Anda di halaman 1dari 10

Model-Model Dan Bentuk Penelitian Tindakan Kelas

Beberapa model dan Bentuk PTK yang sering digunakan di dalam dunia
pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart,
(3) Model Cohen dkk (4) Model John Elliot, (5) Model Dave Ebbut, dan (6) Model
Hopkins.
1. Model Kurt Lewin
Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa siklus, setiap siklus
terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi atau tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi. Keempat langkah tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:

Berdasarkan langkah-langkah PTK seperti yang digambarkan di atas,


selanjutnya dapat digambarkan lagi menjadi beberapa siklus, yang akhirnya
menjadi kumpulan dari beberapa siklus.

2. Model Kemmis dan Mc Taggart


Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah
merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian,
karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen
tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4)
refleksi. Sesudah suatu siklus selesai di implementasikan, khususnya sesudah
adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang
dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.
Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Rafiuddin, 1996) penelitian
tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang
selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Dalam
pelaksanaannya ada kemungkinan peneliti telah mempunyai seperangkat rencana
tindakan (yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat langsung memulai

tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki seperangkat data, sehingga
mereka memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan refleksi.
Akan tetapi pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk
melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah
penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi
yang dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Refleksi awal
Refleksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjajagan yang
dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang
relevan dengan tema penelitian. Peneliti bersama timnya melakukan
pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui situasi yang
sebenarnya. Berdasarkan hasil refleksi awal dapat dilakukan pemfokusan
masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasar
rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian. Sewaktu
melaksanakan refleksi awal, paling tidak calon peneliti sudah menelaah
teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh
sebab itu setelah rumusan masalah selesai dilakukan, selanjutnya perlu
dirumuskan kerangka konseptual dari penelitian.
2. Penyusunan perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi
awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan
untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap yang
diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari
bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai
dengan kondisi nyata yang ada.
3. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai
upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan
berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam
PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empiric
agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang
optimal.
4. Observasi (pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti
mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang
dikumpulkan melalui teknik observasi.
5. Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis,
interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan.
Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan
hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu
dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau
hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam
dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk
memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan
sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Pada hakekatnya model
Kemmis dan Taggart berupa perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap
perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi yang dipandang sebagai suatu siklus. Banyaknya
siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu
dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu siklus. PTK yang
dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah pada umumnya
berdasar pada model (2) ini yaitu merupakan siklus-siklus yang berulang.
Secara mudah PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart
dapat digambarkan dengan diagram alur berikut ini.

3. Model Cohen dkk.


Saat melaksanakan PTK, peneliti harus mengikuti langkah-langkah tertentu
agar
proses
yang
ditempuh
tepat,
sehingga
hasilnya
dapat
dipertanggungjawabkan. Model Cohen dikembangkan oleh beberapa ahli
penelitian yaitu (1) Cohen dan Manion (1980), Taba dan Noel (1982), serta
Winter (1989). Berikut ini beberapa langkah yang hendaknya diikuti dalam
melakukan PTK (disarikan dari Marzuki: 1997 dalam Sukayat: 2008). Beberapa
langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah Mengidentifikasi dan
merumuskan masalah yang dianggap penting dan kritis yang harus segera
dicarikan penyelesaian dalam pembelajaran seharihari, antara lain meliputi
ruang lingkup masalah, identifikasi masalah dan perumusan masalah.
a. Ruang lingkup masalah

2.

Di bidang pendidikan, PTK telah digunakan untuk pengembangan


kurikulum dan program perbaikan sekolah. Contoh PTK dalam
pembelajaran berkaitan dengan:
1) metode/strategi pembelajaran;
2) media pembelajaran.
b. Identifikasi masalah
Masalah yang akan diteliti memang ada dan sering muncul selama
proses pembelajaran sehari-hari sehingga perlu dicarikan penyelesaian.
Ada beberapa kriteria dalam menentukan masalah yaitu:
1) Masalahnya memang penting dan sekaligus signifikan dilihat dari
segi pengembangan kelas dan sekolah;
2) Masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan;
3) Pernyataan masalahnya harus mengungkap beberapa dimensi
fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga
pemecahannya dapat dilakukan berdasar hal-hal fundamental ini
dari pada berdasarkan fenomena dangkal.
c. Perumusan Masalah
d. Pada intinya, rumusan masalah seharusnya mengandung deskripsi tentang
kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Dalam merumuskan
masalah PTK, ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai
acuan yang disarikan dari Suyanto (1997) Beberapa petunjuk tersebut
antara lain:
1) Masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak
mempunyai makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan
dalam kalimat tanya;
2) Rumusan masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan
dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain;
3) Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya
dengan rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data
untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Analisis masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-dimensi
problem yang ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek pentingnya sehingga
dapat memberikan penekanan tindakan.

