menganjurkan kepada
manusia untuk berbuat kebajikan dan mencegah tindakan keji dalam Quran
Surah Ali Imran ayat 104:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada
kebajikan, menyeru kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar;
merekalah orang yang beruntung. (Tafsir al Misbah, Vol. 2).
Lebih khusus lagi, apabila dilihat dari cara pandang tindak dan
wawasan setiap individu yang ada terhadap berbagai macam fenomena sosial,
budaya, ekonomi, politik dan terhadap hal-hal lainnya, tak dapat dipungkiri,
mereka mempunyai pandangan yang beragam. Contohnya, masyarakat kita
dengan berbagai macam latar belakang yang berbeda seperti pendidikan,
etnis, agama, kelas sosial dan ekonomi mempunyai tindakan dan pandangan
yang berbeda-beda pula tentang berbagai macam fenomena sosial seperti
kesetaraan gender, demokrasi, hak asasi manusia dan terhadap hal-hal
lainnya. Ada anggota masyarakat yang kurang mendukung adanya proses
demokrasi di negara ini, namun di sisi lain tidak sedikit masyarakat yang
menginginkan adanya demokrasi. Ada anggota masyarakat yang sangat
peduli dan selalu memperjuangkan hak-hak asasi manusia, namun di sisi lain
tidak sedikit masyarakat yang tidak peduli terhadap masalah tersebut. Bahkan
mereka dengan sengaja menggilas hak-hak asasi orang lain. Ada anggota
masyarakat yang merespon baik dan bahkan mendukung adanya kesetaraan
gender, namun tidak sedikit masyarakat yang menentangnya. (Yaqin, 2005:34).
Keragaman ini, diakui atau tidak, akan dapat menimbulkan berbagai
persoalan seperti yang sekarang dihadapi bangsa ini. Premanisme,
perseteruan politik, kemiskinan, kekerasan, perusakan lingkungan dan
hilangnya rasa kemanusiaan untuk selalu meghormati hak-hak orang lain, hal
tersebut adalah bentuk nyata sebagai bagian dari multikulturalisme itu.
kemasyarakatan
(ormas)
Islam
terbesar
di
Indonesia;
NU
dan
2.
D. Kegunaan Penelitian
1.
2.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara kerja meneliti, mengkaji dan
menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan
tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian pustaka (library
research) dengan bahan pustaka yang berkaitan pembahasannya dalam
penelitian ini, baik bahan primer maupun skunder.
a. Bahan Primer
Bahan primer merupakan bahan pokok yang diperoleh melalui bukubuku seperti tafsir al Misbah dan tafsir ibnu katsir.
b. Bahan sekunder
Sumber penunjang yang dijadikan alat bantu dalam menganalisa
masalah-masalah
yang
muncul,
yakni
dengan
buku-buku
multicultural
Cross-Cultural
Understanding
untuk
mempunyai
maksud
yang
sama
dalam
arti
sama-sama
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari Adanya kemungkinan penafsiran yang salah
tentang istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian , maka penulis
perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini, antara
lain :
1.
Pendidikan Multikultural
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga ,
masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang
hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan
peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan
datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram
dalam bentuk pendidikan formal, non-formal, dan informal di sekolah,
dan luar sekolah, yang berlansung seumur hidup yang bertujuan
optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar
dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.
(Mudyahardjo, 2010:11).
Sedangkan yang dimaksud dengan multikultural adalah gejala pada
seseorang atau suatu masyarakat yang ditandai oleh kebiasaan
menggunakan lebih dari satu kebudayaan. (http://www.artikata.com/arti341549-multikulturalisme.html).
Dengan kata lain, multikultural adalah beberapa kebudayaan.
Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak),
kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Secara hakiki, dalam kata itu
terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam
komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik.
(Mahfud, 2006:75).
