Indralaya, ...
Januari 2017
Penyusun
2
Daftar Isi
Halaman Judul......................................................................................................i
Kata Pengantar.....................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................iii
Bab I. Pendahuluan...............................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................1
Bab II. Pembahasan..............................................................................................2
A. Model Kurt Lewin.......................................................................................2
B. Model Kemmis Mc Taggart........................................................................4
C. Model John Elliot........................................................................................7
D. Model Cohen dkk.......................................................................................11
E. Model Mc Kernan......................................................................................14
F. Model Hopkins...........................................................................................16
Bab III. Penutup...................................................................................................19
Daftar Pustaka.....................................................................................................20
3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Untuk melakukan Penelitian Tindak Kelas (PTK),terlebih dahulu
dikemukakan model-model atau desain-desain penelitian tindakan yang
selama ini digunakan. Hal ini dimaksudkan agar wawasan kita menjadi
lebih luas dan dengan mengetahui berbagai design model penelitian
tindakan kelas, design yang dikebangkan akan menjadi lebih jelas dan
terarah. Pada prinsipnya peerapan PTK dimaksudkan untuk mengatasi
permasalahan yang terdapat di dalam kelas.
Ada beberapa model atau design yang dapat diterapkan. Design-
design tersebut diantaranya Model Kurt Lewin, Model Kemmis Mc
Taggart, Model John Elliot, Model Jhon Elliot, Model Cohen dkk, Model
Hopkins, dan Model McKernan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana identifikasi model Kurt Lewin?
2. Bagaimana identifikasi model Kemmis Mc Taggart?
3. Bagaimana identifikasi model John Elliot?
4. Bagaimana identifikasi model Cohen dkk?
5. Bagaimana identifikasi model Hopkins?
6. Bagaimana identifikasi model Mc Kernan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi model Kurt Lewin
2. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi model Kemmis Mc Taggart
3. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi model John Elliot
4. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi model Cohen dkk
5. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi model Hopkins
6. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi model Mc Kernan
BAB II
PEMBAHASAN
MODEL-MODEL PTK
1
A. Model Kurt Lewin
PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946.
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai
model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian,
karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau
penelitian tindakan. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang
terjadi dalam suatu lingkaran yang terus-menerus. Ia menggambarkan
penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral.
Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari
empat komponen, yaitu; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting),
c)pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat
komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan
sebagai berikut :
Acting
Planning Observing
Reflecting
2
3. Melaksanakan pengamatan (observing)
Pada tahap ini yang harus dilaksanakan adalah mengamati
perilaku siswa siswi yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran.
Memantau kegiatan diskusi atau kerja sama antar kelompok
mengamati pemahaman tiap tiap siswa dalam penguasaan materi
pembelajaran, yang telah dirancang sesuai dengan PTK.
Contoh:
Bagaimana saya dapat membuat para mahasiswa speak
1. up dalam matakuliah speaking? Mungkin saya perlu
Perencanaan : memberikan penghargaan (reward) kepada mahasiswa
yang mau berbicara.
2. Tindakan Saya memberikan penghargaan (yang berupa tambahan
: nilai) kepada setiap mahasiswa yang mau berbicara.
3.
Bersamaan dengan itu, saya mengamati apakah dengan
Pengamatan
penghargaan tersebut para mahasiswa mau berbicara.
:
Para mahasiswa mulai mau berbicara. Namun, mereka
4. Refleksi tampak masih malu-malu kucing. Saya perlu
: merencanakan suatu tindakan agar mahasiswa mau
berbicara tanpa malu-malu lagi.
3
observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya
kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa
antara implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan
yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan haruslah
dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu
tindakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Untuk lebih
tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk designnya (Kemmis &
McTaggart, 1990:14).
4
sesungguhnya, jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan
yang perlu diselesaikan.
2. Penyusunan Perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan
refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan
dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku
dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-
permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel
dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
3. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang
5
dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan
teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan
kinerja dan hasil program yang optimal.
4. Observasi (Pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan
kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini
peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan
atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data
yang dikumpulkan melalui teknik observasi.
5. Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis,
sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat
kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan
mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap
informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan
lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada
dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan
yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat
penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil
yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang
dilakukan.
Pada hakekatnya langkah-langkah PTK model Kemmis dan
Taggart berupa siklus dengan setiap siklus terdiri dari empat komponen
yaitu perencanaan, pelaksanaan (tindakan), pengamatan (observasi), dan
refleksi yang dipandang sebagai satu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK
tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan. Pada
umumnya terjadi lebih dari satu siklus. PTK yang dikembangkan dan
dilaksanakan oleh para guru di sekolah saat ini pada umumnya
berdasarkan model PTK Kemmis dan McTaggart ini.
