Anda di halaman 1dari 14

MODEL-MODEL PENULISAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disampaikan dalam diskusi kelas mata kuliah

Teknik Penulisan Karya Ilmiah

Dosen Pengampu

Mukmin , S.Pd,.M.Pd.

Kelompok 03

1. Adawiyah Cahya R. S (180511513)


2. Indah Sastra Maulida (180511548)
3. Muzdhalifah (180511515)
4. Sigit Nugroho (180511548)

UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA

FAKULTAS AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH

TENGGARONG 2020 M/1442H


Kata Pengantar

Assalamualaikum.Wr.Wb.

Alhamdulillah segala puji syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini bisa terselesaikan dengan segala kesalahannya
dan kekurangannya. Guna memenuhi tugas mata kuliah “Penulisan Karya Ilmiah”. Sholawat
serta salam selalu tercurahkan kepada baginda kita nabi Muhammad SAW, dan semoga kita
semua termasuk umatnya yang mendapatkan syafaat-Nya di akhirat kelak.

Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan kami juga mendapatakan
bantuan dari beberapa pihak sehingga dapat memperlacar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami telah menyampaikan banyak terima kasih kepada beberapa pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Meskipun kami sebagai penyusun berharap isi makalah ini terbebas dari kesalahan
dan kekurangan. Namun, tentunya kami menyadari bahwa kami hanyalah manusia biasa yang
tak sempurna dan terkadang salah. Dan kesempurnaa itu hanyalah milik Allah SWT. Oleh
karna itu, kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
sempurnanya laporan ini diwaktu mendatang. Semoga Allah SWT memberkahi makalh ini,
sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Aamiin…

Wassalamualikum. Wr.Wb.

Tenggarong, 28 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tindakan Kelas ................................................................... 3
B. Macam-macam Model Tindakan Kelas ............................................... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 10
B. Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULULAN

A. Latar Belakang
Penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research) memiliki
peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran
apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan benar,
artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan
kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam
pembelajaran dikelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat
memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat
mengamati pelaksanaanya untuk mengukur tingkat keberhasilannya
(Kunandar,2008:41).
Penelitian yang dilakukan oleh guru agama ditujukan untuk meningkatkan
situasi dan proses pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya demi meningkatkan
penguasaan siswa teradap materi agama. Kegiatan PTK bertujuan untuk membuat
usaha berupa tindakan yang berupa tindakan yang dapat mengubah perilaku
pengajaran, perilaku murid-murid didalam kelas, dan mengubah kegiatan
pembelajaran di dalam kelas sehingga dapat menciptakan perubahan situasi
pembelajaran ke arah yang lebih baik.
Umumnya perubahan pada diri individu yang belajar yang dapat diamati
adalah hasil belajarnya. Hasil belajar tersebut merupakan prestasi belajar yang dibuat
angka (nilai). Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seorang siswa belajar,
memerlukan ukuran kesanggupan, dan penguasaan siswa tersebut tentang
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai setiap menyelesaika tahapan pelajaran.
Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Model Penelitian Tindakan Kelas ?
2. Apa Saja Model Penelitian Tindakan Kelas ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Model Penelitian Tindakan Kelas ?
2. Mengetahui Apa Saja Model Penelitian Tindakan Kelas ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Model PTK adalah suatu siklus yang digambarkan oleh para peneliti. PTK
mempunyai banyak model sehingga peneliti dapat memiliki salah satu model yang sesuai
dengan yang dikehendaki. Dalam pemilihan model, tidak ada pertimbangan baku dan peneliti
dapat malah salah satu model dengan sesuai dengan tingkat kemampuan. Satu hal yang perlu
diperhatikan, bahwa seorang peneliti dapat menggunakan dapat lebih dari satu model.
Peneliti melakukan hal ini dalam rangka membandingkan antara model yang satu dengan
yang lain dan mencari model mana yang paling efisien dengan hasil paling efektif. Apabila
dengan alasan demikian, maka penggunaan berbagai model untuk berbagai jenis kasus boleh
dilakukan.

PTK digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis meliputi aspek perencanaan,
tindakan, observas: dan refleksi yang merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau
daur yang berhubungan dengan siklus berikutnya. Akar PTK digambarkan dalam bentuk
spiral tindakan (Adaptasi Hopkins, dikutip dalam Taufiqur Rahman, 2018:4)

Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik


pembelajaran secara berkesinambungan kualitas praktik pembelajaran secara
berkesinambungan, sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional; mengnembangkan
keterampilan guru; meningkatkan relevansi; menningkatkan efesinsi pengelolaan
instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.( Taufiqur Rahman,
2018:4)