3. Merumuskan hipotesis tindakan


Hipotesis dalam PTK bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, melainkan
hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat jawaban sementara
terhadap persoalan yang diajukan dalam PTK. Jawaban itu masih bersifat
teoritik dan dianggap benar sebelum terbukti salah melalui pembuktian
dengan menggunakan data dari PTK.
4. Membuat rencana tindakan dan pemantauan
Rencana tindakan memuat informasi-informasi tentang hal-hal sebagai
berikut:
1) Apa yang diperlukan untuk menentukan kemungkinan pemecahan
masalah yang telah dirumuskan;
2) Alat-alat dan teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan data;

3) Rencana pencatatan data dan pengolahannya;


4) Rencana untuk melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil.
5. Pelaksanaan tindakan dan pencatatan
Pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan hendaknya cukup
fleksibel untuk mencapai perbaikan yang diinginkan. Dalam hal ini jika
sesuatu terjadi dan memerlukan perubahan karena tuntutan situasi (pada
saat pelaksanaan tindakan), maka peneliti hendaknya siap melakukan
perubahan asal perubahan tersebut mendukung tercapainya tujuan PTK.
Pada saat pelaksanaan tindakan berarti pengumpulan data mulai
dilakukan. Data yang dikumpulkan mencakup semua yang dilakukan
oleh tim peneliti yang terkait dalam PTK, antara lain melalui angket,
catatan lapangan, wawancara, rekaman video, foto, dan slide.
6. Mengolah dan menafsirkan data
Isi semua catatan hendaknya dilihat dan dijadikan landasan untuk refleksi.
Dalam hal ini peneliti harus membandingkan isi catatan yang dilakukan tim
untuk menentukan hasil temuan. Semua yang terjadi baik yang direncanakan
maupun yang tidak direncanakan perlu dianalisis untuk menentukan apakah
ada perubahan yang signifikan ke arah perbaikan.
7. Pelaporan hasil Hasil dari analisis data dilaporkan secara lengkap tentang
pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan maupun perubahan yang
mungkin terjadi.
4. Model John Elliot
Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model Kurt
Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan demikian, karena di dalam
setiap siklus terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi
(tindakan). Sementara itu, setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa
langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. PTK model
Elliot dapat digambarkan sebagai berikut:

5. Model Dave Ebbutt


PTK model Dave Ebbutt secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

6. Desain PTK Model Hopkins


Desain ini berpijak pada desain model PTK pendahulunya. Selanjutnya
Hopkins (1993: 191) menyususn desain tersendiri sebagai berikut: mengambil
start audit perencanaan konstruk perencanaan tindakan (target, tugas,
kriteria keberhasilan) implementasi dan evaluasi: implementasi (menopang
komitmen: cek kemajuan; mengatasi problem) cek hasil pengambilan stok
audit dan pelaporan.
Pada model ini, penelitian dilakukan dengan membentuk spiral yang
dimulai dari merasakan adanya masalah, menyusun perencanaan, melaksanakan
tindakan, melakukan observasi dan melakukan refleksi serta melakukan rencana
ulang dan seterusnya. Yang dikembangkan oleh Hopkins dari model spiral seperti
pada bagan berikut:

Referensi
Sukayati.( 2008) Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika,
Rofiudin, A. H. 1996. Rancangan Penelitian Tindakan. Makalah Disampaikan pada
Lokakarya Tingkat Lanjut Penelitian Kualitatif Angkatan V tahun 1996/1997.
Malang: lembaga Penelitian IKIP Malang.
Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pengenalan
Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Dirjen Dikti