6
C. Model John Elliot
Jika diperhatikan desain PTK John Illiot seperti yang terpampang
di bawah, tampak bahwa di dalam satu tindakan (acting) terdiri dari
beberapa step atau langkah tindakan, yaitu langkah tindakan 1, langkah
tindakan 2, dan langkah tindakan 3. Adanya langkah-lamgkah untuk setiap
tindakan ini dengan dasar pemikiran bahwa di dalam mata pelajaran terdiri
dari beberapa pokok bahasan, dan setiap pokok bahasan terdiri dari
beberapa materi yang tidak diselesaikan dalam satu kali tindakan. Oleh
karenanya, untuk menyelesaikan satu pokok bahasan tertentu diperlukan
beberapa kali langkah tindakan yang terealisasi di dalam kegiatan belajar-
mengajar. Apa pun masalah yang akan diangkat dalam penelitian,
hendaknya tetap berada dalam lingkup permasalahan yang dihadapi oleh
guru dalam praktik kesehariannya di kelas dan merupakan sesuatu yanng
ingin dirubah atau diperbaiki. Semuanya itu harus dimulai dari ide awal,
sampai monitoring pelaksanaan dan efeknya, sesuai dengan bagan
dibawah ini, semuanya tetap dalam bentuk spiral.
Model ini sebenarnya bagus untuk diterapkan di sekolah, namun
dalan kenyataannya belum banyak guru yang memakai model ini. Hal ini
dikarenakan model ini kurang dikenal oleh guru dan sangat sulit
penerapannya di lapangan. Mungkin karena belum terbiasa dan belum
banyak dosen yang membantu menerapkannya dalam melaksanakan PTK
di sekolah.
Ide Awal
7
Temuan dan Analisis
Perencaan Umum
] Langkah tindakan
1,2,3 Implementasu
Langkah Tindakan
Monitoring
Implementasi dan
Efeknya
Penjelasan Kegagalan
Revisi perencanaan
tentang
Umum
Implementasinya
Perbaikan
Perencanaan
Langkah Tindakan
Implementasi Langkah
berikutnya
Monitoring Implementasi
dan Efek
Perbaikan Perencanaan
Langkah Tindakan 1,2,3
8
kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk
kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK
Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi
antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.
Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi
atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu
pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di
dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak
akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan
dalam beberapa hal tersebut itulah yang menyebabkan John Elliot
menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua
model sebelumnya.
2. Penyelidikan
Penyelidikan dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang masalah yang ditemukan oleh seorang peneliti
disekolah. Berdasarkan hasil penyelidikan dapat dilakukan pemfokusan
9
masalah yang kemudian dirumuskan menjadi masalah penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan
penelitian.
3. Rencana Umum
Rencana umum merupakan seperangkat rencana awal tentang
kegiatan yang akan dilakukan oleh seorang peneliti untuk menjawab
masalah penelitian yang ditemukan dikelas atau disekolah. Pada tahapan
ini, seorang peneliti akan memberikan perlakuan kepada sampel agar bisa
terlihat perubahan prilaku sesuai yang diharapkan oleh peneliti. Dalam
model PTK dari John Elliot, terdapat beberapa langkah tindakan yang
direncanakan oleh peneliti. Bagian inilah yang membedakan model PTK
John Elliot dengan model-model PTK yang lainnya.
5. Memonitor Implementasi
Tahap ini bagi seorang peneliti akan melihat dan memantau hasil
pemberian perilaku pada kelas sampel. Peneliti akan mendata dan
mencatat hasil-hasil dari implementasi pada tahap selanjutnya. Apakah
menunjukkan hasil peningkatan (positif) ataupun malah menunjukkan
peningkatan yang sebaliknya (negatif). Sudah benarkah atau belum
implementasi yang diterapkan oleh peneliti.
6. Penyelidikan
10
Pada tahapan ini, peneliti akan berusaha untuk mengungkap dan
menjelaskan tentang kegagalan-kegagalan pengaruh. Faktor-faktor apa aja
yang bisa menyebabkan hal tersebut gagal. Tentunya seorang peneliti akan
belajar dari kegagalan dan ketidakberhasilan implementasi pada tahapan
sebelumnya.
11
2) media pembelajaran.
b. Identifikasi masalah
Masalah yang akan diteliti memang ada dan sering muncul
selama proses pembelajaran sehari-hari sehingga perlu dicarikan
penyelesaian. Ada beberapa kriteria dalam menentukan masalah
yaitu:
1) masalahnya memang penting dan sekaligus signifikan dilihat
dari segi pengembangan kelas dan sekolah;
2) masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan;
3) pernyataan masalahnya harus mengungkap beberapa dimensi
fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga
pemecahannya dapat dilakukan berdasar hal-hal fundamental ini
dari pada berdasarkan fenomena dangkal.
c. Perumusan Masalah
Pada intinya, rumusan masalah seharusnya mengandung
deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan.
Dalam merumuskan masalah PTK, ada beberapa petunjuk yang
dapat digunakan sebagai acuan yang disarikan dari Suyanto
(1997) Beberapa petunjuk tersebut antara lain:
1) masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak
mempunyai makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan
dalam kalimat tanya;
2) rumusan masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang
akan dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain;
3) rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya
dengan rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data
untuk menjawab pertanyaan tersebut.
2. Analisis masalah
12
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-
dimensi problem yang ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek pentingnya
sehingga dapat memberikan penekanan tindakan.
