KELMPOK 2
LANGKAH-LANGKAH DALAM PENELITIAN PTK DAN
MENGIDENTIFIKASI MASALAH
MATA KULIAH
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Dosen Pengampu :
Drs. H. Agus Sunarto, M.Pd
Disusun Oleh :
Imam Syihabudin ( 0501181022 )
Rifki Arif ( 0501181019 )
PROGRAM STUDI :
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kualitatif. Penelitian kuantitatif menuntun peneliti untuk menguji sebuah teori
sedangkan penelitian kualitatif justru membangun teori. Bila kuantitatif memiliki
alur dari teori (hasil dari kualitatif) selanjutnya diuju. Sedangkan kualitatif
berdasar satu acuan teori peneliti masuk ke dalam untuk menemukan pola-pola
(teori baru). Sementara tindakan perbaikan atau pemecahan masalah dapat
dilakukan dengan melihat situs (secara lengkap) menemukan penyebab,
menemukan karakter subjek, selanjutnya mencari teori-teori yang sesuai dengan
masalah dan subjek, selanjutnya teori dilakukan, barulah kita bisa melihat
bagaimana dampaknya. Hal itulah yang disebut penelitian tindakan (Action
Research). Maka dari itu pada makalah ini akan kami bahas mengenai rencana dan
langkah-langkah dalam pembuatan penelitian tindakan kelas?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Planning (Rencana)
Rencana merupakan kegiatan pokok pada tahap awal yang harus dilakukan
guru sebelum melakukan PTK. Dengan perencanaan yang baik guru pelaksana
PTK akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong guru untuk
bertindak dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, guru sebagai
peneliti harus berkolaborasi (bekerja sama) dan berdiskusi dengan teman sejawat
untuk membangun kriteria dan kesamaan bahasa dan persepsi dalam merancang
tindakan perbaikan. Tahapan yang dilaksaksanakan pada tahap perencanaan
meliputi Identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah, dan
formulasi tindakan dalam bentuk hipotesis tindakan.
A. Identifikasi Masalah
Pertanyaan yang mungkin timbul bagi guru pemula PTK adalah :
bagaimana memulai Penelitian Tindakan Kelas ? Untuk dapat menjawab
pertanyaan tersebut, pertama-tama yang harus dimiliki guru adalah perasaan
ketidak puasan terhadap praktek pembelajaran yang selama ini dilakukannya.
Manakala guru merasa puas terhadap apa yang ia lakukan terhadap proses
pembelajaran di kelasnya. Meskipun sebenarnya terdapat banyak hambatan
yang dialami dalam pengelolaan proses pembelajaran, sulit kiranya bagi guru
untuk memunculkan pertanyaan seperti di atas, yang kemudian dapat memicu
dimulainya sebuah PTK.
Oleh sebab itu, agar guru dapat menerapkan PTK dalam upayanya untuk
memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih
professional, ia dituntut keberaniannya
4
mungkin begitu ia merasakan adanya persoalan-persoalan dalam proses
pembelajaran.
Dengan kata lain, permasalahan yang diangkat dalam PTK harus benar-
benar merupakan masalah-masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek
pembelajaran yang dikelolanya, bukan permasalahan yang disarankan, apalagi
ditentukan oleh pihak luar. Permasalahan tersebut dapat berangkat (bersumber)
dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi, pembelajaran dan hasil
belajar siswa. Menurut Hopkins (1993) guru dapat menemukan permasalahan
tersebut bertitik tolak dari gagasan-gagasan yang masih bersifat umum
mengenai keadaan yang perlu diperbaiki, untuk mendorong pikiran dalam
mengembangkan fokus permasalahan, kita dapat bertanya pada diri sendiri.
Berbekalkan kejujuran dan kesadaran untuk mengidentifikasi masalah,
beberapa contoh pertanyaan yang diajukan guru pada diri sendiri (Wardani,
dkk, 2007).
Apa yang sedang terjadi di kelas saya ?
Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu ?
Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
Apa yang terjadi jika masalah tersebut saya biarkan?
Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?
Pada tahap ini, yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-
gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami oleh guru di kelas.
Dengan berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut, guru dapat berbuat
sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK. Masalah
dalam PTK terkait dengan proses pembelajaran yang pada gilirannya
menghasilkan perubahan pada perilaku guru, mitra peneliti dan siswa.
6
dalam melakukan percobaan. Permasalahan tersebut jika tidak segera
diselesaikan akan menimbulkan dampak negatif yang besar (Tidak tercapainya
Kriteria Ketuntasan Minimal, kurang kerjasama dalam diskusi dan
eksperimen). Walaupun demikian, tidak semua permasalahan dalam
pembelajaran yang dapat diatasi dengan PTK (seperti kesalahan-kesalahan
faktual dan/atau konseptual yang terdapat dalam buku paket).
Beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan bagi guru dalam
menganalisis permasalahan adalah sebagai berikut:
Pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan siswanya,
atau topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang
diprogramkan oleh sekolah; Jangan memilih masalah yang berada di luar
kemampuan dan/atau kekuasaan guru untuk mengatasinya; Pilih dan tetapkan
permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas; Usahakan untuk bekerja
sama dalam pengembangan fokus penelitian; dan Kaitkan PTK yang akan
dilaksanakan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana
pengembangan sekolah.
C. Perumusan Masalah
Setelah mengidentifikasi dan menganalisisnya, maka guru selanjutnya
perlu merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan operasional.
Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi guru untuk
menetapkan tindakan perbaikan ( anya ative solusi) yang perlu dilakukannya,
jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur pengumpulan data serta
cara menginterpretasikannya. Disamping itu, penetapan tindakan perbaikan
yang akan dicobakan itu juga memberikan arahan kepada guru untuk
melakukan berbagai persiapan. Termasuk yang berbentuk latihan guna
meningkatkan keterampilan untuk melakukan tindakan perbaikan yang
dimaksud. Perumusan permasalahan yang lebih tajam itu dapat dilakukan
diagnosis kemungkinan- kemungkinan penyebab yang lebih cermat, sehingga
terbuka peluang untuk menjajaki pertanyaan alternatif tindakan perbaikan yang
diperlukan. Perumusan Masalah harus jelas, dinyatakan dengan kalimat tanya.
(dijelaskan lebih lanjut pada bagian penyusunan proposal PTK).
7
Inti suatu masalah adalah kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang
diinginkan. Oleh karena itu rumusan masalah harus mengandung deskripsi
tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan.
D. Formulasi Solusi dalam Bentuk Hipotesis Tindakan
Alternatif perbaikan yang akan ditempuh dirumuskan dalam bentuk
hipotesis tindakan yaitu dugaan mengenai perubahan perbaikan yang akan
terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Jadi hipotesis adalah alternative yang
diduga dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan
PTK. Bentuk rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan rumusan hipotesis
”penelitian formal”. Jika hipotesis penelitian formal menyatakan adanya
hubungan antara dua kelompok atau lebih, maka hipotesis tindakan adalah
dugaan guru tentang cara terbaik untuk mengatasi masalah.
Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, guru sebagai
peneliti perlu melakukan :
Merefleksikan pengalaman sendiri sebagai guru.; Diskusi dengan rekan
sejawat, pakar pendidikan, peneliti dsb; Kajian pendapat dan saran pakar
pendidikan khususnya yang telah disampaikan dalam kegiatan ilmiah.; Kajian
teoritik di bidang pelajaran pendidikan; Kajian hasil- hasil penelitian yang
relevan dengan permasalahan; dan Hasil kajian tersebut, dapat dijadikan
landasan untuk membangun hipotesis.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis
tindakan.
8
sekolah yang aktual; Pikirkan dengan seksama perubahan-perubahan (baca :
perbaikan-perbaikan) yang secara implisit dijanjikan melalui hipotesis tindakan
itu, baik yang berupa proses dan hasil belajar siswa maupun teknik mengajar
guru.
Setelah diperoleh gambaran awal hipotesis tindakan, maka selanjutnya
perlu dilakukan pengkajian terhadap kelayakan dari masing-masing hipotesis
tindakan itu dari segi ”jarak” antara situasi nyata dengan situasi idel yang
dijadikan rujukan. Oleh karena itu, kondisi dan situasi yang diprasyaratkan
untuk penyelenggaraan suatu tindakan perbaikan dalam rangka PTK, harus
ditetapkan sedemikian rupa sehingga masih dalam batas-batas kemampuan
siswa. Dengan kata lain, sebagai actor PTK guru hendaknya cukup realistis
dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia sekolah dimana ia berada dan
melaksanakan tugasnya.
Untuk melakukan tindakan agar menghasilkan dampak/hasil
sebagaimana yang diharapkan, diperlukan kelayakan hipotesis tindakan
terlebih dahulu. Menurut Soedarsono (1997), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mengkaji kelayakan hipotesis tindakan adalah sebagai
berikut ;
Implementasi suatu PTK akan berhasil, apabila didukung oleh
kemampuan dan komitmen guru yang merupakan aktornya. Dipihak lain, untuk
melaksanakan PTK kadang-kadang masih diperlukan peningkatan kemampuan
guru melalui berbagai bentuk pelatihan sebagai komponen penunjang. Selain
itu keberhasilan pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh adanya komitmen guru
yang tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata lain, PTK
dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau bukan karena didorong
oleh imbalan finansial.; Kemampuan siswa juga perlu diperhitungkan baik dari
segi fisik, psikologis, sosial dan budaya, maupun etik. Dengan kata lain
seyogyanya tidak dilaksanakan apabila diduga akan berdampak merugikan
siswa.; Fasilitas dan sarana pendukung yang tersedia di kelas atau di sekolah
juga perlu diperhitungkan. Sebab pelaksanaan PTK dengan mudah dapat
terganggu oleh kekurangan dukungan fasilitas penyelenggaraan. Oleh karena
itu, demi keberhasilan PTK, maka guru dituntut untuk dapat
9
mengusahakan/memilih fasilitas dan sarana yang diperlukan; Selain
kemampuan siswa sebagai perseorangan, keberhasilan PTK juga sangat
tergantung pada iklim belajar di kelas atau di sekolah. Namun pertimbangan ini
tidak dapat diartikan sebagai kecendrungan untuk mempertahankan status kuo.