Model penellitian tindakan kelas berfungsi sebagai sarana unutk mempermudah


komunikasi atau sebagai petunjuk yang bersifat perpektif untuk mengambil suatu keputusan,
atau sebagai petunjuk menyuasun perencanaan untuk kegiatan pengelolaan dalam melakukan
penelitian tindakan kelas. Model penelitian tindakan kelas yang baik adalah model yang
dapat membantu pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses penelitian secara
mendasar maupun menyeluruh. Fitrianti(2016:20)

Jadi, peneletian tindakan kelas adalah (Classroom Action Research) merupakan


penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas; tempat ia mengajar dengan penekanan pada

3
penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran. (Taufiqur Rahman,
2018:4)

B. Macam-macam Model Penelitian Tindakan Kelas

Pada prinsipnya diterapkannya PTK dimaksudkan untuk mengatasi suatu


permasalahan yang terdapat di dalam kelas. Ada beberapa macam pola pelaksanaan PTK
yang dikembangkan oleh beberapa ahli, tetapi yang paling terkenal ada 5 (lima) model yaitu :
Model Lewin, Model McKernan, Model Ebbut, Model Elliot, dan Model Kemmis & Mc
Taggart. Model-model tersebut memiliki pola dasar yang sama, yaitu serangkain kegiatan
penelitian berupa rangkaian siklus di mana pada setiap akhir siklus akan membentuk siklus
baru hasil revisi/perbaikan. https://arek-paic.blogspot.com/2018/07/langkah-langkah-dan-
model-model.html (Diakses pada minggu 28 maret 2021 pukul 14.30)

Beberapa model ini diperkenalkan serta dikembangkan. Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam memahami langkah-langkah yang di dalam model nya. Jika seseorang
mengenal lebih dari satu model penelitian tindakan diharapkan bahwa memperoleh suatu
pemahaman yang lebih tentang suatu proses. Perlu diketahui bahwa sebenarnya model-model
ini lebih memberikan gambaran garis besar proses dari pada suatu teknologi. Berikut
beberapa model penelitian tindakan kelas

1. Model Kurt Lewin (1946)

Model Kurt Lewin, merupakan model yang selama ini menjadi acuan pokok (dasar)
dari berbagai model action research, terutama classroom action research (CAR). Penelitian
tindakan kelas pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam
satu siklus terdiri dari 4 langkah, yaitu:

a. Perencanaan (planning)
b. Aksi atau tindakan (acting)
c. Observasi (observing)
d. Refleksi (reflecting)

Hubungan keempat komponen itu dipandang, sebagai satu siklus, seperti terlihat pada gambar

4
Sementara itu, 4 langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin
tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi sebagai berikut:

a. Perencanaan (planning)
b. Pelaksanaan (implementing)
c. Penelitian (evaluating) (Zainal Aqib, 2006:21)

Berdasarkan langkah-langkah diatas, selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi


beberapa siklus, yang akhirnya menjadi kumpulan dari beberapa siklus.

2. Model Kemmis dan Mc Taggarr (1988)

Inti konsep yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin seperti yang sudah dikemukakan
itulah yang selanjutnya dikembangkan oleh para ahli PTK yang hadir kemudian, seperti
Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliott, dan Dave Ebbutt.

Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart pada tahun
1988. Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart tampak
masih begitu dekat dengan model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena dalam satu siklus
atau putaran terdiri dari 4 komponen seperti halnya model Kurt Lewin.

Keempat komponen tersebut meliputi:


a. Perencanaan (planning),
b. Aksi atau tindakan (acting),

5
c. Observasi (observing),
d. Refleksi (reflecting) dalam suatu sistem spiral yang saling terkait antara langkah satu
dengan langkah berikutnya. (Sukardi, 2008:7-8)

Sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya setelah refleksi, kemudian


diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.
Demikian seterusnya, atau dengan beberapa kali siklus. (Zainal Aqib, 2006:22)

3. Model John Elliot (1991)

Model ini dikembangkan oleh Elliot dan Edelman. Mereka mengembangkan dari
model Kemmis, yang dibuat dengan lebih rinci pada setiap tingkatannya. Pengembangan
secara rinci ini bertujuan agar lebih memudahkan peneliti dalam melakukan tindakan
penelitian. Proses yang telah dilaksanakan dalam semua tingkatan tersebut, kemudian
digunakan untuk menyusun laporan penelitian.

Dalam penelitian tindakan model Elliot ini, setelah ditemukan ide dan permasalahan
yang menyangkut upaya peningkatan di kelas secara praktis, kemudian dilakukan
tahapan reconaissance (peninjauan) ke lapangan. Tujuan peninjauan adalah untuk melakukan
semacam studi kelayakan guna menyamakan ide utama dan permasalahan yang sesuai
dengan kondisi lapangan, sehingga diperoleh perencanaan tindakan yang lebih efektif, selain
juga dibutuhkan oleh subyek atau siswa yang diteliti.