Baidhawy (2005) menyimpulkan mengenai pengertian pendidikan
multikultural. Menurutnya, ada dua istilah penting yang berdekatan
secara makna dan merupakan suatu perkembangan yang sinambung,
yakni pendidikan multietnik dan pendidikan multikultural. pendidikan
multietnik sering dipergunakan di dunia pendidikan sebagai suatu usaha
sistematik dan berjenjang dalam rangka menjembatani kelompokkelompok rasial dan kelompok-kelompok etnik yang berbeda dan
memiliki potensi untuk melahirkan ketegangan dan konflik. Sementara
itu istilah pendidikan multikultural memperluas payung pendidikan
multietnik sehingga memasukkan isu-isu lain seperti relasi gender,
hubungan antar agama, kelompok kepentingan, kebudayaan dan
subkultur, serta bentuk-bentuk lain dari keragaman. Kata kebudayaan
lebih diadopsi dalam hal ini daripada kata rasisme sehingga audiens
dari pendidikan multikultural semacam ini akan lebih mudah menerima
dan mendengarkan. (Baidhawy, 2005:6-7).
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami isi dan kajian skripsi ini, maka
penulis memaparkan sistematika yang terbagi menjadi lima bab beserta
penjelasan secara garis besar isi per babnya.
Bab
pertama
merupakan
bab
pendahuluan.
Dalam
bab
ini
pengertian pendidikan
BAB II
KOMPILASI AYAT-AYAT MULTIKULTURALISME
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu
melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah
Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut
keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang Berlaku adil. (Tafsir Al Misbah, Vol. 13,
hal. 243)
2. Al-Hujurat Ayat 10
3. Al-Hujurat Ayat 11
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolokolok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolokolokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan
pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain,
(karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari
perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela
satu sama lain, dan jagnlah saling memanggil dengan gelar-gelar
yang buruk.seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
(fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka
mereka iutlah orang-orang yang zalim. (Tafsir Al Misbah, Vol. 13,
hal. 250)
4. Al-Hujurat Ayat 12
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. (Tafsir Al Misbah, Vol. 13, hal. 253)
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu. (Tafsir al Misbah, Vol. 13, Hal 236)
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu
adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa
berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi
kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari
dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang
mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita
bohong itu baginya azab yang besar. (Dahlan, Al Farisi, 2009:
372)
5. Al-Hujurat Ayat 13
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Tafsir Al Misbah, Vol. 13,
hal. 260)
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan
yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikanNya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
beritahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
(Shihab, 1999: 491)
Kemudian dalam Quran Surah Yunus ayat 99:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit
dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.
Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tandatanda bagi orang-orang yang mengetahui. (Shihab, 1999: 289)
Quran Surah Al Maidah ayat 69:
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orangorang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka
yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal
saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Tafsir Al Misbah, Vol. 1, Hal. 213)
Selanjutnya, untuk mewujudkan persaudaraan antarpemeluk
agama Al Quran memperkenalkan ajaran:
Bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak
ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan
antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)". (Shihab, 1999: 493)
BAB III
ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH AYAT-AYAT
MULTIKULTURALISME
A. Asbabun Nuzul
1. Al-Hujurat Ayat 9-10
Riwayat yang menyebutkan bahwa ayat 9 turun berkaitan
dengan pertengkaran yang mengakibatkan perkelahian dengan
menggunakan alas kaki, antara kelompok Aus dan Khazraj. Itu
dimulai ketika Rasul SAW. yang mengendarai Keledai melalui
jalan di mana Abdullah Ibn Ubay Ibn Salul sedang duduk dan
berkumpul dengan rekan-rekannya. Saat itu Keledai Rasulullah
SAW buang air, lalu Abdullah yang merupakan tokoh kaum
munafikin itu berkata: Lepaskan keledaimu karena baunya
menggangu kami. Sahabat Nabi SAW., Abdullah Ibn Rawahah ra.
menegur Abdullah sambil berkata: Demi Allah, bau air seni
Keledai Rasulullah SAW lebih wangi dari minyak wangimu. Dan
terjadilah pertengkaran yang mengundang kehadiran kaum masingmasing. (HR. Bukhari dan Muslim melalui Anas Ibn Malik).
(Shihab, 2007:246).
Dalam riwayat lain, diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu
Abi Hatim yang bersumber dari as-Suddi, dikemukakan bahwa
seorang laki-laki anshar yang bernama Imran, beristrikan Ummu
Zaid. Ummu Zaid bermaksud ziarah ke rumah keluarganya, akan
saw.