Dengan kata lain, perbaikan iklim di kelas dan di sekolah justru dapat dijadikan
sebagai salah satu sasaran PTK.; dan Karena sekolah juga sebuah organisasi,
maka selain iklim belajar sebagaimana dikemukan di atas, iklim kerja sekolah
juga menentukan keberhasilan penyelenggaraan PTK. Dengan kata lain,
dukungan dari kepala sekolah serta rekan-rekan sejawat guru, dapat
memperbesar peluang keberhasilan PTK.
Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau
hubungan,melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat
tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan.
Contoh hipotesis tindakan akan diberikan di sini. Situasinya adalah
kelas yang siswa- siswanya sangat lamban dalam memahami bacaan.
Berdasarkan analisis masalahnya peneliti menyimpulkan bahwa siswa-siswa
tersebut memiliki kebiasaan membaca yang salah dalam memahami makna
bahan bacaannya, dan bahwa ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks
perlu ditingkatkan. Maka hipotesis tindakannya sebagai berikut: “Bila
kebiasaan membaca yang salah dibetulkan lewat teknik-teknik perbaikan yang
tepat dan ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks bacaan
ditingkatkan, maka para siswa akan meningkat kecepatan membacanya.
E. Persiapan Pelaksanaan Tindakan
Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti perlu melakukan berbagai
persiapan sehingga komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik.
Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut :
Menentukan Jadwal dan Materi pembelajaran.
Membuat perangkat dan cenario pembelajaran (Silabus, RPP, LKS, dll)
yang berisikan langkah-langkah yang dilakukan guru, disamping bentuk-
bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan
perbaikan yang telah direncanakan.
Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas
10
seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga, dll.
Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis mengenai proses dan hasil
tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk pelatihan-pelatihan;
Melakukan simulasi pelaksanaan, sehingga dapat menumbuhkan serta
mempertebal kepercayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya. Dan
Sebagai pelaku PTK, guru harus terbebas dari rasa gagal dan takut berbuat
kesalahan.
3. Observation (Pengamatan)
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan
pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil
pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan
yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam
pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari
tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang
muncul.
Secara umum observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung (dalam hal ini
pada saat pembelajaran berlangsung). Observasi dapat dilakukan secara
terbuka dan tertutup. Pada observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan
lembar observasi, melainkan hanya menyiapkan kertas kosong untuk merekam
kegiatan pembelajaran yang diamati. Pada observasi tertutup, pengamat telah
menyiapkan dan menggunakan lembar observasi untuk merekam aktivitas
pembelajaran yang diamati. Bagi guru pelaksana PTK disarankan
melaksanakan observasi tertutup dengan menggunakan lembar observasi,
11
mengapa? Coba diskusikan! Pelaksanaan Observasi perlu memperhatikan
prinsip: perencanaan bersama, fokus observasi, kriteria, keterampilan
observasi, dan balikan.
Mekanisme perekaman hasil observasi perlu dirancang agar tidak
mencampur adukkan antara fakta dan interprestasi, namun juga tidak terseret
oleh kaidah umum yang tanpa kecuali menafsirkan interprestasi dalam
pelaksanaan observasi. Apabila yang terakhir ini dilakukan sehingga yang
direkam hanyalah fakta tanpa interprestasi, maka akan dapat menimbulkan
resiko, bahwa makna dari perangkat fakta karena proses erosi yang terjadi
dalam ingatan, lebih-lebih apabila pengamat hasil observasi yang telah secara
utuh karena proses erosi yang terjadi dalam ingatan, lebih-lebih apabila
pengamat adalah juga pelaksana tindakan. Observasi kelas akan memberikan
manfaat apabila pelaksanaannya diikuti dengan diskusi balikan. Hasil diskusi
diinterprestasikan secara bersama-sama oleh pelaksana tindakan dan pengamat.
Diskusi mengacu kepada penerapan sasaran serta pengembangan strategi
perbaikan untuk menentukan perencanaan berikutrnya
4. Reflection (Refleksi)
12
fase-fase dalam penelitian tindakan siklus spiralnya dan bagaimana
pelaksanaannya, seperti pada Gambar diatas
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tindakan kelas merupakan suatu bentuk dari penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki
dan atau meningkatkan praktik- praktik pembelajaran yang dilakukan bersama
dikelas secara profesional.
Langkah-langkah dalam PTK merupakan satu daur atau siklus yang terdiri dari:
1. merencanakan perbaikan.
2. melaksanakan tindakan.
3. mengamati, dan
4. melakukan refleksi.
14
kaidah-kaidah penelitian tindakan.
.
DAFTAR PUSTAKA
15