6
Seteleh diperoleh perencanaan yang baik dan sesuai dengan keadaan lapangan,
selanjutnya tindakan yang terencana dan sistematis dapat diberikan kepada subyek. Di akhir
tindakan, peneliti melakukan kegiatan monitoring yang difokuskan pada efek tindakan berupa
faktor-faktor yang memungkinkan keberhasilan dan juga macam-macam hambatan disertai
analisis penyebabnya.

Atas dasar hasil monitoring tersebut, peneliti kemudian dapat menggunakannya


sebagai bahan perbaikan yang dapat diterapkan pada langkah tindakan kedua dan seterusnya.
Hingga diperoleh informasi atau kesimpulan, tentang apakah tujuan telah tercapai dan
permasalahan yang dirumuskan dapat dipecahkan. (Sukardi, 2008:9-10).

4. Model Dave Ebbutt (1985)

Setelah Dave Ebbut mempelajari model PTK yang dikemukakan para ahli PTK
sebelumnya, dia berpendapat bahwa model PTK yang diperkenalkan John Elliot, Kemmis
dan Mc Taggart sudah cukup bagus. Pada dasarnya, Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan
yang diutarakan Kemmis dan Elliot tetapi tidak setuju mengenai beberapa interpretasi Elliot
mengenai karya Kemmis. Ebbutt menyatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan oleh
Kemmis dan Mc Taggart bukan merupakan cara yang terbaik untuk menggambarkan proses
aksi refleksi. (Zainal Aqib, 2006:26)

Karena Dave Ebbutt tidak puas dengan adanya model-model PTK yang hadir
sebelumnya, kemudian ia memperkenalkan model PTK yang disusunnya. Model ini terdiri
dari tiga tingkatan atau daur. Pada tingkat pertama, ide awal dikembangkan menjadi langkah

7
tindakan pertama, kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor implementasi pengaruhnya
terhadap subyek yang diteliti. Semua akibatnya dicatat secara sistematis termasuk
keberhasilan dan kegagalan yang terjadi. Catatan monitoring tersebut digunakan sebagai
bahan revisi rencana umum tahap kedua.

Pada tingkat kedua ini, rencana umum hasil revisi dibuat langkah tindakannya,
dilaksanakan, monitoring efek tindakan yang terjadi pada subyek yang diteliti,
dokumentasikan efek tindakan tersebut secara detail dan digunakan sebagai bahan untuk
masuk ke tingkat ketiga.

Pada tingkatan ini, tindakan seperti yang dilakukan pada tingkat sebelumya,
dilakukan, didokumentasi efek tindakan, kemudian kembali ke tujuan umum penelitian
tindakan kelas untuk mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapat
terpecahkan dan tujuan dapat dicapai. (Djunaidy Ghony, 2008:16-17)

8
9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Model penellitian tindakan kelas berfungsi sebagai sarana unutk
mempermudah komunikasi atau sebagai petunjuk yang bersifat perpektif untuk
mengambil suatu keputusan, atau sebagai petunjuk menyuasun perencanaan untuk
kegiatan pengelolaan dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Berikut beberapa
model penelitian tindakan kelas.
1. Model Kurt Lewin (1946)
Model Kurt Lewin, merupakan model yang selama ini menjadi acuan pokok
(dasar) dari berbagai model action research, terutama classroom action
research (CAR).
2. Model Kemmis dan Mc Taggarr (1988)
Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart pada
tahun 1988. Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc
Taggart tampak masih begitu dekat dengan model Kurt Lewin.
3. Model John Elliot (1991)
Model ini dikembangkan oleh Elliot dan Edelman. Mereka mengembangkan
dari model Kemmis, yang dibuat dengan lebih rinci pada setiap tingkatannya.
Pengembangan secara rinci ini bertujuan agar lebih memudahkan peneliti dalam
melakukan tindakan penelitian.
4. Model Dave Ebbutt (1985)
Model ini terdiri dari tiga tingkatan atau daur. Pada tingkat pertama, ide awal
dikembangkan menjadi langkah tindakan pertama, kemudian tindakan pertama
tersebut dimonitor implementasi pengaruhnya terhadap subyek yang diteliti.

B. SARAN

Jika teman-teman memiliki kritik dan saran silahkan sampaikan saran tersebut kepada
kami, karena kritik dan saran anda sangat membangun makalah ini untuk lebih baik lagi
kedepannya. Jika ada salah dalam penulisan kami dari kelompok 03 memohon maaf yang
sebesar-besarnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rahaman Taufiqur. 2018. Aplikasi Model-model Pembelajaran Dalam Penelitian Tindakan


Kelas. Probolinggo. CV. Pilar Nusantara.

Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya, 2006.

Ghony, Djunaidy. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN-Malang Press, 2008.

Sukardi. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Fitrianti. 2016. Sukses Profesi Guru dengan Pnelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta.
Deepublish.

https://arek-paic.blogspot.com/2018/07/langkah-langkah-dan-model-model.html(Diakses
pada minggu 28 maret 2021 pukul 14.30)

11

Anda mungkin juga menyukai