Sesuai
dengan
waktu
yang
telah
mereka
sampai
dihadapan
Rosulullah
saw,.
6. Al-Hujurat Ayat 13
Diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan Abu Hind yang pekerjaan sehari-harinya adalah
pembekam.
Nabi
meminta
kepada
Bani
Bayadhah
agar
7. Al Baqarah Ayat 62
Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dan al Adni di dalam
musnadnya dari Ibnu Abi Najih bahwa Salman bertanya kepada
Nabi saw tentang penganut agama yang pernah ia anut bersama
mereka. Kemudian ia menerangkan cara shalat dan ibadahnya.
Maka turunlah ayat ini (Q. S. Al Baqarah: 62) sebagai penegasan
bahwa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan
berbuat saleh akan mendapat pahala dari Allah SWT. (Dahlan,
Alfarisi, 2009: 17)
B. Munasabah
1. Surah al-Hujurat Ayat 9
Jika dua golongan dari dua orang-orang yang beriman itu
berperang (berbunuh-bunuhan), maka hendaklah kamu
berusaha mendamaikan diantara keduanya. Jika salah satu dari
keduanya (menzalimi) orang lain, maka perangilah golongan
yang menganiaya itu, samapi mereka kembali kepada perintah
Allah. Karenanya, jika golongan yang menganiaya itu telah
kembali kepada perintah Allah, damaikanlah keduanya dengan
cara yang adil serta berlaku jujurlah kamu; sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku jujur. (Tafsir Ibnu Katsir,
Jilid 4, Hal. 426-427)
mereka
semua
senang.
Sedang
adl
adalah
Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu
itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat. (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4, Hal. 427)
Setelah ayat yang lalu memerintahkan untuk melakukan
perdamaian antara dua kelompok orang-orang beriman, ayat di atas
menjelaskan mengapa hal itu perlu dilakukan. Hal tersebut perlu
dilakukan dan ishlah perlu ditegakkan bagi orang-orang yang
beriman meskipun tidak seketurunan.
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka
(yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolokolok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok)
perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolokolokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok).
Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah
saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.seburukburuk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah
beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka iutlah
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4, Hal. 431)
Ayat di atas masih merupakan lanjutan tuntunan ayat yang lalu.
Hanya di sini hal-hal buruk yang sifatnya tersembunyi.
5. Surah Al Hujurat Ayat 6
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal. (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4, Hal. 437)
Setelah memberi petunjuk tata krama pergaulan dengan
sesama muslim, ayat di atas beralih kepada uraian tentang prinsip
dasar hubungan antar manusia.
7. Al Baqarah Ayat 62
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orangorang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara
mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian
dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan
mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati. (Tafsir Al Misbah, Vol. 1, Hal. 62-63)
Pada ayat-ayat yang lalu Allah telah mengecam bahkan
mengancam orang-orang Yahudi yang durhaka. Tentu saja
ancaman dapat menimbulkan rasa takut. Melalui ayat ini Allah
memberikan jalan keluar sekaligus ketenangan kepada mereka
yang bermaksud memperbaiki diri. Ini sejalan dengan kemurahan
Allah yang selalu membuka pintu bagi hamba-hamba-Nya yang
insaf. Kepada mereka disampaikan bahwa jalan guna meraih ridha
Allah bagi mereka serta bagi umat-umat lain, tidak lain kecuali
iman kepada Allah dan hari kemudian serta beramal saleh.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
a. Pengertian Pendidikan Multikultural
Hingga saat ini wacana pendidikan multikultural di Indonesia
belum tuntas dikaji oleh berbagai kalangan, termasuk oleh para pakar dan
pemerhati pendidikan sekalipun.