13
dilakukan tim untuk menentukan hasil temuan. Semua yang terjadi baik
yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan perlu dianalisis untuk
menentukan apakah ada perubahan yang signifikan ke arah perbaikan.
7. Pelaporan hasil
Hasil dari analisis data dilaporkan secara lengkap tentang
pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan maupun perubahan yang
mungkin terjadi
E. Model McKernan
Menurut Mc. Kernan ada tujuh langkah yang harus dicermati dalam PTK,
yaitu:
1. Analisis situasi (reconnaisissance) atau kenal medan.
2. Perumusan dan klarifikasi permasalahan.
3. Hipotesis tindakan.
4. Perencanaan tindakan.
5. Penerapan tindakan dengan memonitoringnya.
6. Evaluasi hasil tindakan.
7. Refleksi dan pengambilan keputusan untuk pengembangan selanjutnya.
14
Guru/peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi masalah yang
memerlukan tindakan untuk mengatasinya.
2. Assesmen Kebutuhan
Setelah masalah ditetapkan dilakukan analisis kebutuhan untuk
menetapkan tindakan yang digunakan dan perangkat-perangkat yang
diperlukan untuk memecahkan masalah termasuk juga pemahaman peneliti
terhadap teori/filosofi/langkah-langkah penerapan tindakan.
3. Hipotesis
Setelah kebutuhan pemecahan tindakan teridentifikasi peneliti
membuat hipotesis tindakan agar upaya pemecahan tindakan dapat
dilakukan. Hipotesis tindakan dapat dalam bentuk: jikamaka
misalnya jika pembelajaran matematika dilaksankan dengan metode
pemecahan masalah maka hasil belajar siswa akan lebih baik. Hipotesis
dapat juga dinyatakan dengan rumusan lain seperti: Bagaimana
pelaksanaan metode pemecahan masalah agar dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas V SD?
4. Implementasi
Pada tahap implementasi ini guru melaksanakan apa yang telah
direncanakan dalam bentuk tindakan pada proses pembelajaran.
5. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan sebelum mengambil keputusan terhadap
pelaksanaan siklus yang telah berlangsung.
6. Pengambilan Keputusan
Dari pengambilan keputusan yang dilakukan dapat menjurus pada
kesimpulan apakah melanjutkan pada pelaksanaan siklus selanjutnya?
Atau, kembali untuk mengevaluasi kegiatan awal siklus yang dilakukan
15
yaitu mendefinisikan masalah? Kegiatan ini mungkin disebabkan
pelaksanaan siklus yang telah dilalui tidak terlaksana sebagaimana yang
telah direncanakan.
F. Model Hopknis
Berpatokan pada desain-desain model PTK para ahli
pendahulunya, selanjutnya Hopkins (1993) menyusun desain yang dikenal
Model Ebbutt (Hopkins, 1993). Model ini menunjukkan bentuk alur
kegiatan penelitian dimulai dari pemikiran awal penelitian yang
selanjutnya dikenal dengan reconnaissance. Bagian ini, Ebbutt
berpendapat yang berbeda dengan penafsiran Elliott mengenai
reconnaissancenya Kemmis, yang seakan-akan hanya berkaitan dengan
penemuan fakta saja. Padahal menurutnya reconnaisance mencakup
kegiatan-kegiatan diskusi, negoisasi, menyelidiki kesempatan, mengakses
kemungkinan dan kendala atau dengan singkat mencakup keseluruhan
analisis.
Menurut Ebbutt, cara yang tepat untuk memahami proses
penelitian tindakan adalah dengan memikirkannya sebagai suatu seri dari
siklus yang berturut-turut, dengan setiap siklus mencakup kemungkinan
masukan balik informasi di dalam dan diantara siklus. Ebbutt mengakui
bahwa deskripsi penelitian tindakan ini tidak begitu rapih dibandingkan
dengan para pendahulunya dimana proses penelitian tindakan pendidikan
yang ideal seperti digambarkan oleh Hopkins (l993) sebagai berikut:
Perencanaan
Tindakan Target,
Tugas, Kriteria
Keberhasilan Implementasi Evaluasi
Menopang
Komitmen
Cek kemajuan
Mengatasi
16
Problem
Perencanaan Cek Hasil
Kontruksi
Pengambilan
Stok
Pelaporan
Audit
Ambil Start
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari desain yang dilukiskan di atas tampak bahwa penelitian kelas
merupakan proses perbaikan secara terus menerus dari suatu tindakan yang
masih mengandung kelemahan sebagaimana hasil refleksi menuju ke arah
yang semakin sempurna.
Untuk mengatasi suatu masalah,mungkin diperlukan lebih dari satu
siklus.Siklus siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan.Siklus kedua
dilakukan apa bila masih ada hal hal yang kurang berhasil pada siklus
pertama.Siklus ketiga dilakukan karena siklus kedua belum mengatasi
masalah,begitu juga siklus siklus berikutnya.
Ada beberapa model atau design yang dapat diterapkan. Design-
design tersebut diantaranya Model Kurt Lewin, Model Kemmis Mc
Taggart, Model John Elliot, Model Jhon Elliot, Model Hopkins, dan Model
McKernan
18
Daftar Pustaka
19