Pemilihan dan Penetapan Masalah Dalam PTK


Pemilihan dan penetapan masalah penelitian merupakan langkah awal yang
paling krusial dan penting dalam suatu penelitian karena masalah penelitian
mempengaruhi strategi yang akan diterapkan dalam pemecahan masalah. Dalam
mengidentifikasi dan memformulasikan masalah PTK haruslah tepat dan memenuhi
karakteristik sebagai berikut (Ishariwi, 2008):
1. Identifikasi dan formulasi masalah harus memungkinkan untuk diteliti melalui
PTK
2. Formulasi masalah dirumuskan secara baik dan benar serta jelas agar peneliti dapat
dengan mudah meletakkan dasar teori atau kerangka konseptual dalam pemecahan
masalah dan alternative solusi tindakan yang tepat.
3. Formulasi masalah dan tindakan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
akan memudahkan peneliti dalam menyusun hipotesis tindakan dan
mengumpulkan data penelitian.
4. Formulasi tindakan harus mencerminkan kesesuaian dengn masalah yang diteliti
dan menunjukkan perubahan atau peningkatan yang lebih baik.
5. Masalah dalam penelitian tindakan berbeda dengan masalah penelitian pada
umumnya (konvensional) karena dalam PTK peneliti terlibat langsung.
6. Pemilihan masalah PTK memenuhi kriteria : (a) untuk melakukan perubahan,
peningkatan atau perbaikan proses kinerja (proses pembelajaran); (b) memiliki
dampak langsung terhadap peneliti yaitu menumbuhkan sikap dn kemauan untuk
selalu melakukan upaya perbaikan dan (c) menumbuhkan budaya meneliti dan
menjadikan guru seorang peneliti.
Masalah dalam PTK dapat terjadi secara individual maupun secara kelompok
dihadapi oleh guru sehingga dalam penetapan masalah penelitian harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1. Masalah tersebut harus menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan praktik
yang dihadapi guru dalam menjalankan tugas kesehariaannya.
1. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicarikan Alternative solusi melalui
tindakan yang konkrit
3. Masalah tersebut memungkinkan untuk diidentifikasi ltern-faktor penyebab
terjadinya masalah dan factor-faktor tersebut sebagai dasar dalam penetapan
pemecahan masalah.
3. Masalah yang dipilih dalam PTK adalah masalah yang memiliki nilai yang bukan
sesaat, yang memungkinkan diperoleh tindakan yang efektif dalam pemecahan

masalah.
4. Masalah yang diangkat haruslah benar benar ada dan terjadi serta dirasakan
dalam tugas keseharian guru
5. Masalah tersebut haruslah bersumber dari refleksi atau masalah sendiri dan bukan
masalah orang lain.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengidentifikasi masalah
adalah sebagai berikut :
1. Menuliskan semua hal yang dirasakan memerlukan perhatian dan berdampak pada
hal yang tidak diharapkan.
2. Mengklasifikasikan masalah menurut jenis, bidang permasalahan dan frekuensi
timbulnya.
3. Mengurutkan masalah dari yang ringan dan jarang terjadi sampai masalah yang
berat dan merupakan ancaman jika tidak segera diatasi.
4. Memilih 3-5 masalah dan didiskusikan dengan teman sejawat baik yang berasal
dari satu sekolah maupun lain sekolah dan jika teman sejawat ada yang
memberikan konfirmasi maka masalah tersebut dapat diangkat sebagai masalah.
5. Melakukan kajian terhadap signifikansi atau kelayakan dari masalah yang akan
diangkat, apakah masalah dan tindakan yang akan diambil merupakan hal yang
baru ataukah sudah ada yang meneliti.
6. Memformulasikan masalah dengan memperhatikan subtansi atau nilai kegunaan
untuk memecahkan masalah serupa, masalah hendaknya dituliskan dengan kalimat
pertanyaan dan teknik serta tindakan yang akan dilakukan dalam pemecahan
masalah baik secara teoritik, metodologik, dana, waktu dan tenaga.
7. bagi peneliti pemula disarankan untuk memilih masalah yang sederhana tetapi
bermakna dan dapat dilakukan dikelas.
Adapun bidang kajian Penelitian Tindakan Kelas menurut pedoman diknas
adalah :
1. Masalah belajar siswa disekolah (masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan
pembelajaran, miskonsepsi)
2. Desain dan strategi pembelajaran dikelas (masalah pengelolaan dan prosedur
pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi
didalam kelas, partispasi orang tua dalam proses belajar siswa)
3. Alat Bantu, media dan sumber belajar (masalah penggunaan media,
perpustakaan dan sumber belajar didalam/diluar kelas, peningkatan hubungan

antara sekolah dan masyarakat)


4. Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran ( masalah
evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrument assmen)
5. Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan lainnya
(peningkatan kemandirian dan tanggung jawab peserta didik, peningkatan
keefektifan hubungan antara pendidik, peserta didik dan orang tua dalam PBM,
peningkatan konsep diri peserta didik)
6. Masalah kurikulum ( Implementasi KTSP, interaksi guru dan siswa, siswa dengan
bahan ajar dan siswa dengan lingkungan pembelajaran).

Anda mungkin juga menyukai