Pendidikan multikultural merupakan gabungan dari dua kata;
pendidikan dan multicultural. Menurut Koentjaraningrat, Pendidikan bisa
diartikan
demikian,
multikultural
berarti
beraneka
ragam
tidaklah
dapat
disamakan
dengan
konsep
berdasarkan
kepada
pengertian
kebudayaan
yang
kebudayaan
seharusnya
bisa
menjadi
tolak
ukur
dalam
sebagai
pendidikan
mengenai
keragaman
kebudayaan.
merupakan puncak kesempurnaan dari agama Allah. Penyempurna agamaagama sebelumnya. Islam sangat sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan
sebab, melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri adalah bagian
horizontal dari pengaplikasian nilai-nilai keislaman. Dalam Islam tidak
hanya bukan hanya membahas mengenai norma-norma dan kaidah-kaidah
Ilahiyah, tetapi juga nilai-nilai yang berhubungan dengan dasar-dasar
kemanusiaan. (Al Munawar, 2002: 404). Termasuk di dalamnya
pemberian penghormatan setinggi-tingginya terhadap hak-hak yang
dimiliki setiap manusia.
Dari nilai-nilai pendidikan multikultural tentang penghormatan
terhadap hak-hak asasi manusia. Islam berprinsip egalitarianisme atau
dipertahankannya penghormatan pada hak-hak non muslim dan segi hakhak perempuan (yang terkadang dianggap sebagai kaum lemah). Al Quran
sebagai sumber hukum utama Islam menyetujui adanya beberapa karakter
pendidikan multikultural yang ada.
Al Quran hadir bersamaan dengan prinsip yang menjadikan dasar
bagi kaidah-kaidah atau sumber-sumber umum yang berlaku, dan ia tidak
memuat prinsip atau dasar-dasar yang saling kontradiktif. Al Quran
senantiasa sejalan dengan perkembangan waktu dan tempat. (Ghazali,
2008: 162). Hal ini termasuk di dalamnya telah disampaikan mengenai
karakter-karakter yang mengisyaratkan tentang multikultikulturalisme.
yaitu
menambah
pengetahuan,
pembekalan
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah
dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Tafsir
Al Misbah, Vol. 13, Hal. 236)
4.
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan
memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik
pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah
kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka
apa yang dahulu mereka kerjakan. (Q. S. Al Anam: 108)
Selain itu, Allah juga memberikan penegasan bahwa
setiap manusia diperbolehkan memilih agama yang mereka
yakini dan mereka anggap benar menurut hati mereka.
Mengenai hal ini, Allah juga berfirman dalam Al Quran surah
al Baqarah ayat 256:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
(Islam)..(Tafsir al Misbah, Vol. 1, Hal. 551)
agama
dan
bahkan
sebaliknya
akan
melahirkan
sifat
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya,
dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi. (Q. S. Al
Imran: 85 )
5.
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Tafsir Al Misbah,
Vol 14, Hal. 77)
Ayat yang menjelaskan bahwa Islam tidak mengenal
kejumudan dan dogmatisme, hal ini dijelaskan dalam Quran
Surat al-Baqarah ayat 170 yang berbunyi :
kohesi,
dan
keterkaitan
sosial
yang
rekat,
karena
dengan
menghindari
tolong
menolong
dalam
kejahatan.
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya. (Tafsir al Misbah, Vol. 3, Hal.
9)
Redaksi ayat tersebut mengisyaratkan bahwa tolong
menolong yang dapat mengantarkan manusia, baik sebagai
individu atau kelompok, kepada sebuah tatanan masyarakat
yang kokoh dalam bingkai persatuan dan kebersamaan adalah
tolong menolong dalam hal kebaikan, kejujuran dan ketaatan.
7.
yakni
upaya
perdamaian
melalui
sarana
Dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang
serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik
maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya
Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. (Dahlan, al
Farisi, 2009)
Apabila terjadi perselisihan, maka Islam menawarkan
jalur perdamaian melalui dialog untuk mencapai mufakat. Hal
ini tidak membedakan ras, warna kulit, etnik, kebudayaan dan
bahkan agama.
berkompenten
melakukan
perubahan-perubahan
melalui
kurikulumnya
di
bidang
yang berbasis
keanekaragaman.
Oleh karena itu, misi suci dari semua agama perlu dikembangkan
bagi sebuah proyek kemanusiaan, bukan penundukan semua manusia
hanya pada agama yang dipeluknya sendiri. Dari sini, peradaban dunia
bisa berharap pada keagamaan dan menempatkannya sebagai pelindung.
Keagamaan baru di atas akan menampilkan Tuhan dan agama-Nya di
dalam wajah yang lebih ramah dan manusiawi. Ketinggian keagamaan dan
perolehan atas janji surgawi Tuhan bagi seseorang tidak semata-mata
dilihat dari ketaaatan formal atas kontruksi ajaran konservatif. Janji Tuhan
akan diberikan kepada mereka yang dengan penuh keikhlasan dan
kesungguhan membebaskan seluruh umat manusia dengan segala bentuk
kepercayaan keagamaan dari segala macam penderitaan. (Mulkhan, 2007:
319-320).
pendidikan
multikultural
tersebut
diharapkan
dapat
mewujudkan
Mahfud
(2006)
berpendapat
ada
beberapa
urgensi
pendidikan
multicultural
di
dunia
merupakan
alat
yang
strategis
dalam
budaya
baru
yang
akan
berdampak
pada
dampak
yang
negative
bagi
dirinya
maupun
lingkungannya.
Beragamnya budaya yang beradu, tidak menjadikan
limpung. Peserta didik akan dapat memilah-memilah budaya
yang masuk setelah mereka memahaminya.
3. Sebagai landasan pengembangan kurikulum nasional
Dalam melakukan pengembangan kurikulum sebagai titik
tolak dalam proses belajar mengajar, atau guna memberikan
sejumlah materi dan isi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa
dengan ukuran atau tingkatan tertentu, pendidikan multikultural
sebagai landasan pengembangan kurikulum menjadi sangat
penting. (Mahfud, 2006:214)
4. Menuju masyarakat Indonesia yang multikultural
Dalam masyarakat multikultural ditegaskan, bahwa corak
masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika ini bukan hanya
dimaksudakan
pada
keanekaragaman
suku
bangsa
saja,
Indonesia
secara
keseluruhan.
Eksistensi
Nizar
(2005),
wacana
membangun
pemahaman
kebebasan
berkarya,
dan
berprestasi.
(4)
Menjamin
ritus-ritus
suci
tersendiri
dalam
mengekspresikan
Dasar ini dapat dilihat dengan tegas pada QS. Al-Kafirun ayat 6:
...untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (Tafsir Ibnu
Katsir, Vol. 4, Hal. 1062)
Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Wawasan Al Quran
menjelaskan bahwa al Quran menganjurkan manusia agar mencari titik
temu lebih-lebih antar pemeluk agama. Al Quran menganjurkan agar
dalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan hendaknya masingmasing mengakui keberadaan pihak lain, dan tidak perlu saling
menyalahkan (al Imran ayat 64). (Shihab, 1999: 357)
Membiarkan yang lain hidup dengan nafas masing-masing. Saling
mengakui dan menghargai setiap perbedaan yang ada. Memberikan ruang
kebabasan terhadap siapa saja yang membutuhkannya.
4. Tujuan Pendidikan Multikultural
Berdasarkan setiap uraian yang disampaikan oleh para pakar
mengenai pendidikan multikultural, dapat dirumuskan beberapa tujuan
diusulkannya pendidikan yang berbasis multikulturalisme. Pendidikan
mutikultural mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Menanamkan kesadaran akan keragaman (plurality), kesetaraan
(equality), kemanusiaan (humanity), keadilan (justice), dan nilai-
didik
diharapkan
mampu
menerima
setiap
yang
paling
sempurna.
Menjadikan
semuanya
Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman
semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah
kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya ? (Tafsir Ibnu Katsir,
Vol 2, Hal. 276)
Munculnya sekelompok umat Islam yang menolak adanya sikap
pluralism, multikulturalisme, toleransi disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan wawasan tentang tujuan, semangat, dan esensi din (ajaran
Islam). Lebih-lebih sikap ekstrimisme, kekakuan, dan kebekuan dalam
ber-Islam, menunjukkan kedangkalan pengetahuan dan wawasan agama
dalam
tema-tema
individual,
padahal
spiritualitas
(keberagamaan) yang matang dan sejati juga tidak lepas dari sifat
sosialnya. Karena itu, mengfungsikan kembali aspek sosial agama,
menuntut penafsiran baru yang sesuai dengan masalah sosial yang
kekinian: yaitu melalui suatu penafsiran teologi transformatif, yang
berangkat dari kondisi-kondisi psikologis menuju ke arah analisis sosial-
pendapat
orang lain.
Berpegang teguh
pada
memengaruhi perilaku masyarakat saja, tetapi penafsiran terhadap teksteks agama pun (Al Quran dan Hadits khususnya yang berkaitan dengan
gender) juga tidak luput dari dominasi budaya laki-laki. Sehingga hal itu
mengakibatkan, sering kali dalil-dalil agama dijadikan dalih untuk
menolak kesetaraan gender. Bahkan dalil-dalil agama dijadikan referensi
untuk melanggengkan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Seolaholah kaum lelaki ditakdirkan berkiprah di wilayah public dan perempuan
di wilayah domestic. Pemahaman agama yang demikian, mengendap di
alam bawah sadar perempuan yang berlangsung sedemikian lama,
sehingga melahirkan kesan seolah-olah perempuan memang tidak pantas
sejajar dengan laki-laki. Padahal salah satu tema pokok dalam ajaran Islam
adalah persamaan antara manusia, baik laki-laki dan perempuan, maupun
antar bangsa suku dan keturunan. Perbedaan yang digarisbawahi dan
menentukan tinggi rendahnya kedudukan manusia hanyalah nilai
pengabdian dan ketakwaannya di sisi Allah SWT. Demikian juga
kedudukan perempuan dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana
yang diduga dan dipraktikkan oleh masyarakat. Al Quran sangat
memberikan perhatian dan penghormatan yang besar kepada perempuan.
(Maksum, 2011:258).
Mengenai asal kejadian perempuan, Islam melalui Al Quran begitu
tegas menerangkan bahwa perempuan dan laki-laki berasal dari satu hal
yang sama. Allah berfirman dalam surah an-Nisa:
menggunakan
sekaligus
mengimplementasikan
strategi
pendidikan yang memiliki visi dan misi di dalamya yaitu, selalu menegakkan
keadilan dan selalu menghargai pluralisme, demokrasi, dan humanisme,
diharapkan siswa dapat menjadi generasi yang menjunjung tinggi moralitas dan
mempunyai kepedulian terhadap kelimpungan sosial dalam masyarakat. Selain
itu, para peserta didik diharapkan mampu mengemban amanah sebagai kholifah
fil ardl, tidak membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lain dan
bersikap adil terhadap semua manusia.
Dalam QS. Al Hujurat ayat 9, Allah menyuruh manusia untuk melerai
kemudian mendamaikan apabila ditemukan dua golongan orang-orang yang
beriman melakukan peperangan. Mendamaikan antara keduanya dengan
keadilan dan kejujuran, tanpa memihak kepada salah satu pihak. Memerangi
mereka yang memerangi terlebih dahulu, berarti harus menyelesaikan masalah
berdasarkan pemahaman duduk permasalahannya, sehingga tahu mana yang
harus dihukumi dan mana yang harus dibela (tidak dihukumi). Tidak langsung
men-judgement sepihak, menghakimi, menuding, bahkan membunuh. Allah
mengajarkan untuk selalu bersikap jujur dan adil terhadap siapapun.
Kemudian, ayat ini diakhiri dengan kalimat sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku jujur.
Dalam Quran Surah al Maidah ayat 8 Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Tafsir al Misbah, Vol. 3, Hal. 41)
jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat,
Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. (Dahlan,
Al Farisi, 2009: 255)
gelar atau sekedar memanggil dengan panggilan yang buruk terhadap manusia
lainnya.
Pada ayat 12, Allah menyuruh manusia untuk menjauhi prasangkaprasangka terhadap sesama dan agar tidak mencari-cari keburukan orang lain.
Selain itu, Allah juga melarang sebagian manusia dalam mempergunjingkan
sebagian yang lain. Hal tersebut diumpamakan seperti memakan bangkai
saudaranya. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah itu Maha
Menerima taubat dan Maha Kekal rahmat-Nya.
Pada ayat yang terakhir, ayat 13, Allah menegaskan bahwa laki-laki dan
perempuan merupakan makhluk yang sama. Allah meletakkan sejajar dengan
berurutan. Kemudian menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
dengan tujuan agar mereka saling mengenal (dengan baik) satu sama lain.
Tidak ada perbedaan derajat di muka bumi di sini. Hanyalah orang yang
bertakwa yang paling mulia di sisi-Nya.
Ayat di atas menegaskan kesatuan asal usul manusia dengan
menunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan manusia. Seseorang tidak pantas
merasa diri lebih tinggi dari yang lain, tidak hanya antar satu bangsa, suku, atau
warna kulit dengan selainnya, tetapi termasuk di dalamnya antar jenis kelamin.
Penjelasan lebih luas telah penulis sampaikan pada bab sebelumnya.
Melalui Al Quran, Allah SWT mengajarkan kepada manusia untuk
selalu berbuat baik terhadap sesama. Memupuk persatuan dalam perbedaan.
Menyikapi
perbedaan
dengan
sikap
kearifan,
memaknainya
sebagai
dan
juga
memiliki
jalan
tersendiri
dalam
dalam
kebaikan)
semakin
terbuka
lebar.
Saling
insan kamil sesuai dengan norma Islam. Yang dimaksud insan kamil ialah
muttaqin yang terefleksikan dalam perilaku baik, dalam hubungannya dengan
Tuhan, dengan sesama manusia maupun dengan alam sekitarnya. (Achmadi,
1987:10).
Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang menjunjung tinggi
HAM (Hak Asasi Manusia) dan berjalan dengan nafas demokrasi serta
menghargai setiap perbedaan yang ada. Sistem pendidikan yang menghargai
setiap perbedaan, bersikap adil terhadap semua golongan.
Penulis menyimpulkan bahwa spirit untuk mewujudkan pendidikan
multikultural, paling tidak ada tiga pilar yang harus dilalui. Pertama adalah
dialog
(dalam
Islam
bisa
disebut
musyawarah).
Dalam
pendidikan
multikultural, semuanya dianggap sama. Tidak ada yang lebih unggul antara
satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Dialog dapat dijadikan jalan
bagi masing-masing budaya untuk menyumbangkan pikiran yang ada pada
setiap kebudayaan. Melalui dialog pula akan ditemukan titik temu (kalimatun
sawa) antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda. Karena sesungguhnya,
kebudayaan manusia memiliki nilai-nilai yang sama. Dialog diharapkan dapat
menemukan titik perbedaan dan persamaan yang ada.
Kedua yaitu menjunjung tinggi HAM. Bahwasannya, setiap menusia
memiliki hak-hak yang harus terpenuhi. Apabila titik temu tidak ditemukan
atau berarti berseberangan, maka jangan memaksakan kehendak sendiri.
Pendidikan multikultural menghormati setiap hak yang harus diterima oleh
semua manusia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Al Quran sebagai kitab yang mengandung nilai-nilai universal,
penyempurna kitab-kitab sebelumnya, dan penuntun bagi semua umat
manusia juga telah menjelaskan mengenai keanekaragaman yang
memang dikehendaki oleh Allah. Allah menciptakan manusia berjenis
laki-laki dan perempuan, dan menjadikannya berbangsa-bangsa, dan
bersuku-suku, supaya mereka saling mengenal dengan baik antara satu
dengan yang lain (QS. Al Hujurat 13). Orang yang beriman akan selalu
berbuat baik terhadap sesama. Oleh sebab itu, Allah melarang mereka
saling mengolok-olok dan saling mencela (QS Al Hujurat 11), Allah
melarang manusia berprasangka buruk dan mempergunjingkan orang
lain (QS al Hujurat 12). Allah menyuruh manusia untuk selalu
bersikap adil, memperlakukan sama semua manusia, menghormati
menghargainya, mengakui eksistensinya, dan menerima setiap
perbedaan yang ada. Karena sesungguhnya, seluruh umat manusia
adalah bersaudara. Hal tersebut merupakan isyarat multikulturalisme
dalam al Quran, yang kemudian dikristalkan dalam satu misi atau
jalan, yaitu pendidikan berbasis multikultural.
2. Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang menjunjung
tinggi HAM (Hak Asasi Manusia), menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia. Dalam pendidikan multikultural, tidak ada individu
atau golongan yang paling baik atau paling unggul. Lebih jauh lagi,
pelajaran
pendidikan
agama
Islam
dan
pendidikan
kewarganegaraan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas,
selanjutnya penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya pendidikan Indonesia dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan terkait dengan kesejahteraan masyarakat yang terdiri dari
banyak kultur budaya, ras, agama yang sangat beragam, serta
terciptanya suatu keadaan masyarakat yang dinamis, yang menjunjung
tinggi akan nilai-nilai persatuan dan kesatuan serta kearifan dalam
bermasyarakat, mempertimbangkan pendidikan multikultural sebagai
solusi untuk dijadikan bahan pijakan dalam rangka menata pendidikan
dengan
keharmonisan.
Keberagaman
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 1987. Ilmu Pendidikan Islam. IAIN Walisongo Salatiga
Achmaduddin. 2006. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural: Konsep,
Karakteristik, dan Pendekatan. Dalam Jurnal Edukasi. Vol, 4, no.1.
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan
Al Farisi, Zaka, dkk. 2009. Asbabun Nuzul. Bandung: CV Penerbit Diponegoro
Ar-RifaI, Muhammad Nasib. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Vol. 4.Cet. 11.
Jakarta: Gema Insani
Asad, Mahrus, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ata Ujan, Andre, dkk. 2009. Multikulturalisme: belajar hidup bersama dalam
perbedaan. Jakarta: PT Indeks
Baidhawy, Zakiyyuddin. 2005. Pendidikan Agama Berwawasan Multikulural.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Budiharjo. 2012. Ilmu-ilmu Al Quran. Yogyakarta: Lokus
Ghazali, Syaikh Muhammad Al-. 2008. Al-Quran Kitab Zaman Kita:
Mengaplikasikan Pesan Kitab Suci dalam Konteks Masa Kini. Bandung:
PT Mizan Pustaka
Mahfud,
M.
Choirul.
2006.
Pendidikan
Multikultural
Cross-Cultural
diakses
10
LAPORAN SKK
Nama
: Siti Tafwiroh
NIM
: 11109031
Jurusan / Progdi
No
1
Jenis Kegiatan
OPAK 2009
Keterangan
Peserta
Pelaksanaan
18-20 Agustus
Nilai
3
2009
2
Pelatihan ESIQ
Peserta
21 Agustus 2009
User Education
Peserta
25-29 Agustus
2009
4
Pra DM KAMMI
peserta
7 September
2009
5
Peserta
22 Nopember
2009
Salatiga
6
Festival Bahasa
Peserta
20 April 2010
Peserta
23 April 2010
peserta
24 April 2010
peserta
24 Mei 2010
Peserta
28 Agustus 2010
Musabaqah Tilawatil
Quran II JQH STAIN
Salatiga
10
11
peserta
Quran (BTA)
12
Seminar Nasional
2 Nopember
2010
Panitia
6 Nopember
2010
STAIN Salatiga
13
Peserta
13 Nopember
2010
Salatiga
14
Panitia
12-14 Nopember
2010
Salatiga
15
peserta
Keguruan
16
SK Pengangkatan Pengurus
25 Nopember
2010
Pengurus
11 Januari 2011
Seminar Keperempuanan
peserta
17 Mei 2011
18
Peserta
21 Mei 2011
Peserta
1 Juni 2011
Panitia
20 Juni 2011
Peserta
22 Juli 2011
Seminar : Radikalisme
Keagamaan di Indonesia
STAIN Salatiga
20
Seminar Nasional
Pendidikan HMJ Tarbiyah
STAIN Salatiga
21
Praktikum Kepramukaan
Jurusan Tarbiyah STAIN
Salatiga
22
Praktikum Metodologi
Peserta
2011
Peserta
STAIN Salatiga
24
23 September
8-9 Oktober
2011
Workshop Pendidikan
Peserta
19 Nopember
2011
SK Pengangkatan Pengurus
Pengurus
3 Januari 2012
Panitia
6 April 2012
Peserta
17 Mei 2012
Pengurus
4 Juni 2012
Peserta
3 Oktober 2012
Peserta
1 Desember 2012
Dewan Mahasiswa
(DEMA) STAIN Salatiga
26
Workshop Leadership
Dewan Mahasiswa
(DEMA) STAIN Salatiga
27
28
SK Pengangkatan Pengurus
PonPes Al Azhar Salatiga
39
30
92